kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · di kota kendari maupun di kota baubau....

73
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Upload: hoangthuan

Post on 20-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TRIWULAN I 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

i

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)

disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara,

mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan

pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan

dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah

disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan

dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan.

Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan

sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya.

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan

didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri

pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I

2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan

I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas

pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy). Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015

mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy).

Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik

di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber

dari komponen administered prices dan volatile food.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai

institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun

penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari

para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Kendari, Mei 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dian Nugraha

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan

menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional

bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal

untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar

yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan

dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,

serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas

dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

iii

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi

TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1

BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 5

1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 6

1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 6

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 7

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 9

1.2.3 Investasi ................................................................................... 9

1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 11

1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Sektor Ekonomi Utama ...................... 13

1.3.1 Sektor Pertanian ....................................................................... 14

1.3.2 Sektor Pertambangan ............................................................... 14

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ....................................................... 16

1.3.4 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ....................................... 17

1.3.5 Sektor Konstruksi ..................................................................... 18

1.3.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ....................................... 19

BOKS 1: POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA ............................ 21

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... ............................................... 23

2.1 Struktur Anggaran ............................................................................ 24

2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD ........................................... 24

2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 24

2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... 26

BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 29

3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 30

3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 32

3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................ 34

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN .......................................................... 41

4.1 Perkembangan Perbankan ................................................................. 42

4.1.1 Intermediasi Perbankan ............................................................. 42

4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi ...................... 43

4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................ 44

4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................... 44

4.2 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 45

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

iv

4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai ........................................... 45

4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai ................................................... 46

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 47

5.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 48

5.2 Kesejahteraan .......... ......................................................................... 50

BAB 6. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 51

6.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 52

6.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................ 55

DAFTAR ISTILAH

TIM PENYUSUN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

v

Daftar

Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ 7

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... 13

Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi

Tenggara ............................................................................................. 25

Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 26

Tabel 3.1. Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok ............................................... 31

Tabel 3.2. Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok ................................................ 32

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015....................... 53

Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 .......... 54

Tabel 6.3. Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015 ......... 56

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

vi

Daftar

Grafik

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ 6

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................. 7

Grafik 1.3. Indeks Penghasilan ............................................................................. 7

Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik ............................................................ 8

Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air .................................................................. 8

Grafik 1.6. Penerimaan Pajak ............................................................................. 8

Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ........................................................... 8

Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing .................................................................... 10

Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri ....................................................... 10

Grafik 1.10. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ 10

Grafik 1.11. Impor Barang Modal ........................................................................... 10

Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 11

Grafik 1.13. Pertumbuhan Nilai Ekspor .................................................................... 12

Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor .................................................................. 12

Grafik 1.15. Ekspor Feronikel ............................................................................... 12

Grafik 1.16. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ........................................................... 12

Grafik 1.17. Volume Impor .................................................................................... 13

Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... 13

Grafik 1.19. Perkembangan Produksi Ore Nikel ......................................................... 15

Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan ................................................................. 15

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... 16

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri .................................................... 16

Grafik 1.23. Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. 17

Grafik 1.24. Transaksi Perdagangan Luar Negeri ....................................................... 17

Grafik 1.25. Nominal Exim Sultra .............................................................................. 18

Grafik 1.26. Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. 18

Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi ....................................................................... 19

Grafik 1.28. Penjualan Semen .................................................................................. 19

Grafik 1.29. Arus Penumpang Pesawat Udara........................................................... 19

Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut .................................................................. 19

Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 24

Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara ....... 24

Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan

APBD Sulawesi Tenggara .................................................................... 27

Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan

Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ............................................... 27

Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... 30

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi ............................................................................. 30

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

vii

Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari ................................................................ 31

Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. 31

Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... 33

Grafik 3.6. Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara .................................. 35

Grafik 3.7. Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis .................. 36

Grafik 3.8. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi ...... 37

Grafik 3.9. Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID .......... 38

Grafik 3.10. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada

Masyarakat .......................................................................................... 39

Grafik 3.11. Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015) ..................... 39

Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara ............................... 42

Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR .................................................................. 43

Grafik 4.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ........................................................ 43

Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ........................................................ 43

Grafik 4.5. NPL Kredit Sektor Utama ...................................................................... 43

Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...................................................... 44

Grafik 4.7. NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... 44

Grafik 4.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... 45

Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara ........................................................ 46

Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai ................................. 46

Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur .................................................. 48

Grafik 5.2. Pertumbuhan Penduduk Bekerja ........................................................... 48

Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ 49

Grafik 5.4. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... 49

Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015) ............ 49

Grafik 5.6. Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Februari 2015) .................. 49

Grafik 5.7. Indeks Penghasilan ............................................................................... 50

Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ................................................. 50

Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha.................................................. 52

Grafik 6.2. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral ............................................... 52

Grafik 6.3. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 54

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

viii

Tabel

Indikator Terpilih

A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2015

I II III IV I II III IV I

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 102.02 104.02 109.46 108.16 107.34 108.71 110.43 116.16 114.65

- Baubau - - - - 109.84 112.72 115.31 121.89 121.39

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Kendari 3.02 3.76 7.30 5.92 5.21 4.50 0.88 7.39 6.81

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,516 3,867 4,155 3,970 4,004 4,333 4,502 4,082 3,981

2. Pertambangan dan Penggalian 3,371 3,809 3,849 3,837 3,371 3,499 3,632 3,646 3,687

3. Industri Pengolahan 940 993 926 966 905 1,016 1,054 1,146 1,069

4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 8 8 9 10

5. Pengadaan Air 32 32 33 34 35 34 35 36 36

6. Konstruksi 1,680 1,781 1,894 2,086 1,953 2,027 2,110 2,290 1,986

7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1,740 1,878 1,921 1,977 1,927 1,991 2,075 2,146 2,056

8. Transportasi dan Pergudangan 654 692 713 746 700 717 739 793 737

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 84 90 91 94 92 98 99 103 98

10. Informasi dan Komunikasi 353 364 384 395 370 376 390 403 384

11. Jasa Keuangan 325 340 342 345 354 368 371 388 392

12. Real Estate 269 273 277 283 290 294 294 299 302

13. Jasa Perusahaan 30 32 32 34 34 35 35 36 37

14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 783 822 881 903 872 906 1,003 1,048 938

15. Jasa Pendidikan 641 664 712 808 737 755 804 924 843

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142 145 153 164 164 168 166 181 175

17. Jasa Lainnya 209 214 228 242 244 252 252 260 258

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,588 7,659 7,929 8,139 8,070 8,135 8,435 8,629 8,559

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 173 174 174 178 199 194 192 198 177

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,102 2,460 2,528 2,883 2,149 2,528 2,607 3,030 2,202

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,858 5,988 6,241 6,721 6,241 6,453 6,974 7,435 6,483

5. Perubahan Inventori (151) 478 (107) 196 (108) 430 337 (188) 285

6. Eksport Luar Negeri 3,033 2,408 1,961 3,837 1,483 729 893 961 844

7. Import Luar Negeri 739 631 811 1,097 708 752 1,167 1,579 1,149

8. Net Eksport Antar Daerah (3,085) (2,532) (1,316) (3,966) (1,266) (843) (699) (696) (413)

Total PDRB (Rp Miliar) 14,779 16,003 16,599 16,893 16,061 16,876 17,571 17,790 16,988

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) - - - - 8.68 5.45 5.86 5.31 5.77

Indikator2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

ix

B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

2015

I II III IV I II III IV I

Total Asset (Rp miliar) 17.523 17.874 19.145 17.866 19.297 20.245 19.686 18.833 20.871

- Bank Umum 16.347 16.676 17.785 16.765 17.884 19.100 18.598 17.743 19.702

- BPR 104 105 112 133 133 142 163 187 200

- Syariah 1.072 1.094 1.248 968 1.281 1.003 925 903 969

Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) 11.111 11.384 11.862 11.709 12.218 12.775 13.094 12.172 13.250

- Giro 3.188 3.327 3.602 2.298 3.253 3.836 3.712 2.181 3.512

- Tabungan 5.944 6.072 6.249 7.334 6.358 6.305 6.445 7.142 6.248

- Deposito 1.979 1.985 2.010 2.077 2.607 2.634 2.936 2.849 3.491

Kredit (Rp miliar) 11.732 12.692 13.278 13.781 13.950 14.560 14.886 15.175 15.432

- Modal Kerja 3.778 3.824 3.966 4.067 4.200 4.145 4.236 4.247 4.268

- Investasi 1.339 1.835 1.957 2.081 1.923 1.742 1.738 1.773 1.797

- Konsumsi 6.614 7.033 7.354 7.632 7.827 8.673 8.912 9.154 9.367

NPL (Gross) (Rp miliar) 208.754 236.400 209 236 270 250 315 382 409

NPL (%) 1,78 1,86 2,03 1,82 2,26 2,62 2,74 2,55 3,07

LDR (%) 106 111 112 118 114 114 114 125 116

Kredit UMKM (Rp miliar) 3.765 4.131 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859

NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87

Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 6.429 6.827 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787

NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39

- Inflow 522 188 572 397 632 319 462 281 939

- Outflow 162 604 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230

- Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708

- Volume (lembar) 30.167 39.590 35.330 44.054 44.549 39.339 38.672 42.665 44.644

- Nominal (Rp miliar) 599 944 1.063 11.652 902 842 847 979 1.003

- Volume (lembar) 15.328 22.138 24.609 39.800 21.472 23.296 25.676 23.907 9.513

- Nominal (Rp miliar) 12.078 39.800 30.663 34.745 22.108 25.541 28.649 28.768 25.624

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

RTGS

Indikator2013 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

x

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

1

Ringkasan

Eksekutif

Perekonomian

Sulawesi

Tenggara pada

Triwulan I tumbuh

meningkat

Perbaikan kinerja

sektor tambang

dan stabilnya

kinerja investasi

mendorong

peningkatan

ekonomi pada

triwulan I 2015

Gambaran Umum

Pada Triwulan I 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar

5,77% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014

(5,31%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih

tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I

mencapai 4,71% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi

Tenggara tercatat menurun sebesar 7,80% (yoy), dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Penurunan

tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered

prices dan volatile food. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi

Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend

konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai

menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor

pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan.

Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di

triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya

kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi

Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga

tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

2

Peningkatan

realisasi belanja

pemerintah tidak

diikuti oleh

peningkatan

realisasi

pendapatan

pemerintah

Tekanan inflasi

Sultra menurun

yang disebabkan

oleh penurunan

harga BBM

bersubsidi

Intermediasi

perbankan

mengalami

peningkatan

dengan resiko

yang meningkat

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja fiskal pemerintah provinsi mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi

belanja Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 12,45%, lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan I tahun 2014 sebesar

10,25%. Disisi lain, realisasi pendapatan pemerintah provinsi justru

mengalami penurunan yang signifikan yakni hanya mencapai 0,03%,

menurun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama di

tahun 2014 yang mencapai 12,34%

Inflasi Daerah

Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami

penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80%

(yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan

menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota

Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari

komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered

prices menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan pada periode

tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi

pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen volatile

food dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan

cabai rawit.

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan

penghimpunan dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun

demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada

dalam level yang aman. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi

Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend

konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.

Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

3

Kondisi

ketenagakerjaan

mengalami

penurunan yang

diikuti

menurunnya

tingkat

kesejahteraan.

Perumbuhan

ekonomi Sultra

pada triwulan II

2015 akan

mengalami

peningkatan

disertai kenaikan

tekanan inflasi

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,13% (Februari 2014)

menjadi 3,62% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja

juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi

utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi

Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan

mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut

terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100

dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya

kenaikan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy).

Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja

sektor pertambangan dan sektor pertanian.

Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015

cenderung meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% -

8,1% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan

tekanan inflasi dari kelompok volatile food seiring naiknya tingkat

permintaan masyarakat atas komoditas bahan pangan memasuki momen

bulan suci ramadhan.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

4

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

5

Pertumbuhan

Ekonomi Daerah

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan

peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya

kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan

kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri

dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi

Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy).

Bab 1

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

6

1.1 KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,77% (yoy), tumbuh

terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,31% (yoy). Dari

sisi penawaran, meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan secara dominan

didorong oleh meningkatnya kinerja sektor tambang pasca kontraksi yang terjadi sejak awal tahun

2014 akibat pemberlakuan UU Minerba. Peningkatan kinerja sektor tambang juga turut memberikan

multiplier efek atas kinerja positif di sektor industri olahan. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja

ekonomi didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Hal tersebut

sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah

seperti pembangunan jembatan, pengembangan pelabuhan laut dan udara, serta fokus pemerintah

dalam pembangunan kawasan industri khusus.

Sumber : BPS Sultra, BPS RI

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Bila dibandingkan dengan perekonomian secara nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara berada

di atas level pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa

perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode

mendatang. Lebih siapnya Sulawesi Tenggara dalam menyikapi UU Minerba mendorong perbaikan

perekonomian yang lebih cepat dibandingkan dengan nasional yang masih relatif melambat di

triwulan I 2015.

1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN

Dari sisi pengeluaran, peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015

didorong oleh perbaikan pada kinerja ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi.

Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor luar negeri yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, perekonomian

10,6%

11,7%

7,5%

6,3%

8,7%

5,5%5,9%

5,3%5,8%

6,2% 6,0%5,6%

5,0% 5,1% 5,0% 4,9% 5,0%4,7%

I II III IV I

2011 2012 2013 2014 . 2014 2015

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

7

Sulawesi Tenggara juga ditopang oleh stabilnya pertumbuhan investasi di triwulan I 2015. Adapun

komponen konsumsi rumah tangga meskipun melambat masih memberikan kontribusi terbesar pada

perekonomian Sulawesi Tenggara. Dari pertumbuhan secara total sebesar 5,8%, kontribusi konsumsi

rumah tangga mencapai 2,9%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi)

Sumber : BPS Sultra, Diolah

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh

cukup tinggi sebesar 5,7% (yoy), namun lebih lambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang dapat mencapai 6,0% (yoy). Perlambatan yang terjadi tersebut terkonfirmasi oleh

indeks keyakinan konsumen di Kota Kendari hasil Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga

mengalami penurunan dari 130,39 di triwulan IV 2014 menjadi 127,33 di triwulan I 2015. Beberapa

faktor yang mempengaruhi melambatnya konsumsi berdasarkan hasil survei tersebut adalah

ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjadi lebih terbatas dan adanya penundaan pembelian

barang tahan lama (durable goods). Adapun indeks penghasilan diindikasikan mengalami

peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, meskipun demikian hal

tersebut tidak mendorong konsumsi secara umum.

Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Indeks Penghasilan

2015 Pangsa % SOG %

I II III IV I

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 6,8% 6,6% 6,8% 6,4% 5,7% 50,4% 2,9%

2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% 15,0% 11,8% 10,0% 10,8% -11,0% 1,0% -0,1%

3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,2% 2,8% 3,1% 5,1% 2,5% 13,0% 0,3%

4. PMTB 6,2% 9,2% 6,5% 7,8% 11,7% 10,6% 10,0% 38,2% 1,5%

5. Perubahan Inventori 2,4% -9,9% -13,2% -16,1% -360,4% -1198,0% -425,4% 1,7% 2,3%

6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -51,1% -69,7% -54,5% -75,0% -43,1% 5,0% -4,0%

7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -4,2% 19,3% 43,9% 43,9% 62,4% -6,8% -2,8%

8. Net Eksport Antar Daerah -13,0% -67,7% -58,1% -61,8% -38,1% -90,9% -68,5% -2,4% 5,6%

PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100% 5,8%

2014Komponen Pengeluaran 2013 2014

Tw I 2015

127,33

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks

143,33

108,67

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

8

Selain itu, perlambatan konsumsi juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air

(Grafik 1.4 dan 1.5). Pada triwulan I 2015, konsumsi listrik di Sulawesi Tenggara hanya tumbuh 0,56%

(yoy), lebih rendah daripada konsumsi di triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 0,96%

(yoy). Rusaknya salah satu pembangkit listrik dan beberapa jaringan transmisi yang putus karena

kondisi cuaca menyebabkan defisit listrik di Sulawesi Tenggara mencapai 25 MW setiap harinya.

Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi air minum PDAM yang masih terkontraksi sebesar

7,99% (yoy). Indikator konsumsi lainnya seperti penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak

pembelian barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya penurunan. Bahkan pada triwulan I

2015 pertumbuhan penerimaan pajak tersebut terkontraksi sebesar 37,14% (Grafik 1.7).

Sumber: PLN Area Kendari (diolah) Sumber: PDAM Kendari (diolah)

Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air

Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.6. Penerimaan Pajak Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

85.345

0,56%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Konsumsi Listrik gKonsumsi Listrik (sb. Kanan)

Konsumsi Listrik (MW)yoy

710

-7,99%

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

400

500

600

700

800

900

1.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Konsumsi Air gKonsumsi Air (sb. Kanan)

Volume (ribu m3)

yoy

25,7

-37,14%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

PPN & PPnBM gPPN,PPnBM (sb.kanan)

Rp miliaryoy

9,63

14,4%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp triliun %, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

9

Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami

perlambatan. Melambatnya kredit konsumsi tersebut juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi

nasional. Pada triwulan I 2015, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 14,4% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 14,9% (yoy). Perlambatan

tersebut terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah yang tumbuh sebesar 19,7% (yoy), lebih

rendah dari sebelumnya dapat tumbuh sebesar 20,5% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi di kredit

kepemilikan kendaraan dan kredit rumah tangga lainnya.

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 2,5% (yoy), mengalami

perlambatan dari triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Hal tersebut

menyebabkan andil komponen konsumsi pemerintah juga masih relatif rendah yakni hanya sebesar

0,33% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% (yoy). Rendahnya laju pertumbuhan

konsumsi pemerintah tersebut sejalan dengan relatif masih rendahnya realisasi APBD pemerintah

daerah sesuai dengan pola tahunannya dimana serapan anggaran belanja pemerintah baru mulai

optimal memasuki semester II. Perlambatan tersebut sebagai akibat masih rendahnya pembayaran gaji

pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang

bersumber dari APBD. Meskipun demikian, sejak triwulan I berbagai kegiatan sudah diupayakan oleh

pemerintah daerah dalam mendorong percepatan proses lelang dan pengadaan barang dan jasa,

diantaranya dengan pengadaan melalui sistem online.

Selain itu, masih rendahnya kontribusi konsumsi pemerintah juga terkait dengan belum terealisasinya

pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran APBN. Pada triwulan I 2015 masih

dilakukan konsolidasi anggaran dan nomenklatur di pemerintahan baru. Peraturan pemerintah

mengenai rincian APBN-P tahun 2015 juga baru dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2015 (Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015). Hal tersebut menyebabkan realisasi

program dengan menggunakan APBN akan lebih banyak dilakukan pada triwulan mendatang.

1.2.3 Investasi

Kondisi kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh dalam

tingkatan yang tinggi dan cenderung stabil. Investasi tumbuh sebesar 10% (yoy), relatif stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Masih stabilnya pertumbuhan

investasi tersebut turut menopang kondisi perekonomian di triwulan I 2015.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

10

Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)

Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri

Stabilnya kegiatan investasi terutama disebabkan terealisasinya penanaman modal asing (PMA) di

triwulan I 2015 sebesar US$55,7 juta, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya

terealisasi sebesar US$40,5 juta. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tertahan oleh tidak adanya

realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) padahal pada triwulan sebelumnya terdapat realisasi

sebesar Rp191,8 miliar.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.10 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.11. Impor Barang Modal

Masih stabilnya aktivitas investasi juga berpengaruh pada realisasi kredit investasi yang masih berada

pada kisaran Rp3,80 miliar dan masih terkontraksi sebesar 6,3% (yoy), relatif sama dengan kondisi di

triwulan sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh lebih besarnya PMA dibandingkan dengan PMDN

di triwulan I 2015, dimana PMA lebih banyak menggunakan kredit sindikasi dari perbankan/lembaga

keuangan luar negeri.

40,5

55,7

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penanaman Modal Asing

US$ Juta

191,8

0,0

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penanaman Modal Dalam Negeri

Rp miliar

3,80

-6,3%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kredit Investasi gKredit Investasi (sb. Kanan)

Rp triliun %, yoy

0,83

9,86

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Impor Barang Modal

Volume (ribu ton)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11

Disisi lain, aktivitas impor barang modal menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari hanya 0,83

ribu ton pada triwulan IV 2014 menjadi 9,86 ribu ton pada triwulan laporan. Tingginya volume impor

barang modal tersebut didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel.

Disamping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant

PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik juga mendorong impor barang modal

tersebut.

Meskipun tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendala-

kendala pengembangan investasi agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, antara

lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan

investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi

Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi,

(3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti

telekomunikasi, listrik dan pelabuhan.

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra

Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014

1.2.4 Ekspor Dan Impor

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tercatat masih terkontraksi

sebesar 43,1% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut menujukkan adanya perbaikan karena

kontraksi ekspor tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 75,0% (yoy).

Terkontraksinya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan dampak atas

pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang

berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan

tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas

PT. Jien Smelting Indonesia

PT. CMMI 100%

30%

PT. Kembar Mas Sultra 40%

PT. Konutara Sejati 30%

PT. Karyatama Konawe Utara* 60%

PT. Elit Kharisma Utama 30%

PT. Cinta Jaya 40%

PT. Jilin Metal Indonesia30%

PT. Bintang Smelter Indonesia 40%

PT. Macika Mineral Industri 30%

PT. Sambas Mineral Mining 60%

PT. Aneka Tambang100%

Tambahan Tungku:

Comisioning & Piloting First Half 2015Production: Second Half 2015

Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil)

X% Realiasi konstruksi

Ket:

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

12

diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara

total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki

smelter.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor

Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari ekspor Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 yang

mencapai US$ 66,1 juta. Meskipun masih terkontraksi sebesar 47,7% (yoy), namun lebih baik

daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 75,1% (yoy). Perbaikan tersebut terutama

didorong oleh peningkatan ekspor hasil perikanan, seperti rajungan, gurita, ikan tuna dan ikan hidup

lainnya. Sementara itu, ekspor feronikel masih menunjukkan penurunan yang semakin dalam di

triwulan I 2015.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.15 Ekspor Feronikel Grafik 1.16. Pertumbuhan ekspor perikanan

Sejalan dengan arah ekspor, aktivitas impor luar negeri Sulawesi Tenggara pada periode laporan juga

menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 62,4% (yoy) setelah di triwulan

sebelumnya tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 43,9% (yoy). Dari data Bea Cukai, impor luar negeri

66,1

-47,74%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Millions

Ekspor Sultra gEkspor Sultra (sb.kanan)

Juta US$yoy

Ikan hidup202,7

0%

Tuna413,2

1%

Rajungan340,4

1%

Gurita1237,9

2%

Feronikel63793,1

96%

Lainnya112,6

0%

63,8

-19,98%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

450%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Ekspor Ferronikel gEkspor Feronikel (sb.kanan)

Juta US$yoy

-94,9%

-75,7%

30,3%

47,2%

-47,3%

-13,1%

35,9%

72,6%

-150,0% -100,0% -50,0% 0,0% 50,0% 100,0%

Ikan Hidup

Tuna

Rajungan

Gurita

Tw I-15 Tw IV-14

%,yoy

Dalam ribu USD

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

13

di triwulan I 2015 mencapai US$ 17,14 juta, tumbuh sebesar 298,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mencapai 124,6% (yoy).

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)

Grafik 1.17 Volume Impor Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan

1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: SEKTOR EKONOMI UTAMA

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi)

Sumber : BPS Sultra, Diolah

Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sultra secara dominan didorong oleh

kinerja positif di sektor pertambangan yang pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 9,4%

(yoy) setelah selama tahun 2014 tercatat tumbuh negatif akibat dari diberlakukannya UU

Minerba. Selain itu, stabilnya kinerja sektor industri pengolahan turut menopang peningkatan

17,14

298,09%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I

2014 2015

Impor Sultra gImpor Sultra (sb.kanan)

Juta US$yoy

316.901,0

-23,31%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Arus Bongkar Pelabuhan gArus Bongkar (sb. Kanan)

Volume (T/M3)

yoy

2015 Pangsa % SOG %

I II III IV IPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% 13,9% 12,0% 8,3% 2,8% -0,6% 23,4% -0,1%

Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 0,0% -8,1% -5,6% -5,0% 9,4% 21,7% 2,0%

Industri Pengolahan 4,2% 7,7% -3,8% 2,3% 13,9% 18,7% 18,2% 6,3% 1,0%

Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 7,1% 7,3% 9,1% 18,6% 17,0% 0,1% 0,0%

Pengadaan Air 9,3% 7,0% 9,5% 4,9% 7,3% 6,2% 3,0% 0,2% 0,0%

Konstruksi 8,7% 12,6% 16,2% 13,8% 11,4% 9,8% 1,7% 11,7% 0,2%

Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 10,8% 6,0% 8,0% 8,5% 6,7% 12,1% 0,8%

Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 7,0% 3,6% 3,7% 6,3% 5,3% 4,3% 0,2%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 9,7% 9,5% 8,8% 9,6% 5,8% 0,6% 0,0%

Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 4,8% 3,3% 1,7% 2,0% 3,6% 2,3% 0,1%

Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,8% 8,2% 8,4% 12,2% 10,8% 2,3% 0,2%

Real Estate 5,6% 6,6% 7,7% 7,5% 5,9% 5,5% 4,0% 1,8% 0,1%

Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 13,0% 9,9% 9,3% 7,1% 7,7% 0,2% 0,0%

Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 11,3% 10,2% 13,9% 16,1% 7,6% 5,5% 0,4%

Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,9% 13,7% 13,0% 14,4% 14,4% 5,0% 0,7%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 15,2% 15,6% 8,2% 10,0% 6,8% 1,0% 0,1%

Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 16,7% 18,0% 10,5% 7,4% 5,5% 1,5% 0,1%

PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100,0% 5,8%

Sektoral 2013 20142014

Tw IV 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

14

perekonomian di triwulan I 2015. Hal tersebut seiring dengan mulai optimalnya proses produksi nikel

olahan di salah satu produsen penghasil Nickel Pig Iron yang baru berdiri di Sultra, setelah di periode

tahun 2014 masih berada dalam fase produksi uji coba. Sementara itu, sektor dominan lainnya seperti

sektor pertanian mengalami kontraksi dan sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi

mengalami perlambatan kinerja. Hal tersebut menahan laju peningkatan di triwulan I 2015.

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi sebesar

0,6% (yoy) setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Berdasarkan hasil liaison

dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor

pertanian yang terjadi di triwulan I 2015 terutama disebabkan oleh bergesernya musim panen raya di

hampir seluruh sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya yang biasanya terjadi di

rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi bulan April-Mei. Pergeseran

musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat curah hujan selama awal periode

triwulan I (bulan Februari) sehingga menganggu pola masa tanam komoditas padi.

Sejalan dengan hal tersebut, tingginya curah hujan di awal periode triwulan I selain menganggu

kinerja sub-sektor tabama juga turut menganggu kinerja sub-sektor perikanan. Berdasarkan hasil

liaison kepada instansi terkait, diketahui bahwa terjadi penurunan produksi ikan segar. Tingginya

tingkat curah hujan menyebabkan nelayan mengalami kesulitan untuk pergi melaut sehingga

menganggu kinerja dan mengurangi hasil tangkapan ikan segar.

Di sisi lain, rendahnya kinerja sektor pertanian juga tidak lepas dari rendahnya kinerja tanaman

perkebunan yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao. Sebagaimana pola musimannya,

periode triwulan I merupakan fase perawatan bagi pohon kakao, sehingga hasil produksi dari

komoditas tersebut relatif sangat rendah. Masa panen kakao sendiri baru akan terjadi memasuki akhir

periode triwulan II dengan asumsi tidak terjadi pergeseran musim panen yang biasanya dipengaruhi

oleh kondisi cuaca.

1.3.2 Sektor Pertambangan

Setelah pada tahun 2014 tercatat tumbuh terkontraksi dan memberikan andil negatif, sektor

pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi di awal tahun 2015, yakni sebesar 9,4% (yoy).

Peningkatan tersebut sangat signifikan karena di triwulan sebelumnya kinerja sektor ini terkontraksi

sebesar 5,0% (yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan sektor tambang di periode laporan, selain

disebabkan oleh based point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014, juga

disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel yang

dibutuhkan dalam proses pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

15

perkembangan di sektor industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa

wilayah di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir di lapangan, diketahui bahwa

saat ini sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi secara penuh. Pengoperasian tungku

smelter secara maksimal akan memberikan efek langsung atas naiknya tingkat kebutuhan ore nickel

yang digunakan untuk proses pemurnian menjadi komoditi Nickel Pig Iron (NPI) maupun Ferro Nickel

(Feni) sehingga turut mendorong kinerja sektor tambang.

Mulai membaiknya kinerja sektor tambang tercermin dari mulai meningkatnya produksi ore nickel di

salah satu perusahaan pertambangan yang dapat tumbuh sebesar 1027,38% (yoy) di triwulan I 2015.

Perusahaan tersebut berhasil memproduksi ore nickle sebesar 112,7 ribu WMT. Meskipun demikian,

hasil produksi tersebut masih jauh dari rata-rata produksi triwulanan pada tahun 2012-2013 yang

lalu, dimana rata-rata produksi ore nickle dapat mencapai 710 ribu WMT/triwulan. Perusahan yang

memiliki smelter pengolahan nikel berupa Feni juga mencatat peningkatan produksi Feni. Pada

triwulan I 2015, produksi Feni mencapai 4.501 WMT, tumbuh sebesar 35,55% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,82% (yoy).

Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan

Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus

pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri pengolahan

di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian

mineral (smelter) disamping akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil

pertambangan di Sulawesi Tenggara, juga dapat tetap menjaga kesinambungan pertumbuhan

ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan.

Upaya pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian

mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu

lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan

dan pembangunan 34 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya, dimana 12 diantaranya

112.738,0

1027,38%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Produksi Ore Nickle gProduksi Ore Nickle (sb.kanan)

Volume (WMT)yoy

1.521

5,9%

-20,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

120,0%

1.360

1.380

1.400

1.420

1.440

1.460

1.480

1.500

1.520

1.540

1.560

III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Kredit Sektor Pertambangan gKredit Pertambangan (sb.kanan)

Rp miliar %, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

16

sudah mulai masuk di tahap konstruksi. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat

selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.

Peningkatan kinerja sektor pertambangan juga diikuti dengan meningkatnya kredit ke sektor tersebut.

Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan lokasi proyek

mencapai Rp1,52 triliun, tumbuh sebesar 5,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 7,2% (yoy). Dengan demikian, perbankan merealisasikan tambahan kredit

ke sektor ini sebesar Rp87 miliar selama 1 triwulan.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sejalan dengan kinerja di sektor pertambangan, pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan

tercatat tumbuh stabil sebesar 18,2% (yoy), relatif sama dengan kinerja di triwulan sebelumnya

sebesar 18,7% (yoy). Tingginya kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara tersebut

turut menopang akselerasi perekonomian di periode laporan. Hal tersebut didorong peningkatan

kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi

Tenggara. Pada triwulan I 2015, produksi feronikel di perusahaan tersebut tumbuh sebesar 35,55%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,82% (yoy).

Selain itu, tingginya kinerja sektor industri olahan juga turut didorong oleh mulai berproduksinya salah

satu perusahaan pengolah nikel yang telah memasuki fase produksi optimal, setelah selama tahun

2014 silam berada di fase uji coba.

Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Stabilnya kinerja sektor pengolahan belum diikuti dengan membaiknya realisasi kredit perbankan di

sektor ini. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 8,3%

(yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 13,5% (yoy).

Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kinerja sektor ini dan tetap

menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa

4.501,0

35,55%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Produksi Ferro Nickle gProduksi Ferro Nickle (sb.kanan)

Volume (WMT)yoy

171,6

8,3%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

135

140

145

150

155

160

165

170

175

180

185

III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Kredit Sektor Industri gKredit Industri (sb. Kanan)

Rp miliar %, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

17

pelaku usaha terkait, diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha sektor industri olahan relatif cenderung

memilih memenuhi kebutuhan modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui

fasilitas kredit perbankan.

1.3.4 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran

Sejalan dengan masih terkontraksinya ekspor dan melambatnya konsumsi rumah tangga

maupun konsumsi pemerintah, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan I

2015 hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang dapat

tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong perlambatan pertumbuhan sektor

perdagangan besar dan eceran di periode laporan diantaranya adalah akibat menurunnya aktivitas

perdagangan antar pulau. Disamping itu, pelemahan daya beli masyarakat juga turut mendorong

penurunan aktivitas dan kinerja di sektor perdagangan besar dan eceran.

Kondisi tersebut terkonfirmasi dari penurunan penjualan kendaraan bermotor baik roda dua maupun

roda empat. Data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan adanya

penurunan penjualan kendaraan roda dua sebesar 13,55% (yoy) dan penurunan sebesar 31,03%

(yoy) atas penjualan kendaraan roda empat.

Sumber: Dispenda Provinsi Sultra (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.23 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.24 Transaksi Perdagangan luar negeri

Melambatnya kinerja sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh menurunnya transaksi perdagangan

luar negeri. Melemahnya nilai ekspor disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi ekonomi negara

tujuan ekspor seperti Tiongkok. Disisi lain, pulihnya kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang

memberikan efek atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika

menyebabkan beban biaya perolehan barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi tersebut mendorong

beberapa importir cenderung menahan pembeliannya sambil menunggu kondisi menjadi lebih stabil.

-13,55%

-31,03%-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kendaraan Roda 2 Kendaraan Roda 4

%, yoy

66,1

17,1

-

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I

2014 2015

Ekspor LN Impor LN

Juta USD

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

18

Disisi lain, perlambatan yang terjadi di sektor perdagangan besar dan eceran juga turut terkonfirmasi

oleh menurunnya aktivitas bongkar dan muat di pelabuhan Kota Kendari. Data PT Pelindo

menunjukan bahwa aktivitas bongkar barang tercatat mengalami penurunan sebesar 23,31% (yoy),

sementara aktivitas muat barang juga mengalami penurunan yakni sebesar 3,69% (yoy).

Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.25 Nominal Exim Sultra Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor

Selain itu, kondisi perlambatan sektor perdagangan diikuti dengan melambatnya realisasi kredit ke

sektor tersebut. Pada triwulan I 2014, kredit sektor perdagangan mencapai Rp3,99 triliun, atau

tumbuh sebesar 10,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang dapat tumbuh

sebesar 12,1% (yoy).

1.3.5 Sektor Konstruksi

Pada triwulan I 2015, sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,7% (yoy) melambat cukup besar bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Perlambatan

tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi bangunan di Sulawesi Tenggara dan

terkofirmasi juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan I 2015. Adapun investasi yang

masih tumbuh tinggi di triwulan tersebut adalah investasi non bangunan, yaitu berupa kendaraan dan

mesin smelter.

Perlambatan investasi bangunan terjadi karena realisasi konstruksi fisik bangunan belum terlalu tinggi.

Disamping itu, based point effect akibat dari tingginya kinerja sektor konstruksi di periode yang sama

tahun lalu juga turut menjadi salah satu penyebab atas rendahnya tingkat pertumbuhan sektor

konstruksi di periode laporan.

Meski demikian, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur di beberapa

kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait

konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan diperkirakan akan turut mendorong

-23,31%

-3,69%

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Arus Bongkar Arus Muat

%, yoy

3.994

10,7%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

3.100

3.200

3.300

3.400

3.500

3.600

3.700

3.800

3.900

4.000

4.100

III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Kredit Sektor Perdagangan gKredit Perdagangan

Rp miliar %, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

19

perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi memasuki periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil

liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara

berkesinambungan selama rentang tahun 2015 hingga tahun 2016.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen

Grafik 1.27 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.28. Penjualan Semen

1.3.6 Sektor Transportasi Dan Pergudangan

Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat sebesar

5,3% (yoy) pada triwulan I 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 6,3% (yoy).

Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh jumlah penumpang bandara yang mengalami penurunan

sebanyak 86,1 ribu orang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Disamping itu, penurunan

jumlah penumpang juga terjadi pada mode transportasi laut dimana terdapat penurunan arus jumlah

penumpang di pelabuhan sebesar 26,8 ribu penumpang bila dibandingkan dengan posisi di triwulan

sebelumnya.

Sumber: Bandar Udara Haluoleo Sumber: PT Pelindo

Grafik 1.29.Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut

428,6

-8,9%

-15,0%

-10,0%

-5,0%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

0

100

200

300

400

500

600

III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Kredit Sektor Konstruksi gKredit Konstruksi (sb.kanan)

Rp miliar %, yoy

136.246

123.173

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penjualan Semen

kg

250.009

163.936

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penumpang Pesawat Udara

orang

152.200

125.377

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penumpang Kapal Laut

orang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

20

Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa instansi terkait, penurunan yang terjadi di periode laporan

terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga tiket pesawat udara sejalan dengan kebijakan

pemerintah. Di samping itu, penurunan yang terjadi juga sejalan dengan pola tahunan yang ada,

dimana pada rentang periode triwulan I relatif tidak terdapat momen hari raya, libur panjang ataupun

pelaksanaan event skala nasional maupun internasional yang dapat mendorong tingginya arus

transportasi masyarakat, baik melalui mode transportasi udara maupun laut.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

21

BOKS 1

POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Berdasarkan hasil studi dan penelitian terakhir terhadap kondisi sektor pertambangan di Sulawesi

Tenggara diketahui bahwa di dalam perut bumi Sulawesi Tenggara terkandung berbagai macam

potensi sumber daya alam yang bernilai tinggi.

Terdapat 3 (tiga) komoditas tambang utama di Sulawesi Tenggara yakni Ore Nikel, Aspal dan Emas.

Ketiga komoditas tersebut tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten di Sulawesi

Tenggara. Dari gambar diatas diketahui bahwa untuk komoditas ore nikel, potensi cadangan alam

terbesar terdapat di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe Selatan dengan potensi produksi

sebanyak 50 miliar WMT. Untuk keseluruhan Sultra sendiri, memiliki potensi cadangan ore nikel

sebanyak 97 miliar WMT dengan nilai ekonomi sebesar Rp23 ribu triliun. Sementara untuk

komoditas aspal terkonsentrasi di Pulau Buton, Kabupaten Buton dengan potensi produksi

sebanyak 3,8 miliar WMT dan memiliki nilai ekonomis sebesar Rp2,300 triliun. Disisi lain, kandungan

emas yang terdapat di kabupaten Bombana diperkirakan mencapai 1,12jt ton dengan nilai

ekonomis yang diperkirakan mencapai hingga Rp400ribu triliun.

Kolaka• Luas Potensi 57rb ha• Potensi Produksi 12

miliar WMT

Bombana (Emas)• Potensi Produksi 1,12jt ton• Nilai Ekonomis 400rb triliunBombana (Nikel)• Luas Potensi 24rb ha• Potensi Produksi 28 miliar WMT

Konawe Utara & Selatan• Luas Potensi 85rb ha• Potensi Produksi 50

miliar WMT

Baubau & Buton• Potensi Produksi 3,8 miliar WMT• Nilai Ekonomis 2300 triliunTambang Nikel• Luas Potensi 5rb ha• Potensi Produksi 1,7 miliar WMT

Konawe• Luas Potensi 61rb ha• Potensi Produksi 1,7

miliar WMT

±Rp425 ributriliun

Kolaka Utara• Luas Potensi 80rb ha• Potensi Produksi 2,8

miliar WMT

Nikel

NikelNikel

Nikel

Nikel

Aspal

Emas

Potensi Nikel Sultra:97 Miliar WMT23 ribu triliun

Potensi Emas Sultra:1,2 juta ton

400 ribu triliun

Potensi Aspal Sultra:4 Miliar WMT

2300 triliun

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

22

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

23

Keuangan

Pemerintah

Kondisi perekonomian yang sudah menunjukkan adanya perbaikan belum diikuti

oleh peningkatan pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I

2015. Realisasi pendapatan asli daerah yang menurun ditambah dengan belum

direalisasikannya pendapatan transfer pemerintah pusat menyebabkan serapan

realisasi pendapatan pemerintah daerah baru sebesar 0,03% atau senilai Rp71,93

miliar dari total target sebesar Rp2,26 triliun.

Sementara itu, pengelolaan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I 2015 serapan realisasi belanja

pemerintah daerah mencapai 12,45% atau senilai Rp286,36 miliar dari total target

sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini terutama terjadi karena adanya peningkatan belanja

operasi dan belanja modal.

Bab 2

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

24

2.1 STRUKTUR ANGGARAN

Konsolidasi pemerintahan baru dan APBN-P tahun 2015 yang baru disetujui di pertengahan

triwulan I 2015 menyebabkan kinerja realisasi pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya1. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan

yang hanya mencapai Rp71,93 miliar di triwulan I 2015 dan seluruhnya disumbangkan oleh

pendapatan asli daerah (PAD). Adapun pada triwulan tersebut tidak ada pendapatan transfer yang

didapatkan baik berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus maupun dana bagi hasil. Padahal

sejak tahun 2011, pendapatan transfer mendominasi pendapatan APBD Pemprov di triwulan I dengan

pangsa sebesar 67%-77% (Grafik 2.1).

Sementara itu dari sisi belanja, pos belanja operasi masih menjadi pos dominan dari struktur belanja

pemerintah daerah di triwulan I dengan pangsa sebesar 81%, relatif sama dengan pangsa di tahun

sebelumnya yang mencapai 80%. Meskipun demikian, terdapat peningkatan secara nominal pada

pos belanja operasi tersebut sehingga mendorong realisasi belanja yang lebih besar di tahun ini. Selain

itu, kondisi yang perlu diapresiasi adalah meningkatnya pangsa belanja modal dari hanya 1% di

triwulan I 2014 menjadi 3% di triwulan I 2015.

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah) Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah)

Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi

Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I

Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja

APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I

2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD

2.2.1 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN

Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada triwulan I 2015 jauh lebih

rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun

1 APBN Perubahan Tahun 2015 disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 13 Februari 2015 dengan

mengeluarkan UU Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan APBN 2015. Adapun UU tersebut ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015 pada tanggal 17 Maret 2015.

-

100

200

300

400

500

600

2011 2012 2013 2014 2015

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer

Pendapatan Lain-Lain yang Sah

Rp miliar

Rp71,9

Rp263,7

Rp564,9

Rp371,5

Rp301,6

100%33%23%29%27%

71%

67%

77%

71%73%

Triwulan I

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Operasi Belanja Modal Transfer

Rp miliar

Rp286,4

Rp251,2

Rp301,7

Rp411,3

Rp172,6

81%80%65%

74%

91%

16%19%

30%

20%

9%

Triwulan I

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

25

sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 baru terealisasi

senilai Rp71,93 miliar, atau sebesar 0,03% dari target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka

serapan tersebut tercatat mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan realisasi

di triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp263,72 miliar atau 12,34% dari target dalam APBD.

Penurunan realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh belum terealisasinya

pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang pada periode triwulan I tahun 2014 dapat terealisasi

sebesar 11,51% atau senilai Rp175,68 miliar.

Disisi lain, realisasi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) di periode laporan juga tercatat mengalami

penurunan apabila dibandingkan realisasi di triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode

laporan, realisasi PAD Sultra tercatat sebesar 13,63% dari target dalam APBD 2015, atau senilai

Rp71,93 miliar, angka tersebut diketahui lebih rendah dibanding realisasi di triwulan I tahun 2014

yang mencapai 15,44% atau senilai Rp88,04 miliar.

Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Penurunan PAD Sultra tersebut terutama disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan pada pos

hasil pengelolaan yang dipisahkan. Meskipun demikian, pos pendapatan pajak daerah di triwulan I

2015 tersebut justru tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,34% (yoy) atau senilai Rp6,53 miliar.

Kembali meningkatnya aktivitas di sektor pertambangan diperkirakan turut memberikan efek positif

atas meningkatnya pendapatan pajak daerah Sulawesi Tenggara.

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

PENDAPATAN 564,94 28,94% 263,72 12,34% 71,93 0,03

PENDAPATAN ASLI DAERAH 128,77 25,62% 88,04 15,44% 71,93 13,63%

Pendapatan Pajak Daerah 96,38 25,66% 57,59 12,32% 64,12 16,02%

Hasil Retribusi Daerah 5,39 22,26% 4,19 18,17% 0,84 4,59%

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,82 100,00% 23,29 97,04% - 0,00%

Lain-lain PAD 3,18 4,03% 2,97 5,34% 6,97 8,18%

PENDAPATAN TRANSFER 434,51 30,10% 175,68 11,51% - 0,00%

Transfer Pemerintah Pusat 362,13 31,73% 175,61 14,49% - 0,00%

Dana Bagi Hasil Pajak 0,51 0,75% - 0,00% 0,00%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 18,63 46,85% - 0,00% 0,00%

Dana Alokasi Umum 327,01 33,33% 175,61 16,67% 0,00%

Dana Alokasi Khusus 15,98 30,00% - 0,00% 0,00%

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 72,38 23,95% 0,08 0,02% - 0,00%

Dana Otonomi Khusus - - - - -

Dana Penyesuaian 72,38 23,95% 0,08 0,02% 0,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1,66 28,58% - 0,00% - -

Pendapatan Hibah 0,00% - 0,00% -

Pendapatan Dana Darurat - - - - -

Pendapatan Lainnya 1,66 - - - -

Triwulan I Triwulan I Triwulan IU R A I A N

APBD 2015APBD 2014APBD 2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

26

2.2.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA

Berkebalikan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2015 justru tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi

anggaran di triwulan I 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode

laporan mencapai 12,45% dari target, lebih tinggi daripada kinerja di periode yang sama tahun

sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 10,25%. Peningkatan kinerja

keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal.

Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 16,01% dan secara nominal meningkat sebesar 15,73%

(yoy). Sementara belanja modal tercatat telah direalisasikan sebesar 1,79% atau secara nominal

meningkat sebesar 214,35%. Disamping itu, pos dana transfer bagi hasil ke kabupaten/kota juga

telah terealisasi dengan cukup baik atau sebesar 19,74% dari target APBD.

Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Meskipun realisasi pos belanja modal penyerapannya baru sebesar 1,79% dari target APBD, namun

secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan oleh telah terealisasinya beberapa proyek pada pos belanja jalan, irigasi, serta pada pos

belanja peralatan dan mesin. Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi belanja pemerintah pada

perbaikan ruas jalan nasional, maupun jalan provinsi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara.

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

Realisasi

(Miliar Rp)Serap (%)

BELANJA 301,73 13,86% 251,22 10,25% 286,36 12,45%

BELANJA OPERASI 197,59 14,90% 199,91 13,75% 231,36 16,01%

Belanja Pegawai 96,83 16,67% 84,02 14,59% 101,60 17,12%

Belanja Barang 14,67 4,93% 21,19 5,22% 20,85 6,65%

Belanja Bunga 8,11 27,69% 8,67 33,92% 7,64 31,63%

Belanja Subsidi - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Hibah 74,42 24,22% 80,03 24,49% 101,27 24,52%

Belanja Bantuan Sosial - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan 3,56 3,19% 6,00 5,04% - 0,00%

BELANJA MODAL 12,15 2,01% 3,37 0,46% 10,61 1,79%

Belanja Tanah - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Peralatan dan Mesin 0,46 0,96% 0,13 0,26% 0,80 1,55%

Belanja Bangunan dan Gedung 0,12 0,22% 0,03 0,02% 0,04 0,02%

Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 11,56 2,46% 3,21 0,74% 9,76 2,94%

Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,02% 0,00 0,00% 0,00 0,05%

BELANJA TIDAK TERDUGA - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Tak Terduga - 0,00% - 0,00% - 0,00%

TRANSFER 91,99 38,95% 47,93 19,20% 44,39 19,74%

Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota - 0,00% 47,93 19,20% 44,39 19,74%

Bagi Hasil Pajak 91,99 38,95% - 0,00% - 0,00%

Triwulan I Triwulan I Triwulan IU R A I A N

APBD 2015APBD 2014APBD 2013

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

27

Sementara itu data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP) menunjukkan kinerja

keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 relatif masih rendah

dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan akhir triwulan I 2015, kondisi keuangan

Pemprov Sultra baru mencapai 13,66% di bawah target 32,34%. Sementara itu kondisi penyelesaian

fisik baru mencapai 3,43%, di bawah target 27,49%. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh

masih berlangsungnya proses lelang sehingga tingkat realisasi di lapangan relatif masih rendah.

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Sumber: : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan

Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara

Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik

Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan

APBD Sulawesi Tenggara

Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, tingkat realisasi baik

kondisi keuangan maupun pada proses penyelesaian fisik di periode laporan tercatat relatif lebih baik

apabila dibandingkan kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat realisasi keuangan

sampai dengan triwulan I 2015 sebesar 13,66%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan

periode triwulan I 2014 sebesar 10,58%. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi penyelesaian fisik

sampai dengan posisi triwulan tercatat sebesar 3,43%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan

periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,67%.

3,20%

10,75%

19,48%

3,41%

22,97%

32,34%

2,65%

7,37%

10,58%

2,59%

8,79%

13,66%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

1 2 3 1 2 3

2014 . 2015

Target

Realisasi

1,33%

6,56%

16,18%

3,78%

10,90%

27,49%

0,00% 0,86%2,67%

0,00%1,35%

3,43%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

1 2 3 1 2 3

2014 . 2015

Target

Realisasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

28

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

29

Inflasi

Daerah

Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami

penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan

laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik

di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut

terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food.

Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan

pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi

pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen volatile food dipicu

telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan cabai rawit. Lebih lanjut,

salah satu upaya TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk melakukan

pengendalian inflasi di daerah adalah dengan membuat Roadmap Pengendalian

Inflasi.

Bab 3

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30

3.1 KONDISI UMUM

Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan

Kota Baubau, menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi Tenggara

mencapai 7,80% (yoy) pada triwulan I 20151. Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang mencapai 8,79% (yoy). Penurunan laju

inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari

maupun di Kota Baubau. Laju inflasi Kota Kendari di triwulan I 2015 mencapai sebesar 6,81% (yoy),

menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan IV 2014 sebesar 7,39%

(yoy).

Meskipun demikian, realisasi inflasi di Kota Kendari tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

tingkat inflasi nasional (6,38%, yoy) maupun tingkat inflasi Kawasan Timur Indonesia -KTI (6,83%,

yoy). Disisi lain, laju inflasi kota Baubau di triwulan I 2015 mencapai 10,52% (yoy), mengalami

penurunan dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,37% (yoy).

Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)

Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan

Penurunan inflasi di Kota Kendari, terutama disebabkan oleh adanya penurunan pada kelompok

transportasi dan komunikasi yang pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 5,13% (yoy) setelah

pada periode sebelumnya mencapai 12,50% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan

pemerintah yang sempat menurunkan harga BBM pada periode laporan. Sedikit berbeda dengan

kondisi di Kota Kendari, penurunan tingkat inflasi di Kota Baubau secara dominan didorong oleh

kelompok bahan makanan (dari 17,02%-yoy menjadi 14,82%-yoy), kelompok sandang (dari 10,05%-

1 Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau

6,38%

6,81%

7,80%

10,52%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar

2014 2015

Inflasi Nasional Inflasi Kendari Inflasi Sultra Inflasi Baubau

%,yoy

IHK Inflasi

Kendari

IHK Inflasi

Baubau

IHK Inflasi

Sultra

IHK Inflasi

Nasional

IHK Inflasi

KTI

6,81%

10,52%

7,80%

6,38%6,83%

Perbandingan Inflasi Tahunan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

31

yoy menjadi 8,70%-yoy) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (dari 9,28%-

yoy menjadi 8,00%-yoy).

Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok

Sumber: BPSProv Sultra (diolah)

Secara bulanan, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 mengalami laju inflasi yang

lebih rendah dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan IV 2014. Secara agregat, selama

periode triwulan I 2015 tersebut Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 0,61% (mtm)

pada bulan Januari, deflasi sebesar 0,75% (mtm) pada bulan Februari dan inflasi sebesar 0,30% (mtm)

pada bulan Maret. Deflasi yang terjadi pada bulan Januari dan Februari tersebut disebabkan oleh

adanya koreksi harga pada kelompok bahan makanan. Sedangkan untuk bulan Maret terjadi inflasi

yang disebakan oleh tekanan pada kelompok transportasi dan komunikasi. Hal tersebut merupakan

dampak kebijakan pemerintah yang menaikan harga komoditas bensin pada tanggal 28 Maret 2015

dari semula Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter dan komoditas solar dari yang semula Rp6.400,-

/litter menjadi Rp6.900,-/liter.

Sumber: BPS Prov Sultra Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)

Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari

Kondisi tersebut sejalan dengan laju inflasi yang terjadi di Kota Kendari selama triwulan I 2015. Setelah

deflasi yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2015, Kota Kendari mengalami inflasi di bulan Maret.

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, Kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,96%

Okt Nov Des Jan Feb Mar

Bahan Makanan 0,35% 2,55% 1,53% 0,19% -0,86% -1,66%

Makanan Jadi 0,13% 0,33% 1,04% 0,94% 0,44% 0,39%

Perumahan 0,91% 0,55% 3,81% 0,84% -0,11% 0,28%

Sandang -0,42% -0,67% 2,57% -0,42% 0,30% 0,88%

Kesehatan 0,34% 0,14% 1,54% 0,37% 0,04% 1,20%

Pendidikan & Kesehatan 0,06% 0,15% 1,68% -0,85% 0,49% 0,04%

Transportasi & Komunikasi -0,02% 4,52% 6,91% -3,96% -2,96% 2,67%

Inflasi (mtm) 0,31% 1,65% 3,29% -0,61% -0,76% 0,30%

2014 2015Kelompok

Oct Nov Dec Jan Feb Mar

TW IV TW I

0,18%

1,67%

3,27%

-0,96% -0,91%

0,57%

0,31%

0,71%

-0,97%

-0,01%-0,10%

0,08%

Jan '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiJan 2010-2014

Feb '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiFeb 2010-2014

Mar '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiMar 2010-2014

MarFebJan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

32

(mtm) di bulan Januari, deflasi sebesar 0,91% (mtm) di bulan Februari dan mengalami inflasi sebesar

0,57% (mtm) di bulan Maret (Grafik3.3). Sementara itu, kondisi inflasi di kota Baubau memiliki pola

yang berbeda dengan kota Kendari, dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 0,32%

(mtm) dan pada bulan Februari dan Maret mengalami deflasi sebesar 0,34% (mtm) dan 0,39% (mtm).

Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 1,06% (qtq) pada triwulan I 2015,

lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 5,33% (qtq).

Penurunan tersebut didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi

yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 2,32% dan 4,31%. Penurunan pada

kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh sudah masuknya musim panen aneka cabai

pada triwulan I 2015, sedangkan pada kelompok transportasi dan komunikasi disebabkan deflasi yang

terjadi pada subkelompok transport sebesar 6,34% (qtq) akibat kebijakan pemerintah yang

menurunkan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015.

Kondisi serupa terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau yang masing-masing tercatat mengalami

deflasi sebesar 1,30% (qtq) dan 0,41 (qtq) setelah sebelumnya mengalami inflasi sebesar 5,19% (qtq)

dan 5,71%(qtq) di triwulan IV 2014. Rendahnya tekanan inflasi di Kota Kendari disebabkan oleh

deflasi yang yang terjadi kelompok bahan makanan (-1,36%, qtq) dan kelompok transport dan

komunikasi (-6,75%, qtq). Sedangkan untuk deflasi yang terjadi di Kota Baubau hanya disebabkan

oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 4,55% (qtq).

Tabel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok

Sumber: BPSProv Sultra (diolah)

3.2 DISAGREGASI INFLASI2

Penurunan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015, terutama bersumber dari

komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor

terbesar yang mendorong penurunan pada periode tersebut. Pada triwulan I 2015 komponen

administered prices di provinsi Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 12,02% (yoy) lebih

2Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

2015

I II III IV I II III IV I

Bahan Makanan 0,24% 1,06% 9,09% -5,15% -4,69% 4,34% 2,98% 4,18% -1,36%

Makanan Jadi 0,65% 0,96% 1,70% 0,55% 0,82% 1,01% 1,54% 1,04% 2,08%

Perumahan 0,88% 6,16% 0,96% 0,79% 0,76% 0,12% 2,01% 5,48% 1,19%

Sandang -1,03% -7,11% 1,65% -1,31% 0,48% -0,34% 0,36% -0,08% 0,33%

Kesehatan 1,58% 0,10% 0,02% 1,04% 1,05% 0,88% 1,22% 2,13% 2,20%

Pendidikan & Kesehatan 0,66% -0,05% 0,42% 0,11% 0,08% 0,30% 0,66% 1,33% -0,60%

Transportasi & Komunikasi -0,96% 4,77% 13,56% 0,19% -0,21% 0,70% 0,48% 11,42% -6,75%

Inflasi (qtq) 0,18% 1,96% 5,23% -1,20% -0,76% 1,28% 1,58% 5,19% -1,30%

2013 2014Inflasi IHK (qtq)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

33

rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 16,35% (yoy). Penurunan

inflasi di kelompok tersebut sudah terjadi sejak bulan Januari 2015, dimana terdapat kebijakan

pemerintah pusat terhitung sejak tanggal 19 Januari 2015 yang menurunkan harga bahan bakar

premium bersubsidi dari Rp7.600,-/liter menjadi Rp6.600,-/liter dan bahan bakar solar dari Rp7.250,-

/liter menjadi Rp6.400,-/liter. Hal tersebut membuat komoditas bensin dan solar di Kota Kendari dan

Kota Baubau mengalami deflasi masing-masing sebesar 15,53% (mtm) dan 8,08% (mtm).

Selanjutnya, penurunan tekanan inflasi dari komponen administered prices masih berlanjut pada bulan

Februari 2015 pada komoditas bensin dan solar serta berimbas pada koreksi harga pada tarif

angkutan. Pada bulan Februari 2015 di Kota Kendari komoditas angkutan antar kota dan komoditas

angkutan dalam kota masing-masing mengalami deflasi sebesar 3,88% (mtm) dan 7,93% (mtm).

Pada bulan Maret 2015 komponen administered prices mengalami peningkatan harga sebesar 2,40%

(mtm) akibat adanya kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Maret 2015 yang menaikkan harga

premium bersubsidi dari dari Rp6.600,-/liter menjadi Rp6.800,-/liter serta pada tanggal 28 Maret 2015

dimana harga premium tercatat mengalami kenaikan harga dari semula Rp6.800,-/liter menjadi

Rp7.300,-/liter. Di samping itu, pemerintah juga menaikkan harga solar bersubsidi dari semula

Rp6.400,-/liter menjadi Rp6.900,-/liter.

Selain itu, tingkat inflasi kelompok administered prices juga turut dipengaruhi oleh kenaikan tarif

angkutan udara khususnya di kota Baubau yang mengalami inflasi sebesar 44,26% (mtm) pada bulan

Januari 2015. Inflasi yang terjadi tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikan

Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi

Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan I 2015 juga menunjukkan adanya

perkembangan harga yang menurun. Pada triwulan I 2015 inflasi komponen volatile food tercatat

pada level 11,60% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014 2015

Inflasi Volatile Food (sb.kanan)

Core (sb.kanan) Administered Price (sb.kanan)

%,mtm %,mtm

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

34

12,11% (yoy). Penurunan komponen volatile food utamanya terjadi pada bulan Januari dan Februari

2015.

Beberapa komoditas volatile food di Kota Kendari yang mengalami penurunan harga selama Januari

2015 antara lain sub-kelompok sayur-sayuran seperti komoditas daun singkong (-33,16%, mtm) dan

komoditas terong panjang (-33,91%, mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan,

komoditas yang mengalami penurunan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai merah (-

27,88%, mtm) dan komoditas cabe rawit (-17,24%, mtm). Penurunan harga yang terjadi tersebut

disebabkan oleh masuknya musim panen komoditas-komoditas tersebut sehingga menambah jumlah

supply yang ada di pasar. Sementara itu, di Kota Baubau, penurunan selain disebabkan oleh sub

kelompok bumbu-bumbuan juga disebabkan oleh sub kelompok ikan segar dan sub kelompok daging

dan hasil-hasilnya. Seperti halnya yang terjadi pada kota Kendari, penurunan level harga pada sub

kelompok bumbu-bumbuan disebabkan oleh komoditas cabai merah (-24,75%, mtm) dan komoditas

cabai rawit (-3,41%, mtm). Sementara itu, pada sub-kelompok ikan segar didorong oleh penurun

harga pada beberapa komoditas seperti cakalang (-10,26%, mtm), kembung (-10,22%, mtm), cumi-

cumi (-34,40%, mtm) dan baubara (-9,85%, mtm) disebabkan faktor cuaca yang mendukung nelayan

untuk melaut sehingga menyebabkan peningkatan stok ikan di pasaran yang pada akhirnya

mendorong penurunan indeks harga komoditas ikan segar di Kota Baubau. Sedangkan untuk sub

kelompok daging dan hasil-hasilnya didorong oleh penurunan harga pada komoditas daging sapi (-

1,17%, mtm).

Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Februari 2015, sehingga di Kota Kendari terjadi penurunan

harga terutama pada sub-kelompok sayur-sayuran (-7,91%, mtm), bumbu-bumbuan (-19,46%, mtm)

sementara untuk kota Baubau penurunan harga terutama terjadi pada sub kelompok bumbu-

bumbuan (-15,27%, mtm) serta daging dan hasil-hasilnya (-1,82%, mtm).

Sementara itu, untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara

berada pada level yang stabil yaitu dari 4,57% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 4,53% (yoy) pada

triwulan I 2015. Terdapat beberapa sub kelompok yang mengalami peningkatan level harga yaitu sub

kelompok sandang (semula 4,33%, yoy menjadi 2,61%, yoy) dan sub kelompok pendidikan, rekreasi

dan olah raga (semula 4,85%, yoy menjadi 2,71%, yoy). Sementara peningkatan yang terjadi pada

sub kelompok perumahan mampu menahan level inflasi. Inflasi pada sub kelompok perumahan

tersebut tercatat sebesar 8,79% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 5,67% (yoy).

3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi memerlukan suatu alur yang holistic dan terintegrasi. Berdasarkan

karakteristik inflasi di Indonesia yang lebih dipengaruhi oleh sisi supply baik pada kelompok volatile

food maupun administered prices, diperlukan upaya untuk menjaga kesinambungan laju inflasi yang

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

35

rendah melalui penyusunan Roadmap Pengendalian Inflasi yang secara garis besar terdiri dari 3 (tiga)

fase utama, yakni:

A. Fase 1: Membangun Sinergi (2015-2017)

B. Fase 2: Memantapkan Langkah (2018-2021)

C. Fase 3: Menjaga Komitmen (2021-2024)

Grafik 3.6.Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara

Pada masing-masing fase tersebut terdapat 4 (empat) strategi kebijakan yang perlu dilakukan oleh

setiap pihak terkait. Kebijakan yang dapat disingkat menjadi Berempati (4Ti), yaitu:

1. Tingkatkan Produksi Pangan Strategis

a. Prioritas perbaikan infratsruktur pendukung produksi pertanian, perikanan dan

peternakan.

b. Prioritas akses petani, nelayan dan peternak atas sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan

penguatan permodalan.

c. Peningkatan kompetensi SDM petani, nelayan maupun peternak.

d. Penguatan kerjasama antar dinas terkait dengan penyuluh ataupun akademisi.

e. Identifikasi potensi penambahan lahan pertanian, jumlah ternak maupun kapal nelayan.

Roadmap Pengendalian Inflasi

Fase 2

Str

ate

gi

Ke

bija

kan Tingkatkan

ProduksiPangan Strategis

Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi

Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID

Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat

.

.

.

.

.

Data &

Analisis

Rekomendasi

Kebijakan

Komunikasi

Monitoring

Evaluasi 1 INPUT 2PRODUKSI 3 DISTRIBUSI 4 KONSUMSI

Sik

lus

Ke

rja

area pengembangan

i p d k

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

36

Grafik 3.7.Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis

2. Tingkatkan Kelancaran & Pasokan Distribusi

a. Pembangunan infrastruktur logistik pertanian dan pedesaan, serta pelabuhan

penghubung.

b. Identifikasi pola perdagangan intra maupun antar daerah.

c. Mempersingkat rantai perdagangan antar daerah.

d. Pembangunan sub-terminal agribisnis dan perikanan.

e. Identifikasi produsen/pedagang yang berpotensi untuk bermitra dengan

pedagang/produsen dari daerah lain.

f. Pemenuhan energi (listrik, BBM maupun LPG).

Fase 2

Memprioritaskan perbaikan

infrastruktur pendukung produksi

pertanian, peternakan dan

perikanan

Peningkatan dan perbaikan

infrastruktur produksi dan

transportasi di daerah sentra

produksi

Perluasan pembangunan

infrastruktur pendukung produksi

dan transportasi di daerah sentra

produksi

Memprioritaskan akses petani,

peternak, nelayan kepada sarana

produksi (pupuk, bibit, dll) dan

modal

Peningkatan dan perbaikan akses

petani, peternak, nelayan kepada

sarana produksi (pupuk, bibit, dll)

dan modal

Perluasan akses petani, peternak,

nelayan kepada sarana produksi

(pupuk, bibit, dll) dan modal

Tingkatkan ProduksiPangan Strategis

Peningkatan kompetensi petani

dan nelayan melalui pelatihan

Penyiapan kompetensi SDM

dalam meningkatkan produksi

pertanian melalui intensifikasi,

diversifikasi, pengembangan dan

rehabilitasi

Pengoptimalan kemampuan SDM

dalam memaksimalkan

produktivitas melalui

intensifikasi, diversifikasi,

pengembangan dan rehabilitasi

Penguatan kerjasama antara

dinas pertanian/peternakan,

penyuluh dan akademisi

Memperluas kerjasama antara

dinas pertanian/peternakan,

penyuluh dan akademisi

Pengoptimalan kerjasama antara

dinas pertanian/peternakan,

penyuluh dan akademisi

Identifikasi potensi penambahan

lahan pertanian, jumlah ternak

atau kapal nelayan

Meningkatkan luas lahan

pertanian, jumlah ternak dan

kapasitas kapal nelayan

Meningkatkan produktivitas dan

merevitalisasi lahan pertanian dan

kapal yang ada

Infrastruktur

penunjang

Sarana

pendukung

Pengelolaan

SDM

Pemanfaatan

teknologi

Peningkatan

kapasitas

i p

i

i p

p

p

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

37

Grafik 3.8.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi

3. Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID

a. Pengembangan SDM anggota TPID tingkat Kota/Kabupaten.

b. Pembentukan TPID di seluruh Kota/Kabupaten di Sulawesi Tenggara.

c. Membangun dan mengembangan mekanisme pengendalian harga oleh TPID Provinsi,

Kota dan Kabupaten.

d. Peningkatan sinergi dan koordinasi TPID antar kota/kabupaten dalam 1 provinsi untuk

dikembangan dalam penguatan sinergi dan koordinasi TPID antar provinsi.

Fase 2

Memprioritaskan pembangunan

infrastruktur logistik pertanian dan

pedesaan dan pelabuhan

penghubung

Peningkatan dan perbaikan

infrastruktur transportasi antar

kabupaten dan antar provinsi (jalan

dan pelabuhan)

Peningkatan dan perbaikan

infrastruktur transportasi antar

kabupaten dan antar provinsi (jalan

dan pelabuhan)

• Identifikasi perdagangan intra

dan antar daerah

• Mempersingkat rantai

pemasaran untuk menekan

biaya dan mengantisipasi risiko

produk rusak

Peningkatan efisiensi jalur

distribusi bahan pangan strategis,

terutama untuk menjaga stabilitas

harga dan ketersediaan stok

Terciptanya rantai pemasaran

yang efisien sehingga

meningkatkan daya saing, dan

memberikan kesejahteraan bagi

petani

Konektivitas

Tata niaga

Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi

Memprioritaskan pembangunan

sub terminal agribisnis dan

perikanan

Meningkatkan jaringan sub

terminal agribisnis/perikanan

dengan pusat perdagangan

Membuat pusat distribusi

komoditas pokok dan strategis

provinsi

Infrastruktur

tata niaga

Mengidentifikasi

produsen/pedagang yang

berpotensi untuk bermitra dengan

produsen/pedagang daerah lain

Meningkatkan fasilitasi dan

mempermudah perijinan untuk

kerjasama produsen/pedagang

dengan produsen/pedagang

daerah lain

Perluasan fasilitasi kerjasama

antar produsen/pedagang di

daerahnya dengan daerah lain

Kerjasama

antar daerah

d

d

d

d

Memprioritaskan pemenuhan

energi (listrik, BBM dan LPG)

Menambah pasokan energi Memastikan stabilitas pasokan

energi

Pasokan

energi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

38

Grafik 3.9.Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID

4. Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat

a. Membangun PIHPS regional, mencakup perkembangan harga tingkat provinsi dan

kota/kabupaten dan perkembangan harga di tingkat konsumen.

b. Memperluas komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat melalui media massa.

c. Membangun kepedulian masyarakat atas budaya konsumsi yang wajar.

Fase 2

Capacity Building SDM TPID

tingkat Kabupaten/

Kota

Pemantapan Capacity Building

SDM TPID tingkat Kabupaten/

Kota

Meningkatkan Capacity SDM TPID

tingkat Kabupaten/ Kota

Membentuk TPID di seluruh

kota/kabupaten

Membentuk klaster wilayah untuk

mempermudah koordinasi dan

sinergi antar TPID kab/kota

Meningkatkan koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan

pengendalian inflasi

Membangun dan

mengembangkan mekanisme

pengendalian harga oleh TPID

Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Membangun dan mengembangkan

mekanisme manajemen krisis

Pemantapan mekanisme

manajemen krisis

Pengeloaan

SDM

Penguatan

lembaga

Pola kerja

Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID

Pembahasan antar TPID dalam

satu Provinsi untuk meningkatkan

kerjasama antar daerah dalam

satu provinsi dan dengan Provinsi

Lain

TPID memfasilitasi kerjasama

antar produsen/pedagang di

daerahnya dengan

daerah lain

Perluasan fasilitasi kerjasama

antar produsen/pedagang di

daerahnya dengan daerah lain

oleh TPID

Kerjasama

antar daerah

kd

kd

kd

kd

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

39

Grafik 3.10.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada Masyarakat.

Selain itu, selama tahun 2015 hingga bulan April sudah terbentuk 4 TPID baru di tingkat

Kota/Kabupaten. Daerah yang sudah membentuk TPID tersebut adalah Kota Kendari, Kota Baubau,

Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab Konawe, Kab Bombana, Kab

Konawe Utara, Kabupaten Buton Utara dan Kab. Muna. Dengan demikian, sudah terdapat 1 TPID di

tingkat provinsi dan 11 TPID di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan terbentuknya TPID di

kota/kabupaten, pengendalian inflasi diharapkan lebih mudah dikoordinasikan dan disinergikan,

terutama terkait dengan kelancaran produksi dan distribusi bahan makanan strategis.

Grafik 3.11.Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015)

Fase 2

Membangun PIHPS regional

(tingkat provinsi – mencakup

seluruh Kabupaten/ Kota) dengan

harga pada tingkat konsumen

Mengembangan PIHPS regional

dengan memperluas komoditas

serta deseminasi harga via papan

harga dan sms gateway, serta

integrasi dengan data produksi

Pemantapan PIHPS melalui

pengintegrasian dengan

manajemen krisis

Memperluas komunikasi kebijakan

TPID kepada masyarakat melalui

media massa

Memperluas komunikasi kebijakan

TPID kepada masyarakat melalui

media massa dan media sosial

Mengoptimalkan komunikasi

kebijakan TPID kepada

masyarakat

Membangun kepedulian

masyarakat terhadap budaya

konsumsi yang wajar

Meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap budaya

konsumsi yang wajar

Meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pengendalian

inflasi

Pusat

Informasi

Harga

Penguatan

lembaga

Ekspektasi

inflasi

Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat

k

k

k

TPID Kab. Kolaka Utara

TPID Kab.Kolaka Timur

TPID Kab.Kolaka

TPID Kota Bau-Bau TPID Kab. Wakatobi

TPID Kota Kendari

2014

2014

2014

2013 2014

TPID Kab. Muna

2014

TPID Kab. Bombana

2015

TPID Kab. Konawe

2012

2015

TPID Kab. Konawe Utara

2015

TPID Kab. Buton Utara

2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

40

Halaman ini sengaja dikosongkan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

41

Perkembangan Sistem

Keuangan dan Sistem

Pembayaran

Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan penghimpunan

dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun demikian, risiko kredit

mengalami peningkatan meskipun masih berada dalam level yang aman.

Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami

perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang

melambat di awal tahun.

Bab 4

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

42

4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi

Tenggara mengalamai peningkatan. Hal ini salah satunya terlihat dari penghimpunan Dana Pihak

Ketiga (DPK) pada triwulan I 2015 yang mengalami percepatan pertumbuhan setelah pada triwulan

sebelumnya berada dalam tren yang melambat. Sampai dengan triwulan I 2015, jumlah dana yang

berhasil dihimpun mencapai Rp13,25 triliun. Peningkatan kinerja tersebut didorong oleh

pertumbuhan pada giro sebesar 5,11% (yoy) dan tabungan sebesar 2,62% (yoy). Hal tersebut salah

satunya dipengaruhi oleh peningkatan suku bunga rata-rata giro perbankan di Sulawesi Tenggara dari

2,38% pada triwulan IV 2014 menjadi 3,39% pada triwulan I 2015.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.1.Dana PihakKetiga di Perbankan Sulawesi Tenggara

4.1.1 Intermediasi Perbankan

Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan juga mengalami sedikit

peningkatan. Pada triwulan I 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,6% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,1% (yoy). Secara nominal,

kredit yang disalurkan sampai dengan awal tahun 2015 tersebut mencapai Rp15,43 triliun.

Peningkatan yang terjadi di sisi penyaluran kredit tersebut lebih dipengaruhi adanya perbaikan

penyaluran kredit investasi. Kredit investasi tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,59% (yoy) lebih

baik setelah pada triwulan IV 2014 terkontraksi sebesar 14,77% (yoy). Sementara itu kredit modal

kerja tumbuh sebesar 1,63% (yoy) pada triwulan I 2015, melambat setelah pada triwulan sebelumnya

tumbuh sebesar 4,42% (yoy).

Dengan kondisi tersebut intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) pada triwulan I 2015 mencapai 116,46%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya

yang mencapai 124,67%. Meskipun demikian, penurunan intermediasi tersebut lebih dipengaruhi

oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih besar dari pertumbuhan pada penyaluran kredit.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) Growth yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

43

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 4.3.Penyaluran Jenis Kredit Perbankan

4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi

Percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja beberapa sektor utama Sulawesi Tenggara.

Kinerja penyaluran kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan menunjukkan percepatan dari

yang terkontraksi sebesar 72,45% (yoy) pada triwulan IV menjadi tumbuh sebesar 1,28% (yoy) pada

triwulan I 2015, hal ini sejalan dengan masuknya musim panen pada periode laporan sehingga para

petani membutuhkan bantuan dana untuk memanen lahannya. Meskipun demikian, ketahanan

sektor pertanian, perburuan dan kehutanan mengalami peningkatan tekanan pada triwulan I 2015

dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang naik dari 3,93% menjadi

4,09% pada triwulan I 2015.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.4.Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Grafik 4.5.NPL Kredit Sektor Utama

Sementara itu, kinerja kredit sektor konstruksi tumbuh sebesar 12,70% (yoy), lebih tinggi daripada

triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,32% (yoy). Ketahanan sektor ini mengalami perbaikan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 5,55%

(triwulan IV 2014) menjadi 5,29% pada periode laporan. Meskipun demikian, NPL yang berada di atas

5% tersebut masih menjadi titik kritis dan dapat mempengaruhi perbankan dalam menyalurkan

kreditnya ke sektor tersebut.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

95%

100%

105%

110%

115%

120%

125%

130%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

LDR growth DPK (yoy) growth Kredit (yoy)

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

80,0%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

growth Kredit growth Modal Kerja

growth Investasi growth Konsumsi

(100)

(50)

-

50

100

150

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Pertanian PerikananPertambangan & Penggalian PengolahanKonstruksi Perdagangan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Pertanian Perikanan

Pertambangan & Penggalian Pengolahan

Konstruksi Perdagangan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

44

Selain itu, terdapat beberapa ketahanan sektor utama Sulawesi Tenggara yang mengalami tekanan

pada triwulan I 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Sektor utama yang mengalami

peningkatan tekanan yaitu sektor perikanan dan sektor pertambangan. Rasio NPL kredit sektor

perikanan meningkat dari 9,41% pada triwulan IV 2014 menjadi 13,82% pada triwulan I 2015. Di

sisi lain, pada sektor pertambangan dan penggalian tercatat rasio NPL sebesar 8,44%, meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,80%.

4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan I 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit

konsumsi mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada

periode laporan, kredit sektor rumah tangga tersebut tumbuh sebesar 19,68% (yoy), melambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 19,94% (yoy). Hal tersebut terutama

disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok. Kondisi

tersebut terlihat dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama berdasarkan Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara dari 96 pada triwulan IV 2014

menjadi 92 pada triwulan I 2015.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.7.NPL Kredit Rumah Tangga

Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga mengalami peningkatan risiko pada triwulan I 2015. Hal

ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang sedikit mengalami kenaikan dari 1,00%

pada triwulan IV 2014 menjadi 1,39% pada triwulan I 2015.

4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM pun

mengalami percepatan. Percepatan ini terutama terjadi pada usaha yang bergerak di sektor pertanian,

perburuan dan kehutanan yang meningkat dari terkontraksi sebesar 55,13% (yoy) pada triwulan IV

2014 menjadi tumbuh sebesar 1,84% (yoy) pada triwulan I 2015. Sedangkan kredit yang diberikan

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Otomotif Multiguna Perumahan dan Apartemen Lainnya

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

45

pada UMKM yang bergerak di bidang konstruksi juga mengalami percepatan pertumbuhan dari

8,36% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 16,42% (yoy) pada triwulan I 2015.

Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra

Grafik 4.8.Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM

Sementara itu, ketahanan sektor UMKM juga menunjukan perbaikan. Saat ini level NPL kredit UMKM

telah berada di atas level aman (di bawah 5%) yaitu pada 5,87% setelah pada periode sebelumnya

berada pada level 4,94%. Meskipun demikian, jika diperhatikan berdasarkan sektor usahanya, masih

terdapat sektor-sektor usaha yang NPL-nya berada pada level yang tinggi, yaitu sektor usaha

perikanan (13,98%), sektor pertambangan dan penggalian (16,00%), sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi (14,07%) dan sektor jasa pendidikan (12,29%).

4.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai

Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGS

menurun 10,93% (qtq) dengan volume transaksi yang juga menurun sebesar 60,21% (qtq).

Penurunan ini sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang menurun di awal

tahun dan juga aktivitas perdagangan yang melambat.

Berbeda dengan transaksi melalui RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan pada triwulan I 2015, baik dari sisi volume

maupun nominalnya. Peningkatan pada nilai transaksi SKNBI yaitu sebesar 2,48% (qtq) dengan

peningkatan volume sebesar 4,64% (qtq).

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

g Kredit Rasio NPL Batas aman NPL

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

46

Grafik 4.9.Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara

4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2015 mengalami perbedaan jika dibadingkan dengan

triwulan sebelumnya. Data triwulan I mencatat inflow mengalami kenaikan sebesar 234,24% (qtq)

sedangkan untuk outflow mengalami penurunan sebesar 77,54% (qtq) sehingga pada triwulan I

2015 mengalami net inflow, sedangkan pada triwulan sebelumnya terjadi outflow. Hal ini

menunjukan bahwa pada triwulan I 2015 terjadi arus masuk kas fisik ke Bank Indonesia setelah pada

periode sebelumnya terjadi arus keluar akibat adanya perayaan hari raya Natal dan tahun baru.

Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai

Di sisi lain, selama triwulan I 2015, uang palsu yang ditemukan mengalami peningkatan dari 60 lembar

pada triwulan IV 2014 menjadi 77 lembar pada triwulan I 2015. Uang palsu tersebut ditemukan dari

kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran

perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai

upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Tenggara terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui

berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat

dan berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Volume Transaksi (ribu warkat) Nominal (miliar)

-2000

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015

Inflow (miliar Rp) Outflow (miliar Rp)

Net Inflow/Outflow (miliar Rp)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

47

Ketenagakerjaan dan

Kesejahteraan

Perbaikan perekonomian Sulawesi Tenggara belum diikuti dengan penurunan

tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,13%

(Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang

bekerja juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi

utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan mengalami

penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari Nilai

Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan bahkan semakin

menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Bab 5

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

48

5.1 KETENAGAKERJAAN

Pada awal tahun 2015, penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan.

Hal ini tercermin dari data BPS Sulawesi Tenggara yang menunjukan penambahan jumlah penduduk

yang menganggur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selama setahun, dari Februari 2014 hingga Februari

2015, jumlah pengganguran terbuka bertambah sebanyak 18,1 ribu orang atau meningkat sebesar

74,92% (yoy) (Grafik 5.1). Dengan adanya peningkatan tersebut, jumlah penduduk yang menganggur

di bulan Februari 2015 mencapai 42,3 ribu orang.

Sumber: BPS Sultra (diolah) Sumber: BPS Sultra (diolah)

Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur Grafik 5.2.Pertumbuhan Penduduk Bekerja

Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan. Pada Februari 2015

jumlah orang yang bekerja meningkat sebanyak 13,7 ribu orang atau meningkat sebesar 1,23% (yoy).

Dengan demikian pada Februari 2015 jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1,12 juta orang.

Karena peningkatan penduduk yang mengganggur lebih besar daripada peningkatan penduduk

bekerja, maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara meningkat dari 2,13%

(Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Sementara itu untuk Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja mengalami sedikit penurunan dari sebesar 71,05% pada Februari 2014 menjadi sebesar 71,04%

pada Februari 2015.

Penurunan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tenggara sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi

Tenggara. SKDU menunjukkan bahwa indeks kegiatan usaha kegiatan bernilai negatif (-9,79%) jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 5.3) sedangkan Indeks Ketersediaan Lapangan

Kerja pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 108,67, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 133 (Grafik 5.4).

Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan dan rumah makan serta sektor jasa

merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013

dengan pangsa masing-masing sebesar 39,2%, 20,7% dan 20,2% (Grafik 5.5). Meskipun demikian,

42,3

74,92%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Februari Februari Februari Februari

2012 2013 2014 2015

Penduduk Menganggur gPenduduk Menganggur (sb. Kanan)

ribu orang %, yoy

1.125,7

1,23%

-4%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

1.000

1.020

1.040

1.060

1.080

1.100

1.120

1.140

Februari Februari Februari Februari

2012 2013 2014 2015

Penduduk Bekerja gPenduduk Bekerja (sb. Kanan)

ribu orang %, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

49

peningkatan terbesar terjadi pada sektor industri dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 52,42%

(yoy). Sebaliknya, penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 48,35%-yoy (Grafik

5.6).

Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra

Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha

Grafik 5.4.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)

Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran

LGA = Listrik Gas dan Air

Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)

Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran

LGA = Listrik Gas dan Air

Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per

Sektor (per Februari 2015)

Grafik 5.6.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral

(per Februari 2015)

Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian, maka

pekerja yang berada di sektor informal juga masih mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi

ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 71,58% atau 742.629

orang, lebih rendah dibandingkan Februari 2014 sebesar 75,85% atau 756.424 orang. Meskipun

demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan

pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai 17,50% pada Februari

2015, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru mencapai 13,36% dari keseluruhan

penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin

berkurang dari 59,52% di Februari 2014 menjadi 53,91% di Februari 2015.

0,04

-0,10

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Realisasi Kegiatan Usaha

Indeks

133,00

108,67

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Ketersediaan Lap Kerja

Indeks

Pertanian39%

Tambang1%Industri

8%LGA0%

Konstruksi5%

PHR21%

Transportasi4%

Jasa Dunia Usaha2%

Jasa20%

-5%

-23%

12%

208%

6,53%

11%

0%

-31%

6%

-50% 0% 50% 100% 150% 200% 250%

Pertanian

Tambang

Industri

LGA

Konstruksi

PHR

Transportasi

Jasa Dunia Usaha

Jasa

Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja

%, yoy

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

50

5.2 KESEJAHTERAAN

Penurunan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara, diikuti juga oleh

penurunan dari sisi kesejahteraan pada triwulan I 2015. Indikator kesejahteraan yang digunakan

adalah pendapatan petani dan pendapatan konsumen. Pendapatan petani yang diindikasikan dari

Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan adanya penurunan pada triwulan I 2015. Sebanyak 441,6 ribu

penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 39,23% dari total penduduk adalah bekerja di sektor

pertanian sehingga NTP yang turun akan berdampak pada keseluruhan kondisi kesejahteraan di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2015, NTP tercatat sebesar 98,15, lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang mencapai 99,63 (Grafik 5.8). Dengan pencapaian NTP di bawah 100% maka total

pendapatan petani lebih rendah dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil

usahanya.

Penurunan NTP paling besar terjadi pada tanaman perkebunan rakyat dari 101,76 di triwulan IV 2014

menjadi 95,87 di triwulan I 2015. Kondisi ini disebabkan produksi kakao yang mengalami penurunan

dari tahun ketahun dikarenakan pohon kakao yang dimiliki oleh para petani saat ini berusia tua. Selain

itu, pada triwulan I 2015 terdapat dua sektor lainnya yang memiliki NTP berada di bawah 100, yaitu

sektor tanaman pangan (97,9) dan sektor holtikultura (93,1).

Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara

menunjukkan bahwa indeks penghasilan masyarakat pada triwulan I 2015 berada pada level yang

meningkat. Pada triwulan I 2015 Indeks Peghasilan Konsumen tercatat sebesar 143,33 meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,67.

Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah)

Grafik 5.7.Indeks Penghasilan Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

143,33

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Penghasilan

Indeks

99,63

93,13

97,19

101,76

103,02

103,23

98,55

97,94

93,15

95,87

104,31

104,31

85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

Tw I 2015

Tw IV 2014

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

51

Prospek

Perekonomian

Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara

diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya sedikit kenaikan

tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada

pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh

peningkatan kinerja sektor konstruksi dan sektor pertanian. Adapun untuk keseluruhan

tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran

6,4% - 6,8% (yoy).

Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada

masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan

laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 cenderung sedikit

meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% - 8,1% (yoy). Kenaikan

tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari kelompok

volatile food seiring dengan masuknya bulan suci Ramadhan serta persiapan

menjelang hari raya Idul Fitri. Kedepannya, inflasi masih cenderung tinggi karena

adanya risiko terhambatnya pasokan bahan makanan seiring dengan kondisi cuaca

dan gelombang laut yang tinggi.

Bab 6

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

52

6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang hanya tumbuh 5,8% (yoy). Dari sisi

penawaran, peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian,

sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Sementara itu dari sisi permintaan,

meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh peningkatan dan kinerja

positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah. Meski demikian

masih tingginya realisasi investasi sejalan dengan kinerja positif sektor konstruksi juga diperkirakan

turut memberikan sumbangan positif atas meningkatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan

mendatang.

Hal ini sesuai dengan perkiraan para pelaku usaha di Sultra pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang mempekirakan akan terjadi peningkatan kinerja mereka. Pelaku usaha di bidang pertanian

memperkirakan akan terjadi peningkatan produksi baik itu pada komoditas tanaman pangan,

perikanan maupun peternakan. Selain itu, usaha konstruksi juga diperkirakan akan meningkat seiring

dengan mulai berjalannya proyek pembangunan perumahan maupun infrastruktur pemerintah.

Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra

Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha Grafik 6.2. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral

Meningkatnya kinerja sektor pertanian di periode triwulan II 2015 didorong oleh masuknya musim

panen raya yang semula diperkirakan jatuh di periode triwulan I 2015 namun mengalami pergeseran

di periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil konfirmasi dari dinas terkait, pergeseran musim panen

disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif disertai tingkat curah hujan yang tinggi di

periode awal masa tanam, sehingga mengangu pola panen. Panen raya diprakirakan akan

berlangsung selama bulan Mei dan puncak panen raya jatuh pada bulan Juni. Dari hasil konfirmasi di

lapangan, diketahui bahwa faktor perluasan lahan tanam, disertai pola tanam yang lebih efektif yang

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

I II III IV I II

2014 2015

Realisasi Usaha Perkiraan Usaha

indeks

-5,00% 0,00% 5,00% 10,00%15,00%20,00%25,00%

Pertanian-Tabama

Perikanan

Peternakan

Pertambangan

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Tw II 2015 Tw I 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

53

menunjang kenaikan produktivitas diprakirakan akan menjadi faktor yang mendorong kenaikan

kinerja positif sektor pertanian di periode triwulan II 2015.

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015

Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga akan mengalami peningkatan

memasuki periode triwulan II 2015. Persiapan memasuki bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri

diperkirakan akan mendorong aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara, terutama mengingat

tingginya tingkat ketergantungan Sulawesi Tenggara akan pasokan komoditi bahan pangan dan

bahan bangunan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. Disamping itu, musim panen raya pada

komoditas tabama juga diperkirakan turut memberikan multiplier effect atas peningkatan kinerja di

sektor perdagangan besar dan eceran.

Disisi lain, sektor konstruksi juga diperkirakan menjadi salah satu sektor yang secara dominan

memberikan kontribusi atas peningkatan kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan II 2015. Fokus

pemerintah atas pembangunan dan pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti

pembangunan dan pengembangan Bandar udara, pelabuhan laut, pembangunan jembatan,

perbaikan ruas jalan nasional dan jalan provinsi, serta masih berlangsungnya pembangunan Kawasan

2014

II I II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12.0 (0.3) 1.0 - 1.5 9.1 2.0 - 3.0

Pertambangan dan Penggalian (8.1) 9.4 7.0 - 8.0 (4.8) 5.0 - 7.0

Industri Pengolahan 2.3 18.2 12.0 - 13.5 7.7 14.5 - 16.5

Pengadaan Listrik, Gas 7.3 7.8 12.5 - 13.5 10.6 17.0 - 18.0

Pengadaan Air 4.9 3.0 6.2 - 6.9 7.0 4.5 - 5.5

Konstruksi 13.8 1.7 4.2 - 4.9 12.6 6.0 - 6.6

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor6.0 6.7 7.0 - 8.0 8.3 7.0 - 7.8

Transportasi dan Pergudangan 3.6 5.3 7.7 - 8.3 5.1 7.0 - 7.8

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum9.5 5.8 1.1 - 1.6 9.4 4.0 - 4.8

Informasi dan Komunikasi 3.3 3.7 2.2 - 2.7 2.9 3.0 - 3.6

Jasa Keuangan 8.2 8.2 7.2 - 7.8 9.4 8.6 - 9.2

Real Estate 7.5 4.0 2.3 - 3.0 6.6 5.5 - 6.0

Jasa Perusahaan 9.9 7.7 7.8 - 8.4 9.7 7.8 - 8.3

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib10.2 7.6 13.8 - 14.4 13.0 13.0 - 14.0

Jasa Pendidikan 13.7 14.4 13.0 - 14.5 14.0 12.0 - 13.0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15.6 6.8 8.2 - 8.7 12.1 7.3 - 7.8

Jasa Lainnya 18.0 5.5 5.2 - 5.8 12.9 7.7 - 8.2

PDRB 5.5 5.8 6.0 - 6.5 6.3 6.4 - 6.8

*Keterangan

Meningkat

Melambat

2015Sektor PDRB 2014 2015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

54

Industri Khusus (KIK) di Kabupaten Konawe diperkirakan akan memberikan kontribusi yang signifikan

atas perkembangan kinerja sektor konstruksi di periode triwulan mendatang.

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra

Grafik 6.3. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014

Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015

Dari sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh

peningkatan dan kinerja positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi

pemerintah. Meningkatnya komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan sejalan dengan indeks

ekspektasi konsumen yang meningkat di pertengahan tahun 2015. Masyarakat cenderung memiliki

optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan di triwulan tersebut, terutama yang

disebabkan oleh pembagian gaji ke-13 bagi PNS di bulan Juni. Disamping itu, masuknya musim panen

raya diperkirakan turut mendorong kenaikan tingkat penghasilan dan tingkat konsumsi masyarakat.

Disisi lain, masuknya momen bulan suci ramadhan di bulan Juni juga diperkirakan turut memberikan

PT. Jien Smelting Indonesia

PT. CMMI 100%

30%

PT. Kembar Mas Sultra 40%

PT. Konutara Sejati 30%

PT. Karyatama Konawe Utara* 60%

PT. Elit Kharisma Utama 30%

PT. Cinta Jaya 40%

PT. Jilin Metal Indonesia30%

PT. Bintang Smelter Indonesia 40%

PT. Macika Mineral Industri 30%

PT. Sambas Mineral Mining 60%

PT. Aneka Tambang100%

Tambahan Tungku:

Comisioning & Piloting First Half 2015Production: Second Half 2015

Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil)

X% Realiasi konstruksi

Ket:

2014

II I II

Konsumsi Rumah Tangga 6.6 5.7 5.8 - 6.2 6.6 5.5 - 6.0

Konsumsi LNPRT 11.8 (11.0) 5.2 - 5.6 11.9 (1.0) - 1.0

Konsumsi Pemerintah 2.8 2.5 2.8 - 3.3 3.4 3.0 - 4.0

Investasi 5.1 10.0 9.0 - 9.5 8.9 8.8 - 9.3

Ekspor Luar Negeri (69.7) (43.1) (30) - (15) (63.8) 5.0 - 10.0

Impor Luar Negeri 19.3 62.4 20 - 40 28.3 25.0 - 30.0

Net Ekspor Antar Daerah (61.8) (68.5) (30) - (20) (67.7) (30) - (10)

PDRB 5.5 5.8 6.0 - 6.5 6.3 6.4 - 6.8

Sektor PDRB 2014 20152015

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

55

efek positif atas naiknya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara di periode triwulan

mendatang.

Sementara itu, meningkatnya komponen konsumsi pemerintah diperkirakan disebabkan oleh realisasi

belanja pemerintah yang semakin optimal seperti pembagian gaji ke-13 yang hampir dipastikan

dicairkan di bulan Juni. Selain itu, beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears atas

pembangunan dan pengembangan sarana prasaran infrastruktur daerah seperti revitalisasi Teluk

Kendari, peningkatan jalan bypass di Kota Kendari, dan pembangunan jembatan Bahteramas juga

diperkirakan meningkatkan kinerja sektor tersebut.

Adapun kinerja investasi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 9.0% s.d 9.5% (yoy). Beberapa

kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah beberapa proyek pemerintah yang

bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, pembangunan Kawasan Industri Khusus (KIK) di 13

daerah, pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan dan pengembangan Bandar udara, serta

pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi.

Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada

kisaran 6,4% - 6,8% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang hanya

sebesar 6,3% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama

di Sulawesi Tenggara seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar

dan eceran. Selain itu ekspor luar negeri diperkirakan mengalami perbaikan dan ditambah dengan

penigkatan realisasi investasi selama tahun 2015 terutama terkait perbaikan infrastruktur untuk

menunjang program kemaritiman.

6.2 PROSPEK INFLASI

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diperkirakan akan mengalami sedikit

kenaikan disebabkan oleh adanya tekanan inflasi pada komoditas kelompok volatile food

menjelang memasuki bulan suci ramadhan dan persiapan hari raya idul fitri. Inflasi pada triwulan

II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7% s.d 8,1% (yoy), sedikit meningkat daripada triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,8% (yoy). Kenaikan tingkat inflasi tersebut diperkirakan lebih banyak

dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM di akhir triwulan I 2015 dan ekspektasi pelaku usaha untuk

menaikan harga bahan pangan menjelang bulan suci ramadhan.

Kenaikan harga BBM di pertengahan periode triwulan diprakirakan akan memberikan efek langsung

maupun tidak langsung atas naiknya indeks harga beberapa komoditas utama penyumbang inflasi

seperti cabai dan bawang. Disamping itu, beberapa komoditas bahan bangunan yang didatangkan

dari luar Sulawesi Tenggara juga diprakirakan akan mengalami kenaikan harga seiring dengan naiknya

biaya transportasi yang timbul untuk mendatangkan komoditas tersebut. Tarif transportasi udara juga

mengalami kenaikan meskipun kenaikannya relatif tidak terlalu signifikan. Disamping itu,

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

56

sebagaimana pola musimannya, memasuki bulan suci Ramadhan yang jatuh pada pertengahan bulan

Juni, diperkirakan akan turut mempengaruhi kenaikan indeks harga khususnya pada komoditas bahan

pangan di Sulawesi Tenggara. Disamping itu, rusaknya lahan sawah siap panen milik warga karena

jebolnya bendungan di Kabupaten Konawe dapat mempengaruhi pasokan beras dan dapat

mendorong kenaikan tingkat inflasi di periode triwulan II 2015.

Tabel 6.3. Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015

Faktor Risiko Potensi

Dampak

Volatile

Food

a. Pasokan:

Ketersediaan stok komoditas cabai didukung oleh tingkat curah hujan

yang relatif rendah menjaga pergerakan harga di pasaran.

Panen raya komoditas beras di bulan April dan Mei menjamin

ketersediaan stok beras di pasaran untuk memenuhi kebutuhan bulan

ramadhan.

Terjaganya ketersediaan stok daging ayam potong,telur ayam dan

daging sapi untuk memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat di bulan

ramadhan.

Ketersediaan stok ikan segar yang relatif minim disebabkan oleh pola

kebiasaan masyarakat nelayan untuk berhenti melaut selama rentang

waktu 7 hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri.

HIGH

b. Distribusi:

Kenaikan tingkat permintaan masyarakat yang cukup memasuki bulan

suci ramadhan di bulan Juni

TerganggunyasSaluran distribusi komoditas bahan pangan yang

didatangkan dari luar Sultra yang disebabkan oleh lambatnya aktivitas

bongkar muat di pelabuhan akibat padatnya antrian kapal.

Tingginya gelombang laut juga berpotensi menurunkan jumlah

produksi ikan tangkap sehingga mendorong kenaikan harga komoditas

ikan tangkap.

Adm.

Prices

• Kenaikan harga minyak dunia berimplikasi terhadap kenaikan harga

BBM

• Kenaikan tarif angkutan umum dan angkutan penyeberangan baik laut

maupun udara sejalan dengan momen hari raya idul fitri.

• Multiplier effect atas pembentukan indeks harga komoditas lainnya.

MEDIUM

Core • Harga emas global kembali mengalami kenaikan (meski masih

cenderung terbatas) dalam beberapa pekan terakhir terdampak

penurunan harga minyak dan masih relatif lemahnya nilai tukar USD

• Transmisi kenaikan harga TTL dan LPG terhadap kenaikan kontrak dan

sewa rumah

LOW

Meskipun tekanan inflasi lebih tinggi daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa faktor yang

diperkirakan dapat menahan laju inflasi khususnya pada komoditas bahan makanan. Hal tersebut

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

57

diindikasikan dari perkiraan kondisi cuaca yang relatif cukup kondusif dimana tingkat curah hujan

relatif cukup rendah selama periode triwulan II 2015 khususnya di bulan Juni 2015. Kondisi cuaca

yang cukup kondusif diharapkan dapat mendukung pola panen, khususnya terhadap beberapa

komoditas yang memilki andil cukup tinggi atas pembentukan tingkat inflasi di Sulawesi Tenggara

seperti komoditas cabai dan bawang. Disamping itu, kondisi cuaca juga memiliki pengaruh yang

signifikan atas pergerakan arus barang khususnya komoditas bahan pangan yang didatangkan ke

Sulawesi Tenggara. Kondisi cuaca yang diprakirakan relatif cukup kondusif diharapkan dapat

memperlancar arus barang komoditas bahan makan menuju Sulawesi Tenggara.

Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi pendorong

utama terjadinya inflasi selama tahun 2015, sebagai berikut:

a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang

berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi

masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara

lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras,

gula pasir, minyak goreng, tepung dll.

b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat

transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut

dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut:

i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan

infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan

angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan

tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan.

ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka Utara-Kendari

sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total

panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti

peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat.

Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah

memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media

cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi

harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang

dilakukan di kota lain seperti Bandung, Banjarmasin, dan Palangkaraya.

b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah)

Sulawesi Tenggara memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala

infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut:

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

58

i. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi

sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus

mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan.

ii. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga

buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Daftar

Istilah

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi

daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan

harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa

yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat

ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara

yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan

dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih S

dengan persent

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Tim

Penyusun

PENANGGUNG JAWAB

Dian Nugraha

KOORDINATOR PENYUSUN

Harisuddin

TIM PENULIS

Daniel Agus Prasetyo, Reinaldy Akbar Ariesha, Argo Hadianto

KONTRIBUTOR

Unit Statistik, Survei dan Liaison

Unit Akses Keuangan dan UMKM

Unit Operasional Kas

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

Email :[email protected]