kajian buku teks

Upload: gunawanismail

Post on 06-Mar-2016

88 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kajian Buku Teks

TRANSCRIPT

kajian buku teksPENGAYAAN BAHAN KULIAH KAJIAN BUKU TEKS

Fries dan Lado (dalam Nurhadi, 1995:105) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku pelajaran yang berisi kompetensi berbahasa berupa pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan kebiasaan pemakaian bahasa yang dipelajari dan bukan pembicaraan tentang bahasa yang bersangkutan. Salah satu prinsip yang berkaitan dengan ini adalah ajarkan kompetensi berbahasa dan bukan tentang ilmu bahasa.KBK merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu pula (Mulyasa, 2003:39). Menurut Depdiknas (2003:13), KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi hasil pembelajaran yang harus dicapai, penilaian, kegiatan pembelajaran, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi, materi pembelajaran yang disajikan sebagai TTP dalam buku teks hendaknya bermakna, yakni materi yang mampu memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi.Prinsip kerelevansian dengan kurikulum mutlak ada dalam buku teks, seperti pemilihan isi (materi) sebagai bahan ajar, pengorganisasian materi pembelajaran terhadap standar kompetensi. Standar kompetensi ini merupakan kerangka mata pelajaran BSI yang berisi seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai oleh siswa pada setiap tingkatan. Depdiknas (2003:11) menyebutkan empat komponen utama sebagai kerangka mata pelajaran BSI, yaitu (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, (3) indikator, dan (4) materi pokok.Indikator merupakan uraian spesifik dari kompetensi yang harus dikuasai siswa pada jenjang tertentu yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Sedangkan materi pokok merupakan bahan yang ditujukan untuk mencapai kompetensi komunikatif yang dapat berupa teks atau nonteks, isi (materi) suatu kegiatan atau hasil kegiatan itu sendiri yang dapat dipakai sebagai titik tolak dalam mengembangkan kompetensi dasar menjadi bahan ajar dan indikator menjadi bahan evaluasi.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (1) kompetensi berbahasa berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melakukan komunikasi (lisan dan tertulis) dalam berbagai konteks, (2) kompetensi berbahasa menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten, (3) kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran, dan (4) kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.Ditinjau dari tingkat manipulasi terhadap bentuk dan isi TTP baik oleh penulis buku teks maupun oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka ada dua kategori TTP, yakni TTP pedagogis dan TTP dunia nyata. TTP pedagogis merujuk pada TTP yang bentuk dan isinya telah dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria pendidikan yang diinginkan, sedangkan TTP dunia nyata adalah upaya buku teks atau guru untuk menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas (Nunan, 1993:62).Pengkategorian tipe TTP yang lebih teknis dikemukakan oleh Pattison (1987) seperti yang dikutip Nurhadi (1999:112) yang membedakan tujuh tipe TTP, yaitu (1) pertanyaan dan jawaban, (dialog dan bermain peran), (3) kegiatan mencocokkan, (4) strategi komunikasi, (5) gambar dan menceritakan gambar, (6) puzzles dan masalah, dan (7) berdiskusi dan mengambil keputusan.2.1.3.1 Hakikat Buku TeksBuku teks berasal dari istilah text book dalam bahasa Inggris yang oleh Encols dan Sadily (dalam Tarigan, 1990:11) diterjemahkan sebagai buku pelajaran. Buku teks dalam hal ini mencakup semua jenis buku yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan proses pembelajaran. Keluasan konsep tersebut meliputi buku Tatabahasa Ilmiah, buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Menurut Gopinathan (1997) buku teks adalah suatu organisasi isi yang dipilih, diatur, dan disederhanakan sehingga sesuai untuk dijadikan bahan pembelajaran.Bacon (dalam Husen, 1996:178) secara lebih jelas mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, disusun dan disiapkan dengan cermat oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu, dan dilengkapi dengan sarana-sarana pembelajaran yang sesuai dan serasi. Senada dengan itu, Widhiyanto (1997:100) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang digunakan sebagai sumber dalam proses belajar (learning) dan pembelajaran (instruction) dalam konteks pendidikan. Lebih lanjut, Widhiyanto menyebutkan bahwa di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, buku teks dapat digolongkan ke dalam empat macam, yaitu buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan, dan buku sumber. Berdasarkan uraian di atas, maka buku teks dapat didefinisikan secara lebih lengkap sebagai buku yang isinya berkaitan dengan mata pelajaran tertentu yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu yang dirancang secara cermat oleh pakar buku teks untuk keperluan praktis dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan.2.1.3.2 Komponen Buku TeksKeberadaan beberapa komponen buku teks dimaksudkan untuk memberikan kemudahan belajar bagi siswa sehingga dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Komponen buku teks yang dimaksud, seperti petunjuk, tujuan pembelajaran, isi (materi) ajaran, latihan, dan rangkuman (Dick dan Carey, 1990; Suparman, 1991). Senada dengan itu, Suhardi (2005:44) mengemukakan empat komponen utama buku teks yaitu tujuan, isi (materi), rangkuman, dan evaluasi.Pencatuman komponen tujuan pembelajaran pada setiap buku teks dimaksudkan untuk menginformasikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Chamisijatin (1996:61) menegaskan bahwa pencantuman deskripsi kompetensi dan hasil belajar secara eksplisit dalam buku teks sangat penting karena akan memberikan petunjuk dalam memilih materi pembelajaran, penstrukturan belajar, dan menjadi referensi dalam mengembangkan instrumen evaluasi. Selain itu, dengan kehadiran deskripsi kompetensi dan hasil belajar secara eksplisit paling tidak akan menjawab pertanyaan "apa yang diharapkan kepada siswa setelah mempelajari buku teks ini?"Deskripsi hasil belajar merupakan pernyataan mengenai hal-hal yang ingin dicapai setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Rumusan deskripsi dann hasil belajar tersebut merupakan dasar pemilihan isi (materi), penataan kegiatan pembelajaran, dan penyajian materi pembelajaran serta evaluasi. Sasaran akhirnya adalah tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu menampilkan perilaku seperti diuraikan dalam deskripsi kompetensi dan hasil belajar yang akan dicapai (Degeng, 1988).Isi (materi) merupakan kerangka atau urutan isi pembelajaran mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai kepada bentuk yang kompleks sebagai suatu kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Isi (materi) ditampilkan pada tingkat aplikasi, kongkrit, dan bermakna dengan menggunakan dialog, gambar atau bagan. Penataan urutan isi (materi) ajaran dalam buku teks akan memberikan pemahaman pada setiap peristiwa belajar (Tillena, 1983). Penataan urutan isi (materi) ajaran akan membantu mengembangkan kompetensi, hirarki belajar, dan alih belajar yang lebih baik sehingga akan memberikan kemudahan belajar bagi siswa (Kazlow, 1980). Sehubungan dengan itu, Kemp (1985:58) mengemukakan bahwa proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat jika isi (materi) ajaran diorganisasi menjadi urutan-urutan yang bermakna.Komponen rangkuman merupakan upaya yang ditempuh penulis buku teks untuk meninjau kembali terhadap apa yang telah dipelajari, sehingga siswa dapat mempertahankan retensi. Rangkuman memberikan pernyataan singkat mengenai isi (materi) yang telah dipelajari (Suhardjono, 1992). Dalam buku teks, rangkuman berisi ide-ide pokok yang merupakan tinjauan ulang terhadap uraian pembelajaran. Rangkuman tidak saja untuk memperkuat ingatan tetapi juga sebagai pendalaman bagi siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Tampaknya, penyajian rangkuman dalam buku teks sangat diperlukan karena merupakan upaya memberikan pengekalan ingatan yang lebih baik bagi siswa. Oleh sebab itu, rangkuman dalam buku teks merupakan salah satu komponen yang dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa dan memudahkan siswa untuk mengingat kembali ide-ide pokok isi (materi) pembelajaran.Komponen evaluasi (penajaman) dimaksudkan sebagai umpan balik bagi guru agar dapat memahami kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan proses pembelajaran. Bentuk evaluasi dalam buku teks hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesulitan deskripsi kompetensi dan hasil belajar. Pophan (1981:86) mengemukakan bahwa jumlah butir pertanyaan sebagai evaluasi dalam buku teks hendaknya representatif dan memuat perilaku siswa pada ranah tertentu berdasarkan deskripsi kompetensi dan hasil belajar.Komponen isi (materi) tersebut di atas, oleh Nunan (1993:47) menyebutnya sebagai TTP yang terdiri atas lima subkomponen, yaitu (1) tujuan, (2) masukan bahasa, (3) kegiatan atau aktivitas, (4) peran guru dan siswa (role), dan (5) setting. Masing-masing komponen tersebut setidaknya menjawab pertanyaan berikut.Komponen tujuan menjawab pertanyaan dasar: melalui TTP harapan apa yang ingin dicapai oleh siswa? Misalnya penulis buku teks menjawab dengan pernyataan Saya ingin mengembangkan keterampilan berbicara siswa di depan umum; Saya ingin agar siswa dapat membuat surat pribadi dengan baik. Komponen masukan bahasa (input) merujuk pada pengertian data yang membentuk titik berangkat sebuah TTP. Pertanyaan yang mendasarinya adalah apakah masukan bahasanya? Apakah masukan bahasa itu autentik? Apakah cukup luas cakupan dan variasinya?. Komponen kegiatan atau aktivitas berangkat dari pertanyaan: mana yang lebih utama, skill-getting ataukah skill-using? Kemana arahnya? Komponen role menjawab pertanyaan apakah yang diharapkan dari siswa dan guru untuk ikut bermain dalam melaksanakan TTP? Peran apakah yang dipilih dan dimainkan sehingga seolah-olah interaksi sosial yang sebenarnya dapat berlangsung? Komponen setting mengacu pada pertanyaan: dimanakah TTP dalam buku teks tersebut akan dilaksanakan? Ada dua pengertian setting yang di acu di sini, yaitu setting fisik seperti kelas, laboratorium, perjalanan ke toko buku, perpustakaan, atau ruang wawancara. Sedangkan setting sosial seperti pertemuan ramah-tamah, mewawancarai atau diwawancarai, transaksi jual-beli, atau meminta petunjuk.Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, Nurhadi dkk. (2004:49) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya terdapat pemodelan (modeling). Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Dalam buku teks, pemodelan dapat diwujudkan dalam bentuk contoh-contoh membuat kalimat yang benar, paragraf, membuat surat, membuat pengumuman, contoh dialog, contoh menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan lain sebagainya.Terkait dengan hal-hal tersebut, maka setiap buku teks hendaknya berbasis kompetensi. Artinya, isi buku teks dapat menunjang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan. Isi buku teks bukanlah sekedar sajian materi yang akan dibaca siswa, tetapi yang lebih utama adalah berisi skenario pembelajaran dalam bentuk TTP. Nurhadi (2005:215) mengemukakan bahwa sebuah buku teks minimal berisi (1) kompetensi dasar yang akan dicapai dengan indikatornya, (2) pengantar tentang pentingnya menguasai kompetensi itu dalam konteks nyata, (3) materi pendukung pencapaian kompetensi, (4) kegiatan-kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa berupa kegiatan bekerja kelompok untuk membuat sesuatu, kegiatan berlatih, kegiatan mengamati, kegiatan menampilkan, kegiatan mempraktikkan, dan lain sebagainya, (5) evaluasi kegiatan dan pencapaian kompetensi dasarnya, dan (6) tagihan atau produk yang dihasilkan seperti laporan, karya tulis, gambar, peta, bagan, uraian, dan benda-benda.2.1.3.3 Peran Buku TeksBuku teks memegang peran penting bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bagi guru, buku teks merupakan sumber informasi yang dapat dijadikan pedoman mengajar. Bagi siswa, buku teks merupakan sumber belajar yang dapat meningkatkan kemampuan mereka sehingga tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai. Ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat jika ditopang oleh kehadiran buku teks. Begitu pentingnya buku teks, Hernowo (2005: 27) menyarankan agar buku teks dijadikan sebagai basis pembelajaran. Buku semacam itu merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman tidak langsung dengan jumlah yang besar dan terorganisasi secara rapi. Memang, siswa dapat belajar dari pengalaman langsung, tetapi tidak akan dapat mencakup semuanya. Oleh karena itu, masih diperlukan juga pengalaman tidak langsung untuk melengkapi hal-hal yang tidak diperoleh dari pengalaman langsung (Tarigan, 1990). Terkait dengan itu, Grene dan Petty (dalam Husen, 1998:182) mengungkapkan beberapa peran kehadiran buku teks dalam proses pembelajaran yaitu: (1) mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pembelajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pembelajaran yang disajikan, (2) menyajikan suatu sumber pokok masalah atau obyek materi yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan tempat keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya, (3) menyediakan sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi, (4) menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampingi metode dan sarana pembelajaran untuk memotivasi para siswa, (5) menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis, dan (6) menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.Sementara itu, Ibrahim (1983) melihat peran buku teks dari tiga sudut, yaitu bagi siswa, bagi guru, dan bagi proses pembelajaran. Bagi siswa, buku teks itu berperan: (1) membantu belajar secara sistematis, mempertegas, dan mempermudah siswa untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Melalui buku teks, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, mengulangi atau meninjau kembali serta memudahkan mereka dalam membuat catatan-catatan untuk pemakaian selanjutnya, (2) merangsang kreativitas. Buku teks memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyegarkan ingatan yang dapat merangsang tumbuhnya kreativitas dalam diri siswa, (3) mengembangkan sikap ilmiah, sosial, dan kemantapan emosi siswa. Melalui buku teks siswa dapat menyelesaikan tugas dan pelatihan yang diberikan. Tugas dan pelatihan ini pada gilirannya dapat memperdalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.Bagi guru, buku teks berperan sebagai: (1) pengarah pelaksanaan pembelajaran. Melalui buku teks, guru dapat menentukan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan, pendekatan yang dianut, metode yang digunakan, dan teknik yang dipakai, (2) sumber dan pengarah dalam menyediakan bahan pembelajaran. Melalui buku teks, guru lebih mudah memperoleh sumber-sumber pembelajaran, dan (3) sebagai landasan dalam menyelenggarakan evaluasi hasil belajar siswa.Bagi proses pembelajaran, buku teks berperan: (1) memudahkan pemilihan dan penyampaian materi pembelajaran, (2) membantu kelancaran proses pembelajaran, (3) membantu kelancaran proses pengelolaan kelas, (4) memudahkan siswa untuk mengikuti uraian materi pembelajaran, dan (5) dapat digunakan untuk melatih belajar mandiri bagi siswa.Selain yang dipaparkan di atas, buku teks memiliki keunggulan praktis, yaitu mampu mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu bahkan budaya (Soepena, 1997:31) dalam menyampaikan suatu informasi. Sifat kepraktisan inilah yang menjadikan alasan, mengapa buku memiliki spektrum penggunaan yang lebih luas dalam masyarakat modern. Salah satu konteks penggunaan buku adalah konteks pendidikan yaitu penggunaan buku teks dalam proses pembelajaran.Tidak dapat dipungkiri bahwa peran buku teks sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran sangat penting dan belum tergantikan oleh sumber belajar lainnya (Widhiyanto, 1997:98). Setidaknya ada dua pihak yang berkepentingan terhadap buku teks, yaitu guru dan siswa. Orstein (1990:333), menyatakan bahwa buku teks sebagai sumber belajar memiliki beberapa peran penting: (1) dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan pembelajaran secara umum, penyajian yang unik, dan sebagai landasan kegiatan tatap muka di kelas, (2) memuat ringkasan informasi yang relatif tidak berubah yang dapat digunakan kapan saja saat diperlukan, (3) bersifat luwes sehingga siswa dapat mempelajarinya di rumah, (4) dapat digunakan sebagai sumber acuan bagi siswa lainnya, (5) membantu guru untuk menggali gagasan, tata cara, dan urutan penyajian materi pembelajaran, serta aktivitas-aktivitas pembelajaran di kelas, (6) memberikan kemudahan bagi siswa, terutama dalam memahami materi melalui ilustrasi, seperti gambar, grafik, peta, dan ilustrasi lainnya yang menunjang pembelajaran, dan (7) memberikan penguatan pembelajaran melalui pelatihan atau pertanyaan-pertanyaan penajaman.Pada umumnya, buku teks digunakan sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, isi (materi) yang diajarkan dan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan isi pembelajaran banyak dipengaruhi oleh buku teks (Calahan dan Clark, 1997:391). Lebih lanjut dikemukakan bahwa buku teks memberikan kemudahan bagi guru dalam perencanaan pembelajaran karena alasan berikut: (1) buku teks menyajikan sasaran kompetensi yang jelas, (2) buku teks memuat isi (materi) pembelajaran terpilih yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan isi dan penekanan kompetensi pembelajaran, dan (3) buku teks memuat kegiatan pembelajaran bagi siswa dan memberikan arahan atau saran-saran bagi guru yang berkenaan dengan strategi mengajar. Selain itu, buku teks juga memuat informasi tentang sumber-sumber bacaan atau informasi lain, media pembelajaran, kompetensi dan alat pembelajaran lainnya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa buku teks mampu berperan dalam memberikan landasan yang baik untuk membangun kegiatan pembelajaran tingkat tinggi (higher order of learning) yang menarik dan menuntut tata cara berpikir kritis serta kegiatan mental tingkat tinggi lainnya. Oleh karena itu, buku teks yang digunakan oleh siswa sebagai penunjang proses pembelajaran hendaknya buku teks yang berkualitas.2.1.3.4 Kualitas Buku TeksSedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni sarana gedung, buku teks yang berkualitas, serta guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Djoyonegoro dalam Mulyasa, 2005:3). Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran, juga tidak lepas dari buku teks yang digunakan sebab buku teks merupakan salah satu sumber penyiapan bahan dan sumber bahan evaluasi. Kehadiran buku teks merupakan penerjemah dan pengembang butir-butir pembelajaran yang ada dalam kurikulum (Tarigan, 1989:66). Agar proses pembelajaran di kelas lebih aktif, siswa dan guru perlu memilih buku teks yang sesuai sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi seperti ini akan tercipta jika buku teks menyajikan isi (materi) yang merupakan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, buku teks yang digunakan dalam pembelajaran harus dapat menyajikan isi (materi) yang menarik dan tidak membosankan.Untuk dapat memenuhi hal tersebut di atas, Ghofur (2006:9) mengemukakan dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam penulisan buku teks yang berkualitas. Pertama, isi (materi) buku teks hendaknya mematuhi indikasi kurikulum, Dengan mengacu pada kurikulum, isi (materi) tersebut diarahkan untuk menggali potensi siswa dalam menganalisis kearifan lokal diri dan lingkungannya. Pola-pola penugasan hendaknya digeser dari sekedar pencapaian target mengetahui ke arah sejauh mana fungsi pengetahuan itu bagi dinamika kehidupan siswa. Isi (materi) penugasan tidak perlu berputar-putar pada penajaman teori tetapi lebih ditekankan pada aktualisasi dalam realitas nyata. Ini berarti materi pelatihan dan penugasan berupa diskusi kelompok menjadi prioritas. Variasi materi penugasan juga penting diperhatikan. Tugas yang selalu menjawab soal terkadang membosankan. Siswa membutuhkan pola penugasan alternatif seperti teka-teki silang, ular tangga, dan sebagainya yang dimodifikasi dari isi (materi) pembelajaran.Kedua, terkait dengan penggunaan bahasa. Pemakaian bahasa dalam buku teks selama ini cenderung konvensional dan tidak komunikatif. Buku teks memvisualisasikan diri sebagai guru yang menggurui, sok tahu dan menjaga jarak dengan siswa. Bahasa buku yang santun berirama dialogis dapat meleburkan jarak siswa saat membaca sehingga buku teks secara tidak langsung dapat menjelma sebagai mitra belajar yang mengasyikkan.Kehadiran buku teks erat kaitannya dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang berkualitas seyogyanya relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Implementasi buku teks dalam proses pembelajaran selalu berkaitan dengan kemampuan guru dan minat belajar siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka baik pemilihan isi (materi), pengorganisasian, maupun penyajian materi sebagai bahan ajar dalam buku teks hendaknya mempertimbangkan dengan cermat tujuan belajar, prinsip belajar, teori belajar, minat belajar siswa, dan lain sebagainya. Semakin baik kualitas buku teks, maka semakin sempurna proses pembelajaran yang ditunjangnya. Buku teks bermutu tinggi akan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran (Tarigan, 1989:20). Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mengadakan resolusi buku dengan cara mendesain isi buku teks yang lebih atractive secara visual dengan penataan yang dinamis, bahasa yang mudah, lugas, dan segar (Massigitp, 1999:35).Metode dan penyajian materi dalam buku teks hendaknya memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya menarik, menantang, dan merangsang sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari isi buku teks tersebut. Isi (materi) yang disajikan dalam buku teks hendaknya mendalam dan berguna untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari. Buku teks juga harus berperan sebagai alat evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Artinya, di dalam buku teks hendaknya mencerminkan sarana penilaian sehingga siswa dapat mengukur dirinya sendiri.Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Greene dan Petty (dalam Husen, 1998:187) telah menyusun sepuluh kriteria sebagai syarat buku teks yang berkualitas, yaitu (1) dapat menarik minat belajar siswa, (2) mampu memberi motivasi kepada para siswa yang menggunakannya, (3) memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya, (4) mempertimbangkan aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan siswa, (5) berhubungan erat dengan mata pelajaran lainnya, (6) dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas pribadi para siswa yang menggunakannya, (7) terhindar dari konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membingungkan siswa, (8) mempunyai sudut pandang yang jelas, (9) mampu memberi pematapan penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa, dan (10) dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa.Alwasilah (2000:135136) mengemukakan secara garis besar kriteria profesional penilaian buku teks yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai apakah buku teks itu baik/tidak baik atau cocok/tidak cocok.. Kriteria tersebut masing-masing aspek yang dinilai menggunakan kalimat tanya berikut.(1)Aspek IsiPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi: (a) apakah materi disajikan secara utuh dan berkesinambungan? (b) apakah materi disajikan dengan mengikuti teori pembelajaran (bahasa) secara logis? (c) apakah materi disajikan secara logis dan jelas bagi siswa? (d) apakah penyajian materi sesuai dengan pendekatan yang diikuti? (e) apakah judul buku konsisten dengan daftar isi dan isi buku teks? (f) apakah buku teks mencantumkan daftar kata dan alat bantu yang dipakai? (g) apakah pelatihan yang disajikan cocok untuk siswa? (h) apakah materi bebas dari masalah SARA atau hal-hal tabu? dan (i) apakah penyajian materi dapat memotivasi siswa untuk belajar dan menyenangi buku tersebut?(2)Aspek Kualitas TeknisPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kualitas teknis: (a) apakah ukuran buku dan tebalnya cocok untuk usia siswa? (b) apakah penjilidannya cukup kuat dan menarik? (c) apakah kertasnya berkualitas baik? (d) apakah tipografi dan tata letaknya baik, mudah dibaca, dan sesuai bagi usia siswa? (e) apakah gambar dan materi visual cukup banyak, menarik, dan membantu penyampaian materi?(3)Aspek PendukungPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut aspek pendukung: (a) apakah penerbit dan penulisnya memiliki reputasi baik di bidangnya? (b) apakah buku tersebut pernah diresensi di media masa? (c) apakah saran-saran bagi guru memiliki nilai praktis? (d) apakah pedoman yang diberikan bermanfaat bagi guru? (e) apakah daftar pustaka bermanfaat bagi guru dan siswa? dan (f) apakah buku teks tersebut dilengkapi dengan program evaluasi?(4)Aspek Alat PeragaPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut alat peraga: (a) apakah buku teks tersebut disertai alat peraga? (b) apakah alat peraga itu membantu penyampaian materi ajar? (c) apakah alat peraga itu cukup variatif, memadai, dan cocok untuk usia siswa? (c) apakah media ajar itu terbuat dari bahan yang berkualitas sehingga tahan lama? dan (d) apakah alat peraga itu mudah digunakan?Untuk memenuhi kriteria buku teks yang berkualitas seperti yang dikemukakan di atas, maka setiap penulisan buku teks hendaknya mempertimbangkan beberapa aspek. Winataputra (1989) menyarankan tiga aspek untuk dipertimbangkan: (1) isi (materi) yang akan dikembangkan, (2) cara memilih dan mengorganisasikan kompetensi, dan (3) cara pembelajaran diorganisasikan. Sementara itu, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional menggariskan beberapa rambu-rambu teknis yang harus dipenuhi oleh pengembang kompetensi agar kompetensi tersebut dapat ditata menjadi buku teks yang berkualitas. Rambu-rambu tersebut seperti yang dikutip Suyanto dkk. (2000:910) berikut ini.1.Ketentuan Umuma.Naskah yang ditulis hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.b.Naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan.2.Ketentuan Khususa.Keamanan NasionalIsi (materi), cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi pada buku teks harus selaras atau tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan GBHN.b.Isi (materi) Buku Teks()1Memuat sekurang-kurangnya kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa pada tingkat dan jenis pendidikan tertentu sesuai kurikulum yang berlaku.()2Relevan dengan tujuan pendidikan yang dicapai melalui proses pembelajaran, bahan kajian, dan pelajaran yang bersangkutan.()3Menghormati kerukunan hidup umat beragama dan kehidupan antarumat beragama serta menghormati ajaran-ajaran agama yang dianut di Indonesia.()4Tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.()5Benar, ditinjau dari segi ilmu pengetahuan yang bersangkutan.()6Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.()7Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulisan buku teks.c.Cara Penyajian(1)Urutan uraian yang teratur.(2)Tahapan dalam penyajian masalah dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks atau dari yang mudah ke yang sulit.(3)Saling memperkuat dengan bahan kajian yang terkait.(4)Menantang dan merangsang peserta didik untuk terus mempelajari bahan kajian dan pelajaran yang bersangkutan, dan(5)Pengorganisasian kompetensi dan sistematika penulisan mengacu kepada berbagai aspek kemampuan siswa.d.Bahasa(1)Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku.(2)Menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa.(3)Menggunakan istilah, kosa kata, dan simbol-simbol yang mempermudah pemahaman dan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari bahan kajian.(4)Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan.e.Ilustrasi(1)Relevan dengan isi buku teks yang bersangkutan.(2)Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat dan antarparagraf dan bagian dari keseluruhan isi buku teks.(3)Merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks, dan(4)Jelas, baik, dan merupakan hal yang esensial untuk membantu peserta didik memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalam buku teks yang bersangkutan.

Setiap buku teks perlu memiliki landasan pengembangan yang jelas agar memiliki kualitas yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu selain memiliki kesahihan pewajahan, juga harus memiliki kesahihan isi (materi) sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Yang penting lagi, bahwa buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang dapat berfungsi membelajarkan siswa secara efektif dan efisien (Suyanto, 2000:11).Senada dengan yang dipaparkan di atas, McKean (1962:155) mengemukakan bahwa buku teks yang berkualitas adalah buku teks yang memenuhi kriteria. Pertama, memuat deskripsi kompetensi dan hasil belajar yang digariskan dalam kurikulum yang akan dicapai melalui buku teks tersebut. Dengan ungkapan lain, apakah buku teks tersebut memberikan arahan yang jelas dalam pencapaian standar kompetensi? Kedua, memuat isi (materi) yang akurat, muktahir dan lengkap sebab konsepsi guru tentang isi (materi) akan menentukan buku teks yang akan dipakai dan bukan sebaliknya. Ketiga, mampu mencerminkan metode pembelajaran. Maksudnya fleksibel dan mampu mengadaptasikan berbagai metode mengajar? Keempat, sesuai dengan karakteristik siswa yang akan menggunakannya. Misalnya pilihan kata, penggunaan kalimat, ilustrasi, contoh-contoh, dan hal-hal lain yang cocok, serta berarti bagi siswa.Beck dan Mckeown (dalam Purwanto, 1999:12) mengemukakan sepuluh kriteria yang memadai untuk menelaah kevalidan buku teks, yaitu (1) materinya memberikan bekal agar siswa berdiskusi, (2) tidak terlalu banyak konsep, (3) pokok pikiran setiap wacana dijelaskan secara eksplisit, (4) hanya mengandung tujuan utama, (5) contoh yang disajikan betul-betul dapat menjelaskan konsep, (6) memudahkn siswa memahami hubungan sebab-akibat, (7) komponennya disusun secara logis, (8) memuat urutan kejadian sesuai dengan urutan waktu, (9) tidak menjelaskan banyak hal dalam unit yang sama, dan (10) setiap wacana mampu memberi penekanan terhadap ide yang penting.Selanjutnya, Suyanto (2000:13) mengemukakan bahwa buku teks yang berkualitas adalah buku teks yang memenuhi beberapa kriteria berikut. (a) kenampakannya yang meliputi ukuran, format, ilustrasi, penjilidan, dan daya tariknya, (b) gaya penyajian bahasanya menarik, menggugah pikiran, dan mampu merangsang siswa untuk ingin mengetahui lebih lanjut, (c) penulisnya memiliki kompetensi dan dikenal di bidangnya, serta (d) harga terjangkau.Dari beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah buku teks akan dipilih dan digunakan sebagai media pembelajaran jika dapat memenuhi kebutuhan pemakainya serta memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Tentu guru tidak diharapkan akan didikte atau dikuasai oleh buku teks. Dengan buku teks, guru diharapkan dapat meningkatkan kinerja profesionalnya di kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemakai buku teks hendaknya dapat memilih buku teks yang berkualitas. Untuk memilih buku teks yang berkualitas, hendaknya mengacu pada kriteria sebuah penyusunan buku teks. Artinya, pertimbangan pemilihannya diarahkan pada pemenuhan kriteria buku teks terhadap pemakaiannya di sekolah-sekolah. Berikut ini beberapa tinjauan para ahli tentang prosedur analisis untuk menganalisis kualitas TTP buku teks. Tucker (1978:219) menyarankan dua prosedur, yaitu menjelaskan fakta isi buku dan menggambarkan perbandingan profil buku teks dan profil ideal. Kizilirmak (1991:46) menyarankan tujuh langkah yang perlu ditempuh dalam menganalisis kualitas buku teks seperti yang dijelaskan pada gambar 2.1 berikut ini.Secara garis besar, prosedur yang dilakukan oleh Kizilimark tersebut meliputi: (1) menentukan bahasa siswa, (2) menentukan tujuan khusus, (3) menetapkan dan menggambarkan profil, (4) menentukan skor mentah, skor rata-rata, dan menggambarkan profil, (5) membandingkan dengan profil ideal, (6) menentukan kecocokan: ya atau tidak, serta langkah (7) mengadaptasi, mengganti, dan menambahkan bagian-bagian yang dianggap kurang. Lebih lanjut, Kizilirmak (1991:46) mengemukakan empat belas kriteria dalam mengevaluasi buku teks BSI, yaitu (1) keberterimaan dalam arus teori pembelajaran bahasa dan metodologi, (2) keaslian materi, (3) integrasinya terhadap keempat keterampilan berbahasa, (4) ketepatannya dalam menyiapkan siswa menghadapi situasi berbahasa nyata, (5) ketepatan antara materi dengan tujuan belajar bahasa, kekomunikatifannya, (7) cakupan terhadap bahan yang mendorong motivasi, (8) kesesuaian dengan kebutuhan siswa, (9) kecocokan dengan tingkat kemampuan siswa, (10) daya cakupannya terhadap variasi kemampuan siswa, (12) bahannya selalu baru, (13) isinya sejalan dengan judul dan tujuan buku teks, serta (14) cukup dalam dirinya.Model evaluasi di atas tidak jauh berbeda dengan yang disarankan oleh Tucker, hanya kriterianya yang berbeda. Tucker dalam tulisannya mengemukakan empat kriteria utama untuk mengevaluasi TTP dalam buku teks, yaitu (1) kriteria lafal, (2) kriteria tata bahasa, (3) kriteria isi, dan (4) kriteria umum (Tucker, 1978:220229). Sehubungan dengan aspek-aspek yang dievaluasi dalam TTP buku teks, ada beberapa perbedaan di antara para ahli, meskipun dalam beberapa segi ada kesamaan pandangan. Perbedaan itu terutama terletak pada sudut tinjauan dan aspek yang menjadi penekanannya. Mackey (1969:159255) mengemukakan empat aspek penting dalam mengevaluasi buku teks, yaitu (1) seleksi, (2) gradasi, (3) presentasi, dan (4) repetisi. Seleksi atau pemilihan materi yang dimaksud adalah pemilihan materi buku teks dari sumber-sumber tata bahasa deskriptif. Tahap seleksi ini dianggap penting dalam pengembangan materi TTP dalam buku teks BSI. Bahkan demikian pentingnya, mutu desain TTP buku teks sangat ditentukan oleh kualitas kerja seleksi (Nurhadi, 1995:402). Senada dengan itu, Mackey (1969:165201) mengajukan lima prinsip yang melandasi seleksi, yaitu: (1) tujuan, (2) tingkat kemampuan siswa, (3) lama waktu belajar, (4) pilihan tipe bahasa yang dipelajari, dan (5) faktor kemungkinan dipelajari.Pentingnya seleksi ini didasarkan pada landasan berpikir sebagai berikut. (1) sumber-sumber tata bahasa deskriptif itu sangat beragam sifatnya, baik dari segi teori, peneliti, maupun kesederhanaanya, (2) materi tata bahasa deskriptif itu ada yang tidak relevan dengan kepentingan kependidikan, (3) tidak mungkin mengajarkan keseluruhan materi BSI kepada siswa, dan (5) pembelajaran bahasa selalu mempunyai tujuan yang khusus, yang tidak selalu menuntut siswa menguasai seluruh aspek bahasa.Gradasi atau pengurutan adalah langkah pengurutan bahan atau materi yang telah diseleksi untuk diajarkan. Mackey (1969:205206) mengemukakan dua langkah pokok dalam gradasi, yaitu pengelompokkan dan pengurutan. Pengelompokkan harus berdasarkan pada prinsip keseragaman, kekontrasan, dan keparalelan. Sedangkan pengurutan harus didasarkan pada prinsip psikologi belajar, yaitu dari umum ke khusus, dari yang ringkas ke yang panjang, dari yang sederhana ke yang kompleks, dan dari yang paling berguna bagi siswa ke yang paling tidak berguna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Pakar (2005:38) yang mengemukakan bahwa naskah yang disusun secara sistematis, berurut, dan teratur akan lebih meningkatkan pemahaman terhadap isi buku. Lebih lanjut, Pakar mengemukakan bahwa sistematika yang baik akan meningkatkan efektivitas penyampaian isi buku.Kegiatan pengurutan materi tersebut didasarkan pada landasan berpikir bahwa: (1) siswa dalam belajar berbahasa itu melalui langkah setahap demi setahap, (2) penulis buku teks tidak dapat menyajikan materi dengan memilihnya secara acak, (3) materi hasil seleksi tentu tidak dapat diajarkan bersama-sama, tetapi salah satu mendahului yang lainnya, (4) suatu buku teks mungkin memiliki materi yang sama dari hasil seleksinya, tetapi urutan penyajiannya tidak selalu sama, (5) ada perbedaan mendasar antara cara mengurutkan materi unsur kebahasaan dengan kemampuan berbahasa dan bersastra, (6) suatu kaidah kebahasaan mungkin penguasaannya didasarkan atas penguasaan sebuah kaidah yang lain terlebih dahulu, (7) ada landasan teori yang digunakan sebagai dasar mengurutkan materi yang secara kependidikan (sesuai kebutuhan pembelajaran) dapat diterima, dan (8) kemajuan belajar berbahasa itu sifatnya setahap demi setahap, dan tidak meloncat-loncat.Presentasi atau penyajian sebagai langkah ketiga dalam penyusunan buku teks adalah cara mengkomunikasikan materi kepada siswa. Apa yang tampak pada halaman-halaman buku teks, itulah presentasi. Presentasi materi ini tergantung pada tujuan belajar dan tingkat kemampuan siswa. Ada beberapa model presentasi. Mackey (1969:239) mengemukakan empat macam, yaitu (1) prosedur diferensiasi, (2) prosedur ostensif, (3) prosedur piktorial dan (4) prosedur kontekstual. Prosedur diferensiasi adalah cara menjelaskan sebuah kaidah dengan menterjemahkan penjelasannya dalam bahasa pertama siswa. Prosedur ostensif menggunakan objek, tindakan, dan situasi untuk menjelaskan. Prosedur piktorial adalah penggunaan gambar-gambar, sedangkan prosedur kontekstual adalah penjelasan yang bersifat abstrak yang meliputi definisi, anumerasi, substitusi, metaphor, oposisi, dan multiple context.Nurhadi (1995:381) mengemukakan bahwa terdapat bermacam-macam cara atau teknik penyajian materi buku teks yang dianggap sesuai kebutuhan pembelajaran, yaitu (1) penggunan bahasa pertama, (2) menyajikan alat bantu visual, dan (3) penjelasan verbal atau definisi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perlunya teknik penyajian yang benar didasarkan pada prinsip-prinsip belajar bahwa (1) daya guna TTP dalam sebuah buku teks sangat tergantung pada kemampuan penulisnya mengkomunikasikan isi (materi) kepada pemakainya, (2) setiap TTP dalam buku teks berbeda-beda cara penyajiannya, tergantung pada aspek yang menjadi penekanannya, (3) tujuan belajar bahasa yang berbeda menuntut cara presentasi yang berbeda pula, dan (4) ada perbedaan yang mendasar antara cara penyajian materi TTP di antara buku teks yang ada.Repetisi dalam konteks ini diartikan sebagai penajaman atau pelatihan. Penajaman adalah langkah yang ditempuh oleh penulis buku teks agar materi yang disajikan itu dapat dicerna dan diinternalisasikan oleh siswa menjadi kompetensi berbahasa yang siap dipakai. Adanya bagian repetisi ini merupakan salah satu ciri yang membedakannya dengan buku penujang lainnya. Mackey (1969:257) membagi materi repetisi ini ke dalam empat kelompok, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Prosedur penajaman ini perlu, karena didasarkan pada landasan berpikir bahwa (1) tujuan belajar berbahasa adalah agar siswa mampu berbahasa secara tepat, lancar dan mandiri. Oleh sebab itu, siswa perlu pelatihan menggunakan kaidah tersebut dalam konteks berbahasa yang sebenarnya, dan dalam situasi yang berbeda-beda, (2) terdapat banyak cara atau teknik penajaman agar sebuah kaidah berbahasa dapat diinternalisasikan yaitu dengan jalan mengulang-ulang menjadi bagian dari kompetensi komunikatif.Berbeda dengan Mackey yang mensistematiskan model evaluasi pembelajaran dengan berdasarkan pada aspek seleksi, gradasi, presentasi, dan repetisi. Para ahli pembelajaran bahasa generasi selanjutnya justru lebih menyederhanakan aspek-aspek yang dievaluasi. Mereka umumnya hanya merinci sejumlah aspek yang seharusnya dipertimbangkan dan diteliti untuk memilih dan mendesain sebuah buku teks. Hilferty (1978:195205) misalnya, menyarankan delapan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan melihat kualitas buku teks, yaitu (1) pemahaman penulis terhadap siswa (siapa, apa tujuan belajarnya, latar belakang bahasanya, harapannya, serta cita-citanya nanti, (2) pemahaman penulis terhadap tujuan umum pembelajaran bahasa, (3) pemahaman penulis terhadap tujuan khusus pembelajaran bahasa (tujuan yang bersifat keterampilan berbahasa), (4) pemahaman penulis terhadap kondisi dan situasi belajar, yakni lama waktu belajar dan sarana yang tersedia, (5) pernyataan tentang prosedur belajar yang disepakati antara sekolah dan siswa, (6) kesesuaiannya dengan kalender pendidikan, (7) kesesuaiannya dengan anggaran yang mungkin tersedia di sekolah, serta (8) prosedur pemilihan dan penyesuaian bahan.Senada dengan cara yang digunakan Hilferty di atas, Bruder (1978:211) juga mengemukakan delapan kriteria untuk mengevaluasi buku teks, yaitu (1) level, (2) tujuan, (3) gaya bahasa, (4) latar belakang bahasa siswa, (5) umur, (6) lama waktu belajar dan alokasinya, (7) kekuatan dalam melandaskan diri pada teori linguistik dan teori belajar bahasa, serta (8) kompetensi. Demikian pula Parera (2000:1) menyarankan empat kriteria, yaitu (1) pemahaman penulis tentang untuk siapa buku itu ditulis, (2) apa yang diharapkan setelah mereka menggunakan buku teks tersebut, (3) apa isi buku teks tersebut dan bagaimana kriterianya, serta (4) seberapa banyak isinya dan dipertimbangkan untuk siapa.Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya masing-masing diperuntukan bagi praktisi pengajaran bahasa, khususnya dalam pemilihan (evaluasi) buku teks yang akan digunakan. Masing-masing teknik penilaian tersebut cenderung disederhanakan, baik dalam jumlah aspek kriteria maupun sistem penilaiannya untuk kepentingan evaluasi yang lebih teliti dan mendalam.Model-model tersebut dipandang kurang memadai. Untuk kepentingan analisis TTP buku teks BSI, Nurhadi (1995:409) mengajukan kriteria yang jauh lebih komperehensif, yaitu (1) dianalisis berdasarkan kriteria umum, yang meliputi landasan penyusunan TTP buku teks, pertimbangan terhadap prinsip belajar bahasa, dan kriteria praktis, (2) dianalisis berdasarkan kriteria pemilihan, yang meliputi prosedur pemilihan materi dan ruang lingkup isi (materi), (3) dianalisis berdasarkan kriteria pengelompokan dan pengurutan, (4) dianalisis berdasarkan kriteria penyajian, dan (5) dianalisis berdasarkan penajaman.2.1.4 Tugas-Tugas Pembelajaran dalam Buku TeksBerdasarkan pembelajaran berbasis tugas seperti yang dipaparkan pada 2.2 maka setiap buku teks memerlukan TTP sebagai suatu kegiatan atau aktivitas belajar siswa dan sebagai wahana untuk mewadahi kompetensi berbahasa. Long (1985) menjelaskan bahwa TTP yang terdapat dalam buku teks itu merupakan penggalan aktivitas seseorang untuk suatu reward. Misalnya, melukis wajah, menulis surat, dan mengarang. Menurut kamus Longman Dictionary of Applied Linguistics, TTP adalah aktivitas atau tindakan yang dilaksanakan sebagai hasil dari proses atau pemahaman bahasa, misalnya menggambar peta sambil mendengarkan tape atau mengikuti petunjuk pembelajaran. Sementara itu, Pica (1993:11) mengemukakan bahwa di dalam buku teks terdapat suatu unsur kerja dan aktivitas yang diwujudkan dalam interaksi yang bermakna. Unsur kerja dan aktivitas tersebut dalam buku teks diwadahi oleh TTP.Secara lebih teknis, Nunan (1993:10) menjelaskan bahwa TTP yang terdapat dalam buku teks merupakan sepenggal tugas atau aktivitas kelas yang ditata sedemikian rupa agar siswa terlibat langsung dalam kegiatan memahami, memanipulasi, memproduksi, atau interaksi dalam bahasa yang dipelajari, dan selama itu perhatian siswa berpusat pada makna, bukan bentuk. Breen (1987) seperti yang dikutip Nurhadi (1999:102) menjelaskan pula bahwa TTP dalam buku teks merupakan wahana pembelajaran bahasa yang terstruktur, ingin mencapai tujuan tertentu, materi yang sesuai, prosedur kerja yang khusus, dan hasil kerja yang sudah direncanakan.Dari pandangan di atas, terdapat beberapa kata atau kelompok kata kunci yang perlu jelaskan, yaitu (1) sepenggal atau sepotong kegiatan (aktivitas), (2) tujuan, (3) terstruktur, dan (4) interaksi yang bermakna. Kata-kata kunci dalam pengertian di atas adalah sebagai berikut. Kata sepenggal atau sepotong kegiatan maksudnya bahwa setiap TTP dalam buku teks terdapat batas awal dan batas akhir yang dapat diidentifikasikan secara jelas, baik dari segi waktu maupun isinya. Kata tujuan merujuk pada pengertian bahwa setiap TTP dalam buku teks dilaksanakan untuk mencapai sasaran peningkatan kemampuan berbahasa tertentu. Kata kunci ketiga terstruktur maksudnya bahwa setiap TTP dalam buku teks telah direncanakan dan akan dilaksanakan secara prosedural dan terorganisasi, baik langkah-langkah pelaksanaan, bentuk kegiatan, maupun isinya. Kata interaksi bermakna merujuk pada pengertian bahwa interaksi dalam setiap unit TTP dalam buku teks bukanlah sekedar untuk mencapai ketepatan dan pemahaman unsur kebahasaan siswa, tetapi lebih ditujukan pada kegiatan berbagi informasi antarpartisipan TTP dengan penekanan pada isi informasi, bukan bentuk bahasanya.Dari telaah beberapa pandangan di atas, dua pandangan terakhir dapat menampung gambaran yang lebih jelas tentang sosok TTP dalam buku teks, sehingga dapat disimpulkan bahwa TTP dalam buku teks merupakan sepenggal aktivitas pembelajaran bahasa yang telah dipilah-pilah, diurutkan, dan dilaksanakan untuk menciptakan interaksi bermakna pada siswa dan guru yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yang dikenali, dikategorikan, dan dianalisis menurut tujuan, masukan, jenis aktivitas, setting, dan peran partisipan.Lebih lanjut, Nunan (1993) mengemukakan bahwa untuk menyusun TTP dalam buku teks, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, kompetensi dalam TTP buku teks harus dengan jelas berkaitan dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hubungan ini, penulis buku teks perlu: (a) mengidentifikasi tujuan kurikulum, (b) membuat seperangkat daftar kegiatan yang relevan dan dapat dilakukan oleh siswa di luar kelas sehubungan dengan topik yang dibahas, (c) mengintegrasikan kegiatan-kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui tema pembelajaran, situasi atau latar yang akan disajikan, dan (d) mengembangkan isi (materi) yang dirancang untuk membelajarkan siswa dengan kegiatan-kegiatan yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, isi (materi) TTP harus dapat merangsang siswa sehingga tercipta interaksi. Untuk itu, rancangan TTP buku teks perlu mempertimbangkan modus pembelajaran yang berupa kerja individu, berpasangan atau kerja kelompok, baik yang melibatkan interaksi antarsiswa maupun antarsiswa dengan guru. Ketiga, isi (materi) TTP harus mampu mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar dan keterampilan untuk mempelajari sesuatu. Dalam kaitan ini, TTP dalam buku teks harus memberikan peluang bagi siswa untuk: (a) mengevaluasi kerja teman dalam kelas dengan cara membandingkan kerja miliknya dengan kerja teman lainnya, (b) mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang ada, serta (c) membahas perbedaan dan persamaan yang telah diidentifikasi tersebut. Keempat, isi (materi) dalam TTP buku teks harus mampu mendorong siswa untuk menerapkan keterampilan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penggunaan TTP sebagai desain isi buku teks diharapkan dapat menciptakan interaksi kelas yang lebih produktif. 2.2 Kerangka TeoriKompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar dalam melakukan sesuatu. Kompetensi berbahasa berkaitan dengan kemampuan siswa untuk melakukan komunikasi (lisan dan tertulis) dalam berbagai konteks. Ruang lingkup kompetensi berbahasa meliputi aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang masing-masing meliputi keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis yang berhubungan dengan ragam nonsastra dan ragam sastra. Oleh sebab itu, pembelajaran BSI diarahkan pada belajar berbahasa untuk dapat berkomunikasi dan belajar sastra untuk menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.Tujuan pokok pembelajaran BSI adalah agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, bukan sekedar belajar pengetahuan tentang bahasa. Sebagai upaya untuk memenuhi tujuan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan tidak dituntut lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Demikian pula pembelajaran sastra, dimaksudkan untuk penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Melalui pembelajaran sastra, siswa diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra. Materi tentang kesastraan hanyalah sebagai penunjang dalam mengapresiasi sastra.Pembelajaran merupakan salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Hasil yang ingin dicapai di arahkan pada kemampuan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis senyatanya. Sehubungan dengan itu, maka kompetensi berbahasa Indonesia harus menjadi tumpuan pembelajaran yang berupa kegiatan aktif siswa untuk mendengarkan, berdiskusi (berbicara), membaca, dan menulis sebanyak-banyaknya. Artinya, semua komponen berbahasa harus termuat di dalam kompetensi tersebut. Dengan demikian, faktor pemahaman siswa terhadap kompetensi berbahasa menjadi titik tolak untuk mencapai hasil belajar.Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program pengembangan pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran dimaksud adalah pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa berupa penguasan terhadap seperangkat kompetensi. Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi tersebut, materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang bermakna, yakni yang dapat memberikan kecakapan kepada siswa untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Pembelajaran di kelas hendaknya terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran dan media yang digunakan harus sesuai dengan tuntutan tersebut. Salah satu unsur pembelajaran yang mewadahi kompetensi berbahasa itu adalah buku teks.Buku teks merupakan salah satu media pembelajaran bagi siswa yang disusun untuk keperluan praktis dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. Untuk memudahkan para pemakai buku teks dalam mengikuti dan memahami isi bahan ajar, maka salah satu upaya adalah membagi uraian atas beberapa tema dan subtema pembelajaran atau dalam unit-unit pembelajaran. Uraian-uraian tersebut berisi kegiatan pembelajaran sebagai aktivitas dan pelatihan bagi siswa untuk mendukung tercapainya kompetensi berbahasa. Pembelajaran BSI hendaknya dititikberatkan pada pelatihan berbahasa aktif melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan isi (materi) pembelajaran yang terseleksi secara kontekstual, seperti mendengarkan aktif, berbicara aktif, membaca aktif, dan menulis aktif. Kegiatan berbahasa aktif seperti itu, akan meningkatkan kemampuan berbahasa siswa pada level tinggi. Itulah sebenarnya maksud kehadiran buku teks dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan tersedianya kegiatan atau aktivitas pada setiap unit TTP buku teks yang ditata dengan baik diharapkan proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.Pada prinsipnya, buku teks merupakan salah satu media pembelajaran yang dirancang untuk menunjang kompetensi berbahasa siswa dalam proses pembelajaran. Buku teks BSI disusun untuk membantu memperlancar kemahiran berbahasa siswa. Oleh sebab itu, buku teks yang dapat mendukung kompetensi berbahasa dalam proses pembelajaran BSI adalah buku teks yang memuat seperangkat kompetensi berbahasa Indonesia yang sudah terseleksi dan layak untuk bahan pembelajaran. Seperangkat kompetensi berbahasa yang dimaksud adalah kompetensi yang tidak hanya melulu berisi struktur tetapi kaidah bahasa itu telah dimasukan dalam sebuah sistem kompetensi berbahasa dan diintegrasikan dengan keempat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Di samping itu, buku teks yang dapat mendukung pembelajaran kompetensi berbahasa adalah buku teks yang di dalamnya terdapat kelengkapan pembelajaran berbasis tugas, yaitu pembelajaran yang berlandaskan pada fakta kegiatan berbahasa yang dilakukan oleh siswa dan guru di kelas yang sengaja diciptakan untuk berlatih berbahasa. Pembelajaran berbasis tugas tersebut ditampakkan melalui TTP, baik pada isi (materi) yang telah dipilih, prinsip pengorganisasian materi yang digunakan, maupun teknik penyajiannya. Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis tugas tersebut, maka setiap buku teks hendaknya memuat TTP yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. TTP tersebut dimaksudkan untuk memandu proses pelatihan atau aktivitas pembelajaran dalam mendukung tercapainya kompetensi berbahasa Indonesia. Artinya, dengan kehadiran TTP dapat menciptakan situasi kegiatan belajar berbahasa secara nyata dan interaksi kelas yang lebih produktif dan menyenangkan.Berkaitan dengan penilaian dan pemilihan buku teks (kualitas) yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dapat dilihat pada TTP terhadap tiga aspek. Pertama. aspek isi (materi) yaitu pemilihan materi oleh penulis buku teks dari berbagai sumber tata bahasa Indonesia yang layak sesuai dengan kebutuhan belajar berbahasa. Pemilihan isi (materi) tersebut hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor, seperti: pertimbangan terhadap tujuan pembelajaran, prioritas kebergunaannya, prinsip kesederhanaan, tuntutannya terhadap keterampilan berbahasa, kesesuaian materi sastra dengan tujuan pembelajaran sastra, cakupannya terhadap variasi kemampuan siswa, memberikan kebebasan kepada siswa untuk berinisiatif, memungkinkan dimanfaatkannya alat bantu pembelajaran lain, kesesuaiannya dengan fakta bahasa yang hidup, dan kesiapannya dipakai dalam segala situasi. Faktor-faktor tersebut dimaksudkan untuk mendukung tercapainya kompetensi berbahasa Indonesia. Kedua, aspek pengorganisasian (pengelompokan dan pengurutan) materi. Pengelompokan merupakan penataan isi (materi) yang telah diseleksi menjadi unit-unit pembelajaran yang rapi berdasarkan pendekatan yang tepat. Sedangkan pengurutan merupakan prinsip urutan penyajian materi sejalan dengan pertimbangan proses pembelajaran di kelas. Aspek ini memiliki subaspek yang dapat dinilai, seperti pengelompokan berdasarkan prinsip kebutuhan belajar dan prinsip belajar bahasa, urutan menurut kebutuhan siswa dan menggunakan prinsip pengurutan belajar bahasa. Pengelompokan dan pengurutan ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam memahami bahasa yang sedang dipelajari. Ketiga, aspek penyajian materi. Menyajikan materi berarti mengkomunikasikan isi (materi) pembelajaran yang sudah dipilih, diorganisir (dikelompokan dan diurutkan) melalui TTP dalam buku teks sehingga mudah dipelajari. Dengan teknik atau cara tertentu yang gunakan dalam menyajikan materi, diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Teknik atau cara dimaksud seperti sarana lain sebagai pelengkap materi pembelajaran yang dianggap dapat menunjang tercapainya kompetensi berbahasa yang sedang dipelajari. Aspek penyajian materi tersebut memiliki subaspek yang dapat dinilai, seperti penyajian deskripsi kompetensi dan hasil belajar secara eksplisit, penyajian materi secara terpadu (terintegrasi), penyajian dengan teknik tematis, penyajian yang disertai pemodelan, penciptaan interaksi kelas yang lebih produktif, penyajian dialog, penyajian yang dilengkapi alat bantu pembelajaran nonverbal, penyajian materi penajaman, serta penyajian aktivitas di luar kelas. Kehadiran beberapa subaspek tersebut dimaksudkan untuk mendukung tercapainya hasil belajar yang berdampak (outcome).kajian buku teksPENGAYAAN BAHAN KULIAH KAJIAN BUKU TEKS

Fries dan Lado (dalam Nurhadi, 1995:105) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku pelajaran yang berisi kompetensi berbahasa berupa pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan kebiasaan pemakaian bahasa yang dipelajari dan bukan pembicaraan tentang bahasa yang bersangkutan. Salah satu prinsip yang berkaitan dengan ini adalah ajarkan kompetensi berbahasa dan bukan tentang ilmu bahasa.KBK merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu pula (Mulyasa, 2003:39). Menurut Depdiknas (2003:13), KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi hasil pembelajaran yang harus dicapai, penilaian, kegiatan pembelajaran, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi, materi pembelajaran yang disajikan sebagai TTP dalam buku teks hendaknya bermakna, yakni materi yang mampu memberikan kecakapan kepada siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi.Prinsip kerelevansian dengan kurikulum mutlak ada dalam buku teks, seperti pemilihan isi (materi) sebagai bahan ajar, pengorganisasian materi pembelajaran terhadap standar kompetensi. Standar kompetensi ini merupakan kerangka mata pelajaran BSI yang berisi seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai oleh siswa pada setiap tingkatan. Depdiknas (2003:11) menyebutkan empat komponen utama sebagai kerangka mata pelajaran BSI, yaitu (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, (3) indikator, dan (4) materi pokok.Indikator merupakan uraian spesifik dari kompetensi yang harus dikuasai siswa pada jenjang tertentu yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Sedangkan materi pokok merupakan bahan yang ditujukan untuk mencapai kompetensi komunikatif yang dapat berupa teks atau nonteks, isi (materi) suatu kegiatan atau hasil kegiatan itu sendiri yang dapat dipakai sebagai titik tolak dalam mengembangkan kompetensi dasar menjadi bahan ajar dan indikator menjadi bahan evaluasi.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa (1) kompetensi berbahasa berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melakukan komunikasi (lisan dan tertulis) dalam berbagai konteks, (2) kompetensi berbahasa menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten, (3) kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran, dan (4) kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.Ditinjau dari tingkat manipulasi terhadap bentuk dan isi TTP baik oleh penulis buku teks maupun oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka ada dua kategori TTP, yakni TTP pedagogis dan TTP dunia nyata. TTP pedagogis merujuk pada TTP yang bentuk dan isinya telah dimanipulasi sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria pendidikan yang diinginkan, sedangkan TTP dunia nyata adalah upaya buku teks atau guru untuk menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas (Nunan, 1993:62).Pengkategorian tipe TTP yang lebih teknis dikemukakan oleh Pattison (1987) seperti yang dikutip Nurhadi (1999:112) yang membedakan tujuh tipe TTP, yaitu (1) pertanyaan dan jawaban, (dialog dan bermain peran), (3) kegiatan mencocokkan, (4) strategi komunikasi, (5) gambar dan menceritakan gambar, (6) puzzles dan masalah, dan (7) berdiskusi dan mengambil keputusan.2.1.3.1 Hakikat Buku TeksBuku teks berasal dari istilah text book dalam bahasa Inggris yang oleh Encols dan Sadily (dalam Tarigan, 1990:11) diterjemahkan sebagai buku pelajaran. Buku teks dalam hal ini mencakup semua jenis buku yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan proses pembelajaran. Keluasan konsep tersebut meliputi buku Tatabahasa Ilmiah, buku Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Menurut Gopinathan (1997) buku teks adalah suatu organisasi isi yang dipilih, diatur, dan disederhanakan sehingga sesuai untuk dijadikan bahan pembelajaran.Bacon (dalam Husen, 1996:178) secara lebih jelas mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, disusun dan disiapkan dengan cermat oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu, dan dilengkapi dengan sarana-sarana pembelajaran yang sesuai dan serasi. Senada dengan itu, Widhiyanto (1997:100) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang digunakan sebagai sumber dalam proses belajar (learning) dan pembelajaran (instruction) dalam konteks pendidikan. Lebih lanjut, Widhiyanto menyebutkan bahwa di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, buku teks dapat digolongkan ke dalam empat macam, yaitu buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan, dan buku sumber. Berdasarkan uraian di atas, maka buku teks dapat didefinisikan secara lebih lengkap sebagai buku yang isinya berkaitan dengan mata pelajaran tertentu yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu yang dirancang secara cermat oleh pakar buku teks untuk keperluan praktis dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan.2.1.3.2 Komponen Buku TeksKeberadaan beberapa komponen buku teks dimaksudkan untuk memberikan kemudahan belajar bagi siswa sehingga dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Komponen buku teks yang dimaksud, seperti petunjuk, tujuan pembelajaran, isi (materi) ajaran, latihan, dan rangkuman (Dick dan Carey, 1990; Suparman, 1991). Senada dengan itu, Suhardi (2005:44) mengemukakan empat komponen utama buku teks yaitu tujuan, isi (materi), rangkuman, dan evaluasi.Pencatuman komponen tujuan pembelajaran pada setiap buku teks dimaksudkan untuk menginformasikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Chamisijatin (1996:61) menegaskan bahwa pencantuman deskripsi kompetensi dan hasil belajar secara eksplisit dalam buku teks sangat penting karena akan memberikan petunjuk dalam memilih materi pembelajaran, penstrukturan belajar, dan menjadi referensi dalam mengembangkan instrumen evaluasi. Selain itu, dengan kehadiran deskripsi kompetensi dan hasil belajar secara eksplisit paling tidak akan menjawab pertanyaan "apa yang diharapkan kepada siswa setelah mempelajari buku teks ini?"Deskripsi hasil belajar merupakan pernyataan mengenai hal-hal yang ingin dicapai setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Rumusan deskripsi dann hasil belajar tersebut merupakan dasar pemilihan isi (materi), penataan kegiatan pembelajaran, dan penyajian materi pembelajaran serta evaluasi. Sasaran akhirnya adalah tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu menampilkan perilaku seperti diuraikan dalam deskripsi kompetensi dan hasil belajar yang akan dicapai (Degeng, 1988).Isi (materi) merupakan kerangka atau urutan isi pembelajaran mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai kepada bentuk yang kompleks sebagai suatu kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Isi (materi) ditampilkan pada tingkat aplikasi, kongkrit, dan bermakna dengan menggunakan dialog, gambar atau bagan. Penataan urutan isi (materi) ajaran dalam buku teks akan memberikan pemahaman pada setiap peristiwa belajar (Tillena, 1983). Penataan urutan isi (materi) ajaran akan membantu mengembangkan kompetensi, hirarki belajar, dan alih belajar yang lebih baik sehingga akan memberikan kemudahan belajar bagi siswa (Kazlow, 1980). Sehubungan dengan itu, Kemp (1985:58) mengemukakan bahwa proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat jika isi (materi) ajaran diorganisasi menjadi urutan-urutan yang bermakna.Komponen rangkuman merupakan upaya yang ditempuh penulis buku teks untuk meninjau kembali terhadap apa yang telah dipelajari, sehingga siswa dapat mempertahankan retensi. Rangkuman memberikan pernyataan singkat mengenai isi (materi) yang telah dipelajari (Suhardjono, 1992). Dalam buku teks, rangkuman berisi ide-ide pokok yang merupakan tinjauan ulang terhadap uraian pembelajaran. Rangkuman tidak saja untuk memperkuat ingatan tetapi juga sebagai pendalaman bagi siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Tampaknya, penyajian rangkuman dalam buku teks sangat diperlukan karena merupakan upaya memberikan pengekalan ingatan yang lebih baik bagi siswa. Oleh sebab itu, rangkuman dalam buku teks merupakan salah satu komponen yang dapat memberikan kemudahan belajar bagi siswa dan memudahkan siswa untuk mengingat kembali ide-ide pokok isi (materi) pembelajaran.Komponen evaluasi (penajaman) dimaksudkan sebagai umpan balik bagi guru agar dapat memahami kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan proses pembelajaran. Bentuk evaluasi dalam buku teks hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesulitan deskripsi kompetensi dan hasil belajar. Pophan (1981:86) mengemukakan bahwa jumlah butir pertanyaan sebagai evaluasi dalam buku teks hendaknya representatif dan memuat perilaku siswa pada ranah tertentu berdasarkan deskripsi kompetensi dan hasil belajar.Komponen isi (materi) tersebut di atas, oleh Nunan (1993:47) menyebutnya sebagai TTP yang terdiri atas lima subkomponen, yaitu (1) tujuan, (2) masukan bahasa, (3) kegiatan atau aktivitas, (4) peran guru dan siswa (role), dan (5) setting. Masing-masing komponen tersebut setidaknya menjawab pertanyaan berikut.Komponen tujuan menjawab pertanyaan dasar: melalui TTP harapan apa yang ingin dicapai oleh siswa? Misalnya penulis buku teks menjawab dengan pernyataan Saya ingin mengembangkan keterampilan berbicara siswa di depan umum; Saya ingin agar siswa dapat membuat surat pribadi dengan baik. Komponen masukan bahasa (input) merujuk pada pengertian data yang membentuk titik berangkat sebuah TTP. Pertanyaan yang mendasarinya adalah apakah masukan bahasanya? Apakah masukan bahasa itu autentik? Apakah cukup luas cakupan dan variasinya?. Komponen kegiatan atau aktivitas berangkat dari pertanyaan: mana yang lebih utama, skill-getting ataukah skill-using? Kemana arahnya? Komponen role menjawab pertanyaan apakah yang diharapkan dari siswa dan guru untuk ikut bermain dalam melaksanakan TTP? Peran apakah yang dipilih dan dimainkan sehingga seolah-olah interaksi sosial yang sebenarnya dapat berlangsung? Komponen setting mengacu pada pertanyaan: dimanakah TTP dalam buku teks tersebut akan dilaksanakan? Ada dua pengertian setting yang di acu di sini, yaitu setting fisik seperti kelas, laboratorium, perjalanan ke toko buku, perpustakaan, atau ruang wawancara. Sedangkan setting sosial seperti pertemuan ramah-tamah, mewawancarai atau diwawancarai, transaksi jual-beli, atau meminta petunjuk.Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, Nurhadi dkk. (2004:49) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya terdapat pemodelan (modeling). Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Dalam buku teks, pemodelan dapat diwujudkan dalam bentuk contoh-contoh membuat kalimat yang benar, paragraf, membuat surat, membuat pengumuman, contoh dialog, contoh menggunakan bahasa yang baik dan benar, dan lain sebagainya.Terkait dengan hal-hal tersebut, maka setiap buku teks hendaknya berbasis kompetensi. Artinya, isi buku teks dapat menunjang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan. Isi buku teks bukanlah sekedar sajian materi yang akan dibaca siswa, tetapi yang lebih utama adalah berisi skenario pembelajaran dalam bentuk TTP. Nurhadi (2005:215) mengemukakan bahwa sebuah buku teks minimal berisi (1) kompetensi dasar yang akan dicapai dengan indikatornya, (2) pengantar tentang pentingnya menguasai kompetensi itu dalam konteks nyata, (3) materi pendukung pencapaian kompetensi, (4) kegiatan-kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh siswa berupa kegiatan bekerja kelompok untuk membuat sesuatu, kegiatan berlatih, kegiatan mengamati, kegiatan menampilkan, kegiatan mempraktikkan, dan lain sebagainya, (5) evaluasi kegiatan dan pencapaian kompetensi dasarnya, dan (6) tagihan atau produk yang dihasilkan seperti laporan, karya tulis, gambar, peta, bagan, uraian, dan benda-benda.2.1.3.3 Peran Buku TeksBuku teks memegang peran penting bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bagi guru, buku teks merupakan sumber informasi yang dapat dijadikan pedoman mengajar. Bagi siswa, buku teks merupakan sumber belajar yang dapat meningkatkan kemampuan mereka sehingga tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai. Ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat jika ditopang oleh kehadiran buku teks. Begitu pentingnya buku teks, Hernowo (2005: 27) menyarankan agar buku teks dijadikan sebagai basis pembelajaran. Buku semacam itu merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman tidak langsung dengan jumlah yang besar dan terorganisasi secara rapi. Memang, siswa dapat belajar dari pengalaman langsung, tetapi tidak akan dapat mencakup semuanya. Oleh karena itu, masih diperlukan juga pengalaman tidak langsung untuk melengkapi hal-hal yang tidak diperoleh dari pengalaman langsung (Tarigan, 1990). Terkait dengan itu, Grene dan Petty (dalam Husen, 1998:182) mengungkapkan beberapa peran kehadiran buku teks dalam proses pembelajaran yaitu: (1) mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pembelajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pembelajaran yang disajikan, (2) menyajikan suatu sumber pokok masalah atau obyek materi yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan tempat keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya, (3) menyediakan sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi, (4) menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampingi metode dan sarana pembelajaran untuk memotivasi para siswa, (5) menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis, dan (6) menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.Sementara itu, Ibrahim (1983) melihat peran buku teks dari tiga sudut, yaitu bagi siswa, bagi guru, dan bagi proses pembelajaran. Bagi siswa, buku teks itu berperan: (1) membantu belajar secara sistematis, mempertegas, dan mempermudah siswa untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Melalui buku teks, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, mengulangi atau meninjau kembali serta memudahkan mereka dalam membuat catatan-catatan untuk pemakaian selanjutnya, (2) merangsang kreativitas. Buku teks memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyegarkan ingatan yang dapat merangsang tumbuhnya kreativitas dalam diri siswa, (3) mengembangkan sikap ilmiah, sosial, dan kemantapan emosi siswa. Melalui buku teks siswa dapat menyelesaikan tugas dan pelatihan yang diberikan. Tugas dan pelatihan ini pada gilirannya dapat memperdalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.Bagi guru, buku teks berperan sebagai: (1) pengarah pelaksanaan pembelajaran. Melalui buku teks, guru dapat menentukan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan, pendekatan yang dianut, metode yang digunakan, dan teknik yang dipakai, (2) sumber dan pengarah dalam menyediakan bahan pembelajaran. Melalui buku teks, guru lebih mudah memperoleh sumber-sumber pembelajaran, dan (3) sebagai landasan dalam menyelenggarakan evaluasi hasil belajar siswa.Bagi proses pembelajaran, buku teks berperan: (1) memudahkan pemilihan dan penyampaian materi pembelajaran, (2) membantu kelancaran proses pembelajaran, (3) membantu kelancaran proses pengelolaan kelas, (4) memudahkan siswa untuk mengikuti uraian materi pembelajaran, dan (5) dapat digunakan untuk melatih belajar mandiri bagi siswa.Selain yang dipaparkan di atas, buku teks memiliki keunggulan praktis, yaitu mampu mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu bahkan budaya (Soepena, 1997:31) dalam menyampaikan suatu informasi. Sifat kepraktisan inilah yang menjadikan alasan, mengapa buku memiliki spektrum penggunaan yang lebih luas dalam masyarakat modern. Salah satu konteks penggunaan buku adalah konteks pendidikan yaitu penggunaan buku teks dalam proses pembelajaran.Tidak dapat dipungkiri bahwa peran buku teks sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran sangat penting dan belum tergantikan oleh sumber belajar lainnya (Widhiyanto, 1997:98). Setidaknya ada dua pihak yang berkepentingan terhadap buku teks, yaitu guru dan siswa. Orstein (1990:333), menyatakan bahwa buku teks sebagai sumber belajar memiliki beberapa peran penting: (1) dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan pembelajaran secara umum, penyajian yang unik, dan sebagai landasan kegiatan tatap muka di kelas, (2) memuat ringkasan informasi yang relatif tidak berubah yang dapat digunakan kapan saja saat diperlukan, (3) bersifat luwes sehingga siswa dapat mempelajarinya di rumah, (4) dapat digunakan sebagai sumber acuan bagi siswa lainnya, (5) membantu guru untuk menggali gagasan, tata cara, dan urutan penyajian materi pembelajaran, serta aktivitas-aktivitas pembelajaran di kelas, (6) memberikan kemudahan bagi siswa, terutama dalam memahami materi melalui ilustrasi, seperti gambar, grafik, peta, dan ilustrasi lainnya yang menunjang pembelajaran, dan (7) memberikan penguatan pembelajaran melalui pelatihan atau pertanyaan-pertanyaan penajaman.Pada umumnya, buku teks digunakan sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, isi (materi) yang diajarkan dan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan isi pembelajaran banyak dipengaruhi oleh buku teks (Calahan dan Clark, 1997:391). Lebih lanjut dikemukakan bahwa buku teks memberikan kemudahan bagi guru dalam perencanaan pembelajaran karena alasan berikut: (1) buku teks menyajikan sasaran kompetensi yang jelas, (2) buku teks memuat isi (materi) pembelajaran terpilih yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan isi dan penekanan kompetensi pembelajaran, dan (3) buku teks memuat kegiatan pembelajaran bagi siswa dan memberikan arahan atau saran-saran bagi guru yang berkenaan dengan strategi mengajar. Selain itu, buku teks juga memuat informasi tentang sumber-sumber bacaan atau informasi lain, media pembelajaran, kompetensi dan alat pembelajaran lainnya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa buku teks mampu berperan dalam memberikan landasan yang baik untuk membangun kegiatan pembelajaran tingkat tinggi (higher order of learning) yang menarik dan menuntut tata cara berpikir kritis serta kegiatan mental tingkat tinggi lainnya. Oleh karena itu, buku teks yang digunakan oleh siswa sebagai penunjang proses pembelajaran hendaknya buku teks yang berkualitas.2.1.3.4 Kualitas Buku TeksSedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, yakni sarana gedung, buku teks yang berkualitas, serta guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Djoyonegoro dalam Mulyasa, 2005:3). Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran, juga tidak lepas dari buku teks yang digunakan sebab buku teks merupakan salah satu sumber penyiapan bahan dan sumber bahan evaluasi. Kehadiran buku teks merupakan penerjemah dan pengembang butir-butir pembelajaran yang ada dalam kurikulum (Tarigan, 1989:66). Agar proses pembelajaran di kelas lebih aktif, siswa dan guru perlu memilih buku teks yang sesuai sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi seperti ini akan tercipta jika buku teks menyajikan isi (materi) yang merupakan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, buku teks yang digunakan dalam pembelajaran harus dapat menyajikan isi (materi) yang menarik dan tidak membosankan.Untuk dapat memenuhi hal tersebut di atas, Ghofur (2006:9) mengemukakan dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam penulisan buku teks yang berkualitas. Pertama, isi (materi) buku teks hendaknya mematuhi indikasi kurikulum, Dengan mengacu pada kurikulum, isi (materi) tersebut diarahkan untuk menggali potensi siswa dalam menganalisis kearifan lokal diri dan lingkungannya. Pola-pola penugasan hendaknya digeser dari sekedar pencapaian target mengetahui ke arah sejauh mana fungsi pengetahuan itu bagi dinamika kehidupan siswa. Isi (materi) penugasan tidak perlu berputar-putar pada penajaman teori tetapi lebih ditekankan pada aktualisasi dalam realitas nyata. Ini berarti materi pelatihan dan penugasan berupa diskusi kelompok menjadi prioritas. Variasi materi penugasan juga penting diperhatikan. Tugas yang selalu menjawab soal terkadang membosankan. Siswa membutuhkan pola penugasan alternatif seperti teka-teki silang, ular tangga, dan sebagainya yang dimodifikasi dari isi (materi) pembelajaran.Kedua, terkait dengan penggunaan bahasa. Pemakaian bahasa dalam buku teks selama ini cenderung konvensional dan tidak komunikatif. Buku teks memvisualisasikan diri sebagai guru yang menggurui, sok tahu dan menjaga jarak dengan siswa. Bahasa buku yang santun berirama dialogis dapat meleburkan jarak siswa saat membaca sehingga buku teks secara tidak langsung dapat menjelma sebagai mitra belajar yang mengasyikkan.Kehadiran buku teks erat kaitannya dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang berkualitas seyogyanya relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Implementasi buku teks dalam proses pembelajaran selalu berkaitan dengan kemampuan guru dan minat belajar siswa. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka baik pemilihan isi (materi), pengorganisasian, maupun penyajian materi sebagai bahan ajar dalam buku teks hendaknya mempertimbangkan dengan cermat tujuan belajar, prinsip belajar, teori belajar, minat belajar siswa, dan lain sebagainya. Semakin baik kualitas buku teks, maka semakin sempurna proses pembelajaran yang ditunjangnya. Buku teks bermutu tinggi akan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran (Tarigan, 1989:20). Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mengadakan resolusi buku dengan cara mendesain isi buku teks yang lebih atractive secara visual dengan penataan yang dinamis, bahasa yang mudah, lugas, dan segar (Massigitp, 1999:35).Metode dan penyajian materi dalam buku teks hendaknya memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya menarik, menantang, dan merangsang sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari isi buku teks tersebut. Isi (materi) yang disajikan dalam buku teks hendaknya mendalam dan berguna untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari. Buku teks juga harus berperan sebagai alat evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Artinya, di dalam buku teks hendaknya mencerminkan sarana penilaian sehingga siswa dapat mengukur dirinya sendiri.Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Greene dan Petty (dalam Husen, 1998:187) telah menyusun sepuluh kriteria sebagai syarat buku teks yang berkualitas, yaitu (1) dapat menarik minat belajar siswa, (2) mampu memberi motivasi kepada para siswa yang menggunakannya, (3) memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya, (4) mempertimbangkan aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan siswa, (5) berhubungan erat dengan mata pelajaran lainnya, (6) dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas pribadi para siswa yang menggunakannya, (7) terhindar dari konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membingungkan siswa, (8) mempunyai sudut pandang yang jelas, (9) mampu memberi pematapan penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa, dan (10) dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa.Alwasilah (2000:135136) mengemukakan secara garis besar kriteria profesional penilaian buku teks yang dapat dijadikan pedoman dalam menilai apakah buku teks itu baik/tidak baik atau cocok/tidak cocok.. Kriteria tersebut masing-masing aspek yang dinilai menggunakan kalimat tanya berikut.(1)Aspek IsiPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi: (a) apakah materi disajikan secara utuh dan berkesinambungan? (b) apakah materi disajikan dengan mengikuti teori pembelajaran (bahasa) secara logis? (c) apakah materi disajikan secara logis dan jelas bagi siswa? (d) apakah penyajian materi sesuai dengan pendekatan yang diikuti? (e) apakah judul buku konsisten dengan daftar isi dan isi buku teks? (f) apakah buku teks mencantumkan daftar kata dan alat bantu yang dipakai? (g) apakah pelatihan yang disajikan cocok untuk siswa? (h) apakah materi bebas dari masalah SARA atau hal-hal tabu? dan (i) apakah penyajian materi dapat memotivasi siswa untuk belajar dan menyenangi buku tersebut?(2)Aspek Kualitas TeknisPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kualitas teknis: (a) apakah ukuran buku dan tebalnya cocok untuk usia siswa? (b) apakah penjilidannya cukup kuat dan menarik? (c) apakah kertasnya berkualitas baik? (d) apakah tipografi dan tata letaknya baik, mudah dibaca, dan sesuai bagi usia siswa? (e) apakah gambar dan materi visual cukup banyak, menarik, dan membantu penyampaian materi?(3)Aspek PendukungPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut aspek pendukung: (a) apakah penerbit dan penulisnya memiliki reputasi baik di bidangnya? (b) apakah buku tersebut pernah diresensi di media masa? (c) apakah saran-saran bagi guru memiliki nilai praktis? (d) apakah pedoman yang diberikan bermanfaat bagi guru? (e) apakah daftar pustaka bermanfaat bagi guru dan siswa? dan (f) apakah buku teks tersebut dilengkapi dengan program evaluasi?(4)Aspek Alat PeragaPertanyaan-pertanyaan yang menyangkut alat peraga: (a) apakah buku teks tersebut disertai alat peraga? (b) apakah alat peraga itu membantu penyampaian materi ajar? (c) apakah alat peraga itu cukup variatif, memadai, dan cocok untuk usia siswa? (c) apakah media ajar itu terbuat dari bahan yang berkualitas sehingga tahan lama? dan (d) apakah alat peraga itu mudah digunakan?Untuk memenuhi kriteria buku teks yang berkualitas seperti yang dikemukakan di atas, maka setiap penulisan buku teks hendaknya mempertimbangkan beberapa aspek. Winataputra (1989) menyarankan tiga aspek untuk dipertimbangkan: (1) isi (materi) yang akan dikembangkan, (2) cara memilih dan mengorganisasikan kompetensi, dan (3) cara pembelajaran diorganisasikan. Sementara itu, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional menggariskan beberapa rambu-rambu teknis yang harus dipenuhi oleh pengembang kompetensi agar kompetensi tersebut dapat ditata menjadi buku teks yang berkualitas. Rambu-rambu tersebut seperti yang dikutip Suyanto dkk. (2000:910) berikut ini.1.Ketentuan Umuma.Naskah yang ditulis hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.b.Naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah diterbitkan.2.Ketentuan Khususa.Keamanan NasionalIsi (materi), cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi pada buku teks harus selaras atau tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan GBHN.b.Isi (materi) Buku Teks()1Memuat sekurang-kurangnya kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa pada tingkat dan jenis pendidikan tertentu sesuai kurikulum yang berlaku.()2Relevan dengan tujuan pendidikan yang dicapai melalui proses pembelajaran, bahan kajian, dan pelajaran yang bersangkutan.()3Menghormati kerukunan hidup umat beragama dan kehidupan antarumat beragama serta menghormati ajaran-ajaran agama yang dianut di Indonesia.()4Tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.()5Benar, ditinjau dari segi ilmu pengetahuan yang bersangkutan.()6Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.()7Sesuai dengan jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulisan buku teks.c.Cara Penyajian(1)Urutan uraian yang teratur.(2)Tahapan dalam penyajian masalah dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks atau dari yang mudah ke yang sulit.(3)Saling memperkuat dengan bahan kajian yang terkait.(4)Menantang dan merangsang peserta didik untuk terus mempelajari bahan kajian dan pelajaran yang bersangkutan, dan(5)Pengorganisasian kompetensi dan sistematika penulisan mengacu kepada berbagai aspek kemampuan siswa.d.Bahasa(1)Menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku.(2)Menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan siswa.(3)Menggunakan istilah, kosa kata, dan simbol-simbol yang mempermudah pemahaman dan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari bahan kajian.(4)Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan.e.Ilustrasi(1)Relevan dengan isi buku teks yang bersangkutan.(2)Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat dan antarparagraf dan bagian dari keseluruhan isi buku teks.(3)Merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks, dan(4)Jelas, baik, dan merupakan hal yang esensial untuk membantu peserta didik memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalam buku teks yang bersangkutan.

Setiap buku teks perlu memiliki landasan pengembangan yang jelas agar memiliki kualitas yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu selain memiliki kesahihan pewajahan, juga harus memiliki kesahihan isi (materi) sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Yang penting lagi, bahwa buku teks merupakan salah satu sumber belajar yang dapat berfungsi membelajarkan siswa secara efektif dan efisien (Suyanto, 2000:11).Senada dengan yang dipaparkan di atas, McKean (1962:155) mengemukakan bahwa buku teks yang berkualitas adalah buku teks yang memenuhi kriteria. Pertama, memuat deskripsi kompetensi dan hasil belajar yang digariskan dalam kurikulum yang akan dicapai melalui buku teks tersebut. Dengan ungkapan lain, apakah buku teks tersebut memberikan arahan yang jelas dalam pencapaian standar kompetensi? Kedua, memuat isi (materi) yang akurat, muktahir dan lengkap sebab konsepsi guru tentang isi (materi) akan menentukan buku teks yang akan dipakai dan bukan sebaliknya. Ketiga, mampu mencerminkan metode pembelajaran. Maksudnya fleksibel dan mampu mengadaptasikan berbagai metode mengajar? Keempat, sesuai dengan karakteristik siswa yang akan menggunakannya. Misalnya pilihan kata, penggunaan kalimat, ilustrasi, contoh-contoh, dan hal-hal lain yang cocok, serta berarti bagi siswa.Beck dan Mckeown (dalam Purwanto, 1999:12) mengemukakan sepuluh kriteria yang memadai untuk menelaah kevalidan buku teks, yaitu (1) materinya memberikan bekal agar siswa berdiskusi, (2) tidak terlalu banyak konsep, (3) pokok pikiran setiap wacana dijelaskan secara eksplisit, (4) hanya mengandung tujuan utama, (5) contoh yang disajikan betul-betul dapat menjelaskan konsep, (6) memudahkn siswa memahami hubungan sebab-akibat, (7) komponennya disusun secara logis, (8) memuat urutan kejadian sesuai dengan urutan waktu, (9) tidak menjelaskan banyak hal dalam unit yang sama, dan (10) setiap wacana mampu memberi penekanan terhadap ide yang penting.Selanjutnya, Suyanto (2000:13) mengemukakan bahwa buku teks yang berkualitas adalah buku teks yang memenuhi beberapa kriteria berikut. (a) kenampakannya yang meliputi ukuran, format, ilustrasi, penjilidan, dan daya tariknya, (b) gaya penyajian bahasanya menarik, menggugah pikiran, dan mampu merangsang siswa untuk ingin mengetahui lebih lanjut, (c) penulisnya memiliki kompetensi dan dikenal di bidangnya, serta (d) harga terjangkau.Dari beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan bahwa sebuah buku teks akan dipilih dan digunakan sebagai media pembelajaran jika dapat memenuhi kebutuhan pemakainya serta memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Tentu guru tidak diharapkan akan didikte atau dikuasai oleh buku teks. Dengan buku teks, guru diharapkan dapat meningkatkan kinerja profesionalnya di kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemakai buku teks hendaknya dapat memilih buku teks yang berkualitas. Untuk memilih buku teks yang berkualitas, hendaknya mengacu pada kriteria sebuah penyusunan buku teks. Artinya, pertimbangan pemilihannya diarahkan pada pemenuhan kriteria buku teks terhadap pemakaiannya di sekolah-sekolah. Berikut ini beberapa tinjauan para ahli tentang prosedur analisis untuk menganalisis kualitas TTP buku teks. Tucker (1978:219) menyarankan dua prosedur, yaitu menjelaskan fakta isi buku dan menggambarkan perbandingan profil buku teks dan profil ideal. Kizilirmak (1991:46) menyarankan tujuh langkah yang perlu ditempuh dalam menganalisis kualitas buku teks seperti yang dijelaskan pada gambar 2.1 berikut ini.Secara garis besar, prosedur yang dilakukan oleh Kizilimark tersebut meliputi: (1) menentukan bahasa siswa, (2) menentukan tujuan khusus, (3) menetapkan dan menggambarkan profil, (4) menentukan skor mentah, skor rata-rata, dan menggambarkan profil, (5) membandingkan dengan profil ideal, (6) menentukan kecocokan: ya atau tidak, serta langkah (7) mengadaptasi, mengganti, dan menambahkan bagian-bagian yang dianggap kurang. Lebih lanjut, Kizilirmak (1991:46) mengemukakan empat belas kriteria dalam mengevaluasi buku teks BSI, yaitu (1) keberterimaan dalam arus teori pembelajaran bahasa dan metodologi, (2) keaslian materi, (3) integrasinya terhadap keempat