kaidah kebahasaan dalam teks pantun

35
11. DHIYA ROIHANA 12. DIMAS RYANSYACH 13. EZRA EGADHANA 14. FARHAN DIFA 15. FATHIA ROSATIKA BAHASA INDONESIA

Upload: fathia-rosatika

Post on 13-Apr-2017

159 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

11 . DH IYA RO IHANA12 . D IMAS RYA NSYACH13 . EZRA EGADHANA14 . FARHAN D IFA15 . FATH IA ROS AT IKA

BAHASA INDONESIA

Page 2: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PEMERINTAH SEKOLAH

Pantun merupakan salah satu jenis sastra lisan berbentuk puisi

Pantun merupakan jenis puisi lama peninggalan sastra melayu lama

PENGERTIAN PANTUN

Page 3: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

CIRI CIRI PANTUN CONTOH PANTUN

Satu bait terdiri atas empat baris atau larik

Setiap baris terdiri atas 4 sampai 5 kata

Setiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata

Rima akhir berpola a-b-a-b Strukturnya terdiri atas

sampiran dan isi Baris pertama dan kedua adalah

sampiran Baris ketiga dan keempat

adalah isi

Daun ilalang taruh di topi Daun Kurma ditambah lagi Pantun kukarang di malam sepi Kala purnama telah meninggi

Anak ayam turun sepuluhMati satu tinggal sembilanTuntutlah ilmu sungguh-sungguhSupaya tidak berujung penyesalan

Page 4: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

APA PERBEDAAN PANTUN DENGAN:-PANTUN BERKAIT-PANTUN TALIBUN-PANTUN KILAT

?

Page 5: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PANTUN BERKAIT

Pantun berkait adalah pantun yang terdiri dari beberapa bait. Dalam satu bait pantun berkait biasanya terdiri dari 4 baris yang berirama. Dua baris pertama merupakan sebagai kata pemanis, sementara dua kata yang terakhir adalah sebagai isi dari pantun. 

contoh:

Tertindih tangan patahlah jariMengambil janur anyamlah ketupatMaksud hati membela diriApa daya diri tak dapat

           Mengambil janur anyamlah ketupat           Anyam sampai tidak bersisa           Apa daya diri tak dapat           Buat bathin makin tersiksa

                   Anyam sampai tidak bersisa                    Kalaulah jadi buatan saya                   Buat bathin makin tersiksa                   Jadikan hamba tidak berdaya                                           Kalaulah jadi buatan saya                      Jangan kasih orang yang bengis                      Jadikan hamba tidak berdaya 

                Bathin tersiksa, hati meringis

Page 6: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PANTUN TALIBUN

Talibun adalah salah satu bentuk puisi lama yang berbentuk seperti pantun. Talibun sendiri lebih mirip dengan pantun karena memiliki sampiran dan isi. Tetapi talibun berbeda dengan pantun biasa karena talibun memiliki jumlah baris lebih dari 4 baris. Talibun biasanya memiliki baris genap seperti 6 baris, 8 baris, 10 baris. Talibun 8 baris adalah talibun yang paling popular.

Contoh

Jalan-jalan ke kota malangJangan lupa membeli jamuBatu kecubung bukan kalimayaTuntutlah ilmu dengan riangAgar menjadi orang berilmuYang tak takut menghadapi bahaya

Page 7: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PANTUN KILAT

Pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris.Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.

Contoh:

-Beli batik beli buku kamu cantik tapi kaku

Gelatik di pohon jati Cantik itu yang baik hati

Gula merah lagi diparutNafsu amarah jangan diturut

Sudah jelatik tupai pulaSudah cantik tapi pelupa

Page 8: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

SYAIRContoh

Ku tatap bintang-bintang dilangit saat kurindu padamu.Ku dengar suara burung malam, yang menyanyi merdu untuk menina bobokanku.Wahai burung malam ceritakan tentang dia padaku.Sebagai dongeng penghantar tidurku.

Syair merupakan salah satu puisi lama, syair berasal dari bahasa arab yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang artinya perasaan yang mendalam. Awal mula syair berasal dari Persia dan masuk ke Indonesia bersama dengan agama Islam.Kini syair mengalami banyak modifikasi seiring berkembangnya zaman sehingga menjadi khas melayu

Page 9: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

GURINDAM

Contoh

Terlalu senang jika dipujiSemakin mudah tuk lupa diri

Teman baru terus bersamaTeman lama jangan dilupa

Apabila banyak mencela orangItulah tanda dirinya kurang

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Page 10: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

STRUKTUR FISIK

Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

DIKSI BAHASA KIASAN IMAJI BUNYI

RITMERIMA

Page 11: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

AGAR TUJUAN SEBUAH PANTUN DAPAT DISAMPAIKAN DENGAN SEMPURNA, SESEORANG

YANG MELANTUNKAN PANTUN HARUS JELI MENEMPATKAN KATA-KATA TERTENTU.

PENEMPATAN DIKSI YANG TEPAT MENJADI SANGAT PENTING. DALAM KBBI (KAMUS BESAR BAHASA

INDONESIA ) , D IKSI DIARTIKAN SEBAGAI P IL IHAN KATA YANG TEPAT DAN SELARAS DALAM

PENGGUNAANNYA UNTUK MENGUNGKAPKAN GAGASAN SEHINGGA DIPEROLEH EFEK TERTENTU

SEPERTI YANG DIHARAPKAN.

A . DIKSI

Page 12: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Contoh kata Arkais :

TingkapJendela di atap, di dinding, dan sebagainya.

JikalauKalau ; Jika

LangauLalat besar yang suka mengisap darah hewan ; pikat .

LesapHilang ; Lenyap ; Lucut.

Lubuk Bagian yang dalam di perairan (sungai, laut, danau, dan sebagainya)

GaharuKayu yang harum baunya, biasanya dari pohon tengkuras ; Kayu manis

TenunHasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas,

sutera, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melingtan pada lungsin

Page 13: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Contoh diksi Mutakhir :

Facebook: Sosial Media. Twitter: Tempat berkicauan. Google: Situs Internet. Youtube: Pemutar Vidio. Handphone: Alat Komunikasi. Yahoo: Akun Internet. CD: Penyimpan Sementara. DVD: Pemutar vidio dan lain lain. Flasdisk: Penyimpan dokumen/data.

Page 14: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

YAITU BAHASA YANG DIGUNAKAN PELANTUN UNTUK MENYATAKAN

SESUATU DENGAN CARA YANG TIDAK BIASA, YANG SECARA TIDAK LANGSUNG

MENGUNGKAPKAN MAKNA. BAHASA KIASAN DI SINI BISA BERUPA

PERIBAHASA ATAU UNGKAPAN TERTENTU DALAM MENYAMPAIKAN MAKSUD

BERPANTUN .

B . BAHASA KIASAN

Page 15: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Ungkapan atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang menimbulkan makna baru, yakni makna khusus,

sehingga tidak dapat diartikan secara sebenarnya.Contoh:

Gulung tikar : bangkrut Kepala dingin : tenangAngkat kaki : pergi Jago merah : api kebakaranNaik pitam : marah Bunga tidur : MimpiBuah bibir : topik pembicaraan Bunga desa : gadis desaAngkat tangan : menyerah Tinggi hati : sombongMeja hijau : pengadilan Buah tangan : oleh oleh

Page 16: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

IMAJI ATAU CITRAAN YANG DIHASILKAN DARI DIKSI DAN BAHASA KIASAN DALAM PEMBUATAN

TEKS PANTUN. J IKA KALIAN MELAKUKAN PENGIMAJIAN, AKAN MENGHASILKAN GAMBARAN

YANG DICIPTAKAN SECARA TIDAK LANGSUNG OLEH PELANTUN PANTUN. OLEH SEBAB ITU, APA

YANG DIGAMBARKAN SEOLAH OLAH DAPAT DILIHAT (IMAJI VISUAL), DIDENGAR (IMAJI

AUDITIF) , ATAU DIRASA (IMAJI TAKTIL) .

C . IMAJI

Page 17: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Contoh ;Kalau pedada tidak berdaun,               Imaji visual (melihat)tandanya ulat memakan akar.             Imaji visual (melihat)Kalau tak ada tukang pantun,             Imaji taktil (merasakan)duduk musyawarah terasa hambar    Imaji taktil (merasakan)

Page 18: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

B UN YI YAN G B I AS AN YA MU N CU L D AR I D I KSI , K I A SA N, SE RTA I MA J I YA NG DI C I P TAKA N S AAT

ME NU T U RKAN PAN T U N. D AL A M B U NYI , KA L I A N A KAN ME L I H AT U NS U R R I MA ( RH YM E )

DA N R I T ME ( RHYT M ) . R I MA ME RU PAKA N U NS U R P E N GU L A NG AN B U NYI PADA PA NT U N, SE D AN GKA N I RA MA AD AL AH T UR U N N AI K NYA

S UA RA SE C A RA T ER AT U R. SE L AI N U N T UK ME MP ER I ND AH B U NYI PA N T UN, BE B U NYI AN

DI C I P TAKA N J U GA AG AR P E NU T U R (P E L A NT U N ) DA N P E ND EN G AR L E BI H MU D AH

ME NG I NG AT S E RTA ME N GA P L I KAS I KA N P ES AN MO RA L D AN S P I R IT UAL YAN G T ERD A PAT

DA L A M T E KS PAN T U N J EN I S A PA PU N.

D . BUNYI

Page 19: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

menyusun urutan teks pantun sehingga menjadi rima a-b-a-b

pucuk-tikar-mengkuang-tikarraja-alas-Melayu-nikahbusuk-ikan-dibuang-janganperencah-buat-kayu-di-saur

Tikar pucuk tikar mengkuang,alas nikah raja Melayu.Ikan busuk jangan dibuang,Buat perencah di saur kayu.

Page 20: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Menentukan sampiran dan isi dengan sesuai

jika hendak menuntut ilmukalau hendak pergi meramucarilah ilmu yang bermanfaatcarilah kayu berbuah lebat

Kalau hendak pergi meramu,carilah kayu yang berbuah lebat .Jika hendak menuntut ilmu,carilah ilmu yang bermanfaat.

Page 21: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PUISI MODERN

Puisi modern adalah bentuk puisi yang benar-benar bebas. Bebas dalam bentuk maupun isi. Jenis puisi ini tidak lagi terikat oleh aturan jumlah baris, rima atau ikatan lain yang biasa dikenakan pada puisi lama maupun puisi baru. Kebebasan ini terjadi pada bentuk yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Puisi kontemporer tidak lagi memperhatikan kearifan bahasa, diksi yang cenderung tidak tertata sehingga terlihat sangat bebas, bahkan terdapat kata - kata kasar, sumpah serapah, ejekan, hingga pada kata - kata yang tidak santun. Irama, diksi, intuisi sudah tidak lagi penting, sehingga dalam memaknai puisi kontemporer seringkali memerlukan pendalaman tentang puisi tersebut, namun untuk tahu seperti apa maksudnya yang paling tahu tentu si pengarang puisi tersebut.

Page 22: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Adapun ciri-ciri puisi modern:Bentuknya bebas tetapi

mengutamakan ekspresi jiwa.Penulisannya cenderung eksperimen.Tata tulis atau tipografinya mendukung

keindahan.Setiap kata atau bunyi diusahakan

mendukung makna, membangkitkan imajinasidan bernilai estetis (mengandung keindahan atau seni).

Page 23: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PUISI MODERN BERDASAR ISI

(a)      BaladaBalada ialah puisi yang berisi suatu cerita.

Misalnya, Jante Arkidam karya Ajib Rosidi, Nyanyian Angsa karya W.S. Rendra, Balada Terbunuhnya Atmo Karpo karya W.S. Rendra.

Page 24: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Orang MiskinOrang-orang miskin di jalanYang tinggal di dalam selokanYang kalah dalam pergulatanYang diledek oleh impianJanganlah mereka ditinggalkanAngin membawa bau baju mereka Rambut mereka melekat di bulan purnamaOrang-orang miskin Orang-orang berdosaBayi gelap dalam batinRumput dan lumut jalan rayaTak bisa kamu abaikan

Page 25: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

ROMANCE

Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasih.

                   Surat CintaKutulis surat ini kala hujan gerimisbagai bunyi tambur mainananak-anak peri dunia yang gaibdan angin mendesahmengeluh dan mendesah,wahai, dik Narti,aku cinta kepadamu! Kutulis surat iniKala hujan menangisDan dua ekor belibisBercintaan dalam kolamBagai dua anak nakalJenaka dan manisMengibaskan ekorSerta menggetarkan bulu-bulunyaWahai, dik Narti,Kupinang kau menjadi istriku 

Page 26: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

ELEGI

Elegi adalah puisi yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih, rindu atau murung, terutama karena kematian seseorang. Puisi Amir Hamzah yang terkumpul dalam bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu kebanyakan tergolong jenis ini.

                        SunyiKuketuk pintu masaku mudaHendak masuk rasa kembaliTaman terkunci dibelan pulaTinggalah aku sunyi sendiriKudatangi gelanggang tempat menyambungMasa bujang tempat beriaKulihat singgung-menyinggungAku terdiri haram disapa... Teruslah aku perlahan-lahanSayu-sayu hati meliputNagislah aku tersedan-sedanMendengarkan pujuk duka bercampur

Page 27: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Himne (Gita puja)

Himne ialah puisi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan atau sesuatu yang dimuliakan seperti pahlawan.

                            Do’aOleh: Chairil Anwar TuhankuDalam termanguAku masih menyebut nama-MuBiar susah sungguhMengingat nama-Mu penuh seluruhCahayamu panas suciTinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuAku hilang bentuk Remuk TuhankuAku mengembara di negeri asing TuhankuDipintu-Mu aku mengetukAku tidak bisa berpaling (Deru Campur Debu, Jakarta: Pembangunan, 1949)

Page 28: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

 Ode

Ode ialah puisi yang bertema mulia, berciri nada dan gaya yang sangat resmi serta bersifat menyanjung. Ode dapat melukiskan peristiwa umum yang penting atau peristiwa yang menyangkut kehidupan pribadi.

                                    ODE IIDengar, hari ini ialah hari hati yang memanggilDan derap langkah yang berat maju ke satu tempatDengar, hari ini ia hari hati yang memanggilDan kegairahan hidup yang harus jadi dekat Berhenti menangis. Air mata kali ini hanya buat si tua rentaAtau menangislah sedikit sajaBuat sumpah yang tergores pada dinding-dindingYang sudah jadi kuning dan jiwa yang sudah mati Atau buat apa saja yang dicintai dan gagalAtau buat apa sajaYang sampai kepadamu waktu kau tak merenungDan menampak jalan yang masih panjang

Page 29: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

 Satire

Satire ialah karya sastra baik prosa maupun puisi yang berisi kritikan tajam atau bahkan sindirandan cemoohan terhadap kepincangan - kepincangan sosial atau penyalahgunaan dan kebodohan manusia serta pranatanya. Tujuan kritikan tersebut untuk mengoreksi penyelewengan dengan jalan mencetuskan kemarahan dan tawa bercampur dengan kecaman dan ketajaman pikiran.

                        Seonggok Jagung Di KamarSeonggok jagung di kamarDan seorang pemudaYang kurang sekolahanMemandang jagung itu,Sang pemuda lihat ladangIa melihat petaniIa melihat panenDan suatu hari subuhPara wanita dengan gendonganPergi ke pasarDan ia juga melihatSuatu pagi hariDi dekat sumurGadis-gadis bercandaSambil menumbuk jagungMenjadi malsena

Page 30: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Epigram

Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup.

PagiJangan biarkan sekuntum bunga ituLayu sebelum matahari membelainyaDengan menggemakan semburat jinggaUltra dalam irama nuansa cinta semesta

Lihatlah bagaimana alam begitu perkasa memainkan peran-NyaDalam rindu dendam yang terbungkusKasih sayang memberi semburatMakna 1000 pesona

Page 31: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PUISI MODERN BERDASAR BENTUK

Puisi KonkretBerbeda dengan puisi baru atau puisi

lama, puisi konkret lebih mengutamakan tampilan grafis hingga menyerupai bentuk wajah, atau gambar lain. Salah satu tokohnya adalah F Rahardi dalam puisinya Soempah WTS.

Page 32: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Contoh puisi konkretDi

DiBetul

Kau pastiSedang menghitung

Berapa nasib lagi tinggalSebelum fajar terakhir kau tutupTanpa seorangpun tahu siapa kau

Page 33: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

Puisi MbelingPuisi kontemporer mebeling berasal dari kata mbeling ( bahasa jawa ) artinya susah di atur atau tidak mau mengikuti aturan. Puisi jenis ini memang tidak mengikuti aturan puisi atau ketentuan - ketentuan puisi, yang di lihat adalah kelakar atau unsur humornya. Salah satu tokohnya adalah Yudistira Ardi Nugroho dalam puisinya sajak sikat gigi.Puisi mbeling biasanya berisi kritik terhadap pemerintah, ejekan kepada perkembangan jamal, kritik sosial serta kritik terhadap penyair yang terlalu kaku pada aturan puisi. 

Page 34: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun

PUISI MANTRA

Shang Haiping di atas pongpong di atas pingping ping bilang pongpong pong bilang pingmau pong? bilang pingmau mau bilang pongmau ping? bilang pongmau mau bilang pingya pong ya pingya ping ya pongtak ya pong tak ya pingya tak ping ya tak pongsembilu jarakMu merancap nyaring

Puisi karya Sutarji Calzoum Bachri dalam kumpulan Puisi O, Amuk,dan Kapak

Puisi mantra berisi mantra - mantra yang dipelopori oleh S.C Bachri. Ciri - ciri puisi ini adalah :

Mantra tidak untuk di pahami namun lebih pada sebab akibat agar menimbulkan akibat tertentu

Tujuannya adalah agar terjadi relasi atau hubungan antara manusia dengan dunia yang penuh misteri

Mantra yang diharapkan dapat menimbulkan efek atau kemujaraban atau kemanjuran keinginan si pembaca mantra :

Page 35: Kaidah kebahasaan dalam teks pantun