kaidah kausalitas 10

6
(Bagian 10) 1 HUBUNGAN KAIDAH KAUSALITAS DENGAN SIKAP TAWAKAL

Upload: ardi-muluk

Post on 20-Jul-2015

324 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

(Bagian 10)

1

HUBUNGAN KAIDAH KAUSALITAS DENGAN SIKAP TAWAKAL

Kesalahpahaman tentangtawakal

Hadist tentang tawakal:

Ikatlah (untamu) dan bertawakallah kepadaAllah.

Hadits tentang tawakal di atas terkait dengan temapenerapan sebab dan akibat. Hadits tersebutmengajari seorang a’râbî (orang Arab pedalaman) yang ketika itu memahami bahwa tawakal berartitidak menjalani sebab dan akibat.

Oleh karena itu, Rasulullah saw kemudianmengajarnya bahwa tawakal tidak berartimeninggalkan prinsip sebab dan akibat.

2

Apa yang diajarkan hadist:

Pelajaran dari hadist pertama, mengajarkan kepada orang tersebut agar

mengikat untanya;

kedua, memberikan pemahaman kepadanya bahwatawakal tidak berarti meninggalkan sebab-akibat;

dan ketiga, memerintahkan supaya dia mengaitkansebab dengan akibat seraya bertawakal.

Oleh karena itu, hadits tersebut sama sekali bukanmerupakan pembatasan terhadap dalil-daliltentang tawakal, apapu nkondisinya. Artinya, tawakal kepada Allah tetap merupakan kewajibantanpa memandang sebab dan akibat.

3

Tawwakal seharusnyamenguatkan sababiyah

jika mereka menyakini, bahwa di balik kekuatan manusia, alam dankehidupan yang nampak tersebut ada Zat Yang Maha Kuasa, yang menguasai seluruhnya, yang mampu membantu mereka merealisasikancita-cita mereka, maka pemahaman ini akan mampu membangkitkankeyakinannya dalam merealisasikan seluruh citacitanya.

Dengan pemahaman seperti ini, seseorang akhirnya merasa tidak terbatas, ketika dia berkeyakinan bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang bisamembantunya untuk mencapai apa yang ingin diraihnya

4

Penjelasan Tawakal dan

Kausalitas

Sebab-akibat tidak berfungsi sebagai pembatas (qayad) bagi konsep tawakal, tidak pula berfungsi sebagai penjelasan lebih jauh (bayân)

tentang tawakal. Sebab, dalil-dalil tentang tawakal disebutkan dalam bentuk mutlak dan tidak dibatasi oleh satu nash pun.

Di samping itu dalil-dalil tawakal tidak berbentuk global (mujmal) hingga memerlukan penjelasan (bayân). Artinya, pengaitan sebab dan

akibat adalah perkara lain yang berbeda dengan masalah tawakal. Dalil-dalilnya pun berbeda dengan dalil-dalil tentang tawakal.

Dengan demikian, upaya untuk mengaitkan masalah sebab-akibat dengan masalah tawakal adalah tidak benar, demikian pula upaya untuk

menjadikan sebab-akibat sebagai pembatas (qayad) bagi konsep tawakal.

Atas dasar itu, umat Islam wajib menjalani kaidah sebab-akibat dan bertawakal sekaligus, sebagaimana telah dijelaskan dan ditetapkan

dengan dalil-dalil syariat

Tawakal harus ada sebelum usaha, ketika sedang berusaha, dan selesai berusaha

5

Firman Allah mengenaiTawakal “Jika kamu ditolong oleh Allah, maka tidak

akan ada yang mampu mengalahkan danmenghinakan kamu. Maka, siapakah yang dapat menolong kamu setelah (pertolongan) Allah? Dan kepada Allahlah orang-orang yang beriman hendaknya bertawakkal.” (Q.s. Ali Imrân: 160).

“Dan jika kamu mempunyai azam, makabertawakkallah kepada Allah, sesungguhnyaAllah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Q.s Al-Imrân: 159).

6