kabar untuk anda

4
caritas Maumere Kabar untuk Anda Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 1 Mendahulukan yang Lebih Menderita Edisi April 2012 Eman Embu, SVD | Manager Program Caritas Maumere K artini mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam surat-surat yang ditujukan kepada teman-temannya di Belanda. J. H. Abendanon mengumpulkan surat-surat itu setelah Kartini berpulang. Judul yang dipasang untuk koleksi itu adalah Door Duisternis tot Licht (1911). Tahun 1938 Armijn Pane menerjemahkan koleksi itu dan diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Ini tentu saja adalah suatu judul yang memberi ilham. Apalagi kalau ditempatkan pada masa pergerakan nasional untuk kemerdekaan. Kemerdekaan adalah suatu hal yang pasti. Tinggal menunggu waktu. Kalau bencana diumpamakan sebagai saat kegelapan lantaran kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan; rumah hancur, lingkungan rusak, manusia cedera atau malah meninggal, apakah sesudahnya kita boleh berharap dan mengungkapkan dengan penuh keyakinan dengan kata-kata dari buku koleksi surat-surat Kartini tadi, Habis Gelap Terbitlah Terang? Ya, mestinya begitu. Tapi sering, dalam tidak sedikit kasus, kenyataannya lain sama sekali. Karenanya, ungkapan yang lebih cocok adalah Habis Gelap Tambah Gelap. Lha, mengapa? Sudah jamak bahwa sesudah bencana akan muncul bencana baru yang lahir dari respon terhadap dampak dari bencana tersebut. Pengadaan dan distribusi bantuan menimbulkan soal baru yang rumit dan jumlahnya tidaklah sedikit. Yang dimaksudkan di sini bukan bencana alam susulan tapi bencana ciptaan manusia. Dua-duanya adalah pencipta, baik mereka yang memberikan bantuan, maupun mereka yang menerima bantuan. Ia terungkap dalam praktek penggelembungan data kerusakan dan jumlah mereka yang diperkirakan mesti menerima bantuan. Contoh yang paling kuat tentang ini adalah dari kasus bantuan sosial oleh Pemda Sikka Tahun Anggaran 2009 yang menimbulkan keributan itu. Dalam dokumen Transperency International, Corruption in Humanitarian Aid (2006) disebutkan bahwa ada tiga alasan mengapa bantuan-bantuan kemanusiaan punya resiko dikorupsi. Satu, kondisi yang melekat pada bantuan darurat kemanusiaan. Ini nyata dalam kebutuhan untuk bergerak cepat, kurang atau kelebihan bahan bantuan di satu sisi, sementara di sisi lain kapasitas dari pengelola bantuan sangat lemah. Dua, karakteristik dari sistem bantuan kemanusiaan. Biasanya ada banyak lembaga donor terlibat, dan ada tumpang tindih bantuan. Lalu pada tahap implemtasi entah langsung oleh donor internasional atau oleh pihak ketiga ada resiko korupsi. Tiga, rendahnya level keterbukaan dan akuntabilitas dari (negara) penerima. Lalu bagaimana dengan mereka yang semestinya menerima bantuan? Lazim pula ada tuntutan dari penerima bantuan bahwa bantuan-bantuan bencana harus didistribusikan secara adil. Tentu saja harus adil. Tapi apakah yang dimaksudkan dengan keadilan di sini? Adil bisa berarti equal (sama rata), tapi bisa juga berarti proper (prioritas pada mereka yang lemah dan lebih membutuhkan). Kita harus memilih, dan tentu saja kita mengutamakan mereka paling lemah dan paling membutuhkan bantuan untuk mendapat prioritas. Dalam kasus-kasus seperti ini, pada saat-saat krisis seperti itu, rasa solidaritas kita, praktek cinta kasih Kristiani yang mengalir dari keimanan kita diuji dengan sungguh- sungguh. Kegagalan menghidupi nilai-nilai itu juga adalah bagian dari bencana. Kabar Solidaritas

Upload: agustinus-atrius

Post on 24-Mar-2016

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Informasi Caritas Maumere

TRANSCRIPT

Page 1: Kabar Untuk Anda

caritasMaumere

Kabaruntuk Anda

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 1

Mendahulukan yang Lebih Menderita

Edisi April 2012

Eman Embu, SVD | Manager Program Caritas Maumere

Kartini mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam surat-surat yang ditujukan kepada teman-temannya di Belanda. J. H. Abendanon

mengumpulkan surat-surat itu setelah Kartini berpulang. Judul yang dipasang untuk koleksi itu adalah Door

Duisternis tot Licht (1911). Tahun 1938 Armijn Pane menerjemahkan koleksi itu dan diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Ini tentu saja adalah suatu judul yang memberi ilham. Apalagi kalau ditempatkan pada masa pergerakan nasional untuk kemerdekaan. Kemerdekaan adalah suatu hal yang pasti. Tinggal menunggu waktu.

Kalau bencana diumpamakan sebagai saat kegelapan lantaran kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan; rumah hancur, lingkungan rusak, manusia cedera atau malah meninggal, apakah sesudahnya kita boleh berharap dan mengungkapkan dengan penuh keyakinan dengan kata-kata dari buku koleksi surat-surat Kartini tadi, Habis Gelap Terbitlah Terang?

Ya, mestinya begitu. Tapi sering, dalam tidak sedikit kasus, kenyataannya lain sama sekali. Karenanya, ungkapan yang lebih cocok adalah Habis Gelap Tambah Gelap. Lha, mengapa? Sudah jamak bahwa sesudah bencana akan muncul bencana baru yang lahir dari respon terhadap dampak dari bencana tersebut. Pengadaan dan distribusi bantuan menimbulkan soal baru yang rumit dan jumlahnya tidaklah sedikit.

Yang dimaksudkan di sini bukan bencana alam susulan tapi bencana ciptaan manusia. Dua-duanya adalah pencipta, baik mereka yang memberikan bantuan, maupun mereka yang menerima bantuan.

Ia terungkap dalam praktek penggelembungan data kerusakan dan jumlah mereka yang diperkirakan mesti

menerima bantuan. Contoh yang paling kuat tentang ini adalah dari kasus bantuan sosial oleh Pemda Sikka Tahun Anggaran 2009 yang menimbulkan keributan itu.

Dalam dokumen Transperency International, Corruption in Humanitarian Aid (2006) disebutkan bahwa ada tiga alasan mengapa bantuan-bantuan kemanusiaan punya resiko dikorupsi. Satu, kondisi yang melekat pada bantuan darurat kemanusiaan. Ini nyata dalam kebutuhan untuk bergerak

cepat, kurang atau kelebihan bahan bantuan di satu sisi, sementara di sisi lain kapasitas dari pengelola bantuan sangat lemah. Dua, karakteristik dari sistem bantuan kemanusiaan. Biasanya ada banyak lembaga donor terlibat, dan ada tumpang tindih bantuan. Lalu pada tahap implemtasi entah langsung oleh donor internasional atau oleh pihak ketiga ada resiko korupsi. Tiga, rendahnya level keterbukaan dan akuntabilitas dari (negara) penerima.

Lalu bagaimana dengan mereka yang semestinya menerima bantuan? Lazim pula ada tuntutan dari penerima bantuan bahwa bantuan-bantuan bencana harus didistribusikan secara adil. Tentu saja harus adil. Tapi apakah yang

dimaksudkan dengan keadilan di sini? Adil bisa berarti equal (sama rata), tapi bisa juga

berarti proper (prioritas pada mereka yang lemah dan lebih membutuhkan). Kita harus memilih, dan tentu saja kita mengutamakan mereka paling lemah dan paling membutuhkan bantuan untuk mendapat prioritas.

Dalam kasus-kasus seperti ini, pada saat-saat krisis seperti itu, rasa solidaritas kita, praktek cinta kasih Kristiani yang mengalir dari keimanan kita diuji dengan sungguh-sungguh. Kegagalan menghidupi nilai-nilai itu juga adalah bagian dari bencana.

Kaba

r Sol

idar

itas

Page 2: Kabar Untuk Anda

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA2

Umat komunitas Pomat, Paroki Nangahure akhirnya bahagia, karena di tengah kampung

mereka, telah berdiri kokoh sebuah Pondok Siaga, sebagai pusat informasi untuk pengurangan resiko bencana di komunitas tersebut.

Pondok Siaga yang dibangun berkat dukungan Caritas Jerman dan Caritas Maumere, serta swadaya komunitas ini diberkati dan diresmikan Senin, 9 April 2012.

Acara pemberkatan diawali dengan Ibadat Sabda yang dipimpin oleh P. Damian Sepo, CP, Pastor Paroki Nangahure.

“Kita percaya bahwa pondok ini dibangun bukan karena keinginan kita semata, tetapi di sini kita melihat peristiwa iman, Allah yang menggerakkan kita, yang menggerakkan orang-orang Caritas, yang menggerakan umat di tempat ini untuk membangun Pondok Siaga ini. Pondok Siaga ini tidak hanya simbol bahwa di tempat ini kita harus bersiap-siap, kita berwaspada, tetapi juga simbol dari kehadiran Allah, Allah yang memberkati, Allah yang mengasihi, tetapi juga Allah yang menjaga kita. Tempat ini menjadi tanda kehadiran Allah, Allah yang selalu melindungi kita,”demikian ungkap Romo Dami dalam pembukaan ibadat sabda.

Usai ibadat sabda, acara dilanjutkan dengan evaluasi singkat, yang dipandu oleh Donatus Suban. Dalam evaluasi tersebut, Ketua Lingkungan Pomat, Fransiskus Minggu (53) antara lain mengungkapkan bahwa berkat program yang dijalankan ini, mata air di komunitas tersebut yang dulunya kecil dan hanya menjadi kubangan babi, kini sudah dapat dimanfaatkan oleh warga. Bak penampung sudah ada. Wajah Pomat kini sudah mulai berubah.

Ungkapan syukur atas program ini juga disampaikan oleh Yan Bela. “Awal-awal kami tidak tahu cara membuat terasering yang benar. Sekarang kami sudah laksanakan terasering. Dan itu bermanfaat bagi kami petani. Dengan adanya terasering ini, ini tahun, walaupun hujan besar, air tidak keluar (erosi, Red). Kami rasa ini adalah suatu cara yang bagus”.

Dalam kesempatan ini, hadir juga Sekretaris Lurah Wailiti Thimoteus Tindi. Beliau mengucapkan banyak terima kasih atas

program yang sudah dirintis oleh Caritas di Pomat. Semoga ke depan, program ini dapat terus dilanjutkan.

Pembentukan mental pada anak anak juga menjadi pokok perhatian pembicaraan hari itu. Ketua Stasi Urun Pigang, Stef Keban mengungkapkan: “Yang sangat menarik juga dalam program ini adalah pembentukan sikap mental pada anak-anak untuk mencintai lingkungan. Anak-anak adalah pengganti kita. Anak anak kita diberi pengetahuan bahwa lingkungan sangat berarti bagi hidup kita. Perubahan mentalitas merupakan hal yang sangat penting. Tanpa perubahan mentalitas, segala program yang bagus tidak akan banyak berhasil.”

Program Go Green di Nangahure memiliki satu keunikan, yakni terintegrasinya secara sangat kuat program Caritas ke dalam program pastoral paroki.

“Apa yang terjadi di paroki kita, Nangahure kita coba untuk buat satu program yang menyatu dengan program paroki. Kita kerja di beberapa paroki di keuskupan ini. Program yang sangat kuat tergabung dalam program paroki adalah di Nangahure. Karena ia menjadi program paroki, maka dengan sendirinya akan ada kelanjutan’ ujar Eman Embu SVD, mewakili Caritas Maumere dalam sambutan penutupnya.

Acara hari itu diakhiri dengan hegong (tarian masal adat Sikka) bersama, serta demonstrasi alat “siram-hemat” oleh Eman Embu SVD dan Piter Yikii.

Kaba

r Kom

unita

s

Caritas Keuskupan Maumere didirikan pada tanggal 01 November 2006 oleh Mgr. Vincentius Sensi, Uskup Maumere, sebagai respon terhadap rentetan bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2004. Selanjutnya, tahun 2008 sampai dengan 2010 Caritas Maumere menjalankan tiga program yang sesuai dengan rencana strategisnya yaitu Pengurangan Resiko Bencana

yang Dimanajemeni oleh Masyarakat, Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga (Anti Domestic Violence), dan Program Dukungan untuk Pengembangan Lembaga.

Pada tahun 2010 sampai 2012 selain melanjutkan tiga program yang sudah ada, Caritas Maumere menjalankan beberapa program baru yaitu Program Paroki Hijau (Green Parish), Manajemen Sampah, Partnership for Resilience (PfR) dan Rehabilitasi Berbasis Komunitas (Community Based Rehabilitation).

Siapa Kami

Peresmian Pondok Siaga PomatAgustinus Atrius | Redaktur Kabar Untuk Anda

Umat Komunitas Pomat menari bersama di halaman Pondok Siaga usai peresmian pondok tersebut

Page 3: Kabar Untuk Anda

Di Kabupaten Sikka, kita sudah biasa dengan program penghijauan, yang selalu berarti menanam pohon. Kalau bukan jutaan pasti puluhan ribu pohon

sudah ditanam. Siapa yang harus merawat dan menyiram pohon-pohon itu? Di daerah yang panas ini di mana dalam setahun jumlah bulan basah hanya tiga bulan dan selebihnya adalah bulan-bulan kering tanpa hujan, kita selalu mengalami kekurangan air untuk menyiram tanaman.

Adakah tip untuk mengatasi masalah ini? Ada! Dan cara ini sudah kami gunakan dalam Program Go Green di Pomat, Paroki Nangahure. Cara terbaik untuk menyediakan pasokan air yang stabil untuk tanaman Anda tanpa perhatian konstan Anda adalah dengan sistem penyiraman bertahap atau irigasi tetes. Melalui cara ini, perangkat yang digunakan yang secara perlahan memberikan air ke dalam tanah secara langsung di sekitar akar.

Bahan-bahan yang dibutuhkan sangat murah, dan sangat mudah didapatkan. Untuk menjalankan cara ini Anda hanya membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut: Satu, botol plastik bekas dengan volume sekitar dua liter atau lebih yang masih memiliki penutup. Dua, paku dan pemukul. Tiga, pisau tajam.

Bagaimana caranya? Gampang. Satu, buatlah lubang pada penutup botol plastik dengan paku. Jika Anda mau agar tetesan air lebih banyak dan lebih cepat masuk ke dalam tanah di sekitar akar tanaman maka buatlah lubang lebih banyak. Jangan membuat lubang-lubang yang terlalu kecil, mereka akan menjadi tersumbat oleh kotoran.

Dua, potong bagian bawah botol dengan pisau tajam.

Bagian bawah botol yang terbuka ini adalah lubang untuk mengisi air.

Tiga, buatlah lubang yang cukup dalam di samping tanaman atau di antara kelompok tanaman yang untuk mengubur setidaknya sepertiga sampai setengah bagian botol.

Empat, tempatkan botol di lubang yang sudah digali dengan bagian penutup dimasukkan ke dalam tanah. Ini akan memastikan bahwa botol Anda tetap di tempat.

Lima, tuangkan air ke dalam botol sampai penuh. Anda dapat menambahkan pupuk cair ke botol setiap beberapa minggu. Anda harus mengisi botol Anda ketika kosong, sekali sehari atau kurang tergantung pada seberapa banyak terik matahari mengenai tanaman Anda.

Akhirnya, Anda juga bisa memasukkan pasir ke dalam botol itu untuk mengatur cepat atau lambatnya tetesan air yang keluar dari botol siraman Anda. Semakin banyak pasir, tetesan air yang keluar pasti makin kurang. Gampang dan murahkan? [dari berbagai sumber].

VisiTerciptanya masyarakat Allah Keuskupan Maumere yang sejahtera lahir dan batin dalam semangat solidaritas Kristiani

Misi#1. Membebaskan masyarakat dari bencana malaria, TBC, kusta, narkoba, dan HIV/AIDS

#2. Membebaskan masyarakat dari kelaparan dan gizi buruk#3. Membebaskan masyarakat dari KDRT#4. Melestarikan lingkungan hidup#5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tanggap darurat#6. Memperjuangkan kebijakan publik yang lebih memihak rakyat kecil

Visi & Misi Kami

Botol Pop Drip dalam Sistem Irigasi Piter Yikii | Relawan VSO, bekerja di Caritas Maumere

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 3

Kaba

r Kom

unita

s

Piter Yikii, relawan VSO sedang mendemonstrasikan cara terbaik untuk menyediakan pasokan air yang stabil untuk tanaman.

Page 4: Kabar Untuk Anda

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA4Ka

bar L

emba

gaJu

rnal

Car

itas

Sprit

ualit

as

BARANG CETAKANPrinted Matter

Kepada Yth.:

Mohon maaf, bila salah menulis nama/gelar

Pada hari Jumat, 13 April 2012, Caritas Maumere menyelenggarakan workshop mengenai Kebijakan Pendidikan dalam rangka Pengurangan Resiko

Bencana Kekeringan dan Kerusakan lingkungan. Workshop tersebut diselenggarakan di Aula Hotel Gading Beach (10 km dari kota Maumere), dihadiri oleh 25 peserta dari staff Dinas PPO Kabupaten Sikka, para pengawas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, Kepala Sekolah dan Guru-guru se wilayah Paroki Nangahure.

Kanis Kasih sebagai koordinator program dalam sambutan pembukaan menjelaskan mengenai keberadaan lembaga Caritas Keuskupan Maumere dan program PRB yang telah dijalankan di paroki Nangahure selama setahun. Beberapa kegiatan bersama masyarakat telah dijalankan antara lain penanaman pohon, perbaikan sumber mata air, pengembangan tanaman pekarangan, perayaan hari lingkungan, kampanye untuk menjaga lingkungan dan lain-lain. Namun masih ada dua hal yang perlu mendapat

perhatian ialah upaya-upaya agar tanaman-tanaman tersebut tetap hidup dan bagaimana mengubah perilaku buruk masyarakat yang selama ini selalu menebang pohon, membakar hutan, dan aksi-aksi lain yang merusakan lingkungan. Salah satu cara yang ditempuh adalah internalisasi konsep pelestarian lingkungan sejak usia dini. Karena itu diperlukan materi mengenai pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak sekolah dasar dan menengah.

Semua peserta sepakat mengenai konsep ini dan akan terus bekerjasama dalam menghasilkan sebuah naskah sumber bagi para guru dalam menerapkan bahan ajar kepada para murid. Hingga akhir worshop, berhasil disepakati ruang lingkup pelajaran pendidikan lingkungan, outline dan pembagian tugas untuk mendalami masing-masing sub topik.

Workshop sehari ini ditutup pada jam 16.30 dan akan dilanjutkan pada tanggal 21 April 2012 untuk diskusi pendalaman materi.

Workshop Advokasi Kebijakan PendidikanKanis Kasih | Koordinator Program Caritas Maumere

24-25 Maret | Tukar kunjung Stasi Nangablo ke Paroki Bolawolon dalam rangka pembelajaran pelaksanan Program Pengurangan Resiko Bencana. Kegiatan ini diisi dengan sharing pengalaman, kunjungan lapangan dan misa bersama.

2 April | Pertemuan koordinasi tanggap darurat atas bencana angin puting beliung yang terjadi pada tanggal 13-19 Maret di Wilayah Keuskupan Maumere. Pertemuan ini dihadiri oleh Uskup Maumere, Direktur Puspas, para pastor paroki dan tokoh umat serta Direktur dan staf Caritas Maumere

12-16 April | Workshop Monitoring Evaluasi program PfR (Partnership for Resilience) bertempat di Aula Puspas

Keuskupan Maumere. Workshop ini difasilitasi oleh Staf Karina KWI, Dijah PR dan diikuti oleh Staf PfR Caritas Maumere, fasilitator di 3 komunitas dampingan.

13-16 April | Workshop PRBOM II (Pengurangan Resiko Bencana oleh Masyarakat) di Aula Puspas Keuskupan Maumere difasilitasi oleh Staf KWI, Dame Manalu dan Stella Basuki. Workshop ini diikuti oleh Staf Pfr Caritas Maumere, fasilitator di 3 komunitas dampingan serta wakil-wakil komunitas.

17 April | Kunjungan lapangan ke Paroki Wolofeo dalam rangka update data dampak bencana angin puting beliung.

Kasih adalah 'illahi' karena datang dari Allah dan menjadikan kita satu dengan Allah

Paus Bendediktus XVI, Ensiklik Deus Caritas Est, art. 18

SEKRETARIAT: Jl. Soekarno Hatta, No. 07, Kelurahan Kota Baru, Maumere 86111 Website: www.caritasmaumere.weebly. com Tlp. 0382 21989, Mobile: 082146352996

Kabar untuk Anda