kab. buru_24_2009.doc

19
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR : 24 TAHUN 2009 TENTANG Sertifikasi Bidang Kesehatan DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang : a b c d bahwa guna melakukan perlindungan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan tempat pengelolaan makanan dan tempat-tempat umum, perlu dilakukan pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; bahwa pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dilakukan dengan pemberian sertifikasi bidang kesehatan; bahwa pemberian sertifikasi bidang kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada pelaku usaha; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 22 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 79) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1617); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Upload: truongngoc

Post on 12-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAB. BURU_24_2009.doc

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURUNOMOR : 24 TAHUN 2009

TENTANG

Sertifikasi Bidang Kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BURU,

Menimbang : a.

b.

c.

d.

bahwa guna melakukan perlindungan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan tempat pengelolaan makanan dan tempat-tempat umum, perlu dilakukan pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

bahwa pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dilakukan dengan pemberian sertifikasi bidang kesehatan;

bahwa pemberian sertifikasi bidang kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada pelaku usaha;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1.

2.

3.

4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 22 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 79) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1617);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana

Page 2: KAB. BURU_24_2009.doc

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indnesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3895) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3961);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 );

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 );

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609 );

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Page 3: KAB. BURU_24_2009.doc

13

14

Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138 );

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);

Peraturan Daerah Kabupaten Buru Nomor 02 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Buru (Lembaran Daerah Kabupatan Buru Tahun 2008 Nomor 02).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU

dan

BUPATI BURU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU TENTANG SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buru;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Buru dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah;

3. Bupati adalah Bupati Buru;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buru yang selanjutnya disebut DPRD merupakan lembaga Perwakilan Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Buru;

6. Penangung jawab adalah pengusaha atau seseorang yang ditunjuk oleh pengusaha untuk bertanggung jawab mengelola Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) atau Tempat-Tempat Umum (TTU);

7. Tempat Pengolahan Makanan (TPM) adalah yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan pengelolaan makanan dan atau minuman dimana terjadinya proses produksi dan atau pendistribusian produk pangan yang meliputi; perusahaan pembuat makanan, depot air minum, restoran, rumah makan, warung makanan minuman/makanan jajanan, kantin, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), Toko Makanan Terolah (TMT), jasa boda (catering);

Page 4: KAB. BURU_24_2009.doc

8. Tempat-Tempat Umum (TPU) meliputi hotel, motel/losmen, pondok wisata, cottage, bungalow, villa, wisma, pesanggrahan, rumah persinggahan, pusat perbelanjaan modern (departemen store, supermarket, minimarket, swalayan), salon kecantikan, pangkas rambut, panti pijat, rumah bilyard;

9. Sertifikasi bidang kesehatan adalah sertifikat yang diberikan kepada perorangan, kelompok, atau badan yang menyelenggarakan usaha yang harus memenuhi syarat kesehatan;

10.Sertifikat laik sehat atau laik hygiene sanitasi adalah surat keterangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buru yang menyatakan suatu TPM atau TTU memenuhi syarat hygiene TPM dan TTU sesuai persyaratan yang ditentukan;

11.Petugas Hygiene Sanitasi (Sanitarian) adalah tenaga kesehatan lingkungan yang berpendidikan Diploma 1 (D1), Sarjana Muda atau Diploma 3 (D3), Sarjana (S1), dan Pasca Sarjana (S2), yang telah mendapatkan pelatihan di bidang hygiene sanitasi makanan minuman dan tempat-tempat umum yang bertugas di Dinas Kesehatan atau Puskesmas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan;

12.Persyaratan Hygiene Sanitasi adalah persyaratan kesehatan lingkungan yang sehat tentang bangunan, tempat usaha termasuk konstruksinya, peralatan, alat angkut, tenaga dan cara penanganan yang memenuhi syarat kesehatan dari awal hingga penyerahan kepada konsumen;

13.Restoran adalah salah satu usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya;

14.Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan makanan minuman untuk umum di tempat usahanya dan minimal memiliki 20 tempat duduk;

15.Warung makan atau minum adalah setiap tempat usaha komersial yang lingkup kegiatannya menyediakan makanan atau minuman untuk umum dengan jumlah tempat duduk kurang dari 20 tempat duduk;

16.Jasa Boga atau catering adalah suatu badan usaha atau perorangan yang menyediakan dan mengolah makanan minuman dengan cara pesanan dan disajikan di luar tempat usaha;

17. Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah suatu kegiatan pengolahan makanan minuman yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan sebagian dari rumah tinggalnya dan atau penggunaan peralatan produksi mulai dari sangat sederhana sampai semi otomatis;

18.Toko Makanan Terolah (TMT) adalah tempat yang menjual produk makanan minuman terolah (jadi) yang siap dikonsumsi atau setengah jadi yang masih perlu pengolahan lebih lanjut dengan cara dikemas sesuai dengan cara pengemasan yang baik bagi produk makanan dan atau minuman;

19.Penjamah Makanan adalah seseorang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian;

20.Hotel adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restoran/rumah makan;

21.Motel/losmen adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan;

Page 5: KAB. BURU_24_2009.doc

22.Pondok Wisata adalah suatu usaha perorangan dengan menggunakan sebagian dari rumahnya untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian dan dapat menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman;

23.Cottage adalah suatu bentuk usaha akomodasi terdiri dari unit-unit bangunan terpisah seperti rumah tinggal dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restoran/rumah makan yang terpisah;

24.Bungalow, Villa, Wisma, Pesanggrahan dan Rumah Persinggahan adalah bentuk usaha akomodasi yang sangat sederhana biasanya terdapat di daerah-daerah wisata, merupakan rumah-rumah pribadi yang disewakan kepada wisatawan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya;

25.Rumah Bilyard adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk bermain bilyard sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan menyediakan jasa pelayanan makanan minuman;

26.Pijat adalah teknik perawatan tubuh dengan cara pemijatan yang menggunakan gerakan anggota tubuh (tangan, jari, siku, kaki) dan atau alat bantu lain pada jaringan lunak (kulit, otot dan syaraf) yang member efek stimulasi, relaksasi, melancarkan peredaran darah, peredaran limfe(getah bening);

27.Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khususnya disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

28.Wajib Retribusi adalah pribadi atau badan yang menurut peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Nama Peraturan Daerah ini Sertifikasi Bidang Kesehatan

Pasal 3

Obyek retribusi adalah penerbitan Sertifikasi Bidang Kesehatan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 4

Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pengelolaan TPM dan TTU.

BAB III

PENYELENGGARAAN

Page 6: KAB. BURU_24_2009.doc

Pasal 5

1) Setiap usaha TPM dan TTU harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) TPM dan TTU harus memiliki sertifikat laik hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Buru;

3) Sertifikat laik hygiene sanitasi dapat diterbitkan atau dikeluarkan apabila telah memenuhi persyaratan hygiene sanitasi TPM dan TTU sesuai persyaratan yang ditentukan;

4) Sertifikat laik hygiene sanitasi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperbaharui.

Pasal 6

1) Setiap usaha TPM dan TTU wajib mempekerjakan seorang penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan hygiene sanitasi makanan minuman dan tempat-tempat umum serta memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan dan atau hygiene sanitasi tempat-tempat umum;

2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7

1) Tenaga yang bekerja pada TPM dan TTU harus berbadan sehat dan tidak menderita penyakit menular;

2) Penjamah makanan pada TPM harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan dari dokter Pemerintah;

3) Surat Keterangan kesehatan bagi tenaga yang bekerja di TPM dan TTU hanya berlaku selama 6 (enam) bulan dan harus diperbaharui kembali;

4) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan;

5) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

Penangung jawab TPM yang menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang diduga berasal dari mekanan yang diproduksinya, wajib melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Buru guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan.

BAB IV

RUANG LINGKUP SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN

Pasal 9

1) Sertifikasi bidang kesehatan terdiri dari sertifikasi laik hygiene sanitasi TPM dan sertifikasi laik hygiene sanitasi TTU;

2) Sertifikasi laik hygiene sanitasi TPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :a. Sertifikasi laik hygiene sanitasi industri rumah tangga pangan (IRTP);

Page 7: KAB. BURU_24_2009.doc

b. Sertifikasi laik hygiene sanitasi jasa boga / catering;c. Sertifikasi laik hygiene sanitasi rumah makan, kantin;d. Sertifikasi laik hygiene sanitasi restoran;e. Sertifikasi laik hygiene sanitasi depot air minum;f. Sertifikasi laik hygiene sanitasi Toko makanan terolah.

3) Sertifikat laik hygiene sanitasi TTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :a. Sertifikasi laik hygiene sanitasi hotel, motel/losmen, pondok wisata,

bungalow, villa, pesanggrahan, rumah persinggahan;b. Sertifikasi laik hygiene sanitasi pusat perbelanjaan modern (departemen

store, supermarket, minimarket, swalayan);c. Sertifikasi laik hygiene sanitasi salon kecantikan, pangkas rambut;d. Sertifikasi laik hygiene sanitasi rumah bilyard.

4) Tata cara pemberian sertifikat bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB V

PERSYARATAN HYGIENE SANITASI

Pasal 10

1) Restoran, Rumah Makan, Jasa Boga, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dan TPM lainnya dalam menjalankan usahanya harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi;

2) Hotel, Losmen, Pondok Wisata, Bungalow, Villa, Salon Kecantikan, Pusat Perbelanjaan dan TTU lainnya dalam menjalankan usahanya harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi;

3) Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) sesuai perundang-undangan yang berlaku meliputi: a. Persyaratan lokasi dan bangunan;b. Persyaratan fasilitas sanitasi;c. Persyaratan dapur, ruang makan, dan gudang makanan;d. Persyaratan bahan makan dan makanan jadi;e. Persyaratan pengolahan TPM dan TTU;f. Persyaratan pengelolaan makanan;g. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;h. Persyaratan penyajian makanan jadi;i. Persyaratan peralatan yang digunakan.

BAB VI

GOLONGAN RETRIBUSI

DAN CARA MENGUKUR JASA

Pasal 11

Retribusi penerbitan Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi pada TPM (Tempat Pengelolaan Makanan, Minuman) dan TTU (Tempat-Tempat Umum) adalah termasuk retribusi jasa umum.

Pasal 12

Page 8: KAB. BURU_24_2009.doc

Jasa pelayanan diukur berdasarkan pemeriksaan, dan peralatan yang dipergunakan serta penerbitan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi.

BAB VII

PRINSIP PENETAPAN RETRIBUSI DAN KLASIFIKASI

Pasal 13

Penetapan retribusi didasarkan pada jasa pelayanan yang diberikan untuk menutup biaya administrasi serta biaya sertifikasi.

Pasal 14

Penetapan Retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 13, ditetapkan menurut klasifikasi usaha berdasarkan modal usaha perusahaan.

Pasal 15

Klasifikasi usaha terdiri dari :a. Klasifikasi A dengan modal usaha Rp. 25.000.000,- ke atas;b. Klasifikasi B dengan modal usaha Rp. 15.000.000,- s/d Rp. 25.000.000,-c. Klasifikasi C dengan modal usaha Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 15.000.000,-d. Klasifikasi D dengan modal usaha sampai dengan Rp. 5.000.000,-

BAB VIII

BESARNYA RETRIBUSI

Pasal 16

Besarnya Retribusi ditetapkan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:a. Klasifikasi A ditetapkan retribusi sebesar Rp. 200.000,-b. Klasifikasi B ditetapkan retribusi sebesar Rp. 150.000,-c. Klasifikasi C ditetapkan retribusi sebesar Rp. 125.000,-d. Klasifikasi D ditetapkan retribusi sebesar Rp. 100.000,-

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 17

1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;

2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang sah;

3) Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai pada bendahara penerima Dinas Kesehatan;

4) Hasil pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan penerimaan daerah yang harus disetorkan secepatnya ke Kas Daerah;

BAB X

Page 9: KAB. BURU_24_2009.doc

SAAT RETRIBUSI TERHUTANG DAN TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 18

1) Retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang sah;

2) Wajib retribusi yang melakukan pembayaran dilakukan penagihan dengan memberikan surat teguran atau surat peringatan;

3) Pengeluaran Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran;

4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain sejenisnya, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang;

5) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikeluarkan oleh pejabat ditunjuk.

BAB XI

KADALUARSA

Pasal 19

Kadaluarsa penagihan retribusi tertanggung apabila :a. Diterbitkan Surat Teguran atau ;b. Ada pegakuan Hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung

maupun tidak langsung

BAB XII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 20

(1) Pembinaan dan pengawasan laik hygiene sanitasi TPM dan TTU dilakukan oleh Dinas Kesehatan;

(2) Dalam kegiatan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) petugas Dinas Kesehatan bekerjasama dengan petugas sanitasi Puskesmas sesuai dengan wilayah kerjanya;

(3) Frekuensi pembinaan dan pengawasan oleh petugas Dinas Kesehatan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan sekali dalam bentuk supervise ke sarana TPM dan atau TTU, sedangkan petugas sanitasi Puskesmas setiap bulan;

(4) Pengusaha dan atau penanggung jawab TPM atau TTU berkewajiban menerima petugas yang datang melakukan pembinaan dan pengawasan serta memberikan informasi yang benar tentang kegiatan usaha TPM atau TTU yang dikelolanya;

(5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan dengan mengikut sertakan asosiasi, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya serta perlu dukungan laboratorium kesehatan;

(6) Pembinaan dan pengawasan serta pemeriksaan sampel (makanan/minuman dan peralatan), dan specimen di laboratorium kesehatan serta pengukuran standar kualitas lingkungan dilakukan paling lama setiap 6 (enam) bulan sekali;

Page 10: KAB. BURU_24_2009.doc

(7) Biaya pemeriksaan sampel dan pengukuran dimaksud dibebankan kepada pengusaha atau penanggung jawab TPM atau TTU yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 21

(1) Kepala Dinas Kesehatan dapat mengambil tindakan administrative terhadap usaha TPM dan TTU yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah ini;

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat laik hygiene sanitasi, penghentian sementara kegiatan.

BAB XIV

PENYIDIKAN

Pasal 22

1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Buru, diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang hygiene sanitasi Makanan Minuman dan TTU sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana;

b. Meleliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindaak pidana;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lainnya, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;

g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e diatas;

h. Memotret seseorang, lahan, bangunan yang berkaitan dengan tindak pidana;

i. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Mengadakan penghentian penyidikan;

Page 11: KAB. BURU_24_2009.doc

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat di pertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 23

1) Setiap orang atau badan hokum yang sengaja atau karena kelalaiannya melanggar ketantuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1 dan 2) dan Pasal 10 Peraturan Daerah ini, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Limapuluh juta rupiah);

2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

TPM dan TTU yang telah melakukan kegiatan berdasarkan ketentuan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, agar menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis administrasi diatur dengan Peraturan Bupati.

Page 12: KAB. BURU_24_2009.doc

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buru.

Disahkan di Namleapada tanggal 24 Juni 2009

BUPATI BURU,

M. HUSNIE HENTIHU

Diundangkan di NamleaPada tanggal 24 Juni 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BURU,

JUHANA SOEDRAJAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BURU TAHUN 2009 NOMOR : 24

Page 13: KAB. BURU_24_2009.doc

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU

NOMOR : 24 TAHUN 2009

TENTANG

SERTIFIKASI BIDANG KESEHATAN

I. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Sertifikasi dibidang kesehatan sangat dibutuhkan guna perlindungan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelengaraan tempat-tempat pengelolaan makanan di tempat-tempat umum, selain itu diperlukan pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengedalian yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat dalam mengelola hotel, motel / losmen, pondok wisata, cottage, bungalow, vila, wisma, pesangrahan, pusat belanja moderen, salon kencantikan rumah pijat, rumah belajar dan lain-lain.Untuk melaksanakan semua itu diperlukan suatu pengawasan yang maksimal dari dinas terkait untuk memberikan kenyamanan kepada semua pihak yang terlibat dalam usaha ini..

II. UMUM :

Pasal 1cukup jelas

Pasal 2 cukup jelasPasal 3

cukup jelasPasal 4

cukup jelasPasal 5

cukup jelasPasal 6

cukup jelasPasal 7

cukup jelasPasal 8

cukup jelasPasal 9

cukup jelasPasal 10

cukup jelasPasal 11

cukup jelascukup jelas

Pasal 12cukup jelas

Pasal 13cukup jelas

Pasal 14cukup jelas

Page 14: KAB. BURU_24_2009.doc

Pasal 15cukup jelas

Pasal 16cukup jelas

Pasal 17cukup jelas

Pasal 18cukup jelas

Pasal 19cukup jelas

Pasal 20cukup jelas

Pasal 21cukup jelas

Pasal 22cukup jelas

Pasal 23cukup jelas

Pasal 24cukup jelas

Pasal 25cukup jelas

Pasal 26cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 24