k3 radiasi

14
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ala t Pelind ung Di ri Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat  bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Ala t Pelindung Dir i ata u Pe rle ngka pan proteksi yang bia sa diguna kan ole h  pekerja radiasi adalah : 1. Apr on Proteksi Tubuh Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron terseb ut. (4) Gambar 2.1.Apron Pel indung Tubuh (5)

Upload: pinaztika-diningtyaz

Post on 09-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Radiasi

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Alat Pelindung Diri

    Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

    bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

    dan orang di sekelilingnya.

    Alat Pelindung Diri atau Perlengkapan proteksi yang biasa digunakan oleh

    pekerja radiasi adalah :

    1. Apron Proteksi Tubuh

    Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi atau

    fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga 150 kVp harus menyediakan

    sekurang kurangnya setara 0,5 mm lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam

    harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.(4)

    Gambar 2.1.Apron Pelindung Tubuh (5)

  • 2. Penahan Radiasi Gonad

    Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk radiologi

    diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal sekurang - kurangnya

    setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm

    pada 150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk

    mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.(6)

    Gambar 2.2. Penahan radiasi gonad (5)

    3. Sarung Tangan Proteksi

    Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus

    memberikan kesetaraan atenuasi sekurang kurangnya 0,25 mm Pb pada 150

    kVp.Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan

    pergelangan tangan.

  • Gambar 2.3.Sarung tangan pelindung radiasi (7)

    4. Penahan Radiasi

    - Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel control

    dan tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan rancangan yang tepat

    sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan.

    Penahan radiasi harus mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan

    1,5 mm Pb.

    - Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi setidaknya

    mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb. Ketebalan yang

    setara dengan Pb tersebut harus tertera pada penahan radiasi dan jendela

    pengamat atau kaca intip. (2,8)

    5. Masker

    Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi nasokimia karena

    radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat melakukan pemeriksaan.

    Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat

    dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb).(9)

    6. Sarung tangan (gloves)

    Sarung tangan adalah untuk melindungi radiografer dari infeksi nasokimia

    mengingat radiografer selalu melakukan pemeriksaan dan kontak langsung

    dengan pasien yang dapat menularkan penyakit / infeksi yang diderita pasien.(10)

    B. Keselamatan Kerja dalam Radiologi

    Bekerja dalam radiologi mempunyai risiko baik secara langsung maupun tidak

    langsung, risiko tersebut dapat terjadi bila kelalaian dan sebab - sebab lain di luar

    kemampuan manusia. Menjadi tanggung jawab bagi manusia untuk mempelajari

    kemungkinan adanya bahaya dalam pekerjaan agar mampu mengendalikan bahaya serta

    mengurangi risiko sekecil sekecilnya melalui pemahaman mengenai berbagai aspek

    bahaya dalam lingkungan radiologi, mengarahkan para pekerja dalam melaksanakan

    keselamatan dan kesehatan kerja.

    Radiologi harus merupakan tempat yang aman bagi radiographer terhadap setiap

    kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam

  • radiologi yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan bahaya radiasi dan

    bahaya penyakit lain seorang radiografer dapat bekerja dengan produktif dan efisien.

    Keadaan yang sehat dalam radiologi dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap

    pekerja untuk menjaga dan melindungi diri.

    Diperlukan suatu kesadaran dan tanggung jawab bahwa kecelakaan dapat berakibat

    pada diri sendiri dan orang lain serta lingkungannya. Tanggung jawab moral dalam

    keselamatan kerja memegang peranan penting dalam pencegahan kecelakaan disamping

    disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam

    keselamatan kerja.(11)

    C. Manfaat Pemakaian APD bagi Radiografer.

    Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan

    biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling

    ringan sampai yang paling berat. Untuk menghindari risiko dari kecelakan dan efek

    radiasi khususnya radiografer sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti

    pemakaian APD, apabila radiografer tidak menggunakan alat pengaman akan semakin

    besar kemungkinan radiografer terkena efek radiasi.(11)

    D. Sinar X

    1. Pengertian

    Gambar 2.4. Tabung Sinar X.(12)

    Sinar X atau sinar roentgen adalah salah satu bentuk dari radiasi

    elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 100 nanometer

    sampai 100 picometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 Phz hingga

  • 60 Ehz). Sinar X pada umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medical

    dan kristalografi sinar X. Sinar X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat

    membahayakan. (13)

    Pesawat sinar X adalah pesawat yang dipakai untuk memproduksi

    sinar X. Pesawat ini terdiri atas tabung sinar X dan variasi rangkaian

    elektornik yang saling terpisah. Sinar X dibangkitkan dengan jalan

    menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum.

    Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga

    berfungsi sebagai katoda. Filamen ini dipasang pada bidang cekung untuk

    memfokuskan elektron menuju daerah sempit pada target (anoda).

    Pada saat arus listrik dari sumber tegangan tinggi dihidupkan, filamen

    katoda akan mengalami pemanasan sehingga kelihatan berwarna putih. Dalam

    kondisi ini, katoda akan memancarkan elektron (sinar katoda). Elektron

    selanjutnya ditarik dan dipercepat gerakannya sehingga mencapai ribuan km/s

    melalui ruang hampa menggunakan tegangan listrik berorde 102106 Volt.

    Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target

    logam bernomor atom tinggi dan bersuhu leleh tinggi. Ketika elektron tinggi

    itu menabrak target logam, maka sinar X akan terpancar dari permukaan

    logam tersebut sinar X yang terbentuk dengan cara ini disebut sinar X

    Breamstrahlung. (14)

    Sinar X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron

    atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih

    rendah. Sinar X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama

    dengan selisih energi antara kedua tingkat elektron tersebut. Karena setiap

    jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka

    sinar X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar X Karakteristik. Sinar X

    Bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu, sementara spektrum

    energi dari sinar X karakteristik adalah diskrit. (4)

    Sinar X mempunyai sifat sifat yaitu keluar dari fokus menurut garis

    lurus, mempunyai daya tembus yang besar, mampu mengionisasi materi yang

    dilaluinya, tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet ataupun medan listrik,

  • sinar X mampu melakukan ionisasi organ biologi yang ditembusnya, mampu

    melakukan perpedaran pada garam logam yang ditembusnya. Sifat inilah yang

    digunakan untuk memendarkan fosfor/flouresensi maupun kecepatan screen

    film, dapat menghitamkan plat/emulsi film yang ditembusnya sifat inilah yang

    digunakan dalam penggambaran radiografi bidang medis. Berdasarkan

    pemahaman sifat sifat sinar X inilah seorang radiografer harus

    memperhatikan aspek fisik radiasi sinar X yang dihasilkan.

    E. Efek Radiasi

    1. Efek Somatik

    Efek somatik adalah Efek yang radiasi yang dapat langsung dirasakan oleh

    orang yang menerima radiasi tersebut.

    a. Efek Stokastik

    Efek stokastik adalah efek yang peluang timbulnya merupakan fungsi

    dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang.

    Efek stokastik mempunyai ciri :

    Tidak mengenal dosis ambang Timbul setelah melalui masa tenang lama. Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi Tidak ada penyembuhan spontan

    Efek stokastik ini meliputi: Kanker, Leukimia (efek somatik) dan penyakit

    keturunan (efek genetik).(6)

    b. Efek Non Stokastik

    Efek Non Stokastik adalah efek yang kualitas keparahannya bervariasi

    menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui.

    Efek non stokastik mempunyai cirri :

    Mempunyai dosis ambang Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi

    Adanya penyembuhan spontan (bergantung keparahan)

    Keparahannya tergantung dosis radiasi.(6)

    2. Efek Genetik

  • Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut efek

    genetik ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau ovarium

    akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul DNA,

    dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom

    atau mengubah jumlah DNA yang terdapat di dalam sel melalui perubahan

    informasi genetik yang diteruskan ke generasi berikutnya.(8)

    F. Penyakit Akibat Radiasi

    1. Radiodermatitis

    Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat penyinaran

    lokal dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda kemerahan pada kulit yang

    terkena radiasi, kemudian diikuti olah masa tenang beberapa hari sampai 3

    minggu baru kemudian timbul gejala yang khas tergantung dosis yang diterima.

    Tabel 2.1 Daftar Penyakit Akibat Radiasi.

    2. Katarak

    Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis di atas 1,5 Gy, dengan masa

    tenang antara 5 10 tahun

    3. Sterilitas

    Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek

    berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih

    peka daripada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada

    dosis beberapa senti Gray (cGy).

    4. Sindroma Radiasi Akut

    Dosis Gejala

    3 6 Gy

    6 12 Gy

    12 24 Gy

    > 24 Gy

    Eritema

    Radiodermatitis sika (rasa raba hilang, rambut

    rontok, bengkak).

    Radiodermatitis eksudativa (kulit melepuh, bernanah)

    Nekrosis (kematian jaringan)

  • Sindoma radiasi akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis

    lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup

    tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.

    Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa

    lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang 2 sampai 3 minggu.

    Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri

    perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.(2)

    G. Keselamatan Radiasi

    1. Pengertian Keselamatan Radiasi

    Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan

    kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan

    lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.

    2. Asas Proteksi Radiasi

    a. Asas Justifikasi ( Justification of Practices)

    Justifikasi adalah setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus

    berlandaskan azas manfaat dimana resiko yang ditimbulkan oleh

    pemanfaatan tenaga nuklir harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan

    manfaat yang diterima.

    b. Asas Limitasi (Dose Limitation)

    Limitasi adalah pemanfaatan tenaga nuklir harus tidak melebihi nilai

    batas dosis yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui.

    c. Asas Optimasi ( Optimization of Protection and Safety)

    Optimasi adalah bahwa dalam pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran

    harus diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor

    sosial dan ekonomi.

    Dengan prinsip yang telah disebutkan maka setiap pengusaha instalasi yang

    merancang, membuat, mengoperasikan dan atau merawat sistem dan komponen sumber

    radiasi harus mencegah terjadinya penerimaan dosis radiasi berlebih.(6)

    H. Alat Ukur Radiasi

    Dalam penggunaannya alat ukur radiasi dapat dibedakan berdasarkan atas

    kategori :

  • 1. Monitor Radiasi (Surveymeter)

    Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil

    pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Berfungsi untuk mengukur

    laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja sehingga pekerja yang

    mempergunakan alat ini dapat memperkirakan dosis yang akan diterimanya bila

    bekerja di tempat tersebut dalam waktu tertentu.Sehingga dapat diperkirakan

    risiko bahaya serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko

    tersebut.

    Surveymeter yang membedakan fungsi dalam penggunaannya terletak

    pada system detektornya. Sedangkan raremeternya(penguat dan penampil)

    disesuaikan dengan detector dan kebutuhan, apakah akan berupa digital atau

    analog.

    2. Personal Monitor

    Personal monitor atau Dosimeter personel digunakan untuk mngetahui

    daosis radiasi secara akumulasi sehingga pekerja tersebut dapat membandingkan

    dengan nilai batas akumulasi dosis yang telah ditentukan untuk pekerja radiasi.

    Dosimeter perorangan yang saat ini digunakan secara luas untuk

    pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi adalah :

    a. Film Badge

    Film badge adalah alat yang berbentuk khusus untuk mengukur radiasi

    yang sensitive terhadap radiasi sinar x, yang dilengkapi dengan beberapa

    saringan radiasi (filter).

    Untuk mengetahui jenis radiasi atau energi radiasi yang mempengaruhi

    film badge digunakan beberapa filter yang terpasang pada holder (tempat

    film bafge).Beberapa jenis filter yang digunakan seperti plastik tebal 0,5

    mm s/d 3 mm, Al = 0,3 mm, campuran Sn = 0,8 mm dan Pb = 0,4 mm,

    serta campuran Cd = 0,8 mmm dan Pb = 0,4 mm.(10)

  • Gambar 2.5. Bingkai Holder Film Badge(15)

    Gambar 2.6. Gambar film badge(12)

    b. Dosimeter Saku ( Pocket Dosimeter)

    Dosimeter saku merupakan detector isian gas yang bekerja pada

    daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung. Kontruksi

    dosimeter saku ini berupa tabung silinder berisi gas, dimana dinding

    silinder berfungsi sebagai katoda bermutan negative, sedangkan sumbu

    logam dengan jarum quartz di bagian bawahnya bermuatan positif.

    Prinsip kerja dari dosimeter saku ini adalah : berdasar ionisasi dan terjadi

    pada tabung berisi gas dan berfungsi sebagai detector

    - Prinsip elektroskop

    - Kemampuan mengukur < 200 mRem

    - Dibaca awal dan akhir

    - Bisa dibaca langsung

  • - Tidak biasa dipertanggungjawabkan karena hanya diri sendiri yang

    melihat

    c. Termo Luminenscence Dosimetri

    Detektor yang digunakan adalah Kristal an-organik

    thermoluminescence, salah satunya adalah bahan LIF. Proses yang terjadi

    pada bahan ini bila dikenai radiasi mempunyai proses

    sintilasi.Perbedaannya, percikan cahaya akan dipancarkan setelah

    bahannya dipanaskan, tiak langsung seprti pada bahan sintilator.Radiasi

    pengion yang mengenai kristal akan menyebabkan electron-elektron yang

    tereksitasi tersebut, juga hole-hole, tidak langsung kembali berkombinasi

    karena terjebak oleh pita energi unsur pendampingnya. Bila kristal

    tersebut dipanaskan maka elektron-elektron yang terperangkap akan

    mendapat cukup energi untuk kembali ke pita konduksi dan kemudian

    berkombinasi kembali ke pita valensi sambil memancarkan cahaya.

    Jumlah elektron yang tereksitasi dan kemudian terperangkap sebanding

    dengan dosis radiasi yang mengenai kristal. Percikan cahaya dihasilkan

    oleh elektron yang terperangkap yang kembali ke keadaan dasarnya

    sehingga dosis radiasi dapat ditentukan dengan menghitung jumlah

    percikan cahaya yang dihasilkan.(4,6)

    I. Pemeriksaan Kesehatan

    Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksudkan untuk mengetahui

    keadaan kesehatan pekerja radiasi, perkembangannya dan kalau mungkin mencari

    hubungan kausal dengan radiasi pengion, apabila terjadi gangguan patologik. Dengan

    pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi ini ingin dipantau kondisi kesehatan pekerja

    baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja. Disamping itu pemeriksaan ini

    berguna pula untuk menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya.

    Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan memberikan informasi

    tentang kondisi kesehatan pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta penyakit

    apa saja yang pernah diderita. Masukan ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai

    base line yang akan diacu untuk setiap pemeriksaan berikutnya, disamping untuk

  • menentukan apakah seseorang berdasarkan kesehatannya dapat bekerja sebagai

    pekerja radiasi.

    Pemeriksaan selama masa kerja dilakukan secara berkala, minimal sekali

    dalam setahun, sesuai PP tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap

    Pemanfaatan Radiasi Pengion (pasal 20) yang telah diamandemen dengan PP No. 33

    tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif

    (pasal 11). Pemaparan terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja

    terjadi tanpa diketahui oleh si pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha untuk

    mendeteksi akibat yang ditimbulkannya.

    Pemeriksaan ini meliputi pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik

    dan pemeriksaan laboratorium. Suatu jenis pemeriksaan laboratorium tertentu yaitu

    pengamatan terhadap aberasi kromosom kini sedang diteliti untuk dikembangkan di

    Badan Tenaga Nuklir (BATAN) guna dipakai untuk menentukan dosis radiasi

    (metode dosimetri biologi).(2,14,15)

    J. Perilaku Kesehatan

    Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai kejiwaan seperti pengetahuan,

    keinginan, minat, emosi, kehendak, berfikir, motivasi, persepsi, sikap, reaksi dan

    sebagainya.(16)

    Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat atau individu

    yaitu :

    a. Faktor dasar (predisposing factor) mencakup pengetahuan, sikap, kebiasaan,

    kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu

    didalam masyarakat yang terwujud dalam motivasi.

    b. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup sumber daya atau potensi

    masyarakat terwujud dalam tersedianya alat fasilitas serta peraturan.

    c. Faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari orang

    lain yang terwujud dalam dukungan sosial.(17)

    Perilaku manusia dapat disimpulkan sebagai refleksi kejiwaan untuk memberikan

    respon terhadap situasi di luar dirinya. Perilaku kesehatan manusia atau seseorang untuk

    berperilaku dan faktor pendorong yaitu faktor lingkungan yang dominan dalam

  • pembentukan perilaku.Tenaga yang berperilaku sehat akan menghindari risiko terjadinya

    penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

    Perilaku dapat diartikan suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar,

    kemudian dinyatakan bahwa respon yang diberikan berbentuk dua macam yaitu bentuk

    pasif atau tanpa tindakan dan bentuk aktif dengan suatu tindakan, sedangkan perubahan

    perilaku mengikuti mengikuti tahap tahap yaitu proses perubahan pengetahuan, sikap,

    dan perilaku. Pengetahuan dan sikap adalah faktor internal. Faktor-faktor yang

    memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua faktor

    yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi kebijakan manajerial (petunjuk

    operasi alat, Protap dalam bekerja), ketersediaan Alat Pelindung Diri(APD) yaitu apron

    proteksi tubuh, Penahan radiasi gonad, sarung tangan proteksi, kacamata Pb, masker,

    surveymeter, personal dosimetri dan lain-lain. Faktor internal meliputi kebiasaan pekerja

    dalam bekerja seperti ketertiban dalam mengenakan APD.

    K. Kerangka Teoritis

    Sumber: Modifikasi Green dan Faktor karakteristik

    L. Kerangka Konseptual

    Variabel bebas Variabel terikat

    Praktekpenggunaan APDpada Radiografer

    Umur Radiografer

    Reinforcingfactor- Rekan Kerja- Organisasi

    Profesi

    PredisposingFactor&Faktor Karakteristik- Umur- Pengetahuan- Masa bekerja- Sikap

    Enabling factor

    - Keterampilanpetugaskesehatan

    - Ketersediaansarana danprasaranakesehatan

    - Peraturan/UU- Protap

    - Efek stokastik- Efek nonstokastik

  • M. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian maka rumusan hipotesis

    penelitian ini adalah :

    1. Ada hubungan umur radiografer dengan praktik penggunaan APD.

    2. Ada hubungan pendidikan radiografer dengan praktik penggunaan APD.

    3. Ada hubungan pelatihan yang pernah diikuti radiografer dengan praktik

    penggunaan APD.

    4. Ada hubungan masa kerja radiografer dengan praktik penggunaan APD.

    5. Ada hubungan keberadaan Prosedur Tetap dengan praktik penggunaan

    APD.

    Praktik penggunaanAPD olehradiografer

    Pendidikan Radiografer

    Pelatihan Radiografer

    Masa Kerja Radiografer

    Keberadaan Protap