k uin fashion fair dalam memasyarakatkan busana...

90
BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH: Studi Kasus Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslim Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: TASHA HELMI MAHINDRIA NIM: 1110051000177 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: vobao

Post on 19-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH:

Studi Kasus Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan

Busana Muslim

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

TASHA HELMI MAHINDRIA

NIM: 1110051000177

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pondok Aren, 14 Agustus 2014

Tasha Helmi Mahindria

Page 3: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga
Page 4: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga
Page 5: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

iv

ABSTRAK

BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH:

STUDI KASUS UPAYA UIN FASHION FAIR DALAM MENJADIKAN

BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI MEDIA DAKWAH

UIN Fashion Fair adalah suatu ajang untuk memperkenalkan dan

mensosialisasikan busana muslimah. Terselenggaranya kegiatan ini berawal dari

ide beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki

keprihatinan terhadap cara berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang hanya “seadanya”, seperti hanya mengenakan kaos, celana panjang yang

membentuk lekuk tubuh, bahkan berego (kerudung langsung pakai). UIN Fashion

Fair merupakan salah satu yang menjadikan busana muslim sebagai media dalam

berdakwah dengan memperkenalkan busana muslim yang sesuai dengan syari’at

namun tetap modis dan trendi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pertanyaan yang timbul:

Bagaimana upaya UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah sebagai

media dakwah? Apakah tujuan yang diharapkan dari acara UIN Fashion Fair

tercapai?

Menurut Enjang AS dan Aliyudin dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu

Dakwah, dari sekian media dakwah yang ada, busana muslimah termasuk ke

dalam washilah madiyah, yaitu media yang bersifat material, yakni segala bentuk

alat yang bisa di indera dan dapat membantu para da’i dalam menyampaikan

dakwah kepada mad’u-nya. Dalam kelompok washilah madiyah, busana

muslimah termasuk ke dalam bentuk washilah bashariah atau karya lukis. Karena

pembuatan busana muslim diawali dengan gambar lukis (sketsa) di atas kertas.

Busana muslimah dapat dijadikan sebagai media dakwah karena

perkembangannya yang terus berputar dan selalu diperbaharui sehingga banyak

menarik perhatian massa.

Metodologi yang digunakan adalah metodologi studi kasus berdasarkan

pendekatan kualitatif. Yakni suatu penelitian yang menggunakan bukti empiris

dari satu atau lebih organisasi dan peneliti berusaha mempelajari permasalahan

dalam konteks upaya UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah

sebagai media dakwah. Bukti diperoleh dari berbagai sumber meski realitanya

sebagian besar data berupa data wawancara dan dokumen.

Hasil dari penelitian ini adalah beberapa upaya yang dilakukan oleh UIN

Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah sebagai media dakwah dengan

mengadakan talk show dengan tema “Fashion, World and Religion” yang

membahas mengenai fesyen muslim dan perkembangannya di Indonesia dan

dunia, tutorial Hijab and Beauty Class, kompetisi memadu-padankan busana

muslimah (styling competition), ajang pencarian bakat model untuk busana

muslim/muslimah (model hunt) serta pagelaran busana muslimah (Islamic

Fashion Show). Namun, tujuan yang diharapkan oleh tim UIN Fashion Fair tidak

sepenuhnya tercapai. Karena masih banyak muslimah yang belum menerapkan

cara berpakaian sesuai syari’at Islam, termasuk para anggota dari UIN Fashion

Fair itu sendiri.

Kata kunci: UIN Fashion Fair, busana muslim, media dakwah, muslimah, syari’at

Islam.

Page 6: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

v

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahiim..

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Busana Muslimah Sebagai Media Dakwah: Studi Kasus

Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslim”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai prasyarat untuk menempuh ujian

sarjana pada Bidang Kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Skripsi ini penulis susun atas bantuan dan dukungan berbagai pihak. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih atas segala bantuan yang diberikan, yaitu kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan

MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Suparto, M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan

II Bidang Administrasi Umum Drs. Jumroni, M.Si dan Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan Dr. H. Sunandar, MA.

2. Rachmat Baihaky, MA. dan Fita Fathurrokhmah, SS, M.Si selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Page 7: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

vi

3. Ibu Rubiyanah, MA selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan motivasi selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi

untuk mencapai hasil yang lebih baik.

4. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membagi ilmunya

kepada penulis.

5. Bapak/Ibu seluruh staf dan karyawan tata usaha bidang kemahasiswaan,

administrasi, keuangan, dan kepustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu penulis.

6. Bapak/Ibu seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal peminjaman

buku-buku yang digunakan sebagai referensi dan literatur dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

7. Teman-teman UIN Fashion Fair selaku narasumber - kak Qonitah Al-

Jundiah, Fatma Hidayani, Mira Fatma, Agnesh Sherfina, Samia Puspita

Juwita, dan Rahmania Fauzia. Terima kasih banyak sudah meluangkan

waktunya untuk penulis.

8. Ayah Dimmi Achadiman Kodrie, Ibu Elly Hayati, Kakak Lucky Helmi

Mahindria, Kakak Tanya Helmi Mahindria dan Mas Devid Sabtatiyanto

untuk semua cinta, do’a, kesabaran, pengorbanan, dan dukungan yang tak

ternilai. I’m so lucky to have you all.

9. Terima kasih untuk keluarga besar Mansoer dan Kodrie yang selalu

memberikan do’a dan dukungan terbaiknya.

Page 8: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

vii

10. Anjar Sukmawati Maurie, Daniella Putri Islamy, Susi Aryani, Maria

Safitri, Nanda Cahaya Febriana, Nabila Paramitha, Nur Damayanti dan

Izzah Fitriyah yang selalu berbagi suka-duka dan memberikan dukungan

yang semakin membangun semangat penulis.

11. Teman-teman seperjuangan KPI 2010, teman-teman HMJ KPI dan DEMA

FIDKOM, Bang Sabir Laluhu, Bang Sirajuddin Ar-Ridho dan Bang Fahdi

Fahlevi. Terima kasih banyak atas pengalamannya dalam berbagi ilmu dan

semua kebersamaannya yang takkan terlupakan.

12. KKN AKSI 2013 – Diena, Reny, Mega, Futri, Aya, Ellyf, Ayu, Vera,

Hana, Lillah, Monica, Rendy, Aris, Kahfi, Fahmi, Yusra dan Sendy. Terima

kasih atas kebersamaannya.

13. Teman-teman Nebengers #TeamTangsel dan Social Media Festival, terima

kasih untuk diskusi, kebersamaan, serta do’a dan dukungannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat, umumnya kepada siapapun yang membaca dan khususnya bagi diri

penulis sendiri.

Pondok Aren, 19 Agustus 2014

Tasha Helmi Mahindria

Page 9: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK.............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................2

C. Tujuan Penelitian................................................................................2

D. Manfaat Penelitian..............................................................................3

E. Tinjauan Pustaka.................................................................................3

F. Metodologi Penelitian.........................................................................5

G. Sistematika Penulisan.......................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Busana Muslimah..............................................................................10

B. Pengertian dan Media Dakwah.......................................................22

C. Metode Studi Kasus....................................................................36

Page 10: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

ix

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Latar Belakang UIN Fashion Fair.....................................................39

B. Tujuan UIN Fashion Fair..................................................................45

C. Struktur Organisasi.....................................................................47

D. Kegiatan............................................................................................49

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Upaya UIN Fashion Fair dalam Menjadikan Busana Muslimah

Sebagai Media Dakwah....................................................................53

B. Evaluasi Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana

Muslim..............................................................................................62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................65

B. Saran.................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67

LAMPIRAN..........................................................................................................70

Page 11: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

x

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerudung yang memenuhi persyaratan QS. An-Nur: 31..............22

2. Gambar 3.1 Bentuk sosialisasi UIN Fashion Fair.............................................43

3. Gambar 4.1 Penampilan wanita muslimah Timur Tengah................................53

4. Gambar 4.2 Penampilan wanita muslimah Indonesia.......................................54

5. Gambar 4.3 Gaya berhijab anggota UIN Fashion Fair......................................60

Page 12: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UIN Fashion Fair adalah suatu ajang untuk memperkenalkan dan

mensosialisasikan busana muslimah. Terselenggaranya kegiatan ini berawal dari

ide beberapa mahasisiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki

keprihatinan terhadap cara berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang cenderung terlihat “seadanya”, seperti hanya mengenakan kaos, celana

panjang yang membentul lekuk tubuh, bahkan berego (kerudung langsung pakai).

Kelompok sosial ini berupaya untuk menjadikan busana muslimah sebagai

media dakwah dengan tujuan agar semakin banyak muslimah yang mengenakan

pakaian sesuai syari’at Islam dan mengenakan hijab, karena setiap muslimah

diwajibkan untuk mengenakan pakaian takwa tersebut.

Dengan membawa identitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, para

muslimah (mahasiswi) diharapkan untuk mengenakan pakaian sesuai dengan

syari’at Islam seperti, pakaiannya longgar dan bahannya tebal, menggunakan

kerudung yang menutupi dada, pakaiannya menutupi seluruh tubuh kecuali wajah

dan telapak tangan, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak memakai

wewangian yang berlebihan dan tidak digunakan untuk bermewah-mewahan atau

untuk dipamerkan kepada orang lain.

Page 13: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

2

Penulis memilih UIN Fashion Fair sebagai objek penelitian karena ia

memiliki keunikan tersendiri. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak memiliki

fakultas, jurusan, atau bahkan mata kuliah yang mengarah pada bidang desain dan

fesyen tetapi UIN Syarif Hidayatullah berhasil menyelenggarakan UIN Fashion

Fair yang diminati oleh banyak orang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul skripsi ini adalah “Busana

Muslim Sebagai Media Dakwah: Studi Kasus Upaya UIN Fashion Fair

dalam Menjadikan Busana Muslimah Sebagai Media Dakwah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah, maka penelitian ini dibatasi pada UIN

Fashion Fair 2012 dengan tema “Breakthrough”. Dari batasan masalah tersebut,

maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslim sebagai

media dakwah?

2. Apakah tujuan yang diharapkan dari acara UIN Fashion Fair tercapai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk:

1. Mengetahui bagaimana UIN Fashion Fair menjadikan busana muslim sebagai

media dakwah.

Page 14: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

3

2. Mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan oleh UIN Fashion

Fair.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Kegiatan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan di bangku perkuliahan

yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi pengembangan mengenai

media-media yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan dakwah, yaitu

melalui busana muslim.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para muslimah

untuk terus memperkenalkan busana muslim kepada seluruh muslimah dan

memperlihatkan bahwa dengan menutup aurat, seorang muslimah tetap bisa

melakukan pekerjaan dan berkreasi sehingga akan semakin banyak muslimah

yang menjalankan perintah agama untuk menutup aurat.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut

kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Maka langkah awal yang

penulis lakukan adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap penelitian-penelitian

terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang penulis lakukan.

Page 15: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

4

Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan, akhirnya

penulis menemukan beberapa judul yang penelitiannya memiliki kemiripan

dengan apa yang akan penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah:

Syahrani Fauziah1 yang menyimpulkan bahwa media-media yang selama

ini digunakan Ratih Sanggarwati dalam mensosialisasikan busana muslimah yaitu

melalui media cetak, media elektronik, website, brosur profil, spanduk, billboard,

sponsor suatu produk, serta melalui sekolah modelling yang beliau miliki, dan

melalui penggunaan seorang model.

Rizky Amalia2 yang menulis bahwa dalam aktivitas dakwah melalui

busana muslim, Monika Jufry berusaha menyumbangkan sesuatu yang memang

menjadi keahliannya untuk menjadi alternatif bagi para muslimah yang ingin

memadukan keindahan dan kebaikan dalam berbusana sesuai syari‟at Islam. Dari

berbagai aktivitas yang dilakukan Monika, diharapkan dapat menggugah minat

orang-orang lain yang belum menggunakan busana muslimah.

Nur „Arofah3 yang menemukan bahwa Anne Rufaidah memanfaatkan

busana muslim dan muslimah yang dirancangnya sebagai ajang untuk melakukan

dakwah Islam dengan cara membuat desain busana-busana muslim yang kreatif,

inovatif, tetapi tetap menarik tanpa melanggar batasan dan larangan dalam Islam.

1 Syahrani Fauziah, “Peranan Ratih Sanggarwati dalam Mensosialisasikan Busana Muslimah”,

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008),

h. 56

2 Rizky Amalia, “Aktivitas Dakwah Monika Jufry Melalui Busana Muslimah”, (Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 64

3 Nur „Arofah, “Kontribusi Anne Rufaidah Terhadap Perkembangan Dakwah Melalui Busana

Muslim”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2005), h. 70

Page 16: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

5

Selain itu, Anne Rufaidah telah memfasilitasi bagi orang-orang yang senantiasa

menggunakan busana muslim dan yang hendak atau berkeinginan untuk

mengenakan busana muslim tetapi tetap up to date dari segi model dan tidak

ketinggalan zaman.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi

kasus. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau perilaku

yang diamati tanpa mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau

hipotesis, tetapi memasangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Studi kasus adalah suatu pendekatan penelitian yang menggunakan

eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari

berbagai sumber. Fokus utama studi kasus adalah menjawab permasalahan

penelitian yang dimulai dengan kata tanya bagaimana atau mengapa. Studi kasus

digunakan untuk meneliti kejadian nyata di masa kini di mana peneliti tidak dapat

mengendalikannya dan mungkin saja semua kejadian yang diamati terjadi dalam

waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini, studi yang penulis angkat adalah

bagaimana upaya UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslim sebagai

media dakwah.

Page 17: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

6

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah UIN Fashion Fair.

Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah busana muslim

sebagai media dakwah.

3. Tahapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Tahap pengambilan data melalui beberapa tahapan. Tahap pertama

merupakan tahap pengumpulan data. Tahap ini merupakan tahapan yang paling

penting, karena pada tahap ini data merupakan proses pengadaaan primer untuk

keperluan penelitian.

Adapun cara-cara pengumpulan data yang penulis lakukan adalah

melalui:

1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untu

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung di lapangan untuk

mendapatkan data primer.

2) Wawancara, yakni kegiatan tanya jawab langsung kepada

narasumber. Peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan yang

mengundang jawaban atau komentar subjek secara bebas. Pada

penelitian ini, yang menjadi narasumber adalah Qonitah Al-Jundiah

selaku penggagas UIN Fashion Fair serta Fatma Hidayani, Mira

Fatma, Agnesh Sherfina, Samia P. Juwita, dan Rahmania Fauzia

selaku anggota UIN Fashion Fair.

Page 18: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

7

3) Dokumentasi, yaitu proses mencari data berupa hasil dokumentasi

(foto) dan data metah (video atau rekaman wawancara) tentang

penelitian yang dilakukan. Dokumentasi yang penulis dapatkan

adalah video liputan acara Islamic Fashion Show: Breakthrough,

foto-foto selama pelaksanaan acara, serta rekaman wawancara

dengan narasumber.

b. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan

menganalisa data dengan cara menghimpun, mempelajari, memilah dan memberi

ulasan. Selain dalam bentuk narasi, data juga diolah dalam bentuk tabel, grafik

dan gambar. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan didukung

oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

c. Analisis Data

Setelah data diolah sedemikian rupa, maka penulis menafsirkan temuan

dan mengomentarinya sesuai dengan teori yang digunakan. Penulis juga

menjawab perumusan masalah sesuai dengan data yang didapatkan dari para

narasumber terkait.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh

Page 19: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

8

CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007.4

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis

membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab

sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan

judul, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum tentang busana muslimah,

pengertian dan unsur-unsur dakwah, media dakwah, dan penjelasan mengenai

metode studi kasus.

BAB III: GAMBARAN UMUM

Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup tentang UIN

Fashion Fair (UFF) yang meliputi: sejarah dan tujuan pembentukkan, proses

4 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, Disertasi), (Jakarta:

CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance), 2007), cet. ke-1.

Page 20: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

9

sosialisasi, proses perekrutan anggota, struktur kepengurusan, serta kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan oleh UIN Fashion Fair.

BAB IV: HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi analisis peneliti yang meliputi: temuan peneliti tentang

upaya yang dilakukan oleh UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana

muslimah sebagai media dakwah dan pembahasan mengenai tercapai atau

tidaknya tujuan yang diharapkan oleh UIN Fashion Fair.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang

telah ditelaah oleh penulis dalam karya ini, serta memberikan saran-saran dan juga

beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.

Page 21: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Busana Muslimah

Busana adalah sinonim dari kata “pakaian” yang menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai barang apa yang dipakai (baju, celana, dan

sebagainya)1, serta diartikan pula sebagai pelindung dari cuaca panas dan dingin.

Adapun yang dimaksud dengan busana ini sendiri dapat didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, dalam

hal ini termasuk:

1. Semua benda yang melekat di badan, seperti baju, celana, sarung dan kain

panjang.

2. Semua benda yang melengkapi pakaian yang berguna bagi si pemakai, seperti

selendang, topi, sarung tangan, dan ikat pinggang.

3. Semua benda dan gunanya menambah keindahan bagi si pemakai, seperti

hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang dan cincin yang biasa dikenal

dengan aksesoris.2

Sedangkan busana muslim merupakan pakaian taqwa yang terkandung

dalam kaidah Islam yang berfungsi untuk menutup aurat. Kata aurat berasal dari

bahasa Arab, auro yang berarti mengaibkan, kekurangan pada suatu benda. Dalam

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), edisi ketiga, h. 813

2 Nina Surtiretna, et. Al, Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Bandung: Mizan,

1995), h. 27-28

Page 22: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

11

hal berpakaian, aurat adalah bagian tubuh manusia yang diharamkan dilihat dan

dipegang oleh orang lain, terutama yang bukan mahramnya.3

Pada dasarnya, semua jenis busana boleh digunakan oleh wanita, kecuali

yang termasuk di bawah ini:4

1) Tidak menutupi aurat wanita di hadapan selain suami dan muhrim.

2) Ketat dan transparan.

3) Mengundang hasrat seksual selain suami.

4) Memancing aksi kejahatan.

5) Ghasab (milik orang yang tidak rela digunakan) dan bukan dari harta

haram lainnya.

6) Memberikan kesan meniru kaum pria menurut „urf (pandangan umum

masyarakat sekitar).

7) Memberi kesan meniru dan menyebarkan budaya yang merugikan

Islam.

8) Syuhrah (sensasional), menarik perhatian baik dari sisi warna atau

model busana.

Islam sangat mengistimewakan kaum wanita, bahkan menyebutnya

sebagai “perhiasan terindah”. Seorang wanita shalihah ibarat sebuah mutiara yang

tersimpan baik karena selalu menjaga diri dan kehormatannya. Sebagaimana

hadits Rasulullah saw., ”Dunia itu perhiasan, dan seindah-indahnya perhiasan

dunia adalah wanita shalihah” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

3 Li Patrick, Jilbab Bukan Jilboob, (Jakarta: Penerbit Kalil, 2014), h. 4

4 Muhsin Labib, Fikih Lifestyle, (Jakarta: Tinta Publisher, 2011), h. 48

Page 23: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

12

Perempuan adalah aurat, seluruh tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai

ujung kaki mempunyai daya tarik. Maka dari itu setiap muslimah diwajibkan

untuk menutup aurat, yaitu dengan berhijab. Rasulullah bersabda, “Perempuan itu

aurat, apabila ia keluar rumah, maka berdirilah setan kepadanya” (HR. tarmidzi

dan Ibnu Majah).

1. Hijab

Kata hijab memiliki makna “penutup”, karena menunjuk kepada suatu

alat penutup. Kewajiban menutup yang telah digariskan untuk wanita dalam Islam

tidak berarti bahwa mereka harus selalu berada di dalam rumah. Makna hijab bagi

wanita dalam Islam adalah bahwa wanita harus menutup tubuhnya di dalam

pergaulannya dengan laki-laki yang menurut hukum agama bukan muhrim-nya,

dan bahwa dia tidak boleh memamerkan dirinya.

Filsafat hijab Islam bertumpu pada beberapa hal. Menurut Muthahhari,

“... Sebagian bersifat psikologis, sebagian berhubungan dengan rumah dan

keluarga, dan sebagian lainnya memiliki akar-akar sosiologis, dan sebagian besar

di antaranya berhubungan dengan pengangkatan kemuliaan wanita dan

pencegahan agar ia tidak sampai terhina ...”5

Ajaran Islam tidak dibangun berdasarkan perbedaan antara laki-laki dan

perempuan. Namun, kewajiban memakai hijab hanya dibebankan kepada wanita

sebab wanita merupakan simbol keindahan. Hal ini dikarenakan kaum wanita

cenderung untuk mempertunjukkan kecantikannya dan lebih tak acuh dalam

5 Murtadha Muthahhari, Hijab: Gaya Hidup Wanita Islam (Terj. On the Islamic Hijab),

(Bandung: Penerbit Mizan, 1990), h. 19

Page 24: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

13

memandang tubuh lawan jenisnya. Dengan pakaian islami, kaum wanita akan

lebih terhormat dan terpandang. Mereka akan terjaga dari gangguan orang-orang

usil dan amoral.6

Hijab terdiri atas dua hal, yaitu jilbab (gamis) dan khimar (kerudung).

Dalam Al-Mu‟jam Al-Wasith, ada beberapa pengertian jilbab yang dapat kita

pahami secara mudah.

“Jilbab diartikan sebagai “ats tsabaul musytamil‟alal jasadi kullihi”

(pakaian yang menutupi seluruh tubuh) atau “ma yulbasu fauqa ats tsiyab

kal mihalfah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah) atau

“al mula‟ah tasytamilu biha al mar‟ah” (pakaian luar yang dikenakan

untuk menutupi seluruh bagian tubuh wanita). Sedangan kerudung

merupakan busana bagian atas (al-libas al-a‟la), yaitu penutup kepala.”7

2. Jilbab

Jilbab menurut Kamus Bahasa Arab adalah busana lebar untuk menutup

aurat, kepala, leher, hingga ke bawahnya.8 Seperti yang dijelaskan dalam firman

Allah dalam surat al-Ahzab ayat 59:

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu

dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke

seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

6 Husein Shahab, Hijab Menurut Al-Qur‟an dan Al-Sunnah: Pandangan Muthahhari dan Al-

Maududi, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), h.16-17

7 Muslimah Talk, Saleha is Me: Sebab Cantik Saja Tidak Cukup, (Jakarta: QultumMedia,

2014), h. 14

8 Abdilah Firmanzah Hasan, Lebih Anggun dengan Berhijab, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2013), h.

Page 25: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

14

dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.”

Al-Qur‟an dan hadits tidak pernah menyinggung bentuk pakaian secara

khusus. Ada dua istilah populer yang digunakan untuk penutup kepala, yaitu

khumur dan jalabib, keduanya dalam bentuk jamak dan bersifat umum. Kata

khumur (pada surat an-Nur ayat 31) merupakan bentuk jamak dari khimar, dan

jalabib (pada surat al-Ahzab ayat 59) merupakan bentuk jamak dari kata jilbab.

Kata jilbab berasal dari akar kata jalaba yang berarti menghimpun dan membawa.

Jilbab pada masa Nabi adalah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan

dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.

“Jenis pakaian perempuan pada zaman Nabi sebagaimana dapat ditelusuri

dalam syair-syair Jahiliyah, antara lain yang pertama burqu‟, yaitu kain

transparan atau perhiasan perak yang menutupi bagian wajah kecuali dua

bola mata; kedua niqab, yaitu kain halus yang menutupi bagian hidung dan

mulut; ketiga miqna‟ah, yaitu kerudung mini yang menutupi kepala;

keempat qina‟, yaitu kerudung yang lebih lebar; kelima litsam atau nishaf,

yaitu kerudung yang lebih panjang atau selendang; dan yang keenam

adalah khimar.”9

Ditinjau secara psikologis, “... Jilbab adalah simbol tentang seperangkat

nilai. Jilbab bukanlah sekedar untaian benang yang membentuk kain, kemudian

dipakaikan sedemikian rupa untuk menutup aurat wanita ...”10

Dari ajaran Islam yang terkandung dalam surat al-A‟raf ayat 26, al-Ahzab

ayat 59, dan an-Nur ayat 31, esensi pakaian yang bernafaskan taqwa bagi

muslimah mengandung unsur sebagai berikut:11

9 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h.

22

10 Sitoresmi Syukri Fadholi, Sosok Wanita Muslimah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,

1992), h. 38

Page 26: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

15

1) Menjauhkan wanita dari gangguan laki-laki jahil (nakal).

2) Membedakan antara wanita yang berakhlak terpuji dengan wanita yang

berkepribadian tercela.

3) Menghindari timbulnya fitnah seksual bagi kaum pria.

4) Memelihara kesucian agama wanita yang bersangkutan.

Dengan berjilbab, berarti kita telah beribadah mendekatkan diri kepada-

Nya. Setiap muslimah yang memakai jilbab untuk menutup seluruh tubuh tanpa

terlihat sedikitpun bagian yang dilarang terlihat, maka muslimah tersebut sedang

mempraktikkan ketaatan. Selain mendapatkan pahala berlimpah karena menaati

peraturan-Nya, menggunakan jilbab juga memiliki beberapa manfaat lainnya,

yaitu:12

1) Pahala sabar yang luar biasa. Kita harus sabar selama mengenakan jilbab

dan tetap teguh memegangnya untuk mencari keridaan Allah. Seperti janji

Allah pada umatnya dalam surat al-Insan ayat 12 dan surat Hud ayat 11.

“... dan Dia memberi Balasan kepada mereka karena kesabaran

mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” (QS. Al-Insan: 12)

“kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan

mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala

yang besar.” (QS. Hud: 11)

11

Ibid., h. 39-40

12 Li Patric, Jilbab Bukan Jilboob, (Jakarta: Penerbit Kalil, 2014), h. 11-14

Page 27: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

16

2) Melindungi diri dari fitnah dan perbuatan zina. Seseorang yang berjilbab

secara sempurna akan terjauhkan dari fitnah. Dalam jilbab yang syar‟i

terkandung perlindungan terhadap diri dari berbagai kelemahan,

penguasaan hawa nafsu, dan setan. Seseorang yang berjilbab tidak hanya

sabar menahan panas, tetapi juga sabar akan semua hal yang berkaitan

dengan jilbab, termasuk penghinaan atau ejekan ketika memakainya.

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah

kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini

memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya

hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka

tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

3) Mendapat kedudukan tinggi di dunia dan akhirat. Dengan menaati

perintah-Nya, Allah menjanjikan derajat yang tinggi di dunia dan akhirat,

sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah:

“... dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu

akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh

Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin [314], orang-orang yang mati

syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-

baiknya.” (QS. An-Nisa‟: 69)

[314] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada

kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat

sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Page 28: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

17

4) Jilbab adalah pakaian takwa. Jilbab tidak lain adalah merupakan simbol

ketaatan wanita muslimah, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:

“Hai anak Adam [530], Sesungguhnya Kami telah menurunkan

kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk

perhiasan. dan pakaian takwa [531] Itulah yang paling baik. yang

demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,

Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A‟Raaf: 26)

[530] Maksudnya Ialah: umat manusia

[531] Maksudnya Ialah: selalu bertakwa kepada Allah.

5) Mencegah kanker kulit dan penuaan dini. Pemicu kanker adalah radikal

bebas yang terdapat pada sinar ultraviolet, dan jilbab mampu menutupi

tubuh serta melindungi kulit dari sinar ultraviolet.

6) Mudah dalam melakukan shalat. Saat kita lupa membawa mukena, maka

jilbab syar‟i yang kita kenakan dapat menggantikannya.

7) Aman saat menyusui. Ketika bayi kita menangis sebagai tanda minta

disusui saat di tempat umum, maka kita dapat menyusui dengan cara

menyembunyikan bayi kita di balik jilbab syar‟i yang digunakan.

1. Sejarah Tradisi Jilbab13

Jilbab merupakan fenomena simbolik yang sarat dengan makna. Jika

yang dimaksud jilbab adalah penutup kepala (veil) perempuan, maka jilbab sudah

13

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h.

25-30

Page 29: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

18

menjadi wacana dalam Code Bilalama (3000 SM), kemudian berlanjut di dalam

Code Hammurabi (2000 SM) dan Code Asyiria (1500 SM). Ketentuan

penggunaan jilbab sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia,

Babilonia, dan Asyiria. Perempuan terhormat harus menggunakan jilbab di ruang

publik. Sebaliknya, budak perempuan dan prostitut tidak boleh mengenakannya.

Ketika perang antara Romawi-Bizantium dan Persia berlangsung, rute

perdagangan antarpulau mengalami perubahan untuk menghindari akibat buruk

wilayah peperangan. Beberapa pesisir jazirah Arab tiba-tiba menjadi kota penting

sebagai wilayah transit perdagangan. Wilayah ini juga menjadi alternatif

pengungsian dari daerah yang bertikai. Globalisasi peradaban secara besar-

besaran terjadi di masa ini. Kultur Hellenisme-Bizantium dan Mesopotamia-

Sasania ikut serta menyentuh wilayah Arab.

Jilbab yang semula tradisi Mesopotamia-Persia dan pemisahan laki-laki

dan perempuan merupakan tradisi Hellenistik-Bizantium, menyebar menembus

batas-batas geokultural, tidak terkecuali daerah jazirah Arab. Institusionalisasi

jilbabdan pemisahan perempuan mengkristal ketika dunia Islam bersentuhan

dengan peradaban Hellenisme dan Persia di Damaskus dan Baghdad. Pada

periode ini, jilbab yang tadinya merupakan pakaian pilihan (occasoinal custom)

mendapatkan kepastian hukum (institutionalized) sebagai pakaian wajib bagi

perempuan Islam.

2. Jilbab sebagai Fenomena Sosial

Jilbab bukan lagi fenomena kelompok santri atau kelompok tertentu,

tetapi sudah menjadi fenomena di seluruh lapisan masyarakat. Jilbab tidak lagi

Page 30: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

19

menjadi sesuatu yang “tidak boleh ada” di tempat dan suasana tertentu seperti

tempat hiburan dan pesta. Kini sudah banyak para public figure yang

menggunakan jilbab dan menjadikannya sebagai identitas. Butik busana

muslimah juga turut serta menghiasi sudut-sudut mal dan hotel ternama.

Yang dipermasalahkan dari sebuah jilbab adalah penggunaannya. Bila

seseorang dipaksa untuk mengenakan jilbab, maka itu adalah salah. Seperti yang

dulu pernah terjadi di Turki. Ketika kekuatan ulama memaksakan syari‟ah

(termasuk busana muslim) ke dalam masyarakat yang belum siap, maka lama

kelamaan muncul gerakan Tanzimat yang dipimpin Mustafa Rasyid Pasya dan

Sultan Mahmud II yang mencapai puncaknya pada revolusi Kemal Attaturk.

Banyak kasus pengejaran terhadap perempuan berjilbab pada masa itu, meskipun

yang melakukannya mengaku muslim. Ketika jilbab muncul sebagai kesadaran

individu dan bersamaan, maka usaha untuk menghapusnya akan jauh lebih sulit.

Pengalaman di Turki, jilbab yang tadinya merupakan fenomena umum masyarakat

pedesaan (rural society) kini juga menjadi fenomena perkotaan. Ketika terjadi

urbanisasi besar-besaran, maka fenomena jilbab pun tak terbendung di kota-kota

di Turki.14

3. Khimar (Kerudung)

Kata kerudung sudah tidak asing di telinga masyarakat kita. Namun, kita

masih sering menyamakan kerudung dengan jilbab. Di Indonesia, kerudung sering

disebut sebagai jilbab. Padahal, kedua kata tersebut berbeda maknanya. Seperti

14

Nasaruddin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), h.

32-33

Page 31: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

20

yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, jilbab adalah kain yang

menutupi seluruh tubuh, dari kepala sampai kaki. Sedangkan kerudung adalah

penutup kepala, leher, dan dada.15

Wanita harus menutup kepalanya karena seluruh anggota tubuh wanita

merupakan aurat, termasuk leher dan rambut. Rambut dan leher termasuk dari

bagian perhiasan perempuan yang dapat menimbulkan fitnah dan hasrat bagi laki-

laki yang melihatnya. Firman Allah berbunyi:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan

perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami

mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau

saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau

putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-

budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai

15

Li Patric, Jilbab Bukan Jilboob, (Jakarta; Penerbit Kalil, 2014), h. 2-3

Page 32: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

21

keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat

wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan

yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai

orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur : 31)

Salah satu kaum muslimah yang dapat diteladani karena ketaatan untuk

menutup kepalanya dengan kerudung ialah wanita Anshar, seperti dijelaskan

dalam hadits berikut:

”Dari Shafiyah binti Syuaibah, ia bercerita, “Ketika kami bersama

Aisyah Ra., mereka menyebut-sebut kelebihan wanita Quraisy. Lalu

Aisyah Ra. berkata, “Memang wanita Quraisy itu memiliki kelebihan,

tetapi demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat yang lebih

mulia daripada wanita Anshar, mereka sangat membenarkan Kitabullah

dan sangat kuat imannya kepada wahyu yang diturunkan. Ketika turun

surat al-Nur ayat 31, ayat yang menyuruh berkerudung, lalu suami

mereka pulang dan membacakan kepada mereka apa yang telah Allah

turunkan. Dengan segera setiap wanita (Anshar) itu menarik kain yang

ada, lalu menjadikannya kerudung karena membenarkan dan iman

kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya.” (HR. Muslim)16

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa busana muslimah

adalah pakaian takwa yang merupakan simbol ketaatan seorang wanita muslimah.

Selain itu, busana muslimah juga dapat digunakan untuk menyampaikan

identitasnya, yaitu sebagai seorang wanita muslim. Dengan mengenakan hijab,

seorang wanita sudah melindungi diri dari perbuatan fitnah dan zina, serta

menaikkan kedudukannya di dunia dan di akhirat.

16

Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie, Bidadari Dunia, (Jakarta: QultumMedia, 2005), h.

Page 33: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

22

Gambar 2.1 Kerudung yang memenuhi persyaratan

QS. An-Nur : 3117

B. Pengertian dan Media Dakwah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah memiliki arti penyiaran

agama di kalangan masyarakat dan pengembangannya; seruan untuk memeluk,

mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.18

Dakwah harus berjalan terus

menerus tanpa henti, yang sesungguhnya merupakan tugas setiap manusia. Oleh

karena itu, dakwah harus dilaksanakan sehingga tidak ada seorangpun yang dapat

menghindarinya. Firman Allah SWT berbunyi:

17

Husein Shahab, Hijab Menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah: Pandangan Muthahhari dan Al-

Maududi, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013), h. 111

18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008), h. 309

Page 34: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

23

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali‟ Imran : 104)

Toha Jahya Omar menyatakan, “... Dakwah menurut Islam adalah

mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

peringatan Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di

akhirat ...”19

Sedangkan M. Quraish Shihab menulis:

“Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha

mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna terhadap individu

dan masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan

pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja,

tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.”20

Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Dakwah dalam Rangka

Perjuangan mendefinisikan dakwah sebagai berikut:21

“Usaha-usaha untuk menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan

dan seluruh umat manusia tentang pandangan dan tujuan hidup mereka di

dunia ini. Yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar, dengan berbagai

macam media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing

pengalamannya dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan

bermasyarakat, peri kehidupan bernegara.”

Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang telah

didefinisikan oleh para ali tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan Allah SWT.

Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk memengaruhi

manusia agar masuk jalan Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah

19

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Studi Sebuah Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), h. 36

20 Ibid., h. 36

21 Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), cet. ke-2,

h. 8

Page 35: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

24

(perorangan) atau jama‟ah (berkelompok). Berbicara mengenai dakwah, tidak

terlepas dari unsur-unsurnya, yaitu:

1. Da’i

Da‟i adalah orang yang melakukan dakwah22

. Seseorang dapat disebut

Da‟i atau Ulama apabila secara keilmuan ia telah mengetahui tentang ajaran-

ajaran agama Islam. Begitu juga dari segi wawasan intelektual, pengalaman

spiritual, sikap mental, dan kewibawaannya. Seorang yang disebut Da‟i biasanya

akan terlihat lebih matang dibandingkan mad‟u (khalayak).

Pada dasarnya, semua umat muslim berperan secara otomatis sebagai

juru dakwah. Da‟i dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:23

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang mukallaf (dewasa) di

mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak

terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah:

“Sampaikan walau satu ayat”.

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis)

dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.

Da‟i adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati

posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan

dakwah. Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah khususnya da‟i

profesional yang mengkhususkan diri di bidang dakwah sebaiknya memiliki

kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan dakwah.

22

Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992), h. 137

23 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 19

Page 36: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

25

2. Mad’u

Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-

laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim atau non-

muslim, semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah SWT.

Hamzah Yaqub mengklasifikasikan sasaran dakwah berdasarkan derajat

pemikirannya, yakni:

1) Umat yang berpikir kritis, tergolong di dalamnya adalah orang-orag yang

berpendidikan dan berpengalaman. Bila da‟i berhadapan dengan kelompok

ini, ia harus mampu menyuguhkan dakwah dengan gaya dan bahasa yang

dapat diterima oleh akal sehat mereka sehingga mereka mau menerima

kebenarannya.

2) Umat yang mudah dipengaruhi, yaitu suatu masyarakat yang mudah untuk

diepengaruhi oleh paham baru tanpa menimbang-nimbang secara matang apa

yang dikemukakan kepadanya.

3) Umat yang bertaklid, yakni golongan yang fanatik buta bila berpegangan

pada tradisi dan kebiasaan yang turun-temurun.

Ditinjau dari segi kehidupan psikologis, masing-masing dari golongan

masyarakat tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu

dengan yang lainnya, sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Muhammad

Abduh dalam Tafsir Al-Manar24

menyimpulkan bahwa dalam garis besarnya umat

yang dihadapi oleh seorang Da‟i dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

24

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da‟i, (Jakarta:

AMZAH, 2008), cetakan pertama, h. 231-232

Page 37: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

26

1) Golongan cerdik-cendekia yang cinta akan kebenaran, dan dapat berpikir

secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.

2) Golongan orang awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir

secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian

yang tinggi.

3) Golongan yang tingkat kecerdasannya berada di antara kedua golongan

tersebut. salah satu ciri mereka adalah suka membahas sesuatu, tetapi hanya

dalam batas tertentu, tidak sanggup secara mendalam benar.

3. Pesan Dakwah

Arti pesan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perintah,

nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan melalui orang lain. 25

Sedangkan

menurut Onong Uchjana Effendy, “... Pesan ialah sepasang perangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator ...”26

Materi atau pesan dakwah

adalah isi pesan yang disampaikan Da‟i kepada mad‟u. Pada dasarnya pesan

dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri yang dapat dikelompokkan menjadi

tiga:

1) Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-Nya,

iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada

Hari Akhir, dan iman kepada Qadha-Qadar.

25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), edisi ketiga, h. 865

26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), cet. ke-2, h. 43

Page 38: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

27

2) Pesan Syari‟ah yang meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, serta

mu‟amalah.

Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum

waris.

Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara, hukum perang

dan damai.

3) Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap makhluk

yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat

lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.

Muhaemin menjelaskan secara umum pokok isi al-Qur‟an, yaitu:27

1) Akidah: aspek ajara Islam yang berhubungan dengan keyakinan, meliputi

rukun iman ata segala sesuatu yang harus diimani atau diyakini menurut

ajaran al-Qur‟an dan as-Sunnah.

2) Ibadah: aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan kegiatan ritual dalam

rangka pengabdian kepada Allah SWT.

3) Muamalah: aspek ajaran Islam yang mengajarkan berbagai aturan dalam tata

kehidupan bermasyarakat dalam berbagai aspeknya.

4) Akhlak: aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan tata perilaku manusia

sebagai hamba Allah, anggota masyarakat, dan bagian dari alam sekitarnya.

5) Sejarah: peristiwa-peristiwa perjalanan hidup yang sudah dialami umat

manusia yang diterangkan al-Qur‟an untuk diambil hikmah dan pelajarannya.

27

Slamet Muhaemin dalam Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung:

Widya Padjadjaran, 2009), h. 80-81

Page 39: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

28

6) Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi: petunjuk-petunjuk singkat yang

memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan

mempelajari isi alam dan perubahannya.

7) Lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, maupun ancaman-ancaman.

4. Metode Dakwah

Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan

gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau

sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah, atau cara. Jadi, metode bisa

diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang bisa ditempuh.28

Tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk memberikan

kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri maupun bagi

penerimanya. Berikut ini adalah metode-metode dakwah yang dapat digunakan

oleh para da‟i dalam mensyi‟arkan agama Islam:29

1) Da‟wah bil Hikmah

Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Seoang da‟i yang baik

harus mampu menyesuaikan dirinya dengan segala lapisan masyarakat yang

dihadapi, dari rakyat elata, orang berpangkat, kaum cerdik-cendekiawan, atau

berbagai lapisan sosial lainnya yang kesemuanya menuntut suatu pendekatan yang

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

28

Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da‟i, (Jakarta:

AMZAH, 2008), h. 238

29 Ibid., h. 240-254

Page 40: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

29

2) Da‟wah bil Mau‟izhatil Hasanah

Mau‟izhatil Hasanah ialah kalimat atau ucapan yang diucapkan oleh seorang

da‟i, disampaikan dengan cara yang baik, berisikan petunjuk-petunjuk ke arah

kebajikan, diterangkan dengan gaya bahasa yang sederhana, supaya yang

disampaikan itu dapat ditangkap, dicerna, dihayati, dan pada tahapan selanjutnya

dapat diamalkan.

3) Da‟wah bil Mujadalah

Secara umum, metode dakwah ini ditujukan bagi orang-orang yang taraf

berpikirnya telah maju dan kritis seperti halnya Ahlul Kitab yang memang telah

memiliki bekal keagamaan dari para utusan Allah SWT sebelumnya. Metode

dakwah ini menuntut adanya profesionalisme dari para da‟i. Dengan kata lain,

seorang da‟i bukan anya dituntut untuk sekedar mampu berbicara dan beretorika,

ber-uswah dan ber-qudwah hasanah, tetapi juga dituntut untuk memperbanyak

perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sifatnya ilmiah.

4) Da‟wah bil Hal

Da‟wah bil Hal adalah dakwah yang diberikan oleh seseorang melalui amal

perbuatan yang nyata. Contoh nyata dari metode dakwah ini adalah apa yang

dilakukan oleh Rasulullah saw. saat mempersatukan kaum Anshar dan kaum

Muhajirin. Beliau menjadikan ikatan persaudaraan ini sebagai ikatan yang benar-

benar harus dilaksanakan.

5) Da‟wah bil Qalb

Metode dakwah ini menjadi sangat diperlukan mengingat banyak para da‟i

yang berdakwah dengan lebih mengedepankan logika saja. Seseorang dapat

Page 41: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

30

memberikan ceramah yang mengagumkan karena ia diawali dari hati, diucapkan

dengan niat yang baik dan tulus. Walaupun lisannya tidak mengucapkan apa-apa,

tangannya tidak menggoreskan tulisan, dan tubuhnya tidak melakukan suatu amal

perbuatan, namun cukup dengan hati saja itu sudah terhitung dakwah serta

mendapatkan pahala.

5. Media Dakwah

Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang memiliki arti alat

atau perantara. Sedangkan menurut istilah, media ialah segala sesuatu yang dapat

dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.30

Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti perantara; penghubung; yang

terletak di antara dua pihak (orang, golongan, dsb.).31

Sedangkan menurut Kamus

Istilah Komunikasi, “... Media berarti sarana yang digunakan sebagai alat bantu

dalam berkomunikasi disebut media komunikasi, adapun bentuk-bentuk dan

jenisnya beraneka ragam ...”32

Arifin membagi media menjadi tiga bentuk. Pertama, media yang

menyalurkan ucapan (spoken words), termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang

sejak dahuu sudah dikenal dan dimanfaatkan sebagai medium yang utama. Media

yang termasuk dalam kategori ini antara lain gendang, kentongan (alarm block),

telepon dan radio. Kedua, media yang menyalurkan tulisan (printed writing), dan

karena hanya dapat ditangkap oleh mata maka disebut juga visual media (media

30

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163

31 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,

2008), h. 931

32 Ghazali BC. TT. Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227

Page 42: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

31

pandang). Media yang termasuk dalam golongan ini antara lain prasasti,

selebaran, pamflet, poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar, majalah dan buku.

Ketiga, media yang menyalurkan gambar hidup, dan karena dapat ditangkap oleh

mata dan telinga sekaligus, maka disebut audio visual media (media dengar

pandang). Media yang termasuk dalam bentuk ini hanya film dan televisi.33

Berdasarkan pengertian di atas, maka media dakwah adalah segala

sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah

yang telah ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang

(material), orang, tempat kondisi tertentu dan sebagainya.

Dengan memanfaatkan media, maka jangkauan dakwah tidak lagi

terbatas pada ruang dan waktu. Adapun media dakwah yang dapat dimanfaatkan

antara lain:34

a. Lisan

Da‟wah bil lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah melalui

lisan. Termasuk dalam bentuk ini adalah ceramah, khutbah, tausyiah,

pengajian, pendidikan agama (lembaga pendidikan formal), diskusi, seminar,

dan lain sebagainya.

b. Tulisan

Da‟wah bil qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan menggunakan

media tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, majalah, surat

33

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Studi Sebuah Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), h. 89

34 Fathul Bahri Al-Nabiry, Meniti Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da‟i, (Jakarta: AMZAH,

2008), h. 236-238

Page 43: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

32

kabar, buletin, dan lain-lain. Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ia

ditampilkan dengan gaya bahasa yang lancar, mudah dicerna, dan menarik

minat publik, baik mereka yang awam (umum) maupun kaum terpelajar.

c. Audio Visual

Dakwah dengan media audio visual merupakan suatu cara penyampaian yang

merangsang penglihatan serta pendengaran audiens. Yang termasuk dalam

jenis ini adalah televisi, film, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang,

pesan yang disampaikan melalui media ini cenderung lebih mudah diterima

oleh audiens, bahkan dapat membentuk karakter mereka.

d. Lingkungan Keluarga

Suasana keluarga mempunyai kontribusi yang cukup kuat, karena bila ikatan

keluarga itu senantiasa bernapaskan islami, maka akidah dan amaliahnya pun

akan semakin kuat. Dengan demikian, dakwah dalam keluarga akan selalu

berjalan dengan baik.

e. Uswah dan Qudwah Hasanah

Yaitu suatu cara penyampaian dakwah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan

nyata. Ia tidak menganjurkan, tetapi langsung memberi contoh kepada mad‟u-

nya. Termasuk dalam bentuk ini adalah seseorang yang membesuk saudara

yang sakit, menjalin dan menjaga tali silaturahmi, dan lain sebagainya.

f. Organisasi Islam

Organisasi Islam menjembatani antara umat dengan petunjuk agama, menuntun

masyarakat kepada kebenaran dengan mengadakan berbagai acara kegamaan

yang diikuti oleh keluarga besar organisasi tersebut. di antara organisasi Islam

Page 44: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

33

yang ada di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah,

Ikhwanul Muslimin, dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Asmuni Syukir ada beberapa media yang dapat

dijadikan sebagai media dakwah, di antaranya: 35

a. Lembaga-lembaga pendidikan formal

b. Lingkungan keluarga

c. Organisasi-organisasi Islam

d. Hari-hari besar Islam

e. Media massa (radio, televisi, film, surat kabar, majalah, internet, dan lainnya)

f. Seni budaya (musik, drama sastra, wayang kulit, dan lain-lain)

Dalam konteks dakwah, secara praktis media terbagi menjadi dua jenis,

yaitu: (1) Washilah Maknawiyah dan (2) Washilah Madiyah.36

Washilah

maknawiyah adalah media yang bersifat imaterial, seperti rasa cinta kepada Allah

dan Rasul-Nya, dan mempertebal ikhlas dalam. Sedangkan washilah madiyah

adalah media yang bersifat material, yaitu segala bentuk alat yang bisa di indera

dan dapat membantu para da‟i dalam menyampaikan dakwah kepada mad‟u-nya.

Media material (washilah madiyah) terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

(1) Media yang bersifat fitrah (wasail fitriyah), seperti ceramah monolog,

mengajar, ceramah umum, khutbah, dan sebagainya; (2) Media yang bersifat

ilmiah (wasail fanniah), seperti washilah yadawiyah (karya tulis), washilah

35

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhas, 1992), h. 176

36 Muhammad Abdul Fatah al-Bayanuni, “al-Madkhal ila „ilm al‟Da‟wah” dalam Enjang AS

dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 94

Page 45: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

34

bashariah (karya lukis), washilah sam‟iyah (kreasi suara) berupa pengeras suara,

kaset, telepon, dan lain-lain, serta washilah al-Mutanawiyah seperti teater, drama,

dan sebagainya; (3) Media yang bersifat praktis (tabiqiyah), seperti

memakmurkan masjid, mendirikan organisasi, mendirikan sekolah,

menyelenggarakan seminar, dan mendirikan sistem pemerintahan Islam.

Ahmad Subandi mengatakan bahwa “... Media dakwah adalah

isntrumen yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara

da‟i dan mad‟u ...”37

Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang

melengkapinya terdiri dari media tradisional, media modern, dan perpaduan antara

media tradisional dan modern.38

1. Media tradisional

Setiap masyarakat tradisional selalu menggunakan media yang berhubungan

dengan kebuadayaannya. Media yang digunakan terbatas pada sasaran yang

paling digemari dalam kesenian, seperti tabuh-tabuhan (gendang, rebana,

bedug, suling, wayang, dan lain-lain) yang dapat menarik perhatian orang

banyak.

2. Media modern

Berdasarkan jenis dan sifatnya, media modern terbagi menjadi tiga.

Pertama, media auditif yang meliputi telepon, radio, dan tape recorder. Kedua,

media visual yang meliputi surat kabar, buku, majalah, pamflet, dan lain

37

Ahmad Subandi, “Ilmu Dakwah Pengarah Ke Arah Metodologi” dalam Enjang AS dan

Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 95

38 Ibid., h. 95-96

Page 46: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

35

sebagainya. Ketiga, media audiovisual yang meliputi televisi, video, internet,

dan lain-lain.

3. Perpaduan media tradisional dan modern

Perpaduan yang dimaksud adalah pemakaian media tradisional dan media

modern dalam suatu proses dakwah. Contohnya pagelaran wayang dan

sandiwara yang bernuansa Islam, atau ceramah di mimbar yang ditayangkan

televisi.

Dalam menggunakan media dakwah ini, para da‟i diharuskan untuk

menjaga etika dan ketentuan-ketentuan dalam berdakwah, yakni:39

1) Media dakwah tidak boleh bertentangan dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah.

2) Dalam menggunakan media dakwah, tidak menjurus kepada hal-hal yang

diharamkan oleh agama dan tidak menimbulkan kerusakan.

3) Dapat digunakan dengan baik.

4) Media relevan dengan situasi dan kondisi konteks dakwah.

5) Media dapat menjadi perantara untuk menghilangkan kesesatan dari orang-

orang ingkar dan menyalahi agama.

6) Jelas dalam tahapan-tahapan penggunaannya.

7) Media secara fleksibel dapat digunakan dalam berbagai kondisi mad‟u (adat,

kepercayaan, dan kebudayaan).

8) Dapat digunakan dalam berbagai situasi waktu dan keadaan.

39

Muhammad Sa‟id Mubarak, “Al-Da‟wah wa al-Idarah” dalam Enjang AS dan Aliyudin,

Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 95

Page 47: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

36

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya media

dakwah adalah berbagai sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan

dakwah Islam yang mengacu pada kebudayaan masyarakat mulai dari yang klasik,

tradisional hingga modern yang di antaranya meliputi mimbar, panggung, media

massa cetak dan elektronik, lembaga, organisasi, seni, karya budaya, dan lain

sebagainya.

C. Metode Studi Kasus

Studi kasus didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang

menggunakan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan

data dari berbagai sumber. Studi kasus menyiratkan peneliti melakukan analisis

secara intensif pada satu unit analisis yang diteliti. Sebuah kasus dapat berupa satu

individu, satu organisasi, satu peristiwa, satu keputusan, satu periode, atau sistem

yang dapat dipelajari secara menyeluruh dan holistik.40

Myers mendefinisikan studi kasus kualitatif sebagai penelitian yang

menggunakan bukti empiris dari satu atau lebih organisasi dan peneliti berusaha

mempelajari permasalahan dalam konteksnya. Bukti diperoleh dari berbagai

sumber meski realitanya sebagian besar berupa data wawancara dan dokumen.41

Fokus utama studi kasus adalah menjawab permasalahan penelitian yang

dimulai dengan kata tanya bagaimana atau mengapa. Studi kasus digunakan untuk

meneliti kejadian nyata di masa kini (kontemporer) di mana peneliti tidak dapat

40

Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 115-116

41 Ibid., h. 116

Page 48: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

37

mengendalikannya (tidak seperti dalam eksperimen) dan mungkin saja semua

kejadian yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan.42

Menggunakan metodologi studi kasus diawali dengan menemukan kasus

yang menarik. Kriteria kasus yang menarik adalah suatu hal yang dianggap baru.

Sesuatu yang baru adalah memberitahukan kepada komunitas akademik sesuatu

yang tadinya tidak diketahui. Sesuatu yang baru dapat berupa ekplorasi suatu

objek penelitian yang baru, membantah teori yang sudah ada, atau memberikan

alternatif teori lain yang menjelaskan suatu fenomena.43

Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan

tersendiri. Secara umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas

kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh

terhadap unit sosial yang diteliti. Secara lebih rinci studi kasus mengisyaratkan

keunggulan-keunggulan berikut:

1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-

variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman

lebih luas;

2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai

konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti

dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak

diharapkan atau diduga sebelumnya;

42

Ibid., h. 117

43 Ibid., h. 118

Page 49: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

38

3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat

berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan

penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-

ilmu sosial.44

Studi kasus memiliki tipe-tipe tertentu yang spesifik. Bogdan dan Biklen

mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam enam tipologi:45

1) Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi

Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian

mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan

dalam jangka waktu tertentu pula. Dalam melakukan studi ini diperlukan juga

kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap

sebuah organisasi sosial.

2) Studi kasus observasi

Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang peneliti

menggunakan teknik observasi dalam penelitian. Dengan teknik observasi

partisipan diarapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail

dan aktual dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan

individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.

44

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatf: Pemahaman Filosofis dan Metodologis

Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 2012), cet. ke-8, h. 23

45 Ibid., h. 26-27

Page 50: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

39

3) Studi kasus life history

Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan

hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang

mengharu-biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud adalah yang memiliki

keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat.

4) Studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan

Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan

ketajaman naluriah sebagai peneliti serigkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi

bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di alam komunitas di mana dia

hidup dan bergaul sehari-hari.

5) Studi kasus analisa situasional

Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi

perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan siatuasi dalam

bentuk peristiwa-peristwa atau fenomena sosial tertentu.

6) Studi kasus mikroetnografi

Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil, yaitu

sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunikasi atau organisasi atau

bahkan seorang individu.

Cresswell menyatakan bahwa dalam penyusunan pertanyaan penelitian

dengan metode studi kasus peneliti dapat menulis pertanyaan lanjutan yang

difokuskan pada isu dari topik yang diteliti. Selain itu, pertanyaan lanjutan dapat

menandakan langkah-langkah prosedur dari koleksi data, analisis, dan konstruksi

Page 51: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

40

format naratif. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu tercatum dalam

pertanyaan penelitian model studi kasus:46

1. Apa yang terjadi dan bagaimana suatu hal atau fenomena dapat terjadi

(gambaran dan batasan fenomena yang akan diteliti)?

2. Siapa saja yang terlibat (seluruh subjek dan informan penelitian)?

3. Apa tema sentral atau suatu inti permasalahan (central phenomenon) yang akan

diteliti?

4. Konstruksi teoritis apa yang dapat dipakai untuk mendasari fenomena yang

diteliti dan mengapa teori tersebut berkaitan?

5. Apa dan di mana keunikan dari fenomena yang diteliti?

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode studi kasus adalah suatu studi yang

bersifat komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai

upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang bersifat

kekininian.

46

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012), cetakan ketiga, h. 97

Page 52: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

41

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Latar Belakang UIN Fashion Fair

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu Universitas Islam

terbesar yang menjadi simbol lingkungan Islami. Sehingga secara langsung

maupun tidak langsung, UIN Jakarta turut memberikan kontribusi pada

perkembangan fesyen muslim di Indonesia.

Latar belakang terbentuknya UIN Fashion Fair berawal dari pengalaman

toleransi beragama yang dirasakan oleh Qonitah Al-Jundiah, mahasiswi Jurusan

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah saat melakukan pertukaran pelajar (Student

Exchange) di Amerika Serikat.

“Aku waktu itu ngeliat di luar negeri tuh fesyennya item-item semua

gitu lho (untuk yang Muslim), jadi mereka mikirnya kalo orang

Muslim yaa pake bajunya item-item aja atas sampe bawah. Pas

mereka liat aku di US, “kok lucu sih? Scarf-nya beli di mana?”,

kayak gitu... Padahal “enggak kok, ini bajunya H&M, ini bajunya

ZARA”, gitu... Padahal baju yang biasa aku pake di pake buat

berbusana muslim. Jadi aku tuh kayak, “oh, orang luar aja interest

sama kita. Kenapa kita-nya enggak...””1

Dari pengalaman itulah gagasan ini bermula. Qonitah Al-Jundiah memiliki

keinginan untuk mengumpulkan para muslim-muslimah muda untuk menjalin

silaturahmi serta memperlihatkan potensi dan bakat-bakat terpendam yang

dimiliki, khususnya di dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Page 53: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

42

“Idenya sebenernya, sempet ehm waktu itu kan pulang dari

pertukaran pelajar terus ehm kepikiran kayaknya harus buat sesuatu

nih di UIN. UIN tuh potensial, tapi kita enggak tau mau dikemanain.

Setelah mikir, brainstorming sana-sini, terus cari-cari referensi,

akhirnya ngumpulin temen-temen untuk bikin satu event, project

namanya UIN Fashion Fair.”1

Ia juga ingin memperkenalkan busana muslimah yang sesuai dengan

aturan-aturan berpakaian dalam Islam namun tetap sesuai dengan gaya dan

keseharian muslimah muda masa kini. Qonitah Al-Jundiah ingin membuat sebuah

acara yang tidak hanya sekedar “ada” tapi juga memberikan banyak informasi,

pengetahuan dan kesan menyenangkan bagi para muslim-muslimah.

“Ehm karena pengen satu, apa ya? Kalo cuma bikin fashion week

gitu kan udah biasa ya. Cuma kayak nonton fashion show terus

pulang, terus enggak dapet inside meaning apa pun. Akhirnya kita

mikir kayaknya mesti ada suatu event yang continously. Tapi kita

enggak mungkin bikin UIN Fashion Week, karena udah ada yang

punya. Jadi yang lebih catchy akhirnya UIN Fashion Fair.”2

1. Proses Sosialisasi

UIN Fashion Fair disosialisasikan melalui berbagai macam cara, baik

melalui media online berupa blog dan website, jejaring media sosial berupa

facebook, twitter, path, instagram maupun media cetak seperti poster, banner, dan

baliho. Selain itu, UIN Fashion Fair juga selalu mengadakan “pawai” setiap

minggunya bergantian di setiap fakultas yang ada di dalam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam setiap pawainya anggota UIN Fashion Fair

1 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 4 Desember 2012.

2 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah.

Page 54: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

43

mengenakan busana seragam (dresscode) untuk lebih menarik perhatian khalayak

umum.

“Kita kan bener-bener serius ya bikin project-nya, jadi banner di

mana-mana. Kita udah prepare banget kan, dari coming soon tuh

udah bikin. Terus kita juga melibatkan media sosial, kita melibatkan

semua akses sosial media kayak kita bikin website, bikin twitter,

blog, facebook. Kita juga bikin parade kan. Jadi kita ketemu

langsung sama orang-orangnya, interaksi langsung.”3

Gambar 3.1 Bentuk sosialisasi UIN Fashion Fair

Sumber: uinfashionfair.blogspot.com

2. Proses Rekrutmen Anggota

Pada proses rekruitmen anggota UIN Fashion Fair, terdapat perbedaan

pada proses di tahun 2012 dan tahun 2014. Pada tahun 2012, awal terbentuknya

tim melalui promosi “dari mulut ke mulut”. Dari lingkaran pertemanan yang ada,

maka terkumpullah tim UIN Fashion Fair yang terdiri dari (kurang-lebih) 50

orang dari seluruh fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Page 55: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

44

“Waktu itu kita tuh... Aku pertama nge-bagi, berapa orang sih yang

diperluin untuk satu event besar seperti itu. Terus dapet sekitar 40-

an (orang). Kan awalnya cuma ngomong ke lima temen aku. Aku kan

kampus dua (Psikologi), terus aku ngajak temen-temen aku. Temen

aku ada lima orang, dan untungnya kita semua beda-beda fakultas

semua. Jadi ada dakwah, saintek, psikologi, ini, ini, yaudah aku

minta sama temen-temen aku ini untuk cari orang. Jadi aku tuh yang

UFF 2012 rata sampe (fakultas) Dirasat-pun ada. Jadi aku enggak

mau yang orang-orangnya tuh dari (fakultas) Psikologi semua. Dan

kita tuh ada open recruitment-nya juga. Jadi waktu yang tim intinya

udah lengkap, kita kayak cari volunteer juga. Nah volunteer itu

terbuka buat umum. Dan waktu itu yang daftar sampe 200-an

(orang), cuma waktu itu kita cuma ambil sekitar sepuluh orang. Jadi

yang kepilih di UFF 2012 itu kebanyakan yang mau, tertarik sama

fesyen.”4

3. Visi-Misi UIN Fashion Fair

UIN Fashion Fair memiliki visi untuk menjadi wadah bagi pemuda dan

pemudi dalam mengembagkan potensi-potensinya, terutama di dalam bidang

fesyen serta untuk memajukan Islam syi’ar melalui busana muslimah. Sedangkan

untuk misinya, terdapat empat poin yang ingin ditonjolkan oleh UIN Fashion Fair,

yaitu: (1) exploring fashion sense, (2) educational support, (3) epowering youth,

(4) enlightened.

“Jadi dari sini tuh bisa dijelasin exploring, empowering, enlightened

sama educational support itu apa. Kalo exploring jadi kita di sini

ehm bisa jadi untuk wadah enggak cuma muslimah di UIN aja tapi

di Jabodetabek, se-Indonesia, itu semuanya dari mana aja, kita bisa

di sini saling berbagi pengalaman mengenai fesyen, mengenai

agama itu sendiri, maksudnya Islam itu sendiri, terus bisa saling

bertukar pikiran, bisa sharing di sini kita mengadakan acara-acara

syi’ar Islam bentuknya fesyen tapi enggak hanya fesyen, walaupun

bertema fesyen. Kita kan punya acara macem-macem juga, terus

dari bentuk empowering youth sama educational support.

Educational support itu misalkan kita syi’ar dalam bentuk

berbusana itu kita bentuk dalam acara talkshow itu sendiri, kayak

4 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Page 56: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

45

gitu. Terus untuk empowering youth, kita bikin acara untuk desain

berbusana muslimah itu sendiri, desainnya itu gimana, dan

enlightened itu kita menjadikan ehm UFF itu sendiri tidak hanya

mengharumkan UFF atau UIN punya saja, tapi untuk muslim dan

muslimah, kalo kita itu ehm Islam itu tetep modern dan dinamis gitu

enggak statis gitu-gitu aja, bisa mengikuti perkembangan zaman tapi

tetep dalam aturan syari’ah Islam.”5

B. Tujuan UIN Fashion Fair

Setiap kelompok sosial pasti memiliki tujuan. Tujuan kelompok bukan

hanya sekedar gabungan dari tujuan-tujuan personal para anggotanya, melainkan

mengarah pada kedudukan yang diinginkan oleh kelompok. Tujuan kelompok

terletak pada pemikiran para anggotanya dan hidup bersama proses mental lainnya

termasuk kebutuhan personal, harapan personal dan tujuan personal.6 Begitu pula

dengan UIN Fashion Fair. Kelompok ini memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)

mengubah pandangan masyarakat tentang muslimah berjilbab, (2) syi’ar kepada

muslimah muda yang belum berjilbab agar menjadi berjilbab dengan cara

memperkenalkan fesyen Islam (Islamic fashion) kepada khalayak umum.

Tujuan pertama, mengubah konstruksi citra masyarakat terhadap

muslimah berjilbab dilatarbelakangi oleh kondisi para muslimah berjilbab di

Indonesia yang mana sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama

Islam, namun ternyata muslimah berjilbab masih dipandang sebelah mata.

Muslimah berjilbab dianggap kuno, tidak gaul dan tidak bisa gaya. Selain itu,

banyak pihak yang berpandangan bila menggunakan jilbab akan sulit untuk

5 Wawancara Pribadi dengan Agnesh Sherfina, Tangerang Selatan, 9 Juni 2014.

6 Ayu Agustin Nursyahbani, “Kontruksi dan Representasi Gaya Hidup Muslimah Perkotaan:

Studi Kasus Pada Hijabers Community di Jakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 89

Page 57: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

46

mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut membuat para muslimah muda ragu untuk

menggunakan jilbab karena khawatir dengan kesulitan-kesulitan yang akan

dihadapinya. Konstruksi citra mengenai jilbab yang berkembang di masyarakat

membuat para muslimah memilih untuk menggunakan jilbab saat sudah mapan,

saat menikah, ataupun saat sudah lanjut usia.

Sebelum banyak muncul kelompok-kelompok muslimah yang ada seperti

sekarang, figur panutan untuk muslimah adalah para ustadzah yang lebih tertuju

pada segmen usia ibu-ibu, yakni usia 30 tahun ke atas. Oleh karena itu, UIN

Fashion Fair ingin memberikan inspirasi bagi para muslimah muda yang telah

berjilbab ataupun muslimah muda yang belum agar tertarik untuk mengenakan

jilbab. Melalui gaya berbusana dan berjilbab, kegiatan yang diselenggarakan, UIN

Fashion Fair ingin mengubah pandangan negatif terhadap muslimah berjilbab.

Tujuan untuk mengubah pandangan terhadap muslimah berjilbab tersebut terkait

dengan tujuan UIN Fashion Fair yang kedua, yaitu membuat lebih banyak orang

tertarik untuk mengenakan hijab.

UIN Fashion Fair menggunakan busana muslimah sebagai alat atau media

untuk berdakwah dalam upaya memberikan inspirasi kepada muslimah muda

untuk berkerudung dan berbusana muslimah sesuai dengan syari’at-syari’at Islam

yang merupakan salah satu bentuk syi’ar dari UIN Fashion Fair. Dalam upaya

menyebarluaskan makna jilbab dan pemakaiannya, UIN Fashion Fair berupaya

melalui berbagai kegiatan dengan menonjolkan unsur-unsur Islami yang

dimasukkan dalam setiap rangkaian kegiatan yang diselenggarakan.

Page 58: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

47

Selain itu, UIN Fashion Fair juga ingin menunjukkan figur muslimah yang

bisa menjadipanutan bagi orang lain, menunjukkan sisi Islam yang modern, serta

menghilangkan kesan kaku dan kuno yang selama ini berkembang di masyarakat.

Setiap orang mempnyai motivasi dalam melakukan aktifitas agar

menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Begitu pula dengan Qonitah Al-Jundiah

dan teman-temannya. Berawal dari bidang yang diminati, mereka kemudian

memiliki inisiatif menyelenggarakan suatu kegiatan dengan tujuan untuk

mensyi’arkan dan menyebarluaskan tentang kewajiban berhijab kepada para

muslim/muslimah agar semakin banyak orang yang menjalankan perintah Allah

untuk mengenakan pakaian takwa tersebut.

C. Struktur Organisasi UIN Fashion Fair

Berikut ini merupakan bagan struktur kepengurusan UIN Fashion Fair.

Bagan 3.1 Struktur Kepengurusan UIN Fashion Fair

D.

E.

F.

G.

H.

I.

J.

K.

L.

M.

N.

Sumber: Dokumen UIN Fashion Fair

Ketua

Bendahara

Divisi

Acara

Divisi

Humas

Divisi

Sponsorship

Divisi

Tenant

Divisi

Dokumentasi

Sekretaris

Page 59: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

48

Pada dasarnya setiap posisi memiliki tanggungjawab masing-masing.

Jabatan ketua memiliki peran: (1) memantau jalannya tugas dan tanggungjawab

dari tiap divisi. (2) mewakili UIN Fashion Fair dalam acara seremonial.

Sedangkan untuk posisi sekretaris berperan mengurus hal-hal administratif, dan

posisi bendahara bertanggungjawab untuk mengelola keuangan UIN Fashion Fair.

Selain jabatan inti tersebut, struktur kepengurusan UIN Fashion Fair

terbagi dalam tujuh divisi, yaitu: divisi acara, divisi humas (public relation), divisi

sponsorship, divisi tenant, divisi dokumentasi, divisi audiens dan divisi

perlengkapan. Divisi acara memiliki peran mengurus berbagai acara atau kegiatan

UIN Fashion Fair, baik yang pre-event maupun main event. Divisi acara

merupakan divisi yang memiliki anggota terbanyak, yaitu enam orang. Divisi

berikutnya adalah public relation yang diisi oleh tiga orang. Divisi public relation

bertugas sebagai penghubung UIN Fashion Fair dengan pihak luar, termasuk

membangun relasi dengan media massa. Berikutnya, divisi sponsorship yang diisi

oleh lima orang. Divisi ini bertugas untuk membangun relasi dengan perusahaan-

perusahaan yang menjadi pendukung acara.

Yang keempat adalah divisi tenant yang memiliki tanggung jawab untuk

mengatur brand-brand (pribadi atau perusahaan) yang ingin ikut serta dalam

bazaar, divisi ini memiliki anggota tiga orang. Dan yang terakhir adalah divisi

dokumentasi yang bertugas untuk mengabadikan momen-momen saat acara

berlangsung. Khusus untuk divisi ini, UIN Fashion Fair bekerjasama dengan salah

satu Lembaga Semi Otonom (LSO), yaitu Klise Fotografi.

Page 60: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

49

D. Kegiatan UIN Fashion Fair

UIN Fashion Fair memiliki banyak rangkaian acara di setiap

perhelatannya, dan dalam setiap acaranya UIN Fashion Fair bekerjasama dengan

banyak pihak dari berbagai bidang. Bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut:

1. Talkshow

Acara talkshow yang diselenggarakan oleh UIN Fashion Fair bertujuan

untuk pengembangan diri bagi muslimah. Talkshow ini mengusung tema

“Fashion, World and Religion”. Pada talkshow “Fashion, World and Religion”

UIN Fashion Fair mengundang Dian Pelangi selaku desainer busana muslimah

dan entrepreneur, Muhammad Assad selaku penulis buku “Notes from Qatar”,

serta Dra. Poppy Savitri selaku Dirjen Arsitektur dan Desain, perwakilan dari

Kementerian Ekonomi dan Pariwisata Kreatif. Acara ini bertujuan untuk

memperkenalkan dan mensyi’arkan Islamic Fashion dan hakikat fesyen di mata

Islam dan dunia mengenai apa itu syar’i, bagaimana sejarah dan syi’ar Islam,

proses pemahaman serta perkembangan fesyen di Indonesia dan dunia kepada

pemuda-pemudi muslim.

2. Charity

Selain talkshow, UIN Fashion Fair juga mengadakan charity

(pengumpulan dana amal) berupa santunan kepada anak yatim-piatu. Acara

charity ini diusung dengan konsep “Fashion Swap”, yaitu acara penggalangan

dana yang tidak hanya berupa sejumlah uang, tapi juga pakaian-pakaian yang

masih layak pakai. Hasil dari penggalangan dana tersebut nantinya akan

Page 61: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

50

disumbangkan kepada Yayasan Sayap Ibu Bintaro, yakni sebuah lembaga

independen yang bergerak di bidang perawatan dan pengasuhan anak-anak

terlantar, termasuk korban kasus perdagangan anak. Mereka tidak hanya

diberikan santunan, tapi juga diajak untuk ikut berpartisipasi sebagai peserta

dalam acara talkshow yang diselenggarakan.

3. Hijab and Beauty Class

Hijab and Beauty Class merupakan kegiatan pelatihan tentang cara

berjilbab yang berisi tutorial kreasi gaya berjilbab dan tips berjilbab yang

diberikan oleh bintang tamu yang sudah mumpuni dalam bidang tersebut. Tujuan

dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan baru kepada muslimah

mengenai cara memakai hijab yang cantik namun tetap sesuai syar’i yang berlaku.

Dengan mengadakan hijab and beauty class ini diharapkan dapat membuat

semakin banyak muslimah muda yang ingin berhijab. Untuk para muslimah yang

ingin mengikuti acara Hijab and Beauty Class ini dikenakan biaya sebesar Rp

100.000. Jumlah biaya yang dikenakan kepada disebabkan karena setiap peserta

yang hadir dalam acara ini akan mendapatkan bingkisan dari Wardah dan sebuah

scarf dari produk Kaffah milik Siti Juwariyah.

4. Styling Competition

Styling Competition diadakan untuk menunjukkan bakat-bakat

muslim/muslimah muda, khususnya di bidang fesyen. Untuk kompetisi styling

competition, para peserta diharuskan mengirimkan foto berupa rancangan padu-

padan (mix and match) pakaian yang sesuai dengan syari’at Islam berdasarkan

Page 62: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

51

tema yang diusung, yaitu “Casual and Playful Outfit”. Juri dalam ajang kompetisi

adalah Ashfi Qamara (model dan blogger), Christian (pemilik dari Endorse

Distro) dan Inneke (Fashion Stylish Majalah).

5. Model Hunt

Model Hunt merupakan ajang pencarian bakat modeling yang terbuka

untuk umum, baik pelajar maupun mahasiswa/i. Para peserta yang terpilih nanti

akan tampil di pada ajang Islamic Fashion Show pada acara puncak. Untuk ajang

model hunt ini, peserta diwajibkan untuk mengenakan busana muslim/muslimah

dan sesuai dengan syari’at Islam, seperti untuk yang pria tidak memakai celana

pendek, kemudian untuk yang wanita pakaiannya tidak ketat, tidak tembus

pandang dan menutup aurat.. Peserta yang nanti memenangkan juara pertama

dalam perlombaan ini akan mendapatkan kontrak kerja dengan Zaura Models

Agency selama enam bulan dan menjadi model dalam rubrik fesyen di Hijabella

Magazine.

6. Fashion Bazaar

Fashion bazaar ini merupakan salah satu rangkaian acara pre-event UIN

Fashion Fair. Dalam acara ini sebanyak 45 booth akan diisi oleh brand-brand

busana muslim/muslimah dan aksesoris ternama di Indonesia, seperti merk B dari

Barli Asmara, El-Hasbu dari Lulu El-Hasbu, nandaayuID dari Nanda Ayu dan

tiadjamal dari Tia Djamal Fathiyah.

Page 63: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

52

7. Fashion Show

Acara pagelaran busana Islamic Fashion Show merupakan acara utama

dari seluruh rangkaian acara yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada tahun

2012, UIN Fashion Fair mengusung tema “Breakthrough” yang diisi oleh

berbagai desainer busana muslim/muslimah seperti Jenahara, Monika Jufri, Najua

Ramadhan, Simply Vee Wee, Look Up dan juga bintang tamu yaitu Dian Pelangi

dan Risty Tagor.

Page 64: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

53

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslim

Dari sekian banyak ayat al-Qur’an yang berbicara mengenai pakaian, dapat

ditemukan beberapa fungsi pakaian atau pesan dakwah yang terdapat dalam

busana, di antaranya sebagai perhiasan, memelihara pemakainya dari sengatan

matahari dan dinginnya udara dan dari segala sesuatu yang mengganggu jasmani

serta sebagai petunjuk identitas pembeda seseorang dengan yang lainnya.

Pemahaman hijab dan menutup aurat di Indonesia lebih menunjukkan

gaya berkerudung dan berbusana yang cenderung lebih beragam dibandingkan

dengan negara-negara Timur Tengah. Terdapat berbagai variasi gaya berhijab

mulai dari hijab cadar, hijab panjang hingga hijab trendi.

A.

Gambar 4.1 Penampilan wanita muslimah Timur Tengah

Sumber: www.google.com

Page 65: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

54

Gambar 4.2 Penampilan wanita muslimah Indonesia

Sumber: www.wigoddes.wordpress.com & www.tentangwanita.com

Faktor lain yang menjadi salah satu sebab munculnya hijab trendi ini

adalah karena pertemuan antara budaya global dan budaya lokal. Pertemuan kedua

budaya dalam hal khimar (kerudung) dan busana muslimah terjadi karena

pengaruh fesyen yang telah menjadi budaya global bertemu dengan khimar dan

busana muslimah yang menjadi budaya lokal Islam.

Di antara sekian banyak media dakwah yang ada, busana muslimah

termasuk ke dalam Washilah Madiyah, yaitu media yang bersifat material, yakni

segala bentuk alat yang bisa di indera dan dapat membantu para da’i dalam

menyampaikan dakwah kepada mad’u-nya. Busana muslimah menjadi daya tarik

publik karena perkembangannya terus berputar.

UIN Fashion Fair berdakwah kepada para muslimah muda untuk

mengenakan busana muslimah dengan cara mengajak mereka untuk mengikuti

rangkaian acara yang telah disusun. Dalam setiap acaranya, mereka secara tidak

Page 66: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

55

langsung telah mensyi’arkan busana muslimah yang merupakan pakaian takwa

dan perintah Allah SWT. untuk dipakai oleh para muslimah.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh UIN Fashion Fair dalam menjadikan

busana muslimah sebagai media dakwah, di antaranya adalah dengan

menyelenggarakan seminar, pelatihan hijab and beauty class, ajang pencarian

bakat sebagai model busana muslimah (model hunt), dan pegelaran busana

muslimah (Islamic Fahion Show).

Talk show yang diselenggarakan oleh UIN Fashion Fair mengangkat tema

“Fashion, World and Religion” yang membahas mengenai hakikat fesyen di

dalam Islam dan dunia, mengenai apa itu syar’i, proses pemahaman serta

perkembangan fesyen di Indonesia dan dunia kepada pemuda-pemudi muslim.

Salah satu bintang tamunya, seorang desainer busana muslimah ternama,

Dian Pelangi mengatakan bahwa ia ingin merubah pandangan banyak negara yang

mengidentikkan busama muslimah dengan abaya dan warna gelap. Karena seperti

yang kita ketahui, mayoritas umat muslim di negara-negara Timur Tengah

mengenakan hijab model abaya dengan warna hitam. Dian ingin menghadirkan

warna-warni dan desain yang lebih universal melalui berbagai rancangannya.

“Saya ingin busana muslim bisa digunakan juga oleh wanita yang

tidak berkerudung. Namun busana tersebut bisa tetap menutup

seluruh bagian tubuh.”1

Dian tidak sekedar merancang busana muslim, tetapi juga memadukan

fesyen dengan sesuatu yang berbeda. Tak jarang, Dian mencoba menghadirkan

1 Dian Pelangi dalam Talk Show “Fashion, World and Religion”, Gedung NICT UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1 Juni 2012.

Page 67: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

56

nuansa tradisional Indonesia, seperti menggabungkan kain jumputan atau tenun

dalam busana muslimah rancangannya.

Dian juga meyakini dengan perkembangan fesyen muslim yang melesat

seperti saat ini, kelak pada tahun 2020 Indonesia bisa dijadikan sebagai kiblat

fesyen dunia, khususnya untuk fesyen muslim. Menurutnya, sejauh ini busana

muslim/muslimah di Indonesia sudah sangat terkenal. Bahkan beberapa negara

tetangga banyak yang datang untuk membeli berbagai busana muslim dari butik-

butik muslimah di Indonesia. Dunia fesyen internasional juga sudah mulai

mengakui perkembangan fesyen di Indonesia, khususnya fesyen muslim dengan

memberikan apresiasi kepada 13 orang desainer busana muslim Indonesia untuk

hadir dan turut serta dalam ajang International Fashion Fair di Perancis.

Selain talk show di atas, salah satu rangkaian acara yang menarik banyak

perhatian publik adalah acara beauty and hijab class. Karena dalam acara ini para

muslimah diberikan pelatihan tentang berbagai macam kreasi gaya berkerudung,

serta memperlihatkan sisi kreatifitas dari para muslimah dalam memadu-padankan

kerudung dengan busana yang dikenakan. Acara ini diselenggarakan dengan

tujuan agar menarik semakin banyak orang orang mengenakan hijab, terutama

para muslimah muda. Pada umumnya, untuk mengikuti acara ini para peserta

dikenakan biaya tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh tempat pelaksanaan acara

serta bingkisan yang yang akan diberikan kepada masing-masing peserta yang

hadir dalam acara tersebut.

“Kita tuh pengen perempuan ngerasa cantik gitu. Jadi waktu itu kan

kita penasaran tuh, ribet enggak sih pake kerudung gini gini gini,

gitu. Anak UIN kan kebanyakan kerudungnya cuma ya gitu aja,

kadang pake berego kayak enggak niat gitu lho. Seharusnya sebagai

Page 68: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

57

seorang perempuan muslim, apalagi kita bawa identitas UIN,

harusnya kan kita kalo diliat sama yang bukan orang UIN kan

mestinya rapi, bersih, menariklah pokoknya. Enggak usah pake baju

yang gimana-gimana, yang penting kamu menarik gitu.”2

Dengan mengusung tema “Festive Hijab and Beauty”, acara tutorial hijab

ini diharapkan dapat meluruskan kesalahan dalam cara pemakaian kerudung yang

masih sering terjadi. Yang banyak terlihat, para muslimah menggunakan

kerudung dengan cepolan (ikatan atau gelungan rambut) yang tinggi seperti punuk

unta. Padahal itu tidak dibenarkan oleh Rasulullah. Tidak apa menggelung

rambut, tapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga menjadi terlihat (bentuk gelungan

rambutnya) saat memakai kerudung.

Berikutnya adalah ajang pencarian model untuk busana muslimah (model

hunt). Kompetisi ini merupakan salah satu upaya UIN Fashion Fair dalam

menjadikan busana muslimah sebagai media dakwah. Karena pada umumnya

orang akan lebih tertarik kepada suatu busana apabila diperagakan oleh seorang

model. Dalam kompetisi ini, UIN Fashion Fair bekerjasama dengan salah satu

majalah remaja muslimah yang fokus terhadap perkembangan busana muslimah,

yakni Hijabella Magazine.

Acara pagelaran busana (fashion show) juga menarik banyak perhatian

publik. Karena dalam acara ini UIN Fashion Fair mengundang desainer-desainer

busana muslim/muslimah ternama seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, Lulu El-

Hasbu, Barli Asmara, dan lain sebagainya. Penyelenggaraan pagelaran busana ini

menawarkan busana Islami dengan penampilan modern dan tidak ketinggalan

2 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Page 69: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

58

zaman dalam berbagai suasana, baik berupa suasana kerja, sekolah, kampus, acara

pesta, atau pun acara yang tidak resmi seperti pakaian sehari-hari. Pagelaran

busana ini diselenggarakan dalam upaya untuk menimbulkan kesan dan pesan

bahwa busana muslimah adalah busana yang indah dan ramah, busana yang

anggun dan santun, busana yang trendi dan bergengsi, serta busana sepanjang

zaman.

Islamic Fashion Show: Breakthrough menjadi tempat sosialisasi para

desainer-desainer busana muslim Indonesia kepada para pemuda-pemudi

mengenai busana muslimah yang sesuai dengan sya’riat Islam. Seperti yang telah

diketahui, hijab merupakan simbol dari nilai-nilai dan tradisi agama Islam. Saat

ini banyak dijumpai muslimah yang memaknai dan merepresentasikan pemakaian

hijab lebih dari sebuah kewajiban nilai ke-Islaman dan mengarah pada

modernisasi terkait dengan munculnya fenomena muslimah yang berpenampilan

trendi.

Melalui kerudung dan busana yang dikenakannya tersimpan kesan dari

pemakainya, seperti kerapihan, kesopanan dan simbol ketaqwaannya sebagai

seorang muslimah. Hijab diperlihatkan sebagai bagian dari praktik dakwah yang

menunjukkan ketaatan terhadap nilai-nilai ke-Islaman namun dalam wujud yang

modern.

Dalam hal ini, Qonitah Al-Jundiah dan teman-temannya menjadi aktor

atau penggerak yang dengan sengaja bertindak untuk menyelenggarakan UIN

Fashion Fair. Mereka menyusun serangkaian acara dan mengundang banyak pihak

untuk berkolaborasi dengan mereka dengan tujuan untuk mensyi’arkan fesyen

Page 70: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

59

muslim kepada muslim/muslimah yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya

di dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Fashion Fair

melakukan dakwah melalui sarana busana muslimah, karena mereka ingin

menyebarluaskan bahwa busana muslimah bukanlah busana yang kuno dan

monoton, tetapi busana muslimah adalah busana yang bisa dikenakan dalam

kegiatan sehari-hari bila dipadu-padankan dengan benar. Banyak cara yang telah

mereka lakukan dalam melaksanakan dakwah bil hal ini, seperti talkshow, charity

(pengumpulan dana amal), hijab and beauty class, design & styling competition,

model hunt (ajang pencarian bakat sebagai model), fashion bazaar dan fashion

show (pagelaran busana).

Tingkah laku anggota anggota masyarakat pada umumnya diarahkan dan

diatur oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Nilai-nilai dan

norma-norma tersebut diterapkan oleh UIN Fashion Fair dalam kesehariannya.

Hijab sebagai sebuah simbol agama mengarahkan UIN Fashion Fair untuk

menjaga citra keislaman dari hijab itu sendiri. Hal tersebut disadari oleh Qonitah

Al-Jundiah, bahwa sebagai kelompok berhijab seharusnya mereka mengenakan

kerudung dan berbusana sesuai syari’at-syari’at Islam:

“Aku selalu sounding sih ke temen-temen, ‘eh kita kan diliat sama

temen-temen yang lain. Supaya temen-temen yang lain mau gabung,

makanya kita pake bajunya yang proper’. Jadi kita semua sepakat,

dan Alhamdulillah temen-temen pake bajunya tuh rapi, pake rok,

gamis, kalo pake jins ada mini skirt-nya lagi. Kita sadar sih, jadi

kita harus ikutin peraturannya. Kalo misalnya ada yang pake baju

ketat, ‘kok pake baju ketat sih? Jangan, jangan. Nanti kan diliat

orang’. Jadi kita saling ngingetin.”3

3 Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Page 71: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

60

Dari nilai kelompok yang ada, maka berdampak pada norma yang

diterapkan terhadap seluruh anggota kelompok. Berdasarkan penjelasan dari

seluruh narasumber, tidak terdapat tertulis di dalam kelompok namun ada

beberapa hal yang sangat ditekankan mengenai busana muslimah yang

dikenakannya, seperti pelarangan untuk menggunakan legging (celana ketat

panjang) sebagai pakaian luar.

Untuk menjaga agar norma kelompok tetap dipatuhi, maka antar anggota

saling mengingatkan bila ada yang mengenakan pakaian yang agak terbuka, ketat

atau menerawang. Oleh karena itu, diperlukan adanya kontrol sosial dari sesama

anggota:

“Kita kalau di UFF itu dibilangin kalau ‘kalian boleh fesyen, bla bla

bla, mau eksplor, tapi kalian tetep harus inget kalau pake jilbab itu

narus nutup dada’, gitu-gitu. Jadi kita tuh di UFF dibilangin. Kan

banyak yang pakai turban, model turban itu kan enggak nutup dada

tuh kak, kalo kita sama senior-senior tuh dibilangin enggak boleh

kayak gitu. Jadi kalau di UFF itu rata-rata paling kalau pake turban

buat foto doang, atau enggak akai turban tapi dadanya ditutupin

lagi pakai syal.”

Gambar 4.3 Gaya berhijab anggota UIN Fashion Fair

Sumber: Dokumentasi pribadi UIN Fashion Fair

Page 72: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

61

Tindakan yang dilakukan oleh Qonitah Al-Jundiah dan teman-temannya

telah menimbulkan perubahan yang cukup signifikan mengenai cara berhijab di

masyarakat, tidak terkecuali para anggotanya. Banyak dari mereka yang

sebelumnya hanya mengenakan busana muslimah “seadanya” dengan pola

berpakaian yang cenderung satu warna dari kepala hingga kaki (kerudung hingga

pakaian). Namun setelah bergabung dengan UIN Fashion Fair, mereka kini lebih

berani dalam mengeksplor warna dalam berbusana dan lebih percaya diri untuk

melakukan mix and match (padu-padan) pada busana yang mereka kenakan.

“Sebelum gabung... aku itu dulu berarti taun 2012 yah bareng mba

Tata. Sebelum gabung itu aku mungkin lebih ke yang belum terlalu

berani nge-mix and match baju, masih yang terlalu monoton gitu,

enggak berani mainin warna. Tapi setelah di UFF tuh aku baru

berani mengeksplor warna, baru berani nge-mix and match baju,

gitu...”4

Dengan diselenggarakannya UIN Fashion Fair, maka mereka telah ikut

berperan dalam meluruskan perihal fenomena jilboobs yang sekarang banyak

terjadi di masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa dalam mengenakan pakaian

takwa banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh si pemakai, seperti model

pakaiannya longgar yang tidak boleh membentuk lekuk tubuh, bahan pakaiannya

yang tebal dan tidak transparan, kerudung yang dijulurkan hingga menutupi

bagian dada, pakaian yang dikenakan tidak berlebihan, tidak menyerupai pakaian

laki-laki, dan pakaian tersebut tidak dipakai untuk dipamerkan kepada orang lain

ataupun untuk bermewah-mewahan.

4 Wawancara Pribadi dengan Rahmania Fauzia, Tangerang Selatan, 13 Juni 2014

Page 73: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

62

Kegiatan dakwah bil hal yang dilakukan dengan cara menyelenggarakan

UIN Fashion Fair dapat dikatakan berhasil. Karena telah membawa pengaruh

dalam hal perubahan pandangan dan pendapat mengenai hijab sehingga membuat

semakin banyak orang yang tertarik untuk mengenakan pakaian takwa tersebut.

Namun, yang harus tetap menjadi perhatian masyarakat adalah bagaimana

pakaian tersebut dikenakan. Meskipun mengusung fesyen muslim, tapi aturan-

aturan berpakaian dalam syari’at tetap tidak boleh dilupakan. Karena apabila hal

tersebut tidak diperhatikan, maka busana tersebut tidak lagi menjadi pakaian

takwa. Seperti masih memperlihatkan lekuk tubuh, bahan pakaiannya tidak tebal,

menggunakan wewangian yang menyengat, menyerupai pakaian laki-laki serta

digunakan untuk bermewah-mewahan.

A. Evaluasi Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana

Muslim

Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melihat pemandangan muslimah

berhijab bukan hal yang luar biasa, karena sudah ada peraturan yang mengikat

para muslimah untuk mengenakan kerudung dan busana yang menutup aurat di

lingkungan universitas. Karena berasal dari lingkungan yang sama, maka banyak

mahasiswi-mahasiswi lainnya yang juga memberikan dukungan kepada UIN

Fashion Fair. Begitu pula dengan jajaran pihak retorat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Karena niat baik yang ditunjukkan oleh Qonitah Al-Jundiah dan teman-

teman, maka pihak universitas memberikan dukungan penuh untuk

terselenggaranya kegiatan UIN Fashion Fair ini.

Page 74: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

63

Namun, tujuan UIN Fashion Fair untuk memasyarakatkan busana

muslim/muslimah belum sepenuhnya tercapai. Karena masih banyak muslimah

yang belum menerapkan cara berpakaian yang sesuai dengan syari’at-syari’at

Islam, meskipun ada sebagian muslimah yang sudah mulai menerapkannya dalam

keseharian. Banyak muslimah yang terlihat masih mengenakan baju dan celana

yang membentuk lekuk tubuh, termasuk para anggota UIN Fashion Fair itu

sendiri.

UIN Fashion Fair berhasil mengubah konstruksi dan pandangan mengenai

hijab yang berkembang di masyarakat. Kini sudah banyak muslimah yang mulai

menerapkan pemakaian hijab di dalam kegiatannya sehari-hari, walaupun hijab

yang mereka kenakan belum sepenuhnya sesuai dengan syari’at yang dianjurkan

dalam Islam. Namun, suatu perubahan memang memerlukan proses yang

bertahap. Pada tahap awal, para muslimah baru muai mengenakan pakaian yang

menutupi auratnya, walaupun belum secara utuh. Masih banyak terlihat muslimah

yang mengenakan kemeja panjang, namun kemeja tersebut dilipat hingga bagian

setengah lengan. Begitu pula dengan bawahan yang dikenakan. Banyak yang

masih memakai celana jins yang memperlihatkan bentuk lekuk tubuhnya,

terutama bagian pinggang ke bawah. Namun sudah banyak pula yang mulai

belajar untuk mengenakan bawahan rok panjang dalam kesehariannya dan

meninggalkan kebiasaannya memakai celana.

Bagi sebagian orang, yang diutamakan saat mengenakan suatu pakaian

adalah kenyamanan pakaian tersebut dan kemana tempat yang mereka tuju. Untuk

pakaian sehari-hari, banyak dari anggota UIN Fashion Fair yang masih

Page 75: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

64

mengenakan kemeja dan celana jins. Namun, untuk beberapa kesempatan tertentu

tidak menutup kemungkinan untuk mereka menggunakan rok panjang dalam

berkegiatan.

Fesyen muslim yang saat ini sudah berkembang semakin pesat telah

menarik perhatian masyarakat. Mulai dari kalangan masyarakat biasa, kalangan

sosialita, kalangan public figure, dan kini sudah merambah ke kalangan anak

muda. Dengan tren busana muslim/muslimah yang terus berkembang, maka akan

semakin banyak pula para muslimah yang memiliki niat untuk mengenakan

pakaian takwa tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri, banyak dari mereka

yang alasan awal untuk mengenakan hijab ini adalah hanya untuk sekedar “ikut-

ikutan teman”. Tetapi harus diingat bahwa busana muslim/muslimah bukan hanya

sekedar pakaian yang bisa “diuji coba”, melainkan harus dipakai secara terus-

menerus selama kita hidup dan menjadi jati diri seluruh wanita muslim karena hal

tersebut adalah kewajiban setiap muslimah yang diperintahkan oleh Allah SWT.

seperti yang telah difirmankan dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 59 dan surat

an-Nur ayat 31.

Page 76: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

65

BAB V

PENUTUP

ru

A. Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Upaya yang dilakukan oleh UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana

muslimah sebagai media dakwah adalah dengan menyelenggarakan beberapa

rangkaian acara, di antaranya adalah talk show dengan tema “Fashion, World

and Religion”, yakni seminar yang membahas mengenai fesyen muslim dan

perkembangannya di Indonesia dan dunia, kemudian acara Beauty and Hijab

Class, yaitu kegiatan pelatihan dalam kreasi berjilbab, ajang pencarian bakat

Model Hunt, yaitu pencarian model untuk busana muslimah serta acara

puncaknya adalah Islamic Fashion Show:Breakthrough, yakni pagelaran

busana muslim yang menampilkan karya desainer-desainer ternama.

2. Tujuan yang diharapkan dari acara UIN Fashion Fair ini belum sepenuhnya

tercapai, karena masih banyak muslimah yang belum menerapkan cara

berpakaian yang sesuai dengan syari’at Islam. Termasuk di dalamnya adalah

para anggota UIN Fashion Fair itu sendiri. Banyak dari mereka yang masih

mengenakan celana yang membentuk lekuk tubuh dan kerudung yang tidak

menutupi bagian dada.

Page 77: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

66

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya UIN

Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah sebagai media dakwah antara

lain:

1. Agar Qonitah Al-Jundiah dan teman-teman (tim UIN Fashion Fair) terus

mengembangkan upaya-upaya untuk mensyi’arkan kewajiban mengenakan

hijab di kalangan muslimah muda.

2. Agar UIN Fashion Fair tetap menerapkan kontrol sosial kepada

lingkungannya agar selalu menerapkan cara berpakaian yang sesuai

dengan syari’at Islam dan meminimalisir adanya fenomena jilboobs seperti

sekarang ini.

3. Agar para muslimah tetap mempertahankan jati dirinya sebagai muslimah

yang taat pada aturan-aturan Islam, terutama aturan-aturan mengenai cara

berpakaian yang harus diterapkan dalam kesehariannya.

Page 78: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

67

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Alatas, Alwi dan Desliyanti, Fifrida. Revolusi Jilbab. Jakarta: Al-I’tishom. 2002.

An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i.

Cetakan pertama. Jakarta: AMZAH. 2008.

Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Studi Sebuah Komunikasi. Cetakan

pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

AS, Enjang dan Aliyudin. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya

Padjadjaran. 2009.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-3.

Jakarta: Balai Pustaka. 2005.

Dewi, Oki Setiana. Hijab I’m In Love. Bandung: penerbit Mizan. 2013.

Dustur, A. Hasyimy. Dakwah menurut Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang. 1974.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. 2007

El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. Bidadari Dunia. Jakarta: QultumMedia. 2005.

Fadholi, Sitoresmi Syukri. Sosok Wanita Muslimah. Cetakan pertama.

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1992.

Hamidi. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Press. 2010.

Hasan, Abdillah Firmanzah. Lebih Anggun dengan Berhijab. Cetakan pertama.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2013.

Page 79: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

68

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Cetakan ke-3. Jakarta: Salemba Humanika. 2012.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.

Khalis, Ibnu. Segala Jenis Kesalahan Paling Sering dalam Berjilbab dan

Berbusana Muslimah. Yogyakarta: DIVA Press. 2011.

Labib, Muhsin. Fikih Lifestyle. Jakarta: Tinta Publisher. 2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2000.

Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana. 2006.

Muthahhari, Murtadha. Hijab: Gaya Hidup Wanita Islam (Terj. On the Islamic

Hijab). Cetakan keempat. Bandung: Penerbit Mizan. 1990.

Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis,

Disertasi). Jakarta: CeQDA. 2007.

Nazir, Mohammed. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.

Patrick, Li. Jilbab Bukan Jilboob. Cetakan pertama. Jakarta: Peerbit Kalil. 2014.

Salman, Ismah. Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan

Budaya. Volume 5. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: PT Indeks. 2012.

Shahab, Husein. 2013. Hijab Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah: Pandangan

Muthahhari dan Al-Maududi. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2013.

Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1986.

Shihab, M. Quraish. “Jilbab”: Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama

Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer. Tangerang: Lentera Hati. 2004.

Surtiretna, Nina. Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah. Bandung: Mizan.

1995.

Page 80: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

69

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1992.

Talk, Muslimah. Saleha is Me: Sebab Cantik Saja Tidak Cukup. Cetakan pertama.

Jakarta: QultumMedia.

TT, Ghazali BC. Kamus Istilah Komunikasi. Bandung: Djambatan. 1992.

Umar, Nasaruddin. Fikih Wanita untuk Semua. Cetakan pertama. Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta. 2010.

Skripsi :

Nursyahbani, Ayu Agustin. “Konstruksi dan Representasi Gaya Hidup Muslimah

Perkotaan: Studi Kasus Pada Hijabers Community di Jakarta.” Skripsi S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012.

Wawancara Pribadi :

Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah. Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Fatma Hidayani. Tangerang Selatan, 4 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Mira Fatma. Tangerang Selatan, 6 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Agnesh Sherfina. Tangerang Selatan, 9 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Samia P. Juwita. Tangerang Selatan, 13 Juni 2014.

Wawancara Pribadi dengan Rahmania Fauzia. Tangerang Selatan, 13 Juni 2014.

Page 81: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

LAMPIRAN

Page 82: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

MODEL DASAR BUSANA MUSLIMAH DAN KHIMAR (KERUDUNG)

YANG MEMENUHI SYARAT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Page 83: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga
Page 84: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

DOKUMENTASI DENGAN NARASUMBER

Qonitah Al-Jundiah Fatma Hidayani

Mira Fatma Agnesh Sherfina

Page 85: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

Samia P. Juwita Rahmania Fauzia

Page 86: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

DOKUMENTASI UIN FASHION FAIR

Hijab and Beauty Class

Page 87: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

Model Hunt

Page 88: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

Talk Show “Fashion, World and Religion”

Page 89: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

Islamic Styling Competition

Page 90: K UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslimrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26761/1/TASHA... · kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga

Pagelaran Busana “Islamic Fashion Show: Breakthorugh”