k o n s e n t r a s i p e r b a n k a n s y a r i a h...

106
ANALISIS ‘AQDU AL-IDZ’AN DALAM PERJANJIAN AKAD MUDHARABAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH DITINJAU DARI FIKIH MUAMALAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: FITRIA NIM: 106046101619 K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H/2010 M

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

ANALISIS ‘AQDU AL-IDZ’AN DALAM PERJANJIAN AKAD

MUDHARABAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH

DITINJAU DARI FIKIH MUAMALAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FITRIA NIM: 106046101619

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1431 H/2010 M

i

Page 2: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

ii

Page 3: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

iii

Page 4: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 27 Ramadhan 1431 6 September 2010

FITRIA

iv

Page 5: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

ABSTRAK Fitria. NIM 106046101619. Analisis Aqdu Al-Idz’an Dalam Perjanjian Akad Mudharabah Di Bank Negara Indonesia Syari’ah Ditinjau Dari Fikih Muamalat. Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi: ix+79 halaman+34 lampiran, 31 literatur (1945-2009) Dalam kaitannya di perbankan syari’ah untuk mengikat suatu perjanjian di perlukan adanya kontrak,sehingga keberadaan kontrak sangat dibutuhkan. Kontrak yang biasanya digunakan adalah kontrak standart atau kontrak baku dimana nasabah diharuskan untuk tunduk dan patuh terhadap semua ketentuan kontrak, bahkan pihak nasabah perbankan sering merasa terdzalimi karena mereka kurang memahami atau bahkan tidak mengetahui substansi akad, mereka terpaksa untuk menyetujui karena mereka membutukan dana untuk modal usaha dan konsumsi. Penelitian ini menganalisis Aqdu Al-Idz’an (Kontrak Standart) Bank Negara Indonesia Syari’ah ditinjau dari Fikih Muamalat. Tujuannya agar Bank, nasabah dan pihak terkait mendasarkan semua tindakan mereka sesuai dengan ketetuan Syari’ah berdasarkan teori fikih muamalat. Penelitian ini menggunakan pendekatan fikih muamalat dengan mencantumkan ayat-ayat al-qur’an maupun hadist nabi dan pendapat ulama dan pakar ekonom syari’ah terkait masalah kontrak standart. Disamping itu penelitian ini juga mencantumkan ayat alqur’an dan beberapa hadist nabi sebagai fondasi dalam pengambilan hokum Islam. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kontrak pembiayaan Mudharabah di Bank Negara Indonesia Syari’ah terdapat beberapa pasal yang mengandung idz’an, namun tidak menyebabkan kontrak ini batal, dan substansi akad pada dasarnya tidak bertentangan dengan kaidah fikih muamalat. Kata kunci : Kontrak Standart (Aqdu Al-Idz’an), Kontrak Mudharabah, Fikih

Muamalat Pembimbing I : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA NIP. 196011071985051001 Pembimbing II : A. Chaerul Hadi, MA NIP. 150411184

v

Page 6: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis tidak henti-henti hanturkan kepada Allah SWT, tiada

Tuhan selain Allah yang telah mempermudahkan penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini walaupun melalui proses yang tidak sebentar, Alhamdulilla, Salawat serta

salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat

dan para pengikutnya yang telah mengajarkan kepada kita arti sebuah keimanan,

kesabaran dan keikhlasan untuk berbuat dan beramal dengan hanya mengharapkan

redha-Nya, Semoga Skripsi ini, bernilai ibadah dihadapan Allah SWT, Amiiiiiin ya

Rabbal ‘Alamin.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu penulis untuk merampungkan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA dan A. Chaerul Hadi, MA. Selaku

dosen pembimbing atas segenap waktu, arahan, motivasi dan kesabarannya

dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.

vi

Page 7: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

4. Segenap Dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi penelitian.

6. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah atas pelayanan dan bantuannya dalam mengumpulkan

berbagai literatur yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Pihak Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Jakarta Selatan, Perpustakaan

Iman Jama’. Yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan

informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ayah dan Ibu serta semua anggota keluarga yang telah mendoakan dan memberi

motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik, Jasa Ayah dan Ibu serta semua anggota keluarga akan selalu penulis kenang

hingga di ujung usia.

9. Bapak Agustianto Mingka sekeluarga yang sudah banyak membantu penulis baik

waktu, tenaga, dan pikiran, akan dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran pahala

yang berlipat ganda.

10. Bapak Gustian Djuanda, Bapak Hasanuddin AF, Bapak Nuzul Wibawa dan Ibu

Erika Amelia yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii

Page 8: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

11. Kepada semua adik kelas penulis di Pesantren Darus-Sunnah yang telah banyak

meluangkan waktuny untuk menemani penulis dan memberi motivasi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2006, khususnya

keluarga besar PS D yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah

menemani penulis selama menimba ilmu di Fakultas tercinta ini, dan memotivasi

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan

motivasi yang telah diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

Semoga Skripsi ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta: 6 September 2010 M

15 Syawal 1431 H

Fitria

viii

Page 9: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i

lembar Persetujuan Pembimbing ............................................................................. ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ........................................................................... iii

Lembar Pernyataan................................................................................................... iv

Abstrak ..................................................................................................................... v

Kata Pengantar ......................................................................................................... vi

Daftar Isi .................................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6

D. Review studi terdahulu .................................................................... 8

E. Metode Penelitian ............................................................................ 13

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 16

A. Prinsip dan ketentuan kontrak dalam Islam..................................... 16

B. Mudharabah dalam Perbankan Syari’ah........................................... 32

C. ‘Aqdu Al-Idz’an dan ketentuannya ................................................... 42

BAB III PROFIL PT BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH Tbk ............. 49

A. Sejarah PT BNI Syari’ah Tbk ................................................................... 49

B. Visi dan Misi PT BNI Syari’ah Tbk.......................................................... 52

C. Produk Pembiayaan PT BNI Syari’ah Tbk ............................................... 53

BAB IV HASIL ANALISIS .................................................................................. 64

A. Design Kontrak Mudharabah .................................................................... 64

B. Isi Kontrak Mudharabah............................................................................ 66

C. Analisis Design Kontrak Mudharabah ...................................................... 72

ix

Page 10: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

x

D. Analisis Isi Kontrak Mudharabah.............................................................. 73

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75

A. Kesimpulan .............................................................................................. 75

B. Saran.......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................... 81

Page 11: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri perbankan memiliki peranan yang strategis untuk menunjang

pembangunan nasional serta perekonomian nasional. Pelaksanaan visi dan misi

perbankan nasional sebagai sarana untuk pelaksanaan pembangunan nasional

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang

dimaksudkan dalam Pancasila dan UUD 1945 (Agent of Development) sangat

berkaitan erat dengan jaminan kepastian perlindungan hukum nasabah bank dalam

sistem perbankan nasional.1

Bank adalah suatu lembaga kepercayaan yang merupakan lembaga perantara

bidang keuangan (financial intermediary), yang memberikan jasa kepada mereka

yang membutuhkannya, baik penyimpan maupun kepada peminjam uang. Dengan

demikian dalam bisnis perbankan terdapat 3 pihak yang terkait, yaitu bank sebagai

pemberi jasa perantara, nasabah penyimpan uang dan kreditur bank dan nasabah

peminjam uang (debitur). Selain itu terdapat juga orang-orang yang menggunakan

jasa bank secara insidental, seperti pengirim uang atau pemakai jasa melalui lalu

lintas giro, dan lain-lain.

1 Djuhaendah Hasan, Masalah Hukum Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang

Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2004), h.2

1

Page 12: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

2

Dalam Perbankan ditemukan adanya suatu perjanjian yaitu suatu peristiwa di

mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan sesuatu hal dari peristiwa itu, timbullah suatu hubungan antara

dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu

perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa

suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis.2

Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa

perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di

sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga di namakan persetujuan,

karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua

perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak

(akad), lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang

tertulis.

Dalam dunia usaha, akad usaha itu menduduki posisi yang amat penting,

karena perjanjian itulah yang membatasi hubungan antara dua pihak yang terlibat

dalam pengelolaan usaha, dan akan mengikat hubungan itu di masa sekarang dan

dimasa yang akan datang, dan karena dasar hubungan itu adalah pelaksanaan apa

yang menjadi orientasi kedua orang yang melakukan perjanjian, dijelaskan dalam

perjanjian oleh keduanya, kecuali bila menghalalkan yang haram atau mengharamkan

2 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermas, 2005), h.1.

Page 13: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

3

yang halal, atau mengandung unsur pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah3

sebagaimana yang termaktub dalam kitab hadist Abu Daud ra4:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الصلح جائز بين المسلمين زاد أحمد إلا صلحا وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أحل حراما أو حرم حلالا وزاد سليمان بن داود

المسلمون على شروطهم Artinya: Bersabda Rasulullah SAW berdamai itu dibolehkan antara sesama

muslim, (lalu Ahmad menambahkan) kecuali berdamai dengan cara menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal (lalu Sulaiman bin Daud) menambahkan telah bersabda Rasulullah SAW orang Muslim itu berdasarkan perjanjian yang mereka buat.

Kontrak (akad) yang berlaku dalam perbankan syariah merupakan wujud

nyata yang seharusnya dapat melahirkan prinsip-prinsip syari’ah. Dimana secara

teoritis kontrak yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang dituangkan dalam klausa

akad bersifat transparan sehingga nasabah dan bank sama-sama diuntungkan

(simbiosis mutualisme), karena dalam syariah kontrak di buat atas kemauan dan

kesadaran kedua pihak jadi kemungkinan terjadinya pihak yang dirugikan sangat

kecil.

Dalam melakukan sebuah bisnis biasanya kontrak dibuat untuk menghindari

hal-hal yang merugikan salah satu atau kedua belah pihak yang melakukan bisnis. Di

era transaksi keuangan modern yang semakin kompleks, dibutuhkan design kontrak

atau akad dalam bentuk kombinasi beberapa akad yang disebut dengan multiakad

(hibryd contract), atau biasa disebut al-ukud al-murakkabah hal ini karena dimana

3 Shalah ash-Shawi dan Abdullah al-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Penerjemah

Abu Umar Basyir, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h.25 4 Ibnu Al-Ash Abu Daud Ashsijistani al Azhdi, Sunan Abi Daud, Tahqiq: Shiddiq

Muhammad Jamil (Beirut: Dar’ Al-Fikr, 2003 M, 1424 H), Juz 9, H. 491

Page 14: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

4

bentuk dan nama kontrak yang dibuat oleh kedua pihak dalam syariah tidak ada

bentuk bakunya akan tetapi kontrak yang dibuat harus mengikuti prinsip-prinsip

kontrak dalam Islam5.

Prinsip dasar kontrak dalam Islam meliputi hak pihak kreditur dan debitur,

dimana keadilan dapat ditegakkan, tidak ada yang terzhalimi, tidak ada paksaan,

dilakukan dengan sukarela (voluntary) serta terpenuhinya syarat dan rukun kontrak.

Menurut Mayoritas ulama, rukun akad terdiri atas: Shighat (pernyataan ijab

dan qabul), ‘Aqidain (Dua pihak yang melakukan akad), dan Ma’qud ‘alaih (obyek

akad). Menurut Mazhab Hanafi, rukun akad hanya terdiri atas Ijab dan Kabul

(shighat). Sedangkan hal lain yang oleh jumhur dipandang sebagai rukun, bagi

Mazhab Hanafi hanya dipandang sebagai lawazim al-‘aqd (hal-hal yang mesti ada

dalam setiap pembentukan akad) dan terkadang disebut juga dengan muqawwimat al-

‘aqad (pilar-pilar akad). Selain itu, ulama Mazhab Hanafi menambahkan satu hal lagi

pada lawazim al-‘aqad, yaitu maudhu’ al-‘aqad (tujuan akad)6.

Para ulama fikih menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan

syaratnya mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak yang melakukan

akad. Di samping itu dalam hukum Islam yang melandasi untuk terjadinya kontrak

yang sah adalah terpenuhinya akad, tidak ada pihak yang dirugikan, dan objek

kontrak yang dilakukan adalah halal dan sah menurut Syari’at Islam.

5 Wawancara pribadi dengan Agustianto Mingka di klinik Bank Muamalat Indonesia. Jakarta

14 Mei 2010. 6 Azharuddin Latif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis, Pendekatan Hukum Positif dan

Hukum Islam, cet.1, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.67

Page 15: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

5

Kontrak standart atau perjanjian baku adalah kontrak-kontrak yang telah

dibuat secara baku (form standart), atau dicetak dalam jumlah yang banyak dengan

blanko untuk beberapa bagian yang menjadi objek transaksi, jenis dan jumlah barang

yang ditransaksikannya dan sebagainya. Sehingga dengan kontrak standart ini,

lembaga pembiayaan yang mengeluarkannya tidak membuka kesempatan kepada

pihak lain untuk melakukan negosiasi mengenai apa yang akan disepakati untuk

dituangkan dalam kontrak.

Dalam praktek kontrak di bank, biasanya kontrak yang akan di sepakati sudah

terkonsep dan bentuknya baku di mana pihak nasabah tinggal menerima dan menanda

tangani kontrak yang ada sehingga di sana tidak ada tawar menawar tentang syarat

akad, rusaknya akad, batalnya akad, denda akad dan akibat akad7.

Dalam perkembangannya para cendekiawan muslim yang tergabung dalam

Majelis Ulama Fikih Islam Masa kini di Doha Qatar dalam seminar keempat belas

yang diadakan di Doha Qatar pada 8 - 13 dzulqo’dah 1423 H, bertepatan dengan 11-

16 Januari, tahun 2003 meneliti persoalan tentang kontrak standart atau yang mereka

istilahkan dengan aqdu al-idz’an, lalu mereka mendefinisikannya dengan “Sebuah

kontrak di mana bentuk yang akan di sepakati sudah terkonsep dan baku, pihak

nasabah diminta untuk menyetujui draft yang telah di buat oleh bank8”.

7 Wawancara pribadi dengan Hasanuddin , di IIQ (institute ilmu Al-Qur’an) Jakarta 8 Hasan Al Jawahiri,“Aqdu al-Idz’an”,artikel di akses pada 13 Maret 2010 dari

http://www.islamicfeqh.com/magazines/Feqh34a/arabi307.htm

Page 16: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

6

Aqdu al-idz’an ini dinamakan oleh ulama fikih sehingga di kategorikan

kepada al-‘uqud ghair al-musammah, yaitu akad-akad yang penamaannya dilakukan

oleh masyarakat sesuai dengan keperluan mereka di sepanjang zaman dan tempat.

Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dalam hal kontrak standart

ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan pemilihan judul

“ANALISIS ‘AQDU AL-IDZ’AN DALAM PERJANJIAN KONTRAK

MUDHARABAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH DITINJAU

DARI FIKIH MUAMALAT”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang ada, maka penulis membatasi penelitian ini

pada Kajian Aqdu Al-Idz’an dalam kontrak mudharabah menurut fikih muamalat.

Untuk mempermudah pembahasan maka penulis membuat perumusan

masalah, yakni:

1. Bagaimanakah konsep ‘aqdu al-idz’an dalam perspektif fikih muamalat?

2. Bagaimanakah implementasi ‘aqdu al-idz’an pada kontrak mudharabah di

perbankan syari’ah?

3. Apakah ‘aqdu al-idz’an tersebut sudah sesuai dengan fikih muamalat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 17: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

7

a. Untuk mengetahui konsep ‘aqdu al-idz’an dalam perspektif fikih

muamalat

b. Untuk mengetahui implementasi ‘aqdu al-idz’an pada kontrak mudharabah

di perbankan syari’ah?

c. Untuk mengetahui apakah ‘aqdu al-idz’an tersebut sudah sesuai dengan

fikih muamalat atau tidak?

2. Manfaat Penelitian:

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep ‘aqdu al-

‘idz’an pada pembiayaan Mudharabah di BNI Syari’ah dan mengetahui

pandangan hukum Islam terhadap akad pembiayaan Mudharabah di BNI

Syari’ah.

b. Bagi kalangan akademisi

Khususnya mahasiswa konsentrasi perbankan syariah, skripsi ini

diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam peningkatan dan

pengembangan pengetahuan mengenai ‘aqdu al-‘idz’an pada akad

pembiayaan mudharabah di BNI Syari’ah.

c. Bagi pihak bank syari’ah

Diharapkan dapat menerapkan prinsip ekonomi syariah secara kaffah.

Page 18: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

8

d. Bagi masyarakat umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

menambah wawasan masyarakat mengenai ‘aqdu al-‘idz’an pada kontrak

mudharabah.

D. Review Studi Terdahulu

Dari beberapa literatur yang ada di perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang penulis kutip untuk dijadikan sebagai acuan

mengenai judul skripsi penulis, yaitu,

1. Tesis, Penelitian yang dilakukan oleh Indira Estiyanti Nurjadin

Mahasiswi Universitas Indonesia, Program Magister Kenotariatan, Tahun

2006. “Perjanjian-perjanjian Yang Melandasi Kontrak Investasi

Kolektif Efek Beragun Asset”. Tesis ini membahas mengenai

Perjanjian-perjanjian yang melandasi kontrak Investasi Kolektif EBA,

Metode Penelitian yang digunakan tidak disebutkan dalam penelitian.

Hasil penelitian dari Tesis ini adalah:

1. Perjanjian-perjanjian yang melandasi kontrak Investasi Kolektif EBA

adalah sebagai berikut:

a. Perjanjian pemberian fasilitas pinjaman atau perjanjian hutang

piutang antara kreditur awal dengan debitur.

b. Perjanjian pemberian Jaminan

Page 19: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

9

2. Aset keuangan yang telah dijual kepada kontrak Investasi kolektif

EBA akan menjadi miliknya kontrak investasi kolektif EBA. Namun

demikian, asset keuangan tetap didaftarkan atas nama bank custodian,

bukan atas nama kontrak investasi kolektif EBA. Dengan demikian

pemegang legal title dari asset keuangan adalah bank custodian, namun

segala manfaat ekonomis dari asset keuangan adalah untuk

kepentingan investor EBA.

3. Kontrak investasi kolektif EBA sudah melindungi investor pemegang

EBA sehubungan dengan resiko-resiko di bawah ini:

a. Resiko pailitnya kreditur Awal dapat diminimalkan dengan

perjanjian untuk memperoleh underlying asset yang mendasari

kontrak investasi kolektif EBA yang harus berupa perjanjian jual

putus atas asset keuangan kreditur awal.

b. Resiko gagal bayar dari pihak Debitur dapat dikurangi dengan

adanya barang jaminan dan Sarana Peningkatan Kredit.

c. Resiko pailitnya manajer investasi dan bank kustodian serta

penyelewengan oleh manajer investasi dan bank custodian yang

menjalankan dan mewakili kontrak investasi kolektif EBA, dapat

diminimalkan dengan pengawasan dari badan pengawas pasar

modal dan bursa efek.

Page 20: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

10

Perbedaan Penelitian Penulis dengan penelitian ini adalah:

1. Fokus penelitian Penulis adalah kesesuaian draft kontrak dengan

standart kontrak yang berlaku, dan Fokus penelitian pada tesis ini

adalah pada Kontrak Investasi Kolektif EBA (Efek Beragun Asset).

2. Metode Penelitian penulis adalah Metode Kualitatif yang

menghasilkan data Deskriptif Analisis. Sedangkan Metode

penelitian yang digunakan dalam tesis ini tidak disebutkan dalam

penulisan.

2. Skripsi, Penelitian yang dilakukan oleh Diah Pitaloka Mahasiswi Jurusan

Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tahun 2005 yang berjudul “Tinjauan Kontrak Bagi Hasil

Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam”. Skripsi ini membahas

tentang kesesuaian kontrak mudharabah dilihat dari segi hukum positif

dan hukum Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

library research dan deskriptif analitis. Kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah:

a. Kontrak bagi hasil, baik ditinjau dari hukum positif maupun Islam

pada umumnya berisi hal-hal yang mengatur tentang ketentuan hak

dan kewajiban kedua belah pihak yang berkontrak.

Page 21: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

11

b. Bagi hasil menurut hukum positif hanya mengenal perhitungan aman

dan untung dalam setiap transaksi yang dilakukan sedangkan dalam

Islam mengandung unsur keadilan kedua belah pihak.

Perbedaan Penelitian penulis dengan penelitian ini adalah :

1. Fokus penelitian penulis adalah kesesuaian antara draft kontrak

mudharabah di BNI Syari’ah dengan standart kontrak menurut fikih

muamalat, dan Fokus Penelitian pada skripsi ini adalah Kontrak Bagi

Hasil ditinjau dari hukum positif maupun Islam.

2. Metode penelitian penulis adalah Metode Penelitian Kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif dan tertulis, sedangkan metode penelitian

yang digunakan pada skripsi ini adalah metode library research dan

deskriptif analitis.

3. Tesis, Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki Wijiastuti, Mahasiswa

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, “Azas kebebasan Berkontrak

dalam kontrak karya PT Newmont Minahasa Raya dengan

pemerintah Republik Indonesia” tahun 2006.

Tesis ini membahas mengenai Azas kebebasan berkontrak berkaitan

dengan kebebasan para pihak yang terlibat dalam suatu kontrak untuk

mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian, kebebasan untuk

menentukan dengan siapa mengadakan perjanjian, kebebasan untuk

menentukan isi perjanjian dan kebebasan dalam menentukan bentuk

Page 22: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

12

perjanjian. Adanya keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam

kontrak karya dilihat dari perbuatan para pihak, isi kontrak dan

pelaksanaan kontrak yang telah disepakati. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode yuridis normatif.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:

1. Azas kebebasan berkontrak berkaitan dengan kebebasan para pihak

yang terlibat dalam suatu kontrak untuk mengadakan atau tidak

mengadakan perjanjian, kebebasan untuk menentukan dengan siapa

mengadakan perjanjian, kebebasan untuk menentukan isi perjanjian

dan kebebasan dalam menentukan bentuk perjanjian.

2. Adanya keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak

karya dilihat dari perbuatan para pihak, isi kontrak dan pelaksanaan

kontrak yang telah disepakati.

3. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan melalui Putusan No.

94/PDT.G/2005/PN. Jakarta Selatan dalam perkara antara Negara

Republik Indonesia c.q. Menteri Negara Lingkungan Hidup

(penggugat) melawan PT Newmont Minahasa Raya (Tergugat I) dan

Richard Bruce Ness (tergugat II) berpendapat bahwa kontrak karya

adalah perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan PT

Newmont Minahasa Raya yang tidak dipermasalahkan keabsahannya.

Perbedaan Penelitian Penulis dengan penelitian ini adalah:

Page 23: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

13

1. Fokus penelitian Penulis adalah pada kesesuaian antara draft kontrak

perjanjian di BNI Syari’ah dengan prosedur dalam standart kontrak

yang berlaku. Sedangkan fokus penelitian pada tesis ini adalah Azas

kebebasan berkontrak berkaitan dengan kebebasan para pihak yang

terlibat dalam suatu kontrak untuk mengadakan atau tidak mengadakan

perjanjian, kebebasan untuk menentukan dengan siapa mengadakan

perjanjian, kebebasan untuk menentukan isi perjanjian dan kebebasan

dalam menentukan bentuk perjanjian.

2. Metode Penelitian penulis adalah Metode Penelitian Kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif dan tertulis, sedangkan metode penelitian

yang digunakan pada skripsi ini adalah metode yuridis normatif.

E. Metode dan teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif yang menghasilkan

data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari pakar-pakar ekonomi Islam dan juga

dari lembaga yang terlibat dalam objek penelitian. Jenis pelaporan yang digunakan

adalah metode deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan permasalahan

dengan didasari pada data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut untuk kemudian

diambil suatu kesimpulan. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari, dan

menela’ah teori-teori yang didapat secara seksama, selanjutnya dari proses analisa

Page 24: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

14

tersebut penulis mengambil kesimpulan dari masalah yang bersifat umum kepada

masalah yang bersifat khusus.

2. Teknik pengumpulan data

a. Penelitian Kepustakaan (Library research), penulis mengadakan penelitian

terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Literatur

itu berupa buku, majalah, surat kabar, artikel, internet, dan lain sebagainya. Langkah

dalam melaksanakan study pustaka ini adalah dengan cara membaca, mengutip serta

menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data

penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research), untuk mendapatkan data-data dan

informasi, penulis langsung terjun ke objek penelitian, yaitu lembaga yang diteliti

dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Interview, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DSN, Pakar dan

Lembaga yang menangani Draft Kontrak dalam Perbankan Syari’ah.

2. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang didapat

dari lembaga yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

3. Teknik Penulisan.

Dalam Penyusunannya secara teknis penulisan, semua berpedoman pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam pedoman penulisan skripsi

yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2007.

Page 25: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun

sistematika penulisan menjadi beberapa bab:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, kerangka teori,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini terdiri dari 3 bahasan, bahasan pertama, prinsip dan ketentuan kontrak dalam

Islam. kedua, Mudharabah dalam perbankan syari’ah. ketiga, ‘Aqdu Al-idz’an dan

ketentuannya.

Bab III: Profil PT Bank Negara Indonesia Syari’ah Tbk

Bab ini membahas mengenai sejarah Bank Negara Indonesia Syari’ah, Tujuan

Pendirian , Visi dan Misi, Produk-produk Bank Negara Indonesia Syari’ah.

Bab IV: Hasil Analisis

Bab ini membahas mengenai Design Kontrak Mudharabah di BNI Syari’ah, Isi

Kontrak Mudharabah BNI Syari’ah, Analisis Design Kontrak Mudharabah, Analisis

Isi Kontrak Mudharabah BNI Syari’ah.

Bab V: Penutup

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran.

Page 26: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prinsip dan ketentuan kontrak dalam Islam.

1. Pengertian kontrak

Dalam kajian hukum Islam yang berkaitan dalam hal muamalah, masalah

akad (‘aqad) atau perjanjian menempati posisi sentral, karena akad merupakan cara

paling penting yang digunakan untuk memperoleh suatu maksud, terutama yang

berkenaan dengan harta atau manfaat sesuatu secara sah.

Lafal akad berasal dari lafal Arab (العقد) yang secara etimologi berarti

perikatan, perjanjian, dan permufakatan. Dalam fiqh didefinisikan dengan irtibathu

ijabin bi qabulin ‘ala wajhin masyruin’ yatsbutu atsaruhu fi mahallihi, yakni

pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan

ikatan) sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada obyek perikatan.9

Secara terminologi, akad memiliki arti umum (al-ma’na al-am) dan khusus

(al-ma’na al-khas). Adapun arti umum dari akad adalah “Segala sesuatu yang

dikehendaki seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri,

seperti kehendak untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak, dan sumpah, maupun

yang membutuhkan pada kehendak dua pihak dalam melakukannya seperti jual beli,

9 Bank Indonesia Direktorat Perbankan Syari’ah, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan

Syari’ah, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syari’ah, 2006), h.4

16

Page 27: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

17

sewa menyewa, perwakilan, dan gadai/jaminan10” Sedangkan arti khusus (al-ma’na

al-khas) akad adalah:

التراضيت بلى وجه مشروع يثارتبط ايجاب بقبول ع Artinya: Pertalian atau keterikatan antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendak

syari’ah (Allah dan Rasulnya) yang menimbulkan persetujuan kedua belah pihak11.

Ijab dan qabul dimaksudkan untuk menunjukkan adanya keinginan dan

kerelaan timbal balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi akad. Oleh karena

itu, ijab dan qabul menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak secara

timbal balik. Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang

diinginkan, sedangkan qabul adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya12.

Mustafa Ahmad Az-Zarqa’ seorang pakar fiqih Yordania asal Siria,

menyatakan bahwa tindakan hukum yang dilakukan oleh manusia terdiri atas dua

bentuk, yaitu:

a. Tindakan berupa perbuatan

b. Tindakan berupa perkataan, dibagi lagi pada perkataan yang bersifat

kontrak dan tidak bersifat kontrak13

2. Rukun dan Syarat kontrak (‘Aqad)

Suatu akad harus memenuhi beberapa rukun dan syarat akad. Rukun akad

adalah unsur yang harus ada dan merupakan esensi dalam setiap akad. Jika salah satu

rukun tidak ada menurut hukum Islam akad dipandang tidak pernah ada. Sedangkan

10 Azharuddin Lathif, Fiqh Mumalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.60 11 TM.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,

1999), h.26 12 Azharuddin Lathif, Fiqh Mumalat, h.60 13 Nasroen Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), cet, ke-1, h.97.

Page 28: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

18

syarat adalah suatu sifat yang mesti ada pada setiap rukun, tetapi bukan merupakan

esensi14.

a) Rukun Akad

Menurut Mazhab Hanafi, rukun akad hanya terdiri atas ijab dan qabul

(shigat). Sedangkan hal lain yang oleh jumhur dipandang sebagai rukun, bagi mazhab

Hanafi hanya dipandang sebagai pilar-pilar akad (lawazim al-‘aqd). Selain itu, ulama

Mazhab Hanafi menambahkan satu hal lagi pada lawazim al-‘aqad, yaitu tujuan akad

(maudhu’ al-‘aqad). Sedangkan menurut Jumhur Ulama Fiqh rukun aqad terdiri dari

tiga, yaitu:

1) Pernyataan untuk mengikatkan diri (shigatul Aqdi)

Shigatul aqdi merupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui

pernyataan ini dapat diketahui maksud dari masing-masing pihak yang mengadakan

akad. Shigatul ‘aqdi diwujudkan dalam bentuk ijab dan kabul. Adapun yang

melakukan ijab adalah pihak yang berkuasa dalam transaksi dan yang melakukan

kabul adalah pihak yang membayar harga.

Shigatul aqdi ini memerlukan tiga syarat, yaitu

a) Harus terang pengertiannya, artinya harus ada kejelasan maksud dari kedua belah

pihak yang mengadakan kontrak, dan tidak ada hal yang dapat menimbulkan

kerugian bagi salah satu pihak. Shigatul ‘aqdi harus diungkapkan secara jelas dan

menunjukkan kehendak kedua pihak yang berakad. Isi lafadz haruslah

menunjukkan kepada jenis kontrak yang dikehendaki oleh kedua belah pihak.

14 Ibid., h.64

Page 29: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

19

b) Harus ada kesesuaian antara ijab dan kabul, artinya kabul itu harus sesuai dengan

ijab. Kabul harus mengikuti ketentuan ijab, sama pada setiap barang atau perkara

yang diakadkan dan sama pada kadar pertukaran dalam perkara kontrak

pertukaran dengan ijab.

c) Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Ijab dan

kabul harus diucapkan dengan sungguh-sungguh tanpa ada keragu-raguan.

2) Pihak-pihak yang mengadakan ‘aqad (Al-Muta’aqidain)

Al-muta’aqidain adalah pihak-pihak yang mengadakan kontrak. Al-

Muta’aqidain ini bisa terdiri dari satu orang atau lebih dan telah dianggap cakap

untuk melakukan tindakan hukum. Dalam Mazhab Maliki dan Hanafi, orang yang

mengadakan akad harus seorang yang berakal, yaitu mumayyiz yang telah sempurna

umurnya tujuh tahun.

Dalam rukun akad orang yang melakukan ‘aqad disyaratkan harus telah akil

baliq, artinya ia memiliki kecakapan untuk melakukan akad, tidak dungu, idiot, atau

gila.

3) Objek akad (Al-Ma’qud’Alaih)

Al-Ma’qud ‘alaih adalah benda yang menjadi obyek akad. Dalam rukun ini,

barang yang dijanjikan wujudnya dapat berupa komoditi, dapat pula berupa manfaat

atau jasa.

Ada 5 syarat yang akan dijadikan ma’qud ‘alaih, yaitu:

a) Barang yang dijanjikan harus sudah ada ketika dilakukan akad

b) Barang yang akan dijadikan haruslah dibenarkan oleh syari’at hukum.

Page 30: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

20

Barang tersebut dapat diserahkan ketika dilaksanakan akad.

c) Barang yang akan dijanjikan harus jelas dan diketahui oleh pihak-pihak yang

mengadakan akad agar tidak terjadi silang sengketa di kemudian hari.

d) Para ulama (kecuali Mazhab Hanafi) menetapkan bahwa barang yang dijanjikan

harus barang yang suci, bukan barang yang najis atau terkena najis.

3. Azas- azas perjanjian dalam Islam

Azas-azas perjanjian dalam Islam adalah:

1.) Kebebasan (Al-Hurriyah)

Azas ini merupakan prinsip dasar dalam hukum perjanjian Islam, dalam

artian para pihak bebas membuat suatu perjanjian atau akad (freedom of making

contract). Bebas dalam menentukan obyek perjanjian dan bebas menentukan

dengan siapa ia akan membuat perjanjian, serta bebas menentukan bagaimana

cara menentukan penyelesaian sengketa jika terjadi dikemudian hari.

Azas kebebasan berkontrak di dalam hukum Islam dibatasi oleh ketentuan

syari’ah Islam. Dalam membuat perjanjian ini tidak boleh ada unsur paksaan,

kekhilafan, dan penipuan.

Dasar hukum mengenai asas ini tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah

ayat 256, sebagai berikut:

ال إآراه في الدين قد تبين الرشد من الغي فمن يكفر بالطغوت ويؤمن باهللا فقد )256: البقرة ( استمسك بالعروة الوثقى ال انفصام لها واهللا سميع عليم

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak

Page 31: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

21

akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah: 256)

2.) Persamaan dan Kesetaraan (Al-Musawah)

Asas ini mengandung pengertian bahwa para pihak mempunyai kedudukan

(bargaining position) yang sama, sehingga dalam menentukan term and

condition dari suatu akad atau perjanjian setiap pihak mempunyai kesetaraan atau

kedudukan yang seimbang.

Dasar hukum mengenai asas persamaan ini tertuang di dalam ketentuan Al-

Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13:

يأيها الناس إنا خلقنكم من ذآر وأنثى وجعلناآم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن )13: الحجرات ( أآرامكم عند اهللا أتقكم إن اهللا عليم خبير

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Al-Hujurat: 13)

3.) Keadilan (Al-‘Adalah)

Pelaksanaan azas ini dalam suatu perjanjian atau akad menuntut para pihak

untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan,

memenuhi semua kewajibannya. Perjanjian harus senantiasa mendatangkan

keuntungan yang adil dan seimbang. Serta tidak boleh mendatangkan kerugian

bagi salah satu pihak.

4.) Kerelaan (Al-Ridha)

Page 32: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

22

Azas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar

kerelaan antara masing-masing pihak, harus didasarkan pada kesepakatan bebas

dari para pihak dan tidak boleh ada unsur paksaan, tekanan, penipuan, dan mis

statement.

Dasar hukum adanya asas kerelaan dalam pembuatan perjanjian dapat dibaca

dalam Al-Qur’an Surat an-Nisa ayat 29:

يأيها الذين ءامنوا ال تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجرة عن تراض ) 29: النساء( منكم وال تقتلوا أنفسكم إن اهللا آان بكم رحيما

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ( An-Nisa’ :29)

Kata suka sama suka menunjukkan bahwa dalam hal membuat perjanjian,

khususnya di lapangan perniagaan harus senantiasa didasarkan pada asas

kerelaan atau kesepakatan para pihak secara bebas15.

5.) Kebenaran dan Kejujuran (Ash-Shidq)

Bahwa di dalam Islam setiap orang dilarang melakukan kebohongan dan

penipuan, karena dengan adanya penipuan atau kebohongan sangat berpengaruh

dalam keabsahan perjanjian atau akad. Perjanjian yang didalamnya mengandung

unsur kebohongan atau penipuan, memberikan hak kepada pihak lain untuk

menghentikan proses pelaksanaan perjanjian tersebut.

15 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2007), cet 1, h.56

Page 33: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

23

Dasar hukum mengenai Ash-Shidiq, dapat kita baca dalam Al-Qur’an Surat

Al-Ahzab ayat 70:

)70: األحزب(يأيها الذين ءامنوا تقوا اهللا وقولوا قوال سديداArtinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

dan Katakanlah perkataan yang benar (Al-Ahzab: 70)

6.) Tertulis (Al-Kitabah)

Bahwa setiap perjanjian hendaknya dibuat secara tertulis, lebih berkaitan

demi kepentingan pembuktian jika dikemudian hari terjadi sengketa.

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282-283:

يأيها لذين ءامنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى فاآتبوه وليكتب بينكم آاتب وليملل الذي عليه الحق بالعدل وال يأب آاتب أن يكتب آما علمه اهللا فليكتب

وليتق اهللا ربه وال يبخس منه شيأ، فإن آان الذى عليه الحق سفيها أو ضعيفا أو ال يستطيع أن يمل هو فليملل وليه بالعدل وستشهدوا شهيدين من رجالكم فإن لم

...يكونا رجلين فرجل ومرأتان ممن ترضون من الشهداء )283-282: البقرة (

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai (Al-Baqarah:282-283)

Ayat ini mengisyaratkan agar akad yang dilakukan benar-benar berada

dalam kebaikan bagi semua pihak. Bahkan juga di dalam pembuatan perjanjian

Page 34: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

24

hendaknya juga disertai dengan adanya saksi-saksi (syahadah), gadai (rahn,

untuk kasus tertentu), dan prinsip tanggung jawab individu16.

7.) Asas Konsensualisme

Suatu Kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata sepakat, selama

syarat-syarat lainnya sudah terpenuhi. Azas konsensualisme ini merupakan salah

satu syarat untuk sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang ditentukan dalam

pasal 1320 KUPerdata. Tanpa adanya kesepakatan ini, perjanjian tersebut batal

demi hukum. Kesepakatan maksudnya adalah seiya-sekata tentang apa yang

diperjanjikan. Dan kesepakatan ini dicapai dengan penuh kesadaran, tanpa

paksaan dan tekanan salah satu pihak.

8.) Asas Pacta Sunt Servanda (Azas Kepastian Hukum)

Secara harfiyah berarti janji itu mengikat. Yang dimaksudkan adalah bahwa

jika suatu kontrak sudah dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut

sudah mengikat para pihak, bahkan mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para

pihak sama kekuatannya dengan mengikatnya sebuah undang-undang yang

dibuat oleh parlemen dan pemerintah.

9.) Asas Iktikad Baik

Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari pasal 11338 ayat (3) KUH Perdata

yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas

iktikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus

16 Ibid, h.60

Page 35: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

25

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang

teguh atau kemauan baik dari para pihak.

Iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan iktikad

baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah

laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya terletak pada

akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan

(penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.

10.) Asas Kepribadian

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang

akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya kepentingan perorangan saja.

11.) Perjanjian Batal demi hukum

Yaitu, suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian akan batal demi

hukum jika tidak memenuhi syarat objektif.

12.) Keadaan memaksa (overmacht)

Yaitu suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi di luar kemampuannya

sehingga terbebas dari keharusan membayar ganti kerugian.

13.) Asas Canseling

Yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi

syarat objektif dapat dimintakan pembatalan.

14.) Asas Obligatoir

Page 36: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

26

Asas obligatoir suatu kontrak maksudnya bahwa setelah sahnya suatu

kontrak, Kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak

dan kewajiban di antara para pihak.

15.) Azas Zakwaarneming

Dimana bagi seseorang yang melakukan pengurusan terhadap benda orang

lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, ia harus mengurusnya sampai

selesai17.

4. Hal-hal yang dapat merusak akad

Akad dipandang tidak sah atau sekurang-kurangnya dapat dibatalkan apabila

terdapat hal-hal sebagai berikut:

a. Keterpaksaan atau Dures (al-Ikrah)

Salah satu asas akad menurut hukum Islam adalah kerelaan (al-ridha) dari

para pihak yang melakukan akad. Implementasi asas ini diwujudkan dalam

bentuk ijab-kabul yang merupakan unsur terpenting dalam akad. Jika sebuah

akad dilakukan tanpa adanya kerelaan, berarti akad tersebut dibuat dengan

secara terpaksa.

Dilihat dari akibat yang ditimbulkannya, para ulama membagi ikrah

menjadi dua macam, yaitu:

17 Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan Hukum Positif

dan Hukum Islam ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet 1, h.44

Page 37: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

27

1. Pemaksaan sempurna (ikhrah tam), yaitu yang berakibat pada hilangnya

jiwa, atau anggota badan, atau pukulan keras yang bisa mengakibatkan

cacat fisik pada dirinya atau kerabatnya.

2. Pemaksaan tidak sempuna (ikhrah naqish), yaitu mengakibatkan rasa sakit

yang ringan atau berupa pukulan yang ringan.

Para ulama mensyaratkan bahwa pemaksaan yang berpengaruh pada

akad adalah pemaksaan yang tidak disyari’atkan (tidak dibenarkan secara

hukum). Namun jika pemaksaan itu dikehendaki secara hukum, maka

pemaksaan itu tidak berpengaruh. Misalnya, pemaksaan hakim terhadap

seseorang yang berhutang untuk menjual kelebihan hartanya (dari

kebutuhan) untuk membayar utang.

b. Kesalahan mengenai obyek akad (Ghalath)

Ghalath berarti kesalahan, yakni kesalahan orang yang berakad dalam

menggambarkan obyek akad, baik kesalahan dalam menyebutkan zat (jenis)

maupun dalam menyebutkan sifatnya. Misalnya, seseorang membeli

perhiasaan yang diduganya adalah emas, namun ternyata tembaga. Akad

seperti ini sama dengan akad pada sesuatu yang tidak ada obyeknya. Dengan

demikian, status hukum jual beli tersebut adalah batal, karena obyek akad

yang dikehendaki oleh pembeli tidak ada.

c. Penipuan (tadlis) atau ketidakpastian (taghrir) pada obyek akad

Page 38: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

28

Tadlis adalah suatu upaya untuk menyembunyikan cacat obyek akad dan

menjelaskan dengan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataannya untuk

menyesatkan pihak yang berakad dan berakibat merugikan salah satu pihak

yang berakad tersebut.

d. Ketidak seimbangan obyek akad (Ghaban) disertai tipuan (taghrir)

Pengertian Ghaban dikalangan fuqaha adalah tidak terwujudnya

keseimbangan antara obyek akad (barang) dengan harganya, Seperti harganya

lebih rendah atau lebih tinggi dari harga yang sesungguhnya. Sedangkan

taghrir (penipuan) adalah menyebutkan keunggulan pada barang tidak sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

5. Macam-macam Akad

Dilihat dari aspek sifat dan hukumnya akad dibagi menjadi akad sah (shahih)

dan akad yang tidak sah (ghair shahih). Akad sah adalah akad yang memenuhi

rukun dan syarat-syaratnya. Hukum akad ini adalah berlakunya seluruh akibat

hukum akad (baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum) yang

ditimbulkan oleh akad itu, Saat itu juga, dan mengikat bagi para pihak yang

melakukannya. Sebagai contoh, jual beli yang sah dalam arti telah terpenuhi

semua rukun dan syaratnya, setelah terjadi ijab dan kabul, Barang yang dijual

menjadi milik pembeli dan harga penjualan barang menjadi milik penjual,

kecuali apabila ada syarat khiyar. Perpindahan kepemilikan itu dipandang sudah

terjadi walaupun belum dilakukan serah terima.

6. Berakhirnya akad (Intiha’ al-‘aqad)

Page 39: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

29

Menurut ulama Islam akad berakhir disebabkan terpenuhinya tujuan akad

(tahqiq gharadh al-‘aqd), Fasakh, infisakh, kematian, dan ketidak-izinan (‘adal

al-ijazah) dari pihak yang memilki kewenangan dalam akad mauquf.

a. Suatu akad dipandang berakhir apabila tujuan akad telah tercapai. Dalam akad

jual beli misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah

berpindah tangan kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual.

Dalam akad gadai (rahn) dan jaminan (kafalah) akad dipandang telah berakhir

apabila utang telah dibayar. Demikian juga, akad berakhir disebabkan

berakhirnya masa akad (intiha’ muddah al-‘aqad). Jika masa kontrak sudah

berakhir misalnya, maka akad sewa menyewa sudah habis dan akad menjadi

berakhir atau selesai dengan sendirinya.

b. Faskah. Sebuah akad berakhir disebabkan fasakh (pemutusan). Dalam akad

yang mengikat bagi para pihak, ada beberapa alasan yang menyebabkan akad

dapat atau bahkan harus di fasakh:

1. Disebabkan akad dipandang fasad, misalnya menjadi sesuatu yang tidak

jelas spesifikasinya atau menjual sesuatu dengan dibatasi waktu. Jual beli

semacam itu dipandang fasad, dan karenanya harus (wajib) di fasakh, baik

oleh para pihak yang berakad maupun hakim, kecuali terdapat hal-hal yang

menyebabkan fasakh tidak dapat dilakukan seperti pihak pembeli telah

menjual barang yang dibelinya.

Page 40: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

30

2. Disebabkan adanya khiyar. Pihak yang memiliki hak khiyar, baik khiyar

syarat, khiyar ‘aib, khiyar ru’yah maupun lainnya dibolehkan untuk

melakukan fasakh akad yang telah dilakukannya.

3. Disebabkan iqalah. Iqalah adalah fasakh terhadap akad berdasarkan

kerelaan kedua belah pihak ketika salah satu pihak menyesal dan ingin

mencabut kembali akad yang telah dilakukannya.

4. Disebabkan ‘adam al-tanfidz, yakni kewajiban yang ditimbulkan oleh akad

tidak dipenuhi oleh para piihak atau salah satu pihak bersangkutan. Jika hal

itu terjadi, akad boleh fasakh. Misalnya dalam akad yang mengandung

khiyar naqd (khiyar pembayaran).

c. Infisakh, yakni putus dengan sendirinya (dinyatakan putus, putus demi

hukum). Sebuah akad dinyatakan putus apabila isi akad tidak mungkin dapat

dilaksanakan (istihalah al-tanfidz) disebabkan afat samawiyah (force

majeure). dalam akad jual-beli misalnya barang yang dijual rusak di tangan

penjual sebelum diserahkan kepada pembeli. Dengan demikian, akad jual beli

misalnya barang yang dijual rusak ditangan penjual sebelum diserahkan

kepada pembeli. Dengan demikian, akad jual beli dinyatakan putus dengan

sendirinya (infisakh), karena pelaksanaan akad yang dalam hal ini

menyerahkan barang mustahil dapat dilakukan.

d. Kematian

Beberapa bentuk akad berakhir disebabkan kematian salah satu pihak yang

berakad. berikut contoh-contoh akad dimaksud:

Page 41: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

31

1) Akad sewa menyewa (ijarah). Menurut Hanafiyah, akad ijarah berakhir

disebabkan kematian salah satu pihak, namun tidak berakhir menurut

mazhab yang lain.

2) Akad rahn dan kafalah. Kedua akad ini adalah bentuk akad yang hanya

mengikat satu pihak yaitu pihak kreditur (da’in, pemegang gadai) dan

makful lah (penerima manfaat kafalah).

3) Jika pemberi gadai meninggal, akad menjadi berakhir dan barang gadaian

dijual (oleh washiy, pengampu) untuk membayar utangnya apabila ahli

waris masih di bawah umur. Akan tetapi, jika ahli warisnya orang dewasa,

mereka bisa membayarkan utang pewaris pemberi gadai guna

menyelamatkan barang gadaian.

4) Dalam akad kafalah ( kafalah bi al-dain), akad tidak berakhir disebabkan

kematian debitur (madin). Akad baru berakhir dengan pembayaran utang

kepada kreditur (dain) atau pembebasan utang (ibra’). Jika kafil (pemberi

garansi) meninggal dunia, utang yang digaransinya dibayar dari harta

peninggalannya.

B. Mudharabah dalam Perbankan Syari’ah

1. Pengertian

Mudharabah berasal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan

Page 42: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

32

kakinya dalam menjalankan usahanya.18 Mudharabah disebut juga Muqorodoh,

asal kata qiradh yang berarti memotong, karena pemilik harta memotong

sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh keuntungan19.

Sedangkan pengertian Mudharabah sangat banyak diungkapkan oleh para

pemikir ekonomi Islam maupun ulama fiqh. Diantaranya Drs Rasyad Hasan,

memberikan pengertian Mudharabah dengan cukup representative. Mudharabah

yaitu suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan modal khusus atau

semaknanya tertentu dalam jumlah jenis dan karakter (sifat) dari orang yang

diperbolehkan dewasa dan bijaksana, yang ia pergunakan untuk berdagang

dengan pembagiannya dalam kesepakatan20.

Pengertian lain diungkapkan yaitu Mudharabah adalah suatu perjanjian usaha

antara pemilik modal dengan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan

seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan usaha

atas hasil usaha, bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu

pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah misalnya

60:40 atau 65:3521.

Menurut Afzalurrahman, Mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan

(Patnership) yang berlandaskan bagi hasil usaha dengan cara seseorang

18 M.Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,

2001), h.95 19 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al Ma’rif, 1997), h.31 20 Hertanto Widodo, dkk., PAS (Panduan Akutansi Syari’ah) Panduan Praktis Operasional

Baitul Maal wa Tamwil, (Bandung : Mizan, 1999), h.51 21 Drs. H. Karnaen Perwataatmadja, MPA, dan H. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

Syari’ah,(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), h. 22

Page 43: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

33

memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua

belah pihak membagi keuntungan dan memiliki kerugian berdasarkan isi

perjanjian bersama. Pihak pertama sebagai supplier harta atau pemilik modal dan

pihak kedua, pengelola atau mudhorib22.

Dengan demikian, apabila ada kerja sama dalam menggerakkan roda

perekonomian, maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan modal

dan skill (keterampilan) dipadukan menjadi satu. Kerja sama dalam bentuk ini

disebut mudharabah ( المضاربة( oleh ulama Irak, dan disebut Qiradh (ضارقلا)

oleh ulama Hijaz. Sedangkan Ulama fikih mendefinisikan Mudharabah atau

Qiradh dengan: “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja

(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi

menurut kesepakatan bersama”. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian itu

sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal. Hal ini hendaknya dapat dipahami,

bahwa yang rugi tidak hanya pemilik modal saja, tetapi juga pekerja (pelaksana),

yaitu rugi pikiran dan tenaga23.

2. Hukum dan Dasar Hukum Mudharabah

Akad Mudharabah dibenarkan dalam Islam, karena bertujuan selain

membantu antara pemilik modal dan orang yang memutarkan uang. Sebagian

landasannya adalah Firman Allah:

22 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1996), Jilid-

4, h.380 23 Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), cet 2, h.169

Page 44: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

34

)20: المزمل..... (وأخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل اهللا....

Artinya:….. dan orang-orang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah (Al-Muzammil: 20)

Firman Allah:

)198: البقرة... (ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…. (Al-Baqarah:198)

Kedua ayat tersebut di atas secara umum memperbolehkan Mudharabah24.

Disamping itu ada alasan lain yang dipergunakan oleh para ulama, yaitu kasus

Mudharabah yang dilakukan oleh Abbas bin Abd.Muthalib dan Rasulullah SAW

pun mengakui akad tersebut. Dasar hukum lainnya yang bersumber dari al-

Qur’an , Hadist, Ijma’ dan Qiyas sebagai pendukung kebolehan Mudharabah,

yaitu25:

Firman Allah QS. al-Nisa’: 29:

إال ان تكون تجارة عن تراض يأيها الذين امنوا التأآلوا أموالكم بينكم بالباطل ) 29:النساء( منكم

Artinya:“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu….(An-Nisa’: 29)

Firman Allah QS. al-Maidah: 1

)1: المائدة...(يا أيها الذين امنوا أوفوا بالعقودArtinya: “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…. (Al-

Maidah)”

24 Ibid, h.170 25 DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Edisi Revisi Tahun 2006,

(Jakarta: Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), cet 3, h.42

Page 45: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

35

Firman Allah QS. al-Baqarah 283

البقرة ....(فاليؤد الذي اؤتمن أمانته، وليتق اهللا ربهفإن أمن بعضكم بعضا ..... :283 (

Artinya: ….Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…(Al-Baqarah:283).

Hadist Nabi riwayat Thabrani: آان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة عن ابن عباس قال

اشترط على صاحبه أن ال يسلك به بحرا، وال ينزل به واديا، وال يشتري به دابة ذات آبد رطبة، فإن فعل ذالك ضمن، فبلغ شرطه رسول اهللا صلى اهللا عليه واله

). اني في األوسط عن ابن عباسرواه الطبر( وسلم فأجازه Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas dia berkata Abbas bin Abdul Mutahlib jika

menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)26.

Hadist Nabi Riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib: دثنا الحسن بن علي الخالل حدثنا بشر بن ثابت البزار حدثنا نصر بن القاسم ح

عن عبد الرحمن بن داود عن صاليح بن صهيب عن أبيه قال رسول صلى اهللا : عليه وسلم ثالث فيهن البرآة

رواه ابن ماجه (البيع إلى أجل، والمقارضة، وخلط البر بالشعير للبيت ال للبيع )عن صهيب

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin ali al khilal lalu menceritakan kepada kami Bisyr bin Al-Bazzari lalu telah menceritakan kepada kami Nasr bin Qashim dari Abdurrahaman bin Daud dari Shalih bin Shuhaib dari bapaknya Rasulullah Saw bersabda ada tiga perkara yang terdapat keberkahan didalamnya: jual-beli tidak secara tunai, muqaradhah

26 Baihaqi, Sunan Al-Kubra LilBaihaqi, (Beirut: Darul Fikr), Juz 6, hal.111

Page 46: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

36

(Mudharabah), dan mencampurkan gandum dengan jejawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib)27.

Hadist Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amar bin ‘Auf:

حدثنا آثير بن عبد اهللا بن حدثنا الحسن بن علي الخالل حدثنا أبو عامر العقديعمرو بن عوف المزني عن أبيه عن جده أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال

حالال أو أحل حراما والمسلمون على الصلح جائز بين المسلمين إال صلحا حرم و أحل حراماشروطهم إال شرط حرم حالال أ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al-Khilal lalu telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi lalu telah menceritakan kepada kami katsir bin Abdullah bin Umar bin Auf Al-Mazni dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw bersabda: Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram (HR. Tirmidzi dari ‘Amar bin ‘Auf)28”

Hadist Nabi: حدثنا محمد بن يحيى حدثنا عبد الرزاق أنبأنا معمر عن جابر الجعفي عن عكرمة عن ابن عباس قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ال ضرر وال

)رواه ابن ماجه والدرقطني وغيرهها عن أبي سعيد الخدري(ضرارArtinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya lalu telah

menceritakan kepada kami Abdurrazaq lalu telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Jabir al Ja’fi dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dia berkata bersabda Rasulullah Saw: Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR, Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)29.

Ijma’: Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,

mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun

mengingkari mereka . karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’

Qiyas: Transaksi Mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

Kaidah fikih:

27 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Darul Fikr), Juz 7, Hal.68 28 Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut: Darul Fikr), Juz 5, hal.199 29 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Darul Fikr), juz 7, hal.144

Page 47: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

37

األصل في المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمهاArtinya: “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya.30”

3. Rukun dan Syarat Mudharabah

Menurut ulama Mazhab Hanafi rukun Mudharabah hanya ijab (dari pemilik

modal) dan kabul (dari pedagang/pelaksana). Jumhur ulama berpendapat lain,

bahwa rukun mudharabah adalah: orang yang berakal, modal, keuntungan, kerja

dan akad31.

Sedangkan menurut Adiwarman Karim bahwa faktor-faktor yang harus ada

(rukun) dalam akad mudharabah adalah32:

1. Pelaku (Mudharib maupun Shahibul Maal)

2. Objek Mudharabah (Modal dan kerja)

3. Persetujuan kedua belah pihak (Ijab-Qabul)

4. Nisbah Keuntungan.

Pelaku: Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal),

sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau

‘amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad Mudharabah tidak ada.

Objek: Objek Mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai

objek Mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai

30 DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Edisi Revisi Tahun 2006 31 Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Fiqh Muamalat, ( Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), cet 2, h.170 32 Adiwarman A.Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2007), edisi, 3, h.206

Page 48: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

38

objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang

yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa

berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.

Tanpa dua objek ini, akad Mudharabah pun tidak akan ada.

Persetujuan: Yakni persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi

dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak

harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si

pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara

di pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.

Nisbah Keuntungan: Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima

oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas

kerjanya, sedangkan shahib al-maal mendapatkan imbalan atas kerjanya,

sedangkan shahib al-maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah

keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua

belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

4. Nisbah Keuntungan33

1. Prosentase

Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua

belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal Rp tertentu. Jadi nisbah

keuntungan itu misalnya adalah 50:50, 70:30, atau 60:40, atau bahkan 99:1. Jadi

nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi

33 Ibid, h.206

Page 49: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

39

setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah keuntungan

sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam

bentuk nominal Rp tertentu, misalnya shahib al-maal mendapat Rp 50 ribu,

mudharib mendapat Rp 50 ribu.

2. Bagi Untung dan Bagi Rugi.

Ketentuan di atas merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad

mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi (natural

uncertainty contracts). Dalam kontrak ini return dan timing cash flow kita

tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah

pihak mendapat bagian yang lebih pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka

mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini dapat berjalan jika nisbah laba

ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal Rp tertentu.

3. Jaminan.

Ketentuan pembagian kerugian hanya berlaku bila kerugian yang terjadi

murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko

karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena

karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan atau melanggar

persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-maal tidak

perlu menanggung kerugian. Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya

tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan,

sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Jelas hal ini konteksnya adalah

business risk.

Page 50: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

40

Sedangkan untuk character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi wakil

dari shahibul maal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul maal,

sehingga wajiblah baginya berlaku amanah. Jika mudharib melakukan

keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana, yaitu

melakukan pelanggaran, kesalahan, dan kelewatan dalam perilakunya yang

tidak termasuk bisnis mudharabah yang disepakati, atau ia keluar dari

ketentuan yang disepakati, mudharib tersebut harus menanggung kerugian

mudharabah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggung

jawabnya.

Ia telah menimbulkan kerugian karena kelalaian dan perilaku zhalim karena

ia telah memperlakukan harta orang lain yang dipercayakan kepadanya di luar

ketentuan yang disepakati. Mudharib tidak pula berhak untuk menentukan

sendiri mengambil bagian dari keuntungan tanpa kehadiran atau

sepengetahuan shahibul maal sehingga shahibul maal dirugikan. Jelas hal ini

konteksnya adalah character risk.

4. Menentukan Besarnya Nisbah. Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan

kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi angka besaran nisbah

ini muncul sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-maal dengan

mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50,

60:40,70:30, 80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah

100:0 tidak diperbolehkan.

5. Cara menyelesaikan kerugian

Page 51: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

41

a. Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:

b. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan

pelindung modal.

c. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil pokok modal.

5. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syari’ah

Skema Mudharabah yang berlaku antara dua pihak secara langsung, yakni

shahibul al-maal berhubungan langsung dengan mudharib. Skema ini adalah

skema yang standart yang dapat dijumpai dalam kitab-kitab klasik fiqih Islam.

Dan ini sesungguhnya praktek mudharabah yang dilakukan oleh Nabi dan para

Sahabat serta umat muslim sesudahnya. Dalam kasus ini, yang terjadi adalah

investasi langsung (direct financing) antara shahib al-mal (sebagai surplus unit)

dengan mudharib (sebagai deficit unit). Dalam direct financing seperti ini, peran

bank sebagai lembaga perantara (intermediary) tidak ada.

Mudharabah klasik seperti ini tidak efisien lagi dan kecil kemungkinannya

untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal:

1. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, dimana mereka tidak

saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang

langsung dan personal.

2. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar,

sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib al-maal untuk sama-

sama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu.

Page 52: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

42

3. Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank

memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya34.

C. ‘Aqdu Al- idz’an dan ketentuannya

1. Definisi Idz’an

Idz’an ) إذعان atau إنقياد ( berasal dari bahasa Arab yang berarti ketundukan dan

kepatuhan.35Istilah idz’an adalah sebuah istilah yang ditujukan kepada undang-

undang yang dibuat oleh orang barat (dalam artian draft baku). Sifat dari kontrak

ini bahwa tidak adanya kebebasan dalam melakukan kontrak dimana perusahaan

sudah menyediakan standar baku dalam kontrak, nasabah hanya diharuskan

untuk melampirkan tanda tangan pada kolom yang telah disediakan.

Definisi yang diberikan dalam kitab Nazhariyatul ‘Aqdi, mengenai ‘Aqdu Al-

Idz’an yaitu Suatu kontrak yang berlangsung antara 2 pihak, dimana nasabah

menerima kontrak yang diajukan kepadanya tanpa adanya negosiasi dan tawar-

menawar, sehingga posisi nasabah tunduk dan patuh idz’an menerima segala

ketentuan yang tercantum di dalam klausul-klausul kontrak. Padahal kondisi

seperti ini belumlah dianggap sebagai redha, karena tidak terdapat negosiasi dan

tawar-menawar syarat, nisbah bagi-hasil, atau segala sesuatu yang berkenaan

34 Ibid, h.210 35 Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, edisi 2, (Surabaya:Pustaka

Progressif, 2002), h.447

Page 53: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

43

dengan kebutuhan dari kedua belah pihak. Pilihan terbatas pada menerima atau

menolak kontrak dengan segala resikonya take it or leave it36.

Kerelaan atau keredhaan yang melandasi perikatan antara kedua belahpihak

dalam kontrak ini secara zhahir (nyata) dapat ditemukan, tetapi apabila di

pelajari secara mendalam ternyata disadari atau tidak, dirasakan adanya kesan

ikrah (keterpaksaan) oleh nasabah yang menjadi penyebab tidak ditemukannya

azas kebebasan dalam berkontrak.37

2. Sejarah kemunculan ‘Aqdu Al- Idz’an

Sejarah kemunculan ‘Aqdu Al-Idz’an tidak dapat terlepas dari sejarah

perkembangan kemajuan kontrak standart (kontrak baku) di ranah perekonomian.

Model kontrak baku telah mempunyai sejarah ribuan tahun yang lalu di Mesir

dan Negara Dua Sungai dibuat tulisan-tulisan pertama, Hampir pada saat yang

sama muncul syarat-syarat kontrak yang dibakukan pertama kali. Sesudah itu di

banyak perdaban ada gejala untuk melepaskan formalisme dari model-model

kontrak yang ditetapkan oleh para rohaniwan. Sebaliknya kita melihat bahwa

penggunaan syarat-syarat baku saat ini justru akan bertambah lagi. Kebutuhan

akan syarat-syarat kontrak baku di Eropa Barat, terutama dalam abad ke-19

menjadi besar.

36 Abdurrazak Ahmad Ahsahwi, Nazariyatul Aqdi, hal.279 37 Syekh Hasan Al-Jawahiri, “Uqudul Idz’an” artikel di akses pada 13 Mei 2010 dari

Http://www.IslamicFeqh.Com/Magazines/Feqh24a/Arabi307.htm

Page 54: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

44

Kongsi-kongsi (gilden) dengan peraturan-peraturan yang melindungi mereka

ditiadakan. Revolusi industri menyebabkan pertambahan jumlah transaksi-

transaksi perdagangan. Juga timbulnya konsentrasi-konsentrasi modal yang

semakin besar menjadikan pemakaian formulir-formulir perlu, karena pembuatan

transaksi-transaksi penting, Sekarang harus diserahkan kepada pejabat-pejabat

rendahan, kepada siapa perumusan isi kontrak tidak dapat diserahkan. Dalam

abad ke-20 pembakuan syarat-syarat kontrak makin meluas38.

Perkembangan kontrak baku ini membawa pengaruh terhadap pemberian

istilah-istilah yang digunakan di berbagai Negara bagian Eropa maupun Asia. Di

dalam pustaka hukum ada beberapa istilah bahasa Inggris yang dipakai untuk

perjanjian baku tersebut yaitu” standardized agreement”,“standardized

contract”, “pad contract”, “standart contract”, dan “contract of adhesion”39.

Istilah “contract of adhesion” diimpor ke Amerika Serikat oleh Patterson

melalui karangannya The Delivery of Life-Insurance Policy yang diterbitkan

tahun 1919. Istilah tersebut aslinya ditemukan oleh Saleiles dengan istilah

“contract d’adhesion” dalam karangannya De la Declaration de Volonte 229

yang diterbitkan tahun 1901. Istilah tersebut lebih lanjut dipopulerkan di

Amerika Serikat oleh para ilmuwan yang belajar di Eropa dan kemudian

mengajar di negara tersebut antara lain oleh Kessler melalui tulisannya yang

38 Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006), ed 1, hal.148 39 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indoesia, 1993), hal.66

Page 55: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

45

berjudul Contracts of Adhesion Some Thoughts about Freedom of contact yang

diterbitkan tahun 1943. Di dalam tulisan Kessler tersebut, sebagaimana halnya

juga di dalam buku Contracts yang ditulis oleh Calamari dan Perillo, istilah

“contract of adhesion” dan “standardized contract” dipakai sebagai istilah yang

saling mengganti. Kessler juga memakai istilah “standardized contract” dan

“standart contract” dalam tulisannya tersebut40.

Menanggapi hal diatas Prof Dr Sanhuri seorang ilmuan Arab mengistilahkan

kontrak baku dengan istilah ‘Aqdu Al-Izd’an (kontrak kepatuhan), dengan alasan

bahwa kontrak ini memberi kesan keterpaksaan si qabil untuk menerima segala

ketentuan yang diajukan oleh si mujib dalam kontrak perjanjian, qabil hanya bisa

tunduk dan patuh terhadap persyaratan yang ada.

Selain itu, Majelis Ulama Fikih Islam kontemporer di Doha Qatar dalam

seminar keempat belas yang diadakan di Doha Qatar pada tanggal 8 - 13

dzulqo’dah 1423 H, bertepatan dengan tanggal 11-16 Januari tahun 2003 meneliti

persoalan tentang kontrak standart atau yang mereka istilahkan dengan (‘aqdu al-

idz’an)41.

Majelis Ulama Fikih Islam Kontemporer ini akhirnya mengeluarkan beberapa

ketetapan terkait mengenai masalah ‘aqdu al-idz’an sebagai berikut42:

1. ‘Aqdu Al-Idz’an adalah Istilah yang ditujukan untuk kontrak standart yang

memiliki ciri-ciri dan ketentuan khusus, diantaranya:

40 Ibid 41 Abdurrazak Ahmad Ahsahwi, Nazariyatul Aqdi, hal.279 42 Ibid h. 279

Page 56: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

46

a. Objek kontrak ini adalah barang atau manfaat yang dibutuhkan oleh

masyarakat pada umumnya, seperti polis asuransi, konosemen perkapalan

(bill of lading), perjanjian jual-beli mobil, perjanjian credit card, transaksi-

transaksi perbankan seperti perjanjian rekening Koran dan perjanjian kredit

bank, perjanjian jual beli rumah dari perusahaan real estate, perjanjian

sewa, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

b. Adanya Monopoli terhadap objek Akad oleh salah satu pihak, yang mana

hal ini akan menutup kemungkinan untuk diterimanya tawar-menawar

harga.

c. Adanya salah satu pihak yang menetapkan syarat baku untuk kemudian

harus dipatuhi oleh pihak yang lainnya.

2. ‘Aqdu Al-Idz’an berdasarkan pandangan fikih dibagi menjadi 2 bagian43:

a. ‘Aqdu Al-Idz’an dengan harga yang Adil, dimana pasal-pasal yang

tercantum dalam klausul akad tidak terdapat unsur kezhaliman terhadap

salah satu pihak. Dalam hal ini, tidak boleh ada intervensi pemerintah serta

penguasa, bahkan apabila ada harga yang ditawarkan memiliki Ghaban

Yasir (Ketidak seimbangan antara objek akad dengan harga yang tidak

sampai kepada Ghabab Fahisy) serta sekalipun tidak ada tawar-menawar

harga. Sehingga tidak dapat dikatakan bahwa dalam akad ini terdapat unsur

kedzaliman karena harga yang ditawarkan seimbang dengan manfaat yang

diterima.

43 Ibid h.279

Page 57: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

47

b. ‘Aqdu Al-Idz’an dengan harga yang tidak adil, atau memiliki Ghaban Fahisy

yaitu ketidak seimbangan antara objek akad dengan harga yang memberatkan

salah satu pihak. Dalam keadaan ini diperlukan intervensi atau ikut campur

tangan pemerintah dalam menetapkan harga agar tidak terjadi tindakan monopoli

oleh salah satu pihak kepada pihak yang lemah.

3. Keabsahan Aqdu Al-Idz’an (kontrak kepatuhan)

‘Aqdu Al-Idz’an sebagai kontrak yang banyak di perselisihkan oleh para

ulama memiliki tingkat keabsahan yang berbeda yaitu44:

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa ‘aqdu al-idz’an itu adalah kontrak yang

tidak sebenarnya. Karena dalam kontrak ini tidak ada kebebasan dalam

berkontrak, sesuai dengan penamaannya idz’an yang berarti tunduk dan patuh,

nasabah hanya bisa mematuhi semua ketentuan yang disodorkan. Kontrak

lebih dipandang sebagai undang-undang yang memiliki kekuatan hukum yang

mengikat antara kedua belah pihak yang bertransaksi, legalitas hukumnya

disetarakan dengan undang-undang, sehingga tidak boleh ada yang

mengingkarinya dan akad tidak dapat dibatalkan.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa ‘aqdu al-idz’an itu adalah kontrak yang

sebenarnya, karena kontrak ini atas kesepakatan kedua belah pihak dimana

ketika persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Bank diterima oleh

Nasabah. Keadaan seperti ini adalah permasalahan ekonomi bukan perumusan

dari undang-undang yang diselesaikan dengan cara menguatkan kedudukan

44 Ibid h.279

Page 58: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

48

pihak yang lemah dari pihak yang kuat, bukan dengan cara menghilangkan

substansi akad.

Page 59: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

BAB III

PROFIL PT BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH (BNI Syari’ah) Tbk

A. Sejarah PT Bank Negara Indonesia Syari’ah Tbk

Pada awalnya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, merupakan bank

umum pemerintah pertama yang berdiri pada tanggal 5 Juli 1946. Namun seiring

dengan perkembangan zaman dan untuk mewujudkan cita-cita BNI menjadi

Universal Banking.

BNI menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan Bank Syari’ah di

Indonesia. Sesuai dengan Undang-undang NO.10 Tahun 1998 yang memungkinkan

bank-bank umum untuk membuka layanan syari’ah. BNI membuka layanan

perbankan yang sesuai dengan prinsip syari’ah dengan konsep dual banking system,

yakni penyediaan dua layanan perbankan, umum dan syari’ah sekaligus. Diawali

dengan pembentukan tim bank syari’ah di tahun 1999, Bank Indonesia kemudian

mengeluarkan izin prinsip dan usaha untuk beroperasinya Unit Usaha Syari’ah BNI

menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syari’ah45.

Pendirian BNI Syari’ah diawali dengan pembentukan Tim Bank Syari’ah pada

tahun 1999, di antaranya yaitu Maryono, Mungin, Endan Kusnadi dan lain-lain.

Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan izin prinsip dan usaha beroperasionalnya

Unit Usaha Syari’ah BNI. Keputusan BNI untuk membuka divisi usaha syari’ah

merupakan jawaban terhadap tuntutan pasar. Hal ini ditunjang dengan landasan

45 BNI Syari’ah, Profil Perusahaan, (Jakarta: BNI Syari’ah), h.2.

49

Page 60: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

50

hukum yang jelas dan kondisi yang memungkinkan mengingat pengalaman BNI

beroperasi sebagai bank umum konvensional selama lebih 58 tahun, hal tersebut

merupakan modal awal yang baik dalam upaya mengembangkan usaha divisi baru

ini. Sistem Syari’ah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997,

yang mana dapat meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu

menjawab kebutuhan perbankan yang transparan.

Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter

1997, meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab

kebutuhan perbankan yang transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no

10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha

Syariah.

BNI Syari’ah beroperasi pertama kali pada tanggal 29 April 2000 yang

ditandai dengan dibukanya 5 kantor cabang sekaligus di Malang, Yogyakarta,

Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Pada tanggal 29 April tersebut sekaligus

diperingati sebagai hari lahir atau milad BNI Syari’ah, kini BNI Syariah memiliki

lebih dari 20 Cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada

masyarakat, masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor-kantor

cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah

sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah. Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank

Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank

konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening

produk dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi

Page 61: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

51

dengan cabang konvensional guna melakukan “office channelling”. Hingga saat ini

outlet layanan syariah pada kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.

Dari awal operasi hingga kini, BNI Syari’ah menunjukkan pertumbuhan yang

cukup signifikan. Aset meningkat dari Rp 169 Milyar di tahun 2001 menjadi Rp 460

Milyar di tahun 2002. Seiring dengan itu, kinerja usaha juga mengalami peningkatan

dengan pencapaian laba sebesar Rp 3,1 milyar. Dana pihak ketiga yang dapat

dihimpun meningkat menjadi Rp 205 milyar, naik sebesar 88 % disbanding tahun

2001. Sektor pembiayaan juga meningkat dari 163% menjadi Rp 292,9 milyar.

Kinerja BNI Syari’ah dari tahun ke tahun memperlihatkan pertumbuhan yang

positif dengan posisi semester 1 juni 2008, aset BNI Syari’ah mencapai Rp 3.38

triliun dan dana pihak ketiga sebesar Rp 2,63 triliun. Sedangkan pertumbuhan

pembiayaan BNI Syari’ah didukung oleh keberhasilan penyaluran produk BNI

wirausaha syari’ah sekitar Rp 55,52 milyar dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp 18,82

milyar. Data di atas menunjukkan bahwa perbankan syari’ah memiliki prospek yang

cukup signifikan dan akan terus berkembang pada masa yang akan datang. Melalui

kerja keras dan dukungan dari seluruh stakeholders serta tetap berpedoman pada

prinsip prudential banking, BNI Syari’ah mengalami perkembangan bisnis yang baik

dan memperoleh beberapa penghargaan di antaranya, sebagai berikut:

1. The Most Profitable Islamic Banking 2000 dari Karim Businnes Consulting

dan Majalah Modal dan Bank Syari’ah dengan kerja terbaik 2004 dari Majelis

Ulama Indonesia (MUI).

Page 62: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

52

2. Pada 2006 dan 2007, BNI Syari’ah juga memperoleh Indonesian Bank

Loyalitity Award 2008 sebagai Champion untuk kategori The Best Loyality

Program For Sharia Banking, hasil penilaian INFO BANK dan MARKPLUS

RESEARCH.

3. Pada Januari 2008 BNI Syari’ah memperoleh penghargaan dari Bank

Indonesia Aceleration Award kategori: “The Best Market Share Expansion”.

4. Tanggal 10 Mei 2008 BNI Syari’ah Memperoleh penghargaan Islamic Finace

Award Consulting yang terdiri dari:

a. The Best Syari’ah Division Asset > Rp 500 Milyar

b. The Most Earning Asset Expansion, Unit Usaha Syari’ah asset > Rp 500

Milyar.

c. The Most Third Fund Expansion, Unit Usaha Syari’ah asset > Rp 500

Milyar.

B. Visi dan Misi

VISI

Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan

bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

MISI

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan

Page 63: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

53

perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah

kebanggaan anak negeri.46

C. Produk Pembiayaan di BNI Syari’ah

1. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan Modal Kerja dengan akad Mudharabah/ Musyarakah aplofend

dapat diberikan s/d 5 tahun atau dapat diperpanjang setiap tahun.

2. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi memiliki jangka waktu maksimal 7 tahun dengan

angsuran kewajiban tetap selama periode pembiayaan sehingga terbebas dari fluktuasi

suku bunga pasar.

3. Pembiayaan Beragunan Tunai (Cash Collateral Financing)

Pembiayaan Beragunan Tunai merupakan jenis pembiayaan yang

memungkinkan investor memperoleh pembiayaan dengan menjaminkan agunan

dalam bentuk tunai yaitu deposito ataupun giro.

4. Pembiayaan Pola Kerjasama

46 Artikel diakses pada 20 Agustus 2010 dari Http://www.BNI.co.id

Page 64: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

54

BNI Syariah merupakan pembiayaan melalui pola kerjasama dengan

multifinance, sekuritas dan asuransi syariah.

5. BNI iB Trade Finance

BNI memiliki jaringan korespondensi yang luas sehingga memudahkan

nasabah untuk bertransaksi dengan mitra usaha di seluruh dunia. BNI Trade Finance

Syariah meliputi L/C, SKBDN dan Bank Garansi. Dengan reputasi BNI yang telah

dikenal baik di dunia usaha, BNI Garansi Bank Syariah dapat meningkatkan

kepercayaan mitra usaha nasabah institusi. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang

konstruksi umumnya membutuhkan adanya Surat Keterangan Bank yang diperlukan

sebagai syarat dalam tender BNI Syariah menerbitkan Surat Keterangan Bank yang

dapat mendukung kredibilitas perusahaan karena BNI Syariah sebagai Bank dengan

mayoritas saham dimiliki oleh pemerintah akan memberi kesan/ image positif bagi

pemilik proyek.

Keunggulan:

1. Rasa tenteram dan tenang karena pembiayaan syariah terhindar dari transaksi

ribawi. Bagi pengusaha yang sangat memperhatikan aspek syariah dapat

menggunakan pembiayaan ini, karena setiap produk yang diluncurkan akan

melalui prosedur persetujuan Dewan Pengawas Syariah dan dalam aplikasinya

akan secara periodik dipantau nilai syar’i nya.

Page 65: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

55

2. Akad murabahah akan memudahkan dalam mengelola keuangan karena jumlah

yang diangsur tetap selama masa pembiayaan.

3. Dengan akad mudharabah/musyarakah akan memberikan rasa keadilan.

4. Setoran dapat dilakukan di seluruh kantor Cabang BNI

5. Variasi produk keuangan Syariah yang lengkap untuk mendukung kegiatan

usaha.

6. Pembiayaan dapat diberikan dalam mata uang Rupiah dan USD.

7. Mampu membiayai permohonan dengan nominal sama dengan Bank korporasi

lainnya.

PRODUK TRADE FINANCE

1. TRANSAKSI LC EKSPOR

BNI Syariah menangani LC yang diterbitkan oleh Bank Koresponden untuk

kepentingan nasabah seperti advising dan negotiating LC. Transaksi akan diproses

melalui Trade Processing Center.

a. Advising LC

BNI Syariah dapat bertindak sebagai ’advising’ atas setiap LC yang

diterbitkan oleh bank koresponden yang dikirimkan melalui telex, surat atau SWIFT.

LC dapat dikirimkan langsung kepada cabang-cabang BNI Syariah dan akan diproses

dengan cepat dan efisien, administrasi yang akurat serta respon yang tepat.

Page 66: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

56

b. Negotiating LC

BNI Syariah selalu siap menegosiasi LC yang diterbitkan oleh bank

koresponden untuk kepentingan nasabah. BNI Syariah memiliki staf yang terlatih dan

siap untuk menjawab kebutuhan nasabah dengan nyaman, cepat dan aman. Nasabah

dapat mengkonversikan hasil ekspor ke dalam mata uang lain.

c. Confirming LC

BNI Syariah siap untuk mengkonfirmasi LC yang diterbitkan oleh bank

koresponden untuk kepentingan nasabah.

Keuntungan transaksi ekspor melalui BNI Syariah:

1. BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor sehingga proses

memnjadi tepat dan akurat.

2. BNI Syariah telah membina hubungan baik dengan bank koresponden ternama di

seluruh dunia.

IMPORT SERVICES

BNI Syariah memberikan layanan transaksi impor termasuk penanganan LC

seperti pembukaan LC dan pembayaran LC.

Page 67: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

57

Reimbursement

LC yang diterbitkan oleh BNI Syariah, pembayaran tagihan kepada negotiating bank

akan dilakukan melalui bank koresponden utama BNI Syariah.

Keuntungan impor melalui BNI Syariah

1. BNI Syariah menggunakan SWIFT dalam transaksi LC ekspor sehingga proses

memnjadi tepat dan akurat.

2. BNI Syariah telah membina hubungan baik engan bank koresponden ternama di

seluruh dunia.

2. BANK GUARANTEE

Untuk membantu nasabah dalam melakukan transaksi dengan mitra usaha di

dalam maupun luar negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan bank garansi untuk

menjamin nasabah seperti: bid bonds, performance bonds dan advance payment. BNI

Syariah dapat membuka bank garansi dengan jaminan LC (counter guarantee) yang

diterbitkan oleh bank koresponden.

3. SKBDN

Untuk mendukung bisnis nasabah di dalam negeri, BNI Syariah dapat menerbitkan

maupun menerima SKBDN dari bank koresponden di dalam negeri. Dengan reputasi

BNI Syariah yang telah dikenal di dalam negeri, SKBDN BNI Syariah dapat diterima

oleh seluruh bank di dalam negeri.

Page 68: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

58

PEMBIAYAAN PERSONAL

Dalam kehidupan banyak hal-hal yang harus dipilih dan dipilah secara bijak.

Kita harus membedakan antara “needs” dan ‘wants”. Kebutuhan dan keinginan.

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melengkapi hidup dan

prasarana hidup. Keinginan adalah segala sesuatu yang dapat memuaskan selera, gaya

dan level kepuasan tertentu. Untuk itu BNI Syariah menyajikan rangkaian jenis

pembiayaan yang dikelola secara syariah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan

personal anda.

1. BNI iB Griya

Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan kebutuhan

perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah. Pembayaran dengan cara

diangsur dalam periode waktu sampai dengan 15 tahun. Bentuk pembiayaan adalah

jual beli ataupun ijarah.

Keunggulan:

1. Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari

transaksi yang ribawi.

2. Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai

lunas.

3. Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

Page 69: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

59

4. Uang muka ringan, minimum 10 % khusus untuk pembelian rumah

5. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat

dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

6. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun

7. Maksimum pembiayaan sampai Rp 5 miliar.

8. Tarif bersaing.

Persyaratan Umum :

1. Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia

maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha.

2. Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun

3. Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur

4. Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

2. BNI iB Oto

BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan

proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan dan

pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis.

Page 70: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

60

Keunggulan:

1. Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari

transaksi yang ribawi.

2. Selama masa pembiayaan besarnya angsuran tetap dan tidak berubah sampai

lunas.

3. Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

4. Uang muka ringan, minimum 20 % dari harga kendaraan.

5. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis dan dapat

dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

6. Khusus mobil buatan Jepang jangka waktu pembiayaan sampai dengan 8

tahun.

7. Maksimum pembiayaan sampai Rp 1 miliar.

Persyaratan Umum :

1. Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia

maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha.

2. Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun.

3. Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur.

4. Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

Page 71: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

61

3. BNI iB Gadai Emas

BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Rahn merupakan pembiayaan dengan

jaminan berupa emas (lantakan atau perhiasan) yang secara fisik dikuasai oleh Bank.

Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan

dana jangka pendek untuk kebutuhan yang mendesak.

Keunggulan :

1. Cepat, karena seluruh proses hanya 30 menit.

2. Mudah, karena dengan prosedur yang sederhana dan diperuntukkan untuk

segenap lapisan masyarakat.

3. Murah, karena tarif jasa penyimpanan dihitung secara harian.

4. Menenteramkan karena dikelola secara syariah.

Persyaratan Umum :

1. Memiliki identitas diri (KTP/Paspor).

2. Memiliki rekening tabungan/ giro BNI Syariah sebagai rekening penampung

dana gadai.

3. Menyerahkan emas perhiasan/ lantakan (khusus emas lantakan harus di sertai

sertifikat).

4. Pembiayaan dapat diberikan maksimal 90 % dari nilai taksiran untuk emas

lantakan atau 80 % dari nilai emas perhiasan dengan minimal Rp 1 juta.

Page 72: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

62

4. BNI iB Multijasa

BNI iB Multijasa (iB dibaca aibi, = islamic Banking) adalah pembiayaan jasa

konsumtif yang diberikan kepada masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu jasa

misalnya pembiayaan untuk jasa pernikahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, wisata

umroh/haji, dan jasa lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah, dengan

menggunakan akad ijarah. Akad ijarah adalah sewa menyewa untuk mendapatkan

imbalan atas barang/jasa yang disewakan.

Keunggulan :

1. Rasa tenteram dan tenang karena dengan pembiayaan syariah terhindar dari

transaksi yang ribawi

2. Proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan relatif cepat.

3. Uang muka ringan, minimum 20 % dari manfaat jasa yang diinginkan.

4. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis, dan dapat

dilakukan di seluruh kantor cabang BNI.

5. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 3 tahun.

6. Maksimum pembiayaan sampai Rp 500 juta.

7. Tarif bersaing.

Page 73: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

63

Persyaratan Umum :

1. Pemohon minimal berusia 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia

maksimum 55 tahun untuk pegawai atau 60 tahun untuk pengusaha.

2. Karyawan/wiraswasta/profesional dengan masa kerja minimal 2 tahun

3. Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur

4. Memenuhi persyaratan dan kelayakan berdasarkan penilaian Bank.

Page 74: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

BAB IV

ANALISIS ‘AQDU AL-IDZ’AN DALAM PERJANJIAN

KONTRAK MUDHARABAH DI BANK NEGARA INDONESIA SYARI’AH

DITINJAU DARI FIKIH MUAMALAT

A. Design Akad Mudharabah di BNI Syari’ah

Dalam Pembuatan kontrak mudharabah di BNI Syari’ah melalui beberapa

tahapan, di mulai dari awal terjadinya akad sampai akad dapat diberlakukan kepada

kedua belah pihak, pihak nasabah dan pihak bank, yaitu:

1. Pihak nasabah mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah kepada

BNI Syari’ah dengan memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi

berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam fikih muamalat.

2. Bank akan menganalisa kelayakan nasabah untuk memperoleh

pembiayaan mudharabah dari bank, dengan analisa 5C: Character,

Capacity, Capital, Collateral, Condition of economi.

3. Bank dan Nasabah melakukan tawar-menawar pembiayaan mudharabah.

4. Kesepakatan terjadi antara bank dan nasabah masih dalam bentuk ucapan

belum terealisasi dalam bentuk tulisan.

5. Sebagai bukti yang akan mengikat perjanjian antara Bank dan nasabah,

kesepakatan dicantumkan dalam bentuk kontrak standart pembiayaan

mudharabah.

Alur Design Kontrak Mudharabah di BNI Syari’ah

64

Page 75: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

65

1 2

3

4

Keterangan:

NASABAH

BNI SYARI”AH

ESEPAKATAN PEMBIAYAAN

KONTRAK PERJANJIAN

1. Pihak nasabah mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah

kepada BNI Syari’ah dengan memenuhi persyaratan yang harus

dipenuhi berdasarkan ketentuan BNI Syari’ah.

2. Bank akan menganalisa kelayakan nasabah memperoleh pembiayaan

dengan analisa 5C: Character, Capacity, Capital, Collateral,

Condition of economi.

3. Terjadinya negosiasi sampai kepada kesepakatan para pihak.

4. Kesepakatan direalisasikan dalam bentuk kontrak perjanjian tertulis.

Page 76: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

66

B. Isi Kontrak Mudharabah BNI Syari’ah

Isi kontrak Mudharabah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan kontrak Mudharabah ini, dibagi menjadi tiga

sub bagian yang terdiri dari:

a. Sub bagian pembuka. Dalam sub bab bagian ini memuat judul

perjanjian adalah “Akad Pembiayaan Mudharabah”. Sudah jelas

bahwa judul tersebut mencakup isi dari kontrak yang akan dilakukan.

b. Sub bagian identitas para pihak

Pada sub bagian ini dicantumkan identitas para pihak yang

mengikatkan diri dalam kontrak dan siapa saja yang menandatangani

kontrak mudharabah.

c. Sub bagian penjelasan

Pada sub bagian ini, alasan pembiayaan mudharabah dijelaskan, yakni:

1) Bahwa dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan

usahanya, nasabah meminta kepada bank untuk menyediakan

dana/modal yang akan dipergunakan untuk modal kerja dalam

rangka pembiayaan modal kerja, pendapatan/keuntungan usaha itu

akan dibagi antara bank dan nasabah secara proporsional sesuai

dengan kontribusi dana/modal dari masing-masing pihak.

Page 77: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

67

2) Bahwa bank menyetujui untuk memberikan dana/modal untuk

nasabah selaku pengelola dana dalam kegiatan usaha.

2. Bagian isi

Pada bagian isi, ada empat hal yang dicantumkan,

a. Klausula definisi

Klausula ini mencantumkan berbagai definisi untuk keperluan kontrak

Mudharabah. Klausula definisi ini bertujuan untuk mengefisienkan klausula

selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan definisi, pada kontrak

mudharabah ini klausula definisi dicantumkan pada pasal 1 ayat 1 sampai

ayat 8, yakni:

1. Agunan adalah jaminan yang diserahkan Penerima Pembiayaan

kepada Bank dalam rangka pemberian Pembiayaan Mudharabah

sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Perbankan.

2. Mudharabah adalah penanaman dana dari Bank selaku pemilik dana

(shahibul maal) kepada Penerima Pembiayaan selaku pengelola dana

(Mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan

pembagian keuntungan menggunakan metode bagi pendapatan (revenue

sharing) antara Para Pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.

3. Nisbah bagi hasil adalah rasio/perbandingan pembagian keuntungan

(bagi hasil) berdasarkan kesepakatan antara Bank dan Penerima

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Akad Pembiayaan ini.

Page 78: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

68

4. Bagi Pendapatan adalah pendapatan (revenue sharing) adalah

pendapatan yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan

mudharabah.

5. Prinsip Syari’ah adalah prinsip syari’ah sebagaimana dimakud

dalam Pasal 1 angka 13 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang

perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998.

6. Hari Kerja Bank Adalah hari kerja bank Indonesia

7. Cidera Janji adalah Peristiwa-peristiwa sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 20 akad Pembiayaan ini yang menyebabkan

Bank dapat menghentikan seluruh atau sebagian Dana/Pokok

Pembiayaan, menagih dengan seketika dan sekaligus jumlah kewajiban

Penerima Pembiayaan sebelum berakhirnya jangka waktu dalam akad

pembiayaan ini.

8. Pembiayaan adalah pembiayaan mudharabah.

b. Klausula transaksi

Klausula transaksi adalah klausula-klausula yang berisi tentang transaksi

yang akan dilakukan, klausula transaksi ini dicantumkan pada pasal 2 sampai

pasal 25 yang berisi tentang maksimum Pembiayaan, Tujuan Pembiayaan,

Bentuk Pembiayaan, Jangka Waktu, Realisasi Pembiayaan, Nisbah Bagi

Hasil, Pengembalian Pembiayaan, Denda dan Ganti Rugi, Agunan, Asuransi

Page 79: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

69

Barang Agunan, Beban Biaya-biaya, Penyelenggaraan Rekening, Hak Bank

untuk Menolak Realisasi Dana Pembiayaan dan Mengakhiri Jangka Waktu,

Kuasa Atas Rekening Penerima Pembiayaan, Hak dan Kewajiban Bank, Hak

dan Kewajiban Penerima Pembiayaan, Pernyataan dan Jaminan Penerima

Pembiayaan, Pembatasan Terhadap Penerima Pembiayaan, Peristiwa Cidera

Janji (Wanprestasi), Korespondensi, Penyelesaian Sengketa, Addendum, Pasal

Tambahan.

c. Klausula spesifik

Klausula ini mengatur hal-hal yang spesifik dalam transaksi

mudharabah, hal-hal yang spesifik dalam kontrak adalah:

1) Pokok pinjamam dalam kontrak ini sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah)

2) Jangka waktu pembiayaan berlangsung selama 12 bulan

3) Nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan EBR, EBR saat ini sebesar

14% pertahun.

4) Agunan dalam kontrak adalah:

a) Sebidang tanah dan bangunan gudang, a/n Ny. X Asmanah yang

beralamat di JL. Damai Raya No. 5 Cipete Utara JAKSEL, senilai

Rp. 350.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

d. Klausula ketentuan umum

Klausul ini antara lain mengatur tentang penyelesaian sengketa, pilihan

hukum, pemberitahuan dan lain-lain, klausula ini diatur di pasal 19 dan 20,

Page 80: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

70

yakni:

1. Para pihak sepakat apabila dalam memahami atau melaksanakan

Akad pembiayaan ini terjadi sengketa maka para pihak akan

menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

2. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak cara musyawarah

untuk mufakat telah diupayakan tetapi tidak dapat menyelesaikan

perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi maka para pihak

sepakat untuk bersama-sama menunjuk dan member kuasa kepada

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) untuk

memberikan keputusannya berdasarkan keadilan dan kepatutan

menurut hukum Islam yang dilakukan menurut prosedur berarbitrase

yang ditetapkan oleh BASYARNAS.

3. Putusan BASYARNAS tersebut bersifat final dan mengikat Para

Pihak (final and biding).

4. Para Pihak bersepakat memilih tempat pelaksanaan arbitrase dikota

tempat cabang Bank berada atau BASYARNAS yang berdomisili

paling dekat dengan Kantor Bank atau yang ditunjuk sesuai

kesepakatan Bank dan Penerima Pembiayaan.

5. Pelaksanaan (eksekusi) putusan BASYARNAS sesuai dengan

ketentuan pasal 59 Undang-undang No 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengkata, Para Pihak sepakat

bahwa Bank dapat meminta pelaksanaan (eksekusi) putusan

Page 81: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

71

BASYARNAS tersebut pada setiap Pengadilan Negeri diwilayah

hokum Republik Indonesia.

3. Pada bagian penutup, ada dua hal yang dicantumkan dalam kontrak

mudharabah ini, yaitu:

a. Sub bagian kata penutup

Sub bagian kata penutup menerangkan bahwa kontrak mudharabah ini

dibuat dan ditandatangani oleh:

1) Pihak bank, yang diwakili oleh Tuan Fauzan, Wakil Kepala

Divisi I, Divisi Perbankan Syariah PT. Bank BNI Syari’ah tbk.

2) Pihak nasabah, Tuan Ujang Wahydin Direktur Utama dari PD.

Almuawanah Sentosa.

3) Saksi-saksi, saksi pertama Imam Asmuni, bertempat tinggal di

Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru Jaksel. Saksi

kedua Mia Muliawati, bertempat tinggal di Kelurahan Cipete

Utara, Kecamatan Kebayoran Baru Jaksel.

b. Sub bagian ruang penempatan tanda tangan,

Pada bagian ini, terdapat ruang penempatan tanda tangan para pihak yang

terkait dalam kontrak mudharabah, yaitu ruang taanda tangan untuk:

a) Bank, yang di wakili oleh Tuan Fauzan

b) Nasabah: Tuan Ujang Wahyudin

c) Saksi-saksi, Imam Asmuni dan Mia Muliawati

d) Notaris, Dadang, S.H

Page 82: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

72

C. Analisis Design Kontrak

Menurut pengamatan penulis pada prakteknya desaign kontrak mudharbah di

BNI Syari’ah adalah sebagai berikut:

1. Bargaining position antara bank dan nasabah

Kedudukan bank dalam setiap kegiatan kontrak pembiayaan

khususnya pembiayaan mudharabah tidak bisa dibantah bahwasanya

berada dalam posisi yang kuat, sebaliknya nasabah dalam pengajuan

pembiayaan yang direalisasikan dalam kontrak tidak dapat dipungkiri

selalu berada dalam posisi yang lemah.

Dalam perspektif Islam dan fikih muamalah kesetaraan antara mudharib

dan shahibul maal harus berada dalam posisi yang seimbang sehingga

dalam tawar menawar atau kegiatan apapun sebelum kontrak terjadi dapat

dilakukan dengan seadil mungkin.

Adapun apabila kedua posisi antara bank dan nasabah tidak seimbang

dalam arti bank berada dalam posisi yang kuat dan nasabah berada dalam

posisi yang lemah maka dalam kontrak posisi yang kuat terkesan semena-

mena dan posisi yang lemah terkesan terdesak dan memiliki ruang yang

sempit.

2. Negosiasi kontrak

Dalam kontrak apapun selayaknya para pihak menegosiasikan isi kontrak

sedemikian rupa sehingga kontrak terjadi dengan azas suka sama suka.

Menurut pengamatan penulis sebelum kontrak terjadi pada pengajuan

Page 83: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

73

pembiayaan mudharabah di BNI Syari’ah tidak terjadi negosiasi yang jelas

dan detail antara calon mudharib dengan shahibul maal dikarenakan pihak

BNI Syari’ah telah membuat draft baku yang tidak dapat dirubah. Adapun

isi-isi kontrak yang dapat dirubah hanya sebatas pengisian yang

disesuaikan dengan kebutuhan kontrak seperti, jenis, harga, jumlah,

warna, tempat, waktu dan beberapa hal lainnya yang spesifik dari objek

yang diperjanjikan.

Menurut perspektif Islam keadaan seperti ini tidak sesuai dengan dalil al-

qur’an:

ن يأيها الذين ءامنو ال تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون تجرة ع)29: النساء (تراض منكم وال تقتلوا أنفسكم إن اهللا آان بكم رحيما

Artinya: Hai orang-orang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu.sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.47

D. Analisis Isi kontrak Mudharabah

1. Pasal 7 tentang nisbah bagi hasil, disebutkan pembagian keuntungan

berdasarkan kesepakatan antara bank dan penerima pembiayaan.

Pasal ini tidak sesuai dengan praktek kontrak pembiayaan mudharabah

karena pembagian bagi hasil adalah baku ditentukan oleh bank bukan

kesepakatan bersama antara bank dan nasabah, meskipun pada akhirnya

47 Qs An-Nisa’ ayat 29

Page 84: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

74

angka pembagian hasil seperti contoh 65 % dan 35 % adalah menjadi

kesepakatan para pihak, namun angka tersebut ditetapkan oleh bank bukan

nasabah.

2. Pasal 8 (Pengembalian Pembiayaan)

Tidak adanya negosiasi, karena nasabah hanya diminta memilih jangka

waktu angsuran dengan bagi hasil yang telah ditentukan oleh pihak bank

tanpa adanya opsi untuk menentukan selain dari apa yang telah ditentukan

oleh pihak bank .

3. Pasal 10 (Agunan)

Tidak ada proses negosiasi dalam menentukan harga barang agunan, dan

agunan boleh dieksekusi apabila kesalahan disebabkan oleh kesalahan

nasabah tapi apabila kerugian disebabkan oleh business risk maka jaminan

tidak boleh dieksekusi dan tetap milik nasabah.

4. Pasal 11 (Asuransi Barang Agunan)

Premi asuransi dibebankan kepada nasabah, padahal akad yang digunakan

adalah bagi hasil (mudharabah) yang seharusnya ditanggung bersama.

5. Pasal 12 (Bebab Biaya-Biaya)

Pengalihan tanggung jawab yaitu pembebanan biaya-biaya kepada

nasabah, dan tidak ada negosiasi dalam menentukan biaya mana yang

ditanggung oleh nasabah dan biaya mana yang ditanggung oleh bank.

6. Pasal 14 (Hak Bank untuk menolak Realisasi dana Pembiayaan dan

mengakhiri jangka waktu)

Page 85: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

75

Bank semena2 terhadap nasabah, karena apabila tidak sesuai dengan

keinginan bank, bank dapat sewaktu2 menolak realisasi tanpa adanya

konfirmasi dengan pihak nasabah kapanpun bank merasa tidak sesuai.

Bank seperti menerapkan prinsip capital yaitu pemilik dana lebih

berkuasa dan dapat melakukan tindakan apapun yang dirasa tidak sesuai.

7. Pasal 15 (Kuasa Bank atas Rekening Penerima Pembiayaan)

Bank berprilaku dengan prinsip kapital. yang menguasai rekening

nasabah secara universal.

8. Pasal 20 (Peristiwa Cidera Janji/Wanprestasi)

Bank bertindak sepihak dalam memutuskan untuk menarik dana

pembiayaan nasabah, tanpa adanya kesepakatan mengenai pilihan

pengambilan tindakan oleh bank apabila terjadi wanprestasi.

9. Pasal 24 (Pasal Tambahan)

Nasabah terkadang merasa tertipu pada pasal tambahan ini,karena nasabah

tidak mengetahui isi dari pasal tambahan, isi yang tercantum dalam pasal

tambahan dibuat oleh bank.

Page 86: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan penelitian penulis, baik pustaka maupun

lapangan, serta dari uraian dan penjelasan pada bab-bab terdahulu, maka penulis

menyimpulkan hasil akhir dari apa yang ingin diketahui dari penulisan skripsi ini,

yaitu:

1. ‘Aqdu Al-Idz’an (kontrak kepatuhan) adalah sebuah kontrak dimana bentuk

yang akan disepakati sudah terkonsep dan baku, pihak nasabah hanya diajukan untuk

menyetujui draft yang telah di buat oleh bank. Pada umumnya BNI Syari’ah di

sebagian klausulnya ditemui adanya klausul yang mengindikasikan bahwa nasabah

diwajibkan untuk tunduk dan patuh (idz’an) terhadap pasal dalam kontrak yang

memberi kesan keterpaksaan (ikrah) kepada nasabah sehingga tertutupnya peluang

untuk tawar-menawar yang seharusnya ada sebelum penerimaan akad (ijab-qabul)

dilakukan.

Pasal akad yang memberi kesan idz’an menurut penulis berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan adalah terbatas pada beberapa pasal diantaranya: 1.)

Pasal 7 tentang Nisbah Bagi-Hasil. 2.) Pasal 9 mengenai Denda dan ganti rugi. 3.)

Pasal 10 tentang Agunan. 4.) Pasal 11 tentang Asuransi Barang Agunan. 5.) Pasal 12

tentang Beban Biaya-Biaya. 6.) Pasal 14 tentang Hak Bank untuk menolak Realisasi

76

Page 87: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

77

Dana Pembiayaan dan mengakhiri jangka waktu. 7.) Pasal 15 mengenai Kuasa Bank

Atas Rekening Penerima Pembiayaan.

2. Pada sebagian ‘aqdu Al-idz’an (kontrak kepatuhan) pada kontrak pembiayaan

mudharabah BNI Syari’ah, ada terdapat unsur keterpaksaan terhadap nasabah

walaupun unsur keterpaksaan ini masih dalam taraf yang dapat ditolerir dan masih

dalam ghaban yasir (ketidak seimbangan antara objek akad dengan harganya yang

dapat diterima). Seperti pasal 15 mengenai Kuasa Bank Atas Rekening Penerima

Pembiayaan untuk mendebet, memotong dan memindahbukukan tabungan nasabah

apabila dia tidak bisa memenuhi kewajibannya.

3. Pada umumnya pasal dalam kontrak pembiayaan di BNI Syari’ah

mengindikasikan kepatuhan (idz’an) oleh nasabah dengan memiliki keberimbangan

terhadap kemashlahatan, yaitu kemaslahatan bank, nasabah pengguna dana dan

nasabah yang menyimpan uangnya di bank untuk kemudian dikelola dan digunakan

oleh nasabah mudharib. Akad al- Idz’an dalam pasal perjanjian pembiayaan di BNI

Syari’ah pada umumnya tidak bertentangan dengan konsep Fikih Muamalat.

B. Saran

1. Bank sebagai lembaga intermediasi antara nasabah penyimpan dana dengan

nasabah pengguna dana harusnya lebih transparan, dan tidak ada yang ditutupi

kepada nasabah mudharib dalam menjelaskan isi perjanjian yang harus

ditandatangani oleh nasabah.

Page 88: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

78

2. Bank dalam membuat perjanjian harus memprioritaskan maslahat ketiga

pihak, yaitu pihak pemilik dana (nasabah penyimpan dana), pihak pengguna dana

(nasabah mudharib), dan maslahat bank sendiri.

3. Bank dalam mengembangkan prinsip prundential harus lebih bijak dalam

menilai nasabah karena tidak semua nasabah harus dicurigai dan memiliki I’tikad

yang tidak baik, seharusnya antara bank dan nasabah harus terjalin koneksi hubungan

yang saling percaya.

4. Nasabah seharusnya dapat menempatkan posisi untuk menerima amanah yang

diembankan kepadanya dalam mengelola harta dengan sebaik-baiknya dan

mengedepankan amanah.

5. Karena keterbatasan penulis dalam menganalisis skripsi ini berdasarkan

pembatasan masalah yang ada, maka penulis mengharapkan untuk peneliti-peneliti

setelah ini mengembangkan tulisan ini dalam bentuk penelitian lainnya.

Page 89: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 29 A.Karim, Adiwarman, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2007), edisi, 3 Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1996),

Jilid-4 Ahsahwi Abdurrazak Ahmad, Nazariyatul Aqdi Al-Jawahiri, Syekh Hasan, “Uqudul Idz’an” artikel di akses pada 13 Mei 2010 dari

Http://www.IslamicFeqh.Com/Magazines/Feqh24a/Arabi307.htm Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syari’ah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2007), cet 1 Antonio, M.Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001) Artikel diakses pada 20 Agustus 2010 dari http://www.bni.co.id Ash-Shawi, Shalah dan al-Mushlih, Abdullah, Fikih Ekonomi Keuangan Islam.

Penerjemah Abu Umar Basyir, (Jakarta: Darul Haq, 2004) Ash-Shiddieqy, TM.Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: PT Pustaka Rizki

Putra, 1999) Ashsijistani al Azhdi, Ibnu Al-Ash, Abu Daud, Sunan Abi Daud, Tahqiq: Shiddiq

Muhammad Jamil (Beirut: Dar’ Al-Fikr, 2003 M, 1424 H), Juz 9 Baihaqi, Sunan Al-Kubra LilBaihaqi, (Beirut: Darul Fikr), Juz 6 BNI Syari’ah, Profil Perusahaan, (Jakarta: BNI Syari’ah) Direktorat Perbankan Syari’ah, Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan

Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syari’ah, 2006) DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI, Edisi Revisi Tahun

2006 (Jakarta: Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), cet 3

79

Page 90: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

80

Haroen, Nasroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), cet, ke-1 Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), cet 2 Hasan, Djuhaendah, Masalah Hukum Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang

Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2004)

Lathif, Azharuddin, Fiqh Mumalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005) Latif, Azharuddin dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis, Pendekatan Hukum Positif

dan Hukum Islam, cet.1, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Darul Fikr), Juz 7 Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, edisi 2,

(Surabaya:Pustaka Progressif, 2002) Perwataatmadja, Drs. H. Karnaen, MPA, dan H. Antonio, Syafi’I, Apa dan

Bagaimana Bank Syari’ah,(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992) Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al Ma’rif, 1997) Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006), ed 1 Sjahdeini Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang

Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993)

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermas, 2005) Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut: Darul Fikr), Juz 5 Wawancara pribadi dengan Agustianto Mingka di klinik Bank Muamalat Indonesia.

Jakarta 14 Mei 2010. Wawancara pribadi dengan Hasanuddin , di IIQ (institute ilmu Al-Qur’an) Jakarta Widodo, Hertanto,dkk., PAS (Panduan Akutansi Syari’ah) Panduan Praktis

Operasional Baitul Maal wa Tamwil, (Bandung : Mizan, 1999)

Page 91: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 92: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

82

Akad Pembiayaan Mudharabah Perorangan Bismillahirrahmanirrahim

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad/perjanjian itu” QS. Al-Maidah ayat 1

AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH Nomor:

Yang bertandatangan dibawah ini:………………………………………………………… I. ………………….Pemimpin………..PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dalam

hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut berdasarkan Surat Kuasa Direksi…………

untuk selanjutnya :……………………………………………………………………....

……………………………………….BANK48 ………………………………………...

II. ……………………………._untuk selanjutnya disebut :……………………………… ……………………………..PENERIMA PEMBIAYAAN49………………………….

Bank dan Penerima Pembiayaan selanjutnya disebut Para Pihak, bertindak dalam kedudukannya masing-masing sebagaimana tersebut diatas, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan usahanya, Penerima Pembiayaan memerlukan sejumlah dana untuk modal usaha……dan untuk memenuhi hal tersebut, Penerima Pembiayaan mengajukan permohonan kepada Bank untuk menyediakan dana/modal, yang mana dari pendapatan/keuntungan usaha itu akan dibagi antara Bank dan Penerima Pembiayaan secara proposional sesuai dengan kontribusi dana/modal dari masing-masing pihak.

b. Bahwa terhadap permohonan Penerima Pembiayaan tersebut Bank selaku Shahibul Maal yang menyediakan dana secara penuh, telah menyetujui untuk menyalurkan pembiayaan kepada Penerima Pembiayaan selaku mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan usaha, sebagaimana ternyata dengan surat keputusan pembiayaan nomor ……….

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Para Pihak sepakat mengikatkan diri untuk mengadakan Akad Pembiayaan Mudharabah yang selanjutnya disebut “Akad Pembiayaan” dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

48 Agar dipedomani Buku Pedoman Hukum Bidang Pembuatan Perjanjian, bab III, halaman 3.a s/d 3.d berikut perubahannya. 49 Agar dipedomani Buku Pedoman Hukum Bidang Pembuatan Perjanjian, bab III, halaman 3.d s/d 15.c berikut perubahannya.

Page 93: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

83

Pasal 1

DEFINISI Dalam akad Pembiayaan ini yang dimaksud dengan :

(1) Agunan Adalah jaminan yang diserahkan Penerima Pembiayaan kepada Bank dalam rangka pemberian Pembiayaan Mudharabah sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Perbankan.

(2) Mudharabah Adalah penanaman dana dari Bank selaku pemilik dana (shahibul maal) kepada Penerima Pembiayaan selaku pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan menggunakan metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara Para Pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.

(3) Nisbah bagi-hasil Adalah rasio/perbandingan pembagian keuntungan (bagi-hasil) berdasarkan kesepakatan antara Bank dan Penerima Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Akad Pembiayaan ini.

(4) Bagi Pendapatan Adalah pendapatan (revenue sharing) adalah pendapatan yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan Mudharabah.

(5) Prinsip Syari’ah Adalah prinsip syari’ah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1angka 13 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diuabah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

(6) Hari Kerja Bank Adalah hari kerja Bank Indonesia

(7) Cidera Janji Adalah peristiwa-peristiwa sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 20 Akad Pembiayaan ini yang menyebabkan Bank dapat menghentikan seluruh atau sebagian Dana/Pokok Pembiayaan, menagih dengan seketika dan sekaligus jumlah kewajiban Penerima Pembiayaan sebelum berakhirnya jangka waktu dalam akad pembiayaan ini.

(8) Pembiayaan adalah Pembiayaan Mudharabah Pasal 2

MAKSIMUM PEMBIAYAAN

Page 94: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

84

(1) Bank sebagai pemilik dana berjanji dan mengikatkan diri untuk menyediakan dana pembiayaan dalam bentuk uang kepada Penerima Pembiayaan sampai sejumlah Rp….(…..) secara sekaligus atau secara bertahap untuk dikelola dan dipergunakan sebagai modal usaha………..sesuai dengan rencana kerja Penerima Pembiayaan yang telah disetujui Bank, yang dilampirkan pada dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akad Pembiayaan ini.

(2) Bank akan menyerahkan dana pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini setelah Penerima Pembiayaan memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud Pasal 6 Akad Pembiayaan ini.

Pasal 3

TUJUAN PEMBIAYAAN (1) Tujuan Pembiayaan adalah untuk membiayai……………………… (2) Untuk maksud sebagaimana ayat (1) pada Pasal ini, Bank menunjuk Penerima

Pembiayaan untuk mengelola dana pembiayaan dalam kegiatan usaha sebagaimana tujuan pembiayaan pada ayat (1) Pasal ini.

Pasal 4

BENTUK PEMBIAYAAN

Pembiayaan ini diberikan kepada Penerima Pembiayaan dalam bentuk dana tunai

Pasal 5

JANGKA WAKTU

Jangka waktu pembiayaan adalah …………(………..) bulan/tahun50 terhitung sejak tanggal Akad ini sampai dengan tanggal…….dan dapat diperpanjang dengan persetujuan para Pihak.

Pasal 6

REALISASI PEMBIAYAAN

50 Pilih salah satu sesuai Surat Keputusan Pembiayaan (SKP)

Page 95: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

85

(1) Realisasi pembiayaan dilakukan setelah Penerima Pembiayaan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: -

-

(2) Realisasi Pembiayaan dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap, dengan persetujuan terlebih dahulu dari Bank.

(3) Penerima Pembiayaan terlebih dahulu harus memberikan Surat Pemberitahuan Realisasi Pembiayaan (SPRP) dengan menyebutkan jumlah dan jadwal dari setiap penarikan pembiayaan yang dikehendaki dan disertai dengan rincian/daftar dari rencana penggunaan pembiayaan beserta bukti-bukti yang dapat diterima oleh Bank.

Pasal 7

NISBAH BAGI HASIL

Bank dan Penerima Pembiayaan sepakat bahwa atas pembiayaan yang diberikan berdasarkan Akad Pembiayaan ini, berlaku Nisbah Bagi-Hasil atau pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Nisbah bagi hasil ditentukan sebagai berikut: - …….%(……..persen) untuk Bank dan - …….%(…….persen) untuk Penerima Pembiayaan

Yang dihitung berdasarkan …………….51 sebagaimana Proyeksi Pendapatan terlampir yang merupakan satu kesatuan dengan Akad Pembiayaan ini.

(2) Pembayaran nisbah bagi hasil dilakukan tiap-tiap bulan dna dibayarkan oleh Penerima Pembiayaan kepada Bank setiap tanggal ……….dengan cara…..pada setiap bulannya.

(3) Ketentuan Nisbah Bagi Hasil sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 Pasal ini adalah berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan Penerima Pembiayaan, dan perhitungan Nisbah bagi hasil ini dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan Kesepakatan Para Pihak.

(4) Dalam hal terdapat ketidaksepakatan dalam menentukan besarnya hasil usaha, Bank dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan penghitungan kembali atas hasil usaha, dan atas hasil usaha yang dilakukan oleh Pihak Ketiga

51 Diisi sesuai Surat Keputusan Pembiayaan, menggunakan Revenue Sharing atau Profit and Loss Sharing

Page 96: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

86

tersebut, Para Pihak wajib untuk menerima perhitungan tersebut tanpa adanya suatu kualifikasi tertentu.

Pasal 8

PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN (1) Penerima Pembiayaan wajib mengembalikan pembiayaan dengan cara…………52 (2) Pengembalian pembiayaan oleh Penerima Pembiayaan, dilakukan pada Bank

melalui Kantor Cabang Syari’ah ………. Melalui rekening Penerima Pembiayaan yang dibuka untuk dan atas nama Penerima Pembiayaan.

(3) Untuk pelaksanaan pengembaliaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, maka dengan ini Penerima Pembiayaan member kuasa kepada Bank, kuasa mana tidak dapat berakhir karena sebab-sebab sebagaimana diatur Pasal 1813 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, untuk mendebet rekening Penerima Pembiayaan.

(4) Apabila pada tanggal pengembalian pembiayaan jatuh pada hari libur, maka pembayaran dilakukan pada tanggal dan hari kerja berikutnya.

(5) Dalam hal Penerima Pembiayaan mengembalikan seluruh pembiayaan lebih awal dari jangka waktu yang telah ditentukan, maka tidak berarti pengembalian dana pembiayaan tersebut akan menghapuskan atau mengurangi bagian dari keuntungan yang menjadi hak Bank sebagaimana ditetapkan dalam Akad Pembiayaan ini.

Pasal 9

DENDA DAN GANTI RUGI

(1) Apabila Penerima Pembiayaan tidak atau terlambat melakukan pengembalian pokok pembiayaan dan bagi-hasil sebagaimana diatur dalam ayat 2 Pasal 7 dan Pasal 8 ayat 1 Akad ini, maka Penerima Pembiayaan dikenakan denda sebesar 5 % pertahun dan harus dibayar lunas oleh Penerima Pembiayaan kepada Bank yang selanjutnya akan digunakan untuk kepentingan social.

(2) Apabila Penerima Pembiayaan dengan sengaja atau karena kelalaian terlambat atau tidak melakukan pembayaran nisbah bagi hasil yang merupakan bagian keuntungan Bank maka Penerima Pembiayaan dikenakan ganti rugi sebesar 100 % (seratus persen) dari jumlah kerugian riil yang diderita Bank.

Pasal 10 52 Diisi sesuai Surat Keputusan Pembiayaan -secara sekaligus pada saat jatuh tempo pembiayaan atau, - diangsur sebagaimana jadwal angsuran terlampir yang merupakan satu kesatuan dengan akad ini.

Page 97: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

87

AGUNAN

(1) Guna lebih menjamin ketertiban pengembalian pembiayaan dan nisbah bagi hasil dalam menjalankan amanah berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan untuk mengantisipasi risiko apabila Penerima Pembiayaan tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Akad Pembiayaan ini karena kecurangan, lalai atau menyalahi Akad Pembiayaan ini sehingga mengakibatkan kerugian usaha maka Penerima Pembiayaan memberikan Agunan yang jenis dan pengikatannya sebagai berikut:

(2) Sebagai dasar pengikatan agunan oleh Bank maka Penerima Pembiayaan wajib menyerahkan bukti pemilikan barang-barang agunan sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini kepada Bank.

(3) Bukti-bukti Pemilikan Barang-Barang agunan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini harus sudah diserahkan dan Akta-akta pengikatan agunan yang berkaitan dengan barang-barang agunan tersebut harus telah ditandatangani Pemegang Hak dan Bank serta diterima oleh Bank sebelum dilakukan realisasi pembiayaan.

(4) Setelah pembiayaan ini dinyatakan lunas oleh Bank, atau berdasarkan pertimbangan Bank barang-barang agunan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini sudah tidak diperlukan lagi sebagai agunan, Bank wajib mengembalikan bukti-bukti pemilikan barang-barang jaminan tersebut kepada Penerima Pembiayaan atau kepada pemilik barang agunan tersebut.

Pasal 11

ASURANSI BARANG AGUNAN

(1) Selama Akad pembiayaan ini berlaku barang-barang agunan yang dapat diasuransikan wajib diasuransikan oleh Penerima Pembiayaan terhadap resiko kerugian yang macam risiko, nilai dan jangka waktunya ditentukan oleh Bank kepada perusahaan Asuransi berdasarkan Prinsip Syari’ah yang disetujui oleh Bank.

(2) Dalam perjanjian Asuransi (polis) harus dicantumkan klausula yang menyatakan bahwa apabila terjadi pembayaran klaim/ganti rugi dari Perusahaan Asuransi, maka Bank berhak untuk memperhitungkan hasil pembayaran klaim tersebut dengan seluruh kewajiban Penerima Pembiayaan kepada Bank (Banker’s Clause).

(3) Premi Asuransi atas barang-barang agunan sebagaimana tersebut pada ayat (2) Pasal ini harus sudah dibayar lunas atau dicadangkan oleh Penerima Pembiayaan di bawah penguasaan Bank sebelum dilakukan penarikan pembiayaan atau perpanjangan jangka waktu pembiayaan.

Page 98: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

88

Pasal 12 BEBAN BIAYA-BIAYA

(1) Penerima Pembiayaan berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung segala biaya yang diperlukan berkenaan dengan pelaksanaan Akad Pembiayaan ini termasuk biaya yang yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal penerima pembiayaan tidak melakukan pembayaran pembiayaan /melunasi kewajibannya kepada Bank baik pokok pembiayaan maupun Nisbah Bagi Hasil maupun biaya-biaya lainnya yang timbul karena akad pembiayaan ini, sehingga Bank perlu menggunakan jasa penasihat Hukum/kuasa untuk menagihnya, maka Penerima Pembiayaan berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk membayar seluruh biaya jasa Penasehat Hukum, Jasa penagihan dan jasa jasa lainnya yang dapat dibuktikan dengan sah menurut hokum.

(3) Penerima Pembiayaan wajib membayar kepada Bank secara bayar di muka biaya-biaya sebagai berikut: a. Biaya administrasi pembiayaan sebesar Rp ,- b. Biaya Notaris/PPAT; c. Biaya lainnya yang timbul karena dna untuk pelaksanaan Akad pembiayaan

ini.

Pasal 13 PENYELENGGARAAN REKENING

Sebagai pelaksanaan Akad Pembiayaan ini, Penerima Pembiayaan wajib membuka rekening tersendiri atas nama Penerima Pembiayaan yang penyelenggaranya dilakukan oleh PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syari’ah……….

Pasal 14 HAK BANK UNTUK MENOLAK REALISASI

DANA PEMBIAYAAN DAN MENGAKHIRI JANGKA WAKTU Menyimpang dari jangka waktu yang telah ditentukan dalam Akad Pembiayaan ini, Bank berhak menolak merealisasikan dana pembiayaan lebih lanjut kepada penerima pembiayaan dan mengakhiri jangka waktu penggunaan pembiayaan ini, sehingga penerima pembiayaan wajib membayar lunas seketika dan sekaligus atas dana pembiayaan yang telah diterimanya dalam tenggang waktu seperti yang akan ditetapkan dalam Surat Pemberitahuan oleh Bank kepada Penerima Pembiayaan dengan mengesampingkan berlakunya ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata, apabila penerima pembiayaan menurut pertimbangan Bank ternyata tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini sebagaimana mestinya.

Pasal 15 KUASA BANK ATAS REKENING PENERIMA PEMBIAYAAN

Penerima Pembiayaan dengan ini memberikan hak dan kuasa bank, kuasa mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad pembiayaan ini, dan karenanya

Page 99: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

89

kuasa ini tidak akan berakhir karena sebab-sebab dan menyimpangi berlakunya ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1813 KUH Perdata, dan sewaktu-waktu tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Penerima Pembiayaan untuk mendebet, memindahbukukan, memblokir, membebani rekening-rekening atas nama penerima pembiayaan yang ada pada bank untuk pembayaran kewajiban penerima pembiayaan yang timbul karena dan untuk pelaksanaan Akad pembiayaan ini.

Pasal 16 HAK DAN KEWAJIBAN BANK

(1) Disamping hak-hak sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dalam Akad Pembiayaan ini, Bank berhak untuk: a. Memperoleh kembali dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil sesuai dengan

ketentuan dalam akad pembiayaan ini. b. Mengawasi dan membina jalannya usaha Penerima Pembiayaan baik langsung

maupun melalui jasa pihak ketiga, dalam hal menggunakan jasa Pihak Ketiga seluruh biaya yang timbul menjadi beban Penerima Pembiayaan.

c. Menagih nisbah bagi hasil dan pengembalian dana pembiayaan. d. Melakukan penilaian/review terhadap laporan keuangan yang disampaikan

penerima pembiayaan, selambat lambatnya

Pasal 14 HAK BANK UNTUK MENOLAK REALISASI

DANA PEMBIAYAAN DAN MENGAKHIRI JANGKA WAKTU Menyimpang dari jangka waktu yang telah ditentukan dalam Akad Pembiayaan ini, Bank berhak menolak merealisasikan dana pembiayaan lebih lanjut kepada Penerima Pembiayaan dan mengakhiri jangka waktu penggunaan pembiayaan ini, sehingga Penerima Pembiayaan wajib membayar lunas seketika dan sekaligus atas dana pembiayaan yang telah diterimanya dalam tenggang waktu seperti yang akan ditetapkan dalam Surat Pemberitahuan oleh Bank kepada Penerima Pembiayaan dengan mengesampingkan berlakunya ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata , apabila Penerima Pembiayaan menurut pertimbangan Bank ternyata tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini sebagaimana mestinya.

Pasal 15 KUASA BANK ATAS REKENING PENERIMA PEMBIAYAAN

Penerima Pembiayaan dengan ini memberikan hak dan kuasa kepada Bank, Kuasa mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad pembiayaan ini, dan karenanya kuasa ini tidak akan berakhir karena sebab-sebab dan menyimpangi berlakunya ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1813 KUHPerdata, dan sewaktu-waktu tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Penerima Pembiayaan untuk mendebet, memindahbukukan, memblokir, membebani rekening-rekening atas nama Penerima Pembiayaan yang ada

Page 100: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

90

pada Bank untuk pembayaran kewajiban Penerima Pembiayaan yang timbul karena dan untuk pelaksanaan Akad pembiayaan ini.

Pasal 16 HAK DAN KEWAJIBAN BANK

(1) Disamping hak-hak sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain Akad Pembiayaan ini, Bank berhak untuk: a. Memperoleh kembali dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil sesuai dengan

ketentuan dalam akad pembiayaan ini. b. Mengawasi dan membina jalannya usaha Penerima Pembiayaan baik langsung

maupun melalui jasa Pihak Ketiga, dalam hal menggunakan jasa Pihak Ketiga seluruh biaya yang timbul menjadi beban Penerima Pembiayaan.

c. Menagih nisbah bagi hasil dan pengembalian dana pembiayaan. d. Melakukan penilaian/review terhadap laporan keuangan yang disampaikan

penerima pembiayaan, selambat lambatnya pada hari ke 10 (kesepuluh) sesudah Bank menerima laporan Keuangan tersebut, disertai dengan data dan bukti-bukti lengkap dari Penerima Pembiayaan.

e. Menolak atau menyetujui hasil perhitungan usaha yang telah dilakukan penilaian/Review oleh Bank kepada Penerima Pembiayaan selambat-lambatnya pada hari ke 10 (sepuluh) setelah Bank menerima laporan keuangan dari Penerima Pembiayaan.

f. Mengelola/mengambilalih jalannya usaha apabila Penerima Pembiayaan tidak menjalankan usahanya sesuai dengan Akad Pembiayaan ini.

g. Mengakhiri Akad Pembiayaan ini secara sepihak apabila Penerimaan dalam menjalankan usahanya telah lalai, tidak jujur/Curang, waprestasi dan atau melanggar ketentuan-ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini.

h. Menerima pengembalian dana pembiayaan

Pasal 17 HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA PEMBIAYAAN

(1) Disamping hak-hak sebagaimana dalam Pasal-pasal lain dalam Akad Pembiayaan ini, Penerima Pembiayaan berhak untuk: a. Menerima pembiayaan sebagaimana diatur dalam Akad Pembiayaan ini. b. Mendapatkan Nisbah bagi-hasil sesuai kesepakatan.

(2) Disamping kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal-pasal lain dalam Akad Pembiayaan ini, Penerima Pembiayaan berkewajiban untuk: a. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan Akad Pembiayaan ini berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cara se-efektif dan se-efisien mungkin dan dengan praktek usaha yang etis dan benar.

b. Menjaga eksistensi dan kelangsungan usahanya dan tidak akan melakukan perubahan kepemilikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank.

c. Menanggung biaya operasional perusahaan.

Page 101: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

91

d. Bertanggung jawab terhadap segala akibat hokum dari hubungan bisnis dengan Pihak lainnya.

e. Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat, jujur, hati-hati, beriktikad baik, bertanggungjawab dan professional untuk mencapai keuntungan usaha yang maksimal.

f. Membayar nisbah bagi hasil sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. g. Mengembalikan seluruh jumlah dana pembiayaan, kepada Bank sesuai dengan

yang diisyaratkan dalam Akad Pembiayaan ini. h. Menyerahkan Laporan Keuangan tiap-tiap bulan, atas usaha yang dibiayai

dengan akad pembiayaan ini selambat-lambatnya hari ke-10 (kesepuluh) bulan berikutnya.

i. Membayar denda apabila terlambat melakukan pembayaran kembali dana pembiayaan dan Nisbah bagi hasil pada Bank.

j. Menanggung seluruh kerugian yang timbul apabila melakukan kecurangan, lalai, tidak jujur dan atau wanprestasi dalam menjalankan usahanya.

k. Jika pada akhir jangka waktu akad pembiayaan ini, Penerima Pembiayaan belum melunasi dana pembiayaan, Penerima Pembiayaan wajib tetap membayar nisbah bagi hasil keuntungan sebagaimana diatur pada ayat 1 Pasal 7 sampai dengan dilunasinya dana pembiayaan tersebut oleh Penerima Pembiayaan.

l. Memenuhi permintaan Bank, apabila pada saat Akad Pembiayaan ini berakhir, sedangkan sebagian dana pembiayaan masih dalam bentuk barang dan/atau dalam bentuk hutang Pihak Ketiga, dan Bank meminta barang tersebut dijual untuk melunasi dana pembiayaan yang telah diserahkannya atau meminta pihak ketiga untuk segera melunasi hutangnya.

m. Mengelola dan menyelenggarakan administrasi pembukuan secara jujur dan benar dengan iktikad baik dalam pembukuan tersendiri.

n. Segera memberitahukan kepada Bank tentang: i. Adanya perkara yang terjadi antara Penerima Pembiayaan dengan pihak lain. ii. Adanya kerusakan, kerugian atau kemusnahan atas harta kekayaan Penerima Pembiayaan serta barang agunan.

o. Menyampaikan dalam bentuk dan dengan perincian yang dapat diterima oleh Bank: i.Neraca dan perhitungan rugi laba periodik berikut penjelasannya yang telah disahkan oleh direksi perusahaan secepat mungkin tetapi tidak lebih lambat dari 30 (tiga puluh) hari sejak akhir masanya.

Page 102: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

92

ii. Neraca dan perhitungan rugi laba dari perusahaan penerima pembiayaan secepat mungkin, akan tetapi tidak lebih lama dari 30 (tiga pulu) hari sejak penutupan tahun buku.

iii. Laporan aktivitas usaha dalam bentuk Laporan Rugi-Laba bulanan guna penentuan pembayaran nisbah bagi hasil sesuai Akad Pembiayaan ini.

p. Memenuhi kewajiban membayar seluruh pajaknya. q. Mengirimkan setiap keterangan atau dokumen-dokumen yang diminta oleh

Bank. r. Mengijinkan Bank atau wakilnya pada setiap waktu apabila dianggap perlu

untuk memeriksa seluruh fasilitas-fasilitas, kegiatan-kegiatan, pembukuan dan catatan-catatan Penerima Pembiayaan dan semua biaya yang timbul menjadi beban Penerima Pembiayaan.

Pasal 18

PERNYATAAN DAN JAMINAN PENERIMA PEMBIAYAAN

Penerima Pembiayaan dengan ini menyatakan dan menjamin mengenai kebenaran hal-hal sebagai berikut:

a. Semua dokumen, data dan keterangan yang telah diberikan oleh Penerima Pembiayaan adalah lengkap dan benar.

b. Penerima Pembiayaan pada waktu ini tidak tersangkut dalam perkara dan sengketa berupa apapun juga yang dapat mengancam harta kekayaan Penerima Pembiayaan.

Pasal 19

PEMBATASAN TERHADAP PENERIMA PEMBIAYAAN

Tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bank, Penerima Pembiayaan tidak diperkenankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Menjual, menyewakan, mengalihkan semua atau bagian terbesar hartanya, kecuali untuk kegiatan bisnis yang lazim.

(2) Menjual, Mengalihkan, menjaminkan atau membebankan saham-saham dari pemegang saham kepada pihak manapun.

(3) Melakukan investasi/pernyataan pada dan dengan Pihak lain. (4) Memasukkan modal dalam usaha yang berjalan. (5) Menggunakan dana pembiayaan dan keuntungan usaha untuk kepentingan diluar

perusahaan.

Page 103: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

93

(6) Memindahtangankan usaha/barang modal/menyewakan perusahaan atau usaha yang dibiayai dengan dana pembiayaan ini kepada Pihak Ketiga.

(7) Menerima pinjaman dan/atau pembiayaan dari pihak lain, kecuali pinjaman dan/atau pembiayaan tersebut diterima dalam rangka transaksi dagang yang berkaitan langsung dengan usahanya.

(8) Mengambil lease dari perusahaan leasing. (9) Mengikatkan diri sebagai Penjamin (Borg), menjaminkan harta kekayaan dalam

bentuk dan maksud apapun kepada pihak lain. (10) Mengalihkan tagihan-tagihan yang telah diikat Fidusia. (11) Lain-lain yang ditetapkan dalam Pasal tambahan akad pembiayaan ini.

Pasal 20 PERISTIWA CIDERA JANJI (WANPRESTASI)

(1) Penerima Pembiayaan dianggap telah cidera janji (wanprestasi) jika melanggar dan atau menyimpangi salah satu peristiwa berdasarkan Akad Pembiayaan ini jika: a. Penerima Pembiayaan menggunakan pembiayaan diluar tujuan

sebagaimana Pasal 3 Akad Pembiayaan ini. b. Penerima Pembiayaan tidak membayar jumlah kewajiban pembiayaan

sesuai dengan ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini atau jumlah-jumlah lain yang harus dibayar berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan atau dokumen lainnya yang dibuat berdasarkan Akad Pembiayaan ini.

c. Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bank tidak benar. d. Penerima Pembiayaan lalai memenuhi atau tidak memenuhi syarat-syarat

dan ketentuan-ketentuan lainnya dalam Akad Pembiayaan ini (dan atau suatu penambahan, perubahan, Pembaharuan atau penggantinya) dan atau terjadinya pelanggaran terhadap atau kealpaan menurut syarat-syarat yang tertera dalam perjanjian agunan yang dibuat berkenaan dengan Akad Pembiayaan ini.

e. Penerima Pembiayaan melakukan pengalihan usahanya dengan cara apapun termasuk pengagbungan, konsolodasi ataupun akuisisi dengan pihak lain.

f. Seluruh kekayaan penerima Pembiayaan disita oleh pemerintah atau pengadilan.

g. Ijin atau persetujuan yang diberikan atau dikeluarkan oleh instansi yang berwenang terhadap penerima pembiayaan dicabut atau dinyatakan tidak berlaku, sehingga penerima pembiayaan tidak berhak untuk membangun atau menyelesaikan pembangunan atau melaksanakan proyek.

Page 104: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

94

h. Penerima Pembiayaan tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam akad pembiayaan ini atau Penerima Pembiayaan lalai melaksanakan atau mematuhi syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban lain dalam Akad Pembiayaan ini atau dokumen transaksi lainnya.

(2) Apabila terjadi salah satu peristiwa Cidera janji oleh Penerima Pembiayaan, sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini makan Bank berhak untuk: a. Menarik kembali dana pembiayaan dan semua jumlah uang yang harus

dibayar berdasarkan Akad Pembiayaan ini secara seketika dan sekaligus karena Akad Pembiayaan ini menjadi jatuh tempo, tanpa Pemberitahuan lebih lanjut dan tanpa diperlukan adanya putusan dari Basyarnas atau pengadilan.

b. Melakukan upaya hokum untuk melaksanakan hak Bank dalam Akad Pembiayaan ini, tidak terbatas pada mengambil pelunasan, melakukan eksekusi agunan serta upaya-upaya hokum lainnya untuk kepentingan pelunasan pembiayaan.

Pasal 21 KORESPODENSI

(1) Setiap pemberitahuan/korespodensi mengenai Akad Pembiayaan in idari salah satu pihak kepada pihak lainnya harus disampaikan secara tertulis dan dapat melalui (a) kurir (b) surat tercatat, dan (c) faksimili, kepada alamat sebagai berikut:

Bank

PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)Tbk

Kantor Cabang Syari’ah……………..

Telepon………………………………..

Faksimili………………………………

Penerima Pembiayaan

………………………………………..

………………………………………..

Page 105: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

95

Telepon :……………………………...

Faksimili :…………………………….

(2) Kecuali jika ditentukan lain dalam Akad Pembiayaan ini, maka segala pemberitahuan dan korespodensi sehubungan dengan Akad Pembiayaan ini dianggap telah disampaikan : a. Pada tanggal penerimaan surat tersebut apabila dikirim melalui

kurir atau diantar sendiri. b. Apabila melalui surat tercatat, 5 (lima) hari kerja setelah

pengiriman surat tersebut. c. Apabila melalui faksimili, pada saat berita tersebut diterima

dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Apabila dilakukan lebih dari satu cara tersebut diatas, maka pemberitahuan tersebut dianggap telah disampaikan melalui cara yang paling efektif, segala pemberitahuan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Akad Pembiayaan ini dilaksanakan dalam Bahasa Indonesia.

(3) Setiap pemberitahuan alamat yang tercantum/diatur dalam ayat (1) Pasal ini wajib diberitahukan secara tertulis oleh Pihak yang besangkutan kepada pihak lainnya selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelumnya. Apabila tidak ada pemberitahuan secara tertulis, maka alamat yang tercantum/diatur dalam Akad Pembiayaan ini alamat terakhir yang tercatat pada masing-masing pihak.

Pasal 22 PENYELESAIAN SENGKETA

(1) Para Pihak sepakat apabila dalam memahami atau melaksanakan Akad

Pembiayaan ini terjadi sengketa maka para pihak akan menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

(2) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak cara musyawarah untuk mufakat telah diupayakan tetapi tidak menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi maka para pihak sepakat untuk bersama-sama menunjuk dan member kuasa kepada Badan Arbitrase Syari’ah Nasional (BASYARNAS) untuk memberikan keputusannya berdasarkan keadilan dan kepatutan menurut hokum Islam yang dilakukan menurut prosedur berarbitrase yang ditetapkan oleh BASYARNAS.

(3) Putusan BASYARNAS tersebut bersifat final dan mengikat Para Pihak (final and biding)

Page 106: K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2581/1/FITRIA-F… · 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin

96

(4) Para Pihak bersepakat memilih tempat pelaksanaan arbitrase dikota tempat cabang Bank berada atau BASYARNAS yang berdomisili paling dekat dengan Kantor Bank atau yang ditunjuk sesuai kesepakatan Bank dan Penerima Pembiayaan.

(5) Pelaksanaan (eksekusi) putusan BASYARNAS sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Undang-undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Para Pihak sepakat bahwa Bank dapat meminta pelaksanaan (eksekusi) putusan BASYARNAS tersebut pada setiap Pengadilan Negeri diwilayah hokum Republik Indonesia.

Pasal 23 ADDENDUM

Hal-hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dan/atau diperlukan perubahan syarat-syarat dalam Akad Pembiayaan ini, para pihak sepakat untuk menuangkan dalam suatu addendum yang ditandatangani oleh Para Pihak yang merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

Pasal 24 PASAL TAMBAHAN

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………53

Pasal 25 PASAL PENUTUP

Demikian Akad Pembiayaan ini ditandatangani di…………pada tanggal………, dibuat dalam rangkap 2 (dua) masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sama bagi para pihak. BANK PENERIMA PEMBIAYAAN

53 Yang diisikan pada Pasal Tambahan adalah ketentuan-ketentuan yang bermaksud menyimpangi

ketentuan-ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini dan atau ketentuan tambahan yang belum diatur dalam

Pasal-pasal Akad Pembiayaan. Dalam hal terdapat pasal yang disimpangi maka dalam redaksi Pasal

Tambahan harus secara tegas menyatakan bahwa pasal tersebut tidak diberlakukan.