jurusan teknik mesin fakultas teknik universitas ... · tegangan geser maksimum dalam ujian adalah...

20
ANALISA KEKUATAN MEKANIK DAN STRUKTUR METALOGRAFI PADA METODE BRAZING ANTARA ALUMINIUM DAN BESI DENGAN MENGGUNAKAN FILLER ALUSOL. PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disususun Oleh : ENDRIANSYAH ZULFIKRI NIM : D 200 120 117 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: vudien

Post on 14-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISA KEKUATAN MEKANIK DAN STRUKTUR METALOGRAFI

PADA METODE BRAZING ANTARA ALUMINIUM DAN BESI DENGAN

MENGGUNAKAN FILLER ALUSOL.

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Strata Satu

Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Disususun Oleh :

ENDRIANSYAH ZULFIKRI

NIM : D 200 120 117

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

1

2

1

ANALISA KEKUATAN MEKANIK DAN STRUKUR METALOGRAFI

PADA METODE BRAZING ANTARA ALUMINIUM DAN BESI DENGAN

MENGGUNAKAN FILLER ALUSOL

Endriansyah Zulfikri, Agus Dwi Anggono

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura

e-mail: [email protected]

Abstrak

Dalam industri otomotif, bahan bergabung menjadi proses penting. Salah satu metode

bergabung adalah mematri. Itu digunakan untuk dua bahan bersama yang memiliki sifat yang

berbeda. Ada banyak dificulties untuk sifat yang berbeda bersama bahan karena kemampuan las

yang berbeda. Dalam penelitian ini, tujuannya adalah menyambungkan aluminium dan baja karbon

dengan menggunakan metode mematri. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

aluminium tebal 2mm dan baja karbon tebal 1,6 mm. Mematri akan conducte dengan

menggunakan aluminium filler yang memiliki nama comercial sebagai alusol. ASME IX

digunakan untuk memproduksi spesimen dan ASTM E8 digunakan untuk uji tarik dari bahan asli

tanpa bergabung. Uji kekerasan mikro dilakukan dengan menggunakan AWS D8.9-97 standart.

ASTM E407-07 terpilih standar untuk fotografi makro dan mikro. uji tarik logam dasar aluminium

disampaikan tegangan tarik rata-rata 112,53 ketegangan N / mm2 dan rata-rata 3,58%. Tegangan

geser maksimum dalam ujian adalah 41,74 N / mm2 dan ketegangan dari 8,5%. uji microhardness

Vickers dari spesimen ditunjukkan kekerasan tertinggi adalah pada baja karbon sementara

kekerasan terendah pada HAZ (Heat Affected Zone) aluminium. Foto makro alusol ditunjukkan

posisi alusol, aluminium dan baja karbon dalam warna yang berbeda. struktur mikro aluminium di

HAZ itu ditampilkan berubah dimana ukuran butir meningkat. Sementara di baja karbon, perlit

gandum memiliki meningkat juga di HAZ. Untuk pengisi alusol, itu struktur mikro berubah

menjadi lebih kecil dari sebelum proses mematri.

Kata Kunci : Brazing, aluminium, baja karbon, filler alusol, HAZ.

Abstracts

In automotive industries, joining materials have been a important process. One of the

joining method was brazing. It was used to joint two materials which have different properties.

There were many dificulties to joint different properties of materials due to the different weld

ability. In this research, the aim is to joint aluminium and carbon steel by using brazing method.

The material used in this research was 2 mm thick of aluminium and 1.6 mm thick of carbon steel.

Brazing will be conducte by using aluminium filler which has comercial name as alusol. ASME IX

was used to manufacture the specimen and ASTM E8 was used for tensile test of original material

without joining. The micro hardness test was carried out by using AWS D8.9-97 standart. ASTM

E407-07 was selected standard for macro and micro photograph. Tensile test of base metal of

aluminium was delivered average tensile stress of 112.53 N/mm2 and average strain of 3.58%. The

maximum shear stress in the test was 41.74 N/mm2 and strain of 8.5%. Vickers microhardness test

of the specimen was shown the highest hardness was on the carbon steel while the lowest hardness

2

was on HAZ (Heat Affected Zone) of aluminium. The macro photo of alusol was shown the

position of alusol, aluminium and carbon steel in different color. Micro structure of aluminium in

HAZ was shown changed which the grain size has increased. While in the carbon steel, perlit

grain has increase as well in HAZ. For the alusol filler, it was micro structure changed become

smaller than before brazing process.

Keywords : Brazing, aluminium, carbon steel, alusol filler, HAZ.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan logam di mana

logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Pada saat

ini teknik pengelasan banyak dipergunakan untuk penyambungan material-

material pada kontruksi bangunan dan otomotif. Proses pengelasan banyak

dipergunakan pada kontruksi bangunan dan otomotif dikarenakan pada proses

pengelasan sangat memudahkan penyambungan sehingga menjadi ringan dan

proses pembuatannya menjadi lebih sederhana, sehingga biaya keseluruhan yang

dikeluarkan menjadi lebih murah. Penyambungan terdiri dari berbagai macam

cara salah satunya adalah brazing. Brazing adalah penyambungan dua buah

material logam atau lebih, baik itu logam sejenis maupun tidak sejenis dengan

menggunakan bahan tambah (filler) yang titik jenuhnya lebih rendah dibanding

dengan titik cair logam yang akan disambung dengan menggunakan temperature

yang rendah, pada proses brazing ini biasanya menggunakan api yang berasal dari

karbid acetylene atau gas propana. Proses brazing mencakup suhu 3500C-1190

0C /

8800F-2175

0F. Proses brazing merupakan teknologi las yang banyak digunakan

dalam industri untuk penyambungan material yang berbentuk pipa, lembaran atau

pelat. Proses penyambungan brazing banyak digunakan karena mudah dan cepat

sehingga cocok untuk produksi tunggal ataupun massal. Pada pengelasan brazing

ini biaya yang di keluarkan sangat murah sehingga dapat meminimalisir modal

untuk membuat suatu produk. Alat yang digunakan untuk proses brazing ini

sangatlah sederhana tidak sulit untuk didapatkan dan juga sangat mudah untuk

perawatannya.

3

1.2 Tujuan

1. Mengetahui hasil kekuatan tarik raw material pada aluminium tebal 2

mm.

2. Mengetahui hasil kekuatan uji tarik geser pada hasil spesimen dengan

metode brazing.

3. Mengetahui hasil kekerasan pada hasil penyambungan dengan metode

brazingmenggunakan sambungan simple lap joint.

4. Mengetahui struktur mikro dari penyambungan brazing antara aluminium

dan besi dengan menggunakan filler alusol.

1.3 Batasan Masalah

1 Teknik yang digunakan adalah proses mematri (brazing).

2. Jenis sambungan yang digunakan adalah sambungan lap joint.

3. Pembersihan material dengan cara diamplas dianggap konstan.

4. Penekanan filler dianggap konstan.

5. Temperatur dianggap sama.

5.1 Tinjauan Pustaka

Yang jinlong, (2014) telah melakukan penelitian mengenai brazing tipe

Al 6061 dengan satainless steel 304 menggunakan flame brazing dengan

perbaikan CsF-RBF-Alf menggunakan filler Zn-Al. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyebaran wilayah di stainlees logam filler telah memperbaiki dengan

penambahan fluks RbF ke CsF-AlF. Fase Zn terlihat antara sambungan brazing

dan senyawa intermetalik (IMC) sekitar 1,76 sampai 6,45 µm dengan peningkatan

dari logam filler yang digunakan. Filler yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Zn-2Al, Zn-5Al, Zn-15Al, Zn-22Al, Zn-25Al. Dalam Proses brazing

menghasilkan kekuatan sambungan berdasarkan filler. Kekuatan geser maksimum

pada penelitian ini menunjukkan hingga 131 Mpa yaitu pada filler Zn-15Al.

4

(a)

(b)

Gambar 1 hasil foto makro proses brazing antara Al dengan Stainless

menggunakan filler Zn-15Al (a) Daerah las (b) Daerah penampang

(Yang Jinlong, 2014).

Djoko W. Karmiadji, (2010) telah melakukan penelitian tentang analisis

pengaruh proses brazing kuningan terhadap perubahan sifat mekanis dari pipa

baja dan karbon rendah. Hasil dari pengujian komposisi kimia yang dilakukan

menunjukkan bahwa spesimen uji pipa baja termasuk dalam kelompok pipa baja

karbon rendah dengan kadar karbon kurang dari 0,30% yaitu sebesar 0,052%C.

Kekuatan tarik dan kekuatan luluh maksimum terjadi pada proses brazing dengan

jarak kampuh 0,5 mm yaitu 302 N/mm² mendekati kekuatan tarik dan luluh logam

induk yaitu untuk kekuatan tarik 12,97% dibawah tegangan luluh logam induk.

Kekerasan maksimum pada titik logam las, titik daerah HAZ, dan titik logam

induk masing-masing 9,743 N/mm², 9,673 N/mm²,dan 9,751 N/mm² mendekati

nilai kekerasan logam induk tanpa las yaitu sebesar 9,98 N/mm²dan berada diatas

kekuatan tarik logam las 4,89 N/mm².

2. METODE

2.1 Alat

Alat pengelasan : alat las mematri (brazing)

filler

Al Stainless

Filler

Al Stainless

5

Alat bantu : alat ukur, mesin potong, sarung tangan, amplas, korek api,

kain bludru, autosol cetakan kaca, resin katalis.

Alat pengujian : alat uji tarik geser, alat uji kekerasan, alat uji mikosop

makro, mikrosop mikro.

2.2 Bahan

Bahan penelitian : material pelat aluminium, besi, dan filler alusol.

2.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian : Laboratorium Material Teknik Mesin Universitas Sebelas

Maret, Laboratorium Teknik Mesin Universitas

Muhammadiyah Surakarta, LKP Inlastek Surakarta.

2.4 Langkah Pengujian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan penyambungan metode brazing

dengan tipe sambungan simple lap joint. Spesimen disambung dengan

menggunakan bahan pengisi atau filler alusol.

a. Pemotongan Spesimen

Pemotongan spesimen menggunakan Standar ASME IX.

Gambar 2 ukuran standar ASME IX

b. Pengujian tarik

Pengujian tarik raw material menggunakan standar ASTM E8.

c. Pengujian kekerasan

6

Pengujian kekerasan menggunakan pengujian vickers microhardnes yang

mengacu pada standar AWS D8.9-97.

d. Pengujian metalografi

Pengujian metalografi bertujuan untuk mengamati struktur makro dan mikro

menggunakan mikroskop.

2.5 Diagram alir penelitian

Gambar 3. Diagram alir penelitian

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai

Studi Pustaka dan Lapangan

Persiapan Material Alumunium, besi (Fe), dan

Alusol Sebagai Filler

Pemotongan Spesimen

Pembuatan Specimen Uji Geser

Menggunakan Standart ASME

IX.

Pembuatan Spesimen Uji

Tarik Sesuai Standar ASTM

E8

Pembuatan Spesimen Uji

Kekerasan dan Foto

Makro, Mikro

Preparasi Spesimen Sebelum

Pengujian

Hasil Pengujian

Analisa Pembahasan

Kesimpulan

selesai

7

3.1 foto makro

Penelitian mengenai hasil penyambungan dengan proses brazing anatara

material aluminium dengan besi menggunakan filler alusol dilakukan untuk

mengetahui sifat mekanik dari hasil penyambungan kedua material tersebut. Sifat

mekanik sambungan didapatkan dengan melakukan uji tegangan geser, uji tarik

RAW material, uji kekerasan vickers microhardnes, dan metalografi. Data hasil

pengujian dianalisa untuk mendapatkan pembahasan dan kesimpulan yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

Gambar 4 Hasil foto makro spesimen

Gambar 4 menunjukkan posisi susunan pada pembuatan spesimen. Pada

gambar 4 menunjukkan bahwa filler alusol dengan besi tidak bercampur (hanya

menempel) sedangkan alusol dengan material aluminium dapat menyatu atau

bercampur dikarenakan pada material aluminium tingkat lelehnya lebih rendah

dari besi.

3.2 Struktur mikro aluminium

Gambar 5 (a) Base metal aluminium (b) Haz aluminium

Besi

Filler

Aluminium

a b

8

0

20

40

60

80

100

120

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Taga

nga

n(N

/mm

2 )

Spesimen 1

Spesimen 2

Spesimen 3

Gambar 5 menjelaskan bahwa antara base metal alumunium dengan daerah

HAZ alumunium mengalami perubahan butiran. Hasil perlakuan panas yang

diteruskan dengan pendinginan suhu ruangan yang lambat membuat butiran

berubah menjadi lebih besar pada daerah haz. Dimana butiran pada daerah base

metal lebih kecil dari pada butiran yang terlihat pada daerah HAZ. Perubahan

butir itu terjadi karena daerah HAZ terpengaruh panas yang mengakibatkan

struktur pada alumunium daerah HAZ mengalami perubahan. Daerah HAZ

adalah daearah yang mengalami siklus termal tetapi tidak mengalami deformasi

plastis. Pada daerah ini juga terjadi perubahan struktur mikro. Daerah HAZ akan

terjadi perubahan ukuran butir (grain size) dimana perubahan ukurannya

tergantung dari karakteristik material, suhu, lama pemanasan, dan laju

pendinginan. Daerah HAZ material. Pembesaran butir ini akibat pengaruh

material alumnium heat-treatable yang mengalami over aging (Ir. Winarto,

2008).

3.3 Uji tarik raw material aluminium

Gambar 6 Grafik uji tarik pada raw material alumunium ketebalan 2 mm

Regangan %

9

0

20

40

60

80

100

120

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Tega

nga

n (

N/m

m2 )

Gambar 7 Grafik rata-rata hasil uji tarik pada raw material alumunium ketebalan

2 mm

Dari grafik tegangan penulis memperoleh hasil pengujian tarik raw

material plat alumunium ketebalan 2 mm dengan rata-rata tegangan tarik tertinggi

112,53 N/mm2 dan rata-rata regangan yang dihasilkan 3,58 %. Dari ketiga

spesimen yang diuji tarik mengalami putus material.

3.4 Hasil foto mikro besi

Gambar 8 Struktur mikro material besi (a) logam induk (b) daerah HAZ.

(Kusmayadi, dkk) menyatakan pada logam besi didominasi kristal ferrit

yang berwana terang ini akan membuat material mempunyai sifat kekerasan yang

rendah, sedangkan kristal perrit yang tampak berwarna gelap tidak dominan.

Regangan %

(a) (b)

Ferrit Perlit Ferrit Perlit

10

Struktur pengujian mikro dilakukan pada logam induk dan daerah HAZ pada

material besi, dimana pada hasil pengujiannya pada gambar 8. Struktur mikro

pada gambar 8 didominasi butir-butir ferit yang berwarna terang, sedangkan fasa

perlit lebih sedikit (berwarna gelap). Butir ferrit cenderung lebih halus sedangkan

butir perlit lebih kasar. Butir perlit cenderung lebih keras karena mengandung

karbon, sedangkan butir ferrit cenderung lebih lunak. Pada gambar 8 dengan jelas

menunjukkan perubahan butiran pada daerah haz yaitu butiran perlit pada daerah

HAZ mengalami perubahan menjadi lebih kecil dari logam induk. Pada gambar

struktur mikro 4.5 nampak dengan jelas tidak terjadi perubahan struktur ferrit dan

perlit ke struktur martensite maupun bainite karena pengaruh perubahan

temperatur dan proses pendinginan proses brazing tidak merubah struktur pada

daerah HAZ. Pendinginan dengan udara atau biasa disebut normalizing tidak

terbentuk martensit, strukturnya pada permukaan berupa perlit dengan matriks

ferrit. Struktur perlit merupakan campuran dari ferrit dan sementit yang berlapis

lapis. Pada perbesaran 1000x dibawah mikroskop optik, butiran yang terbentuk

berupa perlit yang halus atau biasa disebut fine perlite. Perlit berwarna hitam

sedangkan matriksnya, ferrit berwarna terang (Bayu Adjie Septianto dkk, 2013).

Pengaruh pendinginan menerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat

dilihat gambar 9.

Gambar 9 Diagram continous cooling transformation (Sefnath.blogspot.co.id)

11

0

10

20

30

40

50

0,7 1,5 2,3 3,1 3,9 4,7 5,5 6,2 7 7,8 8,6 9,4 10,2

Spesimen 1

Spesimen 2

Spesimen 3

3.5 Foto mikro alusol

Gambar 10 Mikrostruktur alusol sebagai filler (a) sebelum dipanaskan

pembesaran 250X (b) setelah dipanaskan pembesaran 100X

Jika dihubungkan dengan sifat mekanik maka terjadinya perubahan

mikrostruktur dari kondisi awal sampai perlakuan panas pada alusol tersebut

ternyata nilai kekerasannya mengalami kenaikan yang signifikan. Perlakuan panas

hingga mencairnya alusol dan melalui pendinginan sehingga struktur butir pada

alusol berubah. Dapat dilihat pada gambar 10 butiran aluminium (terang) yang

terlihat pada base metal mempunyai bentuk kasar dan memanjang sedangkan pada

alusol yang telah dipanaskan bahwa butiran memiliki bentuk lebih halus dan

berbentuk bulat.

3.6 Hasil pengujian geser sambungan brazing

Gambar 11 Grafik uji geser pada sambungan brazing plat aluminium tebal 2 mm

dengan plat besi tebal 1,6 mm.

(a) (b)

Tega

nga

n (

N/m

m2)

Regangan %

12

Gambar 12 Grafik rata-rata hasil uji geser pada sambungan brazing

Dari analisa grafik tegangan dan egangan geser peneliti mempeoleh hasil

pengujian geser sambungan brazing pada plat aluminium tebal 2 mm dengan plat

besi tebal 1,6 mm di dapat ata-rata tegangan geser tertinggi 41,74 N/mm2 dan

regangan rata-rata yang dihasilkan 8,5 %.

Dari seluruh spesimen yang dilakukan pengujian geser semua spesimen

mengalami putus. Spesimen yang putus memiliki kegagalan button pull- out

failure mode. Mode kegagalan sambungan las tersebut dapat dilihat pada gambar

13. button pull-out failue mode adalah salah satu jeniskegagalan hasil sambungan

las yang menunjukkan terdapat nilai daya beban dukung tarik geser tinggi dalam

sambungan las tersebut (Haikal, 2014).

Tega

nga

n (

N/m

m2)

Regangan %

13

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

aluminium besi filler

base metal

daerah haz

Gambar 13 Mode patahan sambungan las jenis button pull-out failure

mode

3.7 Hasil pengujian kekerasan vickers microhardness

Gambar 14 Hasil uji kekerasan pada sambungan brazing plat aluminium tebal 2

mm dengan besi tebal 1,6 mm

Hasil perlakuan panas yang dilakukan pada logam aluminium memiliki

nilai kekerasan senialai 71,Hv pada base metal aluminium, sedangkan pada

daerah haz aluminium memiliki nilai kekerasan sebesar 51,5 Hv. Daerah haz

aluminium memiliki kekerasan lebih rendah dari base metal dikarenakan adanya

perlakuan panas dan mengalami pendinginan yang lambat didalam suhu ruangan

pada daerah haz. Semakin lambat pendinginan makan ukuran butir akan semakin

Mic

roh

ard

ne

ss (

HV

.2)

14

besar (Nuraini, 1996). Perubahan struktur mikro dapat dilihat pada gambar 5

dimana logam butiran pada daerah haz mengalami perubahan lebih besar dari

base metal. Fenomena pembesaran dan pengecilan butir ini akan mempengaruhi

kekuatan mekanik pada material tersebut. Semakin besar ukuran butir maka akan

menurunkan kekerasan dan kekuatan tariknya (Rajakumar dan Balasubramanian,

2012).

Gambar 14 menunjukkan hasil uji kekerasan pada sambungan brazing

plat aluminium dengan besi menggunakan filler autosol. Gambar 14 menunjukkan

logam base metal besi memiliki nilai kekerasan 163,5 Hv, sedangkan pada daerah

haz besi memiliki nilai kekerasan 171,8 Hv. Daerah haz besi mengalami

perubahan kekerasan dikarenakan pada daerah besi mengalami perlakuan panas

yang dapat merubah mikrostruktur pada logam besi. Perubahan mikrostruktur

yang terjadi pada daerah haz logam besi dapat dilihat pada gambar 8 yang

menunjukan bahwa daerah haz logam besi mengalami perubahan ukuran butiran

perlit dan ferrit menjadi lebih kecil. Ferrit dan perlit yang bentuk butirannya lebih

besar nilai kekerasannya rendah (Subeki, 2011). Maka dari itu nilai kekerasan

pada daerah haz besi mengalami kenaikan kekerasannya dikarenakan butiran

perlit dan ferrit pada daerah haz mengecil.

Nilai kekerasan yang didapatkan pada filler alusol sebelum diperlakukan

panas sebesar 40,2 Hv sedangkan filler alusol setelah dipanaskan hingga mencair

dan kembali mengeras memiliki nilai kekerasan sebesar 113,15 Hv. Kekerasan

filler alusol terdapat perubahan yang sangat signifikan karena filler alusol setelah

dipanaskan terdapat perubahan butir yang terjadi pada gambar 9. Logam filler

setelah dipanaskan butir aluminium mengalami perubahan menjadi sangat halus

sehingga nilai kekerasan menjadi meningkat.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data dapat diambil beberapa kesimpulan

antara lain:

15

1. Kekuatan tarik raw material plat aluminium tebal 2 mm memiliki

tegangan tarik tertinggi 112,53 N/mm2 dan memiliki regangan tertinngi

sebesar 3,58%.

2. Kekuatan geser pada sambungan brazing antar plat aluminium tebal 2

mm dan besi tebal1,6 mm dengan filler alusol memiliki tegangan tarik

tertinggi sebesar 41,74 N/mm2

dan regangan tertinggin memiliki nilai

sebesar 8,5%.

3. Struktur mikro pada sambungan brazing plat aluminium tebal 2 mm

dengan besi tebal 1,6 mm mengalami perubahan besaran struktur. Daerah

HAZ mengalami pembesaran butiran pada material aluminium akibat

pengaruh panas. Sedangkan pada material besi mengalami pengecilan

butir pada daerah HAZ karena diakibatkan oleh pengaruh panas.

4. Hasil pengujian kekerasan pada sambungan brazing aluminium tebal 2

mm dengan besi tebal 1,6 mm menggunakan filler alusol mendapatkan

kekerasan tertinggi dimiliki oleh daerah HAZ besi yaitu sebesar 171,8

Hv, sedangkan kekerasan terendah dimiliki oleh daearah HAZ

aluminium yaitu sebesar 51,5 Hv.

DAFTAR PUSTAKA

ANSI/AWS/SAE/D8.9-97 An American National Standart, 1997. Recomended

Practices for Test Methods for Evaluating The Resistance Spot Welding

Behavior of Automotive Sheet Steel Materials, American Welding Society,

Miami, p 33-37.

ASME BPVC IX, 2010, Boiler & pressure vessel code section IX, welding and

brazing qualification, New York.

ASTM/E8,1990, Standart Tes Methods for Tension Testing of Methalic Materials,

American Society for Testing Methods, West Conshocken,p 1-4.

By C. W. Tan, dkk. 2014. Microstructural Characteristics And Mechanical

Properties Of Fiber Laser Welded-Brazed Mg Alloy-Stainless Steel Joint.

16

Jurnal Welding 399 (October 2014). Harbin Instituteof Technology, Harbin,

China. University of Waterloo, Waterloo N2L 3G1, Canada.

Elin Nuraeni, dkk. 1996. Pengaruh Suhu Dan Media Pendingin Terhadap

Perubahan Kekerasan Dan Struktur Mikro Pada Perlakuan Panas ALMG2.

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah, (23-25 April 1996) Yogyakarta:

PEBN-BATAN, komplek Puspitek Serpong Tangerang.

Mardiana, dan Djoko W. Karmiadji. 2010. Analisis Pengaruh Proses Brazing

Kuningan Terhadap Perubahan Sifat Mekanis Dari Pipa Baja Karbon

Rendah, Forum Teknik Volume 33 Nomor 3 (September 2010), Jurusan

Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sriwijaya, Bukit Besar,Palembang.

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila Srengseng Sawah, Jakarta

Selatan.

V. F. Khorunov and O. M. Sabadash, E. O. 2013. Brazing of Aluminium and

Aluminium to Steel, Woodhead Publishing, Paton Electric Welding Institute,

Ukraine.

Wiryosumarto dan Harsono1996. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Yang Jinlong, dkk. 2014. Development of Novel CsF- RbF-Al3 Flux for Brazing

Aluminium tp Stainless Steel With Zn-Al Filler Metal, JournalMaterials and

Design 64 (2014), Nanjing University of Astronautics, Nanjing 210016,

China.