jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah...
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI MELALUI KEGIATAN
SHALAWAT DIBĀ’I
(Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman
Siman Ponorogo)
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD CHOIRUDIN
NIM: 210314189
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI MELALUI KEGIATAN
SHALAWATDIBĀ’I
(Studi Kasus Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman
Siman Ponorogo)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Oleh:
AHMAD CHOIRUDIN
NIM: 210314189
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
ii
PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini
kupersembahkan karya sederhana bagi orang-orang yang aku sayangi:
1. Kepada kedua orang tua saya bapak Djamali dan ibu Yuliana yang telah
membesarkanku dari bayi samapai dewasa. Yang telah mencurahkan segala
perhatian, kasih sayang, serta ketulusan kepada saya dengan kucuran keringat
yang ternilaidi dunia ini. Semoga kedua orangtua saya diberi panjang umur oleh
Allah Yang Maha Esa.
2. Segenap keluarga saya yang selalu mendukung dalam usaha untuk menjadi
manusia yang bermanfaat dan berguna bagi Agama.
3. Keluarga besar PAI. E angkatan 2014. Semoga persahabatan dan persaudaraan
kita terjalin selamanya.
4. Terima kasih kepada Khalim Hanafi, Zainal Faizin, Wndy Zakiya, Muhammad
Mudhofir Ilham, Muhammad Irfan dan terima kasih kepada semua yang telah
mendukung saya dalam hal apaun untuk kesuksesan saya.
5. KH Imam Suyono, Bpk Sukarjito, dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren
Al-Barokah.
v
MOTO
الله BCDFHI
او MNOا و الله
"Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala sesuatu." (QS. Al Baqarah: 282)
vi
ABSTRAK
Choirudin, Ahmad. 2018. Meningkatkan Akhlak Santri Melalui Kegiatan
ShalawatDibā’i dipondok pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo.Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyahdan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri Ponorogo, Pembimbing,Dr. Iswahyudi, M.Ag.
Kata Kunci: Meningkatkan Akhlak, ShalawatDibā’i
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan aspek-aspkek yang dapat meningkatkan Akhlak dapat diperoleh melalui
kebiasaan yaitu perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi
seseorang dan Pendidikan. Maulid Dibā’imerupakan maulid yang berisi tentang syair
pujian dan sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW.Menariknya kegiatan
Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah KH Imam Suyono dalam
menyampaikan Mauidah Hasanah secara halus dan memberikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan keadaan santri. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan
Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah desa Mangunsuman Siman Ponorogo (2) Untuk mengetahui upaya peningkatan akhlak santri dalam kegiatan Maulid Dibā’i
di Pondok Pesantren Al-Barokah desa Mangunsuman Siman Ponorogo (3) Untuk
mengetahui dampak kegiatan Maulid Dibā’iterhadap akhlak santri di Pondok
Pesantren Al-Barokah desa Mangunsuman Siman Ponorogo Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis studi kasus yang bersifat analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Teknik analisi
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik model Miles and Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Adapun hasilnya adalah: (1) Pelaksanaan kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok
Pesantren Al-Barokah dalam peningkatan akhlak santri ada tiga tahapan pra
pelaksanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (2) Upaya peningkatan akhlak santri dalam
kegiatanMaulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah melalui pembiasaan,
pendidikan dan evaluasi. (3) Dampak kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren
Al-Barokah terhadap akhlak santri. Dengan adanya kegiatan Maulid Dibā’i menjadi
pemacu terwujudnya tujuan manusia yang beriman, betaqwa, berakhlak mulia,
berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan mampu mengaktualisasikan diri
dalam kehidupan bermasyarakat serta beragama. Santri yang mengikuti kegiatan
mengalami perubahan kepribadian pada dirinya kearah lebih baik.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberi kedudukan
muliabagi hamba-Nya yang berilmu dan beriman, atas curahan karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana strata pada fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Dalam penyusunan skripsi ini penelis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
dorongan, bimbingan dan bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo.
2. Dr. Ahmadi M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan beserta
para wkil dekan dan stafnya.
3. Kharisul Wathoni, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
beserta stafnya.
4. Dr. Iswahyudi, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, serta
memberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
viii
5. Bapak dan Ibu Dosen, karyan karyawati seluruh civitas akademik lingkungan
Fakultas Tarbiyah.
6. K.H Imam Suyono selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah Ponorogo,
Ponorogo, 21 Desember 2018
Penulis
Ahmad Choirudin
NIM: 210314189
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................. v
MOTTO...................................................................................................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 9
F. Landasan Teori .................................................................................................... 10
G. Telaah Pustaka ................................................................................................... 18
H. Metode Penelitian .............................................................................................. 20
x
BAB II: Telaah Hasil Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori
A. Kajian Teori ........................................................................................................ 29
a. Pengertian Akhlak 29
b. Pembagian Akhlak ....................................................................................... 31
c. Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak ...................................................... 35
B. Maulid .................................................................................................................. 37
a. Pengertian Maulid ........................................................................................ 37
b. Pengertian Shalawat .................................................................................... 39
c. Sejarah Maulid Dibā’i ................................................................................. 44
C. Fadhilah Bacaan Maulid Dibā’i ..................................................................... 51
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................................... 52
B. Kehadiran Peneliti .............................................................................................. 52
C. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 53
D. Sumber Data ........................................................................................................ 54
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 54
F. Teknik Analisi Data ........................................................................................... 57
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ..................................................................... 59
H. Tahapan-Tahapan Penelitian ............................................................................ 60
BAB IV: Deskripsi Data
A. Deskripsi Data Umum ....................................................................................... 61
xi
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman
Siman Ponorogo .......................................................................................... 61
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Barokah .............................. 63
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Barokah ................................... 63
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Barokah ........................ 64
5. Keadaan Data Santri Pondok Pesantren Al-barokah........................ 65
B. Deskripsi Data Khusus .................................................................................. 66
1. Pelaksanaan KegiatanMaulid Dibā’i di Pondok Pesantren
Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo ...................... 66
a. Pra pelaksanaan ................................................................................ 68
b. Pembacaan Qasidah........................................................................ 68
c. Pembacaan Tahlil ............................................................................ 69
d. Pelaksanaan Maulid Dibā’i .......................................................... 70
e. Mauidah Hasanah ............................................................................ 71
f. Evaluasi pengurus .......................................................................... 72
2. Upaya peningkatan akhlaksantri dalam kegiatan Maulid Dibā’i di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo ................................................................................................ 74
a. Upaya Melalui Mauidah Hasanah ................................................ 74
b. Pembiasaan dalam Maulid Dibā’i ............................................... 76
xii
3. Dampak Kegiatan Maulid Dibā’i terhadap akhlaksantri di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo ................................................................................................ 79
a. Akhlak kepada Allah ...................................................................... 80
b. Akhlak kepada Sesama Manusia 81
c. Akhlak kepada guru dan Kedua Orang Tua ............................... 83
BAB V: ANALISA DATA
A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren
Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo .............................. 85
B. Analisis Upaya Peningkatan Akhlak Santri Dalam Kegiatan Maulid
Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo ........................................................................................................ 89
C. Analisis DampakKegiatan Maulid Dibā’iterhadap Akhlak Santri
di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo ........................................................................................................ 92
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 99
B. Saran.............................................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Transkrip Wawancara
2. Transkrip Dokumentasi
3. Transkrip Observasi
4. Surat Pengantar Penelitian
5. Surat Bukti Penelitian
6. Riwayat Hidup
7. Pernyataan Keaslian Tulisan
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Sistem transliterasi Arab-Indonesia yang dijadikan pedoman dalam penulisan
skripsi ini adalah sistem Institute of Islamic Studies, McGill University, yaitu sebagai
berikut:
´ = ء
b = ب
t = ت
Th = ث
J = ج
Ḥ = ح
Kh = خ
D = د
Dh = ذ
R = ر
Z = ز
S = س
Sh = ش
ṣ = ص
ḍ = ض
ṭ = ط
ẓ = ظ
` = ع
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ن
w = و
h = ه
y = ي
Ta´ marbūṭa tidak ditampakkan kecuali dalam susunan idāfa, huruf tersebut ditulis t.
Misalnya: ةناطف = faṭāna; انلبي faṭānat al-nab =ةناطف
Diftong dan Konsonan Rangkap
Ū = وا Aw = وا
= Ay
= يأ يأ
Konsonan rangkap ditulis rangkap, kecuali huruf waw yang didahului ḍamma
dan huruf yā´ yang didahului kasra seperti tersebut dalam tabel.
xv
Kata Sandang Bacaan Panjang
al- = ال ā = ا
al-sh = اde = اي
wa´l- = وال ū = او
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam non-formal
yang ada di Indonesia. Peranan pesantren dalam syiar Islam di Indonesia
sangatlah penting dan terasa sekali manfaatnya. Islam adalah agama yang
mengatur semua aspek kehidupan, baik berkaitan dengan urusan ketuhanan
maupun urusan yang berkaitan dengan duniawi atau kemanusiaan.1
Pada masa ini kebudayaan semakin berkembang pesat. Akan tetapi
justru akhlak dan moral generasi bangsa semakin mengalami kemerosotan.
Jika tidak dibekali dengan ilmu dan iman yang kuat, maka generasi muda
yang akan datang menjadi generasi lemah. Dari segi akhlaknya, para pemuda
saat ini mengalami krisis akhlāqul karīmah. Sikap tawadhu’ yang seharusnya
dimiliki, justru menjadi sebaliknya. Yang paling bertanggung jawab terhadap
degradasi moral bangsa adalah umat Islam. Karena mayoritas penduduk
Indonesia adalah orang Islam. Nilai-nilai keislaman harus ditanamkan sejak
kecil. Pengetahuan tentang agama dapat diperoleh di lembaga formal maupun
lembaga non-formal. Di lembaga formal yaitu sekolah diberikan mulai dari
pendidikan paling rendah sampai jenjang tertinggi. Sedangkan pada lembaga
non-formal pendidikan agama diperoleh melalui Madrasah Diniyyah maupun
pondok pesantren.
1 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
1
2
Pondok pesantren merupakan tempat mempelajari pengetahuan islam
secara matang. Dalam kesehariaannya, pondok pesantren memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi secara umum, pada pondok pesantren
mengajarkan pengetahuan keislaman, kedisiplinan, dan kebiasaan yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan di pondok pesantren inilah
yang nantinya akan dilakukan pula oleh para santri setelah lulus dari pondok.
Berbekal ilmu yang dimiliki, para santri dapat menerapkan ilmunya
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan perubahan itu diharapkan santri
mampu memahami ilmu-ilmu umum sekaligus agama secara berimbang.
Semboyan salah seorang pengasuh Pesantren Darul Ulum, Musta’in Romli
(1930-1985), yaitu santri harus “berotak London dan berhati Masjidil Haram”
merupakan gagasan yang menarik. “Berotak London” menggambarkan
keluasan penguasaan ilmu pengetahuan, dan “Berhati Masjidil Haram”
menggambarkan kedalaman pemahaman dan pengamalan keagamaan santri.
Semua itu akan menggambarkan keseimbangan antara kekuatan pikir dan
dzikir dalam diri santri. Santri yang kelak mampu berpartisipasi dalam
kemajuan zaman dengan tetap selalu dekat dengan Allah.2
Orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren biasanya
disertai dengan harapan agar si anak mempunyai ilmu agama yang bagus,
berakhlak mulia dan memahami hukum-hukum Islam. Selama ini tidak ada
kekhawatiran bahwa dengan menuntut ilmu di pesantren akan menjauhkan
2 Ibid., 17.
3
kasih sayang orang tua terhadap anak. Anak yang tinggal di pondok pesantren
dalam waktu cukup lama tetap bisa beridentifikasi kepada kedua orang
tuanya. Dengan menjalin komunikasi secara intens dan teratur diharapkan
anak tidak akan kehilangan figur orang tua.
Seperti kita ketahui bahwa sumber identifikasi seorang anak tidak
hanya kedua orang tuanya, tetapi bisa juga kepada figur-figur tertentu yang
dianggap dekat dan memiliki pengaruh besar bagi anak. Keberadaan Kiai,
pembimbing, ustadz, maupun teman sebaya juga bisa mempengaruhi
pembentukan kepribadian anak.3
Kelebihan inilah yang dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan.
Dengan segala keterbatasannya pesantren mampu menampilkan diri sebagai
lembaga pembelajaran yang berlangsung terus menerus hampir 24 jam sehari.
Aktivitas dan interaksi pembelajaran berlangsung secara terpadu yang
memadukan antara suasana keguruan dan kekeluargaan. Kiai sebagai figur
sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis
yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Kepribadian Kiai
yang kuat, kedalaman pemahaman, dan pengalaman keagamaan yang
mendalam menjadi jaminan seseorang dalam menentukan pesantren
pilihannya. Salah satu pesantren yang ikut berperan dalam pendidikan Islam
adalah Pondok Pesantren Al-Barokah.4
3 Ibid.,18. 4 Ibid., 18.
4
Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman memberi nuansa yang
menarik pada proses pembelajarannya. Di mana semua santri yang mukim di
pondok pesantren adalah mahasiswa, baik berasal dari IAIN Ponorgo, Unmuh,
atau Insuri. Para asātidz yang ada di pondok pesantren juga memiliki latar
belakang pendidikan yang berbeda, ada yang berasal dari pendidikan lokal
(pesantren salaf) dan ada juga yang pernah menjalani pendidikan di luar
negeri. Tentunya masing-masing ustad akan memiliki caracara yang berbeda
dalam penyampaian materinya. Semua kegiatan belajar mengajar di pondok
pesantren, harapannya akan dapat membentuk karakter dari para santri.
Karena semua kegiatan pembelajaran berkesinambungan dan dilakukan rutin
sehingga menjadi kebiasaan.
Salah satu faktor penting dalam peningkatan akhlak adalah kebiasaan
atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan dipandang
sebagai fitrah yang kedua setelah nurani. Karena 99% perbuatan manusia
terjadi karena kebiasaan. Harapan yang bisa mungkin terjadi adanya kebiasaan
atau kultur pesantren yang positif menjadikan seseorang melakukan hal yang
sama, meskipun sudah tidak di lingkungan pondok pesantren.
Tentunya hal ini berkesinambungan dengan peningkatan akhlak seseorang.5
Di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo program-program sebagai penunjang terbentuknya akhlāqul
5 Ibid., 19.
5
karīmah pada santri. Adapun akhlāqul karīmah merupakan peneladanan
akhlak atau karakternya Rasulullah Saw. Salah satu program tersebut adalah
adanya kegiatan pembacaan shalawat yang dilakukan rutinan harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan rutinan
pembacaan shalawat tersebut harapannya supaya santri akan selalu mengingat
Allah Swt dan Rasulullah Saw. Dengan itu diharapkan dapat memotivasi
santri untuk selalu berbuat baik atas dasar perintah Allah Swt dan peneladanan
Rasulullah Saw.
Kegiatan maulid Dibā’i adalah kegiatan membaca sejarah kehidupan
Rasul dan men-tadabburinya dapat mendorong orang mukmin untuk
mengikuti sunnahnya dan berjalan di atas jalannya. Namun peringatan malam
kelahiran Rasulullah Saw bukanlah suatu hal yang dikenal pada masa awal
Islam. Yang terbaik dilakukan dalam peringatan ini adalah mempelajari
kehidupan Nabi, serta memahami dan mengambil pelajaran dari berbagai
macam peristiwa yang terjadi pada kehidupan Nabi.6
Akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan
dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa
pertimbangan lagi di sini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan
dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki. Jadi perbuatan-perbuatan yang
6 Ibid., 19.
6
dilakukan itu benar-benar sudah merupakan azimah yakni kemauan yang kuat
tentang suatu perbuatan, oleh karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja
dikehendaki adanya. Hanya saja keadaan yang demikian itu dilakukan secara
kontinyu, sehingga sudah menjadi adat atau kebiasaan untuk melakukanya,
dan karenanya timbullah perbuatan itu dengan mudah tanpa dipikir lagi.7
Perlu dijelaskan pula bahwa memang sering perbuatan itu dilakukan
secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau tanpa dikehendaki, atau juga
sesuatu perbuatan yang dilakukan sekali atau beberapa kali saja, begitu pula
suatu perbuatan yang dilakukan tanpa adanya ikhtiar dan kebebasan, dalam
arti dilakukanya perbuatan tersebut dengan terpaksa, maka perbuatan-
perbuatan seperti tersebut di atas tidaklah dapat dikategorikan ke dalam
akhlak.8
Berdasarkan realita dan observasi saya di Pondok Pesantren Al-
Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo pada tanggal 29 Agustus 2018
terdapat santri yang akhlaknya kurang baik. Hal ini dapat dilihat dengan sikap
dan tabi’at santri yang sering mengucapkan kata-kata kotor atau kata-kata
yang tidak seharusnya diucapkan dan keluar ketika mengaji. Sikap dan tabi’at
itu ada yang dilakukan secara sengaja tanpa berfikir terhadap ucapannya dan
perilakunya, bahkan mereka tidak menyadari seolah-olah ucapan tersebut
keluar secara spontanitas. Begitu pula kebiasaan santri yang terbiasa bahkan
7 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (Malang: Cahaya Tauhid
Press, 2003), 21. 8 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15-16.
7
menjadi tradisi atau adat istiadat bagi para santri yaitu memakai barang yang
bukan miliknya tanpa izin (ghosob).
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
mempunyai kegiatan rutinan Majlis Shalawat Dibā’i. Majlis ini dilaksanakan
setiap malam Jum’at pahing dan malam Jum’at pon setelah jama’ah sholat
isya’ yang wajib diikuti oleh semua santri. Kegiatan Rutinan Majlis Shalawat
Dibā’i. mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan akhlak santri
yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan harapan melalui kegiatan ini santri
menyadari tentang pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai bekal kelak ketika sudah terjun ke masyarakat.
Berangkat dari uraian diatas, penulis berusaha mengangkat
permasalahan ini yang berjudul “Meningkatkan Akhlak Santri melalui
Kegiatan Maulid Dibā’i (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa
Mangunsuman Siman Ponorogo).
B. FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan akhlak santri melalui
kegiatan maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa
Mangunsuman Siman Ponorogo.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
8
1. Bagaimana praktik peningkatan melalui akhlak santri Maulid Dibā’i di
pondok pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo?
2. Bagaimana upaya peningkatan akhlak santri dalam kegiatan Maulid
Dibā’i di pondok pesantren Salafiyah Al-Barokah Desa Mangunsuman
Siman Ponorogo?
3. Bagaimana dampak kegiatan Maulid Dibā’i terhadap akhlak santri di
pondok pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas
maka, tujuan penelitian yang dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui praktik pening
2. katan akhlak santri melalui kegiatan Maulid Dibā’i di pondok pesantren
Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
3. Untuk mengetahui pelaksanaan peningkatan kecerdasan santri melalui
kegiatan Maulid Dibā’i di pondok pesantren Al-Barokah Desa
Mangunsuman Siman Ponorogo
4. Untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat pelaksanaan
peningkatan akhlak santri melalui kegiatan Maulid Dibā’i di pondok
pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
9
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah khazanah keilmuan di bidang Islam. Yaitu dalam
kegiatan yang berbentuk Maulid Dibā’i yang kemudian dapat lebih
dikembangkan dan didalami pada kajian penelitian terkait.
b. Untuk menemukan kontribusi dalam kegiatan Maulid Dibā’i di
pondok pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman, sehingga akan
memberikan peningkatan akhlak santri dalam aspeknya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, sebagai bahan
pertimbangan dan wacana ke depan bagi kemajuan dan keeksisan
lembaga khususnya untuk menciptakan kampus yang islami secara
penuh.
b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama di
bidang keilmuan , yang dapat digunakan sebagai bahan dalam kajian-
kajian serupa. Selain itu, hasil penelitian ini untuk memenuhi sebagai
persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) di Progam
Studi Pendidikan Agama Islam pada Jurusan Tarbiyah IAIN
Ponorogo.
c. Bagi masyarakat, hasil penelitian dapat sebagai bahan pertimbangan
dalam kajian-kajian keagamaan.
10
F. LANDASAN TEORI
1. Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab berupa jama’atau bentuk
ganda dari kata khuluq yang secara etimelogis berarti budi pekerti,
perangai tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti
persesuaian dengan kata khalq yang berarti pencipta ,dan makhluq yang
berarti yang diciptakan.9
Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai
didalam Al-Qur’an sebagai berikut:10
∩⊆∪ 5ΟŠÏTãà@,èä=z4’N?YèS9 Y7¯ÎΡUρ)
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung”.(Q.S Al- Qalam: 4)11
Menurut Ahmad Amin yang dikutif dalam bukunya Asmaran As
mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti
kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut
akhlak. Contohnya bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaanya itu adalah akhlak dermawan.
9 Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia, 2005), 65.
10 Ibid., 372.
11 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponogoro, 2000), 564.
11
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah
budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu
kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia. jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Al-
Qurtubi berkata, akhlak adalah sifat-sifat seseorang, sehingga dia dapat
berhubungan dengan orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang
tercela. Secara global makna akhlak yang terpuji ketika berhubungan
dengan sesama, dimana engkau bersikap adil dengan sifat-
sifat terpuji dan tidak talim karenanya.12
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat lima ciri dalam
perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
c. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.
12 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (Malang: Cahaya Tauhid Press,
), 38.
12
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata
hanya karena Allah. Akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah Saw yang
diutus dan diperintah Allah agar menyempurnakan akhlak manusia.
Sebab dengan akhlak karima seseorang akan meraih kemuliaan dan
derajat yang luhur. Karena Rasulullah diutus sebagai rahmat bagi
alam dan teladan bagi seluruh umat manusia, maka beliaupun
memiliki akhlak yang sangat mulia. Allah telah mengaskan, bahwa
dalam diri Rasulullah Saw, terdapat teladan yang baik.
Ayat Al-Qur’an dan hadist diatas mengisyaratkan bahwa akhlak
merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyaan dan
Rasulullah diutus dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlak.13
Akhlak
merupakan kepribadian seseorang muslim ketika seorang
telah meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia telah kehilangan jati diri
dan masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia
mampu membedakan mana binatang dan mana manusia. Dengan akhlak
pula bisa memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari
kiamat.
Sifat-sifat buruk itu mencerminkan sifat aslinya manusia, seperti
sifat sombong atau takabur, sifat aniaya, sifat riya, sifat tahasud, dan
13 ibid.,38
13
sebagainya.
Akhlak yang baik adalah akhlak yang sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan contoh Rasulullah SAW. Rasulullah adalah pribadi yang
ideal yang dimuliakan Allah dan sang at pantas bahkan harus kita
tauladani.
2. Santri
Santri menurut Masjikur Anhari, yakni para siswa yang
mendalami ilmu-ilmu agama di pesantren, baik dia tinggal di pondok
maupun pulang setelah selesai waktu belajar.14
Zamakhsyari Dhofir membagi menjadi dua kelompok sesuai
tradisi pesantren yang diamatinya, yaitu; pertama, santri mukim, artinya
para santri yang menetap di pondok. Biasanya diberikan tanggung jawab
mengurusi kepentingan pesantren. Bertambah lama tinggal di pondok,
statusnya akan bertambah, yang biasanya diberikan tugas oleh kiai untuk
mengajarkan kitab-kitab dasar kepada santri-santri yang lebih junior, dan
kedua, santri kalong adalah santri yang selalu pulang setelah belajar.
Para santri yang belajar pada pesantren yang sama, biasanya
mempunyai kekeluargaan yang tinggi, baik antar sesama santri maupun
dengan kiai mereka. Kehidupan sosial yang berkembang di antara para
14 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: Tiara, 1994), 52.
14
santri ini menumbuhkan sistem sosial tersendiri. Di dalam pondok para
santri belajar hidup bermasyarakat, berorganisasi, memimpin dan
dipimpin, mereka taat patuh pada kiai dan menjalankan tugas apapun
yang diberikan padanya.15
Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip oleh Mujamil Qomar,
mendefinisikan pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan agama
Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem
asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem
pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan
dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan cirri-ciri khas
yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.
Pondok pesantren adalah salah satu lembaga diantara lembaga-
lembaga iqomahtuddin lainnya yang memiliki dua fungsi utama, yaitu
fungsi kegiatan, pengajaran, pemahaman, dan pendalaman ajaran agama
Islam serta fungsi kedua adalah menyampaikan dan mendakwahkan
ajaran Islam kepada masyarakat.16
Ditinjau dari segi bahasa Arab, kata pondok pesantren yaitu
funduq yang berarti tempat menginap atau asrama. Prof. Azumardi Azra,
dalam bukunya sejarah Perkembangan Madrasah mengatakan, bahwa
pondok pesantren adalah tempat belajar para pelajar.
15 Ibid., 52.
16 H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 114.
15
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pondok pesantren
merupakan suatu lembaga pengajaran, pemahaman dan pendalaman
ajaran agama Islam kepada para pelajar (santri) agar menjadi orang yang
baik dan trampil dalam melaksanakan ibadah. Pesantren juga merupakan
lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan kader yang
memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ajaran agama.
Di sisi lain, sebagai lembaga dakwah pondok pesantren
membimbing para santri menjadi orang yang terampil dan profesional
dalam menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki. Karena itulah, para santri disuruh mengikuti acara
pelatihan dakwah serta berpidato yang biasanya diadakan satu kali dalam
seminggu.17
3. Pengertian Maulid
Secara etimologis, Maulid Nabi Muhammad Saw bermakna
(hari), tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi
Muhammad Saw. Secara terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara
keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memperingati kelahiran
Rasulullah Saw. Hal itu diadakan dengan harapan menumbuhkan rasa
cinta pada Rasululllah Saw. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi
yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad Saw
wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan
17 Ibid., 564.
16
penghormatan kepada Rasulullah Muhammad Saw, dengan cara
menyanjung Nabi, mengenang, memuliakan dan mengikuti perilaku yang
terpuji dari diri Rasulullah Saw.18
Al-Qasthalani sebagaimana dikutip oleh Ja’far Murtadha al-
Amaly berkata selama umat Islam masih melakukan perayaan peringatan
Maulid Nabi dan melaksanakan pesta-pesta, memberikan sedekah pada
malam itu dengan berbagai macam kebaikan, menampakkan kebahagiaan,
menambahkan perbuatan yang baik, melaksanakan pembacaan sejarah
Maulid Nabi, dan memperlihatkan bahwa Maulid tersebut men-datangkan
berkah kepada mereka dengan keutamaan yang bersifat universal sampai
pada perkataannya, maka Allah pasti memberikan rahmat pada seseorang
yang mengadakan perayaan Maulid tersebut sebagai hari besar, dan bila
penyakit hatinya bertambah, ia akan menjadi obat yang dapat
melenyapkannya.19
Ibn al-Hajj dalam bukunya al-Madkhal, yang dikutip oleh Ja’far
Murtadha al-‘Amaly, menggambarkannya secara ekstrim. Ia menentang
keras anggapan bid’ah, atau penurut hawa nafsu, bagi orang yang
mengadakan peringatan Maulid. Menurutnya bahwa sekalipun para
penyanyi dengan alat-alat musiknya yang diharamkan turut meramaikan
peringatan maulid, maka Allah tetap memberikan pahala, karena
18 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 198.
19 Wildana Wargadinata, Spiritualitas Shalawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 14.
17
tujuannya yang baik. Ibnu Ubaid dalam karyanya Rasailuhu al-Kubra
sebagaimana dikutip oleh Ja’far Murtadha al-‘Amaly menggambarkan
sebagai berikut: Peringatan Maulid adalah salah satu hari besar dari
sekian banyak hari besar lainnya. Dengan semua yang dikerjakan pada
waktu itu, karena merupakan ungkapan dari rasa senang dan gembira
karena adanya hari besar tersebut, dengan memakai baju baru,
mengendarai kendaraan yang baik, adalah masalah mubah (yang
dibolehkan) tak seorangpun yang menentangnya. Ibnu hajar sebagaimana
dikutip oleh Ja’far Murtadha al-‘Amaly berkata, apa saja yang dikerjakan
pada Maulid itu, dengan mencari pemahaman arti syukur kepada Allah,
membaca al-Qur’an, sejarah hidup Nabi, makan makanan, bersedekah,
menyanyikan sesuatu yang bersifat pujian kepada Nabi dan
kezuhudannya, dan kalaulah hal itu diikuti dengan permainan-permainan
yang diperbolehkan, maka tentu hukumnya peringatan itu mubah, dengan
tetap tidak mengurangi nilai kesenangan pada hari itu. Hal itu tidak
dilarang dan perlu di teruskan. tapi kalau diikuti dengan hal-hal yang
diharamkan atau dimakruhkan, maka dilarang. Begitulah apa yang
menjadi perbedaan dengan yang pertama.20
20 Ibid., 199.
18
G. TELAAH PUSTAKA
Kajian tentang Meningkatkan Akhlak Santri Melalui Kegiatan Majlis
Shalawat Dibā’i sudah sangat jarang dilakukan, namun untuk kajian tentang
meningkatkan kecerdasan melalui kegiatan sholwat Dibā’i sudah banyak
dialakukan, baik dalam bentuk buku, penelitian lapangan, maupun penelitian
kepustakaan untuk mendukung penyusunan proposal ini, maka penulis
berusaha melakukan penelitian lebih awal terhadap pustaka yang ada, berupa
penelitian yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.
Skripsi Nurul Khususiyah, 2012 dengan judul “Meningkatkan
Kecerdasan Melalui Pengajian Kitab Kifayah Al-Atqiya’ ” Dengan rumusan
masalah sebagai berikut : (a) Bagaimana pemahaman santri terhadap kitab
kifayah al-atqiya’ dikelas takhasus 1 Madrasah Miftahul Huda? (b)
Bagaimana aplikasi pengajian kitab kifayah al-atqiya’ di kelas takhasus 1
Madrasah Miftahul Huda? (c) Bagaimana keberhasilan pengajian kitab
kifayah al-atqiya’ di kelas takhasus 1 Madrasah Miftahul Huda.
Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang yaitu sama-sama membahas tentang kecerdasan santri.
Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian terdahulu mengkaji tentang
bagaimana pemahaman santri terhadap kitab kifayah al-atqiya’ di kelas
takhasus 1 Madrasah Miftahul Huda, bagaimana aplikasi pengajian kitab
kifayah at atqiya’ di kelas takhasus 1 Madrasah Miftahul Huda, bagaimana
keberhasilan pengajian kitab kifayah al-atqiya’ di kelas takhasus 1 Madrasah
19
Miftahul Huda. Sedangkan penelitian yang sekarang membahas tentang
meningkatkan kecerdasan santri melalui kegiatan Shalawat Dibā’i.
Kajian yang terkait dengan pembahasan ini, peneliti menggunakan
telaah skripsi yang ditulis oleh Nurhadi Yasin (2014, STAIN Ponorogo) yang
berjudul “Dhikir al Ghafilin Ala Gus Miek dalam Perspektif pendidikan Islam
(Studi Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf)”. Dalam penelitian tersebut
permasalahan yang diangkat ialah: (1) Bagaimana konsep tektualisasi Dhikir
al Ghafilin ala Gus Miek? (2) Bagaimana Dhikir al Ghafilin dalam perspektif
pendidikan tasawuf?. Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa: (1) Konsep tektualitasi Dhikir al Ghafilin ala Gus Miek yang
dirumuskan berdasarkan lanjutan dan penyempurnaan dari amalan Layliyah
dan penyusunannya tidak serta merta ditulis oleh Gus Miek sendiri melainkan
minta bantuan KH. Ahmad Sidiq serta minta restu kepada KH. Abdul Hamid
Pasuruan. Dhikir al Ghafilin ini diperuntukkan oleh orang yang ingin
dikumpulkan dengan ulama’ dan shalihin di akhirat. (2) Dhikir al Ghafilin
dalam perspektif tasawuf merupakan ajaran yang cenderung tasawuf salafi
akhlak dan sunni yang mengajarkan untuk tazkiyat al nafs berteman kepada
auliya shalihin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan
istiqomah. Ajaran tersebut memberikan nilai etika positif pada diri seseorang.
Telaah yang selanjutnya menggunakan skripsi yang ditulis Ika Silfia
Kristanti (2015, STAIN Ponorogo) yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan
dalam Ajaran Tasawuf Rabi’ah al-Adawiyah” dengan rumusan masalah
20
sebagai berikut : (1) Bagaimana konsep mahabbah dalam pandangan Rabi’ah
al-Adawiyah? (2) Apa nilai-nilai pendidikan dalam ajaran tasawuf Rabi’ah?
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif perhatian lebih banyak ditujukan pada
pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul
dari data empiris. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merasa “tidak
mengenal apa yang tidak diketahui”, sehingga desain penelitian yang
dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan
berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada
di lapangan pengamatannya.21
Penelitian kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan
sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat
diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada
pemberian suara pada pemesanan dan persepsi dari partisipan di bawah
studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan
dari setting social dan pemahaman pengetahuan social adalah
proses ilmiah yang sah (legitimate).22
Sedangkan jenis pendidikan itu adalah studi kasus, yang mana
peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara
21 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 35
22 Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitaftif (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 65.
21
mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variable penting yang
melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Di
dalam studi kasus akan dilakukan penggalian data secara mendalam dan
menganalisi intensif faktor-faktor yang terlibat di dalamnya.23
2. Kehadiran Penelitian
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan
keseluruhan skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data yang
mana informan mengetahui bahwa peneliti melakukan penelitian agar
mempermudah dalam melakukan pengumpulan data. Adapun instrumen
yang lain hanya sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Barokah
Desa Mangunsuman. Alasan pemilihan lokasi ini karena ingin mengetahui
latar belakang, pelaksanaan, dan faktor penghambat serta faktor
pendukung dari kegiatan majlis Shalawat Dibā’i dalam meningkatkan
kecerdasan dalam aspek itasnya.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata lurah
pondok, segenap pengurus pondok pesantren dan sebagian santri yang
23 Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian (Jakarta: Renika Cipta, 2000), 314.
22
mengikuti kegiatan tersebut, sebagai sumber dan data utama, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lainya. Sedangkan sumber data
tertulis adalah sumber tambahan. Untuk itu teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.24
Data akan dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi
yang mana data-data tersebut berisi tentang keadaan Pondok Pesantren
Salafiyah Al-Barokah dan Kegiatan majlis Shalawat Dibā’i.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif, fenomena dapat
dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan
subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana
fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data,
diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang tertulis atau tentang
subyek). Teknik yang digunakan peneliti yaitu: a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju atau
pemberi pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewe) sebagai
pemberi jawaban atas pertanyaan itu.25
24 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 158.
25 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta), 2008,127.
23
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara yang mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus
permasalahan sehingga dengan wawancra mendalam ini data-data
dapat terkumpul secara maksimal.
b. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi
dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.26
Dengan teknik ini peneliti mengamati aktifitas-aktifitas sehari-
hari obyek penelitian, karakteristik fisik, situasi social, dan perasaan
pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data
melalui dari peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip, dan termasuk juga
tentang pendapat, teori, dalil atau hokum-hukum, foto-foto, dan lain-
lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut.27
26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 151.
27 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,181.
24
6. Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain sehingga dengan mudah dipahami dan semuanya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai di lapangan. Teknis analisis data dalam kasus ini
menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan
Miles Huberman. Mengemukan aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada
setiap tahapan-tahapan penelitian sampai tuntas.28
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pada pengertian yang lebih luas keandalan (reliabilitas) dan
keshahihan (validitas) merujuk pada masalah kualitas data dan
ketepatanya metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek
penelitian. Kualitas data dan ketepatan meode yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian sangat penting khususnya dalam penelitian ilmu-
ilmu social karena pendekatan filosofis dan metodologis yang berbeda
terhadap studi kasus aktivitas manusia.29
28 Ibid., 183.
29 Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitaftif (Jakarta: Rajawali Press, 2011), 78.
25
Dalam bagian ini peneliti harus mempertegas teknik apa yang
digunakan dalam mengadakan pengecekan keabsahan data yang
ditemukan. Berikut beberapa teknik yang pengecekan keabsahan data
dalam proses penelitian adalah sebagai berikut: a. Perpanjangan
keikutsertaan
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument itu
sendiri, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti
pada latar penelitian.
b. Pengamatan yang tekun
Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah menemukan ciri-ciri dan unsure-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Jadi kalau
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat
26
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.30
8. Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan
laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
a. Tahap pra lapangan, yaitu meliputi: menyusun rancangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,
memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian
dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengunpulkan data.
c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah
pengumpulan data, dan tahap hasil laporan penelitian.31
9. Sistematika Pembahasa
Pada penyusunan penelitian kualitatif ini terdapat lima bab
pembahasan yang saling berkaitan antara satu dengan lainya:
Pada bab I yaitu pendahuluan, pendahuluan ini berfungsi sebagai
pola dasar pemikiran penulis dalam menyusun skripsi. Dalam bab ini akan
30 Ibid., 80.
31 Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitaftif Jakarta: Rajawali Press, 2011,178.
27
membahas tentang: pertama, latar belakang mengapa peneliti mengambil
judul skripsi tersebut, kedua, fokus penelitian yaitu membahas batasan
atau fokus penelitian yang terdapat dalam situasi sosial. Ketiga, rumusan
masalah yaitu membahas rumusan-rumusan masalah yang diambil dari
latar belakang dan fokus penelitian. Keempat, tujuan penelitian yaitu
membahas sasaran yang akan dicapai dalam proposal penelitian, sesuai
dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
Kelima, manfaat penelitian yaitu membahas manfaat penelitian baik secara
teoritis maupun praktis. Keenam, metodologi penelitian yaitu membahas
metode-metode yang digunakan untuk menyusun teori-teori yang meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, instrument penelitian, sumber dan teknik
pengumpulan data, analisis data, pengecekan kredebilitas data, dan
tahapan penelitian.
Pada bab II Landasan Teori. Karena dalam penelitian kualitatif
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan
dan berakhir dengan suatu teori, oleh karena itu ditulis berdasarkan data
yang ditemukan melalui proses penelitian (proses induktif).
Pada bab III Temuan penelitian, dalam bab ini berisi tentang
paparan data, yang berisi hasil penelitian di lapangan yang terdiri atas
gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data. Gambaran umum
lokasi penelitian berbicara tentang Shalawat Dibā’i yang meliputi: sejarah
28
berdirinya pondok pesantren, visi dan misi pondok, latar belakang
berdirinya kegiatan, biografi penulis Shalawat Dibā’i, dan letak geografis.
Deskripsi data meliputi mengapa diberlakukan kegiatan Shalawat
Dibā’i, strategi yang digunakan serta perubahan yang terjadi pada jamaah
setelah mengikuti kegiatan tersebut.
Pada bab IV Pembahasan, pada bab ini akan membahas mengenai
analisis terhadap latar belakangnya berdirinya kegiatan majlis Shalawat
Dibā’i, pelaksanaan kegiatan, dan faktor pendukung serta penghambat
terhadap peningkatan akhlak santri pondok pesantren salafiyah Al-
Barokah.
Pada bab V Penutup, pada bab ini akan membahas mengenai
kesimpulan sebagai jawaban dari pokok-pokok permasalahan dan saran-
saran yang berhubungan dengan penelitian sebagai masukan-masukan
untuk berbagai pihak yang terkait.
Pada bab VI pembahasan dari bab satu sampai bab enam yaitu
berisi kesimpulan dan saran.
29
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak
1. Pengertian
Akhlak secara epistimologi (bahasa/lughowiyah) berasal dari
bahasa arab &()!ا ! –! ”bentuk jama’ dari “khuluqا–
! yang berarti
“budi pekerti”, sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa latinetos yang berarti “kebiasaan”. Moral juga berasal dari bahasa
latin, mores yang memiliki arti “kebiasaan-Nya”.
Akhlak mengandung segi-segi pesesuaian dengan “khalqun” ( !)
serta erat hubungannya dengan “khaliq” ( ل&! ) dan “makhlūq” (7 .(ق 56
Dari sinilah asal perumusan pengertian akhlak sebagai media yang
memugkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhlūq dan khᾱliq,
dan antara makhlūq dan makhlūq.1
Sedangkan akhlak menurut istilah, sebagaimana yang didefinisikan
beberapa ahli ilmu akhlak, di a ntaranya: a. Imām Ghazālī
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang
melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan
pemikiran ataupun pertimbangan.2
1 Ismail Thaib, Risalah AKhlaq (Yokyakarta: CV. Bina Usaha, 1992), 4.
2 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
29
30
b. Ibn al-Miskawayh
Khulūq adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah
melakukan perbuatan-perbuatan dengan tanpa memikirkan pemikiran
dan pertimbangan.
c. Muhammad Ibn ‘Ilān as-Shadiqī
Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang
dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa
dorongan dari orang lain).
d. al-Qurtubī
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab
kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk dari
kejadiannya.
e. Abū Bakr Jābir al-Jazayrī
Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri
manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan
tercela dengan cara yang disengaja.
f. Ahmad Amīn (sosok pakar akhlak modern)
Sebagian ulama’ mendefinisikian akhlak sebagai kehendak
yang dibiasakan, maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi
suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak.3
3 Ibid., 16.
31
Dengan demikian, akhlak adalah kecenderungan seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan baik, ataupun buruk, benar
ataupun salah dengan spontan dan mudah, tanpa berfikir terlebih
dahulu. Maka pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang
dilaksanakan manusia dalam rangka mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya, baik jasmani maupun rohani dengan membiasakan
diri berperilaku baik dan meninggalkan berperilaku buruk dengan
berpedoman pada Al-Qur’an sehingga mencapai kedewasaan yang
akan menimbulkan kepribadian yang utama dan dapat meraih tujuan
tertinggi agama Islam yakni kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat.4
2. Pembagian Akhlak
Pembinaan akhlak yaitu akhlak terhadap Allah SWT dan akhlak
terhadap sesama manusia. Penulis menguraikan pembagian akhlak yaitu
sebagai berikut:
a. Akhlak kepada Allah SWT.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhlūq
kepada Tuhannya sang khᾱliq. Dalam pelaksanaannya akhlak kepada
Allah dapat dilakukan dengan cara memujinya, yakni adanya
4 Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 27.
32
pengakuan tiada Tuhan selain Allah SWT yang menguasai segalanya.
Sehingga dalam merealisasikannya seorang hamba bisa melakukannya
dengan berbagai cara diantaranya: mengesakan Allah, beribadah
kepada Allah, bertakwa kepada Allah, berdo’a khusus kepada Allah,
dzikrullāh, bertawakkal, bersyukur kepada Allah SWT.5
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Adapun akhlak terhadap sesama manusia meliputi akhlak
terhadap diri sendiri, akhlak kepada orang tua, akhlak terhadap
tetangga, dan akhlak terhadap guru, yaitu: tentang kesucian lahir dan
batin.
1) Akhlak terhadap diri sendiri
Sebelum berakhlak baik terhadap yang lain, terlebih dahulu
kita harus berakhlak baik terhadap diri sendiri, adapun akhlak
terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan: menjaga kesucian
diri, menutup aurat, selalu jujur serta ikhlas, berlaku adil terhadap
diri sendiri dan orang lain, dan menjauhi segala perbuatan sia-sia.
2) Akhlak kepada orang tua.
Yaitu berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Hal itu dapat dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai mereka dengan
5 Ismail Thaib, Risalah Akhlaq (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1992), 4.
33
bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan santun dan
lemah lembut sebagaimana firman Allah: (QS. Al-Isra: 23).
£ tóèö=tƒ7 $¨ÎΒ)4 $·≈Ζ|¡ômÎ)Èøt$Î≡uθ!ø$9Î$uρ/ çν−$΃)HωÎ)(#ßÿ‰ρç÷7s?è āωr&
y7•u‘/ 44|Ós%uρ Ÿωuρ 7eé∃&!yϑ$ç°λ;≅ à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ.÷r&ρ !yϑ$èδ߉tnr&
u�y9Å6ø$9#x8y‰ΨÏã ∩⊄⊂∪ $VϑƒÌŸ�2Zωös%θ $yϑßγ©9≅ èuρ% $yϑèδöpκ �÷s?]
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan
yang mulia.6
Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika mereka
hidup, tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal
dunia dengan cara mendo’akan dan meminta ampunan untuk
mereka.7
3) Akhlak kepada tetangga
Akhlak kepada tetangga seperti saling mengunjungi, saling
membantu, saling memberi, saling menghormati, dan menghindari
permusuhan dan pertengkaran.
6 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponogoro, 2000), 569.
7 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (Malang: Cahaya Tauhid Press),
38.
34
4) Akhlak terhadap guru
Guru adalah orang yang mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan kepada murid di luar bimbingan orang tua baik di
rumah maupun di sekolah, sehingga akhlak kepada guru dapat
diterapkan sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua. Adapun
akhlak yang harus dilakukan oleh murid terhadap guru adalah
sebagai berikut:
a) Murid harus mengikuti dan mematuhi guru.
b) Murid mengagungkan guru dan menyakini kesempurnaan
ilmunya.
c) Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap
ajaran guru.
d) Berkomunikasi dengan guru secara sopan santun dan lemah
lembut.
e) Harus duduk sopan di depan guru.
f) Murid tidak mendatangi guru tanpa izin terlebih dahulu.
5) Akhlak terhadap lingkungan
Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat meliputi segala
sikap dalam menjalani kehidupan sosial, menolong sesama,
35
berinteraksi dengan sesama dengan baik, dan menciptakan
masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadits.8
3. Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. apa yang
dilakukan oleh manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indera
kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud
kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Persoalannya adalah apa saja yang menjadi seseorang melakukan
tindakan. Apabila ditinjau dari akhlaknya kejiwaan maka perilaku
dilakukan dasar pokok-pokok sebagai berikut:
1) Insting
Insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan
yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dulu ke
arah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.
2) Pola dasar bawaan
Pada awal perkembangan kejiwaan, bahwa ada pendapat yang
mengatakan kelahiran manusia itu sama dan yang membedakan
adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru
8 Ibid., 18-19.
36
mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujutan
sama dalam tubuh akal dari akhlaknya.9
3) Lingkungan
Lingkungan ialah sesuatu yang melingkungi tubuh yang
hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dar
udaranya. Lingkungan manusia ialah apa yang melingkunginya
dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa. Lingkungan itu ada
dua macam, yaitu lingkungan alam dan lingkungan pergaulan.
4) Kebiasaan
Kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga
mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat baik atau buruk
karena dua faktor kebiasaan, yaitu:
a) Kesukaan hati terhadap pekerjaan
b) Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan
perbuatan dan diulang-ulang terus
menerus.10
5) Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku akhlak seorang. Berbagi ilmu diperkenalkan
perubahan perilaku akhlak seseoarng. Berbagai ilmu
diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
9 Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 29.
10 Abdul Mustakim, Akhlak TaSawuf (Yogyakarta: Kukaba Dipantara, 2013), 1-2.
37
satu perubahan dalam dirinya. Semula anak belum tahu
perhitungan, setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak
mengetahui. Kemudian dengan bekal ilmu tersebut, mereka
memiliki wawasan luas dan diterapkan ke hal tingkah laku
ekonomi. Begitu pula, apabila siswa diberi pelajaran akhlak, maka
memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku,
bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).11
Dengan demikian, lingkungan pendidikan sangat
mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak
didik dan perkembangan kepribadian.
B. Maulid
1. Pengertian Maulid
Secara etimologis, Maulid Nabi Muhammad SAW bermakna (hari),
tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi
Muhammad SAW. Secara terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah
upacara keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memperingati
kelahiran Rasulullah SAW. Hal itu diadakan dengan harapan
menumbuhkan rasa cinta pada Rasululllah SAW. Perayaan Maulid Nabi
merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat.
Akat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara
substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan
11 Ibid., 30.
38
kepada Rasulullah Muhammad SAW, dengan cara menyanjung Nabi,
mengenang, memuliakan, dan mengikuti perilaku yang terpuji dari diri
Rasulullah SAW.12
Sebagaimana dikutip oleh Ja’far Murtadha al-‘Amalī berkata
selama umat Islam masih melakukan perayaan peringatan Maulid Nabi
dan melaksanakan pesta-pesta, memberikan sedekah pada malam itu
dengan berbagai macam kebaikan, menampakkan kebahagiaan,
menambahkan perbuatan yang baik, melaksanakan pembacaan sejarah
Maulid Nabi, dan memperlihatkan bahwa Maulid tersebut men-
datangkan berkah kepada mereka dengan keutamaan yang bersifat
universal sampai pada perkataannya, maka Allah pasti memberikan
rahmat pada seseorang yang mengadakan perayaan Maulid tersebut
sebagai hari besar, dan bila penyakit hatinya bertambah, ia akan menjadi
obat yang dapat melenyapkannya.13
Ibn al-Hājj dalam bukunya al-Madhᾱl, yang dikutip oleh Ja’far
Murtadha al-Amalī, menggambarkannya secara ekstrim. Ia menentang
keras anggapan bid’ah, atau penurut hawa nafsu, bagi orang yang
mengadakan peringatan Maulid. Menurutnya bahwa sekalipun para
penyanyi dengan alat-alat musiknya yang diharamkan turut meramaikan
peringatan maulid, maka Allah tetap memberikan pahala, karena
12 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 198.
13 Wildana Wargadinata, Spiritualitas Shalawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 14.
39
tujuannya yang baik. Ibn Ubayd dalam karyanya Rasāiluhu al-Kubrā
sebagaimana dikutip oleh Ja’far Murtadha al-‘Amalī menggambarkan
sebagai berikut: Peringatan Maulid adalah salah satu hari besar dari
sekian banyak hari besar lainnya. Dengan semua yang dikerjakan pada
waktu itu, karena merupakan ungkapan dari rasa senang dan gembira
karena adanya hari besar tersebut, dengan memakai baju baru,
mengendarai kendaraan yang baik, adalah masalah mubah (yang
dibolehkan) tak seorangpun yang menentangnya. Ibnu hajar sebagaimana
dikutip oleh Ja’far Murtadha al-‘Amalī berkata, apa saja yang dikerjakan
pada Maulid itu, dengan mencari pemahaman arti syukur kepada Allah,
membaca al-Qur’an, sejarah hidup Nabi, makan makanan, bersedekah,
menyanyikan sesuatu yang bersifat pujian kepada Nabi dan
kezuhudannya, dan kalaulah hal itu diikuti dengan permainan-permainan
yang diperbolehkan, maka tentu hukumnya peringatan itu mubah, dengan
tetap tidak mengurangi nilai kesenangan pada hari itu. Hal itu tidak
dilarang dan perlu di teruskan. tapi kalau diikuti dengan hal-hal yang
diharamkan atau dimakruhkan, maka dilarang. Begitulah apa yang
menjadi perbedaan dengan yang pertama.14
2. Pengertian Shalawat
Menurut Mahmud Yunus dalam kamus Arab Indonesia yang
dikutip oleh Adrika Fithrotul Aini, menyatakan bahwa shalawat berasal
14 Ibid., 199.
40
dari kata shalat dan bentuk jama’nya menjadi shalawat yang berarti doa
untuk mengingat Allah secara terus-menerus.15
Senada dengan Wildana Wargadinata dalam bukunya Spiritualitas
Salawat menyatakan bahwa pengertian salawat menurut arti bahasa
adalah doa, sedangkan menurut istilah, salawat adalah: salawat Allah
kepada Rasulullah, berupa rahmat dan kemuliaan (rahmat ta’dhim).
Salawat dari malaikat kepada Nabi. Berupa permohonan rahmat dan
kemuliaan kepada Allah. Untuk Nabi Muhammad, sementara salawat dari
selain Nabi berupa permohonan rahmat dan ampunan. Shalawat orang-
orang beriman (manusia dan jin) adalah permohonan rahmat dan
kemuliaan kepada Allah untuk Nabi, seperti Allahummasalli
‘alasayyidina Muhammad.16
Dengan demikian, shalawat merupakan pujian atau kemuliaan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang siapa seperti halnya doa atau dzikir
kepada Allah SWT. Shalawat, jika datangnya dari Allah kepada-Nya,
bermakna rahmat dan keridhaan. Jika dari para malaikat, berarti
permohonan ampun. Dan bila dari umatnya, bermakna sanjungan dan
pengharapan, agar rahmat dan keridhaan Tuhan dikekalkan. Sedangkan
shalawat memiliki landasan yang kuat sebagaimana dalam firman Allah:
(QS: Al-Ahazaab:56)
15 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 203.
16 WildanaWargadinata, Spiritual Salawat (Malang: UIN –MALIKI Press, 2010), 55-56.
41
Ïøµn=‹tã (#�θ|¹= (#ãθtΒΖ#u š Ï%©$!#$pκšr'‰¯tƒ≈ 4 Äcɨ<9Ζ$#’n?tã
tβθ�|Á=ヅçtGµx6ͯ×n=≈tΒuρ ©!$#¨βÎ) ∩∈∉∪ $¸ϑŠÎ=ón@¡(#ßθϑÏky™ρu=
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”17
Betapa mulianya Nabi Muhammad SAW, bahkan Allah SWT dan
para malaikat-Nya juga bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat
diatas menunjukkan betapa istimewanya Nabi Muhammad SAW,
sehingga kita sebagai kaum beriman juga diwajibkan untuk bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai rasa syukur sebagai Nabi
pencerah bagi seluruh Manusia dan rahmat sebagian alam.
Tak ada Nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad SAW, yang
dinyatakan sebagai perwujudan kasih sayang (rahmat) Allah SWT kepada
umat manusia sejagad, bahkan bagi seisi alam semesta. Sebagai mana
dalam firman Allah dalam QS. An-Anbiya 107, yang artinya: Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semestaalam. (Q.S Al-Anbiya: 107 ).
Dari ayat diatas, memuji Nabi Muhammad bukanlah menganggap
beliau sebagai Tuhan. Menyanjung Rasulullah adalah mengakui
Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. Luas jangkuan dan cakupan
17 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponogoro, 2000), 56.
42
pernyataan rahmat tersebut tidak dibatasi oleh lingkaran sejarah dan
pergantian umat manusia di mukabumi, karena dalam pernyataan tersebut,
Allah SWT tidak menyebut beliau sebagai rahmat bagi manusia di
Semenanjung Arabia, di Barat, atau Timur, dan tidak pula menyebut
beliau sebagai rahmat di benua Asia, Afrika, atau bagian bumi manapun
juga. Beliau Nabi Muhammad SAW dinyatakan sebagai rahmat bagi alam
semesta.18
Menurut Sokhi Huda dalam bukunya TaSawuf kultural, fenomena
shalawat wahidiyah, yang dikutip oleh Andrika Fithrotul Aini
menyatakan, shalawat kepada Nabi memiliki dua bentuk, yaitu shalawat
ma’sūrat dan shalawat ghairu ma’sūrat, yang redaksinya langsung
diajarkan oleh Nabi SAW, seperti shalawat yang dibaca dalam dalam
tasyahud akhir dalam shalat. Sedangkan shalawat ghairu ma’sūrat adalah
shalawat yang disusun oleh selain Nabi SAW, yakni para sahabat, tabi’in,
auliya, atau yang lainnya di kalangan umat Islam. Susunan shalawat ini
mengepresikan permohonan, pujian, dan sanjungan yang disusun dalam
bentuk syair.19
Dengan pengertian di atas, shalawat dapat dibedakan dua hal; yang
pertama, langsung dari Nabi Muhammad SAW, sendiri dan yang kedua
dari buatan manusia, yang berupa syair, sastra, dan karya lainnya. Yang
18 Ibid., 204.
19 Ibid., 205.
43
utamanya tak lain adalah sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW,
sebagai rasa wujud cinta dan syukur terhadap Allah SWT yang telah
menciptakan Rasullullah SAW, sebagai makhluk pilihan dan penerang
bagi dunia dari sauri teladannya.20
Kebanyakan dari masyarakat mengamalkan shalawat sesuai
kepentingan dan tradisi yang dikehendakiya, senada apa yang dikutip oleh
kutip oleh Wildana Wargadinata, yaitu; Tradisi pembacaan al-madāih al-
nabawiyah, lebih dikenal dengan pembacaan salawat. Bacaan-bacaan
salawat dan madāih yang dibaca masyarakat dipahami dengan bacaan
ritual yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
perbedaan tujuan atau maksud dari kegiatan pembacanya. Untuk hajat
khitan, misalnya yang dibaca adalah barzanji dan dibā’i. Sedangkan hajat
yang dibaca tingkeban (tujuh bulanan) untuk memohon anak putra yang
dibaca adalah barzanji, memohon anak putri yang dibaca adalah dibā’i,
hajat Walimahtasmiyah yang dibaca adalah al-barzanji, dibā’i, dan
mawlīd al-habshī, hajat permohonan kesembuhan yang di baca adalah
shalawat burdah dansalawat tibbiyah, hajat mantenan yang dibaca adalah
dibā’i, hajat pindahn rumah (menempati rumah baru) yang dibaca adalah
shalawat burdah. Sedangkan acara ritus lingkaran hidup dan upacara
20 M. Saleh, Kitab Shalawat Terlengkap (Jogjakarta: DIVA Press, 2014), 334-336.
44
kalenderikal bacaan shalawat yang dibaca adalah dibā’i, barzanji, burdah,
mawlīd al-habshī, dan saraf al-anām.21
Selain itu, terdapat juga jami’yah yang memang menjalankan
tradisi shalawat sebagai tradisi rutin, dengan mengkhususkan satu bacaan
salawat, misalnya membaca salawat nariyah, burdah, simt al-durar,
dibā’i ,mawlīd al-habshī atau juga membaca barzanji.
Dari uraian di atas, shalawat tak hanya bacaan wirid saja. Namun
juga bisa sebagai do’a-do’a dalam ritual apapun dalam kehidupan.
Sehingga dengan dibacakannya shalawat menjadi tradisi spiritual dalam
diri dalam memenuhi hajat-hajat manusia. Dengan bertawassul kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, merupakan salah satu cara kedekatan
kepada Allah SWT.22
3. Sejarah Maulid Diba’
a) Maulid Dibā’i
Maulid Dibā’i berisi syair pujian dan sanjungan (madah) atas
Nabi Muhammad SAW. Pengarangnya bernama lengkap
Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin
Ahmad bin Umar ad-Dibaiasy-Syaibani. la dikenal dengan julukan
Ibnu Diba’. Kata diba' diambil dari nama kakeknya, yang bernama
Ali bin Yusuf Diba’. lbnu Diba' dilahirkan di kita Zabid (salah satu
21 WildanaWargadinata, Spiritual Salawat, (Malang; UIN –MALIKI Press, 2010), 58.
22 Ibid., 209.
45
kota yang terdapat di Yaman Utara), 4 Muharram 866 H. la wafat di
kota Zabid pada hari Jum'at, tanggal 26 Rajab, 944 H. Sejak lahir
hingga akhir hayatnya, ia sama sekali tidak berjumpa dengan sang
ayah yang sedang bepergian. Sampai akhirnya, ia mendengar kabar
bahwa sang ayah telah meninggal dunia di salah satu daerah di daratan
India.23
Meskipun ditinggal pergi selamanya oleh sang ayah, Ibnu tetap
giat belajar ilmu agama kepada beberapa ulama besar dan tersohor
saat itu. Sehingga, ia terkenal sebagai ulama hadits terkemuka abad
ke-9. Selain ilmu agama, ia juga menekuni ilmu gramatika (bahasa)
dan lain sebagainya. Bahkan, di tengah kesibukannya menuntut ilmu,
ia sempat menulis beberapa karya. Ibnu Diba' tergolong produktif
dalam menulis buku. Beberapa karya yang ditulisnya antara lain
Ghayatul Mathlub, Kasyful Kirbah, Bughyatul Mustafid fī Akhbar
MadῙnah Zabid, Qurratul Uyun fī Akhbaril Yaman al-Maimun, Miraj,
Taisirul Ushul, dan Maulid Dibā’i. Kitab yang disebut te rakhir
merupakan karyanya yang paling terkenal. Seperti syair maulid
lainnya, Maulid Dibā’i berisi kisah seputar Nabi Muhammad SAW.
Di antaranya adalah kisah tentang penciptaan beliau, kehamilan sang
ibunda, berbagai mukjizat dan karamah menjelang kelahiran beliau,
sosok dan kepribadian beliau, serta perjuangan dan dakwah beliau.
23 M. Saleh, Kitab Shalawat (Jogjakarata: DIVA Press, 2014), 9.
46
Sebagaimana kita ketahui, mayoritas kitab maulid cenderung
sama isinya. Meskipun demikian, beberapa bagian dalam Maulid
Dibā’i tidak sama dengan syair maulid lainnya. Misalnya, kisah
tentang keutamaan Nabi Muhammad SAW dan umat beliau. Syair-
syair yang terdapat di dalam Maulid Dibā’i merupakan karya sastra
yang sangat tinggi, dengan untaian-untaian kalimat sangat indah dan
syahdu. Gaya dan iramanya khas dan unik, serta kaya simbol dan
metafora24
b) Biografi al-Imām al-Jalīl Abdurrahman ad-Dibā’i
Namanya Wajihuddin bin Ali Asy Syaibani az Zabadi. Yang
aslinya Abu Abdullah Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali
Yusuf Wajihuddin Asy Syaibani az Zabidi.
Yang bernasabkan dari kerajaan yang bernama Zabid (yang dikenal
dengan Ibn al-Dibā’i. Al-Dibā’i menurut bahasa Sudan artinya putih,
yang merupakan julukan kakeknya yang agung, Ibnu Yusuf).25
Dari
keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa sesungguhnya para ulama’
berbeda pandangan mengenai nasab keturunannya. Akan tetapi
perbedaan mereka hanyalah seputar penyebutan nasabnya atau
keturunannya saja. Beberapa diantaranya disebutkan secara ringkas
dan beberapa diantanya disebutkan secara terperinci. Ulama’ yang
24 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 217.
25 M. Saleh, Kitab Shalawat, 10.
47
menyebutkan secara ringkas telah menghapus sebagaian nama, dan
ulama’ yang menyebutkan secara terperinci telah menambahkan
sebagian nama. Tidak adanya wujud ringkasan yang terkenal ini,
bukan berarti bahwa kegagalan dalam penyebutan nama dalam silsilah
garis keturunan.
Diceritakan Syaikh Ibn al-Dibā’i tentang kesehariannya: ayah
ibnu Dibā’ pergi meninggalkan beliau dari kota Zabid pada akhir
tahun saat beliau dilahirkan, Beliau tidak pernah melihat ayahnya
dengan mata kepalanya sendiri. Ibnu Dibā’ tumbuh dan diasuh oleh
kakek dari ibunya, belaiu adalah seseorang yang ma’rifat, berilmu,
sholeh, agamnya mulia, yang bernama Syaikh Syarafuddin bin
Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama’ besar yang tersohor di
kota Zabid saat itu.26
Ibnu Diba’ juga sedikit bercerita dalam kitabnya tentang
perjalanan dalam menuntut ilmu, beliau belajar Al-Qur’an kepada
Sayyid Faqih Nuruddin Ali bin Abi Bakar bin Khattab, sehingga
beliau hafal surat yaasin, beliau banyak mengambil manfaat dari
gurunya yaitu Faqih Nuruddin Ali bin Abi Bakar bin Khattab. Setelah
beliau mulai mashur dalam ilmu yang dimiliki, kemudian beliau
pindah kepada gurunya yang tidak lain pamannya, ang bernama
26 Ibid., 10.
48
Jamaluddin Abi Najba’ Muhammad Thayib bin Ismail bin Mubariz.
Saat gurunya (Jamal ad-Dīn Abū Najba Muhammad Tayyib Ibn
Ismā’il Ibn Mubāriz) melihat kemampuan Ibnu Diba’, gurunya
mengutus Ibnu Diba’ untuk membaca dalam bahasa kitab kuning
dinamakan sorogan dari surat Al-Baqarah sampai pada surat yang
terakhir.27
Ibnu Diba’ membacakannya dalam satu waktu sampai khatam,
hafal, dan sampai meresap dalam hati. Pada saat itu Ibnu Diba’
berumur 10 tahun. Ayah Ibnu Diba’ wafat di Negara India pada akhir
tahun 76 H, beliau tidak pernah mendapatkan harta warisan dari
ayahnya kecuali emas 8 dinnar. Setelah itu beliau khatam Al-Qur’an,
beliau mempelajari ilmu bacaan Al-Qur’an yang dinamakan dengan
qiroatus sab’ah, kemudian dikembangkan lagi dan mempelajari ilmu
syatibiyyah. Ibnu Diba’ melanjutkan menimba ilmunya di Arab,
beliau belajar kepada pamannya dan para ustadz selain pamannya.
Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu matematika, ilmu debat, ilmu
pertanahan, ilmu faraidh, dan fiqih sampai beliau dapat mendalami
ilmu-ilmu tersebut. Kemudian Ibnu Diba’ membaca kitab zubad ang
berisikan tentang ilmu fiqih karangan Imam Syarifuddīn al-Mubāriz,
27 Ibid., 13.
49
yang terkenal dengan keilmuwannya, sholeh, berfatwa kepada kaum
Muslimin.28
c) Guru-guru al-Imām al-Jalil Abdurahman ad-Dibā’i
Ibnu Diba’ ra telah berguru kepada beberapa guru besar, yang
telah disebutkkan dalam kitabnya (Bughīyat al-Mustafid), beliau telah
menyebutkan ilmu yang telah dipelajari pada guru besarnya, di
antaranya adalah:
1. Shaykh Faqih Mundīr Ali Ibn Abū Bakr Ibn Khattab: Ibnu Diba’
telah belajar ilmu Qur’an kepada beliau.
2. Ulama’ fiqih, Jamal ad-Dīn Abū Najba Muhammad Tayyib Ibn
Ismā’il Ibn Mubāriz: Ibnu Diba’ belajar tentang ilmu Qur’an, ilmu
matematika, ilmu hisab, ilmu waris, dan sebagainya.
3. Ulama’ Imām Taqī ad-Dīn Abū Hafsīn Ibn Muhammad: Ibnu
Diba’ belajar kitab zubad.
4. Ulama’ hadits Zain ad-Dīn Abū ‘Abbās Ahmad Ibn Ahmad Ibn
Abd al-Latif as-Sarji: Ibnu Diba’ belajar membaca kitāb as- sittah,
ilmu kesehatan, dan lain sebagainya. 29
5. Imām Shahīh al-Mufrī Jamal as-Dīn Ahmad Ibn at-Thāhir Ibn
Ahmad Ibn Umar: Ibnu Diba’ belajar kitab Minhaj at-Thālibīn.
28 Abdul Rohman, Keutaman Shalawat Untuk Nabi (Jakarta: Darul Qosim, 2017), 77.
29 Ibid., 78.
50
6. Imām al-Awhad Salih Burhan ad-Dīn Ahmad Ibn Abī Qāsim; Ibnu
Diba’ belajar kitab Adhkar an-Nawawi, dan Shamāil karangan al-
Tirmidzi, dan sebagian dari Kitāb al-Sittah.
7. Imām Hāfiz al-Asr Musnad ad-Dunyā Shams ad-Dīn Muhammad
Ibn Abd ar-Rahman: Ibnu Diba’ mengaji kitab Shahih Bukhari
Muslim, dan beberapa karangan kitab hadits, Bulūgh al-Marām,
dan sebagian kitab hadits dan hadits musalsālah.
d) Karya al-Imām al-Jalil Abd ar-Rahman ad-Dibā’i
Ibnu Diba’ termasuk ulama’ yang produktif dalam menulis. Hal ini
terbukti beliau mempunyai banyak karangan, baik dalam bidang hadits
maupun sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair
sanjungan atas Nabi Muhammad SAW, yang terkenal dengan sebutan
Maulid ad-Dibā’i.
Diantara buah karya beliau adalah Qurrah al-‘Uyūn (membahas
seputar Yaman), Kitab Taysīr al-Usul, Bughīyat al-Mustafid. Beliau
mengabdikan dirinya hingga akhir hayat sebagai pengajar dan
pengarang kitab. Beliau wafat pada hari Jum’at 12 Rajab 944 H/15
Desember 1537 M.30
30 Ibid., 79.
51
4. Fadhilah Bacaan Maulid Diba'i
Berikut adalah beberapa keutamaan atau anugerah yang akan diraih
oleh seseorang yang tekun membaca shalawat, termasuk:
a. Dikabulkan do’anya. Tentang hal ini, Nabi Muhammad SAW "Setiap
doa adalah terhalang sehingga dimulai dengan memuji Maulid Dibā’i
bersabda: kepada Allah danbershalawat kepada Nabi Muhammad,
kemudian berdo’a dan akan dikabulkan do’a itu." (HR. Nasai). 31
b. Peluang mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat.
c. Dihilangkan segala kesusahan dan kesulitannya.
d. Dihapuskan dosanya dan pribadinya menjadi bersih. Hal ini sesuai
dengan Nabi Muhammad SAW. berikut: "Bershalawatlah kamu
untukku, karena membaca shalawat untukku bisa mengahapus
dosamu dan membersihkan pribadimu." (HR. Ibnu Majah).
e. Bacaan shalawat menjadi cahaya bagi pembacanya pada hari
kiamat. Hal ini sesuai dengan hadits berikut: Hiasilah tempat-tempat
pertemuanmu dengan bacanshalawat untukku, karena sesungguhnya
bacaan shalwat untukku itu menjadi cahaya bagimu pada hari
kiamat."(HR. Dailami).32
31 M. Saleh, Kitab Shalawat, 14. 32 Ibid., 15.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi objek yang alamiah atau natural setting, metode penelitian ini
sering disebut sebagai metode naturalistik. Objek yang alamiah adalah objek
yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat
peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek
relatif tidak berubah.1
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah studi kasus yaitu
penelitian dengan karakter masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan
kondisi saat ini dari subyek yang diteliti serta interaksinya dengan lingkungan.
Adapun tujuan dari penelitian studi kasus adalah untuk melakukan
penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk memberikan
gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu.2
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
1 Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 121
2 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 21.
52 52
53
skenarionya.3 Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan
penuh. Partisipan penuh ini peneliti melakukan pengamatan berperan serta
yaitu melakukan interaksi sosial dengan pengurus Pondok Pesantren Al-
Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo. Peneliti hadir atau berada di
Pondok saat proses Majlis Shalawat diba’ dilaksanakan. Waktu atau lamanya
melakukan penelitian ini adalah sampai data-data yang diperlukan oleh
peneliti terpenuhi dan selanjutnya data dalam bentuk catatan lapangan
dikumpulkan secara sistematis.
Dengan demikian, kehadiran peneliti menjadi faktor penting dalam
seluruh kegiatan penelitian ini. Karena kedalaman serta ketajaman
menganalisis data tergantung pada peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti yang
menentukan setiap langkahnya dan peneliti juga menentukan data yang
dibutuhkan selama berada di lapangan.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al- Barokah
Desa Mangunsuman Siman Ponorogo. Peneliti tertarik mengambil lokasi di
Pondok Pesantren Al- Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo, karena
Pondok ini menerapkan peningkatan akhlak santri bukan hanya di dalam kelas
atau diniyah saja tetapi juga dalam kegiatan majlis shalawat.
3 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 163.
54
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.4 Yang dimaksud
kata-kata dan tindakan adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai.
Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari Ustadz
Khozinul Minan, Gus Asif Fuadi, pengurus, serta beberapa santri Pondok
Pesantren Al- Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo.
Sedangkan sumber data tambahan adalah dokumen data pondok yang
meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan dokumen-dokumen lainnya
seperti foto, catatan tertulis dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan
dengan penelitian. Seperti foto ketika pelaksanaan majlis shalawat diba’.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat
dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek
melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, dimana fenomena
tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan
dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
Teknik yang digunakan peneliti yaitu:
4 Ibid., 26.
55
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban
atas pertanyaan itu.5 Kegunaan wawancara untuk mendapatkan data dari
tangan pertama (primer) pelengkap teknik pengumpulan lainnya menguji
hasil pengumpulan data lainnya.6
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga
dengan wawancara mendalam ini data-data dapat terkumpul secara
maksimal.
Untuk mendapatkan informasi secara mendalam peneliti
menggunakan teknik snowballing, yang dimana orang-orang yang
dijadikan informan meliputi beberapa perngurus serta santri di Pondok
Pesantren Al- Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan akhlak serta
dampak kegiatan majlis shalawat diba’ di Pondok Pesantren Al- Barokah
Desa Mangunsuman Siman Ponorogo.
5 Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 127. 6 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), 55.
56
2. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.7 Orang
yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak
yang diobservasi disebut (observee).8
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan
yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.9 Jadi,
peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati
kegiatan. Dalam hal ini peneliti mengamati kegiatan majlis shalawat diba’
di Pondok Pesantren Al- Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan memperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan.10
Selain itu, metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
7 Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 93-94. 8Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), 104. 9Basrowi & Suwandi, Memaham., 109.
10 Ibid, 158.
57
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.11 Menggunakan
teknik dokumentasi karena biayanya relative murah, waktu dan tenaga
lebih efisien.12
Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data
mengenai peningkatan akhlak serta dampak kegiatan majlis shalawat diba’
di Pondok Pesantren Al- Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.13
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik model
Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta,
2013), 274. 12 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodolog, 69.
13 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D (Bandung: Alfabeta, 2015), 335.
58
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.14
Menurut Miles dan Huberman
ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.15
Dalam penelitian ini, setelah seluruh data yang berkaitan dengan
peningkatan akhlak santri melalui kegiatan shalawat maulid diba’
terkumpul semua, maka untuk memudahkan analisis, data-data yang masih
kompleks dipilih dan difokuskan sehingga lebih sederhana.
2. Model data (Display data)
Data yang semakin bertumpuk-tumpuk itu kurang dapat
memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan
display data. Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matriks,
network, chart, atau grafik, dan sebagainya.16
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), 246. 15 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
129. 16
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodolog, 85.
59
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu
di uji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.17
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui validitas dan
reliabilitas. Pada pengertian lebih luas reliabilitas dan validitas merujuk pada
masalah kualitas data dan ketatapan metode yang digunakan untuk
melaksanakan proyek penelitian.18
Dalam bagian ini peneliti harus
mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan pengecekan
keabsahan data yang ditemukan. Berikut beberapa teknik yang peneliti
gunakan dalam pengecekan keabsahan data dalam proses penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekutan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dalam penelitian ini peneliti akan
meningkatkan ketekunan supaya dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
17 Basrowi & Suwandi, Memahami, 210.
18 Emzir, Metodologi, 78
60
2. Triangulasi
Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang
berbeda, jenis data dalam deskripsi, dan tema-tema dalam penelitian
kualitatif.19
H. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan
hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
1. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai
keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan mengamati serta sambil
mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah
pengumpulan data.
4. Tahap penulisan hasil laporan penelitian
19 Ibid., 82.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman
Siman Ponorogo1
Pondok Pesantren Al-Barokah merupakan suatu lembaga yang
didirikan oleh KH. Imam Suyono. Lembaga ini berawal dari Majelis
Ta’lim Al-Barokah yang berdiri sejak tahun 1987. Pada saat itu ada 5
mahasiswa IAIN Sunan Ampel (sekarang IAIN Ponorogo) yang
berdomisili di rumah KH. Imam Suyono, diantaranya berasal dari
Banyuwangi, Pacitan dan Sukorejo. Pada saat itu KH. Imam Suyono
berdakwah dari majelis satu ke majelis lainnya. Majelis tersebut antara
lain:
a. Majelis malam Rabu (bapak-bapak) yang dilaksanakan bergilir dari
rumah satu ke rumah yang lain.
b. Majelis malam Sabtu (ibu-ibu) yang dilaksanakan di MI Ma’arif
Mangunsuman.
c. Majelis manakib Sewelasan. Dari majelis ini Majelis Ta’lim Al-
Barokah Manakib Syekh Qodir Al-Jailani malam Sabtu Legi
berkembang hingga sekarang.
d. Majelis yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram.
1 Lihat dalam transkrip dokumentasi pada lampiran penelitian ini, kode: 01/D/29-X/2018.
61
62
Pada tahun 1990 ada jamaah yang mengusulkan lebih baik acara
majelisnya pindah di ndalem KH. Imam Suyono dan usulan tersebut
diterima. Dari siniakhirnya muncul pengajian rutin sejenis Madrasah
Diniyah yang dilaksanakan ba’da maghrib. Pengajian rutin itu diikuti oleh
warga sekitar yang tidak bermukim di ndalem KH. Imam Suyono yang
terdiri atas pemuda dan pemudi mulai SD hingga kuliah. Lama kelamaan
pengajian rutin itu melemah dan akhirnya hilang dikarenakan pemuda dan
pemudi tersebut setelah lulus pendidikan formal, kebanyakan dari mereka
lebih memilih untuk bekerja di luar wilayah.
Pada tahun 2009ada sekitar 30 santri yang berdomisili di ndalem
KH. Imam Suyono. Mereka adalah santri dari Darul Huda Mayak
Tonatan Ponorogo. Alasan mereka pindah adalah mengikuti anjuran dari
Gus Khozin (menantu KH. Imam Suyono) yang pada saat itu merupakan
guru Bahasa Inggris di Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo. Tetapi
setelah 2 bulan berdomisili di ndalem KH. Imam Suyono, ada sebagian
dari mereka yang kembali lagi ke Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
Tonatan Ponorogo. Sejak saat itupondok pesantren Al-Barokah
Mangunsumaan Siman Ponorogo ini berkembang hingga sekarang.
Hingga saat ini santri di pondok pesantren Al-Barokah Mangunsuman
Siman Ponorogo berjumlah sekitar 200 santri.
63
2. Letak GeografisPondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman
Siman Ponorogo2
Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Siman Ponorogo
terletak di Jalan Kawung No. 84 Kelurahan MangunsumanSiman
Ponorogo. Pondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Siman
Ponorogo tidak dilewati jalan besar sehingga suasana jalanya jauh dari
keramaian dan nyaman. Letak lokasi dari kampus IAIN Ponorogo
berjarak sekitar kurang dari 1Km, sehingga mudah untuk menemukan.
3. Visi dan MisiPondok Pesantren Al-Barokah Mangunsuman Siman
Ponorogo3
Sebagaimana lembaga pendidikan yang lain, Pondok Pesantren
Al-Barokahmemiliki visi dan misi dalam perkembangannya. Adapun visi,
misi dan tujuan Pondok Pesantren Al-Barokah tersebut sebagai berikut:
a. Visi
Unggul dalam beriman, bertakwa, berbudi luhur, berbudaya
lingkungan, berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan ulama’ salaf.
b. Misi
1) Melaksanakan shalat jama’ah lima waktu.
2) Membaca Surah Yasin setelah shalat jama’ah Shubuh dan
Maghrib.
2 Lihat dalam transkrip dokumentasi pada lampiran penelitian ini, kode: 02/D/29-X/2018. 3 Lihat dalam transkrip dokumentasi pada lampiran penelitian ini, kode: 03/D/29-X/2018.
64
3) Melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.
4) Mengemban amanah ulama’ salaf.
5) Mengabdi kepada masyarakat.
6) Mengamalkan amalan yang terkandung dalam kitab kuning.
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Barokah Mngunsuman
Siman Ponorogo4
Di dalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan
kesetrukturan untuk memudahkan membagi tugas dalam suatu organisasi,
begitu pula dalam Pondok Pesantren Al-Barokah. Dengan adanya struktur
dalam Pondok Pesantren Al-Barokah, kewenangan masing-masing unit
saling bekerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
Adapun struktur kepengurusan Pondok Pesantren Al-Barokah
Mangunsuman Siman Ponorogo sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
PONDOK PESANTREN “AL-BAROKAH”MANGUNSUMAN SIMAN
PONOROGO
Pengasuh Pondok : KH. Imam Suyono
Kabag Pondok Putra : GusKhozinul Minan
Ketua : Muhammad Irfan
: Dayu Fatkhurozi
4 Lihat dalam transkrip dokumentasi pada lampiran penelitian ini, kode: 04/D/29-X/2018.
65
: Imam Hanafi
Sekretaris : Basar Abdilah
: Ilham Sayfudin
: Nur Cahyo
Bendahara : Burhannudin
: Ismail Marzuki
Bidang Bidang
Pendidikan : Wahyu Nur Alfian
Peribadatan :Ari Amnan
Keamanan : Ahmad Khoirudin
Kebersihan : Ihsan Syafi’i
Kesehatan : Nur Kolis
Sarana Prasarana : Imam Khoirin
Humas : Roihul Huda
5. Keadaan Data Santri Pondok Pesantren Al-barokah Mangunsuman
Siman Ponorogo5
Santri yang berada di Pondok Pesantren Al-
BarokahMangunsuman Ponorogo ada yang dari jenjang siswa dan
mahasiswa. Adapun dari jenjang siswa terdapat 5 orang, dan dari jenjang
mahasiswa terdapat 59 orang. Jadi, jumlah santri keseluruhan di Pondok
Pesantren Al-barokah terdapat 64santri putra
5 Lihat dalam transkrip dokumentasi pada lampiran penelitian ini, kode: 05/D/29-X/2018.
66
Jenis Kelamin
No. Data Putra Putri Jumlah
1. Mahasiswa 59 129 188
2. Siswa 5 7 12
3. Total 64 136 200
Dapat disimpulkan jumlah santri putra maupun putri di Pondok
Pesanteren Al-Barokah berjumlah 200 santri.
B. Deskripsi Data Khusus
1. Pelaksanaan KegiatanMaulid DIBA’I di Pondok Pesantren Al-
Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Kegiatan Maulid Diba’i di Pondok Pesantren Al-Barokahsebagai
upaya peningkatan akhlak santri merupakan salah satu program yang
menjadi karaktersitik dalam dunia pesantren, yang mana dalam setiap
kegiatan tersebut mempunyaimodel yang berbeda menjadi ciri khas
sebuah Pondok Pesantren. Berikut penulis paparkan hasil wawancara
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Maulid Diba’i di Pondok
Pesantren Al-Barokah, KH. Imam Suyono selaku pengasuh Pondok
Pesantren Al-Barokah menuturkan:
67
“Kegiatan Maulid Diba’imulai dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Barokah sekitar tahun2012 yang dirintis oleh putra saya sendiri, Ashif.Kebetulanmerupakan alumni pondokPeterongan Jombang, yang pada saat itu mengemban tugas pengabdian di
PondokPeterongan Jombang.”6
Hal ini Ashif merupakan peloporpembaruan dalam
kegiatanMaulidDiba’i di Pondok Pesanteren Al-Barokah, dalam
perkembangannya mengalami perkembangan yang signifikan sehingga
kegiatan Maulid Diba’idapat memberikan semangat ke santri dalam
menjalankan kegiatan.Kegiatan ini juga sudah mendapat restu dari
pengasuh Pondok Pesantern Al-Barokah, karena memeberikan manfaat
untuk santri dan memberikan kemajuan dalam kegiatan Maulid Diba’i di
Pondok Pesantern Al-Barokah.
Hal seperti ini juga di tuturkan oleh Gus Asif Fuadi
tentangpelaksanaan kegiatan Maulid Diba’idi Pondok Pesanteren Al-
Barokah yang menjadi rutinitas santri, hal ini dituturkan oleh Gus Asif
Fuadi:
“Pada mulanya kegiatan setiap malam Jum’at disini setelah shalat Isya’ itu adalah membaca Shalawat, dan pada akhirnya saya berbicara dengan para pengurus Pondok dan alhamdulillah mendapatkan kemufakatan dari pengurus Pondok. Kemudian saya mengajukan hasil musyawarah dengan para pengurus tersebut dan meminta izin kepada pengasuh Pondok yaitu KH. ‘Imam Suyono, dan beliau tidak berfikir lama langsung menyetujui kegiatan tersebut dan disepakati waktunya setiap malam Jum’at Pahing dan malam Jum’at Pon atau dua minggu sekali, dan rutinan latihan
pidato walimah dilaksanakan setiap malam Jum’at Wage dan
6Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 01/1-W/1-XI/2018.
68
malam Jum’at Kliwon, sedangkan setiap malam Jum’at Legi agenda
kegiatan adalah Manaqib bersama jamaah Al-Barokah.”7
Dalam hal ini KH. Imam Suyono setuju dengan adaya kegiatan
Maulid Diba’iyang diajukan olehGus Asif Fuadi. Dari wawancara diatas
KH. Imam Suyonomemberikan keterangan dengan perbedaan Maulid
Diba’i antara dahulu dan sekarang. Karena dalam penerapan
kegiatanMaulid Diba’imemiliki perkembangan.
Dalam Pelaksanaan kegiatanpeningkatan akhlak santri melalui
Maulid Diba’i di Pondok Pesantren Al-Barokah, kegiatan dahulu hanya
sebatas membaca secara bersama-sama, namun dalam
perkembangannya yang dipelopori oleh Gus Asif Fuadi mengalami
penambahan kegiatan diantaranya.Sebelumpembacaan Maulid Diba’i,
para santi memiliki kebiasan yang terbagi dalam tiga tahap yaitu: pra
pelaksanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.8
a. Pra pelaksanaan
Dalam kegiatan Maulid Diba’i di Pondok Pesantren Al-
Barokah pra pelaksanaan terbagi tiga rangkaian acara yang
dilakukan oleh pengurus maupun santri yaitu:
1) Pembacaan QASIDAH
7Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 02/2-W/1-XI/2018.
8Lihat dalam transkrip observasi pada lampiran penelitian ini, kode: 01/O/25-X/2018.
69
Acara ini diisi dengan pembacaan Shalawatan
atauQasidah -Qasidah yang diiringi dengan banjari atau
kompangan oleh para santriPondok Pesantren Al-Barokah,
sambil menunggu jama’ah dan Pengasuh KH. Imam Suyono,
para santri melantunkan lagu-lagu yang populer. Hal ini juga
diungkapkan ketika wawancara dengan santri Pondok Pesantren
Al-Barokaholeh Ilham Saifudin:
“Biasanya sebelum dimulai acara sembari menunggu Abah Yai datang, kita isi dengan Qasidah, mengisi waktumenunggu agar tak jenuh, dengan lagu-lagu yang sekarang lagi trend, dengan diiringi banjari untuk
membangun rasa semangat teman-teman.”9
Jadi, dalam kegiatan Maulid Diba’i ini terdapat
pembiasan santri ketika menunggu KH. Imam Suyono,para
santri mengisi dengan Qasidah, dan memilh lagu-lagu
yangpopuler saat ini, bertujuan untuk membangun rasa
semangat para santri.
2) Pembacaan Tahlil
Dalam kegiatan Maulid Diba’i di Pondok Pesantren Al-
Barokah bukan hanya pembacaan Maulid Diba’i,tetapi
sebelum pembacaan Maulid Diba’i, ada kegiatan rutin yang
dilakukan, yaitu pembacantahlil dipimpin langsung oleh
KH.Imam Suyono yang bertujuan untuk bertawassul kepada
9Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 03/3-W/2-XI/2018.
70
Nabi Muhammad Saw, para waliyyullah, ‘ulama, kyai, dan
leluhur.Mengikuti ajaran para ulama terdahuluyang tentu
ilmunya tidak diragukan lagi.10
Hal ini diungkapkan ketika
wawancara dengan pengurus Pondok Pesantren Al-BarokahAri
Amnan:
“Ketika kegiatan pembacaan tahlil dipimpin langsung oleh Abah Yai,diharapkansebagai bekal santri dalam ke
depannya terjun kemasyarakat.”11
Jadi dalam kegiatan pembacaan tahlil diharapkan
santri paham pentingya pembacaan tahlil dalam masyarakat.
3) PelaksanaanMaulid DIBA’I
Dalam pelaksanaanya kegiatan Maulid Diba’i dahulu
hanya sebatas membaca secara bersama-sama, namun dalam
perkembangannya yang di pelopori oleh Gus AsifFuadi
mengalami penambahan kegiatan diantaranya pembacaan
Maulid Diba’ sertaMauidoh Hasanah.
a) Pembacaan Maulid DIBA’I
Pelaksanaan pembacaan kegiatanMaulid Diba’i ini
dipimpin oleh santri yang sudah terjadwal secara bergantian
oleh pengurus.Santri yang sudah mendapatkan jadwal untuk
harus siap membaca dan bertanggung jawab atas tugas yang
10
Lihat dalam transkrip observasi pada lampiran penelitian ini, kode: 01/O/25-X/2018. 11 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 04/4-W/2-XI/2018.
71
telah diberikan oleh pengurus.12
Seperti hasil wawancara
dengan pengurus Pondok Pesantren Al-Barokah,
Muhammad Irfan dia menuturkan:
“Pengurus memang sudah membuat jadwal terkait dengan petugas pembacaan Maulid Diba secara bergantian.Tujuan dari pengurus yaitu untuk melatih mental serta tanggung jawab santri ketika diberi tugas kang, serta untuk menanamkan rasa cinta kepada Baginda Nabi Saw.Sebagai umat Nabi Saw. Yangmengikuti beliau tidak cukup hanya berdo’a dan bertawassul saja, tetapi apa yang beliau ajarkan kepada kita berupa sunnah Rasul yang
diterapkan dalam kehidupan.”13
Jadi, dalam menjalankan kegiatan Maulid diba’, para
pengurus berperan aktif dalam menjalankannnya.Salah satu
peran dalam menjalankannya berupa menjadwal pembacaan
dalam kegiatan Maulid diba’.
b) Mauidah Hasanah
Pada tahapan ini, santri diberikan khazanah
keilmuan oleh KH. Imam Suyono yang pada intinya
berbicara berkaitan tentang maulid tersebut. Hal ini
disampaikan oleh pengurus Ponodok Pesantern Al-
Barokah Ari Amnan:
“Ketika Mauidah hasanahbiasanya abah yai mengulas kembali tentang Mauidah hasanah, agar
12
Lihat dalam transkrip observasi pada lampiran penelitian ini, kode: 01/O/25-X/2018. 13 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 05/5-W/2-XI/2018.
72
santri dapat lebih memahami dan memahami Mauidah hasanah yang diberikan, untuk mengukur
bahwasanya santri memperhatikan atau tidak.”14
Jadi ketika sebelum Mauidah hasanah dimualai
KH. Imam Suyono mengulang kembali apa yang
disampaikan dari Mauidah hasanah yang telah
disampaikan.
c) Evaluasi pengurus
Penerapan kegiatan Maulid Diba’imemeiliki dampak
yang positif bagi santri, dari itu pengurus selalu
memlakukan pembenahan dalam setiap kegiatan. Hal ini
bertujuan meningkatkan meningkatkan dan
mempertahankan kegiatan Maulid Diba’i agarberdampak
positif bagi santri. Sebagaimana dituturkan oleh Gus Asif
Fuadi:
“Setiap waktunya akan mengadakan sebuah evaluasi untuk meningkatkan kegiatan tersebut.Ketika kegiatan tersebut dikatakan berhasil,itu menjadi sebuah kegiatan yang efektif dan berdampak positif bagi santri, maka solusi yang harus dicari adalah meningkatkan dan mempertahankan Kegiatan MaulidDiba’isupaya sukses dan tentunya bisa menjadi adat istiadat atau kebiasaan yang bisa berjalan secara
turun temurun di Pondok pesantren Al-Barokah.”15
14 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 06/4-W/3-XI/2018.
15 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 07/2-W/3-XI/2018.
73
Tujuan dari agenda evaluasi ini, pengurus ingin
memunculkan karakter disiplin dan relegius pada santri.
Karena jika kegiatan Maulid Diba’i ini dilaksanakn dengan
maksimal, pasti akan berdampak dengan santri yang
mendukung karekter disiplin dan relegius, sebagaimana hal
ini dituturkan oleh Muhammad Irfan:
“Dengan adanyakegiatan Maulid Diba’iini terwujudnya karakter disiplin, dan karakter religius.dengan demikian terlihatkarakter yang timbul dari santri.Yang saya amati sekarang santri mulai mentaati peraturan Pondok , yang sebelumnya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tak mau izin, dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untukdisiplin dan religius terhadap kegiatan pondok
berlangsung.”16
Agenda evaluasi dalam kegiatan Maulid Diba’i ini
merupakan upaya pengurs dalam mensukseskan kegiatan
Maulid Diba’idi Pondok Pesantern Al-Barokah, pada
dasarnya agenda evaluasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pondok dan meningkatkan kualitas
santri. Hal ini merupakan usaha sadar yang dilaksanakan
manusia dalam rangka mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya, baik jasmani maupun rohani dengan
membiasakan diri berperilaku baik dan meninggalkan
16 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 08/5-W/3-XI/2018.
74
berperilaku buruk, sehingga mencapai kedewasaan yang
akan menimbulkan kepribadian yang utama dan dapat
meraih tujuan tertinggi agama Islam yakni kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.
2. Upaya peningkatan akhlaksantri dalam kegiatan Maulid DIBA’ di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo
Di lingkungan Pondok Pesantren banyak upaya-upaya yang
digunakan dalam peningkatan Akhlak santri. merupakan salah satu dari
beberapa pendidikan non-formal yang mempunyai tujuan untuk
menciptakan generasi yang bertakwa sesuai dengan visi dan misiPondok
Pesantren Al-Barokah.Upaya dalam peningkatan Akhalk sangatlah
berpengaruh terhadap hasil kesuksesanPondok Pesantren Al-Barokah.
a. Upaya Melalui MauidahHasanah
Upaya peningkatan akhlaksantri dalam kegiatan Maulid
Diba’dianggap sebagai upaya yang efektif dalam meningkatkan
Akhlak santri. Peningkatan akhlak santri tersebut merupakan sebuah
tanggung jawab tersendiri bagi pengasuh dan pengurus dalam hal
mengemban amanah yang tidak bisa dibilang mudah. Berikut penulis
paparkan terkait upaya-upaya peningkatan akhlak santri di Pondok
Pesantren Al-Barokah melalui Maulid Diba’i. KH Imam Suyono
pengasuh Pondok PesantrenAl-Barokah menuturkan:
75
“Setiap diakhir kegiatan, saya selalu memberikan Mauidah hasanah yaitu berupa pengetahuan dan pemahaman tentang akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
sebagai pondasi dan figur dalam kehidupannya untuk menyikapi berbagai persoalan yang terjadi pada generasi muda kita, khususnya para pelajar atau santri agar mereka terhindar dari bentuk penyimpangan moral.”17
Jadi dalam hal ini para santri diajarkan tentang nilai-nilai
akhlak yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya,
sehingga pengetahuan tentang akhlak yang didapatkan oleh para
santri melalui Mauidah hasanah yang disampaikan oleh K.H Imam
Suyono, santri diharapkan bisa mencerminkan perilaku dari
pengetahuan yang telah difahami melalui Mauidah Hasanah tersebut
dan tidak gegabah dalam setiap melakukan sebuah tindakan.
Dalam hal ini Gus Asif Fuadi menuturkantentang pembahasan
mauidah hasanah dalam kegiatan Maulid Diba’i, berikut pernyataan
dari Gus Asif Fuadi:
“Abah juga sering menyampaikan mauidah hasanah dengan bahasanya yang halus dan mudah difahami oleh santri, dalam penjalasan ini berkaitan dengan akhlak Rasulullah SAW dengan memberikan penjelasan melaluikandungan Maulid Diba’ yang mengandung banyak pelajaran tentang akhlak terhadap Allah dan akhlak kepada sesama makhluk seperti taat beribadah, ridha, sabar, zuhud, amar ma’ruf nahi munkar, pemimpin yang agung, shiddiq, sopan santun, mencintai umat,
dan bijaksana.”18
17 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 09/1-W/1-XI/2018.
18 Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 10/2-W/3-XI/2018.
76
Dalam penyampaian mauidah hasanah yang disampaikan KH
Imam Suyono berisi tentang unsur akhlak Roshululllah yang di
dalamnya terdiri dari taat beribadah, ridha, sabar, zuhud, amar ma’ruf
nahi munkar, pemimpin yang agung, shiddiq, sopan santun, mencintai
umat, dan bijaksana. Dengan demikian, harapan pengurus dan
pengasuh yaitu santridapat meningkat dalam hal Muhammad Ibn ‘Ilān
as-Shadiqī Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia, yang
dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa
dorongan dari orang lain). Perilaku yang positif serta timbul
keistiqomahan dalam diri para santri.19
b. Pembiasaan dalam Maulid DIBA’I
Pembiasaan ini merupakan salah satu carayang efektif,
terutama dalam upaya peningkatan akhlak santri melalui Maulid
Diba’i.Salah satu bentuk pembiasaan yang dilakukan oleh pengurus
sebelum memulai kegiatan adalah melakukan pemeriksaan terhadap
seluruh santri yang hadir terkait dengan kedisiplinan santri, terutama
bagi santri yang tidak memakai baju putih dan tidak membawa kitab
Diba’i. Bagi santri yang melanggar aturan akan dikenakan ta’zir,
dalam peningkatan akhlak santri,pengurus mempunyai beberapa cara.
Menurut hasil wawancara Muhammad Irfan menuturkan:
19 Lihat dalam transkrip observasi pada lampiran penelitian ini, kode: 01/O/25-X/2018.
77
“Pada saat sebelum pembacaan shalawat Maulid diba’ dimulai, sebagian pengurus bertugas untuk memeriksa santri yang tidak membawa kitab diba’ dan tidak memakai baju putih, jika terdapat santri yang melanggar langsung diberi hukuman berupa perintah untuk berdiri di ruwangan pembacaan diba’ begitu pula dengan santri yang tidur atau bergurau dengan temannya di saat pembacaan berlangsung dan di dalam
kegiatan Abah Yai menyampaikan mauidah hasanah.”20
Jadi, tugas pengurus untuk memeriksa santri ini dikarenakan
adanya beberapa santri yang tidak mentaati peraturan, atau kebiasan
para santri yang memakai barang bukan miliknya tanpa izin
(ghosob).Hal ini juga disampaikan oleh Ari Amnan selaku pengurus
Pondok Pesantren Al-Barokah:
“Dari pengurus sendiri juga diminta untuk selalu melakukaninterogasi bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan serta santri yang tidak membawa kitab dan baju putih. Ketika ditanya, rata-rata jawaban mengenai santri yang tidak mengikuti kegiatan, kebanyakan keluar Pondok untuk ngopi, atau beralasan ada acara diluar pondok.Sedangkan jawaban mengenai santi yang tidak membawa kitab dan baju putihmereka mengatakan bahwa sudah mempunyai kitab maupun baju putih tetapi mereka mempuyai alasan bahwa kitab dan baju putih miliknya di ghosob, kotor, atau hilang. Tujuan dari pembiasaan ini adalah melatih santri untuk tidak memakai barang yang bukan miliknya sendiri dan membiasakan perbuatan terpuji yang bisa memningkatkan kepribadianya dan
memperbaiki akhlaknya.”21
Dalam masalah seperti ngantuk, ngobrol sendiri, tidur
merupakan hal yang sering di jumpai ketikakegiatan Maulid Diba’i,
20
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 11/5-W/4-XI/2018. 21
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 12/4-W/4-XI/2018.
78
dari itu pengurus ingin membiasakan perbuatan terpuji yang bisa
memningkatkan kepribadianya dan memperbaiki akhlaknya.Disini
para santri diwajibkan untuk istiqomah mengikuti kegiatan Maulid
Diba’i dan memakai baju putih, agar bertujuanketika santri sudah
membaur dengan masarakat dapat berprilaku disiplin.Melalui
pembiasaan santri seperti ini,jika santri yang tidak mengikuti kegiatan
Maulid Diba’i dapat ta’ziran,berupa berdiri ketika kegiatan,
sedangkan santri yang tidak mengikuti kegiatan Maulid Diba’i diberi
ta’zir berupa membaca Maulid Diba’i di kegiatan berikutnya.Tentu
bisa menjadi tempat perenungan para santri.22
KH. Imam Suyono pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah
menuturkan:
“Yang tidak kalah penting, saya selaku pimpinan pengasuh Pondok Pesantren Al-Barokah, hanya cinta dan tafaulan kepada masyayikh terdahulu dan istiqomah dalam hal ibadah, seperti yang diajarkan Yai waktu di Pesantren, metodenya hanya satu yang harus betul-betul dipegang yaitu dengan memperbanyak membaca Shalawat. Sehingga tugasselaku pengasuh terus memantau, mendoakan para santri dan bagi pengurus tugas mereka tidak lain juga sama memantau, mengawasi dan melihat perkembangan santri ,memberikan ta’ziran kepada mereka, supaya tahu kesalahan yang telah dilakukan sehingga bisa
istiqomah dalamkegiatan.”23
Dalam setiap kegiatan di Pondok Pesantren Al-Barokah, KH
Imam Suyono selalu menekankan keistiqomahan kepada para santri.
22
Lihat dalam transkrip observasi pada lampiran penelitian ini, kode: 02/O/1-XI/2018. 23
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 13/1-W/1-XI/2018.
79
Tidak cukup hanya memberikan perintah saja dengan rajin beliau
membimbing dan selalu memberi contoh terlebih dahulu agar ditiru.
Dengan demikian, santri diharapkan menjadikan akhlak yang
telah dicontohkan oleh KH Imama Suyono. sebagai pondasi dan figur
dalam kehidupannya untuk menyikapi berbagai persoalan yang
terjadi pada generasi muda kita, khususnya para pelajar atau santri
agar mereka terhindar dari bentuk penyimpangan. Jadi tindakan KH
Imama Suyono ini sesuai Ahmad Amīn (sosok pakar akhlak modern)
menurutya Sebagian ulama’ mendefinisikian akhlak sebagai
kehendak yang dibiasakan, maksudnya, apabila kehendak itu sudah
menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak.
Dengan demikian, akhlak adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan baik, ataupun buruk, benar ataupun
salah dengan spontan dan mudah, tanpa berfikir terlebih dahulu.
3. Dampak Kegiatan MaulidDIBA’I terhadap akhlaksantri di Pondok
Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Kegiatan MaulidDiba’ merupakan salah satu kegiatan yang sudah
berjalandi Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo. Melalui Kegiatan MaulidDiba’tentu mempunyai dampak
terhadap akhlak santri. Mengingat bahwa sebuah kegiatan pasti ada
tujuan dan harapan yang diinginkan, sehingga melalui kegiatan ini bisa
80
menjadi sebuah ukuran untuk melihat bagaimana santri itu bisa
mencerminkan perilaku yang shalih secara perbuatan dan perkataan.
Adapun dampak kegiatan Maulid Diba’i sebagai berikut:
a. Akhlak kepada Allah
Kegiatan Maulid Diba’i di Pondok Pesantern Al-Barokah, ini
juga berdampak pada ahlak santri kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Diperkuat oleh Gus Asif Fuadi, dia menuturkan bahwa:
“Santri-santri ketika pembacaan Maulid diba’ itu tidak hanya membacanya saja, tetapi juga memahami isi dan makna Maulid diba’. Sehingga melalui kegiatan shalawat Maulid diba’ ini, santri lebih berhati-hati dalam hal ucapan dan perbuatan yang dilakukan sehari-hari. Dengan terlihatnya para santri ketika waktu sholat tiba, biasanya para santri itu malas dan masih enggan untuk berangkat ke masjid, menunggu abah yai berkililing kamar. Tetapi stelah melaksanakan kegiatan Maulid Diba’i, para santri lebih rajin untuk segera berangkat ke
masjid.”24
Berdasarkan observasi, banyak santri yang semangat ketika
mengikuti kegiatan lain di pondok, setelah mengikuti kegiatan
Maulid Diba’i di Pondok Pesantren Al-Barokah. Dan juga dalam
kegiatan Maulid Diba’i, santri juga bersemangat dalam mengikuti
kegiatan tersebut. Ketika pembacaan Maulid Diba’i,’ mereka
melantunkan kandungan Maulid Diba’i,itu dengan suara yang keras
dan lantang. Hal ini juga di perkuat Pengurus Pondok Pesantren Al-
Barokah Muhammad Irfan menuturkan:
24
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 14/2-W/1-XI/2018.
81
“Santri-santri setelah adaya kegiatan Maulid diba’ini, perubahan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari terlihat dari cara berpakaian ketika waktu Sahalat tiba, sebelumya ketika sahalat berjamaah mereka memaki jaket, baju bergambar sekarang mulai berbeda dan sebelumya ketika mereka terdengar suara azan subuh tiba enggan untuk bangun, karena murit baru terbiasa dengan keadaan dirumah sebelum masuk dalam Pesantren, sekarang setelah iya faham pengertian pengertian yang diberikan Abah Yai, dalam perkembangan santri sekarang lebih mudah untuk dibangunkan dan bergegas mengambil air wudu. Selain itu dalam hal berpakaian dan ucapan sudah berbeda dari awl mula
datang dengan yang sekarang.”25
Dalam dampak positif kegiatan Maulid Diba’i di Pondok
Pesantern Al-Barokah, juga berdampak kepada santri di Pondok
Pesantern Al-Barokah. Para santri terutama santri baru yang terbiasa
dirumah, yang belum terbiasa sholat subuh berjamaah, biasanya
terbawa dalam kegiatan jamaah subuh di Pondok Pesantern Al-
Barokah,namun setelah mengikuti kegiatan Maulid Diba’i ada
perubahan dalam shalat subuh berjamaah, ini merupakan salahsatu
tindakan santri dalam mendekatkan diri kepada Allah.
b. Akhlak kepada Sesama Manusia
Kegiatan Maulid Diba’i merupakan kegiatan yang bertujuan
positif sebagai sarana membentuk Akhlak. Mengacu pada tujuan
yang berdampak positif darikegiatan MaulidDiba’iterhadap akhlak
santri di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
25
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 15/5-W/4-XI/2018.
82
Ponorogo.Mengenai dampak dari kegiatan Maulid Diba’idi Pondok
Pesantren Al-Barokah, KH.Imam Suyono menjelasakan :
“Ketika mengikuti kegiatanMaulid diba’ ini saya melihat sebagian besar santri antusias ketika mengikuti kegiatan tersebut, sangat bersemangat, dan jarang ada yang mengantuk mulai dari awal hingga akhir kegiatan.Sehingga melalui kegiatan ini, sayamelihat santri dalam kegiatan ketika berbaur dengan masarakat menjadi faham tentang bagai mana berperilaku dan beradab, yang terlihat dari perubahan mereka yaitu sebelumya
ketika mengikuti acara masarakat tidak mau bersalam,ketika tiba dalam acara sekarang menjadi tau seharusya yang mereka lakukan yaitu bersalaman dengan tamu yang hadir terlebih dahulu, selain itu dalam hal berbicarapun sudah berbeda dan bayak lagi yang terlihat,untuk lebihbersemangat dan disiplin dan berdampak dalam kegiatan sehari-sehari juga, santri lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang lain, lebih disiplin dalam berpakaian. Selain daripada hal tersebutsecara keseluruhan santri itu sangat antusias dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan.”26
Hal ini juga diungkapkanpengurus Pondok Pesantren Al-
Barokah oleh Ari Amnan:
“Para santri setelah mengikuti kegiatanMaulid diba’ mulai mengerti danmemahami pesan-pesan yang disampaikan oleh Abah Yai sampaikan, hal ini dapat dilihat, adanya perubahan terhadap kebiasan-kebiasan para santri yang sering kali mengacuhkan hal-hal kecil yang sebenarnya itu penting.Seperti halnya santri ketika ada kegiatan masyarakat enggan untuk ikut berpartisipasi dan sekarang sudah banyak santri yang mengikuti kegiatan masyarakat sekitar, begitupula dengan sesama teman santri,pada awalnya banyak santri yang kurang mempunyai rasa simpati terhadap teman, tidak ada kepedulian antar sesama, namun seiring dengan seringnya santri mengikuti dan memahami secara mendalam pesan-pesan penting dari abah yai, maka para
santri sedikit-demi sedikit membenahi kebiasaan buruknya.”27
26
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 16/1-W/1-XI/2018. 27
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 17/4-W/4-XI/2018.
83
Dalam proses kegiatan Maulid Diba’i berdampak pada akhlak
santri dalam melaksanakan kegiatan Maulid Diba’i. Sebelumnya
nggan bersalaman ketika acaramasyarakat yang tiba lebih dahulu,
namun setelah santri mengikuti kegiatan Maulid Diba’i lebih paham
untuk bersalaman kepada masyarakat yang datang lebih dahulu.
c. Akhlak kepada guru dan Kedua Orang Tua
Dampak Mauidah hasanah yang di terangakan KH Imam
Suyono saat kegiatan Maulid Diba’i, para santri menunjukan
kesadaran diri tanpa ada pengurus untuk menyuruh berangkat dalam
melaksanakan kegiatan yang ada di Pondok Pesantern Al-Barokah.
Hal ini juga dituturkan oleh Ari Amnan:
“Dengan adayakegiatan Maulid diba’ini terwujudnya karakter disiplin, dan karakter religius.dengan demikian terlihatkarakter yang timbul dari santri.Yang saya lihat sekarang santri mulai menaati peraturan Pondok , yang sebelumya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tidak mau izin, dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untukdisiplin dan religius
terhadap kegiatan pondok.”28
Dalam hal ini kegiatan mauidah hasanah pada Maulid
Diba’isangat berperan delam pembentukan Akhlak santri kepada
guru. Karena santri melai menaati peraturan yang di tetapkan pondok,
sehingga secara tidak langsungjuga berdampak dengan menaati
perintah guru. Penerapan akhlak santri ini sesui dengan pendapat Ibn
28
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 17/4-W/4-XI/2018.
84
al-Miskawayh menerangkan Khulūq adalah keadaan jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan-perbuatan dengan tanpa
memikirkan pemikiran dan pertimbangan (kesadaran diri/sepontan).
BAB V
ANALISIS DATA MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI
MELALUI KEGIATAN MAULID DIBĀ’I DI PONDOK PESANTREN
AL-BAROKAH DESA MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO
A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah
Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Kegiatan Maulid Dibai’i di Pondok Pesantren Al-Barokah di lakasanakan secara
rutin setelah Shalat Isya’ setiap malam Jum’at Pahing dan malam Jum’at Pon. Sebelum
adanya Kegiatan Maulid Dibai’i di Pondok Pesantren Al-Barokah setiap malam Jum’at
setelah shalat Isya’ hanya mmembaca Shalawat pada umumnya. Namun kurang lebih
sekira pada tahun 2012 Gus Ashif Fuadi merintis adanya pembacaan maulid dan tidak
hanya sebatas membaca Shalawat.1
Pelaksanaan pembacaan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren AL-Barokah dibagi
dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pra Pelaksanaan
Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah dalam pra
pelaksanaan terbagi tiga tahapan yang dilakukan oleh pengurus maupun santri yaitu
berupa tentang:
a. Pembacaan Qasi>dah
Pembacaan Qasi>dah dengan diiringi hadrah al-Banjari merupakan
bentuk terobosan yang sudah ada di berbagai Pondok Pesantren. Mengingat
adanya kegiatan Qasi>dah bisa menjadi wadah pembentuk karaktersitik
1 Lihat dalam transkip observasi pada lampiran penelitian ini, kode 14/3-O/21-VII/2018.
kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Selain wadah untuk mengembangkan
bakat yang ada pada diri para santri.
Pembacaan Qasi>dah tidak hanya berpacu pada siapa yang ahli
membaca dan melantunkannya. Tetapi lebih kepada sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan akhlak kepada Allah SWT dan
dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhlūq kepada Tuhannya sang khᾱliq.2
b. Pembacaan Tahlil
Sebelum pembacaan Maulid Dibā’i ada kegiatan rutin yang dilakukan
santri berupa pembacan tahlil yang dipimpin oleh KH Imam Suyono. Hal ini
merupakan perbuatan yang dilakukan santri untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Pembacaan Tahlil memiliki tujuan agar para santrinya
terbiasa untuk mengamalkannya setiap hari. Bukan hanya dibaca pada malam
Jum’at saja.
Berkaitan dengan hasil penelitian maka dapat disimpulkan. Bahwa
melalui kegiatan ini santri diharapkan mampu mengusai amaliah agar lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhlūq kepada
Tuhannya sang khᾱliq.3
2. Pembacaan Maulid Dibā’i
Kegiatan pembacaan Maulid Dibā’i yang dilaksanakan oleh pengurus dan
santri di Pondok Pesantren Al-Barokah dalam kaitanya membentuk akhlak para
santri dapat diperinci sebagai berikut :
2 Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 29.
3 Akmal Hawin, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 27.
a. Pembacaan Maulid Dibā’i
Pembacaan Maulid Dibā’i dipimpin oleh Pengasuh. Namun hanya
memberikan pengantar saja untuk pembacaan tawasul dan selebihnya diberikan
kepercayaan kepada para santri yang sudah terjadwalkan. Tujuan dari pengurus
yaitu untuk melatih mental santri ketika diberi tugas.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan mengikuti
kegiatan ini secara langsung terbukti sebagian santri yang memimpin terlihat
sangat bagus dalam memimpin kegiatan tanpa adanya rasa minder. Hal ini sesuai
dengan lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi jiwa anak didik dengan hal
ini dapat mengarah kemana anak didik dan perkembangan kepribadian.4
b. Mauidah Hasanah
Pada tahapan ini santri diberikan pengetahuan oleh KH Imam Suyono.
Yang pada intinya membicarakan berkaitan tentang kegiatan maulid tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Ja’far Murtadha al-‘Amalī ) beliau berkata
tentang apa saja yang dapat dikerjakan pada Maulid tersebut, dengan mencari
pemahaman arti syukur kepada Allah SWT.5
3. Evaluasi Pengurus
Penerapan kegiatan Maulid Dibā’i ini memiliki dampak positif terhadap
santri. Maka dari itu pengurus selalu melakukan pembenahan dalam setiap
kegiatannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kegiatan
Maulid Dibā’i agar berdampak positif bagi santri. Sebagaimana dituturkan oleh Gus
Asif Fuadi bahwasannya:
4 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 198.
5 Wildana Wargadinata, Spiritualitas Shalawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW (Malang: UIN
Maliki Press, 2010), 14.
Setiap waktunya akan mengadakan sebuah evaluasi untuk meningkatkan
kegiatan tersebut. Ketika kegiatan tersebut dikatakan berhasil, itu menjadi
sebuah kegiatan yang efektif dan berdampak positif bagi santri, maka solusi
yang harus dicari adalah meningkatkan dan mempertahankan kegiatan Maulid
Dibā’i supaya sukses dan tentunya bisa menjadi adat istiadat atau kebiasaan
yang bisa berjalan secara turun temurun di Pondok Pesantren Al-Barokah.6
Tujuan dari agenda evaluasi ini pada dasarnya pengurus ingin memunculkan
karakter disiplin dan religius pada diri santri. Jika kegiatan Maulid Dibā’i
dilaksanakan dengan maksimal pasti akan berdampak dengan santri tentang adanya
kedisiplinan dan religius bagi para santri. Sebagaimana hal ini dituturkan oleh
Muhammad Irfan bahwasannya:
Dengan adaya kegiatan Maulid Dibā’i ini terwujudnya karakter disiplin dan
karakter religius. Dengan demikian terlihat karakter yang timbul dari diri
santri. Yang saya amati sekarang santri mulai mentaati peraturan Pondok.
Yang sebelumya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tak mau izin,
dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untuk disiplin dan
religius terhadap kegiatan pondok berlangsung7
Agenda evaluasi dalam kegiatan Maulid Dibā’i ini merupakan upaya
pengurus dalam mensukseskan kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-
Barokah. Pada dasarnya agenda evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pondok dan meningkatkan kualitas santri. Hal ini merupakan usaha sadar yang
dilaksanakan manusia dalam rangka mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Sehingga bisa mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan kepribadian
yang utama dan dapat meraih tujuan tertinggi agama Islam yakni kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. Hal ini sesuai pendapat (Muhammad Ibn ‘Ilān as-
Shadiqī) menurutnya Akhlak adalah suatu pembawaan dalam diri manusia yang
menimbulkan perbuatan baik dengan cara yang mudah.8
6 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 07/2-W/3-XI/2018.
7 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 08/5-W/3-XI/2018.
8 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
B. Analisis Upaya Peningkatan Akhlak Santri Dalam Kegiatan Maulid Dibā’i di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akhlak santri di Pondok Pesantren Al-
Barokah yaitu melalui kegiatan Maulid Dibā’i yang dapat dilakukan secara maksimal.
Dengan meningkatkan akhlak santri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, yang mana hal tersebut dapat
diperinci sebagai berikut :
1. Mauidhoh Hasanah
Sering kali mauidhoh hasanah yang di sampaikan KH Imam Suyono berisi
nasihat yang baik kepada santri berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan. Tutur
kata yang digunakan KH Imam Suyono menggunakan bahasa yang halus dan dapat
di mengerti oleh para santri. Hal tersebut diungkapkan oleh Gus Asif Fuadi
bahwasannya:
Abah juga sering menyampaikan mauidah hasanah dengan bahasanya yang
halus dan mudah difahami oleh santri, dalam penjalasan ini berkaitan dengan
akhlak Rasulullah Saw. dengan memberikan penjelasan melalui kandungan
Maulid Diba’ yang mengandung banyak pelajaran tentang akhlak terhadap
Allah SWT dan akhlak kepada sesama makhluk seperti taat beribadah, ridha,
sabar, zuhud, amar ma’ruf nahi munkar, pemimpin yang agung, shiddiq,
sopan santun, mencintai umat, dan bijaksana. 9
Maka dengan melalui maudihoh hasanah yang dilakukan oleh KH Imam
Suyono dapat berpengaruh terhadap akhlak santri dan menjadikan santri tersebut
menjadi lebih baik. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh KH Iman Sutoyo untuk
meningkatkan akhlak santri yaitu dengan memberikan penjelasan sedikit demi sedikit
isi dalam kandungan Maulid Dibā’i sehingga santri menunjukkan akhlak yang baik
dalam kehidupan sehari-hari. Maka hal tersebut merupakan salah satu metode yang
selaras dengan perkembangan zaman.
9 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 10/2-W/3-XI/2018.
Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat meliputi segala sikap dalam
menjalani kehidupan sosial, menolong sesama, dan berinteraksi dengan sesama
dengan baik10
2. Pembiasaan dalam Maulid Dibā’i
Pelaksanaan Maulid Dibā’i juga berkaitan dengan peraturan yang di biasakan
kepada santri oleh pengurus sebelum memulai kegiatan berlangsung. Adapun
pembiasaan tersebut dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan terhadap seluruh
santri yang hadir terkait dengan kedisiplinan santri. Pemeriksaan tersebut merupakan
wujud dari peraturan berikaitan dengan keahrusan santri yang tidk memakai baju
putih dan membawa kitab Dibā’i, apabila para santri tidak memenuhi aturan tersebut
akan diberikan hukuman. Menurut hasil wawancara Muhammad Irfan menuturkan
bahwasannya:
“Pada saat sebelum pembacaan shalawat Maulid diba’ dimulai, sebagian
pengurus bertugas untuk memeriksa santri yang tidak membawa kitab diba’
dan tidak memakai baju putih, jika terdapat santri yang melanggar langsung
diberi hukuman berupa perintah untuk berdiri di ruangan pembacaan diba’
begitu pula dengan santri yang tidur atau bergurau dengan temannya di saat
pembacaan berlangsung dan di dalam kegiatan Abah Yai menyampaikan
mauidah hasanah.”11
Tugas pengurus untuk memeriksa santri ini dikarenakan pengurus sebagai
penanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Pendisiplinan santri
terhadap aturan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab moril pengurus, sehingaga
ketika pengurus melakukan tindakan pendisiplinan, akan diketahui mana santri yang
tidak mentaati peraturan yang ada sehingga akan mudah pula bagi pengurus
memberikan hukuman kepada santri yang tidak mematuhi dan menaati aturan
tersebut.. Jika hukuman tersebut bisa membuat santri menjadi jera, dan bersedia
10 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (Malang: Cahaya Tauhid Press, 38.
11Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 11/5-W/4-XI/2018.
mantaati peraturan ketikan acara Maulid Dibā’i berlangsung, maka hukuman yang
dijalankan oleh pengurus tersebut bisa dikategorikan sebagai hal yang baik.
Hal diatas menujukkan bahwa pembiasaan diri menjadi tolak ukur dan nilai
dasar terhadap kebiasaan yang dijalani. Adapun pengertian dari kebiasaan yaitu
adalah tentang perbuatan yang dapat diulang secara terus menerus sehingga akan
mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat baik atau buruk karena dua faktor
kebiasaan, yaitu: a) Kesukaan hati terhadap pekerjaan. b) Menerima kesukaan itu,
yang pada akhirnya akan menampilkan perbuatan dan diulang secara terus menerus.12
C. Analisis Dampak Kegiatan Maulid Dibā’i Terhadap Akhlak Santri Di Pondok
Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Maulid Dibā’i berisi syair pujian dan sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad
Saw. Pengarangnya bernama lengkap Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin
Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibaiasy-Syaibani. la dikenal dengan julukan Ibnu
Diba’. Kata diba' diambil dari nama kakeknya, yang bernama Ali bin Yusuf Diba’. lbnu
Diba' dilahirkan di kita Zabid (salah satu kota yang terdapat di Yaman Utara), 4
Muharram 866 H. la wafat di kota Zabid pada hari Jum'at, tanggal 26 Rajab, 944 H. Sejak
lahir hingga akhir hayatnya, ia sama sekali tidak berjumpa dengan sang ayah yang sedang
berpergian. Sampai akhirnya, ia mendengar kabar bahwa sang ayah telah meninggal
dunia di salah satu daerah di daratan India.13
Kegiatan Maulid Dibā’i sebagai sarana peningkatan akhlak santri bisa tergolong
sebagai metode bi al-h<ikmah. Adapun Metode bi al-hikmah yaitu merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi yang dilandaskan atas dasar hikmah-hikmah yang
terkandung didalam kitab maulid tersebut. Kitab Maulid Dibā’i termasuk salah satu jenis
12 Abdul Mustakim, Akhlak TaSawuf (Yogyakarta: Kukaba Dipantara, 2013), 1-2.
13 M. Saleh, Kitab Shalawat (Jogjakarata: DIVA Press, 2014), 9.
kitab al-maulid atau kitab yang ditulis khusus untuk memuliakan Nabi Muhammad Saw.
Sehingga kitab ini memang disusun untuk di persembahkan kepada Nabi Muhammad
Saw.
Kegiatan Maulid Dibā’i bertujuan agar santri mengenal lebih dekat dengan
Rasulullah Saw serta belajar untuk memiliki kecintaan kepada Rasulullah Saw dengan
memiliki rasa cinta kepada Rasulallah secara tidak langsung para santri dapat berperilaku
seperti Rasulullah.
Kegiatan Maulid Dibā’i merupakan salah satu kegiatan yang sudah berjalan di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo. Melalui Kegiatan
Maulid Dibā’i tentu mempunyai dampak terhadap akhlak santri. Adapun dampak
kegiatan Maulid Dibā’i yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak Kepada Allah
Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah juga berdampak
pada akhlak santri kepada Allah SWT. Adapun dampak tersebut dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari dan saat melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i.
Adapun perubahannya dapat dilihat dari banyaknya santri yang mengikuti sholat
subuh secara berjama’ah dan juga banyak santri yang rajin dan segera menuju ke
masjid. Tindakan santri ini merupakan salah satu bentuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Hal ini senada dengan penuturan Gus Ashif bahwasannya:
Santri-santri ketika pembacaan Maulid diba’ itu tidak hanya membacanya
saja, tetapi juga memahami isi dan makna Maulid diba’. Sehingga melalui
kegiatan shalawat Maulid diba’ ini, santri lebih berhati-hati dalam hal
ucapan dan perbuatan yang dilakukan sehari-hari. Dengan terlihatnya para
santri ketika waktu sholat tiba, biasanya para santri itu malas dan masih
enggan untuk berangkat ke masjid, menunggu abah yai berkililing kamar.
Tetapi setelah melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i, para santri lebih rajin
untuk segera berangkat ke masjid.14
14 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 14/2-W/1-XI/2018.
Kegiatan Maulid Diba’ sejauh ini telah mampu memberikan pengaruh yang
mendalam bagi para santri. Kegiatan tersebut semakin mendatangkan rasa
ketertarikan bagi santri. Hal ini sesuai dengan perumusan pengertian akhlak sebagai
media yang memugkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhlūq dan
khᾱliq, dan antara makhlūq dan makhlūq.15
b. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Kegiatan Maulid Dibā’i merupakan kegiatan yang bertujuan positif sebagai
sarana membentuk akhlak yang baik. Dalam proses kegiatan Maulid Dibā’i
berdampak pada akhlak santri terhadap sesama manusia dalam melaksanakan
kegiatan Maulid Dibā’i. Para santri sebelumnya enggan bersalaman ketika ada
masyarakat yang tiba lebih dahulu namun setelah santri mengikuti kegiatan Maulid
Dibā’i santri memulai untuk bersalaman kepada masyarakat yang datang terlebih
dahulu. Hal ini mencerminkan dari akhlak santri sebagai santri yang baik dan
memiliki akhlak yang bagus. Sikap ini sudah sesuai dengan akhlak dalam
kehidupan bermasyarakat meliputi segala sikap dalam menjalani kehidupan
sosial,16
Kegiatan dalam pembacaan Maulid Dibā’i yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan telah mampu memberikan kesan yang berupa
pengalaman keagamaan dengan masyarakat bagi santri. Walaupun mereka kadang
tidak menyadarinya dan tidak tahu bahwa hal itu merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam keberagamaan mereka. Hal ini senada dengan yang dituturkan oleh
Imam Suyono bahwasannya:
Ketika mengikuti kegiatan Maulid diba’ ini. Saya melihat sebagian besar
santri antusias ketika mengikuti kegiatan tersebut, sangat bersemangat, dan
15 Ismail Thaib, Risalah AKhlaq (Yokyakarta: CV. Bina Usaha, 1992), 4.
16 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997),16.
jarang ada yang mengantuk mulai dari awal hingga akhir kegiatan. Sehingga
melalui kegiatan ini, saya melihat santri dalam kegiatan ketika berbaur
dengan masarakat menjadi faham tentang bagai mana berperilaku dan
beradab, yang terlihat dari perubahan mereka yaitu sebelumya ketika
mengikuti acara masarakat tidak mau bersalam, ketika tiba dalam acara
sekarang menjadi tau seharusya yang mereka lakukan yaitu bersalaman
dengan tamu yang hadir terlebih dahulu, selain itu dalam hal berbicarapun
sudah berbeda dan bayak lagi yang terlihat, untuk lebih bersemangat dan
disiplin dan berdampak dalam kegiatan sehari-sehari juga, santri lebih
bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang lain, lebih disiplin
dalam berpakaian. Selain daripada hal tersebut secara keseluruhan santri itu
sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan.17
Kegiatan Maulid Diba’ sejauh ini sangat berpengaruh bagi santri yang
bersungguh-sungguh dalam mengikutinya. Akhlak para santri mulai terjaga dan
selalu meningkat yang ditandai dengan sifat-sifat kepribadian yang tadinya kurang
tertata menjadi tertata, yang tadinya kurang tekun ibadah menjadi tekun ibadahnya.
Penerapan akhlak santri ini sesuai dengan pendapat (Ahmad Amīn sosok
pakar akhlak modern) Sebagian ulama’ mendefinisikan akhlak sebagai kehendak
yang dibiasakan. Maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan
maka itulah yang dinamakan akhlak.18
c. Akhlak Kepada Guru Dan Kedua Orang Tua
Dampak Mauidah hasanah yang di terangakan oleh KH Imam Suyono saat
kegiatan Maulid Dibā’i yaitu para santri menunjukan kesadaran diri tanpa ada
pengurus untuk menyuruh berangkat dalam melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i
yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah. Dalam hal ini peraturan pada Maulid
Dibā’i sangat berperan dalam peningkatan akhlak santri kepada guru. Karena santri
mulai mentaati peraturan yang di tetapkan oleh pondok. Sehingga secara tidak
langsung juga berdampak dengan mentaati perintah guru.
17 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 16/1-W/1-XI/2018
18 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
Adanya perubahan sikap dan kepribadian pada santri berkat pengaruh
kegiatan tersebut pastilah akan membawa dampak terhadap tujuan pendidikan yang
ada di Pondok Pesantran Al-Barokah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ari
Amnan bahwasannya:
Dengan adaya kegiatan Maulid diba’ ini terwujudnya karakter disiplin, dan
karakter religius.dengan demikian terlihat karakter yang timbul dari santri.
Yang saya lihat sekarang santri mulai menaati peraturan Pondok, yang
sebelumya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tidak mau izin,
dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untuk disiplin dan
religius terhadap kegiatan pondok.19
Pondok Pesantren Al-Barokah memiliki tujuan untuk mengantarkan santri
melalui pendidikan Maulid Dibā’i menjadi manusia yang beriman, betaqwa,
berakhlak mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan, mampu
mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, dengan
adanya kegiatan Maulid Dibā’i maka akan menjadi pemacu terwujudnya tujuan
tersebut.
Santri yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan dan memiliki niat yang
kuat akan mengalami perubahan kepribadian pada dirinya kearah yang lebih baik.
Dengan perubahan tersebut maka santri akan senantiasa bersemangat dan lebih
disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren.
Dengan adanya semangat dan kedisiplinan tersebut maka akan membuahkan hasil
yang baik.
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan
perilaku akhlak seseorang. Berbagi ilmu diperkenalkan perubahan perilaku akhlak
19 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 17/4-W/4-XI/2018.
seseorang. Berbagai ilmu juga di perkenalkan agar mudah memahaminya dan dapat
melakukan suatu perubahan dalam dirinya.20
20 Abdul Mustakim, Akhlak TaSawuf (Yogyakarta: Kukaba Dipantara, 2013), 1-2.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pembentukan Akhlak Santri
melalui kegiatan Mauld Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah, hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah
dalam peningkatan akhlak santri ada tiga tahapan pra pelaksanaan berupa
khosidah, tahlil. Sedangkan pra pelaksanaan berupa Qasidah, pembacaan
Tahlil dan evaluasi. Sedangkan pelaksanaan pembacaan Maulid Dibā’i
dan Mauidah Hasanah.
2. Upaya peningkatan akhlak santri dalam kegiatan Maulid Dibā’i di
Pondok Pesantren Al-Barokah melalui pembiasaan, pendidikan dan
evaluasi.
3. Dampak kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah
terhadap akhlak santri. Dengan adanya kegiatan Maulid Dibā’i menjadi
pemacu terwujudnya tujuan manusia yang beriman, betaqwa, berakhlak
mulia, berkepribadian, menguasai ilmu pengetahuan dan mampu
mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat serta beragama.
Santri yang mengikuti kegiatan mengalami perubahan kepribadian pada
dirinya kearah lebih baik.
99
100
B. Saran
1. Bagi Pondok
Pondok Pesantren Al-Barokah diharapkan bagi untuk lebih
berperan dan menggunakan strategi baru dalam peningkatan akhlak santri
yang terpuji melalui kegaitan Maulid Dibā’i yang dilaksanakan pada
malam jumat.
2. Bagi Pengurus
Pengurus untuk lebih mempertegas peraturan terkait dengan
kewajiban seluruh santri untuk mengikuti kegiatan Maulid Dibā’i agar
santri senantiasa aktif mengikuti kegiatan tersebut dan tidak melakukan
pelanggaran tata tertib yang telah ditentukan. Diharapkan bagi para santri
jika masih terdapat santri yang melakukan pelanggaran diharapkan untuk
memberikan ta’zir yang akan membuatnya jera.
3. Bagi Santri
Santri Pondok Pesantren Al-Barokah agar lebih aktif mengikuti
kegiatan Maulid Dibā’i dan mentaati tata tertib yang berlaku. Santri
diharapkan pula untuk menghayati setiap makna bait-bait Maulid Dibā’i
serta menjadikan Rasulullah Saw. sebagai tauladan yang baik dalam hal
perbuatan dan perkataan.
BAB V
ANALISIS DATA MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI
MELALUI KEGIATAN MAULID DIBĀ’I DI PONDOK PESANTREN
AL-BAROKAH DESA MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO
A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-
Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Kegiatan Maulid Dibai’i di Pondok Pesantren Al-Barokah di
lakasanakan secara rutin setelah Shalat Isya’ setiap malam Jum’at Pahing dan
malam Jum’at Pon. Sebelum adanya Kegiatan Maulid Dibai’i di Pondok
Pesantren Al-Barokah setiap malam Jum’at setelah shalat Isya’ hanya
mmembaca Shalawat pada umumnya. Namun kurang lebih sekira pada tahun
2012 Gus Ashif Fuadi merintis adanya pembacaan maulid dan tidak hanya
sebatas membaca Shalawat.1
Pelaksanaan pembacaan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren AL-
Barokah dibagi dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Pra Pelaksanaan
Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah dalam
pra pelaksanaan terbagi tiga tahapan yang dilakukan oleh pengurus
maupun santri yaitu berupa tentang:
a. Pembacaan QASI>DAH
1 Lihat dalam transkip observasi pada lampiran penelitian ini, kode 14/3-O/21-VII/2018.
85
86
Pembacaan QASI>DAH dengan diiringi hadrah al-Banjari
merupakan bentuk terobosan yang sudah ada di berbagai Pondok
Pesantren. Mengingat adanya kegiatan QASI>DAH bisa menjadi
wadah pembentuk karaktersitik kecintaan kepada Nabi Muhammad
Saw. Selain wadah untuk mengembangkan bakat yang ada pada diri
para santri.
Pembacaan QASI>DAH tidak hanya berpacu pada siapa yang
ahli membaca dan melantunkannya. Tetapi lebih kepada sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan akhlak
kepada Allah SWT dan dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhlūq kepada
Tuhannya sang khᾱliq.2
b. Pembacaan Tahlil
Sebelum pembacaan Maulid Dibā’i ada kegiatan rutin yang
dilakukan santri berupa pembacan tahlil yang dipimpin oleh KH
Imam Suyono. Hal ini merupakan perbuatan yang dilakukan santri
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pembacaan Tahlil
memiliki tujuan agar para santrinya terbiasa untuk mengamalkannya
setiap hari. Bukan hanya dibaca pada malam Jum’at saja.
Berkaitan dengan hasil penelitian maka dapat disimpulkan.
Bahwa melalui kegiatan ini santri diharapkan mampu mengusai
2 Akmal Hawi, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 29.
87
amaliah agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini
sesuai dengan sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhlūq kepada Tuhannya sang khᾱliq.3
2. Pembacaan Maulid Dibā’i
Kegiatan pembacaan Maulid Dibā’i yang dilaksanakan oleh
pengurus dan santri di Pondok Pesantren Al-Barokah dalam kaitanya
membentuk akhlak para santri dapat diperinci sebagai berikut : a.
Pembacaan Maulid Dibā’i
Pembacaan Maulid Dibā’i dipimpin oleh Pengasuh. Namun
hanya memberikan pengantar saja untuk pembacaan tawasul dan
selebihnya diberikan kepercayaan kepada para santri yang sudah
terjadwalkan. Tujuan dari pengurus yaitu untuk melatih mental santri
ketika diberi tugas.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
mengikuti kegiatan ini secara langsung terbukti sebagian santri yang
memimpin terlihat sangat bagus dalam memimpin kegiatan tanpa
adanya rasa minder. Hal ini sesuai dengan lingkungan pendidikan
sangat mempengaruhi jiwa anak didik dengan hal ini dapat mengarah
kemana anak didik dan perkembangan kepribadian.4
3 Akmal Hawin, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 27. 4 Mustofa, Peringatan Maulid Nabi Saw (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 198.
88
b. Mauidah Hasanah
Pada tahapan ini santri diberikan pengetahuan oleh KH
Imam Suyono. Yang pada intinya membicarakan berkaitan tentang
kegiatan maulid tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Ja’far
Murtadha al-‘Amalī ) beliau berkata tentang apa saja yang dapat
dikerjakan pada Maulid tersebut, dengan mencari pemahaman arti
syukur kepada Allah SWT.5
3. Evaluasi Pengurus
Penerapan kegiatan Maulid Dibā’i ini memiliki dampak positif
terhadap santri. Maka dari itu pengurus selalu melakukan pembenahan
dalam setiap kegiatannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kegiatan Maulid Dibā’i agar berdampak positif bagi
santri. Sebagaimana dituturkan oleh Gus Asif Fuadi bahwasannya:
Setiap waktunya akan mengadakan sebuah evaluasi untuk meningkatkan kegiatan tersebut. Ketika kegiatan tersebut dikatakan berhasil, itu menjadi sebuah kegiatan yang efektif dan berdampak positif bagi santri, maka solusi yang harus dicari adalah meningkatkan dan mempertahankan kegiatan Maulid Dibā’i supaya sukses dan tentunya bisa menjadi adat istiadat atau kebiasaan yang bisa berjalan secara turun temurun di Pondok
Pesantren Al-Barokah.6
Tujuan dari agenda evaluasi ini pada dasarnya pengurus ingin
memunculkan karakter disiplin dan religius pada diri santri. Jika kegiatan
5 Wildana Wargadinata, Spiritualitas Shalawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW
(Malang: UIN Maliki Press, 2010), 14. 6 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 07/2-W/3-XI/2018.
89
Maulid Dibā’i dilaksanakan dengan maksimal pasti akan berdampak
dengan santri tentang adanya kedisiplinan dan religius bagi para santri.
Sebagaimana hal ini dituturkan oleh Muhammad Irfan bahwasannya:
Dengan adaya kegiatan Maulid Dibā’i ini terwujudnya karakter disiplin dan karakter religius. Dengan demikian terlihat karakter yang timbul dari diri santri. Yang saya amati sekarang santri mulai mentaati peraturan Pondok. Yang sebelumya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tak mau izin, dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untuk disiplin dan religius
terhadap kegiatan pondok berlangsung7
Agenda evaluasi dalam kegiatan Maulid Dibā’i ini merupakan
upaya pengurus dalam mensukseskan kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok
Pesantren Al-Barokah. Pada dasarnya agenda evaluasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pondok dan meningkatkan kualitas santri. Hal ini
merupakan usaha sadar yang dilaksanakan manusia dalam rangka
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Sehingga bisa
mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan kepribadian yang utama
dan dapat meraih tujuan tertinggi agama Islam yakni kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. Hal ini sesuai pendapat (Muhammad
Ibn ‘Ilān as-Shadiqī) menurutnya Akhlak adalah suatu pembawaan dalam
diri manusia yang menimbulkan perbuatan baik dengan cara yang
mudah.8
7 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 08/5-W/3-XI/2018.
8 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
90
B. Analisis Upaya Peningkatan Akhlak Santri Dalam Kegiatan Maulid
Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan akhlak santri di Pondok
Pesantren Al-Barokah yaitu melalui kegiatan Maulid Dibā’i yang dapat
dilakukan secara maksimal. Dengan meningkatkan akhlak santri agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa dapat dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan keagamaan, yang mana hal tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Mauidhoh Hasanah
Sering kali mauidhoh hasanah yang di sampaikan KH Imam
Suyono berisi nasihat yang baik kepada santri berupa petunjuk-petunjuk
kearah kebaikan. Tutur kata yang digunakan KH Imam Suyono
menggunakan bahasa yang halus dan dapat di mengerti oleh para santri.
Hal tersebut diungkapkan oleh Gus Asif Fuadi bahwasannya:
Abah juga sering menyampaikan mauidah hasanah dengan bahasanya yang halus dan mudah difahami oleh santri, dalam penjalasan ini berkaitan dengan akhlak Rasulullah Saw. dengan memberikan penjelasan melalui kandungan Maulid Diba’ yang mengandung banyak pelajaran tentang akhlak terhadap Allah SWT dan akhlak kepada sesama makhluk seperti taat beribadah, ridha, sabar, zuhud, amar ma’ruf nahi munkar, pemimpin yang
agung, shiddiq, sopan santun, mencintai umat, dan bijaksana. 9
Maka dengan melalui maudihoh hasanah yang dilakukan oleh KH
Imam Suyono dapat berpengaruh terhadap akhlak santri dan menjadikan
9 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 10/2-W/3-XI/2018.
91
santri tersebut menjadi lebih baik. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh
KH Iman Sutoyo untuk meningkatkan akhlak santri yaitu dengan
memberikan penjelasan sedikit demi sedikit isi dalam kandungan Maulid
Dibā’i sehingga santri menunjukkan akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Maka hal tersebut merupakan salah satu metode yang selaras
dengan perkembangan zaman.
Akhlak dalam kehidupan bermasyarakat meliputi segala sikap
dalam menjalani kehidupan sosial, menolong sesama, dan berinteraksi
dengan sesama dengan baik10
2. Pembiasaan dalam Maulid Dibā’i
Pelaksanaan Maulid Dibā’i juga berkaitan dengan peraturan yang
di biasakan kepada santri oleh pengurus sebelum memulai kegiatan
berlangsung. Adapun pembiasaan tersebut dapat dilakukan dengan adanya
pemeriksaan terhadap seluruh santri yang hadir terkait dengan kedisiplinan
santri. Pemeriksaan tersebut merupakan wujud dari peraturan berikaitan
dengan keahrusan santri yang tidk memakai baju putih dan membawa
kitab Dibā’i, apabila para santri tidak memenuhi aturan tersebut akan
diberikan hukuman. Menurut hasil wawancara Muhammad Irfan
menuturkan bahwasannya:
“Pada saat sebelum pembacaan shalawat Maulid diba’ dimulai, sebagian pengurus bertugas untuk memeriksa santri yang tidak
10 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (Malang: Cahaya Tauhid Press,
38.
92
membawa kitab diba’ dan tidak memakai baju putih, jika terdapat santri yang melanggar langsung diberi hukuman berupa perintah untuk berdiri di ruangan pembacaan diba’ begitu pula dengan santri yang tidur atau bergurau dengan temannya di saat pembacaan berlangsung dan di dalam kegiatan Abah Yai
menyampaikan mauidah hasanah.”11
Tugas pengurus untuk memeriksa santri ini dikarenakan pengurus
sebagai penanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pendisiplinan santri terhadap aturan tersebut sebagai bentuk tanggung
jawab moril pengurus, sehingaga ketika pengurus melakukan tindakan
pendisiplinan, akan diketahui mana santri yang tidak mentaati peraturan
yang ada sehingga akan mudah pula bagi pengurus memberikan hukuman
kepada santri yang tidak mematuhi dan menaati aturan tersebut.. Jika
hukuman tersebut bisa membuat santri menjadi jera, dan bersedia mantaati
peraturan ketikan acara Maulid Dibā’i berlangsung, maka hukuman yang
dijalankan oleh pengurus tersebut bisa dikategorikan sebagai hal yang
baik.
Hal diatas menujukkan bahwa pembiasaan diri menjadi tolak ukur
dan nilai dasar terhadap kebiasaan yang dijalani. Adapun pengertian dari
kebiasaan yaitu adalah tentang perbuatan yang dapat diulang secara terus
menerus sehingga akan mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat
baik atau buruk karena dua faktor kebiasaan, yaitu: a) Kesukaan hati
11
Lihat dalam transkrip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode: 11/5-W/4-XI/2018.
93
terhadap pekerjaan. b) Menerima kesukaan itu, yang pada akhirnya akan
menampilkan perbuatan dan diulang secara terus menerus.12
C. Analisis Dampak Kegiatan Maulid Dibā’i Terhadap Akhlak Santri Di
Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman Ponorogo
Maulid Dibā’i berisi syair pujian dan sanjungan (madah) atas Nabi
Muhammad Saw. Pengarangnya bernama lengkap Abdurrahman bin Ali bin
Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibaiasy-
Syaibani. la dikenal dengan julukan Ibnu Diba’. Kata diba' diambil dari nama
kakeknya, yang bernama Ali bin Yusuf Diba’. lbnu Diba' dilahirkan di kita
Zabid (salah satu kota yang terdapat di Yaman Utara), 4 Muharram 866 H. la
wafat di kota Zabid pada hari Jum'at, tanggal 26 Rajab, 944 H. Sejak lahir
hingga akhir hayatnya, ia sama sekali tidak berjumpa dengan sang ayah yang
sedang berpergian. Sampai akhirnya, ia mendengar kabar bahwa sang ayah
telah meninggal dunia di salah satu daerah di daratan India.13
Kegiatan Maulid Dibā’i sebagai sarana peningkatan akhlak santri bisa
tergolong sebagai metode BI AL-H<IKMAH. Adapun Metode bi al-hikmah yaitu
merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilandaskan atas dasar
hikmah-hikmah yang terkandung didalam kitab maulid tersebut. Kitab Maulid
Dibā’i termasuk salah satu jenis kitab al-maulid atau kitab yang ditulis
12 Abdul Mustakim, Akhlak TaSawuf (Yogyakarta: Kukaba Dipantara, 2013), 1-2. 13
M. Saleh, Kitab Shalawat (Jogjakarata: DIVA Press, 2014), 9.
94
khusus untuk memuliakan Nabi Muhammad Saw. Sehingga kitab ini memang
disusun untuk di persembahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Kegiatan Maulid Dibā’i bertujuan agar santri mengenal lebih dekat
dengan Rasulullah Saw serta belajar untuk memiliki kecintaan kepada
Rasulullah Saw dengan memiliki rasa cinta kepada Rasulallah secara tidak
langsung para santri dapat berperilaku seperti Rasulullah.
Kegiatan Maulid Dibā’i merupakan salah satu kegiatan yang sudah
berjalan di Pondok Pesantren Al-Barokah Desa Mangunsuman Siman
Ponorogo. Melalui Kegiatan Maulid Dibā’i tentu mempunyai dampak
terhadap akhlak santri. Adapun dampak kegiatan Maulid Dibā’i yaitu sebagai
berikut:
a. Akhlak Kepada Allah
Kegiatan Maulid Dibā’i di Pondok Pesantren Al-Barokah juga
berdampak pada akhlak santri kepada Allah SWT. Adapun dampak
tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan saat
melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i. Adapun perubahannya dapat
dilihat dari banyaknya santri yang mengikuti sholat subuh secara
berjama’ah dan juga banyak santri yang rajin dan segera menuju ke
masjid. Tindakan santri ini merupakan salah satu bentuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Hal ini senada dengan penuturan Gus Ashif
bahwasannya:
95
Santri-santri ketika pembacaan Maulid diba’ itu tidak hanya membacanya saja, tetapi juga memahami isi dan makna Maulid
diba’. Sehingga melalui kegiatan shalawat Maulid diba’ ini, santri
lebih berhati-hati dalam hal ucapan dan perbuatan yang dilakukan
sehari-hari. Dengan terlihatnya para santri ketika waktu sholat tiba,
biasanya para santri itu malas dan masih enggan untuk berangkat ke
masjid, menunggu abah yai berkililing kamar. Tetapi setelah
melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i, para santri lebih rajin untuk
segera berangkat ke masjid.14
Kegiatan Maulid Diba’ sejauh ini telah mampu memberikan
pengaruh yang mendalam bagi para santri. Kegiatan tersebut semakin
mendatangkan rasa ketertarikan bagi santri. Hal ini sesuai dengan
perumusan pengertian akhlak sebagai media yang memugkinkan
timbulnya hubungan yang baik antara makhlūq dan khᾱliq, dan antara
makhlūq dan makhlūq.15
b. Akhlak Kepada Sesama Manusia
Kegiatan Maulid Dibā’i merupakan kegiatan yang bertujuan
positif sebagai sarana membentuk akhlak yang baik. Dalam proses
kegiatan Maulid Dibā’i berdampak pada akhlak santri terhadap sesama
manusia dalam melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i. Para santri
sebelumnya enggan bersalaman ketika ada masyarakat yang tiba lebih
dahulu namun setelah santri mengikuti kegiatan Maulid Dibā’i santri
memulai untuk bersalaman kepada masyarakat yang datang terlebih
dahulu. Hal ini mencerminkan dari akhlak santri sebagai santri yang
14 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 14/2-W/1-XI/2018.
15 Ismail Thaib, Risalah AKhlaq (Yokyakarta: CV. Bina Usaha, 1992), 4.
96
baik dan memiliki akhlak yang bagus. Sikap ini sudah sesuai dengan
akhlak dalam kehidupan bermasyarakat meliputi segala sikap dalam
menjalani kehidupan sosial,16
Kegiatan dalam pembacaan Maulid Dibā’i yang dilaksanakan
secara terus menerus dan berkesinambungan telah mampu memberikan
kesan yang berupa pengalaman keagamaan dengan masyarakat bagi
santri. Walaupun mereka kadang tidak menyadarinya dan tidak tahu
bahwa hal itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
keberagamaan mereka. Hal ini senada dengan yang dituturkan oleh
Imam Suyono bahwasannya:
Ketika mengikuti kegiatan Maulid diba’ ini. Saya melihat sebagian besar santri antusias ketika mengikuti kegiatan tersebut, sangat bersemangat, dan jarang ada yang mengantuk mulai dari awal hingga akhir kegiatan. Sehingga melalui kegiatan ini, saya melihat santri dalam kegiatan ketika berbaur dengan masarakat menjadi faham tentang bagai mana berperilaku dan beradab, yang terlihat dari perubahan mereka yaitu sebelumya ketika mengikuti acara masarakat tidak mau bersalam, ketika tiba dalam acara sekarang menjadi tau seharusya yang mereka lakukan yaitu bersalaman dengan tamu yang hadir terlebih dahulu, selain itu dalam hal berbicarapun sudah berbeda dan bayak lagi yang terlihat, untuk lebih bersemangat dan disiplin dan berdampak dalam kegiatan sehari-sehari juga, santri lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang lain, lebih disiplin dalam berpakaian. Selain daripada hal tersebut secara
keseluruhan santri itu sangat antusias dan bersemangat dalam
mengikuti kegiatan.17
16 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997),16.
17 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 16/1-W/1-XI/2018
97
Kegiatan Maulid Diba’ sejauh ini sangat berpengaruh bagi santri
yang bersungguh-sungguh dalam mengikutinya. Akhlak para santri mulai
terjaga dan selalu meningkat yang ditandai dengan sifat-sifat kepribadian
yang tadinya kurang tertata menjadi tertata, yang tadinya kurang tekun
ibadah menjadi tekun ibadahnya.
Penerapan akhlak santri ini sesuai dengan pendapat (Ahmad
Amīn sosok pakar akhlak modern) Sebagian ulama’ mendefinisikan
akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, apabila kehendak
itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak.18
c. Akhlak Kepada Guru Dan Kedua Orang Tua
Dampak Mauidah hasanah yang di terangakan oleh KH Imam
Suyono saat kegiatan Maulid Dibā’i yaitu para santri menunjukan
kesadaran diri tanpa ada pengurus untuk menyuruh berangkat dalam
melaksanakan kegiatan Maulid Dibā’i yang ada di Pondok Pesantren
Al-Barokah. Dalam hal ini peraturan pada Maulid Dibā’i sangat
berperan dalam peningkatan akhlak santri kepada guru. Karena santri
mulai mentaati peraturan yang di tetapkan oleh pondok. Sehingga secara
tidak langsung juga berdampak dengan mentaati perintah guru.
Adanya perubahan sikap dan kepribadian pada santri berkat
pengaruh kegiatan tersebut pastilah akan membawa dampak terhadap
18 A. Mustofa, Akhlak TaSawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 15.
98
tujuan pendidikan yang ada di Pondok Pesantran Al-Barokah. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh Ari Amnan bahwasannya:
Dengan adaya kegiatan Maulid diba’ ini terwujudnya karakter disiplin, dan karakter religius.dengan demikian terlihat karakter yang timbul dari santri. Yang saya lihat sekarang santri mulai menaati peraturan Pondok, yang sebelumya ketika keluar ataupun pulang sebagian santri tidak mau izin, dengan adanya kegiatan Maulid diba’ ini santri dilatih untuk disiplin dan
religius terhadap kegiatan pondok.19
Pondok Pesantren Al-Barokah memiliki tujuan untuk
mengantarkan santri melalui pendidikan Maulid Dibā’i menjadi manusia
yang beriman, betaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, menguasai
ilmu pengetahuan, mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan
bermasyarakat dan beragama, dengan adanya kegiatan Maulid Dibā’i
maka akan menjadi pemacu terwujudnya tujuan tersebut.
Santri yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan dan
memiliki niat yang kuat akan mengalami perubahan kepribadian pada
dirinya kearah yang lebih baik. Dengan perubahan tersebut maka santri
akan senantiasa bersemangat dan lebih disiplin dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren. Dengan adanya
semangat dan kedisiplinan tersebut maka akan membuahkan hasil yang
baik.
19 Lihat dalam transkip wawancara pada lampiran penelitian ini, kode 17/4-W/4-XI/2018.
99
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku akhlak seseorang. Berbagi ilmu diperkenalkan
perubahan perilaku akhlak seseorang. Berbagai ilmu juga di perkenalkan
agar mudah memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan dalam
dirinya.20
20 Abdul Mustakim, Akhlak TaSawuf (Yogyakarta: Kukaba Dipantara, 2013), 1-2.
101
DAFTAR PUSTAKA
Agama, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponogoro, 2000.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arikunto, Suharsimi. Menejemen Penelitian. Jakarta: Renika Cipta, 2000.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Dhofir, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai.
Jakarta: Tiara, 1994.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitaftif. Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Haqqi, Ahmad Mu’adz. Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah. Malang: Cahaya Tauhid Press, 2003.
Hawi, Akmal. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Mustakim, Abdul. Akhlak TaSawuf. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013.
Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Mustofa. Peringatan Maulid Nabi Saw. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Rohman, Abdul. Keutaman Shalawat Untuk Nabi. Jakarta: Darul Qosim, 2017.
101
102
Saebani, Beni Ahmad. Metodologi Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Saleh, M. Kitab Shalawat Terlengkap. Jogjakarta: DIVA Press, 2014.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D.
Bandung: Alfabeta, 2015.
Tebba, Sudirman. Seri Manusia Malaikat. Yogyakarta: Scripta Perenia, 2005.
Thaib, Ismail. Risalah Akhlaq. Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1992.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Wargadinata, Wildana. Spiritualitas Shalawat: Kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad
SAW. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Choirudin dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1996 di Bltang Hulu
putra kedua dari bapak Djamali dan ibu Yuliana, pendidikan dasar di SD Bader
Dolopo 2 ditamatkannya pada tahun 2008
Pendidikan berikutnya dijalani di MTsN Doho Dolopo Madiun Jawa Timur
ditamatkan pada tahun 20011. Pendidikan berikutya di MA Darul Huda Mayak
Ponorogo. Pada tahun 2014 melanjutkan pendidikannya ke Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Ponorogo dengan mengambil program studi Pendidikan Agama Islam
sampai sekarang.
92