jurnal teknologi batubara.doc

8
Mengetahui Lebih Jauh Lagi Tentang Kecelakaan PLTN Fukushima Posted on March 15, 2011 by konversi Mengetahui Lebih Jauh Lagi Tentang Kecelakaan PLTN Fukushima Kadek Fendy Sutrisna “Bukan bahaya radiasi yang mengancam kita saat ini, tetapi ledakan yang disebabkan akumulasi gas Hydrogen” Pada hari Jumat,18 Maret 2011, NISA (Badan Pengawas Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang) mengeluarkan informasi tentang dinaikannya level INES (International Nuclear Events Scale) dari level 4 menjadi level 5 dari skala 7. Namun pengumuman skala INES menjadi 5 oleh pemerintah Jepang ini tidak diikuti dengan perluasan daerah evakuasi seluas 20- 30 km. Perlu diketahui bahwa 350 mSv/hr adalah kriteria yang digunakan World Nuclear Association untuk merelokasi warga sejauh 300 km setelah peristiwa ledakan Chernobyl. Hingga saat ini KBRI Tokyo juga belum mengubah rekomendasinya terkait penentuan radius evakuasi, yaitu tetap 50 km. Mengapa upaya evakuasi belum dilakukan? Ada 3 alasan yang dapat menjawab pertanyaan ini, adalah sebagai berikut : 1. Ledakan di unit 1 dan 3 adalah ledakan yang disebabkan oleh akumulasi gas Hidrogen. Seiring dengan naiknya suhu bahan bakar akibat tidak berfungsinya sistem pendingin, terjadi oksidasi pada tube bahan bakar yang terbuat dari Zirconium alloy dengan reaksi sebagai berikut : Zr + 2 H2O –> ZrO2 + 2 H2

Upload: putri-ayu-wulandari

Post on 05-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ini merupakan jurnal teknologi baturbara

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Teknologi Batubara.doc

Mengetahui Lebih Jauh Lagi Tentang Kecelakaan PLTN FukushimaPosted on March 15, 2011 by konversi

Mengetahui Lebih Jauh Lagi Tentang Kecelakaan PLTN Fukushima

Kadek Fendy Sutrisna

“Bukan bahaya radiasi yang mengancam kita saat ini, tetapi ledakan yang disebabkan akumulasi gas Hydrogen”

Pada hari Jumat,18 Maret 2011, NISA (Badan Pengawas Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang) mengeluarkan informasi tentang dinaikannya level INES (International Nuclear Events Scale) dari level 4 menjadi level 5 dari skala 7.

Namun pengumuman skala INES menjadi 5 oleh pemerintah Jepang ini tidak diikuti dengan perluasan daerah evakuasi seluas 20-30 km.

Perlu diketahui bahwa 350 mSv/hr adalah kriteria yang digunakan World Nuclear Association untuk merelokasi warga sejauh 300 km setelah peristiwa ledakan Chernobyl.

Hingga saat ini KBRI Tokyo juga belum mengubah rekomendasinya terkait penentuan radius evakuasi, yaitu tetap 50 km.

Mengapa upaya evakuasi belum dilakukan? Ada 3 alasan yang dapat menjawab pertanyaan ini, adalah sebagai berikut :

1. Ledakan di unit 1 dan 3 adalah ledakan yang disebabkan oleh akumulasi gas Hidrogen.

Seiring dengan naiknya suhu bahan bakar akibat tidak berfungsinya sistem pendingin, terjadi oksidasi pada tube bahan bakar yang terbuat dari Zirconium alloy dengan reaksi sebagai berikut :

Zr + 2 H2O –> ZrO2 + 2 H2

Semakin tinggi suhu reaktor maka semakin tinggi pula laju reaksinya. Akibat akumulasi gas hydogen, tekanan reaktor meningkat.

Tekanan yang terlalu besar akan membahayakan integritas struktur reaktor. Oleh karena itu, operator Fukushima melakukan venting (membuka pressure relieve valve, katup penurun tekanan) dengan harapan tekanan di reaktor dapat dikurangi.

Dengan proses venting ini, hidrogen akan terakumulasi di antara sungkup reaktor (terbuat dari baja) dan bangunan reaktor (beton).

Hal inilah yang penyebab ledakan. Perlu ditekankan disini bahwa ledakan yang terjadi bukan ledakan yang disebabkan reaksi fisi intu dan ledakan ini terjadi di luar reaktor.

Page 2: Jurnal Teknologi Batubara.doc

2. Kejadian meningkatnya level radioaktif yang drastis sebesar 400 mSv/hr, disebabkan karena kolam tempat menyimpan spent fuel kehabisan air akibat kebakaran yang terjadi di unit 4. Air dalam kolam habis, zat radioaktif bahan bakar yang telah digunakan inilah yang menyebar ke lingkungan.

Perlu diperhatikan disini bahwa, bahan bakar yang sudah dipakai (spent fuel) selalu disimpan terlebih dahulu di dalam kolam di sebelah reaktor sebelum dikirim kesuatu tempat untuk di daur ulang. Zat radioaktif akan tetap aman apabila berada di dalam permukaan air.

Pada saat terjadi gempa tanggal 11 Maret 2011, PLTN Fukushima Unit 4 sedang tidak berfungsi. Tidak seperti Unit 1, 2, dan 3, unit 4 dalam keadaan maintenance sejak 30 November 2010 atau bahan bakar telah berada di kolam sekitar 100 hari yang lalu.

60% spent fuel disimpan di kolam ini (34% di masing-masing reaktor, 6% di kontainer kering). Bahan bakar ini mengadung zat radioaktif yang sangat tinggi dan energi panasnya pun masih sangat besar.

Akibat energi panas yang besar ini di dalam bangunan unit empat terlihat 2 kali mengeluarkan asap, pada tanggal 15 Maret 2011 dan 16 Maret 2011 jam 06:00. Suhu air kolam berubah dari 25 derajat celcius menjadi 84 derajat celcius.

Hal ini murni karena kelalaian para pekerja disana. Namun masalah ini segera dapat diselesaikan dan level radioaktif kembali ke level semula.

3. Tidak terjadi kebocoran pada reaktor. Intensitas zat radioaktif sebesar ratusan mikro-sievert disebabkan oleh ber-difusi-nya partikel-partikel kecil zat radioaktif. Tidak adanya bangunan beton tebal akibat ledakan menyebabkan intensitas zat radioaktif disekitar pembangkit meningkat.

Karena alasan inilah Jepang yakin dan mampu untuk mencegah zat radioaktif menyebar lebih luas lagi.

Jabat erat,

Kadek Fendy Sutrisna

Reference :

1. http://www.facebook.com/notes/alexander-agung/analisis-sementara-fukushima-1/10150130600472567

2. Data dari Tim Nuklir yang berada di Crisis Center PPI-KBRI TOKYO

TAMBAHAN :

1. Satuan Sievert dan perbedaan antara radioaktivity dan sinar radioaktif :

Page 3: Jurnal Teknologi Batubara.doc

Gambar 1. Satuan Sievert adalah satuan yang digunakan untuk menunjukan efek dari pancaran energi sinar radioaktif

Selain Sievert ada lagi satuan lama yaitu rem (roentgen equivalent man). Konversinya adalah sebagai berikut :

1 Sv = 100 rem

1 micro Sv = 1/1000 mili Sv = 1/1000000 Sv = 1/10 mili rem

Radiasi dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu radiasi yang terkena secara alami akibat pancaran sinar matahari dan radiasi akibat teknologi yang dibuat oleh manusia. Efek yang ditimbulkan oleh kedua radiasi ini adalah sama.

Sebagai gambaran bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering terpapar sinar radiasi, sebagai contoh saat kita berpergian menggunakan pesawat yang terbang melewati kutub utara antara New York dan Tokyo akan mengalami paparan radiasi sebesar 200 micro-sievert.

Sementara sinar X atau perawatan gigi dan alat kedokteran lainnya akan mengakibatkan paparan radiasi 0,1 milisievert. Manusia sendiri terpapar radiasi 2 milisievert per tahun karena radiasi sinar kosmos.

Saat kita terpapar radioaktif, partikel-partikel kecil akan menempel pada tubuh kita, namun akan segera hilang apabila kita membilasnya dengan air (decontamination).

Saat saya kunjungan ke PLTN-PLTN di Jepang (Higashidori, Fukushima, Mihama, Monju, Tokaimura) hal yang sama telah saya lakukan, dengan pengecekan terakhir dengan seksama saat keluar pembangkit.

Page 4: Jurnal Teknologi Batubara.doc

Gambar 2. Pakaian yang digunakan saat saya berdiri diatas reaktor Fukushima yang sedang beroperasi (kiri-bawah), melihat kolam spent fuel (kanan-atas), dan berada dibawah reaktor

(kanan-bawah). (Foto : Fukushima unit 3, Februari 2010)

Untuk teman-teman yang berada di luar daerah 20 km sekitar PLTN Fukushima, antisipasi dilakukan sama dengan antisipasi akibat radiasi serbuk bunga di Jepang akhir-akhir ini (gunakan masker dan berkumur).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, sampai saat ini kita masih aman apabila kita tidak berada di sekitar pembangkit Fukushima.

Andaipun kita berada di dekat pembangkit, cara-cara pencegahan adalah dengan menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh dan menggunakan masker, setelah kembali ke rumah, cuci tangan, berkumur dan mencuci baju yang kita gunakan tadi.

KOLAM SPENT FUEL :

Kolam dibuat dari beton dan struktur baja yang didesain dengan panjang 12,2 meter, lebar 9,9 meter dan ketinggian air adalah 11,3 meter. Desain ini dirancang untuk menyediakan pendinginan dan perlindungan terhadap radiasi.

Page 5: Jurnal Teknologi Batubara.doc

Posisi kolam terletak di atas bangunan reaktor untuk memudahkan pengisian ulang bahan bakar.

Kolam didesain agar air tidak bisa mengalir dalam kondisi apapun akibat kerusakan pipa atau sistem pendingin. Satu-satunya jalan untuk mengalirkan air adalah jika ada kerusakan struktur dinding atau lantai.

Skala kecelakaan INES 5 ditetapkan berdasarkan beberapa parameter berikut:

BERDASARKAN IAEA :

1. Terjadi pelepasan bahan radioaktif dalam jumlah terbatas yang memerlukan penanggulangan terencana.

2.  Terdapat beberapa korban yang meninggal akibat radiasi dari reaktor nuklir.

3.  Terjadi kerusakan parah teras reaktor.

4. Terjadi pelepasan bahan radioaktif dalam jumlah besar dari instalasi nuklir dengan probabilitas tinggi adanya paparan yang tinggi terhadap masyarakat.  Hal ini dapat dikarenakan terjadi kecelakaan kekritikalitasan besar atau kebakaran.

Gambar 3. Definisi tingkatan INES (International Nuclear Event Scale) IAEA

BERDASARKAN NISA :

1. NISA hanya menyebutkan satu parameter, yaitu kerusakan teras reaktor yang disebutkan telah mencapai lebih dari 3%.

Page 6: Jurnal Teknologi Batubara.doc

Pada saat ini sangat sulit untuk menentukan mengenai persentase kerusakan teras reaktor. Seandainya pun benar saat ini terjadi kerusakan teras reaktor 3%, angka tersebut masih relatif terlalu kecil untuk disebut sebagai kerusakan teras reaktor parah. Sebagai perbandingan, persentase kerusakan teras pada kecelakaan Three Mile Island (kecelakaan INES level 5) adalah lebih dari 50%.

Mengenai parameter pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan, hingga saat ini tidak ada data yang menunjukkan adanya pelepasan dalam jumlah terbatas yang memerlukan penanggulangan terencana.

Data empirik di lapangan tidak menunjukkan adanya peningkatan, terlebih dalam jumlah yang signifikan. Bahkan dengan dilakukannya usaha pemompaan air ke reaktor no.3 dan no.4, terdeteksi adanya penurunan laju dosis radiasi sebagaiman dilaporkan oleh pihak TEPCO.

Mengenai parameter data korban, hingga saat ini data korban akibat kecelakaan pada instalasi reaktor Fukushima Daiichi belum ada yang secara resmi dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang untuk masyarakat umum. Hari, 18 Maret 2011, IAEA bahkan menyebutkan bahwa mereka belum mendapatkan laporan dari pemerintah Jepang akan adanya korban yang sakit karena kontaminasi radiasi.

jurnal internasional PLTN : optimal operation research and development ( nuclear power plant)

by : David Modeen, Electric Power Research Institute