jurnal - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14600/2/t1_202013070_full... ·...

18
MENDESKRIPSIKAN KESULITAN DAN PEMBERIAN STRATEGI SCAFFOLDING DALAM MEMAHAMI KONSEP BENTUK PANGKAT DAN AKAR SISWA KELAS X SMA N 1 GETASAN JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun oleh: Sri Widiyatun 202013070 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2017

Upload: phungthuan

Post on 05-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MENDESKRIPSIKAN KESULITAN DAN PEMBERIAN STRATEGI SCAFFOLDING

DALAM MEMAHAMI KONSEP BENTUK PANGKAT DAN AKAR

SISWA KELAS X SMA N 1 GETASAN

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi S1 Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Sri Widiyatun

202013070

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2017

MENDESKRIPSIKAN KESULITAN DAN PEMBERIAN STRATEGI SCAFFOLDING

DALAM MEMAHAMI KONSEP BENTUK PANGKAT DAN AKAR

SISWA KELAS X SMA N 1 GETASAN

Sri Widiyatun1)

Sutriyono2) 1), 2)Program Studi S1Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesulitan belajar dan pemberian strategi scaffolding

dalam memahami konsep bentuk pangkat dan akar pada siswa kelas X SMA N 1 Getasan.

Dalam penelitian ini kesulitan yang sering dialami peserta didik pada materi bentuk pangkat

dan akar yaitu peserta didik masih mengalami kesalahan pemahaman konsep dari sifat-sifat

pada bentuk pangkat dan akar. Startegi dalam mengatasi kesulitan dalam konsep bentuk

pangkat dan akar dilakukan pemberian strategi scaffolding. Proses scaffolding menurut

Anghileri yaitu menggunakan 3 tahapan : tahapan pertama yaitu environmental provisions,

tahapan kedua yaitu explaining, reviewing dan restructuring, serta tahapan ketiga yaitu

developing conseptual. Untuk mengatasi kesalahan pemahaman konsep untuk

menyederhanakan bentuk pangkat pecahan dan menyamakan bentuk akar dilakukan proses

scaffolding yang berupa explaining, reviewing dan restructuring. Untuk mengatasi kesalahan

pemahaman konsep tentang mengubah bilangan pangkat positif, merasionalkan penyebut,

serta menyederhanakan bentuk akar dilakukan proses scaffolding berupa explaining,

reviewing dan restructuring, serta developing conseptual pemberian pengarahan secara

terbimbing.

Kata kunci: kesulitan belajar, bentuk pangkat dan akar, scaffolding

PENDAHULUAN

Matematika mempunyai peran yang

sangat penting karena sangat bermanfaat

sebagai alat dalam perkembangan

pendidikan dan kecerdasan akal. Sebagai

usaha untuk menguasai dan menciptakan

teknologi sesuai dengan perkembangan

zaman yang semakin maju sangat

diperlukan pengusaan matematika.

Penguasaan terhadap ilmu matematika

akan memberikan berdampak baik dalam

mencapai tujuan pendidikan yang secara

umum, yaitu membentuk suatu

kepribadian yang mampu berpikir logis,

sistematis dan cermat serta bersifat

objektif dan terbuka dalam menghadapi

berbagai permasalahan yang sering

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, ilmu matematika sangat

penting disampaikan pada setiap jenjang di

sekolah. Akan tetapi, penyampaian materi

pembelajaran di kelas tidaklah mudah

karena terdapat beberapa perbedaan

karakteristik peserta didik dalam

menangkap informasi pembelajaran yang

beraneka ragam. Sebagian peserta didik

merasa mudah menangkap informasi yang

diberikan oleh pengajar dengan mudah

tanpa ada kesulitan, dan ada sebagaian lagi

ada peserta didik yang mengalami

kesulitan dalam menangkap informasi

yang diberikan oleh pengajar. Kesulitan

belajar peserta didik terlihat dari hasil

pencapaian hasil belajar pada materi

pembelajaran yang belum mencapai

standar kompetensi yang ditetapkan oleh

sekolah.

Materi bentuk pangkat dan akar

merupakan salah satu materi pokok yang

diajarkan di SMA kelas X semester gasal.

Menurut hasil dari nilai UTS semester

gasal, nilai ketuntasan untuk materi bentuk

pangkat dan akar sebesar 5%. Salah satu

kesulitan yang sering dialami peserta didik

pada materi bentuk pangkat dan akar yaitu

peserta didik belum memahami konsep

dari sifat-sifat pada bentuk pangkat,

sehingga peserta didik banyak mengalami

kendala. Oleh karena itu, diperlukan suatu

strategi bantuan dalam mengatasi kesulitan

di atas.

Salah satu ide penting dari Vygotsky

(dalam Trianto 2013: 39) adalah

scaffolding, yakni pemberian bantuan

kepada anak selama tahap-tahap awal

perkembangannya dan mengurangi

bantuan tersebut dan memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengambil

alih tanggung jawab yang semakin besar

setelah anak dapat melakukannya.

Penafsiran terhadap ide-ide Vygotsky

adalah siswa seharusnya diberikan tugas-

tugas kompleks, sulit, dan realistik dan

kemudian diberikan bantuan secukupnya

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini strategi scaffolding

dilakukan untuk mengatasi kesulitan

peserta didik dalam memahami konsep

dari bentuk pangkat dan akar. Pemberian

strategi scaffolding difokuskan pada

peserta didik kelas X2 SMA N 1 Getasan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu

mendeskripsikan kesulitan belajar dan

pemberian strategi scaffolding dalam

memahami konsep bentuk pangkat dan

akar pada siswa kelas X SMA N 1

Getasan. Proses scaffolding yang diberikan

dalam kegiatan pembelajaran matematika

dalam materi bentuk pangkat dan akar

sudah menerapkan tahap-tahap dari proses

scaffolding menurut Anghileri yaitu

menggunakan 3 tahapan dalam melakukan

proses scaffolding. Tahapan pertama

environmental provisions, yaitu ketentuan

lingkungan di mana ini tidak secara

langsung berhubungan dengan matematika

harus dipelajari. Tahapan kedua yaitu

menjelaskan (explaining), meninjau

(reviewing) dan restrukturisasi

(restructuring) melibatkan interaksi

langsung antara guru dan siswa yang

khusus berkaitan dengan matematika.

Tahapan ketiga, yaitu mengembangkan

pemikiran konseptual (developing

conseptual) dengan menciptakan

kesempatan untuk mengungkapkan

pemahaman peserta didik dan guru

bersama-sama.

Penelitian ini mengacu pada

penelitian terdahulu yang relevan terhadap

penelitian yang dilaksanakan. Penelitian

yang terkait tentang strategi scaffolding

dilakukan oleh Dyah Ayu Sulistyarini

(2016), Naeli Muslimatul Khanifah, Nisaa

Fauziah, dan Wahyu Nofiansyah (2015).

Penelitian di atas menunjukkan bahwa

secara umum strategi scaffolding dapat

mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan

memberi tugas tentang materi bentuk

pangkat dan akar untuk mengetahui

kesulitan peserta didik di kelas X SMA N

1 Getasan. Hasil pekerjaan subjek

berdasarkan tugas akan menjadi bahan

dasar untuk wawancara penelitian. Setelah

melakukan wawancara akan dilakukan

suatu kegiatan yang dapat membantu

peserta didik yang mengalami kesulitan

yang berupa scaffolding. Berdasarkan hal

tersebut maka penelitian ini bersifat

deskriptif. Subjek dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas X SMA N 1

Getasan. Subjek dipilih atau ditentukan

berdasarkan siswa yang sudah belajar

tentang materi bentuk pangkat dan akar.

Pengambilan subjek dilakukan setelah

pemberian tes kepada seluruh peserta didik

kelas X SMA N 1 Getasan pada tanggal 18

November 2016 di kelas X2. Hasil dari tes

tersebut dikoreksi dan dinilai, kemudian

nilai diurutkan dari nilai yang tertinggi dan

terendah. Berdasarkan hasil nilai yang

tertinggi diambil tiga subjek penelitian dan

hasil yang terendah diambil tiga subjek

penelitian.

Dalam penelitian ini data yang

dikumpulkan berupa tulisan-tulisan,

gambar-gambar, bahasa tubuh, video

ataupun rangkaian kata-kata. Dalam

mengumpulkan data menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Metode analisis data yang digunakan

adalah metode analisis data deskriptif

karena penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pemahaman siswa kelas

X SMA tentang bentuk pangkat dan akar.

Prosedur analisis data yang digunakan

yaitu menurut Miles & Huberman (dalam

Sugiyono 2012: 337) yang terdiri dari tiga

alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil latihan dan

pemberian strategi scaffolding diketahui

subjek mengalami kesalahan konsep dalam

mengerjakan soal latihan. Kesalahan

pemahaman konsep diantaranya yaitu

kesalahan pemahaman konsep dalam

mengubah bilangan pangkat positif,

merasionalkan penyebut, serta

menyederhanakan bentuk akar.

Level 1

Test pada tahap level 1 dilakukan di

kelas X2 untuk pertama kalinya pada

tanggal 24 November 2016 setelah

pemilihan subjek. Waktu pelaksanaan

setelah peserta didik pulang sekolah. Test

level pertama dilaksanakan dengan soal

yang sama dengan soal untuk melakukan

pemilihan subjek. Pada tahap level 1,

penelitian mengkondisikan ketentuan

lingkungan (environmental provisions)

yang suasana tenang berbeda dengan

kondisi disaat dilakukan pretest.

Diharapkan dengan kondisi lingkungan

yang tenang subjek dapat konsentrasi

dalam mengerjakan soal dengan benar dan

tepat.

Subjek berkemampuan tinggi

Hasil dari pekerjaan subjek AA

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan serta menyamakan bentuk akar.

Hasil subjek AA dari pengerjaan pretest

mendapatkan hasil 3,5 sedangkan

pengerjaan pada level pertama

mendapatkan hasil 2,5. Subjek AA

mengalami penurunan hasil yang

ditujunjukan pada gambar 1, hal ini

disebabkan karena pada latihan

merasionalkan penyebut dalam

menghitung perkalian bentuk akar subjek

AA kurang teliti. Oleh karena itu, pada

tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali

tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan

akar.

Gambar 1

Hasil dari pekerjaan subjek SR

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan serta menyamakan bentuk akar.

Hasil subjek SR dari pengerjaan belum

mengalami perubahan hasil. Oleh karena

itu, pada tahap selanjutnya perlu

diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari

bentuk pangkat dan akar.

Hasil dari pekerjaan subjek WL

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan serta menyamakan bentuk akar.

Hasil subjek WL dari pengerjaan pretest

mendapatkan hasil 3 sedangkan pengerjaan

pada level pertama mendapatkan hasil 2.

Subjek WL mengalami penurunan, hal ini

disebabkan karena dalam mengerjakan

latihan level pertama tentang mengubah

bentuk pangkat positif subjek WL masih

mengalami kasulitan, hal ini ditunjukan

pada gambar 2. Oleh karena itu, pada

tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali

tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan

akar.

Gambar 2

Subjek berkemampuan rendah

Hasil dari pekerjaan subjek DK

menunjukan belum memahami dari setiap

indikator. Hasil subjek DK dari pengerjaan

pretest dan pengerjaan pada level pertama

mendapatkan hasil 0. Oleh karena itu, pada

tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali

tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan

akar.

Hasil dari pekerjaan subjek DK

menunjukan belum memahami dari setiap

indikator. Hasil subjek DK dari pengerjaan

pretest dan pengerjaan pada level pertama

mendapatkan hasil 0. Oleh karena itu, pada

tahap selanjutnya perlu diingatkan kembali

tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan

akar.

Hasil dari pekerjaan subjek HD

sudah memahami konsep dalam

menyederhanakan bentuk pangkat pecahan

serta menyamakan bentuk akar. Hasil

subjek HD dari pengerjaan pretest

mendapatkan hasil 0 sedangkan pengerjaan

pada level pertama mendapatkan hasil 3.

Subjek HD mengalami peningkatan dapat

dilihat pada gambar 3 dan 4, hal ini

disebabkan karena pada latihan pada tahap

ini subjek HD mengalami kondisi yang

berbeda sehingga dalam mengerjakan

latihan dapat konsen. Tahap selanjutnya

perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat

dari bentuk pangkat dan akar.

Gambar 3 Gambar 4

Hasil dari pekerjaan subjek PA

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyamakan bentuk akar serta

merasionalkan bentuk akar. Hasil subjek

PA dari pengerjaan pretest mendapatkan

hasil 0 sedangkan pengerjaan pada level

pertama mendapatkan hasil 2. Subjek PA

mengalami peningkatan yang hasilnya

dapat dilihat pada gambar 5 dan 6, hal ini

disebabkan karena pada latihan pada tahap

ini subjek PA mengalami kondisi yang

berbeda sehingga dalam mengerjakan

latihan dapat konsen. Tahap selanjutnya

perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat

dari bentuk pangkat dan akar

Gambar 5 Gambar 6

Level 2

Test pada tahap level 2 dilakukan di

kelas X2 untuk kedua kalinya pada tanggal

25 November 2016. Waktu pelaksanaan

setelah peserta didik pulang sekolah. Test

level kedua dilaksanakan dengan soal yang

berbeda tetapi tipe soalnya sama.

Teknik yang digunakan pada level

kedua yaitu dengan menjelaskan

(explaining), meninjau (reviewing) dan

restrukturisasi (restructuring) melibatkan

interaksi langsung antara guru dan peserta

didik yang khusus berkaitan tentang sifat-

sifat bentuk akar, dalam hal ini peserta

didik diberikan penjelasan dengan contoh-

contoh secara lisan tanpa suatu alat peraga.

Peserta didik diingatkan kembali suatu

sifat-sifat dalam operasi bilangan

berpangkat secara lisan. Peserta didik

diharapkan dapat mengingat kembali

materi-materi yang pernah didapatkan

sebelumnya dan dapat mengerjakan soal

dengan baik

Subjek berkemampuan tinggi

Hasil dari pekerjaan subjek AA

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan, menyamakan bentuk akar serta

merasionalkan bentuk akar. Subjek AA

mengalami peningkatan pada indikator

merasionalkan bentuk akar, hal ini

disebabkan karena subjek AA melalui

tahap ini mulai mengingat kembali sifat-

sifat dari perkalian dari bentuk akar yang

sekawan. Sedangkan untuk mengubah

bilangan pangkat positif subjek AA masih

kurang teliti dalam menghitung serta

menyederhanakan bentuk akar subjek AA

masih mengalami kesalahan konsep yang

ditrunjukan pada gambar 7 dan 8. Oleh

karena itu, pada tahap selanjutnya perlu

diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari

bentuk pangkat dan akar.

Gambar 7

Gambar 8

Hasil dari pekerjaan subjek SR

menunjukan sudah memahami konsep

dalam mengubah bentuk pangkat positif

pada no 1, menyederhanakan bilangan

pecahan berpangkat negatif serta

menyamakan bentuk akar. Subjek SR

mengalami peningkatan pada mengubah

bentuk pangkat positif serta

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif, hal ini disebabkan

karena subjek SR melalui tahap ini mulai

mengingat kembali sifat-sifat bentuk

pangkat. Sedangkan untuk mengubah

bentuk pangkat positif pada no 4 dan 5,

merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar subjek

masih mengalami kesalahan konsep yang

ditunjukan pada gambar 9 dan 10. Oleh

karena itu, pada tahap selanjutnya perlu

diingatkan kembali tentang sifat-sifat dari

bentuk pangkat dan akar.

Gambar 9

Gambar 10

Hasil dari pekerjaan subjek WL

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan serta menyamakan bentuk akar.

Sedangkan untuk mengubah bilangan

pangkat positif, merasionalkan bentuk akar

serta menyederhanakan bentuk akar subjek

WL masih mengalami kesalahan konsep

yang ditunjukan pada gambar 11 dan 12.

Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya

perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat

dari bentuk pangkat dan akar.

Gambar 11 Gambar 12

Subjek berkemampuan rendah

Hasil dari pekerjaan subjek DK

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyederhanakan bentuk pangkat

pecahan serta menyamakan bentuk akar.

Sedangkan untuk mengubah bilangan

pangkat positif, merasionalkan bentuk akar

serta menyederhanakan bentuk akar subjek

DK masih mengalami kesalahan konsep

yang ditunjukan pada gambar 13 dan 14.

Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya

perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat

dari bentuk pangkat dan akar.

Gambar 13

Gambar 14

Hasil dari pekerjaan subjek HD

menunjukan sudah memahami konsep

dalam mengubah bilangan pangkat positif

pada no 1, menyederhanakan bilangan

pecahan berpangkat negatif,

menyederhanakan bentuk pangkat pecahan

serta menyamakan bentuk akar. Subjek

HD mengalami peningkatan pada

mengubah bentuk pangkat positif pada no

1 serta menyederhanakan bilangan

pecahan berpangkat negatif, hal ini

disebabkan karena subjek HD melalui

tahap ini mulai mengingat kembali sifat-

sifat bentuk pangkat. Sedangkan untuk

mengubah bilangan pangkat positif pada

no 4 dan 5, merasionalkan bentuk akar

serta menyederhanakan bentuk akar subjek

HD masih mengalami kesalahan konsep

yang ditunjukan pada gambar 15 dan 16.

Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya

perlu diingatkan kembali tentang sifat-sifat

dari bentuk pangkat dan akar.

Gambar 15

Gambar 16

Hasil dari pekerjaan subjek PA

menunjukan sudah memahami konsep

dalam menyamakan bentuk akar.

Sedangkan untuk mengubah bilangan

pangkat positif, menyederhanakan bentuk

pangkat pecahan, merasionalkan bentuk

akar serta menyederhanakan bentuk akar

subjek PA masih mengalami kesalahan

konsep yang ditunjukan pada gambar 17,

18, 19 dan 20. Oleh karena itu, pada tahap

selanjutnya perlu diingatkan kembali

tentang sifat-sifat dari bentuk pangkat dan

akar.

Gambar 17 Gambar 18

Gambar 19 Gambar 20

Level 3

Test pada tahap level 3 dilakukan di

kelas X2 untuk ketiga kalinya pada tanggal

28 November 2016. Waktu pelaksanaan

setelah peserta didik pulang sekolah. Test

level ketiga dilaksanakan dengan soal yang

berbeda tetapi tipe soalnya sama. Setiap

subjek tes tahap ketiga mendapatkan no

soal yang berbeda hal ini tergantung dari

hasil pekerjaan dari tes level kedua.

Teknik yang digunakan pada level

ketiga yaitu dengan memberikan gambaran

cara pengerjaannya dengan suatu bantuan

dan dibimbing dalam mengerjakan, dalam

hal ini peserta didik diberikan penjelasan

dengan contoh-contoh secara terbimbing

dengan suatu bantuan. Peserta didik

diingatkan kembali suatu sifat-sifat dalam

operasi bilangan berpangkat secara

terbimbing dengan mengembangkan

pemikiran konseptual (developing

conseptual) dengan menciptakan

kesempatan untuk mengungkapkan

pemahaman peserta didik dan guru

bersama-sama. Peserta didik diharapkan

dapat mengingat kembali materi-materi

yang pernah didapatkan sebelumnya dan

dapat mengerjakan soal dengan baik

Subjek berkemampuan tinggi

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan dan

mengarahkan secara terbimbing subjek AA

sudah memahami memahami mengubah

bilangan berpangkat positif,

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif serta menyederhanakan

bentuk akar. Akan tetapi, pada

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif serta menyederhanakan

bentuk akar subjek AA masih kurang teliti

dalam menghitung yang ditunjukan pada

gambar 21. Oleh karena itu, pada

menyederhanakan bentuk akar subjek AA

jawabannya masih kurang tepat.

Gambar 21

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan dan

mengarahkan secara terbimbing subjek SR

sudah memahami konsep mengubah

bilangan berpangkat positif pada no 4 dan

5, serta merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar.

Gambar 22

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan secara

terbimbing subjek WL belum dapat

menyelesaikan tentang mengubah bilangan

berpangkat positif, menyederhanakan

bilangan pecahan berpangkat negatif,

merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar yang

ditunjukan pada gambar 23. Setelah

diberikan tindakan dengan cara

mengarahkan secara terbimbing subjek

WL sudah memahami konsep mengubah

bilangan berpangkat positif,

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif, merasionalkan bentuk

akar serta menyederhanakan bentuk akar

yang ditunjukan pada

gambar 24.

Gambar 23 Gambar 24

Subjek berkemampuan rendah

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan secara

terbimbing subjek DK masih belum dapat

menyelesaikan mengubah bilangan

berpangkat positif, menyederhanakan

bilangan pecahan berpangkat negatif,

merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar yang

ditunjukan pada gambar 25. Setelah

diberikan tindakan dengan cara

mengarahkan secara terbimbing subjek DK

sudah memahami konsep mengubah

bilangan berpangkat positif,

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif, merasionalkan bentuk

akar serta menyederhanakan bentuk akar

yang ditunjukan pada gambar 26.

Gambar 25 Gambar 26

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan secara

terbimbing subjek HD masih belum dapat

menyelesaikan mengubah bilangan

berpangkat positif pada no 4 dan 5,

merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar yang

ditunjukan pada gambar 27 dan 28. Setelah

diberikan tindakan dengan cara

mengarahkan secara terbimbing subjek HD

sudah memahami konsep mengubah

bilangan berpangkat positif pada no 4 dan

5, merasionalkan bentuk akar serta

menyederhanakan bentuk akar yang

ditunjukan pada gambar 29.

Gambar 27

Gambar 28

Gambar 29

Hasil pekerjaan setelah pemberian

tindakan menggunakan bantuan secara

terbimbing subjek PA belum dapat

menyelesaikan mengubah bilangan

berpangkat positif pada no 4 dan 5,

menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif, merasionalkan bentuk

akar serta menyederhanakan bentuk akar

yang ditunjukan pada gambar 30 dan 31.

Setelah diberikan tindakan dengan cara

mengarahkan secara terbimbing subjek PA

sudah memahami konsep mengubah

bilangan berpangkat positif pada no 4 dan

5, menyederhanakan bilangan pecahan

berpangkat negatif, merasionalkan bentuk

akar serta menyederhanakan bentuk akar

yang ditunjukan pada gambar 32 dan 33.

Gambar 30 Gambar 31

Gambar 32 Gambar 33

Proses scaffolding diberikan pada

saat situasi dan kondisi yang tenang serta

pada saat peserta didik menemukan

kesulitan dalam materi bentuk pangkat dan

akar yang diketahui dari kesalahan

pemahaman konsep peserta didik dalam

mengerjakan soal latihan. Proses

scaffolding yang diberikan pada peserta

didik dimaksudkan untuk memberikan

situasi yang berbeda yaitu situasi yang

tenang, memberikan informasi dan

mengingatkan kembali konsep untuk

menyelesaikan masalah yang terkait

dengan bentuk pangkat dan akar serta

memberikan bantuan kepada peserta didik.

Dalam hal ini proses scaffolding

selanjutnya setelah peserta didik dalam

mengejakan telah melewati beberapa tahap

serta menggunakan bantuan tetapi masih

mengalami kesalahan pemahaman konsep

yaitu dengan mengarahkan peserta didk

untuk membuat keputusan dalam

menyelesaikan masalah tentang materi

bentuk pangkat dan akar dengan arahan

dan bimbingan yang diberikan dapat

mengurangi kesulitan peserta didik.

Proses scaffolding yang diberikan

dalam kegiatan pembelajaran matematika

dalam materi bentuk pangkat dan akar

sudah menerapkan tahap-tahap dari proses

scaffolding menurut Anghileri yaitu

menggunakan 3 tahapan dalam melakukan

proses scaffolding. Tahapan pertama

environmental provisions, yaitu ketentuan

lingkungan di mana ini tidak secara

langsung berhubungan dengan matematika

harus dipelajari. Tahapan kedua yaitu

menjelaskan (explaining), meninjau

(reviewing) dan restrukturisasi

(restructuring) melibatkan interaksi

langsung antara guru dan siswa yang

khusus berkaitan dengan matematika.

Tahapan ketiga, yaitu mengembangkan

pemikiran konseptual (developing

conseptual) dengan menciptakan

kesempatan untuk mengungkapkan

pemahaman peserta didik dan guru

bersama-sama.

Kemudian memeriksa dan

mengklarifikasi pemahaman konsep

bentuk pangkat dan akar dari peserta didik

yang sesuai dengan standar konsep bentuk

pangkat dan akar, sebaliknya jika belum

sesuai dengan standar konsep bentuk

pangkat dan akar akan diberikan klarifikasi

kebenaran sesuai dengan konsep bentuk

pangkat dan akar. Kesulitan peserta didik

dalam mengerjakan tentang materi bentuk

pangkat dan akar disebabkan kesalahan

pemahaman konsep pada materi bentuk

pangkat dan akar. Pada indikator

menyederhakan bentuk pangkat pecahan

dan menyamakan bentuk akar, proses

scaffolding dilakukan sampai dengan tahap

kedua yaitu explaining, reviewing, dan

restructuring. Proses scaffolding yang

telah dilakukan sampai dengan tahap

ketiga, tetapi masih banyak peserta didik

yang masih melakukan kesalahan konsep

yaitu tentang mengubah bilangan pangkat

positif, merasionalkan penyebut, serta

menyederhanakan bentuk akar. Proses

scaffolding selanjutnya untuk mengatasi

kesalahan pemahaman konsep peserta

didik yaitu pemberian pengarahan dan

pemberian bantuan dengan lembar kerja

secara terbimbing dalam menanamkan

konsep bentuk pangkat dan akar.

Temuan lain dalam penelitian ini

yaitu adanya proses scaffolding yang tidak

termasuk dalam tahap-tahap dalam proses

scaffolding menurut Anghileri, tetapi

terdapat pada hasil riset lain yaitu pada

proses scaffolding berupa mengarahkan

dan mengurangi kesulitan peserta didik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Lange

(dalam Yamin 2011: 167) menyatakan

bahwa ada dua langkah utama yang terlibat

dalam scaffolding pembelajaran: (1)

pengembangan rancana pembelajaran

untuk membimbing peserta didik dalam

memahami materi baru, dan (2)

pelaksanaan rencana, pembelajar

memberikan bantuan kepada peserta didik

disetiap langkah dari proses pembelajaran.

Proses scaffolding yang terakhir yaitu

mengarahkan dengan pertanyaan peserta

didik pada langkah-langkah yang

dilakukan dalam menyelesaikan latihan

mengenai materi bentuk pangkat dan akar,

dimana proses ini menjadi temuan dalam

penelitian ini.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa

dalam proses scaffolding pada kegiatan

pembelajaran materi bentuk pangkat dan

akar yang dilakukan adalah sesuai dengan

kesulitan dari setiap subjek. Hal ini

dilakukan dengan membuat situasi yang

tenang belajar peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, mengingatkan

kembali sifat-sifat tentang konsep bentuk

pangkat dan akar, serta memberikan

bantuan dengan cara mengarahkan dan

membimbing peserta didik dalam

menyelesaikan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan diatas, hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan

untuk memperbaiki proses pembelajaran

matematika pada proses pembelajaran

materi bentuk pangkat dan akar hendaknya

mengajukan pertanyaan pada setiap

langkah-langkah pengerjaan untuk

memunculkan scaffolding. Kemudian

untuk proses pembelajaran hendaknya

menyajikan contoh serta latihan ataupun

tugas rumah hingga peserta didik

memahami konsep bentuk pangkat dan

akar. Penelitian selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian selanjutnya

dengan lebih mencermati pada proses

scaffolding untuk menanamkan konsep

peserta didik di kelas yang sama pada

materi yang berbeda dengan

memanfaatkan proses scaffolding.

DAFTAR PUSTAKA

Anghileri, J. 2006. Scaffolding Practices That

Enhance Mathematics Learning. Journal of

Mathematics Teacher Education, 33-52.

Ayu, D. S. 2016. Analisis Kesulitan Siswa

SMK Citra Medika Sukoharjo Dalam

Menyelesaikan Soal Bentuk Akar Dan

Alternatif Pemecahan. Konferensi Nasional

Penelitian Matematika dan Pembelajarannya

(KNPMP I) Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 605 – 614.

Fauziah, Nisaa. Pemberian Teknik Scaffolding

Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa.

Ekuivalen: Pemberian Teknik Scaffolding

Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa, 155

– 160.

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar:

Prespektif, Asesmen, dan Penanggulangannya.

Jakarta: Ghalia Indonesia

Miyanto, dkk. 2015. Matematika Kelas X

Semester 1. Klaten. Intan Pariwara

Khanifah, Muslimatul Naeli. Analisis

Kesalahan Soal Prosedural Bentuk

Pangkat Bulat Dan Scaffoldingnya.

Diakses dari: http://jurnal-

online.um.ac.id/data/artikel/artikelA4650C08

AACA818138F08D3FD673B783.pdf pada

tanggal 01 Juli 2016

Nofiansyah, Wahyu. 2015. Analisis Proses

Scaffolding Pada Pembelajaran Matematika

Di Kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar

Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Surakarta.

UNS

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Diakses

dari

http://www.rumusmatematikadasar.com

/2014/09/pengertian-matematika-

menurut-pendapat-ahli-dan-

kurikulum.html pada tanggal 01 Juli

2016.

Ruseffendi. 1976. Dasar-Dasar Matematika

Modern. Bandung

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru

Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada