jurnal skripsi hubungan pengetahuan dan …
TRANSCRIPT
JURNAL SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA
BRANGKAL KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO
OLIVIA DITA FEBYANTI
1513201007
PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2019
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA
BRANGKAL KECAMATAN SOOKO
KABUPATEN MOJOKERTO
Olivia Dita Febyanti
Mahasiswi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto
Arief Fardiansyah
Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto
Asih Media Yuniarti Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto
ABSTRAK
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menempati urutan
pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita, termasuk 10 penyakit di
rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Brangkal Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
cross sectional dan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel 192 ibu dari populasi
sebanyak 371 ibu balita. Hasil penelitian bahwa sebagian besar pengetahuan ibu
memiliki pengetahuan yang cukup sebesar 66,7%. Akan tetapi sebagian besar ibu
tidak diberikan dukungan keluarga sebesar 50,5%. Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan tingkat signifikasi 0,018 (< 0,05) untuk pengetahuan dan tingkat
signifikasi 0,008 (< 0,05) untuk dukungan keluarga maka keduanya ada hubungan
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kejadian ISPA. Sehingga pengetahuan
dan dukungan keluarga dalam pencegahan penyakit ISPA merupakan bagian penting
anggota keluarga dengan cara mengikuti program pendidikan kesehatan yang
diadakan 1 bulan sekali oleh instansi kesehatan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Balita, ISPA
ABSTRACT In Indonesia, acute respiratory infections (ARI) ranks first in the cause of
death in infants and under five children, included in 10 disesases in hospital. The
study aimed to determine the relationship of knowledge and family support with the
incidence of ARI in under five children of age in Brangkal, Sooko, Mojokerto. It was
quantitative research with cross sectional research methods with purposive sampling
techniques. Samples was 192 mothers a population of 371 mother of and under five
children. The results of the study showed that were of the knowledge of mothers had
sufficent knowledge of 66.7%. However, the majority were not given family support
was 50.5%. Chi square statistical lest results showed a significance level of
0.018(<0.05) for knowledge and a significance level of 0.008(<0.05) for family
support, so there is a relationship between knowledge and family support with ARI
incident. So that family knowledge and support in the prevention of ARI is an
important part of family members by attending health education programs that are
held once a month by the health authority.
Keywoards: Knowledge, Family Support, and under five children, ARI.
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama kematian
pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di Negara berkembang
mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata baik dari segi
aspek sosial, budaya dan kesehatan. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal
akibat ISPA setiap tahun sebanyak 98% (Taaerelluan, 2016). Di Indonesia, ISPA
menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita, dan
juga termasuk 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan RISKESDAS
(2018) menunjukkan pravalensi nasional mengalami penurunan pada tahun 2013
sebesar 13,8%, lalu menurun pada tahun 2018 sebesar 4,4%. Sementara itu, period
prevalence kasus ISPA di Jawa Timur pada tahun 2017 sebesar 4,45% (Profil
Kesehatan Provinsi Jatim 2017). Kasus ISPA pada balita di Desa Brangkal
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto memiliki penderita ISPA dengan jumlah
yang tinggi di bandingkan 14 desa lainnya. Jumlah kasus ISPA pada balita dalam
kurun waktu 1 tahun pada tahun 2018 angka pravalensi di Desa Brangkal 72,7%, di
Desa Sooko 52,5%, di Desa Jampirogo 42,6%.
Hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 12 April 2019, di Desa
Brangkal jumlah balita sebanyak 371 balita berdasarkan jenis kelamin yaitu 167
balita laki-laki dan 204 balita perempuan. Hasil wawancara dengan pemegang
program ISPA dengan 10 ibu balita tentang penyakit ISPA, 8 (80%) ibu balita tidak
mengerti tentang penyebab dan faktor resiko penyakit ISPA pada balita sedangkan 2
(20%) ibu balita mempunyai pengetahuan yang cukup. Pelaksanaan program
pemberantasan penyakit ISPA perlu dukungan dari lintas program, lintas sector serta
peran masyarakat termasuk dunia usaha. Keterlibatan ibu dalam kegiatan kesehatan
faktor yang cukup menentukan dalam menunjang pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan ISPA (Kemenkes RI, 2012).
Masalah yang terjadi kurangnya partisipasi dalam kegiatan yang sudah
diadakan oleh petugas kesehatan untuk penurunan kejadian ISPA. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kejadian
ISPA pada balita.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode observasi analitik
dan menggunakan jenis penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa
Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 371 responden, sampel diambil dengan Purposive Sampling dengan jumlah
192 responden. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil
wawancara dan lembar kuesioner. Analisis data dengan Uji Chi Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Umum
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Umum Responden di Desa
Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019
Karakteristik f % Total (%)
Umur
<21 Tahun 0 0 192
100 21-35 Tahun 128 66,7
>35 Tahun 64 33,3
Pendidikan
SD 11 5,7 192
100
SMP 59 30,7
SMA 108 56,3
PT 14 7,3
Pekerjaan
IRT 80 41,7
192
100 Wiraswasta 67 34,9
Pegawai Swasta 33 17,2
PNS 12 6,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 75 39,1 192
100 Perempuan 117 60,9
Umur Balita
< 6 bulan 80 41,7 192
100 6-24 bulan 88 45,8
24-60 bulan 24 12,5
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa sebagian besar ibu balita
di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto memiliki rentang usia
21-35 tahun dan berpendidikan terakhir SMA yaitu (56,3%), hampir setengah
pekerjaan ibu yaitu Ibu Rumah Tangga (41,7%), jenis kelamin balita sebagian
besar perempuan yaitu (60,9%), bahwa hampir setengah umur balita 6-24 bulan
(45,8%).
2. Data Khusus
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Khusus Responden di Desa
Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019
Data Khusus f % Total (%)
Pengetahuan
Baik 25 20,3 192
100 Cukup 128 66,7
Kurang 39 13
Dukungan Keluarga
Tidak diberikan 97 50,5 192
100 Diberikan 95 49,5
Kejadian ISPA
Pernah 97 50,5 192
100 Tidak Pernah 95 49,5
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan
responden dalam kategori cukup sebanyak 128 orang (66,7%) dan masih terdapat
responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 39 responden (20,3%).
Dari data tersebut, didapatkan bahwa sebagian ibu balita di Desa Brangkal
memiliki pengetahuan cukup dilihat dari pengetahuan dengan usia .
Menurut Mubarak dan Chayatin (2012) Semakin bertambah usia akan
semakin bertambah dan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diprolehnya semakin membaik. Selain itu faktor
pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
seseorang tersebut memproleh informasi. .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit ISPA. Diantaranya dari
128 responden yang pengetahuannya cukup sebagian besar latar belakang
pendidikan mereka SMA sehingga mereka mudah untuk memahami informasi
yang diterima berbeda dengan pendidikan yang dibawahnya. Selain itu pada
faktor usia didapatan bahwa sebagian besar responden berusia 21-35 tahun masih
mempunyai pola pikir yang baik dan mudah menangkap informasi yang diterima
seperti pengalaman pribadi sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Oleh
karena itu pengetahuan yang memadai dari keluarga dalam memerangi penyakit
ISPA sangat penting bagi kesehatan balita. Sedangkan pada responen yang masih
memiliki pengetahuan kurang sebagian besar responden berusia 21-35 tahun serta
sudah mengenyam pendidikan hingga SMA akan tetapi dari latar belakang
pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga sehingga ruang lingkup
pergaulan responden terbatas dan informasi yang diterima juga terkadang belum
maksimal tentang ISPA baik tanda dan gejala, penyebab dan cara penularannya
sehingga mereka kurang mengetahui tentang ISPA.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak
memberikan dukungan dengan baik sebanyak 97 responden (50,5%) dan masih
terdapat responden yang memberikan dukungan secara positif atau baik sebanyak
95 responden (49,5%).
Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain pendidikan dan
tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masalalu. Pada penelitian yang dilakukan Oktaviani (2015) Hasil
analisis regresi linier, dukungan keluarga merupakan variabel yang paling kuat
hubungannya dengan perilaku ibu dalam penanganan ISPA pada balita. Menurut
Purnawan (2012) menyatakan dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam
hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang
usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
yang berbeda-beda. Faktor lain yang mempengaruhi dukungan yaitu pendidikan,
keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan
untuk menjaga kesehatan dirinya.
Dukungan keluarga yang negatif atau tidak memberikan dukungan terjadi
karena responden belum mempunyai pemahaman dengan baik tentang ISPA dan
bagaimana cara mencegah penularan ISPA. Responden yang memberikan
dukungan keluarga secara negatif atau kurang baik sebagian besar berusia 21-35
tahun dan mempunyai latar belakang pendidikan SMA, dan pekerjaan sebagian
besar responden adalah ibu rumah tangga. Adanya dukungan keluarga yang
diberikan kurang baik dalam pencegahan terjadinya ISPA karena responden
masih terbiasa dengan pola hidup yang kurang sehat di lingkungan sekitar
mereka sehingga kebiasaan tersebut tidak disadari oleh responden dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA seperti kebersihan rumah yang kurang
terjaga, penyajian makanan yang kurang higiensi, ventilasi udara rumah yang
kurang baik, dan kelembapan rumah yang tidak terjaga tanpa menyadari dampak
yang terjadi pada kesehatan anggota keluarga khususnya pada balita.
Dukungan keluarga yang positif terjadi karena responden berusaha untuk
menjaga kesehatan balita mereka dengan memberikan asupan nutrisi yang bergizi,
ditunjang pula dengan latar belakang responden yang terdapat lulusan perguruan
tinggi dan lulusan SMA sehingga mereka mampu memahami wawasan yang
diperoleh tentang pencegahan penyakit ISPA pada balita baik wawasan tersebut
diperoleh dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. Bentuk dukungan dari
keluarga berupa informasi, penilaian, emosional dan instrumental sangat
diperlukan agar balita terhindar dari penyakit ISPA
Berdasarkan tabel 2 menunjukkanbahwasebagianbesar balita responden
pernah mengalami ISPA sebanyak 97 responden (50,5%) dan masih terdapat
responden yang belum pernah mengalami ISPA sebanyak 95 responden (49,5%).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli
termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tenga pleura) (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu, (2011) menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu balita berpengetahuan kurang dan hanya sebagian kecil ibu
balita yang memiliki pengetahuan baik tentang ISPA.
Penyakit ISPA dapat dicegah agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat diantaranya mempromosikan pemberian Air Susu Ibu pada bayi dan balita
selama 6 bulan pertama dan melengkapi ASI dengan makanan tambahan
pendamping ASI (MP-ASI) hingga dua tahun untuk meningkatkan daya tahan
tubuh anak sejak dini, menjaga kesehatan gizi, dengan mengkonsumsi makanan
sehat, dan jika perlu memberikan mikronutrient tambahan seperti zink, zat besi
dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh, melakukan
penyuluhan A dan sosialisasi mengenai penyakit ISPA., melakukan Imunisasi
lengkap pada anak sehingga tidak mudah terserang penyakit yang disebabkan
oleh virus, menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan dengan melakukan
Pola Hidup Bersih dan Sehat, mencuci tangan dengan sabun dan menciptakan
lingkungan rumah yang sehat.
3. Hubungan pengetahuan Dan Dukungan Keluarga dengan Kejadian ISPA
Tabel 3 Cross-tabs Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Brangkal Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019
No Pengetahuan
Kejadian ISPA Total
Pernah Tidak Pernah
f % f % f %
1. Baik 27 69,2 12 30,8 39 100
2. Cukup 61 47,7 67 52,3 128 100
3. Kurang 9 36 16 64 25 100
Total 97 50,5 95 49,5 192 100
N = 192 (α = 0,05) p-value = 0,018
Dukungan Keluarga
Kejadian ISPA Total
Pernah Tidak Pernah
f % f % f %
1. Tidak Diberikan 66 68 31 48 97 100
2. Diberikan 31 32,6 64 67,4 95 100
Total 98 50,5 95 49,5 192 100
N = 192 (α = 0,05) p-value = 0,008
Berdasarkan diketahui bahwa dari 128 responden yang berpengetahuan
cukup terdapat 61 responden pernah mengalami ISPA dan 67 responden tidak
pernah mengalami ISPA. Didapatkan p-value 0,018 < α = 0,05. Nilai Correlation
Coefficient sebesar 0,200 sehingga terdapat hubungan yang cukup antara
pengetahuan dengan kejadian ISPA di desa Brangkal Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto.
Hasil analisis bivariat yang dilakukan oleh Rahayu (2011) dengan
menggunakan Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antar
pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita. Untuk ibu yang
berpengetahuan kurang, balitanya mempunyai resiko terhadap penyakit ISPA
4,33 kali di bandingkan dengan yang mempunyai pengetahuan baik. Hasil ini
membuktikan hipotesis bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian ISPA pada balita.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pengetahuan yang memadai
oleh keluarga sangat diharapkan dalam mendukung pencegahan penyakit ISPA
pada balita, karena semakin baik tingkat pengetahuan semakin baik pula upaya
keluarga dalam pencegahan penyakit, sebaliknya pengetahuan yang kurang atau
tidak memadai akan berdampak pada timbulnya penyakit ISPA yang bisa
berdampak pada kematian. Adanya responden dengan pengetahuan kurang akan
tetapi mereka tidak pernah mengalami kejadian ISPA sebanyak 9 responden
disebabkan karena faktor lingkungan dan gizi balita juga mempengaruhi rentan
atau tidaknya balita terkena penyakit ISPA, hal ini terjadi karena lingkungan
disekitar rumah responden masih tergolong lingkungan yang baik dan nutrisi
responden terjaga sehingga balita mempunyai ketahanan tubuh yang baik dengan
imunisasi yang diberikan oleh orang tua sesuai dengan usia anak. Pada responden
dengan pengetahuan ibu baik akan tetapi balita pernah mengalami ISPA sebanyak
27 responden, akan tetapi jika lingkungan ibu kurang bersih maka balita akan
mudah mengalami penyakit infeksi salah satunya adalah ISPA.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 97 responden yang tidak
memberikan dukungan keluarga dengan baik terdapat 66 responde (68%) yang
pernah mengalami ISPA dan 31 responden yang tidak pernah mengalami ISPA.
Hasil uji spearman rho menunjukkan p-value sebesar 0,006 < α = 0,05. Nilai
Correlation Coefficient , 354 sehingga terdapat hubungan yang cukup antara
dukungan keluarga dengan kejadian ISPA di desa Brangkal Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto Tahun 2019.
Pada penelitian yang dilakukan Oktaviani (2015) penelitian ini merupakan
penelitian korelatif, menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,
sikap dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu menggunakan uji Spearman.
Keempat variabel merupakan variabel numeric. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara sikap dan perilaku dengan signifikasi = 0,001 dan harga
korelasi = 0,393. Dukungan keluarga juga berhubungan perilaku dengan
signifikansi = 0,001 dan harga korelasi = 0,400. Hasil analisis regresi linier,
dukungan keluarga merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan
perilaku ibu dalam penanganan ISPA pada balita.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan
hal penting dalam pencegahan penyakit ISPA pada balita, dimana semakin positif
dukungan keluarga maka akan menekan kejadian penyakit pada balita, sedangkan
dukungan yang negatif akan berdampak buruk terhadap kejadian penyakit ISPA
pada balita. Adanya responden yang memberikan dukungan keluarga dengan baik
atau positif akan tetapi mereka masih mengalami kejadian ISPA sebanyak 31
responden karena disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
ISPA seperti asupan nutris pada balita masih kurang yang dapat dilihat dari postur
tubuh balita yang kurus dan lingkungan sekitar rumah tampak kurang bersih
sehingga mereka mudah terserang penyakit infeksi salah satunya penyakit ISPA.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu hampir seluruh responden ibu balita di
Desa Brangkal memiliki pengetahuan yang cukup dan sebagian besar tidak
memberikan dukungan dengan baik. Sebagian besar balita pernah mengalami
kejadian ISPA. Hasil analisa menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan
Dukungan keluarga dengan kejadian ISPA di Desa Brangkal Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto. Saran penulis pada penelitian selanjutnya sehingga dapat
memperluas variabel atau jumlah sampel yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pencegahan penyakit ISPA. Sedangkan
bagi institusi sebagai bahan masukan informasi bagi petugas kesehatan, keluarga dan
desa akan pentingnya peran ibu dan anggota keluarga akan pencegahan serta
penyembuhan penyakit menular langsung (ISPA), sehingga dapat mengoptimalkan
kegiatan seperti penyuluhan yang diadakan 1 minggu sekali diharapkan menjadi salah
satu dasar peningkatan pengetahuan serta dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (2006) dalam Tri Astuti Lestari (2014) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Gejala ISPA Pada Balita di Desa Citeureup”. Skripsi tidak
dipublikasikan. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2017). Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun
2017. Surabaya : Dinas Kesehatan
Kartiningrum, Eka Diah. (2015). Pengantar Biostatistik. Surakarta : CV Kekata
Group. Halaman : 100
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Modul Tatalaksana Standar
Pneumonia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Mubarak & Chayatin. (2009). Teori dan Aplikasi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Pendidikan Kesehatan, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Octaviani, Dini. (2015). “Hubungan Pengrtahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga
dengan Perilaku Ibu dalam Penanganan ISPA pada Balita di Desa
Bangunjiwo, Kasihan, Bantul”. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada. (https://etd.repository.ugm.ac.id)
Puskesmas Sooko. (2018). Data ISPA yang tidak dipublikasikan.
Rahayu, Yuyu Sri. (2011). “Kejadian ISPA PAda Balita Ditinjau Dari Pengetahuan
ibu, Kerakteristik Balita Sumber Pencemar Dalam Ruang Dan Lingkungan
Fisik Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas DPT Cibeber Kabupaten Lebak
Propinsi Banten”. Skripsi Universitas Indonesia.
Taarelluan. K. T. (2016). “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap
Tindakan Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Desa
Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa”.Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik (Online). Vol. 4, No. 1,
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/11271, diakses 1
Februari 2016).