jurnal skripsi hubungan pengetahuan dan …

13
JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO OLIVIA DITA FEBYANTI 1513201007 PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO 2019

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA

BRANGKAL KECAMATAN SOOKO

KABUPATEN MOJOKERTO

OLIVIA DITA FEBYANTI

1513201007

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2019

Page 2: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …
Page 3: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …
Page 4: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA

BRANGKAL KECAMATAN SOOKO

KABUPATEN MOJOKERTO

Olivia Dita Febyanti

Mahasiswi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto

[email protected]

Arief Fardiansyah

Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto

[email protected]

Asih Media Yuniarti Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Majapahit Mojokerto

[email protected]

ABSTRAK

Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menempati urutan

pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita, termasuk 10 penyakit di

rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

dukungan keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Brangkal Kecamatan

Sooko Kabupaten Mojokerto. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian

cross sectional dan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel 192 ibu dari populasi

sebanyak 371 ibu balita. Hasil penelitian bahwa sebagian besar pengetahuan ibu

memiliki pengetahuan yang cukup sebesar 66,7%. Akan tetapi sebagian besar ibu

tidak diberikan dukungan keluarga sebesar 50,5%. Hasil uji statistik chi-square

menunjukkan tingkat signifikasi 0,018 (< 0,05) untuk pengetahuan dan tingkat

signifikasi 0,008 (< 0,05) untuk dukungan keluarga maka keduanya ada hubungan

pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kejadian ISPA. Sehingga pengetahuan

dan dukungan keluarga dalam pencegahan penyakit ISPA merupakan bagian penting

anggota keluarga dengan cara mengikuti program pendidikan kesehatan yang

diadakan 1 bulan sekali oleh instansi kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Balita, ISPA

ABSTRACT In Indonesia, acute respiratory infections (ARI) ranks first in the cause of

death in infants and under five children, included in 10 disesases in hospital. The

study aimed to determine the relationship of knowledge and family support with the

incidence of ARI in under five children of age in Brangkal, Sooko, Mojokerto. It was

quantitative research with cross sectional research methods with purposive sampling

techniques. Samples was 192 mothers a population of 371 mother of and under five

children. The results of the study showed that were of the knowledge of mothers had

sufficent knowledge of 66.7%. However, the majority were not given family support

was 50.5%. Chi square statistical lest results showed a significance level of

0.018(<0.05) for knowledge and a significance level of 0.008(<0.05) for family

support, so there is a relationship between knowledge and family support with ARI

incident. So that family knowledge and support in the prevention of ARI is an

Page 5: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

important part of family members by attending health education programs that are

held once a month by the health authority.

Keywoards: Knowledge, Family Support, and under five children, ARI.

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama kematian

pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di Negara berkembang

mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata baik dari segi

aspek sosial, budaya dan kesehatan. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal

akibat ISPA setiap tahun sebanyak 98% (Taaerelluan, 2016). Di Indonesia, ISPA

menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita, dan

juga termasuk 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan RISKESDAS

(2018) menunjukkan pravalensi nasional mengalami penurunan pada tahun 2013

sebesar 13,8%, lalu menurun pada tahun 2018 sebesar 4,4%. Sementara itu, period

prevalence kasus ISPA di Jawa Timur pada tahun 2017 sebesar 4,45% (Profil

Kesehatan Provinsi Jatim 2017). Kasus ISPA pada balita di Desa Brangkal

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto memiliki penderita ISPA dengan jumlah

yang tinggi di bandingkan 14 desa lainnya. Jumlah kasus ISPA pada balita dalam

kurun waktu 1 tahun pada tahun 2018 angka pravalensi di Desa Brangkal 72,7%, di

Desa Sooko 52,5%, di Desa Jampirogo 42,6%.

Hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 12 April 2019, di Desa

Brangkal jumlah balita sebanyak 371 balita berdasarkan jenis kelamin yaitu 167

balita laki-laki dan 204 balita perempuan. Hasil wawancara dengan pemegang

program ISPA dengan 10 ibu balita tentang penyakit ISPA, 8 (80%) ibu balita tidak

mengerti tentang penyebab dan faktor resiko penyakit ISPA pada balita sedangkan 2

(20%) ibu balita mempunyai pengetahuan yang cukup. Pelaksanaan program

pemberantasan penyakit ISPA perlu dukungan dari lintas program, lintas sector serta

peran masyarakat termasuk dunia usaha. Keterlibatan ibu dalam kegiatan kesehatan

faktor yang cukup menentukan dalam menunjang pengetahuan ibu tentang

penatalaksanaan ISPA (Kemenkes RI, 2012).

Page 6: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

Masalah yang terjadi kurangnya partisipasi dalam kegiatan yang sudah

diadakan oleh petugas kesehatan untuk penurunan kejadian ISPA. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kejadian

ISPA pada balita.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode observasi analitik

dan menggunakan jenis penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa

Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 371 responden, sampel diambil dengan Purposive Sampling dengan jumlah

192 responden. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil

wawancara dan lembar kuesioner. Analisis data dengan Uji Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Umum

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Umum Responden di Desa

Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019

Karakteristik f % Total (%)

Umur

<21 Tahun 0 0 192

100 21-35 Tahun 128 66,7

>35 Tahun 64 33,3

Pendidikan

SD 11 5,7 192

100

SMP 59 30,7

SMA 108 56,3

PT 14 7,3

Pekerjaan

IRT 80 41,7

192

100 Wiraswasta 67 34,9

Pegawai Swasta 33 17,2

PNS 12 6,3

Jenis Kelamin

Laki-laki 75 39,1 192

100 Perempuan 117 60,9

Umur Balita

< 6 bulan 80 41,7 192

100 6-24 bulan 88 45,8

24-60 bulan 24 12,5

Page 7: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa sebagian besar ibu balita

di Desa Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto memiliki rentang usia

21-35 tahun dan berpendidikan terakhir SMA yaitu (56,3%), hampir setengah

pekerjaan ibu yaitu Ibu Rumah Tangga (41,7%), jenis kelamin balita sebagian

besar perempuan yaitu (60,9%), bahwa hampir setengah umur balita 6-24 bulan

(45,8%).

2. Data Khusus

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Khusus Responden di Desa

Brangkal Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019

Data Khusus f % Total (%)

Pengetahuan

Baik 25 20,3 192

100 Cukup 128 66,7

Kurang 39 13

Dukungan Keluarga

Tidak diberikan 97 50,5 192

100 Diberikan 95 49,5

Kejadian ISPA

Pernah 97 50,5 192

100 Tidak Pernah 95 49,5

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan

responden dalam kategori cukup sebanyak 128 orang (66,7%) dan masih terdapat

responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 39 responden (20,3%).

Dari data tersebut, didapatkan bahwa sebagian ibu balita di Desa Brangkal

memiliki pengetahuan cukup dilihat dari pengetahuan dengan usia .

Menurut Mubarak dan Chayatin (2012) Semakin bertambah usia akan

semakin bertambah dan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diprolehnya semakin membaik. Selain itu faktor

pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

seseorang tersebut memproleh informasi. .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit ISPA. Diantaranya dari

128 responden yang pengetahuannya cukup sebagian besar latar belakang

Page 8: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

pendidikan mereka SMA sehingga mereka mudah untuk memahami informasi

yang diterima berbeda dengan pendidikan yang dibawahnya. Selain itu pada

faktor usia didapatan bahwa sebagian besar responden berusia 21-35 tahun masih

mempunyai pola pikir yang baik dan mudah menangkap informasi yang diterima

seperti pengalaman pribadi sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Oleh

karena itu pengetahuan yang memadai dari keluarga dalam memerangi penyakit

ISPA sangat penting bagi kesehatan balita. Sedangkan pada responen yang masih

memiliki pengetahuan kurang sebagian besar responden berusia 21-35 tahun serta

sudah mengenyam pendidikan hingga SMA akan tetapi dari latar belakang

pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga sehingga ruang lingkup

pergaulan responden terbatas dan informasi yang diterima juga terkadang belum

maksimal tentang ISPA baik tanda dan gejala, penyebab dan cara penularannya

sehingga mereka kurang mengetahui tentang ISPA.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak

memberikan dukungan dengan baik sebanyak 97 responden (50,5%) dan masih

terdapat responden yang memberikan dukungan secara positif atau baik sebanyak

95 responden (49,5%).

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain pendidikan dan

tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masalalu. Pada penelitian yang dilakukan Oktaviani (2015) Hasil

analisis regresi linier, dukungan keluarga merupakan variabel yang paling kuat

hubungannya dengan perilaku ibu dalam penanganan ISPA pada balita. Menurut

Purnawan (2012) menyatakan dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam

hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang

usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan

yang berbeda-beda. Faktor lain yang mempengaruhi dukungan yaitu pendidikan,

keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir

Page 9: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan

untuk menjaga kesehatan dirinya.

Dukungan keluarga yang negatif atau tidak memberikan dukungan terjadi

karena responden belum mempunyai pemahaman dengan baik tentang ISPA dan

bagaimana cara mencegah penularan ISPA. Responden yang memberikan

dukungan keluarga secara negatif atau kurang baik sebagian besar berusia 21-35

tahun dan mempunyai latar belakang pendidikan SMA, dan pekerjaan sebagian

besar responden adalah ibu rumah tangga. Adanya dukungan keluarga yang

diberikan kurang baik dalam pencegahan terjadinya ISPA karena responden

masih terbiasa dengan pola hidup yang kurang sehat di lingkungan sekitar

mereka sehingga kebiasaan tersebut tidak disadari oleh responden dapat

mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA seperti kebersihan rumah yang kurang

terjaga, penyajian makanan yang kurang higiensi, ventilasi udara rumah yang

kurang baik, dan kelembapan rumah yang tidak terjaga tanpa menyadari dampak

yang terjadi pada kesehatan anggota keluarga khususnya pada balita.

Dukungan keluarga yang positif terjadi karena responden berusaha untuk

menjaga kesehatan balita mereka dengan memberikan asupan nutrisi yang bergizi,

ditunjang pula dengan latar belakang responden yang terdapat lulusan perguruan

tinggi dan lulusan SMA sehingga mereka mampu memahami wawasan yang

diperoleh tentang pencegahan penyakit ISPA pada balita baik wawasan tersebut

diperoleh dari keluarga maupun dari petugas kesehatan. Bentuk dukungan dari

keluarga berupa informasi, penilaian, emosional dan instrumental sangat

diperlukan agar balita terhindar dari penyakit ISPA

Berdasarkan tabel 2 menunjukkanbahwasebagianbesar balita responden

pernah mengalami ISPA sebanyak 97 responden (50,5%) dan masih terdapat

responden yang belum pernah mengalami ISPA sebanyak 95 responden (49,5%).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli

termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tenga pleura) (Kemenkes RI, 2014).

Page 10: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu, (2011) menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu balita berpengetahuan kurang dan hanya sebagian kecil ibu

balita yang memiliki pengetahuan baik tentang ISPA.

Penyakit ISPA dapat dicegah agar tidak terjadi komplikasi yang lebih

berat diantaranya mempromosikan pemberian Air Susu Ibu pada bayi dan balita

selama 6 bulan pertama dan melengkapi ASI dengan makanan tambahan

pendamping ASI (MP-ASI) hingga dua tahun untuk meningkatkan daya tahan

tubuh anak sejak dini, menjaga kesehatan gizi, dengan mengkonsumsi makanan

sehat, dan jika perlu memberikan mikronutrient tambahan seperti zink, zat besi

dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh, melakukan

penyuluhan A dan sosialisasi mengenai penyakit ISPA., melakukan Imunisasi

lengkap pada anak sehingga tidak mudah terserang penyakit yang disebabkan

oleh virus, menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan dengan melakukan

Pola Hidup Bersih dan Sehat, mencuci tangan dengan sabun dan menciptakan

lingkungan rumah yang sehat.

3. Hubungan pengetahuan Dan Dukungan Keluarga dengan Kejadian ISPA

Tabel 3 Cross-tabs Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga

dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Brangkal Kecamatan

Sooko Kabupaten Mojokerto Tahun 2019

No Pengetahuan

Kejadian ISPA Total

Pernah Tidak Pernah

f % f % f %

1. Baik 27 69,2 12 30,8 39 100

2. Cukup 61 47,7 67 52,3 128 100

3. Kurang 9 36 16 64 25 100

Total 97 50,5 95 49,5 192 100

N = 192 (α = 0,05) p-value = 0,018

Dukungan Keluarga

Kejadian ISPA Total

Pernah Tidak Pernah

f % f % f %

1. Tidak Diberikan 66 68 31 48 97 100

2. Diberikan 31 32,6 64 67,4 95 100

Total 98 50,5 95 49,5 192 100

N = 192 (α = 0,05) p-value = 0,008

Page 11: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

Berdasarkan diketahui bahwa dari 128 responden yang berpengetahuan

cukup terdapat 61 responden pernah mengalami ISPA dan 67 responden tidak

pernah mengalami ISPA. Didapatkan p-value 0,018 < α = 0,05. Nilai Correlation

Coefficient sebesar 0,200 sehingga terdapat hubungan yang cukup antara

pengetahuan dengan kejadian ISPA di desa Brangkal Kecamatan Sooko

Kabupaten Mojokerto.

Hasil analisis bivariat yang dilakukan oleh Rahayu (2011) dengan

menggunakan Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antar

pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita. Untuk ibu yang

berpengetahuan kurang, balitanya mempunyai resiko terhadap penyakit ISPA

4,33 kali di bandingkan dengan yang mempunyai pengetahuan baik. Hasil ini

membuktikan hipotesis bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan

kejadian ISPA pada balita.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pengetahuan yang memadai

oleh keluarga sangat diharapkan dalam mendukung pencegahan penyakit ISPA

pada balita, karena semakin baik tingkat pengetahuan semakin baik pula upaya

keluarga dalam pencegahan penyakit, sebaliknya pengetahuan yang kurang atau

tidak memadai akan berdampak pada timbulnya penyakit ISPA yang bisa

berdampak pada kematian. Adanya responden dengan pengetahuan kurang akan

tetapi mereka tidak pernah mengalami kejadian ISPA sebanyak 9 responden

disebabkan karena faktor lingkungan dan gizi balita juga mempengaruhi rentan

atau tidaknya balita terkena penyakit ISPA, hal ini terjadi karena lingkungan

disekitar rumah responden masih tergolong lingkungan yang baik dan nutrisi

responden terjaga sehingga balita mempunyai ketahanan tubuh yang baik dengan

imunisasi yang diberikan oleh orang tua sesuai dengan usia anak. Pada responden

dengan pengetahuan ibu baik akan tetapi balita pernah mengalami ISPA sebanyak

27 responden, akan tetapi jika lingkungan ibu kurang bersih maka balita akan

mudah mengalami penyakit infeksi salah satunya adalah ISPA.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 97 responden yang tidak

memberikan dukungan keluarga dengan baik terdapat 66 responde (68%) yang

Page 12: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

pernah mengalami ISPA dan 31 responden yang tidak pernah mengalami ISPA.

Hasil uji spearman rho menunjukkan p-value sebesar 0,006 < α = 0,05. Nilai

Correlation Coefficient , 354 sehingga terdapat hubungan yang cukup antara

dukungan keluarga dengan kejadian ISPA di desa Brangkal Kecamatan Sooko

Kabupaten Mojokerto Tahun 2019.

Pada penelitian yang dilakukan Oktaviani (2015) penelitian ini merupakan

penelitian korelatif, menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian

cross sectional. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,

sikap dan dukungan keluarga dengan perilaku ibu menggunakan uji Spearman.

Keempat variabel merupakan variabel numeric. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat hubungan antara sikap dan perilaku dengan signifikasi = 0,001 dan harga

korelasi = 0,393. Dukungan keluarga juga berhubungan perilaku dengan

signifikansi = 0,001 dan harga korelasi = 0,400. Hasil analisis regresi linier,

dukungan keluarga merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan

perilaku ibu dalam penanganan ISPA pada balita.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga merupakan

hal penting dalam pencegahan penyakit ISPA pada balita, dimana semakin positif

dukungan keluarga maka akan menekan kejadian penyakit pada balita, sedangkan

dukungan yang negatif akan berdampak buruk terhadap kejadian penyakit ISPA

pada balita. Adanya responden yang memberikan dukungan keluarga dengan baik

atau positif akan tetapi mereka masih mengalami kejadian ISPA sebanyak 31

responden karena disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi terjadinya

ISPA seperti asupan nutris pada balita masih kurang yang dapat dilihat dari postur

tubuh balita yang kurus dan lingkungan sekitar rumah tampak kurang bersih

sehingga mereka mudah terserang penyakit infeksi salah satunya penyakit ISPA.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu hampir seluruh responden ibu balita di

Desa Brangkal memiliki pengetahuan yang cukup dan sebagian besar tidak

memberikan dukungan dengan baik. Sebagian besar balita pernah mengalami

kejadian ISPA. Hasil analisa menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan

Page 13: JURNAL SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN …

Dukungan keluarga dengan kejadian ISPA di Desa Brangkal Kecamatan Sooko

Kabupaten Mojokerto. Saran penulis pada penelitian selanjutnya sehingga dapat

memperluas variabel atau jumlah sampel yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pencegahan penyakit ISPA. Sedangkan

bagi institusi sebagai bahan masukan informasi bagi petugas kesehatan, keluarga dan

desa akan pentingnya peran ibu dan anggota keluarga akan pencegahan serta

penyembuhan penyakit menular langsung (ISPA), sehingga dapat mengoptimalkan

kegiatan seperti penyuluhan yang diadakan 1 minggu sekali diharapkan menjadi salah

satu dasar peningkatan pengetahuan serta dukungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2006) dalam Tri Astuti Lestari (2014) “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Gejala ISPA Pada Balita di Desa Citeureup”. Skripsi tidak

dipublikasikan. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2017). Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun

2017. Surabaya : Dinas Kesehatan

Kartiningrum, Eka Diah. (2015). Pengantar Biostatistik. Surakarta : CV Kekata

Group. Halaman : 100

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Modul Tatalaksana Standar

Pneumonia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Mubarak & Chayatin. (2009). Teori dan Aplikasi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Pendidikan Kesehatan, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Octaviani, Dini. (2015). “Hubungan Pengrtahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga

dengan Perilaku Ibu dalam Penanganan ISPA pada Balita di Desa

Bangunjiwo, Kasihan, Bantul”. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada. (https://etd.repository.ugm.ac.id)

Puskesmas Sooko. (2018). Data ISPA yang tidak dipublikasikan.

Rahayu, Yuyu Sri. (2011). “Kejadian ISPA PAda Balita Ditinjau Dari Pengetahuan

ibu, Kerakteristik Balita Sumber Pencemar Dalam Ruang Dan Lingkungan

Fisik Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas DPT Cibeber Kabupaten Lebak

Propinsi Banten”. Skripsi Universitas Indonesia.

Taarelluan. K. T. (2016). “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap

Tindakan Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Desa

Tataaran 1 Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa”.Jurnal

Kedokteran Komunitas dan Tropik (Online). Vol. 4, No. 1,

(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/view/11271, diakses 1

Februari 2016).