jurnal skripsi abdul aziz [buatan syaefur rozak, 5215097003]

18
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED INQUIRY DAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI Oleh: Abdul Azis [email protected] Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika Tahun Lulus 2012 Pembimbing I Hamidillah Ajie [email protected] Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing I Pembimbing II Sri Sujanti Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing II Ditulis Ulang Oleh: Syaefur Rozak (5215097003) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Abstract The aim of this study is to find out the differences of learning result between the students who use modified inquiry learning model and expository learning model. The learning results by using both of these learning models will be compared to find out which is an appropriate learning model used in basic vocational competency with competence standard applying electricity basic and basic competency using the laws of alternating current in electric circuits. Population or the data subject of this study is 10th class Audio Video Engineering at SMK Taruna Bangsa. Samples taken by 30 students in the first Audio Video Engineering class and 30 students in the second Audio Video Engineering class at random. After the post-test, the average data learning result for the control class is 65,73 and the average learning results of experiment class is 79,2. After counted the hypothesis test, it was obtained t hitung (6,545) > t tabel (1,671). So it can be concluded that the learning results of electricity basic to the 10th class Audio Video Engineering at SMK Taruna Bangsa school year 2011/2012 using modified inquiry learning model is higher than expository learning model. Kata kunci : hasil belajar, rangkaian listrik arus bolak-balik, model pembelajaran, model pembelajaran modified inquiry, model pembelajaran ekspositori. Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa dan negara. Pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945

Upload: baehaqialanawa

Post on 05-Aug-2015

138 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN MODIFIED INQUIRY DAN

PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

Oleh:

Abdul Azis

[email protected] Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika

Tahun Lulus 2012

Pembimbing I

Hamidillah Ajie

[email protected] Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing I

Pembimbing II

Sri Sujanti Dosen Pendidikan Teknik Elektronika sebagai Dosen Pembimbing II

Ditulis Ulang Oleh:

Syaefur Rozak (5215097003) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

Abstract

The aim of this study is to find out the differences of learning result between

the students who use modified inquiry learning model and expository

learning model. The learning results by using both of these learning models

will be compared to find out which is an appropriate learning model used in

basic vocational competency with competence standard applying electricity

basic and basic competency using the laws of alternating current in electric

circuits. Population or the data subject of this study is 10th class Audio

Video Engineering at SMK Taruna Bangsa. Samples taken by 30 students in

the first Audio Video Engineering class and 30 students in the second Audio

Video Engineering class at random. After the post-test, the average data

learning result for the control class is 65,73 and the average learning

results of experiment class is 79,2. After counted the hypothesis test, it was

obtained thitung (6,545) > ttabel (1,671). So it can be concluded that the

learning results of electricity basic to the 10th class Audio Video

Engineering at SMK Taruna Bangsa school year 2011/2012 using modified

inquiry learning model is higher than expository learning model.

Kata kunci : hasil belajar, rangkaian listrik arus bolak-balik, model pembelajaran, model

pembelajaran modified inquiry, model pembelajaran ekspositori.

Pendidikan merupakan salah satu

pondasi yang sangat penting dalam

pembangunan suatu bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai salah satu sarana

untuk mencapai tujuan negara yang

tercantum dalam pembukaan UUD 1945

Page 2: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 2

yang disebutkan bahwa salah satu tujuan

negara yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dalam UU RI No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 disebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Proses

belajar dapat lebih bermakna jika siswa

mengalami apa yang dipelajarinya

bukan sekedar mengetahuinya. Dalam

kaitannya dengan proses pembelajaran,

cara termudah mengukur

keberhasilannya yaitu dengan melihat

hasil belajar siswa untuk kemudian

membandingkan dengan standar

nasional yang sudah ditetapkan oleh

pemerintah. Proses pembelajaran

senantiasa menuntut guru untuk

menerapkan model pembelajaran dalam

pelaksanaanya agar pembelajaran dapat

berjalan dengan sistematis, nyaman,

serta dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Keberhasilan

pembelajaran adalah keberhasilan

peserta didik dalam membentuk

kompetensi dan mencapai tujuan, serta

keberhasilan guru dalam membimbing

peserta didik dalam pembelajaran.

Dengan demikian guru haruslah benar-

benar mampu menemukan cara-cara

untuk mendorong dan mengembangkan

pemenuhan seluruh kebutuhan siswa

berdasarkan potensi yang dimilikinya.

Proses pengajaran merupakan perpaduan

dua aktivitas yaitu aktivitas mengajar

dan aktivitas belajar. Suatu pengajaran

akan disebut berjalan dan berhasil

dengan baik manakala ia mampu

merubah diri siswa atau mampu

menumbuhkembangkan kesadaran siswa

untuk belajar. Kunci pokok pengajaran

itu ada pada seorang guru, tetapi bukan

berarti dalam proses pengajaran hanya

guru yang aktif, sedangkan siswa pasif.

Proses pengajaran menuntut keaktifan

dua belah pihak yang sama-sama

menjadi subyek pengajaran. Proses

pembelajaran yang cenderung berpusat

pada guru (teacher centered), guru masih

dijadikan sebagai satu-satunya sumber

belajar aktif, akibatnya siswa hanya

terlibat sebagai penerima informasi dari

guru. Konsep yang diajarkan guru hanya

digambarkan pada papan tulis dan

disampaikan secara lisan. Di sini guru

berperan mentransfer materi namun

terkadang kurang melibatkan keaktifan

siswa dan cenderung sangat teoretis,

tidak mengharmoniskan dengan realitas

sesungguhnya yang akhirnya siswa

hanya menerima secara pasif dan hanya

aktif mencatat materi yang disampaikan

Page 3: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 3

guru. Ini yang terjadi pada proses

pembelajaran di SMK Taruna Bangsa

pada kelas X Teknik Audio Video ketika

dilakukan observasi, guru menggunakan

model pembelajaran ekspositori yang

merupakan bentuk dari pendekatan

pembelajaran yang berorientasi pada

guru, karena dalam model pembelajaran

ini guru memegang peran yang sangat

dominan. Dari penggunaan model

pembelajaran ekspositori yang banyak

bersifat ceramah, siswa kurang terlibat

secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran dan kurang digali

pemikirannya. Siswa lebih banyak

mendengar dan menulis apa yang

diinformasikan oleh guru. Aktivitas guru

lebih menonjol daripada siswa, dan

terbatas pada hafalan semata.

Pembelajaran masih bersifat

ekspositoris, sehingga belum mampu

membangkitkan budaya belajar pada diri

siswa. Disamping itu hasil belajar siswa

belum memenuhi KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan

pada standar kompetensi produktif di

SMK Taruna Bangsa yaitu 75.

Perkembangan dalam kegiatan proses

belajar mengajar diharapkan siswa

mengalami perubahan pada kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Salah satu faktor utama yang

mempengaruhi siswa dalam kegiatan

proses belajar mengajar yaitu model

yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi. Ketika model

yang digunakan tidak melibatkan siswa

secara aktif, mungkin saja tujuan yang

diharapkan tidak tercapai.

Dari pandangan tersebut, maka

permasalahan yang timbul adalah

bagaimana upaya guru untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu

kegiatan belajar mengajar sehinga dapat

meningkatkan aktivitas dan pada

akhirnya meningkatkan hasil belajar

siswa. Dalam proses pembelajaran, guru

tidak hanya berperan sebagai teladan

bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga

sebagai pengelola pembelajaran

(manager of learning). Efektivitas proses

pembelajaran terletak pada kreativitas

guru. Baik tidaknya suatu model

pembelajaran atau pemilihan suatu

model pembelajaran akan tergantung

pada tujuan pembelajarannya,

kesesuaian dengan materi yang hendak

disampaikan, perkembangan peserta

didik dan juga kemampuan guru dalam

mengelola dan memberdayakan sumber

yang ada. Oleh karena itu, seorang guru

harus tepat dalam memilih model

pembelajaran agar sesuai dengan yang

diharapkan. Saat ini konsep

pembelajaran inquiry dengan jenis

modified inquiry sudah banyak

diterapkan dalam proses pembelajaran di

sekolah. Dalam model pembelajaran

modified inquiry, siswa dirangsang

untuk memecahkan masalah melalui

Page 4: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 4

pengamatan, eksplorasi dan atau melalui

prosedur penelitian untuk memperoleh

jawabannnya. Pemecahan masalah

dilakukan atas inisiatif atau caranya

sendiri. Peran guru pada model

pembelajaran modified inquiry ini

sebagai pemberi motivasi, nara sumber

(resource person) dan memberikan

bantuan yang diperlukan untuk

kelancaran proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, model pembelajaran

modified inquiry sangatlah penting pada

saat di dalam kelas, bila model

pembelajaran modified inquiry berjalan

maka memungkinkan dapat dianalisa

sehingga dapat terlihat dan mampu

diukur seberapa besar dalam

meningkatkan motivasi dalam hasil

belajar dan penguasaan materi

pembelajaran di sekolah khususnya di

SMK Taruna Bangsa. Berdasarkan

uraian di atas, untuk memperoleh

gambaran lengkap tentang penggunaan

model pembelajaran modified inquiry

dalam proses pembelajaran pada kelas X

Teknik Audio Video di SMK Taruna

Bangsa, maka penelitian mengangkat

judul “Perbedaan Hasil Belajar

Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan

Antara yang Menggunakan Model

Pembelajaran Modified Inquiry dan

Pembelajaran Ekspositori pada kelas X

Teknik Audio Video di SMK Taruna

Bangsa”

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada kelas X

Jurusan Teknik Audio Video di SMK

Taruna Bangsa Kota Bekasi. Waktu

pelaksanaan penelitian dilaksanakan

pada semester genap tahun ajaran

2011/2012, yakni bulan April sampai

bulan Juni 2012. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian adalah

metode penelitian eksperimen. Jenis

metode eksperimen yang digunakan

adalah metode kuasi eksperimen atau

dapat disebut juga eksperimen semu.

Dalam metode kuasi eksperimen

terdapat dua kelompok yang diteliti

yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, penggunaan subyek

pada kedua kelompok tersebut tidak

ditentukan secara random tetapi

menggunakan kelas yang telah ada. Hal

ini berbeda dengan penelitian

eksperimen murni yang harus

membentuk kelas baru. Metode

eksperimen dalam penelitian

memberikan dua perlakuan yang

berbeda terhadap dua kelompok siswa.

Kelompok pertama, yang diberikan

model pembelajaran ekspositori adalah

kelompok kontrol, sedangkan kelompok

yang diberikan model pembelajaran

modified inquiry adalah kelompok

eksperimen. Variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang

Page 5: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 5

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya. Variabel

dalam penelitian terdiri dari variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Variabel bebas adalah faktor stimulus

atau input yaitu faktor yang diplih oleh

peneliti untuk melihat pengaruh

terhadap gejala yang diamati. Variabel

terikat adalah faktor yang diamati dan

diukur untuk mengetahui efek variabel

bebas. Berdasarkan rumusan masalah

dalam penelitian, peneliti menetapkan:

Variabel bebas (X): Model

pembelajaran yang dikategorikan :

Model pembelajaran modified inquiry

dan Model pembelajaran ekspositori

Variabel terikat (Y): Hasil belajar siswa

pada standar kompetensi menerapkan

dasar-dasar kelistrikan dengan

kompetensi dasar menggunakan

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik.

Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi maknanya berkaitan dengan

elemen, yakni unit tempat diperolehnya

informasi. Elemen tersebut dapat berupa

individu, keluarga, rumah tangga,

kelompok sosial, sekolah, kelas, dan

organisasi. Dengan kata lain populasi

adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Sesuai dengan lingkup penelitian,

populasi atau wilayah data yang menjadi

subyek penelitian ini adalah siswa kelas

X program keahlian Teknik Audio

Video (TAV) pada dasar kompetensi

kejuruan dengan standar kompetensi

menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan

kompetensi dasar menggunakan hukum-

hukum rangkaian listrik arus bolak-balik

di SMK Taruna Bangsa Bekasi tahun

ajaran 2011/2012, yaitu kelas X TAV 1

dengan jumlah murid 30 siswa dan kelas

X TAV 2 dengan jumlah murid 30

siswa. Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Menurut Sudjana, tidak ada

ketentuan yang baku atau rumus pasti,

sebab keabsahan sampel terletak pada

sifat dan karakteristiknya, mendekati

populasi atau tidak, bukan pada jumlah

atau banyaknya. Dalam penelitian,

penarikan sampel dilakukan dengan

teknik cluster sampling. Teknik cluster

sampling adalah teknik penarikan

sampel dari populasi yang cukup besar

sehingga dibuat beberapa kelas atau

kelompok. Teknik tersebut sangat cocok

untuk digunakan dalam penelitian,

karena populasi yang ada telah dibagi

berdasarkan kelas. Dengan demikian,

analisis sampel bukan individu, tetapi

kelompok, yaitu berupa kelas yang

terdiri dari beberapa individu. Instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam

Page 6: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 6

mengumpulkan data agar pekerjaannya

lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian adalah dalam bentuk Tes

objektif. Untuk mengetahui hasil belajar

siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran maka digunakan tes

objektif sebanyak 25 soal dengan tingkat

kesukaran yang berbeda-beda. Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas

yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas

rendah. Valid menunjukkan derajat

ketepatan, yaitu ketepatan antara data

yang sesungguhnya terjadi pada obyek

dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti. Misalnya data yang dalam

obyek berwarna biru, maka data yang

terkumpul oleh peneliti juga harus

berwarna biru. Instrumen yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) valid.

Validitas berarti ukuran yang

menunjukkan sejauh mana instrumen

tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur.

Perhitungan uji validitas instrumen pada

penelitian dilakukan dengan cara

menghitumg koefisien validitas,

menggunakan rumus Korelasi

Parametrik Pearson Product Moment,

sebagai berikut: Tingkat kesukaran

adalah suatu parameter untuk

menyatakan bahwa item soal adalah

mudah, sedang, dan sukar. Sebuah soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar. Jika soal

terlalu mudah tidak akan merangsang

siswa untuk memecahkan soal tersebut,

sedangkan jika soal terlalu sukar akan

menyebabkan keputusasaan pada siswa

yang mengakibatkan menurunnya

keinginan siswa untuk mencoba lagi.

Besarnya indeks kesukaran antara 0.00

sampai dengan 1.00 soal yang

mendekati indeks 0.00 diartikan soal itu

sukar. Dan soal yang mendekati nilai

1.00 diartikan soal itu mudah. Daya

pembeda suatu butir soal menyatakan

seberapa jauh kemampuan butir soal

tersebut mampu membedakan antara

siswa yang dapat menjawab soal dengan

siswa yang tidak dapat menjawab soal.

Reliabel menunjukkan derajat

konsistensi (keajegan), yaitu konsistensi

data dalam interval waktu tertentu.

Misalnya data yang terkumpul dari

obyek kemarin berwarna biru, maka

sekarang pun atau besok juga masih

tetap berwarna biru. Instrumen yang

reliabel berarti instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.

Reliabilitas menunjuk pada adanya

Page 7: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 7

konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala

pengukuran tertentu. Reliabilitas

berkonsentrasi pada masalah akurasi

pengukuran dan hasilnya. Maka

pengertian reliabilitas tes, berhubungan

dengan masalah ketetapan hasil tes.

Atau seandainya hasilnya berubah-ubah,

perubahan yang terjadi dapat dikatakan

tidak berarti.

Tabel 3.6 Hasil Uji Soal Instrumen

No.

Soal

Kriteria Penilaian

Keputusan

Validitas Daya

Pembeda

Tingkat

kesukaran Reliabilitas

1. Rendah Sangat Tinggi Mudah

0.8

9955

63

78 (

Tin

gg

i)

Digunakan

2. Rendah Tinggi Mudah Digunakan

3. Rendah Tinggi Sukar Digunakan

4. Rendah Tinggi Sedang Digunakan

5. Rendah Tinggi Mudah Digunakan

6. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak

7. Sedang Cukup Sedang Digunakan

8. Sedang Cukup Sedang Digunakan

9. Sedang Tinggi Sukar Digunakan

10. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak

11. Sangat Rendah Tinggi Sedang Tidak

12. Rendah Sangat Tinggi Sedang Digunakan

13. Sedang Cukup Sedang Digunakan

14. Sedang Tinggi Sedang Digunakan

15. Sangat Rendah Sangat Tinggi Sukar Tidak

16. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

17. Rendah Tinggi Sedang Digunakan

18. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

Page 8: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 8

19. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

20. Sedang Tinggi Sukar Digunakan

21. Rendah Tinggi Sukar Digunakan

22. Rendah Tinggi Sedang Digunakan

23. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

24. Tidak Valid Sangat Tinggi Sukar Tidak

25. Sedang Cukup Mudah Digunakan

26. Sedang Sangat Tinggi Mudah Digunakan

27. Sedang Cukup Mudah Digunakan

28. Sangat Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

29. Sedang Cukup Mudah Digunakan

30. Rendah Sangat Tinggi Mudah Digunakan

Data yang diperoleh dari hasil tes

setelah pembelajaran, selanjutnya

diolah dan dianalisis untuk menguji

hipotesis penelitian. Tujuan yang

ingin dicapai dengan analisis data

adalah untuk menyederhanakan data

ke dalam bentuk yang dapat

dimengerti dan ditafsirkan, sehingga

hubungan- hubungan yang ada dalam

masalah penelitian dapat dipelajari

dan diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian diawali dengan melakukan

uji instrumen soal pada kelas XI

TAV (Teknik Audio Video) 3

sebanyak 30 siswa di SMK Taruna

Bangsa. Jenis instrumen yang

digunakan adalah tes obyektif

(pilihan ganda) dengan jumlah item

soal 30 item dan 5 pilihan jawaban.

Pengujian instrumen soal ini

diperlukan untuk mengetahui baik

tidaknya alat ukur hasil belajar

berdasarkan kriteria valid, tingkat

kesukaran, daya pembeda dan

reliabel dalam penyusunan instrumen

post-test. Penyusunan instrumen

post-test melewati beberapa

pertimbangan diantaranya penilaian

ahli terhadap ketepatan soal

berdasarkan indikator pencapaian

kompetensi dan penilaian guru

pengajar terhadap kesesuaian materi

Page 9: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 9

dengan soal yang dibuat. Instrumen

soal post-test tersebut akan diberikan

pada siswa yang sudah diperlakukan

sebagai kelompok kontrol yang

menggunakan model pembelajaran

ekspositori yaitu kelas X TAV 1 dan

siswa yang diperlakukan sebagai

kelompok eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran

modified inquiry yaitu kelas X TAV

2 pada dasar kompetensi kejuruan

dengan standar kompetensi

menerapkan dasar-dasar kelistrikan

dan kompetensi dasar menggunakan

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik. Setelah dilakukan post-

test pada kelas kontrol dan

eksperimen, didapat hasil

perhitungan rata-rata kelas kontrol

sebesar 65,733 dan kelas eksperimen

sebesar79,2.

Tabel 4.1 Hasil Rata-Rata Post-Test

Kelas N Nilai Rata-rata Standar Deviasi Varians

Kontrol 30 65,733 8,578 73,582

Eksperimen 30 79,2 7,308 53,407

Berdasarkan tabel 4.1 dapat

dijelaskan bahwa, rata-rata nilai post-

test antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen berbeda. Kelas kontrol

atau kelas yang menggunakan model

pembelajaran ekspositori sebesar

65,733, sedangkan kelas eksperimen

atau kelas yang menggunakan model

pembelajaran modified inquiry

sebesar 79,2. Standar deviasi untuk

kelas kontrol yaitu 8,578 dan kelas

eksperimen 7,308. Varians untuk

kelas kontrol 73,582 dan kelas

eksperimen 53,407. Dalam uji

normalitas post-test di kelas kontrol

diketahui jumlah siswa (n) di kelas

eksperimen yaitu 30 siswa, dengan

rata-rata nilai 65,733. Nilai maksimal

pada kelas kontrol yaitu 80 dan nilai

minimalnya 52. Banyaknya kelas

interval setelah dihitung

menggunakan aturan Struges yaitu

sebanyak 6 kelas dengan panjang

kelas masing-masing 4 interval.

Page 10: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 10

Derajat kebebasan (dk) yang

digunakan yaitu bernilai 3 dengan α

= 0,05.

Tabel 4.3 Perhitungan Hasil Chi Kuadrat Post-Test Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.3, dari hasil

perhitungan didapat Chi Kuadrat

(X2) = 4,669. Dengan α = 0,05 dan

dk = 3, maka didapat Xtabel = 5,99.

Jika Xhitung < Xtabel maka sampel

berdistribusi normal. Dari

perhitungan didapat Xhitung = 4,669,

dan Xtabel = 5,99 (4,669 < 5,99).

Maka dapat disimpulkan bahwa

sampel berdistribusi normal. Sama

dengan uji normalitas pada kelas

eksperimen, diketahui dalam uji

normalitas post-test di kelas

eksperimen diketahui jumlah siswa

(n) yaitu 30 siswa, nilai rata-rata

post-test di kelas eksperimen 79,2.

Dengan nilai maksimal pada kelas

eksperimen sebesar 92 dan nilai

minimalnya sebesar 68. Banyaknya

kelas interval setelah dihitung

menggunakan aturan Struges yaitu

sebanyak 5 kelas dengan panjang

kelas masing-masing 5 interval.

Derajat kebebasan (dk) yang

digunakan yaitu bernilai 2 dengan α

=0,05.

Batas

Kelas

Z

(hitung) Z (tabel) Luas fh f0-fh (f0-fh)

2 ((f0-fh)

2)/fh

51,5 -1,66 -0,4515 0,0916 2,748 2,252 5,071 1,845

56,5 -1,08 -0,3599 0,172 5,16 0,84 0,705 0,136

61,5 -0,49 -0,1879 0,2238 6,714 -0,714 0,509 0,075

66,5 0,09 0,0359 0,2127 6,381 -2,381 5,669 0,888

71,5 0,67 0,2486 0,1476 4,428 0,572 0,327 0,073

76,5 1,26 0,3962 0,0709 2,127 1,873 3,508 1,649

81,5 1,84 0,4671

Chi Kuadrat (X2) 4,669

Page 11: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 11

Tabel 4.5 Perhitungan Hasil Chi Kuadrat Post-Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.5, dari hasil

perhitungan didapat Chi Kuadrat

(X2) = 1,651. Dengan α = 0,05 dan

dk = 2, maka didapat Xtabel = 5,99.

Jika Xhitung < Xtabel maka sampel

berdistribusi normal. Dari

perhitungan didapat Xhitung = 1,651,

dan Xtabel = 5,99 (1,651 < 5,99) .

Maka dapat disimpulkan bahwa

sampel berdistribusi normal. Pada

perhitungan homogenitas diketahui

jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan

derajat kebebasan (dk) pembilang 29

dan derajat kebebasan (dk) penyebut

29. Derajat kebebasan (dk)

pembilang dan penyebut digunakan

untuk mengetahui nilai Ftabel

sehingga nantinya dapat

dibandingkan dengan nilai Fhitung.

Untuk nilai varians masing-

masing kelas, setelah dilakukan

perhitungan kelas kontrol atau kelas

yang menggunakan model

pembelajaran ekspositori memiliki

nilai varians sebesar 73,582

sedangkan kelas eksperimen atau

kelas yang menggunakan model

pembelajaran modified inquiry

memiliki nilai varians sebesar

53,407. Setelah dilakukan

perhitungan didapat nilai Fhitung

sebesar 1,378 dan nilai Ftabel

sebesar 1,85. Jika nilai Fhitung <

Ftabel maka sampel bersifat

homogen. Diketahui bahwa 1,378 <

1,85 maka dapat disimpulkan bahwa

sampel bersifat homogen. Pada

perhitungan homogenitas diketahui

jumlah siswa (n) 30 siswa, dengan

derajat kebebasan (dk) pembilang 29

Batas

Kelas

Z

(hitung) Z (tabel) Luas fh f0-fh (f0-fh)

2 ((f0-fh)

2)/fh

67,5 -1,60 -0,4452 0,1629 4,887 2,113 4,464 0,913

73,5 -0,78 -0,2823 0,2983 8,949 -0,949 0,90 0,10

79,5 0,04 0,016 0,2891 8,673 -0,673 0,452 0,052

85,5 0,86 0,3051 0,1484 4,452 0,548 0,30 0,067

91,5 1,68 0,4535 0,0403 1,209 0,791 0,625 0,517

97,5 2,50 0,4938

Chi Kuadrat (X2) 1,651

Page 12: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 12

dan derajat kebebasan (dk) penyebut

29. Derajat kebebasan (dk)

pembilang dan penyebut digunakan

untuk mengetahui nilai Ftabel

sehingga nantinya dapat

dibandingkan dengan nilai Fhitung.

Untuk nilai varians masing-masing

kelas, setelah dilakukan perhitungan

kelas kontrol atau kelas yang

menggunakan model pembelajaran

ekspositori memiliki nilai varians

sebesar 73,582 sedangkan kelas

eksperimen atau kelas yang

menggunakan model pembelajaran

modified inquiry memiliki nilai

varians sebesar 53,407.

Setelah dilakukan perhitungan

didapat nilai Fhitung sebesar 1,378 dan

nilai Ftabel sebesar 1,85. Jika nilai

Fhitung < Ftabel maka sampel bersifat

homogen. Diketahui bahwa 1,378 <

1,85 maka dapat disimpulkan bahwa

sampel bersifat homogen. Uji

hipotesis yang dilakukan dengan

menggunakan uji satu pihak karena

data yang telah diolah akan

dibandingkan untuk mengukur model

pembelajaran mana yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis statistika pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hipotesis Statistika

H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar menerapkan dasar-dasar

kelistrikan antara yang menggunakan model pembelajaran

modified inquiry dan pembelajaran ekspositori.

H1 : Hasil belajar menerapkan dasar-dasar kelistrikan yang

menggunakan model pembelajaran modified inquiry lebih

tinggi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori.

Tolak H0 jika : thitung > ttabel

Diketahui bahwa kedua sampel memiliki jumlah siswa (n) yang sama,

berdistribusi normal, dan

Page 13: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 13

homogen, maka untuk uji hipotesis digunakan rumus t-test. Rincian

perhitungan untuk uji hipotesis post-test dapat dilihat pada lampiran 8. Diketahui

nilai-nilai yang didapat dari perhitungan awal yaitu ditunjukkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rata-Rata dan Varians Hasil Post-Test

Kelas Rerata Varians N

Eksperimen 79,2 53,407 30

Kontrol 65,733 73,582 30

Dari perhitungan hipotesis untuk

post-test didapat nilai thitung sebesar

6,545 dan ttabel sebesar 1,671. Dapat

dilihat bahwa 6,545 > 1,671. Maka

dapat dikatakan bahwa H0 ditolak,

dan dapat disimpulkan “ Hasil

belajar menerapkan dasar-dasar

kelistrikan yang menggunakan model

pembelajaran modified inquiry lebih

tinggi

dibandingkan dengan pembelajaran

ekspositori”. Rekapitulasi data hasil

belajar siswa kelas kontrol atau kelas

yang menggunakan model

pembelajaran ekspositori dan kelas

eksperimen atau kelas yang

menggunakan model pembelajaran

modified inquiry dapat dilihat pada

tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen

Komponen

Post-Test Kelas

Kontrol Eksperimen

Jumlah Siswa 30 30

Rata-Rata 65,733 79,2

Standar Deviasi 8,578 7,308

Nilai Tertinggi 80 92

Page 14: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 14

Nilai Terendah 52 68

Uji Normalitas

X2 hitung 4,669 1,651

X2 tabel 5,99 5,99

Kesimpulan Normal Normal

Uji Homogenitas

Fhitung 1,378

Ftabel 1,85

Kesimpulan Fhitung < Ftabel Homogen

Uji Hipotesis

thitung 6,545

ttabel 1,671

Kesimpulan thitung > ttabel H1 diterima

Penelitian yang dilakukan

merupakan penelitian eksperimen.

Penelitian memberikan dua

perlakuan yang berbeda terhadap dua

kelompok siswa. Kelompok pertama,

yang diberikan model pembelajaran

ekspositori adalah kelompok kontrol,

sedangkan kelompok yang diberikan

model pembelajaran modified

inquiry adalah kelompok

eksperimen.

Populasi atau wilayah data

yang menjadi subyek penelitian

adalah siswa kelas X program

keahlian Teknik Audio Video (TAV)

pada dasar kompetensi kejuruan

dengan standar kompetensi

menerapkan dasar-dasar kelistrikan

dan kompetensi dasar menggunakan

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik di SMK Taruna Bangsa

Bekasi tahun ajaran 2011/2012, yaitu

kelas X TAV 1 dengan jumlah murid

30 siswa dan kelas X TAV 2 dengan

jumlah murid 30 siswa.

Penelitian bertujuan untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar

pada standar kompetensi menerapkan

dasar-dasar kelistrikan dan

kompetensi dasar menggunakan

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik dari dua model

Page 15: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 15

pembelajaran yang berbeda yaitu

model pembelajaran ekspositori pada

kelas kontrol dan model

pembelajaran modified inquiry pada

kelas eksperimen.

Pembelajaran pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen

dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan yang telah ditentukan

pada RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), untuk pertemuan

pertama materinya adalah rangkaian

AC dan rangkaian R,L,C, pertemuan

kedua tentang rangkaian osilator dan

multivibrator dan pertemuan terakhir

mengenai rangkaian yang bersifat

resistif, induktif, dan kapasitif serta

tentang resonansi pada rangkaian seri

R,L,C. Setelah pemberian materi

dengan menggunakan model

pembelajaran ekspositori untuk kelas

kontrol dan model pembelajaran

modified inquiry untuk kelas

eksperimen, hasil belajar kedua

kelompok mengalami perbedaan.

Perbedaan hasil belajar ditunjukkan

oleh rata-rata nilai post-test antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen,

kelas kontrol atau kelas yang

menggunakan model pembelajaran

ekspositori sebesar 65,733,

sedangkan kelas eksperimen atau

kelas yang menggunakan model

pembelajaran modified inquiry

sebesar 79,2. Dan pada hasil uji

hipotesis untuk post-test didapat nilai

thitung sebesar 6,545 dan ttabel

sebesar 1,671. Dapat dilihat bahwa

6,545 > 1,671. Maka dapat dikatakan

bahwa H0 ditolak, dan dapat

disimpulkan “Hasil belajar

menerapkan dasar-dasar kelistrikan

pada kelas X TAV 1 dan kelas X

TAV 2 di SMK Taruna Bangsa Kota

Bekasi dengan waktu pelaksanaan

penelitian pada semester genap tahun

ajaran 2011/2012 yang menggunakan

model pembelajaran modified

inquiry lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran ekspositori”.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap

data hasil penelitian yang diperoleh

maka dapat disimpulkan bahwa:

Penelitian yang dilaksanakan pada

kelas X TAV 1 dan kelas X TAV 2

di SMK Taruna Bangsa Kota Bekasi

dengan waktu pelaksanaan penelitian

pada semester genap tahun ajaran

2011/2012, yakni hasil belajar pada

standar kompetensi menerapkan

dasar-dasar kelistrikan dan

kompetensi dasar menggunakan

Page 16: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 16

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik yang menggunakan

model pembelajaran modified

inquiry lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran ekspositori.

Hasil belajar yang dicapai oleh

siswa dengan model pembelajaran

modified inquiry pada standar

kompetensi menerapkan dasar-dasar

kelistrikan dan kompetensi dasar

menggunakan hukum-hukum

rangkaian listrik arus bolak-balik di

kelas X TAV 2 SMK Taruna Bangsa

pada semester genap tahun ajaran

2011/2012 mengalami peningkatan.

Model pembelajaran modified

inquiry meningkatkan hasil belajar

siswa secara signifikan karena

membangkitkan keinginan belajar

secara mandiri dan melibatkan siswa

secara aktif dalam proses

pembelajaran.

Sedangkan hasil belajar yang

dicapai siswa dengan model

pembelajaran ekspositori pada

standar kompetensi menerapkan

dasar-dasar kelistrikan dan

kompetensi dasar menggunakan

hukum-hukum rangkaian listrik arus

bolak-balik di kelas X TAV 1 SMK

Taruna Bangsa pada semester genap

tahun ajaran 2011/2012 lebih rendah

dari model pembelajaran modified

inquiry. Peningkatan hasil belajar

yang tidak signifikan disebabkan

oleh pembelajaran yang hanya

terpusat pada guru dan banyak

bersifat ceramah.

Page 17: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Menggunakan Model Pembelajaran

Modified Inquiry dan Pembelajaran Ekspositori (Abdul Azis) 17

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan

Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi.

2010. Proses Pembelajaran

Inovtif dan kreatif Dalam Kelas.

Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur

Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-

Dasar Evaluasi Pendidikan,

(Edisi Revisi). Jakarta: Bumi

Aksara.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dahlan, M.D. 1990. Model-Model

Mengajar. Bandung: CV.

Diponegoro.

Daryanto, dkk. 2005. Modul Fisika

SMK Teknik 2. Jakarta: PT.

Galaxy Puspa Mega.

Dimyati dan Mudjiono. 1999.

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru

Profesional Menciptakan

Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

NK, Roestiyah. 2008. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 2001. Psikologi

Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Rusmono. 2012. Strategi

Pembelajaran dengan Problem

Based Learning itu Perlu.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara.

2007. Buku Ajar Teori Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Jakarta.

Page 18: Jurnal Skripsi Abdul Aziz [buatan Syaefur Rozak, 5215097003]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-18 18

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sudirman, dkk. 1979. Ilmu

Pendidikan. Bandung: CV.

Remadja Karya.

Sudjana. 1996. Metode Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sudjana. 2001. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2008. Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007. Model-Model

Pembelajaran Inovatif

Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.