jurnal skripsi

23
i ANALISA OPERASIONAL ZONA MENUNGGU PERON STASIUN KERETA UNIVERSITAS INDONESIA MUHAMMAD HIDAYAT Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik E-mail: [email protected] ABSTRAK Stasiun kereta Universitas Indonesia merupakan pintu masuk menuju kampus UI Depok bagi penumpang kereta listrik. Jumlah penumpang yang naik/turun dari Universitas Indonesia ini terus bertambah. Penambahan jumlah penumpang tersebut harus disesuaikan dengan peningkatan kualitas infrastruktur stasiun, salah satunya adalah peron. Peron memiliki beberapa zona dan setiap zona harus disesuaikan dimensinya dengan permintaan penumpang yang ada. Karena itu perlu adanya analisa antara daya tampung zona pada peron yang telah ada pada saat ini di Universitas Indonesia dengan permintaan penumpang untuk tahun mendatang, terutama zona menunggu peron. Analisa operasional zona menunggu peron stasiun UI ini dilakukan pada peron sisi timur yang dilewati kereta arah Jakarta dan peron sisi barat yang dilewati kereta arah Bogor. Analisa operasional peron ini bertujuan untuk mengetahui nilai ruang dan nilai kepadatan dari zona menunggu peron dan nilai tingkat pelayanan dari zona menunggu peron stasiun UI untuk tahun mendatang. Analisa ini akan disesuaikan dengan pertumbuhan volume penumpang stasiun UI sehingga diperlukan estimasi volume penumpang stasiun UI. Seluruh data volume penumpang dan luas area efektif zona menunggu peron akan diolah untuk mendapatkan nilai kepadatan dan ruang peron stasiun UI. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai ruang dan kepadatan dari peron sisi timur telah memasuki tingkat pelayanan D pada tahun 2015. Untuk peron sisi barat masih dalan tingkat pelayanan yang baik hingga tahun 2016 dimana memiliki nilai rata-rata B. Dari hasil analisa operasional untuk umur pakai didapatkan bahwa zona menunggu peron sisi timur dari stasiun UI hanya bisa menampung pertumbuhan volume penumpang hingga tahun 2023 karena pada tahun 2024 telah mamasuki tingkat pelayanan E dan zona menunggu peron sisi barat dapat menampung pertambahan volume penumpang hingga tahun 2036. Kata kunci : Estimasi Volume Penumpang, Area Menunggu Efektif, Nilai Kepadatan, Nilai Ruang , Tingkat Pelayanan.

Upload: hadi-prakoso

Post on 10-Apr-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisa peron stasiun

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Skripsi

i

ANALISA OPERASIONAL ZONA MENUNGGU PERON

STASIUN KERETA UNIVERSITAS INDONESIA

MUHAMMAD HIDAYAT

Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Stasiun kereta Universitas Indonesia merupakan pintu masuk menuju kampus UI Depok

bagi penumpang kereta listrik. Jumlah penumpang yang naik/turun dari Universitas Indonesia ini

terus bertambah. Penambahan jumlah penumpang tersebut harus disesuaikan dengan peningkatan

kualitas infrastruktur stasiun, salah satunya adalah peron. Peron memiliki beberapa zona dan setiap

zona harus disesuaikan dimensinya dengan permintaan penumpang yang ada. Karena itu perlu

adanya analisa antara daya tampung zona pada peron yang telah ada pada saat ini di Universitas

Indonesia dengan permintaan penumpang untuk tahun mendatang, terutama zona menunggu peron.

Analisa operasional zona menunggu peron stasiun UI ini dilakukan pada peron sisi timur yang

dilewati kereta arah Jakarta dan peron sisi barat yang dilewati kereta arah Bogor. Analisa operasional

peron ini bertujuan untuk mengetahui nilai ruang dan nilai kepadatan dari zona menunggu peron dan

nilai tingkat pelayanan dari zona menunggu peron stasiun UI untuk tahun mendatang. Analisa ini

akan disesuaikan dengan pertumbuhan volume penumpang stasiun UI sehingga diperlukan estimasi

volume penumpang stasiun UI. Seluruh data volume penumpang dan luas area efektif zona

menunggu peron akan diolah untuk mendapatkan nilai kepadatan dan ruang peron stasiun UI. Dari

hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai ruang dan kepadatan dari peron sisi timur telah

memasuki tingkat pelayanan D pada tahun 2015. Untuk peron sisi barat masih dalan tingkat

pelayanan yang baik hingga tahun 2016 dimana memiliki nilai rata-rata B. Dari hasil analisa

operasional untuk umur pakai didapatkan bahwa zona menunggu peron sisi timur dari stasiun UI

hanya bisa menampung pertumbuhan volume penumpang hingga tahun 2023 karena pada tahun

2024 telah mamasuki tingkat pelayanan E dan zona menunggu peron sisi barat dapat menampung

pertambahan volume penumpang hingga tahun 2036.

Kata kunci :

Estimasi Volume Penumpang, Area Menunggu Efektif, Nilai Kepadatan, Nilai Ruang , Tingkat

Pelayanan.

Page 2: Jurnal Skripsi

ii

UNIVERSITY OF INDONESIA TRAIN STATION PLATFORM

CAPACITY ANALYSIS

ABSTRACT

Train station University of Indonesia is the gate of University of Indonesia Campus in

Depok for electricity train. The number of passenger who depart and arrive in this station increase

every year. This number shlould be followed by the increasing of the quality service of the station

infrastructure, which one of them is the platform. Platform has some zones which has its dimension

and should be developed by the increasing of passenger. So that, it is neccessary to do such an

operational analysis between the capacity of the platform and the passenger demand, especially on

the waiting zone platform. The operational analysis is being done at the east side platform which

passed by train to Jakarta and west side platform which passed by train to Bogor. This operational

analysis is being done to identify the value of space and densiry of the waiting zone platform and

also to determine the level of service of waiting zone platform in University of Indonesia station.

This analysis will follow the demand growth of the University of Indonesia station’s passenger so

that it will be neccessary to estimate the passenger demand. All the passenger demand and waiting

zone platform effective area’s data will be analyzed to identify the value of density and passenger

space. That analysis revealed that the value of density and space on the east side platform will be

worse than before because it already on level of service D on 2015. For the west side platform, the

value of level of service still B to the end of 2016. From the long term operational analysis it revealed

that the east side waiting zone platform will be no longer able to operate in 2024 because it will be

on level of service E and the west side waiting zone platform will be on level of service E on 2037.

Key Word :

Estimating Passenger Demand, Waiting Zone Effective Area, Density Value, Space Value, Level of

Service (LOS)

Page 3: Jurnal Skripsi

1

Universitas Indonesia

PENDAHULUAN

Stasiun kereta api Universitas Indonesia merupakan pintu gerbang masuk

ke kampus Universitas Indonesia bagi penumpang kereta api listrik. Di sini setiap

harinya naik/turun ratusan mahasiswa dan ratusan masyarakat lainnya yang tinggal

disekitar Universitas Indonesia. Ada juga penumpang yang turun di stasiun ini

untuk menyambung ke moda angkutan lainnya. Penumpang yang naik dan turun

dari stasiun Universitas Indonesia bervariasi walaupun cenderung didominasi oleh

mahasiswa. Penumpang dimana terdiri dari karyawan, dosen dan staf pengajar dari

Universitas Indonesia atau tamu/undangan Universitas Indonesia serta masyarakat

sekitar Universitas Indoensia dan kalangan lainnya.

Jumlah penumpang yang turun atau berangkat dari Universitas Indonesia

ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Apalagi dengan adanya kebijakan

penambahan jumlah mahasiswa baru Universitas Indonesia setiap tahun ajaran baru

dan juga pengembangan kawasan baru di sekitar Universitas Indonesia.

Pengembangan kawasan baru disekitar Universitas Indonesia yakni seperti

pembangunan apartemen, hotel dan rumah sakit. Pembangunan apartemen tersebut

ada yang langsung ditujukan untuk mahasiswa baru Universitas Indonesia.

Sedangkan pembangunan rumah sakit pendidikan memang sudah direncanakan

sejak dulu di Universitas Indonesia kawasan Depok. Oleh karena faktor-faktor ini

maka dapat diprediksi bahwa penumpang yang naik dan turun di stasiun Universitas

Indonesia akan semakin bertambah.

Penambahan jumlah penumpang tersebut harus disesuaikan dengan

peningkatan kualitas infrastruktur stasiun yang ada. Salah satu infrastruktur yang

penting di stasiun kereta api adalah peron atau platform. Peron pada setiap stasiun

kereta api memiliki daya tampung masing-masing sesuai dengan zona keperluan

dan dimensinya. Analisa ini perlu dilakukan karena belum pernah ada analisa

sebelumnya atau operational analysis terhadap daya tampung zona menunggu pada

peron stasiun UI.

Page 4: Jurnal Skripsi

2

Universitas Indonesia

Peron stasiun UI memang telah dibersihkan atau disterilisasi sejak

diberlakukannya sistem elektronik tiket pada akhir bulan Juni 2013. Pada akhir

bulan Juni 2013 tersebut seluruh kios yang berada dalam lingkungan stasiun UI

terutama dalam lingkungan peron dibebaskan dari lahan atau di gusur dari lahan

stasiun UI. Dengan adanya proses sterilisasi ini maka diharapkan daya tampung tiap

zona pada peron dapat ditingkatkan dan tingkat pelayanan peron juga meningkat.

Karena kawasan zona tertentu pada peron memiliki daya tampung

maksimum, maka harus disesuaikan antara dimensi zona tertentu pada peron

tersebut dengan permintaan atau permintaan penumpang yang ada. Karena itu perlu

adanya pengkajian antara daya tampung zona pada peron yang telah ada pada saat

ini di Universitas Indonesia dengan permintaan penumpang yang ada pada tahun

ini dan tahun yang akan datang dan seterusnya. Sehingga hal ini dapat

meningkatkan kenyamanan dan efesiensi ketika terjadinya naik dan turun

penumpang. Hal ini juga dapat mencegah terjadinya desak-desakan atau saling

dorong antar penumpang ketika turun dari kereta api atau ketika akan masuk kereta.

Kondisi peron di stasiun kereta api Universitas Indonesia sedang dalam masa

penataan dimana terdapat kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kondisi infrastruktur peron yang telah ada. Selain itu, jika dilihat dari jumlah

penumpang yang ada setiap harinya, nilainya cenderung terus bertambah dimana

terlihat dari padatnya penumpang di peron saat turun dari kereta api dimana

akhirnya membuat mereka harus berdesak-desakan dan terkadang saling dorong.

Maka berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai

berikut:

1. Berapakah nilai ruang dan kepadatan dari zona menunggu pada peron

stasiun UI untuk tahun 2014, 2015 dan 2016?

2. Bagaimanakah nilai tingkat pelayanan atau tingkat pelayanan dari zona

menunggu pada peron stasiun UI terhadap pertumbuhan permintaan pada

tahun 2014, 2015 dan 2016?

3. Bagaimanakah hasil analisa operasional zona menunggu pada peron stasiun

UI terhadap umur pakai maksimum dari zona menunggu peron stasiun UI?

Page 5: Jurnal Skripsi

3

Universitas Indonesia

Studi tentang Kapasitas Peron Stasiun Kereta Api Universitas Indonesia

dimaksudkan untuk menganalisa operasional peron, terutama daya tampung zona

menunggu peron yang telah ada dimana dianalisis hingga berapa lama dimensi atau

luas area dari zona menunggu tersebut dapat terus menampung permintaan

penumpang KAI. Sedangkan tujuannya adalah :

1. Menghitung nilai ruang dan kepadatan dari zona menunggu pada peron

stasiun UI untuk tahun 2014, 2015 dan 2016.

2. Menganalisa nilai tingkat pelayanan dari zona menunggu pada peron stasiun

UI terhadap pertumbuhan permintaan stasiun UI untuk tahun 2014, 2015

dan 2016.

3. Menganalisa umur pakai maksimum dari zona menunggu peron stasiun UI.

TEORI PENUNJANG

Prinsip Dasar Peron (Station Capacity Assessment Guidance: 2011)

Panjang peron

Panjang peron haruslah cukup untuk mengakomodasi kereta terpanjangyang

ada di stasiun ditambah jarak aman untuk antisipasi pemberhentian kereta

yang kurang akurat dimana panjangnya antara 2-5 meter tambahan.

Lebar peron

Lebar peron harus mencukupi bagi jumlah penumpang terbanyak yang ada

pada suatu waktu tertentu.

Peron tunggal dengan kecepatan kereta <165 km/jam

Lebar peron ini tidak kurang dari 2,5 meter.

Peron tunggal dengan kecepatan kereta >165 km/jam

Lebar peron ini tidak kurang dari 3 meter.

Peron tipe island dengan kecepatan kereta <165 km/jam

Lebar peron ini tidak kurang dari 4 meter.

Peron tipe island dengan kecepatan kereta >165 km/jam

Lebar peron ini tidak kurang dari 6 meter.

Page 6: Jurnal Skripsi

4

Universitas Indonesia

Kolom konstruksi Peron

Kolom konstruksi peron sebaiknya memiliki area bebas 2 meter dari ujung

peron.

Headroom

Hedroom memiliki jarak minimal 2,5 meter dari struktur dan petunjuk arah

peron dimana lebarnya minimum 2 meter dari ujung peron dari panjang total.

Garis Kuning

Lebar dari garis kuning minimal 1,5 meter untuk kereta dengan kecepatan 100

km/jam hingga 165 km/jam. Pada areal ini juga dibutuhkan papan peringatan

akan bahaya.

Lebar Peron sebagai Area Tunggu

Setiap zona pada peron harus sesuai minimal dengan lebar minimumnya

dimana lebar total dari peron adalah jumlah lebar keseluruhan zona A+B+C+D.

(Station Capacity Assessment Guidance: 2011)

Sumber: Station Capacity Assessment Guidance. Network Rail. London: 2011

Gambar 1 Tipe Zona pada Peron Stasiun Kereta

Page 7: Jurnal Skripsi

5

Universitas Indonesia

Lebar pada zona menunggu atau zona B harus cukup dalam

mengakomodasi seluruh penumpang yang ada pada jumlah penupang terbanyak di

jam sibuk dimana nilai ruang/keleluasaan sebaiknya 0,65 m2/orang sebagai

kepadatan minimum.

Terminologi Pejalan kaki pada Analisa Peron

Kepadatan Pejalan kaki

Nilai rata-rata dari jumlah orang per satuan unit area pada area berjalan atau

area mengantri dimana di lambangkan atau disebut dengan orang /m2.

Ruang Pejalan kaki

Area rata-rata yang digunakan oleh setiap pejalan kaki pada area berjalan atau

area mengantri dimana dilambangkan dengan m2/orang. Ruang pejalan kaki

merupakan kebalikan dari kepadatan pejalan kaki. Nilai standar dari ruang

pejalan kaki ini sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas yang dilakukan oleh

pejalan kaki yang dimaksud. Sebagai contoh, area yang diperlukan oleh

seseorang yang menggunakan kursi roda atau orang yang membawa tas atau

koper akan lebih besar dari pada orang yang hanya berdiri tanpa membawa

apapun.

Lebar dan Area Efektif

Merupakan area berjalan atau mengantri dari pejalan kaki baik lebarnya,

panjangnya serta luasannya yang dimana biasa digunakan oleh pejalan kaki.

Menentukan Lebar Efektif Jalur Pejalan kaki

Lebar efektif jalan untuk pejalan kaki adalah porsi jalan yang bisa

digunakan secara efektif oleh pejalan kaki. Beberapa benda infrastruktur dan hal

lainnya dapat mengurangi area dari jalan yang bisa digunakan oleh pejalan kaki

(Highway Capacity Manual 2010).

Shy ditance adalah jarak yang digunakan oleh pejalan kaki untuk

menghindari kecelakaan seperti menabrak pagar, menginjak rumput, jatuh ke

selokan atau sebagainya. Benda-benda yang mengganggu sepanjang jalur pejalan

kaki dapat berupa kolom atau tiang penyangga, pagar, pohon atau sebagainya.

Page 8: Jurnal Skripsi

6

Universitas Indonesia

Biasanya operasi dalam menganalisa dan mengevaluasi porsi dari jalan

bagi pejalan kaki ini menggunakan area dengan lebar tersempit karena pada sisi

inilah merupakan sisi paling kritis dimana debit dari pejalan kaki sangat ditentukan.

Analisa dari desain jalur pejalan kaki harus bisa mengidentifikasi berapa lebar

efektif minimum yang harusa dijaga sepanjang jalur pejalan kaki tersebut untuk

mencegah terjadinya antrian atau kemacetan pejalan kaki (Highway Capacity

Manual 2010).

Nilai Tingkat Pelayanan

United State Federal Highway Administration

Jenis tingkat pelayanan yang dipakai pada metoda ini adalah nilai tingkat

pelayanan pada area mengantri. Area mengantri adalah area yang didesain dimana

pejalan kaki bisa dengan nyaman untuk menunggu suatu akses atau kegiatan

tertentu untuk mengguanakan suatu fasilitas. Tabel dibawah ini merupakan kriteria

tingkat pelayanan dari United State Federal Highway Administration.

Tabel 1 Standar Nilai Tingkat pelayanan United State Federal Highway Administration

Sumber: Estimating Capacities for Pejalan kaki Walkways and Viewing Platforms : A Report to Parks Victoria

2002

Nilai tingkat pelayanan terendah yang di izinkah untuk area mengantri

adalah tingkat pelayanan D sehingga semua fasilitas dimana terdapat area

mengantri maka harus dideasin sedemikian rupa sehingga area minimum per

pejalan kakinya adalah sesuai dengan tingkat pelayanan D.

Page 9: Jurnal Skripsi

7

Universitas Indonesia

Highway Capacity Manual 2000 (HCM 2000)

Pada nilai tingkat pelayanan mengantri ini, pejalan kaki diibaratkan sedang

berdiri dan menunggu secara temporary pada suatu area yang ada. Pada keadaan

menunggu atau mengantri yang sangat ramai, akan hanya ada sedikit ruangan untuk

bergerak dengan keterbatasan sirkulasi dimana ditandai dengan mengecilnya niai

ruang yang ada per orang.

Tabel 2 Standar Nilai Tingkat pelayanan Highway Capacity Manual 2000

Sumber: Highway Capacity Manual 2000 Chapter 18

Transit Capacity and Quality of Service Manual

Untuk kasus area mengantri dan area menunggu, standar utama untuk

mendefinisikan nilai tingkat pelayanannya adalah sesuai dengan ruang rata-rata

yang tersediapada setiap orang. Nilai tingkat pelayanan dari area mengantri dan

area menunggu dikembangkan berdasarkan nilai ruang rata-rata dari pejalan kaki,

kenyamanan perorangan dan derajat dari mobilitas internal. Nilai tingkat pelayanan

digambarkan oleh nilai area rata-rata per orang dan ruang rata-rata interpersonal.

Tabel 3 Standar Nilai Tingkat pelayanan Transit Capacity and Quality of Service Manual

Sumber: Transit Capacity and Quality of Service Manual 2nd Edition

Page 10: Jurnal Skripsi

8

Universitas Indonesia

Nilai tingkat pelayanan pada area menunggu seperti menunggu ada peron

stasiun kereta api, adalah suatu fungsi dari jumlah waktu yang dihabiskan untuk

menunggu, jumlah orang yang menunggu dan tingkat kebutuhan akan kenyamanan.

Sebagai contoh, para pelaju akan bersedia untuk menerima kepadatan dan

keramaian dengan level tinggi atau dengan waktu yang lama dibandingkan dengan

pejalan tipe rekreasi atau pejalan jauh antarkota (Transit Capacity and Quality of

Service Manual 2nd Edition).

METODE PENELITIAN

Alur kegiatan dari skripsi ini dibagi menjadi dua yaitu tahap pengumpulan

data dan survey serta tahap pengolahan dan analisis data. Bagan berikut merupakan

alur penelitian secara keseluruhan.

Gambar 2 Diagram Alur Kegiatan Penelitian Secara Keseluruhan

Page 11: Jurnal Skripsi

9

Universitas Indonesia

Tahap pengumpulan data:

1. Melakukan pengurusan perizinan serta segala administrasi yang diperlukan

untuk melakukan pengumpulan data dan survey di stasiun KA UI.

2. Melakukan pengumpulan data berupa data denah stasiun KA UI, data

volume penumpang tiga tahun terakhir dan data sebaran bulanan dan harian

dari salah satu tahun sampel.

3. Melakukan survey untuk memastikan waktu sibuk stasiun UI.

4. Analisa Rentang Jam Sibuk dan Persiapan Survey Perhitungan Volume

Penumpang st UI

5. Melakukan survey perhitungan volume penumpang stasiun UI di peron sisi

timur dan sisi barat.

Tahap pengolahan dan analisis data:

1. Melakukan prediksi dan estimasi jumlah penumpang stasiun UI untuk tahun

2014, 2015 dan 2016 dengan metode linear.

.Menganalisa persebaran dan persentase dari prediksi dan estimasi

penumpang kereta api yang telah dilakukan kedalam hitungan bulanan dan

harian.

2. Menentukan Bobot Variabel Waktu dari analisa bulanan, mingguan,

3. Menentukan volume maksimum dari penumpang kereta api stasiun

Universitas Indonesia untuk peron sisi timur dan peron sisi barat untuk

tahun 2014, 2015 dan 2016.

4. Menggambarkan dimensi peron stasiun UI secara keseluruhan sesuai hasil

survey.

5. Menentukan luas area efektif zona menunggu peron stasiun.

6. Menentukan nilai kepadatan dan nilai ruang dari zona menunggu peron

kereta api stasiun Universitas Indonesia untuk tahun 2014, 2015 dan 2016.

7. Menentukan nilai tingkat pelayanan dari peron stasiun Universitas

Indonesia untuk tahun 2014, 2015 dan 2016.

Page 12: Jurnal Skripsi

10

Universitas Indonesia

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Nilai Prediksi Volume Penumpang Stasiun UI

Prediksi volume penumpang stasiun UI untuk masa depan dilakukan

dengan metoda regresi linear ditambah dengan faktor kalibrasi agar hasil estimasi

diharapkan lebih mendekati nilai volume yang sebenarnya. Regresi linear dilakukan

terhadap data tahun 2011, 2012 dan 2013 yang telah didapat sebelumnya. Dari data

tersebut didapatkanlah grafik linear dengan microsoft excel dengan persamaan:

𝒚 = 𝟒𝟕𝟎. 𝟑𝟏𝟐𝒙 + 𝟏𝟎𝟔

Tabel 4 Volume Estimasi Hasil Fungsi Linier

Tahun a b Volume

Linear (a+b)

2011 470.312 1.000.000 1.470.312

2012 940.624 1.000.000 1.940.624

2013 1.410.936 1.000.000 2.410.936

2014 1.881.248 1.000.000 2.881.248

2015 2.351.560 1.000.000 3.351.560

2016 2.821.872 1.000.000 3.821.872

Dari fungsi linerar didapatkanlah nilai estimasi volume penumpang stasiun

UI untuk 3 tahun kedepan dimulai dari tahun 2014. Nantinya nilai ini merupupakan

input utama dalam menentukan volume penumpang boarding maksimum untuk

setiap peron.

Bobot Variabel Waktu

Bobot Variabel Waktu yang dimaksud pada penelitian ini adalah

persentase bobot nilai untuk setiap jenis bulan, minggu dan hari pada kondisi

dengan volume terbanyak atau paling maksimum. Nilai persentase dari bobot

variabel waktu ini bertujuan untuk mengetahui volume maksimum pada setiap

bulan, minggu, hari dan jam sibuk pada tahun prediksiVolume Penumpang

Maksimum

Nilai dari volume penumpang menunggu maksimum untuk setiap

kedatangan kereta dapat ditelusuri melalui kombinasi dari seluruh Bobot Variabel

Page 13: Jurnal Skripsi

11

Universitas Indonesia

Waktu yang ada. Berikut ini merupakan tabel ringkasan Bobot Variabel Waktu

penumpang stasiun UI.

Tabel 5 Nilai Volume Maksimum Penumpang

Tahun

Rencana

Tahunan

(1)

Bulanan

(9,85%)

Mingguan

(23,62%)

2014 2.881.248 283.803 67.034

2015 3.351.560 330.129 77.976

2016 3.821.872 376.454 88.919

Tabel 6 Nilai Volume Maksimum Penumpang untuk Hari Sibuk

Tahun

rencana

Harian

Senin

(16,22%)

Selasa

(15,84%)

Jumat

(16,67%)

2014 10.873 10.618 11.175

2015 12.648 12.351 12.999

2016 14.423 14.085 14.823

Dari kesimpulan tabel Bobot Variabel Waktu tersebut dapat dilihat nilai

volume prediksi penumpang untuk harian pada setiap tahun rencana. Nilai harian

hasil prediksi ini mendekati nilai harian dari hasil survey sebelumnya sehingga

dapat dikatan bahwa nilai prediksi ini dapat mewakili nilai harian untuk tahun

rencana yang akan datang.

Tabel 7 Estimasi Nilai Volume Penumpang Menunggu Maksimum

Tahun

Persentase

Kenaikan

Penumpang

Volume Penumpang

Peron Sisi Timur Peron Sisi Barat

2014 0% 321 182

2015 16,323% 373 212

2016 32,646% 426 241

Page 14: Jurnal Skripsi

12

Universitas Indonesia

Pengolahan Data Luas Area Efektif Peron UI

Zona Garis Kuning

Lebar daari garis kuning minimal 1,5 meter untuk kereta dengan kecepatan

100 km/jam hingga 165 km/jam. Pada areal ini juga dibutuhkan papan peringatan

akan bahaya. Untuk stasiun UI lebar rata-rata dari zona garis kuning adalah 75 cm.

Zona Tunggu atau Waiting Zone

Lebar pada zona menunggu harus cukup dalam mengakomodasi seluruh

penumpang yang ada pada jumlah penupang terbanyak di jam sibuk dimana nilai

ruang/keleluasaan sebaiknya 0,65m2/orang sebagai kepadatan minimum. Untuk

rata-rata lebar zona menunggu dari stasiun UI adalah 125 cm. Lebar ini merupakan

lebar area tunggu berdiri dan tidak termasuk luas area menunggu berupa kursi yag

terdapat di peron.

Zona Berjalan atau Circulation Zone

Zona ini merupakan zona tempat terjadinya sirkulasi perjalanan oleh

penumpang stasiun kereta. Sirkulasi perjalanan terjadi antara penumpang yang

masuk ke area peron menuju zona menunggu dan penumpang yang akan keluar

peron setelah turun dari kereta. Lebar rata-rata dari zona berjalan di stasiun UI

adalah 120 cm.

Zona Aktivitas Stasiun atau Activity Zone

Zona aktivitas dari stasiun adalah zona dimana terjadi aktivitas lain dari

stasiun seperti cafe, kantin atau aktivitas lainnya di luar aktivitas menunggu kereta.

Untuk seluruh stasiun kereta Commuterline di Jabodetabek, zona aktivitas ini telah

dihapuskan sehingga lebarnya tidak ada atau = 0 cm. Hal ini untuk mendukung

fungsi utama peron stasiun Commuterline di Jabodetabek sebagai tempat menunggu

keberangkatan dan kedatangan kereta.

Ukuran dan Luas Area Tunggu Penumpang Efektif

Ukuran lebar efektif rata-rata dari zona menunggu stasiun UI adalah 1,25

m dimana nantinya harus dikurangi 25 cm sebagai shy distance atau buffer area.

Page 15: Jurnal Skripsi

13

Universitas Indonesia

oleh karena zona garis kuning juga sering digunakan sebagai zona menunggu oleh

penumpang stasiun UI maka nantinya akan ada 2 analisa area menunggu pada

penelitian ini. Luas area 1 merupakan luas area zona menunggu efektif, yaitu

sebesar 1 meter. Untuk luas area 2 adalah gabungan dari zona menunggu dan zona

garis kuning dimana lebarnya adalah 2 meter dan dikurangi 2 x 0,25 untuk setiap

sisi sebagai shy distance atau buffer zone sehingga lebar efektifnya menjadi 1,5 m.

Gambar 3 Lebar Masing-masing Zona Pada Peron Stasiun UI

Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa luas area 1 adalah 165 meter dan

luas area 2 adalah 247,5 meter. Panjang peron stasiun UI eksisting yang adal

sebenarnya adalah 185 meter. Akan tetapi terdapat 20 meter peron yang merupakan

dead area, dimana artinya tidak ada orang yang mengantri atau menunggu pada

area tersebut. Dead area ini biasanya terdapat pada bagian paling belakang gerbong

kereta karena posisi berhenti kereta yang selalu maju ke arah paling depan masing-

masing peron sesuai arah tujuan keberangkatan kereta (Bogor atau Jakarta).

Tabel 8 Ukuran Lebar dan Luas Area Efektif Peron Stasiun UI

Peron Panjang (meter) Lebar 1 (meter) Lebar 2 (meter) Luas 1 (m2) Luas 2 (m2)

Sisi Barat 165,00 1,00 1,50 165 247,5

Sisi Timur 165,00 1,00 1,50 165 247,5

Page 16: Jurnal Skripsi

14

Universitas Indonesia

Gambar 4 Sketsa Situasi Panjang Efektif dari Peron sisi Timur

Kepadatan Maksimum Peron

Kepadatan penumpang merupakan nilai rata-rata dari jumlah orang per

satuan unit area pada area berjalan atau area mengantri dimana di lambangkan atau

disebut dengan orang /m2. Berikut ini merupakan nilai kepadatan dari penumpang

di peron stasiun UI pada volume maksimum hasil estimasi sebelumnya.

Tabel 9 Nilai Kepadatan Peron Menggunakan Luas Area 1

Tahun

Volume Peron

(orang)

Nilai Kepadatan

(orang/m2)

Sisi

Timur

Sisi

Barat

Sisi

Timur Sisi Barat

2014 321 182 1,95 1,10

2015 373 212 2,26 1,28

2016 426 241 2,58 1,46

Tabel 10 Nilai Kepadatan Peron Menggunakan Luas Area 2

Tahun

Volume Peron

(orang)

Nilai Kepadatan

(orang/m2)

Sisi

Timur

Sisi

Barat

Sisi

Timur Sisi Barat

2014 321 182 1,30 0,74

2015 373 212 1,51 0,86

2016 426 241 1,72 0,98

Page 17: Jurnal Skripsi

15

Universitas Indonesia

Luas area 1 merupakan luas area zona menunggu efektif, dimana lebarnya

sebesar 1 meter. Untuk luas area 2 adalah gabungan dari zona menunggu dan zona

garis kuning dimana lebarnya adalah 2 meter dan dikurangi 2 x 0,25 untuk setiap

sisi sebagai shy distance atau buffer zone sehingga lebar efektifnya menjadi 1,5 m.

Luas area 1 adalah 165 meter dan luas area 2 adalah 247,5 meter.

Nilai kepadatan tersebut didapatkan dari hasil pembagian antara jumlah

volume maksimum penumpang menunggu pada stasiun UI dengan luas area 1 atau

luas area 2. Oleh karena penumpang stasiun UI cenderung menggunakan zona garis

kuning sebagai tempat menunggu, maka nilai kepadatan yang paling

menggambarkan kondisi dari stasiun UI adalah nilai kepadatan pada luas area 2.

Dari tabel dapat diliha bahwa kepadatan peron stasiun UI tidak sampai 2

orang/m2. Sehingga dengan nilai kepadatan tersebut, peron UI masih dapat

tergolong nyaman dengan mobilitas perorangan yang masih bisa bergerak dan

cukup nyaman dari segi jarak antar penumpang yang menunggu. Dapat disimpulkan

bahwa kepadatan peron stasiun UI masih dapat dikategorikan nyaman sampai

dengan tahun 2016 untuk kedua arah peron, Bogor dan Manggarai.

Nilai Ruang Peron

Area rata-rata yang digunakan oleh setiap pejalan kaki pada area berjalan

atau area mengantri dapat dilambangkan dengan m2/orang. Ruang pejalan kaki

merupakan kebalikan dari kepadatan pejalan kaki. Nilai standar dari ruang pejalan

kaki ini sangat dipengaruhi oleh jenis aktivitas yang dilakukan oleh pejalan kaki

yang dimaksud. Sebagai contoh, area yang diperlukan oleh seseorang yang

menggunakan kursi roda atau orang yang membawa tas atau koper akan lebih besar

dari pada orang yang hanya berdiri tanpa membawa apapun.

Tabel 11 Nilai Ruang Peron Menggunakan Luas Area 1

Tahun Volume Peron (orang) Nilai Ruang (m2/orang)

Sisi Timur Sisi Barat Sisi Timur Sisi Barat

2014 321 182 0,51 0,91

2015 373 212 0,44 0,78

2016 426 241 0,39 0,68

Page 18: Jurnal Skripsi

16

Universitas Indonesia

Tabel 12 Nilai Ruang Peron Menggunakan Luas Area 2

Tahun Volume Peron (orang) Nilai Ruang (m2/orang)

Sisi Timur Sisi Barat Sisi Timur Sisi Barat

2014 321 182 0,77 1,36

2015 373 212 0,66 1,17

2016 426 241 0,58 1,03

Ukuran dimensi badan yang dianjurkan sebagai standar ukuran badan bagi

pejalan kaki adalah (50x60) cm2 untuk posisi berdiri atau sekitar 0,3 m2. Akan tetapi

jika penumpang tersebut membawa barang dengan ukuran sedang hingga besar

maka nilai ruang minimal yang dianjurkan adalah 0,65 m2/orang. Seperti nilai

kepadatan sebelumnya, untuk nilai ruang peron stasiun UI yang akan dipakai dalan

kajian peron stasiun UI ini adalah hasil pengolahan menggunakan luas area 2.

Dari hasil analisa ruang penumpang stasiun UI masih didapatkan hasil

lebih besar dari 0,3 m2/orang. Dengan nilai tersebut maka peron stasiun UI

dianggap masih bisa menampung penumpang boarding yang sedang menunggu

kedatangan kereta, terutama penumpang tipe pelaju. Akan tetapi untuk penumpang

tipe pembawa barang ukuran besar mungkin harus merasa kurang nyaman dengan

nilai ruang pada tahun 2015 dan 2016 dimana sudah lebih kecil dari 0,65 m2/orang.

Sehingga tidak disarankan bagi penumpang tipe ini untuk menggunakan kereta

pada jam sibuk pagi pada peron sisi timur. Tetapi penumpang tipe pembawa barang

ukuran besar tersebut masih bisa menggunakan kereta pada jam sibuk sore diamana

pada hasil pengamatan survey sebelumnya penumpang tipe ini memang banyak

ditemukan pada hari Jumat ketika jam sibuk sore.

Analisa Tingkat pelayanan Stasiun UI

Nilai tingkat pelayanan minimum yang harus dipenuhi oleh setiap peron

untuk nilai ruang penumpang pada peron tersebut haruslah tingkat pelayanan D.

Hal ini disebabkan oleh asumsi dimensi tubuh manusia dengan ukuran minimum

0,28m2/orang dimana dijadikan 0,3 m2/orang untuk alasan kenyamanan depan dan

belakang tubuh manusia. Penelitian ini menggunakan 3 macam standar tingkat

pelayanan untuk kajian ruang dan gambaran kenyamanan dari peron stasiun UI.

Page 19: Jurnal Skripsi

17

Universitas Indonesia

Standar tingkat pelayanan yang digunakan adalah standar menurut HCM (Higway

Capacity Manual) 2000, TCQSM (Transit Capacity and Quality of Service

Manual) dan United State Federal Highway Administration (USFHA).

Nilai tingkat pelayanan dari zona menunggu pada peron stasiun UI

terhadap pertumbuhan permintaan stasiun UI untuk tahun 2014, 2015 dan 2016

berdasarkan beberapa standar yang ada adalah sebagai berikut:

Tabel 13 Nilai Tingkat Pelayanan (level of service) dari Zona Menunggu Peron Stasiun

Universitas Indonesia

Tahun

LOS HCM

2000 LOS TCQSM LOS USFHA

Sisi

Timur

Sisi

Barat

Sisi

Timur

Sisi

Barat

Sisi

Timur

Sisi

Barat

2014 C A C A C A

2015 C B D B C B

2016 D B D B D B

1.2 Kajian Operasional Tingkat Pelayanan Peron Stasiun UI

Dari pengolahan data hasil prediksi volume maksimum penumpang yang

menuggu kereta pada jam sibuk, didapatkan persentase kenaikan penumpang untuk

setiap jam sibuk pada tahun yang akan datang. Dari persentase ini didapatkan

volume maksimum penumpang menunggu di peron stasiun UI dimana dapat

dijadikan data primer untuk mencari tahu ruang atau kepadatan dari peron tersebut

sejalan dengan pertambahan permintaan penumpang yang ada.

Page 20: Jurnal Skripsi

18

Universitas Indonesia

Gambar 5 Grafik Hubungan Antara Pertumbuhan Permintaan Stasiun UI dengan Nilai Ruang

Penumpang (m2/orang)

Dari pengolahan data terhadap prediksi permintaan maksimum

penumpang yang menunggu di peron stasiun UI hingga 2040 didapatkan bahwa

mulai tahun 2024 atau 10 tahun lagi dari 2014, nilai tingkat pelayanan dari peron

sisi timur telah merosot menjadi tingkat pelayanan E. Hal ini diakibatkan nilai ruang

peron sisi timur yang 0,3 m2/orang hingga akhir 2023 dimana merosot menjadi 0,28

m2/orang pada tahun 2024. Untuk peron sisi barat nilai tingkat pelayanan baru akan

merosot menjadi tingkat pelayanan E pada tahun 2036 atau sekitar 22 tahun lagi

dari tahun 2014.

Page 21: Jurnal Skripsi

19

Universitas Indonesia

Nilai tingkat pelayanan ini akan terus turun seiring bertambahnya

permintaan penumpang stasiun UI dan akan lebih memburuk jika tidak ada

antisipasi berupa peningkatan infrastruktur dan peningkatan sistem serta pelayan

oleh stasiun UI khususnya dan PT KAI DAOP 1 umumnya. Berikut merupakan

beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh pihak stasiun UI atau PT KAI

DAOP 1 untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai tingkat pelayanan dari

peron stasiun UI:

Menambah ukuran lebar area menunggu dan area garis kuning pada kedua

peron stasiun UI.

Menambah jumlah gerbong untuk setiap rangkaian kereta yang beroperasi

dimana juga disesuaikan dengan panjang stasiun yang ada pada rute kereta

tersebut.

Memperpendek atau mempertahankan headway efektif yang ada untuk setiap

kedatangan kereta.

DAFTAR PUSTAKA

Grava, Sigurd. 2004. Urban Transportation System Choice for Communities

Chapter 2 Walking. McGraw Hill

Highway Capacity Manual 2000 Chapter 18

Highway Capacity Manual 2010 Chapter 23

Itami, Robert M. 2002. Estimating Capacities for Pejalan kaki Walkways and

Viewing Platforms : A Report to Parks Victoria. Brunswick:

GeoDimensions Pty Ltd..

National Transportation Library US. Calculating Pejalan kaki Based RITA

Method. Style Sheet. http://ntl.bts.gov/DOCS/11877/Chapter_8.html.

28 Mei 2014. 20:00 WIB

Station Capacity Assessment Guidance. 2011. London: Network Rail.

Transit Capacity and Quality of Service Manual 1st Edition

Transit Capacity and Quality of Service Manual 2nd Edition

Page 22: Jurnal Skripsi

20

Universitas Indonesia

LAMPIRAN

Lampiran 1: Denah Stasiun UI

Page 23: Jurnal Skripsi

21

Universitas Indonesia

Lampiran 2: Detail Denah Stasiun UI