jurnal skrining breast cancer.docx

49
JURNAL RADIOLOGI SKRINING KANKER PAYUDARA DENGAN PENCITRAAN: REKOMENDASI DARI THE SOCIETY OF BREAST IMAGING DAN ACR DALAM PENGGUNAAN MAMOGRAFI, MRI PAYUDARA, USG PAYUDARA, DAN TEKNOLOGI LAINNYA UNTUK MENDETEKSI KANKER PAYUDARA YANG SECARA KLINIS TERSEMBUNYI Pembimbing: dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad Disusun oleh: Rulli Eka Prananda (121.022.1060) Annisa Sekar Setowati (121.022.1051) Leonard Robert Immanuel P (121.022,1064) UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA 1

Upload: mamaegen

Post on 28-Dec-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

JURNAL RADIOLOGI

SKRINING KANKER PAYUDARA DENGAN PENCITRAAN:

REKOMENDASI DARI THE SOCIETY OF BREAST IMAGING DAN

ACR DALAM PENGGUNAAN MAMOGRAFI, MRI PAYUDARA, USG

PAYUDARA, DAN TEKNOLOGI LAINNYA UNTUK MENDETEKSI

KANKER PAYUDARA YANG SECARA KLINIS TERSEMBUNYI

Pembimbing:

dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad

Disusun oleh:

Rulli Eka Prananda (121.022.1060)

Annisa Sekar Setowati (121.022.1051)

Leonard Robert Immanuel P (121.022,1064)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTASMF ILMU RADIOLOGI RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO2013

1

Page 2: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

LEMBAR PENGESAHAN

Jurnal Radiologi dengan judul :

Skrining Kanker Payudara Dengan Pencitraan: Rekomendasi Dari The

Society Of Breast Imaging Dan Acr Dalam Penggunaan Mamografi, Mri

Payudara, Usg Payudara, Dan Teknologi Lainnya Untuk Mendeteksi

Kanker Payudara Yang Secara Klinis Tersembunyi

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Radiologi RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh:

Rulli Eka Prananda (121.022.1060)

Annisa Sekar Setowati (121.022.1051)

Leonard Robert Immanuel P (121.022,1064)

Pembimbing :

dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad

SMF RADIOLOGI

RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2013

2

Page 3: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas rahmat dan ridho-Nya penulis

dapat menyelesaikan jurnal Radiologi dengan judul “Breast Cancer Screening

With Imaging: Recommendations From The Society Of Breast Imaging And

The Acr On The Use Of Mammography, Breast Mri, Breast Ultrasound, And

Other Technologies For The Detection Of Clinically Occult Breast Cancer”.

Jurnal ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan keaniteraan

klinik di sub bagian Ilmu Radiologi.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua

staf pendidik dan semua pihak yang terkait didalamnya, maka jurnal ini tidak

dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

rasa terimakasih kepada dr. Markus Budi Rahardjo, Sp.Rad.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu penulis mengimbau para pembaca dapat memberikan

saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan jurnal ini. Penulis

berharap jurnal ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Purwokerto, April 2013

Penulis

3

Page 4: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

SKRINING KANKER PAYUDARA DENGAN PENCITRAAN:

REKOMENDASI DARI THE SOCIETY OF BREAST IMAGING DAN

ACR DALAM PENGGUNAAN MAMOGRAFI, MRI PAYUDARA, USG

PAYUDARA, DAN TEKNOLOGI LAINNYA UNTUK MENDETEKSI

KANKER PAYUDARA YANG SECARA KLINIS TERSEMBUNYI

Skrining kanker payudara dengan mamografi telah terbukti mengurangi angka

kematian akibat kanker payudara, dan mamografi adalah andalan untuk

skrining penyakit dengan klinis yang tersembunyi. Namun, Mamografi telah

diketahui secara umum memiliki berbagai batasan, dan baru-baru ini, alat

imaging lain termasuk USD dan MRI telah digunakan sebagai alat skrining

tambahan, terutama untuk wanita yang mungkin pada peningkatan risiko untuk

terjadinya kanker payudara. The Society of Breast Imaging and the Breast

Imaging Commision of the ACR mengeluarkan rekomendasi untuk

menggunakan lebih dari satu alat imaging dalam memberikan petunjuk kepada

pasien dan dokter pada penggunaan pencitraan untuk skrining kanker

payudara. Sedapat mungkin, rekomendasi berdasarkan dari bukti yang

tersedia. Namunpada saat kurangnya bukti-bukti evidence yang tersedia,

rekomendasi tersebut berdasarkan konsensus pendapat dari anggota-anggota

dan Komite Pelaksana The Society of Breast Imaging and the Breast Imaging

Commision of the ACR

Kata kunci: skrining, kanker payudara, rekomendasi, mamografi, USG

payudara, MRI payudara

J Am Coll Radiol 2010;7:18-27. Copyright © 2010 American College of

Radiology

Pendahuluan

Penurunan yang signifikan pada angka kematian kanker payudara, yang

berjumlah hampir 30% sejak tahun 1990 adalah sebuah pencapaian besar

dalam dunia medis oleh karena sebagian besar telah melakukan deteksi dini

kanker payudara melalui pemeriksaan mammographic. Namun demikian,

upaya besar terus dilakukan untuk melanjutkan keberhasilan ini dengan

mengembangkan tambahan metode dalam skrining kanker payudara lebih dini.

4

Page 5: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

hasilnya, rekomendasi untuk skrining kanker payudara dengan teknologi

imaging telah menjadi semakin kompleks dan banyak. Beberapa organisasi

terutama American Cancer Society (ACS) [1], memiliki pedoman bagaimana

skrining mamografi seharusnya digunakan. Selain itu, ACS telah mengeluarkan

pedoman, juga berdasarkan didominasi bukti-bukti evidence yang ada, untuk

penggunaan magnetic resonance imaging (MRI) dalam skrining kanker

payudara [2]. Namun, terdapat kesenjangan dalam pedoman ini yang tidak

diragukan lagi karena kurangnya data mengenai banyak aspek dari penggunaan

alat skrining yang tersedia yang secara optimal. Untuk mengatasi kesenjangan

tersebut, the Society of Breast Imaging (SBI) dan ACR telah melakukan dan

menganalisis berbagai percobaan dalam membuat skrining algoritma secara

tepat, kemudian anggota SBI dan ACD (orang-orang yang memiliki banyak

keahlian dalam teknologi tersebut), mengeluarkan pedoman dan rekomendasi

untuk skrining kanker payudara. Terdapat data ilmiah yang telah diterbitkan

dan sudah di-review sebelumnya. Namun apabila data yang tersedia kurang,

rekomendasi didasarkan pada pendapat anggota ahli konsensus SBI dan the

Breast Imaging Commision of the ACR. Pedoman dan rekomendasi ini

dimaksudkan untuk menyarankan pemanfaatan imaging yang tepat dengan

keperluan untuk skrining kanker payudara. Hal tersebut tidak dimaksudkan

untuk menggantikan standar penilaian klinis dan standar perawatan yang telah

berlaku. Perlu diketahui bahwa mamografi adalah satu-satunya metode

imaging yang telah terbukti untuk mengurangi angka mortalitas kanker

payudara.

SBI dan ACR juga mengingatkan wanita dan dokter apabila disuatu

populasi yang dikhawatirkan terdapat risik kanker payudara yang jauh lebih

tinggi di atas bahwa populasi umum, diharapkan untuk berkonsultasi dengan

para ahli di bidang genetika kanker payudara dan manajemen bagi yang

mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara yang tepat.

5

Page 6: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

REKOMENDASI SOCIETY OF BREAST IMAGING AND AMERICAN

COLLEGE OF RADIOLOGY DALAM SKRINING KANKER

PAYUDARA

A. BERDASARKAN TEKNIK IMAGING/PENCITRAAN

1. Mamografi

- Wanita dengan resiko kanker payudara rendah

o Skrining awal dimulai dari umur 40

- Wanita pada resiko kanker payudara yang tinggi

o Wanita dengan mutasi pada BRCA1 atau BRCA2 atau

wanita yang belum pernah diperiksa tetapi mempunyai

anggota keluarga (ibu, saudara atau anak) yang diketahui

terdapat mutasi pada BRCA

Pemeriksaan dilakukan rutin setiap tahun dimulai dari

umur 30 ( jangan dilakukan sebelum umur 25)

o Wanita dengan resiko kanker payudara 20% berdasarkan

riwayat keluarga (ibu dan ayah)

Pemeriksaan dilakukan rutin setiap tahun dimulai dari

umur 30 ( jangan dilakukan sebelum umur 25), atau 10

tahun lebih awal dari usia anggota keluarga yang

terdiagnosis kanker payudara

o Wanita dengn ibu atau saudara perempuan dengan kanker

payudara pre-menopaus

Pemeriksaan dilakukan rutin setiap tahun dimulai dari

umur 30 ( jangan dilakukan sebelum umur 25), atau 10

tahun lebih awal dari usia anggota keluarga yang

terdiagnosis kanker payudara

o Wanita dengan riwayat pengobatan radiasi (biasanya untuk

Hodgkin’s Disease) antara usia 10-30

Pemeriksaan dilakukan rutin setiap tahun dimulai sejak

8 tahun setelah menerima pengobatan radiasi (jangan

dilakukan sebelum umur 25)

o Wanita yang telah terdiagnosis dari biopsi terdapat noplasia

lobuler (karsinoma lobular incitu dan hiperplasi lobuler

6

Page 7: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

atipik),hiperplasi duktus atipik, karsinoma insitu duktus,

kanker payudara invasif atau kanker ovarium

Rutin setiap tahun sejak terdiagnosis

a. Skrining mamografi berdasarkan usia

Usia ideal untuk dilakukan pemeriksaan

mamografi rutin tahunan

o Usia 40

Wanita dengan resiko rendah

o Dibawah 40 tahun

Carrier mutasi BRCA1 atau BRCA2:

dimulai pada usia 30, jangan dilakukan

sebelum umur 25

Wanita dengan ibu atau saudara

perempuan dengan kanker payudara pre-

menopaus: Pemeriksaan dilakukan rutin

setiap tahun dimulai dari umur 30

( jangan dilakukan sebelum umur 25),

atau 10 tahun lebih awal dari usia

anggota keluarga yang terdiagnosis

kanker payudara

Wanita dengan resiko kanker payudara

20% berdasarkan riwayat keluarga (ibu

dan ayah): Pemeriksaan dilakukan rutin

setiap tahun dimulai dari umur 30

( jangan dilakukan sebelum umur 25),

atau 10 tahun lebih awal dari usia

anggota keluarga yang terdiagnosis

kanker payudara

Wanita dengan riwayat pengobatan

radiasi (biasanya untuk Hodgkin’s

Disease) antara usia 10-30: Pemeriksaan

dilakukan rutin setiap tahun dimulai

sejak 8 tahun setelah menerima

7

Page 8: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

pengobatan radiasi (jangan dilakukan

sebelum umur 25)

Wanita yang telah terdiagnosis dari

biopsi terdapat neoplasia lobuler

(karsinoma lobular incitu dan hiperplasi

lobuler atipik),hiperplasi duktus atipik,

karsinoma insitu duktus, kanker

payudara invasif atau kanker ovarium:

Rutin setiap tahun sejak terdiagnosis

b. Usia dimana pemeriksaan mamografi rutin tahunan

sebaiknya dihentikan

i. Ketika diperkirakan angka harapan hidupnya

<5 sampai dengan 7 tahun berdasarkan umur

faktor komorbid lainnya

ii. Ketika hasil abnormal dari skrining tidak

berlaku karena faktor usia atau kondisi

comorbid lainnya

2. USG ( tambahan untuk mamografi)

a. Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pada wanita dengan

resiko tinggi yang dengan dilakukannya skrining dengan

MRI dapat membantu tapi dengan alasan tertentu tidak bisa

melakukan MRI

b. Dapat dipertimbangkan pada wanita dengan jaringan

payudara yang ebih padat sebagai adjuvan untuk mamografi

3. MRI

a. Terbukti sebagai carrier mutasi BRCA

i. Setiap tahun dimulai dari umur 30 tahun

b. Belum terbukti sebagai carrier mutasi BRCA namun

mempunyai riwayat keluarga yang telah terbukti sebagai

carrier mutasi BRCA

i. Setiap tahun dimulai dari umur 30 tahun

c. Wanita dengan resiko kanker payudara 20% berdasarkan

riwayat keluarga

i. Setiap tahun dimulai dari umur 30 tahun

8

Page 9: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

d. Wanita dengan riwayat radiasi pada bagian dada (biasanya

untuk pengobatan hodgkin’s disease)

i. Setiap tahun dimulai sejak 8 tahun dimulainya terapi

radiasi

e. Wanita yang belum lama terdiagnosis kanker payudara dan

payudara yang kontra lateralnya normal oleh alat imaging

konvensional dan pemeriksaan fisik

i. Dilakukan skrining dengan MRI satu kali pada

payudara yang lainnya pada saat terdiagnosis

f. Dapat dipertimbangkan untuk wanita dengan resiko 15-20%

terkena kanker payudara berdasarkan riwayat personal

kanker payudara atau kanker ovarium atau terbukti secara

biopsi mempunyai neoplasia lobuler atau ADH

B. BERDASARKAN FAKTOR RESIKO

a. Resiko rata-rata

i. Mamogram rutin setiap tahun dimulai umur 40 tahun

b. Resiko tinggi

a) Carier mutasi BRCA1 atau BRCA2, Belum terbukti

sebagai carrier mutasi BRCA namun mempunyai

riwayat keluarga yang telah terbukti sebagai carrier

mutasi BRCA

b) Mammogram dan MRI rutin setiap tahun dimulai dari

usia 30 tapi tidak boleh dilakukan sebelum 25 tahun

c) Wanita dengan resiko kanker payudara 20% berdasarkan

riwayat keluarga

d) Mammogram dan MRI rutin setiap tahun dimulai dari

usia 30 tapi tidak boleh dilakukan sebelum 25 tahun,

atau 10 tahun lebih awal dari usia anggota keluarga yang

terdiagnosis kanker payudara

e) Riwayat radiasi dada pada usia antara 10-30 tahun

f) Mammogram dan MRI rutin setiap tahun dimulai sejak 8

tahuns etelah menerima terapi radiasi; mamografi tidak

dianjurkan dilakukan sebelum usia 25 tahun

9

Page 10: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

g) Riwayat personal terkena kanker payudara neoplasia

lobuler (Karsinoma invasif/DCIS) atau kanker ovarium

atau terbukti secara biopsi mempunyai neoplasia lobuler

atau ADH

h) Mammografi rutin dimulai sejak terdiagnosis; MRI dan

USG rutin setiap tahun; apabila MRI telah dilakukan

untuk menunjang mamografi, maka USG tidak perlu

dilakukan

i) Wanita dengan payudara yang padat: Selain mamografi

juga dilakukan USG untuk deteksi kanker

PEMBAHASAN

REKOMENDASI DILAKUKANNYA MAMOGRAFI

Skrining rutin tahunan dimulai pada usia 40 tahun

Bukti untuk mendukung rekomendasi skrining mamografi secara

reguler berasal dari hasil beberapa Randomized Controlled Trial (RCTs)

dilakukan di Eropa dan Amerika Utara [3-10] pada total hampir 500.000

perempuan. Pada pencobaan ini bervariasi dalam usia dan frekuensi

pemeriksaan yang dilakukan oleh responden, tetapi secara statistik

menunjukkan penurunan yang signifikan pada angka mortalitas kanker

payudara pada populasi percobaan. Secara keseluruhan berdasarkan hasil meta

analisis, terdapat penurunan angka mortalitas sebanyak 26% [11]. Studi terbaru

efek dari skrining mamografi yang rutin dilakukan telah menunjukkan manfaat

yang lebih besar [12,13]. Duffy et al [13] melaporkan penurunan 39% dalam

angka mortalitas kanker payudara dengan membandingkan periode sebelum

diperkenalkannya skrining berdasarkan populasi dengan periode sesudahnya.

Diperkirakan bahwa tiga perempat dari penurunan ini oleh karena skrining

mammografis.

Terdapat beberapa kontroversi mengenai usia ideal untuk dimulainya

skrining rutin menggunakan mamografi [14]. Pada awalnya dianjurkan untuk

dimulai pada usia menopause, namun hal ini ditentang karena efektivitas

skrining berubah pada usia 50, dan beberapa ahli menyarankan untuk tidak

melakukan skrining sebelum usia ini [15,16]. Bukti yang tersedia tidak

10

Page 11: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

mendukung pendapat tersebut. Argumen menunjukkan bahwa skrining pada

usia 50 memiliki relevansi biologis atau relevansi skrining tidak lebih dari

sebuah ketidak sesuaian analisi data semata[17,18]. Hasil RCT tidak memenuhi

kekuatan statistik untuk dilakukannya analisis subgrup, tapi hasil analisis pada

kelompok wanita usia 40-49 tahun sebagai subgrupnya menyebabkan miss-

interpretasi bahwa skrining tidak ada manfaatnya bagi kelompok usia tersebu

yang pada kenyataannya data menunjukkan bahwa mereka mendapatkan

manfaat dari dilakukannya skrining sama seperti halnya kelompok wanita

berusia 50 tahun [19-23].

Baru-baru ini the United States Preventive Services Task Force

(USPSTF), agen pemerintah independen yang terdiri dari 16 dokter dan

spesialis mengumumkan untuk merevisi rekomendasi untuk dilakukannya

skrining [24,25]. Mereka sebelumnya telah merekomendasikan skrining rutin

setiap satu sampai dua tahun dimulai pada usia 40, dan sekarang mereka

merekomendasikan pemeriksaan rutin tahunan untuk wanita berusia 40-49 dan

dua tahunan untuk wanita berusia 50-74. Mereka membuat tidak ada

rekomendasi untuk wanita berusia 74.

Dalam penelitan meta-analisis RCT mereka, terdapat penurunan 50%

angka kematian yang secara signifikan pada wanita berusia 40-49 yang

melakukan skrining tetapi menyatakan bahwa terdapat efek samping yang

terkait dengan skrining, termasuk kecemasan atas hasil positif palsu, perlu

untuk pengujian tambahan atau biopsi, dan kemungkinan overdiagnosis dan

overtreatment lebih besar daripada manfaat yang didapat. Mereka juga

menggunakan model matematis untuk memprediksi penurunan angka

mortalitas yang dicapai dengan berbagai strategi skrining dan ditentukan

melalui model ini bahwa skrining tiap dua tahun menurunkan 81% angka

kematian dan mulai usia 40 akan menurunkan angka kematian tambahan hanya

sebanyak 3% saja[26]. Mereka juga menyatakan bahwa skrining pada usia 50

akan mengorbankan 33 tahun kehidupan per 1000 wanita. Meskipun analisis

ini, mereka menyimpulkan bahwa skrining per dua tahunan yang dimulai pada

usia 50 akan mencapai manfaat yang paling disertai dengan skrining tahunan

yang dimulai pada usia 40 dengan hasil yang lebih aman.

Dalam rekomendasi mereka di tahun 2009, USPSTF menyarankan

bahwa wanita berusia 40-49 tahun mungkin ingin mempertimbangkan risiko

11

Page 12: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

pribadi untuk terjadinyan kanker payudara sebelum memutuskan untuk

berpartisipasi dalam skrining [24]. Ini juga telah disarankan oleh American

College of Physicians [27]. Rekomendasi ini tidak hanya mengabaikan fakta

bahwa skrining usia 50 tidak ada manfaatnya, tetapi tidak ada bukti langsung

bahwa skrining dengan mamografi akan mengurangi angka mortalitas

sebagaimana skrining pada populasi umum. Tak satu pun dari RCTs skrining

mamografi membagi kategori perempuan berdasarkan tingkat resiko terkena

kanker payudara. Meskipun identifikasi faktor yang meningkatkan risiko

perempuan untuk terkena kanker payudara, kebanyakan wanita yang menderita

kanker payudara tidak menunjukkan resiko lain kecuali bahwa mereka

memang seorang wanita dan umur terkena kanker. Diperkirakan bahwa sekitar

70% sampai 80% dari kanker payudara terjadi pada wanita dengan tidak ada

faktor risiko yang dapat diidentifikasi [28,29]. jika hanya berisiko tinggi wanita

yang yang beresiko tinggi yangdi skrining, mayoritas kanker payudara akan

tidak terdeteksi, karena kebanyakan kanker payudara terjadi pada populasi

yang tidak memiliki resiko.

Rekomendasi USPSTF bertemu dengan pemahaman yang sudah meluas

di antara komunitas skrining payudara. ACR dan SBI ACS dan organisasi

lainnya sangat mengkritik rekomendasi USPSTF, tidak setuju dengan

kesimpulan yang dicapai dengan analisis data yang ada mereka dan dengan

metode yang dirumuskan oleh mereka. Di tengah-tengah perdebatan tersebut,

ACR dan SBI tegas berdiri di belakang rekomendasi mereka bahwa skrining

mamografi harus dilakukan setiap tahun dimulai pada usia 40 untuk perempuan

dengan resiko rata-rata.

SKRINING DENGAN MAMOGRAFI DIGITAL

Beberapa penelitian membandingkan kinerja mamografi digital dan

teknik film-screen untuk skrining telah menemukan sensitivitas yang tepat

untuk deteksi kanker payudara [30-34]. The Digital Mammographic Imaging

Screening Trial, studi multicenter terhadap >49.000 wanita di 33 pusat di

seluruh Amerika Serikat dan Kanada, menemukan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara mamografi digital dan film layar [32]. Namun,

mammography digital secara signifikan lebih baik daripada mammography

12

Page 13: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

analog di perempuan premenopausal dan perimenopausal, dan mereka dengan

payudara yang padat [32,34]. Untuk para perempuan ini, mammography digital

lebih dianjurkan. Namun, hasil penelitian RCT menunjukkan penurunan angka

kematian dari skrining mammography adalah berdasarkan film-screen

mammography, dan ACR dan SBI merasa bahwa perempuan harus

melanjutkan skrining secara rutin , bahkan jika tidak ada teknologi

mammography digital di dalam sekitar mereka.

SKRINING MENGGUNAKAN MAMMOGRAFI PADA WANITA USIA

DIBAWAH 40

Randomized Controlled Trial belum dilakukan untuk menguji dampak

dari skrining mammographic terhadap penurunan angka mortalitas pada

perempuan beresiko tinggi dari segala usia, termasuk mereka yang berusia < 40

namun, jika tingkat risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita beresiko

tinggi berusia < 40tahun sama atau lebih besar daripada tingkat risiko

perempuan 40 tahun, hal ini wajar untuk menawarkan skrining bagi perempuan

yang lebih muda. Karena tidak terdapat data mengenai usia ideal untuk

memulai skrining menggunakan mammografi pada wanita yang beresiko tinggi

terkena kanker payudara, rekomendasinya didasarkan pada opini konsensus

anggota ACR Breast Imaging Commision dan SBI. Hasil penelitian tentang

resiko yang berkaitan dengan berbagai kondisi akan dijelaskan selanjutnya.

Wanita yang telah mengalami konservasi payudara memiliki tingkat

kekambuhan pada payudara yang sudah mendapatkan perawatan 0,5% sampai

1% per tahun [35]. Risiko untuk semua wanita dengan riwayat pribadi kanker

payudara (di semua usia) untuk terkena kedua kanker adalah 5% sampai 10%

dalam dekade pertama setelah diagnosis [36]. Untuk setiap perempuan dengan

riwayat kanker payudara, pemeriksaan mammografi harus dilakukan setiap

tahun setelah diagnosis kanker payudara, dengan tidak ada batasan usia pasien.

Wanita dengan riwayat pribadi mengidap kanker ovarium mempunyai

3sampai 4 kali peningkatan resiko untuk terjadinya kanker payudara [37], dan

menurut pendapat SBI dan ACR bahwa skrining dengan mammografi

seharusnya dilakukan setiap tahun setelah mereka terdiagnosis kanker ovarium.

13

Page 14: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

Wanita dengan riwayat radiasi pada mediastinum mempunyai resiko

yang meningkat untuk terkena kanker payudara oleh karena radiasi yang secara

langsung ke bagian dada mereka. Kelompok plaing besar terkena adalahwanita

dengan penyakit Hodgkin dengan terpai radiasi. Telah diketahui bahwa resiko

relatif untuk terjadinya kanker payudara pada wanita adalah tinggi,

diperkirakan antara 4 sampai 75 kali. Dalam suatu penelitian, 35% perempuan

dengan radiasi mediastinum dengan Hodgkin’s disease menyebabkan kanker

payudara pada usia 40 [40]. Kanker payudara telah terdiagnosis 10 tahun

setelah Hodgkin’s disease telah disembuhkan. Oleh karena itu,skrining

mammographic dianjurkan dimulai sejak 8-10 tahun setelah pengobatan tetapi

tidak boleh dilakukan sebelum usia 25 [43,44].

histopatologi yang beresiko tinggi ditemukan pada saat biopsi payudara

merupakan perubahan premalignant dan menyebabkan peningkatan risiko

untuk terjadinya kanker payudara, termasuk lobular neoplasia dan ADH.

Diindikasikan untuk skrining mamografi setelah terdiagnosis penyakit

keganasan tersebut.

Karsinoma lobular insitu ditemukan pada sekitar 1% dari biopsi

payudara. Hal ini terkait dengan 6% dari kanker payudara. Sembilan puluh

persen perempuan yang didiagnosis dengan karsinoma lobular in situ adalah

wanita dengan usia premenopause. Risiko untuk kanker payudara diperkirakan

0,5% sampai 1.0% per tahun [45], dan kanker payudara dapat terjadi pada

kedua payudara. Mamografi rutin tahunan dan pengawasan klinis telah

mengurangi angka kematian pada tingkat yang sebanding dengan yang dicapai

dengan mastektomi bilateral. Wanita seharusnya melakukan skrining dengan

mamografi setiap tahun setelah didiagnosis karsinoma lobular in situ.

Hiperplasia duktus atipikal adalah lesi prekursor terjadinya DCIS. Hal tersebut

Memiliki risiko relatif sebesar 7.0 terjadinya kanker payudara bagi perempuan

berusia 20 sampai 30 tahun; untuk wanita dengan riwayat keluarga positif,

risiko meningkat untuk 9.7 [46]. Rata-rata watu untuk berkembangnya menjadi

kanker adalah 8,2 tahun. Wanita wanita tersebut seharusnya melakukan

skrining setiap tahun setelah diagnosis penyakit diatas ditegakkan.

Beberapa gen dan banyak mutasi bertanggung jawab untuk kanker

payudara herediter. Hal yang paling banyak terjadi adalah mutasi-mutasi pada

gen BRCA. Mutasi BRCA1 menyumbang 19% risiko untuk kanker payudara

14

Page 15: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

pada usia 40, dengan risiko seumur hidup diperkirakan setinggi 85%. Mutasi-

mutasi kepada BRCA2 menyumbangkan resiko yang serupa, meskipun kanker

tampaknya berkembang di waktu-waktu laten pada perempuan. Kedua gen juga

meningkatkan risiko kanker ovarium, dan risiko ini juga harus sedini mungkin

ditanggapi oleh perempuan. Perempuan dengan mutasi pada gen tersebut

memiliki risiko untuk terjadinya kanker payudara berkembang dibandingkan

dengan rata-rata 40-tahun-wanita tua di usia muda [47]. Menurut para ahli

konsensus, skrining wanita ini tidak harus dimulai sebelum usia 25, karena

kanker payudara jarang terjadi pada usia tersebut. Jaringan payudara pada

wanita sangat muda adalah padat dan sulit untuk dilakukan skrining, dan

jaringan payudara pada wanita muda sangat peka terhadap radiasi. Usia

optimal untuk memulai skrining pada perempuan berisiko tinggi belum

ditetapkan. Kebanyakan, program skrining menggunakan Mamografi dan MRI

di luar pemerintahan Amerika Serikat adalah untuk usia 25 atau 30, kadang-

kadang dengan penambahan USG.

Gen PTEN, terkait dengan sindrom Cowden, gen p53 dari sindrom Li-

Fraumeni, dan sindrom Muir-Torres (MSH2 dan MLH1 gen) adalah jarang dan

tampaknya meningkatkan risiko kanker payudara [48]. Risiko juga meningkat

di sindrom Peutz-Jeghers (STK11 gen), meskipun secara pasti, risiko tidak

dapat dihitung. Karena kelangkaan sindrom dan kekurangan pengalaman klinis

dengan skrining mamografis pada kelompok wanita tersebut, rekomendasi

untuk skrining dini tidak dapat dilakukan pada saat ini.

Pada Usia Berapakah Skrining Kanker Payudara dapat Dihentikan?

Tidak ada satu pun penelitian yang menyertakan kelompok usia

>74tahun. Konskuensinya, tidak terdapat data yang menunjukan adanya

penurunan angka mortalitasuntuk wanita > 74 tahun.t Namun, tidak ada alasan

yang menyatakan bahwa skrining mammographic akan menjadi kurang efektif

dilakukan pada wanita yang lebih tua. Telah terbukti bahwa sensitivitas dan

nilai prediktif positif mamografi dalam mendiagnosis payudara Kanker

meningkat dengan bertambahnya usia [19,49,50]. Studi retrospektif pada

>690,000 wanita yang berusia antara 66-79 tahun, insidensi metastatis kanker

payudara menurun sampai 43% pada wanita yang melakukan skrining.

15

Page 16: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

Meskipun angka kematian yang sebenarnya dari kanker payudara tidak dapat

diketahui dari penelitian ini, kanker payudara yang bermetastatis sepertinya

berpengaruh terhadap angka mortalitas dan efektifitas skrining pada kelompok

usia tua

Sudah menjadi konsensus umum bahwa keuntungan dari deteksi

diniseharusnya diakukan untuk menghindari resiko terjadinya hasil positif

palsu, kualitas hidup, dan harapan hidup pasien. dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa butuh 5-7 tahun untukmembuktikan bahwa skrining dini

dapat menurunkan angka mortalitas. Wanita sehat berusia 70-74 tahun

mempunyai harapan hidup lebih panjang 13,4 tahun [53]. Angka harapan

hiduppada wanita dengan usia 75-79 tahun diperkirakan sekitar 10 tahun, dan 8

tahun bagi wanita berusia 80-84 tahun, 6,6 tahun bagi wanita berusia>85 tahun.

Tetapi, perempuan dari usia tersebut yang memiliki masalah kesehatan

mungkin memiliki angka harapan hidup yang lebih pendek. Oleh karena itu,

batas umur atas yang universal untuk dilakukannya skrining mamografi tidak

dapat ditentukan. Dalam memutuskan siapa saja yang harus melakukan

skrining, tampaknya masuk akal untuk memperhitungkan harapan hidup wanita

berdasarkan umur, kondisi komorbiditas, serta preferensi pribadi mengenai

manfaat potensial untuk mendiagnosa kanker payudara yang tersembunyi

versus kerugian dari uji tambahan skrining mamografi.

Mengingat bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat seiring usia,

ACR dan SBI menunjukkan bahwa skrining dengan mamografi harus terus

dilanjutkan selama seorang wanita memiliki harapan hidup dari 5-7 tahun

berdasarkan usia dan kesehatan status, bersedia untuk menjalani pengujian

tambahan termasuk biopsi, jika ditunjukkan oleh temuan pada mamografi, dan

dirawat untuk kanker payudara jika didiagnosis pasti

SKRINING RESIKO TINGGI.

Penilaian Resiko

Ada berbagai alat penilaian risiko yang tersedia untuk menghitung

risiko terjadinya kanker payudarapada wanita, termasuk Gail, Claus,

BRCAPRO, Breast and Ovarian Analysis of Disease Incidence and Carrier

Estimation Algorithm (BODAICEA), dan model Tyrer-Cuzick [54-58]. Setiap

model ini didasarkan pada set data dan faktor risiko yang berbeda. Model

16

Page 17: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

pertama yang digunakan adalah model Gail, yang mencakup ras, usia

menarche, usia saat kelahiran hidup pertama, jumlah biopsi payudara

sebelumnya dan jumlah kerabat yang didiagnosis dengan kanker payudara [54].

Ini adalah model yang tersedia di National Cancer Institute’s online dan salah

satu yang digunakan dalam sistem pelaporan mamografi otomatis. Model Gail

adalah satu-satunya model-model penilaian risiko yang telah diakui bagi

perempuan Amerika Afrika serta serta wanita kulit putih. Namun, model ini

tidak mempertimbangkan usia pada diagnosis kerabat tingkat pertama,

traumatik atau kerabat tingkat dua dan tidak dianjurkan oleh ACS untuk

digunakan dalam menilai apakah seorang wanita harus menerima tambahan

screening dengan MRI.

Claus model didasarkan pada jumlah Keluarga dengan kanker

payudara, kerabat yang memiliki kanker payudara, dan usia pada diagnosis

kerabat ini [55], termasuk juga riwayat keluarga dari ayah tetapi hanya berisi

informasi hanya dari wanita kulit putih.

Model BRCAPRO menentukan probabilitas apakah seorang wanita

membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 [56]. Model ini didasarkan pada

apakah wanita memiliki sejarah pribadi kanker payudara atau sejarah payudara

atau kanker ovarium nya kerabat tingkat pertama dan tingkat dua. Itu juga

mempertimbangkan faktor keturunan yahudi Ashkenazi.

Model BOADICEA juga digunakan untuk memperkirakan

kemungkinan wanita membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 sama halnya

dengan resiko terjadinya kanker ovarium atau payudara[57].

Model Tyrer-Cuzick memperhatikan riwayat keluarga dan reproduksi

termasuk keturunan Yahudi Ashkenazi, dan faktor lain seperti rf tinggi dan

berat [58]. Tak satu pun dari model memasukkan kepadatan payudara sebagai

faktor. Hasil dari penilaian risiko dapat bervariasi, tergantung pada model

digunakan. Karena kompleksitas ini, wanita yang berpotensimempunyai risiko

tinggi untuk kanker payudara diberikan penilaian yang dilakukan oleh

profesional kesehatan terlatih. Namun, bagi beberapa perempuan, ahli

Radiologi mereka mungkin menjadi penyedia layanan kesehatan yang paling

mewaspadai kemungkinan bahwa mereka mempunyai faktor resiko yang

meningkat untuk kanker payudara. Informasi ini disampaikan kepada pasien

sehingga risiko yang dinilai sesuai penilaian, konseling, skrining, dan pilihan

17

Page 18: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

pencegahan dapat ditentukan. Ahli Radiologi dianjurkan untuk memiliki

pemahaman dasar tentang penilaian risiko untuk memahami ketika permintaan

untuk pemeriksaan skrining yang mungkin atau mungkin tidak sesuai. Review

yang sangat bagus dari skrining berisiko tinggi wanita baru saja diterbitkan

oleh Berg [59] dan menyediakan landasan dan gagasan yang rasional untuk

masalah ini.

Skrining Payudara Menggunakan MRI

Bagi para perempuan dengan resiko tinggi untuk terjadinya kanker

payudara, dibutuhkan teknologi yang lebih baru. Baru-baru ini ACS

mengeluarkan pernyataan rekomendasi untuk skrining dengan menggunakan

MRI bagi wanita yang beresiko tinggi. ACR dan SBI mendukung rekomendasi

yang dikeluarkan ACS tersebut. Beberapa percobaan prospektif skrining MRI

dengan resiko terdapat riwayat keluarga yang mempunyai kanker payudara

telah diketahui terdapat peningkatan deteksi kanker payudara dibanding dengan

skrining menggunakan mammografi [60-65]. Semua studi tersebut

menunjukkan sensitivitas lebih tinggi untuk skrining payudara dengan

menggunakan MRI dibandingkan dengan mamografi dan USG payudara dalam

kelompok wanita beresiko tinggi, sehingga ACR SBI menyarankan skrining

MRI dilakukan setiap tahun selain mamografi tahunan untuk wanita dengan

>20% resiko seumur hidup terkena kanker payudara.

Sebagai tambahan bagi para pengidap mutasi BCA1 atau BRCA2,

riwayat keluarga yang mempunyai predisposisi genetik untuk kanker payudara

termasuk >2 kerabat dengan kanker payudara, riwayat keluarga dengan kanker

payudara premenopaus, penderita kanker payudara dan ovarium, keluarga yang

mempunyai lebih dari 1 jenis kanker, dan laki-laki yang mempunyai kanker

payudara. Sampai saat ini masih jadi sebuah pertanyaan bahwa wanita yang

memiliki resiko 15% sampai 20% kanker payudara, seperti orang-orang dari

hasil biopsi dikethui menderita lobular neoplasia, ADH atau kanker payudara

sebelumnya, harus melakukan skrining dengan MRI. Dalam pedoman terbaru,

ACS tidak merekomendasikan untuk dilakukan atau tidak dilakukannya

skrining pada perempuan dalam kelompok ini [2]. Sehingga biasanya bagi

18

Page 19: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

fasilitas imaging independen pada saat memutuskan untuk tidak dilakukan atau

dilakukan skrining adalah setelah berkonsultasi dengan dokter.

ACR dan SBI menyetujui pedoman ACS bahwa skrining menggunakan

MRI kurang sesuai bagi perempuan resiko <15% menderita kanker payudara.

Hal ini penting untuk menekankan bahwa MRI payudara tidak

dimaksudkan untuk menggantikan mamografi. Ada kasus, terutama DCIS,

yang dapat dideteksi dengan mamografi tetapi tidak dengan MRI. Dalam

melakukan skrining MRI dan mamografi, mereka dapat dilakukan secara

bersamaan atau bergantian selama 6 bulan. Keuntungan dari metode tersebut

adalah pasien melakukan variasi jenis skrining setiap 6 bulan. Keuntungan dari

skrining yang dilakukan bersaman adalah bahwa dapat dicari korelasi antara

dua hasil pemeriksaan, terutama jika ada kelainan pada salah satu dari studi.

Waktu pemeriksaan skrining, apakah mereka harus dilakukan bersamaan atau

bergantian,akan ditentukan oleh fasilitas penyedia layanan skrining.

Untuk wanita dengan kanker payudara baru terdiagnosis, ada bukti

bahwa satu kali skrining payudara kontralateral dengan MRI pada saat

diagnosis akan mendeteksi keganasan lain yang tersembunyi pada sekitar 3%

hingga 9% dari wanita-wanita tersebut [66-68].

Penambahan MRI payudara pada algoritma skrining untuk perempuan

dengan risiko terbesar untuk terkena kanker payudara menambah biaya yang

cukup besar. Hasil penelitian menyarankan bahwa bagi mereka dengan risiko

tinggi, pembawa mutasi BRCA1, menambahkan pemerikasaan dengan MRI

selain dilakukannya mamografi meningkatkan biaya skrining > $50.000 per

kanker [69]. Biayanya meningkat jauh karena manfaatnya mengurangi risiko

untuk terjadinya kanker. Diperkirakan pada wanita dengan penurunan risiko

setelah menjalani MRI, kemungkinan adalah hasil positif palsu biopsi dan

parameter lainnya. Hal tersebut menjadi alasan untuk membatasi skrining MRI

untuk para wanita dengan resiko tinggi terkena kanker payudara.

Skrining dengan USG

Beberapa makalah dari institusi skrining payudara melaporkan bahwa

USG payudara pada wanita dengan payudara yang padatdan mammogram

negatif dan pemeriksaan klinis meningkatkan deteksi kanker 2,8 untuk 4,6

19

Page 20: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

kanker per 1.000 perempuan [70-74]. Baru-baru ini dilakukan penelitian

tentang skrining USG payudara multi-institutional disponsori yang oleh

ACRIN, termasuk wanita yang tidak hanya punya berpayudara padat tapi juga

yang mempunyai resiko terkena kanker payudara [75]. Penelitian ini

melaporkan hasil yang serupa dengan penelitian single-institutiyang diketahui

deteksi kankernya berada pada tingkat 4.2 per 1.000 perempuan yang

diskrining. Dalam semua dari penyelidikan tersebut, kanker payudara

terdeteksi oleh usg dikethaui hanyalah kanker invasif yang ringan, dengan

proporsi kakus node-negatif yang tinggi.

Pada peluncuran pertama hasil penelitian ACRIN, perhatian lebih lebih

banyak ditujukan pada wanita berpayudara padat. Kepadatan payudara telah

ditunjukkan oleh beberapa penelitian sebagai faktor risiko independen untuk

munculnya kanker payudara, dengan risiko relatif untuk wanita dengan

payudara paling padat adalah 2 hingga 6 kali dibandingkan wanita dengan

payudara yang kurang padat [76-78]. Ada beberapa kontroversi atas metologi

penelitian tersebut, memunculkan pertanyaan mengenai hubungan antara

kepadatan dan risiko [79]. Namun, sebelumnya telah diketahui bahwa

sensitivitas mamografi lebih rendah pada wanita dengan payudara yang padat,

dan terlepas dari apakah wanita dengan payudara padat berada pada tingkat

resiko yang tinggi atau tidak, telah menunjukkan bahwa penggunaan USG

tambahan menghasilkan deteksi kanker yang tersembunyi.

Ada beberapa tantangan yang terkait dengan pengadopsian secara luas

dari pemeriksaan USG. Semua penelitian dengan menggunakan USG telah

melaporkan tingkat positif palsu tinggi. Dalam penelitian ACRIN, di mana ahli

Radiologi berpengalaman yang mengkhususkan diri dalam skrining yang

mengikuti protokol standar, tingkat biopsi positif adalah 8,8%, atau 6,7% jika

aspirasi kista dimasukkan ke dalam kasus biopsi. Pemeriksaan USG dilakukan

oleh ahli Radiologi, dengan waktu pemeriksaan antara 10 sampai 20 menit.

Beberapa studi yang membandingkan penggunan mamografi, breast

ultrasound, dan MRI payudara untuk skrining dilaporkan memiliki sensitivitas

yang tinggi pada penggunan MRI untuk deteksi kanker pada wanita berisiko

tinggi [61,63,80]. Melakukan skrining tambahan dengan USG tidak

memberikan manfaat lain dibandingkan skrining mamografi dan MRI. Namun,

pemeriksaan USG mungkin memiliki peran sebagai alat skrining tambahan

20

Page 21: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

untuk perempuan yang berisiko tinggi yang memiliki kontraindikasi MRI atau

bagi mereka dengan tingkat risiko yang tidak mencapai tingkat yang

direkomendasikan untuk skrining MRI oleh ACS.

Secara Jelas hal diatas menjadi kekurangan dari ahli Radiologi yang

melakukan imaging payudara pada semua wanita dengan payudara padat

yanghanya sebagai satu-satunya faktor risiko untuk menjalani pemeriksaan

USG tambahan. Isu yang berkaitan dengan reproduktibilitas, hasil positif palsu

yang tinggi, nilai prediktif positif yang rendah untuk rekomendasi biopso,

ketergantungan terhadap operator, ketidakmampuan untuk mencitrakan DCIS

secara umumnya, dan kurangnya terhdapat penemuan lesi yang solid dan

kompleks pada biopsi telah mengakibatkan kegagalan penerimaan luas dari

USG payudara [81]. Karena sensitivitas yang tinggi ditunjukkan bagi wanita

yang beresiko tinggi, kekurangan yang berkaitan dengan USG dan kendala dari

sejumlah ahli Radiologi yang melakukan pencitraan payudara, menjadikan

banyak fasilitas dan institusi memilih untuk tidak menawarkan pemeriksaan

USG. ACR dan SBI sendiri mempertimbangkan hal tersebut sebagai pilihan

didalam standar perawatan yang berlaku.

Skrining dengan teknologi imaging lainnya

Tidak terdapat hasil penelitian dalam skala besar yang dipublikasikan

yang mendukung penggunaaan secara rutin teknologi imaging lainnya, seperti

termografi, sestimibi, PET, transluminasi, electrical impedannce scanning, atau

pencitraan optikal untuk skrining kanker payudara. Dari berbagai teknologi

diatas, baru thermografi yang sedang diteliti secara luas. Awalnya teknologi ini

diteliti oleh the Breast Cancer Detection Demonstration Project tapi kemudian

di stop setelah diketahui hanya menunjukkan sensitivitas yang rendah (43%)

pada deteksi kanker payudara. ACR dan SBI tidak menggunakan thermografi

atau teknologi lainnya sebagai modalitas untuk skrining kanker payudara.

21

Page 22: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami berterima kasih atas partisipasi Dr Robert Smith dari ACS dan

anggota SBI dalam merumuskan rekomendasi diatas. Kami juga mengucapkan

terima kasih atas bantuan Pamela Wilcox dari ACR dan Michele Wittling dari

SBI, tanpa bantuannya dokumen ini tidak akan mungkin selesai.

22

Page 23: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Smith RA, Saslow D, Sawyer KA, et al. American Cancer Society

guidelines for breast cancer screening: update 2003. CA Cancer J Clin

2003; 53:141-69.

2. Saslow D, Boetes C, Burke W, et al. American Cancer Society guidelines

for breast screening with MRI as an adjunct to mammography. CA Cancer

J Clin 2007;57:75-89.

3. Verbeek ALM, Hendricks JHCL, Holland R, Mravunac M, Sturmans F.

Screening and breast cancer mortality, age specific effects in Nijmegen

project, 1975-82. Lancet 1985;l:865-6.

4. Shapiro S, Venet W, Strax P, Venet L. Periodic screening for breast

cancer: the Health Insurance Plan Project and its sequelae, 1963-1986.

Baltimore, Md: Johns Hopkins University Press; 1988.

5. Nystrom L, Rutqvist LE, Wall S, et al. Breast cancer screening with

mammography: overview of Swedish randomized trials. Lancet 1993;

341:973-8.

6. Roberts MM, Alexander FE, Anderson TJ, et al: Edinburgh trial of

screening for breast cancer: mortality at seven years. Lancet 1990;335:

241-6.

7. Miller AB, Baines CJ, To T, et al. Canadian national breast screening

study: 1: breast cancer detection and death rates among women aged 40 to

49 years. CMAJ 1992;147:1459-76.

8. Miller AB, Baines CJ, To T, et al. Canadian national breast screening

study: 2: breast cancer detection and death rates among women aged 50 to

59 years. CMAJ 1992;147:1477-88.

9. Moss SM, Summerley ME, Thomas BT, Ellman R, Chamberlain JOP. A

case-control evaluation of the effect of breast cancer screening in the

United Kingdom trial of early detection of breast cancer. J Epidemiol

Commun Health 1992;46:362-4.

10. Otto SJ, Fracheboud J, Looman CWN, et al; National Evaluation Team

for Breast Cancer Screening. Initiation of population-based

mammography screening in Dutch municipalities and effect on breast-

cancer mortality: a systematic review. Lancet 2003;361:411-7.

23

Page 24: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

11. Kerlikowske K, Grady D, Rubin SM, et al. Efficacy of screening

mammography. A metaanalysis. JAMA 1995;273:149-54.

12. Tabar L, Vitak B, Tony HH, Yen MF, Duffy SW, Smith RA. Beyond

randomized controlled trials: organized mammographic screening

substantially reduces breast carcinoma mortality. Cancer 2001;91:1724-

31.

13. Duffy SW, Tabar L, Chen H, et al. The impact of organized

mammography service screening on breast carcinoma mortality in seven

Swedish counties. Cancer 2002;95:458-69.

14. Fletcher SW. Breast cancer screening among women in their forties: an

overview of the issues. J Natl Cancer Inst Monogr 1997;22:5-9.

15. Shapiro S. Screening: assessment of current studies. Cancer 1994;74: 231-

8.

16. Sox H. Screening mammography in women younger than 50 years of age.

Ann Inter Med 1995;122:550-2.

17. Kopans DB. Informed decision making: age of 50 is arbitrary and has no

demonstrated influence on breast cancer screening in women. AJR Am J

Roentgenol 2005;185:177-82.

18. Kopans DB, Moore RH, McCarthy KA, et al. Biasing the interpretation of

mammography screening data by age grouping: nothing changes abruptly

at age 50. Breast J 1998;4:139-45.

19. Kerlikowske K, Grady D, Barclay J, Sickles EA, Eaton A, Ernster V.

Positive predictive value of screening mammography by age and family

history of breast cancer. JAMA 1993;270:2444-2450.

20. Evans AJ, Kutt E, Record C, Waller M, Moss S. Radiological findings of

screen-detected cancers in a multi-centre randomized, controlled trial of

mammographic screening in women from age 40 to 48 years. Clin Radiol

2006;61:784-8.

21. de Koning HJ, Boer R, Warmerdam PG, Beemsterboer PMM, van der

Maas PJ. Quantitative interpretation of age-specific mortality reductions

from the Swedish breast cancer-screening trials. J Natl Cancer Inst 1995;

87:1217-23.

24

Page 25: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

22. Hendrick RE, Smith RA, Rutledge JH, Smart CR. Benefit of screening

mammography in women ages 40-49: a new meta-analysis of randomized

controlled trials. Monogr Natl Cancer Inst 1997;22:87-92.

23. Moss SM, Cuckle H, Evans A, Johns L, Waller M, Bobrow L. Effect of

mammographic screening from age 40 years on breast cancer mortality at

10 years’ follow-up: a randomised controlled trial. Lancet 2006;368:2053-

60.

24. U.S. Preventive Services Task Force. Screening for breast cancer: U.S.

Preventive Services Task Force recommendation statement. Ann Intern

Med 2009;151:716-26.

25. Nelson HD, Tyne K, Naik A, Bougatsos C, Chan BK, Humphrey L.

Screening for breast cancer: An update for the U.S. Preventive Services

Task Force. Ann Inter Med 2009;151:727-37.

26. Mandelblatt JS, Cronin KA, Bailey D, et al. Effects of mammography

screening under different screening schedules: Model estimates of

potential benefits and harms. Ann Intern Med 2009;151:738-47.

27. Qaseem A, Snow V, Sherif K, Aronson M, Weiss KB, Owens DK, for the

Clinical Efficacy Assessment Subcommittee of the American College of

Physicians. Screening mammography for women 40 to 49 years of age: a

clinical practice guideline from the American College of Physicians. Ann

Intern Med 2007;146;511-5.

28. Burstein HJ, Harris JR, Morrow M. Malignant tumors of the breast. In:

Devita VT, Lawrence TS, Rosenberg SA, eds. Cancer: principles and

practice of oncology. 8th ed. Philadelphia: Lippincott, Williams &

Wilkins; 2008:1606-54.

29. Seidman H, Stellman SD, Mushinski MH. A different perspective on

breast cancer risk factors: some implications of nonattributable risk. CA

Cancer J Clin 1982;32:301-13.

30. Lewin JM, D’orsi CJ, Hendrick RE, et al. Clinical comparison of full-field

digital mammography and screen-film mammography for detection of

breast cancer. AJR Am J Roentgenol 2002;179:671-7.

31. Skaane P, Skjennald A, Young K, et al. Follow up and final results of the

Oslo I study comparing screen-film mammography and full-field digital

mammography with soft copy reading. Acta Radiol 2005;46:679.

25

Page 26: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

32. Pisano ED, Gatsonis C, Hendrick E, et al. Diagnostic performance of

digital versus film mammography for breast cancer screening. N Engl J

Med 2005;353:1773-83.

33. Skaane P, Hofvind S, Skjennald A. Randomized trial of screen-film

versus full- field digital mammography with soft-copy reading in

population based screening program: follow-up and final results of Oslo II

study. Radiology 2007;244:708-17.

34. Pisano ED, Hendrick RE, Yaffe MJ, et al. Diagnostic accuracy of digital

versus film mammography: exploratory analysis of selected population

subgroups in DMIST. Radiology 2008;246:376-83.

35. Dershaw DD. Breast imaging and the conservative treatment of breast

cancer. Radiol Clin N Am 2002;40:501-16.

36. Fowble B, Hanlon A, Freeman G, et al. Second cancers after conservative

surgery and radiation for stages I-II breast cancer: identifying a subset of

women at increased risk. Int J Radiat Oncol Biol Phys 2001;51:679-90.

37. Travis LB, Curtis RE, Boice JD, et al. Second malignant neoplasms

among long-term survivors of ovarian cancer. Cancer Res 1996;56:1564-

90.

38. Yahalom J, Petrek JA, Bidinger P, et al. Breast cancer in patients

irradiated for Hodgkin’s disease: a clinical and pathological analysis of 45

events in 37 patients. J Clin Oncol 1992;10:1674-81.

39. Hancock SL, Tucker MA, Hoppe RT. Breast cancer after treatment of

Hodgkin’s disease. J Natl Cancer Inst 1993;85:25-31.

40. Bhatia S, Robison LL, Oberlin O, et al. Breast cancer and other second

neoplasms after childhood Hodgkin’s disease. N Engl J Med 1996;334:

745-51.

41. Wolden SL, Hancock SL, Carlson RW, Goffinet DR, Jeffrey SS, Hoppe

RT. Management of breast cancer after Hodgkin’s disease. J Clin Oncol

2000;18:765-72.

42. Travis LB, Hill DA, Dores GM, et al. Breast cancer following

radiotherapy and chemotherapy among young women with Hodgkin

disease. JAMA 2003;290:465-75.

26

Page 27: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

43. Dershaw DD, Yahalom J, Petrek JA. Mammography of breast carcinoma

developing in women treated for Hodgkin’s disease. Radiology 1992;184:

421-3.

44. Henderson TO, Amsterdam A, Bhatia S, et al. Narrative review:

surveillance for breast cancer in women treated with chest radiation for a

childhood, adolescent or young adult cancer. In press.

45. Arpino G, Laucirica R, Elledge RM. Premalignant and in situ breast

disease: biology and clinical implications. Ann Intern Med 2005;143:446-

57.

46. Page DL, Dupont WE, Rogers LW, Rados MS. Atypical hyperplastic

lesions of the female breast: a long-term follow-up study. Cancer 1985;

55:2698-708.

47. Burke W, Daly M, Garber J, et al. Recommendations for follow-up care

of individuals with an inherited predisposition to cancer II. BRCA1 and

BRCA2. JAMA 1997;277:997-1003.

48. Garber JE, Offit K. Hereditary cancer predisposition syndromes. J Clin

Oncol 2005;23:276-92.

49. Kerlikowske K, Grady D, Barclay J, et al. Effect of age, breast density,

and family history on the sensitivity of first screening mammography.

JAMA 1996;276:33-8.

50. Kopans DB, Moore RH, McCarthy KA. Positive predictive value of breast

biopsy performed as a result of mammography: there is no abrupt change

at age 50 years. Radiology 1996;200:357-60.

51. Smith-Bindman R, Kerlikowske K, Gebretsadik T. Is screening

mammography effective in elderly women? Am J Med 2000;108:112-9.

52. Kerlikowske K, Salzmann P, Phillips KA, et al. Continuing screening

mammography in women aged 70 to 79 years—impact on life expectancy

and cost-effectiveness. JAMA 1999;282:2156-63.

53. Mandelblatt JS, Wheat ME, Monane M. Breast cancer screening for

elderly women with and without comorbid conditions—a decision

analysis model. Ann Intern Med 1992;116:722-30.

54. Gail MH, Brinton LA, Byar DP, et al. Projecting individualized

probabilities of developing breast cancer for white females who are being

examined annually. J Natl Cancer Inst 1989;81:1879-86.

27

Page 28: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

55. Claus EB, Risch N, Thompson WD. Autosomal dominant inheritance of

early-onset breast cancer. Implications for risk prediction. Cancer 1994;

73:643-51.

56. Berry DA, Iversen ES Jr, Gudbjartsson DF, et al. BRCAPRO validation,

sensitivity of genetic testing of BRCA1/BRCA2, and prevalence of other

breast cancer susceptibility genes. J Clin Oncol 2002;20:2701-12.

57. Antoniou AC, Cunningham AP, Peto J, et al. The BOADICEA model of

genetic susceptibility to breast and ovarian cancers: updates and

extensions. Br J Cancer 2008;98:1457-66.

58. Tyrer J, Duffy SW, Cuzick J. A breast cancer prediction model

incorporating familial and personal risk factors. Stat Med 2004;23:1111-

30.

59. Berg WA. Tailored supplemental screening for breast cancer: what now

and what next? AJR Am J Roentgenol 2009;192:390-9 Kriege M,

Brekelmans CT, Boetes C, et al. Efficacy of MRI and mammography for

breast-cancer screening in women with familial or genetic predisposition.

N Engl J Med 2004;351:427-37.

60. Warner E, Plewes DB, Hill KA, et al. Surveillance for BRCA 1and BRCA

2 mutation carriers with magnetic resonance imaging, ultrasound

mammography, and clinical breast examination. JAMA 2004;292:1317-

25.

61. Leach MO, Boggis CR, Dixon AK, et al. Screening with magnetic

resonance imaging and mammography of aUKpopulation at high familial

risk of breast cancer: a prospective multicentre cohort study. Lancet

2005;365:1769-78.

62. Kuhl C, Schrading S, Leutner CC, et al. Mammography, breast

ultrasound, and magnetic resonance imaging for surveillance of women at

high familial risk for breast cancer. J Clin Oncol 2005;23:8469-76.

63. Lehman CD, Blume JD, Weatherall P, et al. Screening women at high risk

for breast cancer with mammography and magnetic resonance imaging.

Cancer 2005;103:1898-905.

64. Sardanelli F, Podo F, D’Agnolo G, et al. Multicenter comparative

multimodality survey of women at genetic-familial high risk for breast

28

Page 29: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

cancer (HIBCRIT study): preliminary results. Radiology 2007;242:698-

715.

65. Lee SG, Orel SG, Woo IJ, et al.MRimaging screening of the contralateral

breast in patients with newly diagnosed breast cancer: preliminary results.

Radiology 2003;226:773-8.

66. Liberman L, Morris EA, Kim CM, et al. MR imaging findings in the

contralateral breast of women with recently diagnosed breast cancer. AJR

Am J Roentgenol 2003;180:333-41.

67. Lehman CD, Gatsonis C, Kuhl CK, et al. MRI evaluation of the

contralateral breast in women with recently diagnosed breast cancer. N

Engl J Med 2007;356:1295-303.

68. Griebsch I, Brown J, Boggis C, et al. Cost effectiveness of screening with

contrast enhanced magnetic resonance imaging vs X-ray mammography

of women at a high familial risk of breast cancer. Br J Cancer 2006;95:

801-10.

69. Gordon PB, Goldenberg SL. Malignant breast masses detected only by

ultrasound. A retrospective review. Cancer 1995;76:626-30.

70. Kaplan SS. Clinical utility of bilateral whole-breast US in the evaluation

of women with dense breast tissue. Radiology 2001;221:641-64.

71. Kolb TM, Lichy J, Newhouse JH. Comparison of the performance of

screening mammography, physical examination, and breast US and

evaluation of factors that influence them: an analysis of 27,825 patient

evaluations. Radiology 2002;225:165-75.

72. Buchberger W, Niehoff A, Obrist P, DeKoekkoek-Doll P, Dunser M.

Clinically and mammographically occult breast lesions: detection and

classification with high resolution sonography. Semin Ultrasound CT MR

2000;21:325-36.

73. Crystal P, Strano SD, Shcharynski S, Koretz MJ. Using sonography to

screen women with mammographically dense breasts. AJR Am J

Roentgenol 2003;181:177-82.

74. Berg WA, Blume JD, Cormack JB, et al. Combined screening with

ultrasound and mammography vs mammography alone in women at

elevated risk of breast cancer. JAMA 2008;299:2151-63.

29

Page 30: Jurnal Skrining Breast Cancer.docx

75. Harvey JA, Bovbjerg VE. Quantitative assessment of mammographic

breast density: relationship with breast cancer risk. Radiology 2004;230:

29-41.

76. Boyd NF, Guo H, Martin LJ, et al. Mammographic density and the risk

and detection of breast cancer. N Engl J Med 2007;356:227-36.

77. McCormack VA, dos Santos Silva I. Breast density and parenchymal

patterns as markers of breast cancer risk: a meta-analysis. Cancer Epidem

Biomarkers Prev 2006;15:1159-69.

78. Kopans DB. Basic physics and doubts about the relationship between

mammographically determined tissue density and breast cancer risk.

Radiology 2008;246:348-53.

79. Lehman CD, Isaacs C, Schnall MD, et al. Cancer yield of mammography,

MR, and US in high-risk women: prospective multi-institution breast

cancer screening study. Radiology 2007;244:381-8.

80. Gordon PB. Ultrasound for breast cancer screening and staging. Radiol

Clin N Am 2002;40:431-41.

81. Beahrs OH, Shapiro S, Smart CR. Report of the working group to review

the National Cancer Institute-American Cancer Society Breast Cancer

Detection Demonstration Projects. J Natl Cancer Inst 1979; 62:641-709.

30