jurnal sains dan seni pomits vol. 1, no. 1, (2012) 1-6...

6
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak—Belum adanya suatu wadah yang menginformasikan Islam secara lengkap dan menjadi tempat rujukan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam yang dapat menyatukan komunitas muslim khususnya di kawasan Surabaya Timur, sehingga dibutuhkan sebuah wahana yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam dalam satu tempat sekaligus menjadi rekreasi yang bersifat religi untuk menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani di kawasan perkotaan yang memiliki rutinitas tinggi, serta perlu adanya sebuah tempat yang dapat menyatukan komunitas muslim di kota Surabaya. Untuk menjawab permasalahan dan tantangan tersebut maka disusunlah Tugas Akhir yang mengusung judul obyek rancang yaitu Islamic Center. Tema yang digunakan untuk melakukan proses perancangan ini adalah arabesque dengan metode pendekatan simbolisme. Lingkup pelayanan obyek rancang meliputi aktivitas rekreasi, edukasi, dan komersial yang kemudian dituangkan dalam pembagian fasilitas utama dan penunjang. Fasilitas utama meliputi art gallery, auditorium, workshop, training, perpustakaan, internet, rental office, serta masjid. Sedangkan fasilitas penunjang meliputi exhibition hall, shopping center, food court, guest house, outbond area, dan fasor. Kata Kunciarabesque, continuous space, divine unity, foliation, islamic center. I. PENDAHULUAN SLAMIC CENTER ini berfungsi sebagai tempat untuk meneliti dan mengkaji agama Islam serta memperkenalkan seni dan hasil budaya peradaban Islam. Pemilihan lokasi obyek rancang ini memiliki kriteria antara lain : legalitas lokasi obyek rancang yang terpilih sebagai kawasan fasilitas umum, terletak di kawasan yang strategis, mudah diakses oleh sarana transportasi umum, serta lokasinya mudah dikenali sehingga memudahkan dalam hal mempromosikan obyek rancang yang bersangkutan. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membagi pokok bahasan ini menjadi dua bagian yaitu : A. Tinjauan Site Site berada di kawasan Surabaya Timur. Lahan seluas ± 25 ha ini merupakan lahan yang berbatasan langsung dengan jaringan jalan arteri sekunder kota. Lahan ini menurut legalitasnya diperuntukkan sebagai kawasan fasilitas umum, dengan batas lingkungan sebagai berikut : Utara : ruko dan perkantoran Timur : Jl. Kertajaya Indah Timur, perkantoran Selatan : kantor kelurahan Klampis Ngasem, SLTP 19 Barat : lahan kosong Site terpilih memiliki beberapa potensi di antaranya lahan Gambar 1. Lokasi site obyek rancang Bagan 1. Korelasi Tema Arabesque dengan Obyek Rancang Islamic Center Tema : Arabesque Taty Diah Pancawaty, dan Muhammad Faqih Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] I

Upload: ngokhanh

Post on 24-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

1

Abstrak—Belum adanya suatu wadah yang menginformasikan Islam secara lengkap dan menjadi tempat rujukan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan Islam yang dapat menyatukan komunitas muslim khususnya di kawasan Surabaya Timur, sehingga dibutuhkan sebuah wahana yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam dalam satu tempat sekaligus menjadi rekreasi yang bersifat religi untuk menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani di kawasan perkotaan yang memiliki rutinitas tinggi, serta perlu adanya sebuah tempat yang dapat menyatukan komunitas muslim di kota Surabaya. Untuk menjawab permasalahan dan tantangan tersebut maka disusunlah Tugas Akhir yang mengusung judul obyek rancang yaitu Islamic Center. Tema yang digunakan untuk melakukan proses perancangan ini adalah arabesque dengan metode pendekatan simbolisme. Lingkup pelayanan obyek rancang meliputi aktivitas rekreasi, edukasi, dan komersial yang kemudian dituangkan dalam pembagian fasilitas utama dan penunjang. Fasilitas utama meliputi art gallery, auditorium, workshop, training, perpustakaan, internet, rental office, serta masjid. Sedangkan fasilitas penunjang meliputi exhibition hall, shopping center, food court, guest house, outbond area, dan fasor.

Kata Kunci—arabesque, continuous space, divine unity,

foliation, islamic center.

I. PENDAHULUAN SLAMIC CENTER ini berfungsi sebagai tempat untuk meneliti dan mengkaji agama Islam serta

memperkenalkan seni dan hasil budaya peradaban Islam. Pemilihan lokasi obyek rancang ini memiliki kriteria antara lain : legalitas lokasi obyek rancang yang terpilih sebagai kawasan fasilitas umum, terletak di kawasan yang strategis, mudah diakses oleh sarana transportasi umum, serta lokasinya mudah dikenali sehingga memudahkan dalam hal mempromosikan obyek rancang yang bersangkutan. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membagi pokok bahasan ini menjadi dua bagian yaitu :

A. Tinjauan Site Site berada di kawasan Surabaya Timur. Lahan seluas ±

25 ha ini merupakan lahan yang berbatasan langsung dengan jaringan jalan arteri sekunder kota. Lahan ini menurut legalitasnya diperuntukkan sebagai kawasan fasilitas umum, dengan batas lingkungan sebagai berikut : Utara : ruko dan perkantoran Timur : Jl. Kertajaya Indah Timur, perkantoran Selatan : kantor kelurahan Klampis Ngasem, SLTP 19 Barat : lahan kosong Site terpilih memiliki beberapa potensi di antaranya lahan

Gambar 1. Lokasi site obyek rancang

Bagan 1. Korelasi Tema Arabesque dengan Obyek Rancang

Islamic Center Tema : Arabesque Taty Diah Pancawaty, dan Muhammad Faqih

Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

I

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

2

diperuntukkan sebagai fasilitas umum dan termasuk fasilitas jasa menurut RDTRK, merupakan lokasi yang strategis karena memiliki akses transportasi yang cukup memadai sehingga memudahkan pencapaian, dan berpotensi menarik pengunjung utamanya pada musim haji. Aspek legalitas bangunan terkait dalam hal ini meliputi : Luas site : ± 25.000 m² (± 25 ha) KDB/BCR : 60% KLB/FAR : 400% GSB : 20-42 m sesuai PP No. 26 Tahun 1985

tentang jalan Ketinggian bangunan yang diijinkan : 1-6 lantai Jaringan jalan : arteri sekunder

B. Tinjauan Tema Pemilihan arabesque sebagai tema didasarkan pada

pertimbangan bahwa arabesque memiliki konsep dasar yaitu adanya pola-pola yang menjadi karakteristik, fungsi, dan struktur arabesque dan merupakan cikal bakal ide konsep perancangan. The Arabesque, salah satu aspek penting dalam seni Islam, biasa ditemukan dalam dekorasi bangunan arsitektur Islam, menampilkan simbol-simbol (geometric pattern dan lotus) yang tidak asing lagi dalam masyarakat muslim dan mampu ditangkap maknanya secara mudah oleh masyarakat umum.

Definisi kunci pengertian arabesque menurut terminologi bahasa : ”Intricate and fanciful surface decoration generally based on geometrical pattern and using combination of flowing lines, tendrils, etc, covering the surface with a network of zigzag, spirals, etc.” [1] “Patterns symbolizing the Islamic principles of Tawhid (the unity of a sense of continuous space that is a hallmark of Islamic architecture)” [2] “Geometry patterns exemplify the Islamic interest in repetition, symmetry, and continuous generation of pattern.” [2] “The superb of assurance of the Islamic designers is demonstrated by their masterful integration of geometry with such optical effects as the balancing of positive and negative areas, interlacing with fluid overlapping and underpassing strapwork, and a skillful use of color and tones values.” [2] “More than any other type of design (geometric pattern) permitted an interrelationship between the parts and the whole of a building complex, the exterior and the interior spaces and their furnishings.” [2] “The arabesque (geometricized vegetal ornament) is characterized by a continuous stem which splits regularly, producing a series of counterpoised, leafy, secondary stems which can in turn split again or return to be integrated into the main stem.” [2] “This limitless, rhythmical alternation of movement, conveyed by the reciprocal repetition of curved lines, produces a design that is balanced and free form tension.” [2] Dari teori arabesque di atas didapat beberapa keywords antara lain repetition, continuous generation of pattern, complicated/intricate, interlocking, interlacing, underlying, twisting, flowing, continuous stem refers to leafy which can in turn split again or return to be integrated into the main

Bagan 2. Matriks Pembentuk Arabesque (geometric-foliation)

stem, and continuous space which refers to interrelationship between parts and the whole building complex. Keywords inilah yang pada akhirnya nanti digunakan untuk melakukan proses rancang, utamanya adalah karakter arabesque yang bersifat leafy.

Karakter arabesque meliputi moduler, abstrak, dinamis, repetisi, kerumitan, dan kombinasi berurutan. Sedangkan fungsi arabesque meliputi pengingat Tauhid, transfigurasi struktur, transfigurasi material, dan keindahan. Sebagai pengingat Tauhid, ornamentasi merupakan inti dari peningkatan spiritualitas. Sebagai transfigurasi struktur berfungsi menyamarkan kerangka dasar atau detail konstruksi, menyembunyikan bentuk dasar, dan unsur struktur arsitektural ditampakkan bila entitas arabesque ditonjolkan. Sebagai transfigurasi material arabesque berfungsi sebagai pelapis, dengan pemberian ornamentasi sehingga pengamat tidak lagi peduli bahan dasar suatu karya seni, sebagai samaran kualitas inheren material, misal dengan pemolaan suatu yang solid sehingga terlihat dan terasa ringan, sebagai pengurangan kualitas nilai material, tidak memandang material yang diolah, tetapi pada pola yang akan menghias. Penggunaan struktur arabesque dalam arsitektur meliputi multiunit (Multi-Unit Structure ) dimana struktur ini tersusun dari bagian-bagian atau modul-modul khas yang digabungkan dengan cara aditif dan repetitif yang tiap unitnya mempertahankan identitas yang terpisah secara empatis, saling berpotongan (Interlocking Structure) dimana sejumlah modul digabungkan, namun saling menetrasi unsur-unsur desain dari hasil perpaduan unit-unit ini menggantikan penjajaran aditif sederhana desain multiunit, berjalin (Meander Structure) dimana struktur ini tidak secara langsung dapat dibagi menjadi modul-modul terpisah

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

3

sehingga motif ini tak memberi peluang untuk awal atau tengah, klimaks atau kesimpulan, berkembang (Expanding Structure) dimana terdapat inti moduler sentral. Batas dan figur ditambahkan ke inti sentral dan tiap tambahan memberikan komposit baru. Penggunaan struktur arabesque dalam seni ruang mempunyai karakter abstraksi yang berfungsi sebagai pelapis, transfigurasi material, transfigurasi struktur dimana struktur menyatu dengan sekitar, dan transfigurasi penutup yang meniadakan penekanan soliditas. Selain pelapis penggunaan struktur arabesque dalam seni ruang mempunyai karakter ambiguitas fungsi dimana terjadi perbauran aktivitas religius dan sekuler, unit/modul dimana terjadi perpaduan modul yang tiap modul bertindak sebagai pusat yang dikelilingi ruang tambahan, dinamisme dimana bangunan individual berjalin dengan sekitarnya sehingga sulit mengetahui dimana berakhirnya, kombinasi suksesif, repetisi, serta kerumitan. Struktur arabesque dalam seni ruang itu sendiri meliputi struktur berjalin dimana perulangan struktur asli baik panjang ataupun lebarnya terjadi tanpa menghancurkan struktur dasar, struktur multiunit, struktur saling berpotongan, dan struktur berkembang. Teori yang mendasari tema yaitu : “Patterns symbolizing the Islamic principles of Tawhid (the unity of all things) and Mizan (order and balance), which are the laws of creation in Islam.” [3]

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

A. Konsep Perancangan Yang menjadi konsep utama dalam merancang obyek ini

adalah pemikiran yang mendasari penataan site (site ordering), pengolahan massa bangunan dan pembentukan ruang-ruang arsitektur. Pertama, menata site dengan mengaplikasikan fungsi

arabesque, yaitu sebagai pengingat Tauhid pada site, dengan cara menarik garis vektor 24º dari arah barat—derajat arah qiblat. Penentuannya mengacu pada Qibla Locator pada aplikasi google yang kemudian garis ini menjadi acuan penempatan arah orientasi taman luar

Gambar 2. Multiunit (Multi-Unit Structure) [4]

Gambar 3. Saling Berpotongan (Interlocking Structure) [4]

Gambar 4. Berjalin (Meander Structure) [4]

Gambar 5. Berkembang (Expanding Structure) [4]

Gambar 6. Qibla Locator

dan dalam, serta masjid yang diletakkan pada satu arah sumbu sejajar.

Kedua, meletakkan karakter arabesque yang bersifat leafy—ditransformasikan berupa garis lengkung, mengesankan karakter yang dinamis, menerus, tanpa batas. Pola ini diletakkan sejajajr dengan arah sumbu jalan utama yang membatasi sisi timur site. Pola lengkung berikutnya diturunkan/diadopsi dari kecenderungan arah orientasi sumbu simetri tapak dan diletakkan menghadap arah orientasi sumbu simetri tapak.

Penggubahan bentuk massa berasal dari bentukan 3 dimensi 2 buah pola kurva lengkung di awal yang diiriskan satu dengan yang lain. Penggubahan ini juga mempertimbangkan kebutuhan ruang tiap lingkup pelayanan dan zoning aktivitas.

Massa digabung lalu mengalami pemuluran ke atas pada salah satu sisi untuk menampilkan kesan twisting, flowing, interlocking, interlacing, membentuk continuous stem, yakni leafy yang masing-masing pemulurannya ada yang memisah dari induknya dan ada pula yang kembali dan menyatu dengan induk batangnya. Aplikasi karakter stem ini terlihat utamanya pada bagian atap bangunan.

Ruang-ruang arsitektural khususnya ruang luar yang terbentuk dari penataan site, diolah mengikuti tarikan-tarikan garis pola awal, ruang pada bagian tengah site yang menjadi titik orientasi diberi pengisi berupa inner

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

4

court yang mengadopsi pola taman crossed plan dengan kanal bersilangan yang umum digunakan pada desain taman Islam Persia. Selanjutnya tarikan-tarikan garis ini diisi unsur aquakultur dan hortikultur, memberikan kesan dan karakter konsep pertamanan Arabesque yang menjadi oase bagi lingkungannya. Aplikasi unsur aquakultur sekaligus berfungsi sebagai pengatur microclimate selain unsur estetis reflektif pengingat Tawhid, serta sebagai interpenetrasi antara ruang dalam dan ruang luar. [5]

Gubahan massa yang terbentuk saling interweaving (tumpang tindih), twisting (puntir), interlocking (saling mengunci), flowing (mengalir) dan pada bagian sulur ditambahkan variasi ketinggian dengan kemiringan tertentu untuk memberikan kesan sulur (tanaman yang menjalar dan bercabang).

B. Transformasi Konsep Rancangan

Gambar 8. Aplikasi tema pada rancangan

C. Aplikasi Konsep Rancangan pada Obyek Konsep gubahan massa pada obyek dilakukan dengan

mempertimbangkan bahwa bangunan merupakan massa tunggal dimana gubahan bentuk didapat dari keywords tema yakni leafy. Leafy di sini erat asosiasinya dengan sebuah daun sehingga didapatkan bentuk dasar berupa kurva lengkung yang diposisikan sejajar dengan sumbu jalan, digabung dengan kurva lengkung yang diposisikan pada kecenderungan arah orientasi tapak. Massa lalu digabung yang kemudian mengalami pemuluran ke atas di salah satu sisi mengaplikasikan kesan twisting dan flowing.

Konsep ruang luar site digubah dengan jalan meletakkan elemen air yang mengelilingi plaza sebagai pengisi bidang-bidang hasil tarikan garis pola yang memberikan kesan dinamis dipadukan dengan elemen lain seperti taman dan perkerasan sekaligus sebagai penegas bentuk. Selasar jembatan penghubung sebagai ekspresi leafy yang juga fungsional.

Pendekatan merancang dengan tema arabesque ini menggunakan metode simbolisme yang diaplikasikan pada

Gambar 7. Tahapan kedua konsep proses rancang

Gambar 9. Aplikasi karakter stem pada gubahan massa

Gambar 10. Asosiasi daun dengan karakter leafy arabesque

pengisi lansekap taman orientasi masjid di sepanjang kanal dengan meletakkan pohon cypress (cemara)—melambangkan kematian, sebab tidak akan tumbuh apabila dipotong dan umum digunakan pada desain taman Islam Persia, jajaran kolom pembentuk water screen pada reflecting pool masjid utama berjumlah 17—melambangkan jumlah rakaat shalat 5 waktu dalam sehari. Water screen berfungsi menarik view dari luar dan menghadirkannya ke dalam bangunan, mengaplikasikan konsep continuous space pada eksterior sekaligus interior bangunan. Pada ruang masjid utama dihadirkan elemen air serta water screen untuk menciptakan keseimbangan antara ruang positif dan negatif, selain itu ruangan seolah tak berbatas sesuai dengan

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

5

konsep arabesque. Peralihan dari ruang luar menuju interior atau dari terang menuju gelap dan sebaliknya diwujudkan melalui selasar-selasar yang dinaikkan (plaza) yang berfungsi untuk mengubah kondisi suasana sekaligus menghubungkan massa yang satu dengan lainnya, jumlah anak tangga pada plaza yang menghubungkan antar massa berjumlah ganjil.

Konsep bentuk/wujud didapat dari karakter arabesque yang bersifat leafy, yang dalam hal ini diasosiasikan dengan karakter daun yang biasanya juga dipergunakan dalam arabesque yang kemudian diwujudkan dalam bentukan yang saling mengunci, menembus bidang dan ruang sehingga menciptakan continuous stem, dimana ada yang split/memisah dari batang induknya dan ada pula yang kembali dan menyatu dengan induk batangnya. Hal ini sekaligus menciptakan continuous space secara keseluruhan.

III. HASIL RANCANGAN

Gambar 14. Lay Out Plan & Site Plan

Gambar 15. Tampak Utara

Gambar 16. Tampak Timur

Gambar 17. Tampak Selatan

Gambar 18. Tampak Barat

Gambar 19. Bird Eye View

Gambar 20. Interior

Gambar 21. Serial Vision

Gambar 11. Aplikasi karakter stem pada gubahan massa

Gambar 12. Aplikasi continuous space pada ruang luar

Gambar 13. Pola awal dasar pemikiran proses rancang dan

sketsa pola awal rancangan

Gambar 22. Detail gubahan massa

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

6

Gambar 23. Detail gubahan massa

Gambar 24. Detail gubahan massa

Gambar 25. Detail gubahan massa

Gambar 26. Detail fasade

Gambar 27. Detail fasade

DAFTAR PUSTAKA [1] Dictionary of Architecture [2] Mitchel, George, Architecture o the Islamic World : Its History and

Social Meaning [3] www.islamicarchitecture.org [4] A. Mukhtar, Ikhda, Seminar Arsitektur, Islamic Art Park [5] Fireza, Doni, Desain Taman Islami, Jakarta Selatan : Hikmah (PT.

Mizan Publika), (2007)