jurnal reading terjemahan
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak Disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang
Resisten Terhadap Methicillin.
Oleh Robert S. Daum, M.D., C.M
Fitur jurnal ini diawali dengan gambaran kasus yang menyoroti masalah klinis umum. Kemudiam
disajikan bukti yang mendukung berbagai strategi diikuti oleh sebuah pedoman formal, jika ada. Artikel
ini diakhiri dengan rekomendasi klinis dari penulis.
1. Kasus
Seorang pria 37 tahun dalam pengobatan pembengkakan lokal dan nyeri kaki kiri tepat di bawah
lutut. Ia menduga lesi ini diakibatkan oleh gigitan laba-laba, meskipun ia tidak melihat seekor
laba-laba. Pemeriksaan kaki didapatkan eritema yang hangat berukuran sekitar 5 x 7 cm. Di
tengah lesi terdapat daerah fluktuasi berukuran sekitar 2 x 2 cm yang berlapis kulit nekrotis.
Suhu badan pria tersebut 38,3 derajat celcius dengan nadi 115 kali per menit. Tekanan darahnya
116/78 mmHg. Bagaimana penanganan dan pengobatan pasien ini?
2. Masalah Klinis
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) berarti kekebalan terhadap semua
antibiotik β-laktam yang tersedia saat ini, termasuk penisilin dan sefalosporin. MRSA pertama
kali diakui segera setelah pengenalan methicillin dalam praktek klinis pada awal 1960-an.
Prevalensinya perlahan-lahan meningkat selama tiga dekade berikutnya, meskipun masih
terbatas pada pasien yang sering mendapat pengobatan. Faktor resiko MRSA adalah mereka
yang pernah kontak dengan penderita MRSA atau dengan riwayat penggunaan narkoba. Pada
pertengahan 1990-an, infeksi MRSA mulai didiagnosis yang pada penderita yang tidak
mempunyai faktor resiko, hal ini dicurigai merupakan akibat dari MRSA jenis baru.
Dibandingkan dengan penderita MRSA akibat perawatan kesehatan, komunitas MRSA
biasanya lebih rentan terhadap klindamisin, dan lebih jarang tahan terhadap antibiotik non-β-
laktam. Faktor perbedaan lainnya dari komunitas MRSA adalah termasuk prevalensi tinggi atas
gen pengkode leukocidin dua komponen Panton-Valentine. Eksotoksin ini dikaitkan dengan
nekrosis kulit, pneumonia berat dengan nekrosis, dan pembentukan abses, meskipun perannya
dalam patogenesis masih kontroversial. Di sebagian besar wilayah Amerika Serikat, komunitas
dengan gen MRSA, USA300, telah muncul sebagai strain utama dan merupakan ancaman
nosokomial di beberapa daerah. Beberapa laporan menulis bahwa transmisi komunitas MRSA
dapat terjadi pada orang-orang dengan hubungan dekat seperti dalam rumah tangga, tempat
penitipan anak, instalasi militer, dan termasuk di dalam penjara dan atlit. Laporan lain
menuliskan bahwa jumlah kelompok MRSA meningkat pada penduduk asli Amerika, Kepulauan
Pasifik dan homoseksual.
Peningkatan yang dramatis terjadinya infeksi S. aureus khususnya infeksi MRSA pada
komunitas MRSA tercatat di Rumah Sakit Anak Driscoll di Corpus Christi, Texas, dari 9 pada
tahun 1999 menjadi 459 di 2003. Di tahun 2003, infeksi ini merupakan 98% dari infeksi S.
aureus secara keseluruhan. Kini, di hampir semua kota di AS, infeksi tersebut adalah yang
paling banyak ditemukan pada kultur kuman dari pasien dengan infeksi kulit dan jaringan lunak
di Bagian Kegawatdaruratan. Menurut data terbaru, 9,2% kesehatan anak di Nashville
mempunyai kolonisasi asimtomatik (74% nya adalah infeksi komunitas-MRSA), angka
sebelumnya adalah 0,8% di 2001. Sekitar 7,3% remaja dan dewasa di Atlanta mempunyai
kolonisasi asimtomatik, termasuk akibat rumah tangga dan komunitas MRSA.
Infeksi kulit dan jaringan lunak mewakili beban penyakit pada komunitas MRSA dan
merupakan focus dari artikel. Lesi nekrosis pada kulit adalah ujud kelainan kulit yang biasanya
terlihat dan sering disalah-artikan sebagai akibat dari gigitan laba-laba atau serangga. Penyakit
lainnya yang berhubungan dengan infeksi ini adalah pneumonia nekrosis, empyema pleura,
fasciitis nekrosis, thrombophlebitis sepsis dengan emboli paru, myoitis, dan sepsis dengan
fulminan purpura serta sindrom waterhouse-Friderichsen.
3. Strategi dan Fakta
3.1. Evaluasi
Kecurigaan atas komunitas MRSA sebagai penyebab infeksi kulit dan jaringan lunak
harus diperkuat dengan adanya riwayat infeksi MRSA sebelumnya atau kontak serumah dengan
penderita komunitas MRSA. Tabel 1 menunjukkan kelompok yang beresiko terkena transmisi
komintas MRSA. Namun, beberapa pasien yang terdiagnosis tidak mempunyai factor resiko
tersebut. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara infeksi kulit dan jaringan lunak yang
dikarenakan MRSA atau suspek methicillin S. aureus.
Catatan medis dapat membantu dokter untuk menentukan kemungkinan komunitas
MRSA dan sebagai pedoman penatalaksanaannya. Beberapa percaya bahwa manajemen
strategi harus disesuaikan dengan kemungkinan infeksi komunitas MRSA yang lebih dari 10%
dari infeksi S. aureus. Untuk pemberian terapi, diperlukan kultur spesimen yang biasanya
didapatkan saat insisi atau drainase pada lesi kulit maupun jaringan lunak yang purulen. Pada
selulitis nonpurulen yang tidak memungkinkan insisi atau drainase maka dapat dilakukan biopsy.
Prakteknya, prosedur ini jarang dilakukan.
Tabel 1 Faktor Resiko Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak Dikarenakan Komunitas MRSAKontak serumah dengan pasien Komunitas MRSAAnak-anakDirawat bersama dengan pasien Komunitas MRSAHomoseksualTentaraTahananAtlitPenduduk asli AmerikaPenduduk Kepulauan PasifikMempunyai riwayat infeksi Komunitas MRSAPengguna narkoba suntik
3.2. Penatalaksanaan
Terapi yang direkomendasikan pada kasus ini tergantung pada tingkat keparahan dari
gejala klinis dan tipe kulit serta jaringan lunak yang terinfeksi. Kulit dan jaringan lunak yang
purulen tanpa gejala sistemik seperti demam, takikardi, atau ketidakseimbangan hemodinamik
biasanya diterapi dengan insisi dan drainase baik dengan atau tanpa antimikrona oral; insisi dan
drainase saja mungkin cukup untuk abses kecil. Lee dkk mendefinisikan abses kecil adalah jika
panjangnya kurang dari 5 cm, kecuali pada bayi dan beberapa bagian tubuh seperti kepala dan
leher. Pada pasien dengan abses yang lebih besar, terdapat gejala sistemik atau keduanya,
terapi antimikroba biasanya dibutuhkan selain insisi dan drainase.
3.2.1. Pasien rawat jalan
Terapi antimikroba topical biasanya digunakan untuk infeksi MRSA superficial pada kulit
seperti impetigo. Bacitracin, baik sendiri atau dikombinasikan dengan polymyxin dan neomycin,
mupirocin (Bactroban), dan retapamulin (Altabax) sudah tersedia. Untuk bacitracin, secara
invitro yang mepengaruhi hasil klinis belum diketahui. Untuk mupirocin, isolat resisten tingkat
rendah dan tinggi sudah diketahui; dua hal ini diprediksi kegagalan klinis dan meningkatkan
prevalensi isolate MRSA. Retapamulin adalah jenis baru untuk anak 9 bulan keatas. Obat
antimikroba oral yang digunakan adalah clindamycin, trimethroprim-sulfamethoxazole, dan
tetracyclin walau keefektifitasannya belum diketahui pasti.
Tabel 2 menunjukkan obat oral yang berguna bagi pasien rawat jalan. Penelitian
observasional membuktikan bahwa Clindamycin, antibiotic linkosamide, efektif kepada 39
pasien. Efek sampingnya adalah diare yang disebabkan oleh Clostridium difficile dan
meningkatnya kekebalan terhadap Clindamycin. Trimethropin-sulfamethoxazole dan
Tetracycline dapat digunakan pada infeksi Komunitas MRSA dengan lesi purulen. Beberapa
klinisi menambahkan antibiotik bheta laktam sebagai komponen aktif.
Linezolid sebagai agen antimikroba baru dapat melawan hamper semua isolate
Komunitas MRSA dan grup Streptococci A. kekurangannya adalah harga yang mahal, kurangnya
keberhasilan rutin, efek samping hematologi dan berpotensi resisten atas S. aureus. Rifampin
dapat melawan isolate Komunitas MRSA dengan sangat baik namun berdampak tinggi terhadap
mutasi dan resistensi jika digunakan sendiri. Oleh karena itu, kombinasi Trimethropin-
sulfamethoxazole atau doxycycline dengan rifampin dapat efektif walaupun datanya masih
kurang. Fluoroqinolon sebaiknya tidak digunakan karena tingkat kekebalannya sangat cepat dan
tinggi.
Tabel 2. Obat oral untuk Pasien Rawat Jalan Infeksi Komunitas MRSAObat Dosis Sediaan Efek Samping dan
KontraindikasiCatatan
Dewasa AnakClinndamycin (Cleocin)
300 mg 3 x 1 30 mg/KgBB/hari dalam 3 – 4 dosis
Tablet, suspensi
Diare karena Clostridium difficile
Banyak pasien tidak menyukai rasa dari suspensi
Linezolid 600 mg 2 x 1 30 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis
Tablet, suspensi
Myelosuppression Harganya mahal, sediaan oral susah ditemukan
Rifampin (Rifadin, Rimactane)
20 mg/KgBB/hari, dosis tunggal atau ganda, max 600 mg/hari
Kapsul Perubahan warna pada cairan tubuh, disfungsi hati, interaksi obat.Tidak dapat digunakan sendiri karena rentan mutasi.
Tidak ada sediaan suspensi; serbuk kapsul dapat ditaburkan di atas makanan
Tetracycline
Doxycycline
Minocyclin
e
100-200
mg/hari,
dalam 1 – 2
dosis
200 mg/hari
dalam dua
dosis
2-4
mg/KgBB/hari,
dalam 1-2
dosis
4
mg/KgBB/hari
dalam dua
dosis
Kapsul,
Tablet,
Suspens
i
Kapsul,
Tablet,
Suspens
i
Nausea,
fotosensitif, deposit
di gigi dan tulang.
Kontraindikasi
untuk anak
dibawah 9 tahun.
3.2.2. Pasien Inap
Keputusan untuk merawat-inapkan pasien untuk terapi parenteral tergantung pada
beberapa faktor termasuk keputusan klinis mengenai tingkat kesakitan. Adanya abses yang luas,
demam, tanda infeksi sistemik lain atau beresiko tinggi seperti berumur kurang dari 6 bulan,
menderita diabetes, atau imunodefisiensi harus dirawat inap dengan pengobatan yang tepat.
Vancomycin masih digunakan sebagai obat lini pertama. Namun, harus segera diganti
jika ada indikasi bakteri bheta laktam yang lebih cepat dengan oxacillin. Clindamycin parenteral
dapat digunakan pada daerah yang sekiranya resistensi organnya rendah. Obat tersebut
sebaiknya tidak digunakan sebagai satu-satunya obat untuk pasien dengan sakit sedang hingga
berat.
Trimethroprim-sulfamethoxazole intravena sudah dievaluasi untuk infeksi S. aureus
invasive. Penelitian terhadap pengguna narkoba suntik dengan infeksi S. aureus telah lebih
dahulu dilakukan dan mengindikasikan bahwa obat tersebut kurang efektif ketimbang
vancomycin. Linezolid parenteral mengurangi aktivitas bacterial dan dipercayai oleh beberapa
ahli bahwa hal ini penting untuk penanganan infeksi intravascular, gambaran umum dari
penyakit invasif. Terlebih lagi, beberapa laporan kasus endokarditis yang disebabkan oleh organ
suspek selama terapi linezolid dan merupakan kegagalan klinis pada pasien dengan terapi
linezolid karena endokarditis menimbulkan penggunaan obat tersebut sendiri untuk infeksi S.
aureus yang berat dan dan invasif (kecuali pneumonia yang dikarenakan MRSA terkait
perawatan kesehatan yang mana penggunaan linezolid membuktikan suatu keberhasilan)
Tigecyclin, derivate glycylcycline-minocycline, juga baru-baru ini diakui Food and Drug
Administration (FDA) sebagai terapi infeksi kulit dan jaringan lunak akibat MRSA. Hal ini
dibuktikan dengan data pada 25 dari 32 orang dewasa (78%) dengan komplikasi infeksi kulit dan
jaringan lunak. Kombinasi streptogramins quinupristin dan dalfopristin (Synercid) telah
mendapatkan lisensi untuk pengobatan penyakit ini. Penggunaannya dibatasi oleh potensi
interaksi obat dan efek sampingnya termasuk arthralgia, myalgia, dan efek toksik
gastrointestinal.
Daptomycin telah diakui FDA untuk terapi pada pasien dengan infeksi kulit dan jaringan
lunak. Angka keberhasilannya adalah 75%, sama dengan vancomycin. Obat ini juga dapat
digunakan untuk bakteremia, berkaitan dengan endokarditis, tetapi tidak disarankan untuk
penderita pneumonia dimana kefektifitasnnya dibatasi oleh kecenderungannya dalam mengikat
surfaktan.
Tabel 3 Agen Parenteral untuk Terapi Infeksi Komunitas MRSA PutatifObat Dosis Efek Samping dan
KontraindikasiCatatan
Dewasa AnakVancomycin (Vancocin)
2-4 g/hari dalam 2-4 dosis
40 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Red-man syndrome (rilis antihistamin yang menyebabkan flushing)
Dosis diturunkan jika timbul efek sampingPada pasien gagal ginjal, eskresi obat ini lama dan harus dimonitor level serumnya.
Clindamycin (Cleocin)
300 mg 3 x 1 30 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.
Diare karena Clostridium difficile
Daptomycin (Cubicin)
4-6 mg/kgBB/hari 1 x 1
- Berpotensi toksisitas otot
Resistensi tercatat pada 6 dari 120 pasien.Pada pasien gagal ginjal, eskresi obat ini lama dan digunakan dosis adjustment.
Tigecycline (Tyagil)
100 mg dosis bertingkat dilanjutkan 50 mg tiap 12 jam.
- Nausea, fotosensitif,
deposit di gigi dan
tulang.
Kontraindikasi untuk
anak dibawah 9 tahun.
Linezolid (Zyvox)
600 mg tiap 12 jam
30 mg/kgBB dalam 2-3 dosis
Myelosupresi, biasanya thrombocytopeni, tapi juga sering anemia taau neutropenia, pada penggunaan jangka panjang
Harganya mahal
Quinupristin dan dalfopristin (Synercid)
7.5 mg/kgBB tiap 8-12 jam Hiperbilirubinemia, athralgia dan myalgia, phlebitis.
Dosis adjustment digunakan untuk pasien dengan hepatic impairment
4. Bagian Ketidakpastian
Regimen obat antrimikroba oral untuk penatalakasanaan penyakit ini belum diketahui.
Manajemen yang optimal untuk infeksi Komunitas MRSA rekuren juga belum diketahui.
Walaupun belum diteliti dengan baik, rekurensi penyakit in iadalah sekitar 10% atau lebih.
Kurang jelas apakah rekurensi ini dikarenakan autoinokulasi atau infeksi baru MRSA. Sementara,
penanganan rekurensi sama dengan episode inisial. Strategi dekolonisasi cukup disarankan pada
beberapa kasus walaupun keefektifitasannya dalam mencegah rekurensi belum begitu jelas.
Salah satu strategi lainnya adalah dengan menggunakan mupirocin intranasal untuk mengurangi
masuknya MRSA lewat hidung.
Beberapa ahli mengusulkan upaya dekolonisasi kulit. Glukonate chlorhexidine topical
atau 3,4 gram pemutih diencerkan dengan 1 galon air, walaupun hal ini belum diteliti lebih
lanjut. Kekuatan optimal larutan chlorhexidin belum diketahui. Penularan kepada pasien dengan
kontak rumah tangga dan satu tim olahraga telah terbukti dengan baik. Walaupun resiko
transmisi belum dihitung dengan akurat, sebuah penelitian mengatakan bahwa lebih dari 60%
anak yang serumah dengan penderita ini mempunyai minmal satu riwayat infeksi MRSA putatif
pada 6 bulan sebelumnya.
Isolate MRSA terkait penanganan rumah sakit dapat bertahan hingga beberapa minggu.
Hal ini kurang jelas terhadap isolate Komunitas MRSA. Jika ada, maka beberapa benda seperti
pakaian, handuk, dan peralatan olahraga mungkin berpengaruh. Hewan peliharaan termasuk
anjing dan kucing, hewan ternak dan burung dipercaya sebagai karier MRSA. Ukuran kebersihan
lokal yang dianjurkan oleh ahli di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dapat dilihat di
tabel 4. Belum ada vaksin yang dapat digunakan untuk S. aureus. Banyak ahli percaya
pembuktian keefektifitas hal tersebut tidak seperti pendekatan antigen tunggal.
Tabel 4. Ukuran yang direkomendasikan untuk mengurangi penyebaran isolate Komunitas MRSAMenutup luka kering dengan perban yang bersihMencuci tangan, terutama setelah kontak dengan luka yang terkontaminasiMencuci baju setelah kontak dengan daerah yang terkontaminasi Rutin mandi dengan sabunCegah pemakaian bersama barang-barang seperti handuk, sprei, baju, pisau cukur, atau peralatan olahraga yang mungkin terkontaminasi karena kontak dengan luka atau flora kulit.Mencuci peralatan olahraga dengan agen yang efektif melawan staphylococcus seperti deterjen atau desinfektan yang sudah teregistrasi oleh Agen Perlindungan Lingkungan.
5. Pedoman
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit telah menerbitkan sebuah pedoman
untuk mencegah dan menangani infeksi Komunitas MRSA. Saran di artikel ini telah disesuaikan.
6. Kesimpulan dan Saran
Seiring meningkatnya prevslensi infeksi komunitas MRSA, penanganan infeksi kulit dan
jaringan lunak membutuhkan pengetahuan tentang infeksi local MRSA. Beberapa percaya
bahwa manajemen strategi harus disesuaikan dengan kemungkinan infeksi komunitas MRSA
yang lebih dari 10% dari infeksi S. aureus.
Pada pasien kasus di atas, dengan abses atau lesi purulen dan nekrosis kulit, insisi dan
drainase adalah penanganan dasar; materi purulen sebaiknya dikultur. Pada beberapa pasien
denga lesi kecil, insisi dan drainase saja cukup. Jika lesi kulit lebar dan dibarengi dengan gejala
sistemik atau tinggal di daerah yang prevalensi infeksi Komunitas MRSA nya tinggi, terapi
antimikroba juga disarankan. Terapi sebaiknya disesuaikan dengan hasil kultur. Walaupun data
langsung yang membandingkan agen antimikroba masih kurang, clindamycin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, atau tetracycline kerja panjang seperti dokycycline dapat digunakan; linezolid
adalah kemungkinan lain. Follow-up penting, untuk mengetahui relaps atau rekurensi.