jurnal reading
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
JURNAL READING
KELOMPOK 13STASE RADIOLOGI
RSUD AL-IHSAN KABUPATEN BANDUNG
ABSTRAK
mengevaluasi radiologi dada (CXR) dalam alur pemetaan diagnosis infeksi tuberkulosis
berfokus pada infeksi laten pasien TB yang mengikuti pengobatan medis menggunakan obat-obatan biologis.
Permasalahan kini
CXR untuk diagnosis TB paru memiliki
sensitivitas yang baik, tetapi spesifisitas yang
rendah.
Tes kulit tuberkulin vivo dan ex vivo tes
interferon-g release dirancang untuk mengidentifikasi
perkembangan respon imun adaptif, tetapi
belum tentu adanya LTBI
CT dianggap sebagai modalitas melengkapi CXR dalam prosedur skrining mendeteksi :
- LTBI di masa laluinfeksi LTBI dalam
subkelompok spesifik pasien berisiko tinggi
mengalami reaktivasi TB
TB tinggi di negara berkembang
Sebabkan morbiditas dan mortalitas
Beberapa tipe: LTBI dan TB
Preventif TB dengan pengenalan LTBI
LTBI ↑; obat biologis immunomudulator
PENDAHULUAN
Untuk memberikan jawaban berbasis bukti untuk masalah klinis yang relevan mengenai nilai pencitraan diagnostik dalam screening untuk LTBI.
TUJUAN PENELITIAN
Dilihat secara sistematik dari literature kesehatan yang didapat dari PubMed pada Januari 2013, tampa waktu yang dibatasi menggunakan McSH.
Pencarian referensi dilakukan manual.
Artikel yang berbahasa selain inggris dan itali tidak dimasukan. Kita hanya memasukan artikel-artikel yang original dengan gambaran dan diagnosis latent dan post primary TB, disertai adanya pasien yang mengalami reaktivasi TB yang sedang mendapatkan pengobatan dan biologis.
Metode
Hasil
EVALUASI DIAGNOSTIK YANG LENGKAP UNTUK INFEKSI TB:
• MELIPUTI RIWAYAT MEDIS• PEMERIKSAAN FISIK• CXR• TST• UJI SEROLOGI (IGRA)• APUSAN MIKROBIOLOGIS• KULTUR
STANDAR EMAS UNTUK DIAGNOSIS TB DENGAN MENGGUNAKAN KULTUR MTB
BAGAIMANA PERAN CXR DALAM SKRINING LTBI?
CXR digunakan dalam hubungannya dengan TST atau IGRA, namun posisinya dalam prosedur skrining dapat bervariasi.
The American College of Rheumatology Panel and The National Psoriasis Foundation : skrining untuk mengidentifikasi LTBI pada pasien dengan rheumatoid arthritis (RA) dan penyakit psoriasis yang telah dijadwalkan untuk terapi dengan agen biologis, menunjukkan TST dan IGRA pada tes skrining pertama kasus positif TST / IGRA.
Penelitian lain : CXR harus dilakukan sebagai langkah awal dalam proses skrining.
CXR BERGUNA SAAT HASIL TST TIDAK DAPAT DIANDALKAN, PEMBACAAN TES KULIT TIDAK PRAKTIS, ATAU RISIKO PENULARAN DARI KASUS YANG TIDAK TERDIAGNOSIS TINGGI, SEPERTI YANG TERJADI PADA KELEMBAGAAN PENGATURAN (PENJARA, RUMAH SAKIT, FASILITAS PERAWATAN JANGKA PANJANG).
CXR skrining untuk TB / LTBI pada populasi berisiko tinggi dapat menunjukkan hasil yang konsisten dengan hasil sebelumnya dan / atau infeksi aktif .
Terlepas dari jaringan parut fibrosa pada parenkim paru, ada pola CXR spesifik yang mengindikasi infeksi TB sebelumnya dan /atau infeksi TB primer
APA KINERJA DIAGNOSTIK DARI CXR DALAM DETEKSI INFEKSI TB ?
KETIKA MEMERIKSA CXR, PENTING UNTUK MENGIDENTIFIKASI TEMUAN SUGESTIF INFEKSI TB AKTIF, DENGAN MENGINGAT
DIAGNOSIS BANDING DAN KEMUNGKINAN KONDISI LAIN:
AREA KONSOLIDASI PARENKIM HARUS DIBEDAKAN DENGAN TUMOR DAN INFEKSI LAIN (MISALNYA, MYCETOMAS);
PEMBESARAN KELENJAR GETAH BENING MEDIASTINUM BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN PARENKIM ATAU PENYAKIT
SISTEMIK SEPERTI INFEKSI, GANGGUAN HEMATOPOIETIK, LIMFOMA, SARKOIDOSIS;
KAVITASI HARUS DIBEDAKAN DARI TUMOR, ABSES, DAN INFEKSI PARASIT
Apabila subjek terinfeksi TB dengan bukti TST (+) klasifikasikan
Klasifikasi :A. Infeksi TB, tidak ada penyakitB. Infeksi TB, scra klinis aktifC. Infeksi TB, scra klinis tidak aktif
*klasifikasi brdasarkan temuan klinis, radiografi, bakteriologis
Screening CXR tunggal tidak dapat memberikan informasi yang tepat menngenai aktivitas penyakit, meskipun ditemukan segala keabnormalitasan(parenkim, nodal getah bening, pleura) dengan atau tanpa klasifikasi terkait.
Evolusi temporal memberikan diferensiasi radiografi antara penyakit aktif dan tidak aktif
Contoh : Kurangnya perubahan radiografi selama interval waktu 4 sampai 6 bulan penyakit yang tidak aktif
Studi yang berbeda bertujuan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas temuan CXR untuk mendiagnosis TB (Gambar)
Cohen, et al menemukan sensitivitas 73-79% dan spesifisitas 60-63% pada populasi berisiko tinggi.
Den Boon, et al, yang membandingkan penilaian diagnostik gejala khas TB (batuk, produksi sputum, demam, penurunan berat badan, keringat malam, hemoptisis, anoreksia, dan dyspnea) dengan radiografi dada dalam survei prevalensi TB (hasil sama)
Setiap abnormalitas pada CXR memiliki sensitivitas tertinggi untuk mendeteksi subyek dengan TB bakteriologis positif 0,97, (95% CI 0,90-1,00)& spesifisitas untuk setiap keabnormalitasan yang terdeteksi adalah 0,67 (95% CI 0,64-0,70)
SENSIVITAS & SPESIFITAS CXR
TB Milier Sensivitas 59-69%, dan spesifisitas 97-
100%. Pembesaran kelenjar getah bening anak sensitivitas 67% dan spesifisitas 59%, jika +
tampakan lateral pada dada, sensitivitas meningkat 1,8%, dan spesifisitas sebesar 2,5%.
SENSIVITAS & SPESIFITAS CXR
Diagnosis tapat TB paru pada CXR tergantung pada keahlian pembaca teknik interpretasi CXR saat ini tidak terstandarisasi dengan baik
Hasil metaanalisis terkini : tidak adanya sistem penilaian yang diusulkan dari tahun 1899 hingga 2012 berdasarkan pada penggunaan temuan imaging.
Sistem skoring yang lebih sederhana telah diusulkan, termasuk 4 karakteristik yang mudah untuk dikenali pada CXR: opaksitas lobus atas, kavitas, efusi pleura unilateral, dan mediastinal/ limfadenopati hilar
Computed tomography (CT) suatu modalitas gambaran nyata yang
digunakan untuk mempelajari TB membantu membedakan penyakit yang
aktif dan inaktif lebih sensitif dibandingkan CXR
Woodring, dkk menyatakan bahwa diagnosis pertama CXR untuk mendeteksi TB hanya 49% kebenarannya pada kasus.
CT berguna ketika terjadi pertentangan antara penemuan klinis dan radiologi.
Lew, dkk membuktikan bahwa tidak ada tes diagnostik yang memiliki tingkat sensitivitas 100% untuk diagnostik TB. Menyarankan penggunaan tes diagnostik kombinasi termasuk TST, CXR, IGRA dan CT.
Ketika dibandingkan dengan cara konvensional (TST&CXR), kombinasi penggunaan IGRA dan chest CT pada subyek TST (+) mungkin akan lebih efektif untuk membedakan antara TB aktif, LTBI dan subyek non-infektif.
Marais, dkk penggunaan chest CT untuk skrining kontak tanpa adanya gejala tidak aman karena tinggi radiasi dan merusak kepercayaan pada alat skrining.
Penggunaan CT disarankan hanya u/individu pada kelompok dengan risiko tinggi.
Lee, dkk menyimpulkan bahwa CT lebih membantu untuk membedakan TB aktif dengan LTBI.
Penulis lain berkomentar pada artikel Lee, dkk, bahwa penggunaan CT memberikan radiasi lebih tinggi dibandingkan CXR dan biaya yang lebih mahal.
Tahun 1950
Insidensi penyakit
TB
Menurun tajam
Masuknya imigran
dari daerah
endemik TB
Perubahan karakteristik
populasi
Penyebaran HIV
TB
Pada pasien TB dengan immunosuppression terdapat gambaran atipikal pada X-Ray thorax (yaitu, efusi pleura soliter, pola milier, lesi pada basis paru-paru, mediastinum soliter atau lymphadenopathy hilus).
Pasien TB dengan HIV memiliki gambaran X-Ray thorax yang bergantung pada tingkat immunosuppression.
Memburuknya imunosupresi pasien, insidensi yang lebih tinggi pada pola miliari, penyakit ekstrapulmonar, dan tipe atipikal
Hubungan antara X-Ray thorax dan kadar CD4 limfosit T, memiliki prevalensi lebih tinggi secara signifikan dari mediastinum dan atau limphadenopathy hilus dan prevalensi yang lebih rendah dari kavitasi pada pasien dengan jumlah CD4 T limfosit kurang dari 200/mm3.
Pemeriksaan CT pada pasien TB paru dengan HIV-seropositif dengan normal X-Ray Thorax menunjukkan adanya abnormalitas berupa multiple nodule parenkim, tuberculoma, dan lymphadenopathi
TST positif, CXR normal, dan tidak ada gejala LTBI.
TST positif, CXR patologis, dan terdapat gejala TB.
Kontak dengan TB sebelumnya, TST positif dan CXR patologis dengan atau tanpa gejala TB.
Interpretasi yang benar dari CXR persyaratan penting CXR meragukan CT thorax
CT thorax normal terjadi pada 92,8% anak dengan TST positif dan CXR negatif.
Garrido dkk : pada anak kurang dari 4 tahun dengan TST positif dan CXR normal CT.
Peningkatan risiko untuk TB paru berhubungan dengan temuan seperti "tree-in-bud" appearance (indikasi dari penyebaran
endobronchial), konsolidasi lobular, dan nodul besar pada CT scans.
Dalam subkelompok individu dengan probabilitas yang tinggi dari infeksi kombinasi TST, IGRA, CXR, dan CT efektif dalam membedakan TB aktif, LTBI, dan yang tidak terinfeksi.
Statement
CXR harus dilakukan setelah TST/IGRA positif.
Peran CXR dalam deteksi LTBI:
Radiografi thorax untuk diagnosis TB Paru memiliki sensitivitas yang baik tetapi spesifisitas buruk.
Diagnosis radiografi dari penyakit aktif hanya dapat berdasarkan evolusi temporal dari lesi paru.
Diagnosis radiografi pada TB dapat sulit dipahamiSimptomatik, kultur positif TB paru positif dengan CXR yang normal tidak jarang.
Dalam subkelompok pasien (termasuk pasien anti-TNF-a treatment) : kombinasi tes imunologi, thorax, dan CT sangat berguna untuk deteksi LTBI.
TERIMAKASIH