jurnal ptk

35
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 2 KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : Linda Mulyo Hariyati Abstrak Pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih mengacu pada model pembelajaran lama (tradisional). Guru jarang melibatkan siswa untuk berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok (pembelajaran tanpa adanya umpan balik dari siswa). Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3) keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kemampuan berbicara dapat diwujudkan dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru atau siswa lain (berargumentasi), debat dan sebagainya. Metode diskusi merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun

Upload: harry-widodo

Post on 24-Dec-2014

3.433 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal ptk

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SDN BALEREJO 2 KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : Linda Mulyo Hariyati

Abstrak

Pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih mengacu

pada model pembelajaran lama (tradisional). Guru jarang melibatkan

siswa untuk berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok

(pembelajaran tanpa adanya umpan balik dari siswa). Di dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan

yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3)

keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Dalam proses

belajar mengajar di kelas, kemampuan berbicara dapat diwujudkan

dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru atau siswa

lain (berargumentasi), debat dan sebagainya. Metode diskusi

merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran dalam proses

belajar mengajar sehingga guru dan siswa, bahkan antar siswa terlibat

dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua

arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi,

pembahasan maupun pengambilan keputusan. Berdasarkan temuan

tersebut maka direkomendasikan mengenai pentingnya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang menerapkan metode

diskusi untuk melatih keterampilan berbicara siswa.

(kata kunci: metode diskusi, pembelajaran bahasa indonesia,

keterampilan berbicara siswa)

Page 2: Jurnal ptk

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang

sikolah dasar. Tetapi pembelajaran Bahasa Indonesia sampai sekarang ini masih

mengacu pada model pembelajaran lama (tradisional). Pembelajaran pada guru atau

center teacher instruction yang lebih mengutamakan suatu teori daripada praktik

sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekedar pengetahuan yang harus

diketahui atau dihafalkan oleh siswa tanpa adanya suatu pengalaman dari siswa akan

manfaat atau kegunaan materi yang diajarkan guru dengan situasi yang ada.

Peran guru sangat dominan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Guru diposisikan sebagai sumber ilmu dan sumber informasi yang dibutuhkan oleh

siswa, daripada guru diposisikan sebagai fasilitator. Selama kegiatan belajar

mengajar guru dituntut selalu aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya pasif

mendengarkan, mencatat dan tanpa komentar. Guru jarang melibatkan siswa untuk

berdiskusi baik secara individu atau secara kelompok (pembelajaran tanpa adanya

umpan balik dari siswa). Interaksi yang timbul hanya sebatas interaksi satu arah,

yaitu interaksi antara guru dengan siswa saja. Padahal interaksi merupakan salah satu

unsur penting untuk menentukan efektif atau tidaknya suatu pembelajaran.

Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek

keterampilan yaitu (1) Keterampilan menyimak; (2) Keterampilan berbicara; (3)

keterampilan menulis; dan (4) keterampilan membaca. Tinggi rendahnya kompetensi

kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan

berbahasanya. Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

kemampuan memahami (comprehension) dan mempergunakan ( production),

masing-masing bersifat reseptif dan produktif. Kemampuan produktif adalah

keterampilan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah

kemampuan menyimak/mendengarkan dan membaca. Keempat keterampilan ini

tidak dapat dipisah tetapi dapat dibedakan.

Kebanyakan guru Bahasa Indonesia yang menganggap bahwa berbicara

merupakan aspek pembelajaran yang kurang mendapatkan perhatian dari siswa.

Kenyataan ini membuat guru cenderung untuk mengalihkan materi berbicara dengan

materi lain atau mengganti dengan tugas yang lain sebagai pekerjaan rumah.

Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dimiliki

Page 3: Jurnal ptk

oleh seseorang, dan kemampuan itu bukanlah kemampuan yang diperoleh secara

turun temurun melainkan kemampuan yang timbul secara alamiah. Dan kemampuan

berbicara memerlukan latihan, pengarahan, dan bimbingan intensif. Dalam

kenyataannya, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan yaitu berbicara

dan mendengarkan selebihnya barulah menulis dan membaca. Akan tetapi

adakalanya seseorang berbicara dalam situasi formal sering timbul rasa gugup,

sehingga gagasan yang dikemukakan tidak bisa dipahami atau diterima orang lain

karena dalam menyampaikan bahasanya menjadi tidak teratur. Berbicara dalam

situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik memerlukan latihan

dan bimbingan yang intensif. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kemampuan

berbicara dapat diwujudkan dalam kegiatan berdiskusi, menanggapi pertanyaan guru

atau siswa lain ( berargumentasi ), debat dan sebagainya.

Dalam upaya melatih kemampuan berbicara siswa dalam kegiatan belajar

mengajar diperlukan adanya pemilihan metode yang tepat dan dapat mendukung

tercapainya tujuan yang diinginkan. Metode diskusi merupakan salah satu cara

penyajian bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga guru dan siswa,

bahkan antar siswa terlibat dalam suatu proses interaksi secara aktif dan timbal balik

dari dua arah baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan

maupun pengambilan keputusan. Adanya perubahan dalam mengajar atau variasi

guru dalam mengajar secara tepat maka akan menghasilkan siswa yang berprestasi

dan terpendidik. Oleh karena itu, untuk menjadikan siswa yang ulet, tertantang, dan

bermotivasi guru harus profesional dalam menyikapi hal tersebut diantaranya

menggunakan metode diskusi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan,

dan dapat menjadikan siswa yang aktif dan kreatif. Selain anak yang dituntut aktif

dan kreatif, guru juga dituntut untuk senantiasa aktif dan kreatif dalam

mempersiapkan sumber belajar. Kondisi psikologis guru juga dituntut untuk

senantiasa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

(PAKEM). Permasalahan yang melingkupi guru diharapkan tidak mempengaruhi

proses pembelajaran.

Sering kali ditemukan dalam dunia pendidikan khususnya siswa kelas IV

SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun, siswa yang sering dianggap bersalah apabila

siswa mendapat nilai yang kurang baik. Namun, tidaklah tepat apabila hanya siswa

Page 4: Jurnal ptk

saja yang disalahkan karena hingga saat ini masih sering pula ditemukan guru yang

dalam penyampaian atau penyajian materi hanya dengan menggunakan metode

ceramah saja dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpikir atau untuk

menemukan suatu masalah atau informasi yang penting pada pembelajaran tersebut.

Dalam hubungan dengan pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa,

diperlukan satu standar kompetensi sebagai tolok ukur kemampuan yang dimiliki

oleh siswa. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa standar

kompetensi mata pelajaran Bahsa Indonesiaberorientasi pada hakikat pembelajaran

bahasa yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi

dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis serta menimbulkan

penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia (2004:136). Disebutkan pula,

salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial (2004:137).

Mengacu pada adanya kondisi seperti itu dan dilandasi oleh keinginan peneliti untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Balerejo 2 Kebonsari

Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti mencoba menerapkan metode

diskusi karena adanya keunggulan yang dijanjikan oleh metode diskusi. Diantaranya,

siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas berpikir, berpendapat,

menanggapi/berargumentasi tentang persoalan-persoalan ataupun hal-hal yang telah

disampaikan guru, siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyumbangkan

pikirannya, dan metode diskusi dapat mendinamiskan kelas dalam proses belajar.

Berdasarkan paparan di atas peneliti berupaya untuk melatih keterampilan berbicara

siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan melakukan penelitian yang berjudul,

“Peningkatan Keterampilan Berbicara Diswa Dengan Penerapan Metode Diskusi

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa kelas IV SDN Balerejo 2

Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013”.

Page 5: Jurnal ptk

B. Kajian Pustaka

1. Metode Diskusi

Diskusi menurut Mohamad Ali (1990 : 261) adalah: ”Kegiatan yang

dilakukan sejumlah orang untuk membicarakan atau untuk memecahkan suatu

masalah” Dan menurut W.J.S Poerwadarminta (1990 : 671) mengatakan bahwa

diskusi adalah ”Pembicaraan dua orang atau lebih un tuk memecahkan suatu

masalah”.

Dapat didefenisikan metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar

mengajar yang membicarakan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya).

Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa metode diskusi

adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk

memecahkan suatu masalah melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau

masalah untuk mencari jawaban berdasarkan fakta yang mendukung.

Adapun keunggulan dari metode diskusi adalah:

Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi

secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun

pertanyaan diskusi.

a. Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun

sesudah metode-metode yang lain.

b. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berfikir kritis, partisipasi

demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara

yang dilakukan tanpa persiapan.

c. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji,

mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang

diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan

pertimbangan kelompok.

d. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami

kebutuhan memberi dan menerima (take and give).

e. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan

masalah.

Page 6: Jurnal ptk

Selain keunggulan, menurut beberapa penulis metode ini juga memiliki

kelemahan antara lain:

a. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara

hati-hati.

b. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan

perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.

c. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setujuatau

membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang akan

dicapai belum tentu dilaksanakan.

d. Metode ini sering kali didominasi oleh seseorang atau bebarapa orang

anggota diskusi, dan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton.

e. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar

dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Replublik Indonesia No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (2003: 9).

Menurut Djago Tarigan dkk (2005:4.17), karakteristik pembelajaran

bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Setiap pembelajaran bahasa Indonesia berupa kegiatan siswa;

b. Setiap pembelajaran berkaitan dengan kegiatan berbahasa seperti

menyimak, berbicara, membaca, atau menulis sebagai fokusnya;

c. Setiap pembelajaran dimulai dengan kata kerja;

d. Setiap pembelajaran dapat dikembangkan secra kreatif;

e. Setiap pembelajaran berkaitan dengan komponen PBM dan pendekatan

CBSA, ketrampilan proses serta pendekatan komunikatif.

Menurut St. Y. Slamet (2008:6), pengajaran bahasa Indonesia pada

hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran

tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu

dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang tengah diajarkan bukan

Page 7: Jurnal ptk

sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosakata, teori sastra

sebagai pendukung atau alat penjelas.

Sedangakn menurut Nurhadi (2004:193), pengajaran bahasa bertujuan

agar pembelajar atau siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Kemampuan berbahasa nyata harus menjadi tujuan utama pengajaran bahasa

Indonesia. Anak-anak diharapkan dapat membaca, menulis, berbicara dan

mendengarkan dengan baik. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam

bahasa secara lisan dan tertulis.

3. Karakteristik Anak SD

a. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani

1) Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain,

sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi

ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak

berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara

lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua

terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.

2) Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi

lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang

memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang,

perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anak.

3) Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak.

Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita

kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak

dan kesehatan anak.

4) Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang

sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan

penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua

selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi,

Page 8: Jurnal ptk

kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari

sekalipun sederhana.

b. Perkembangan Intelektual dan Emosional

1) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor

utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan

pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual

tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki

kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam

berkomunikasi dengan teman-temannya.

2) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya

perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan

orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional

tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.

3) Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan

kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak

dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali

juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat

mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat

dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.

Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu

menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat

mempengaruhi keseimbangan emosional anak.

4) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali

bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada

perkembangan emosional anak.

5) Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang

tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli,

misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan

berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak

dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang

dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan

emosional anak.

Page 9: Jurnal ptk

6) Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran

orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang

sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan

stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali

mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh

melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan

lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang

bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam

masyarakat.

c. Perkembangan Bahasa

Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua

yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari

yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan

mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi

setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang

tua membimbing anaknya.

Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas

kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk

membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri,

(e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk

mempengaruhi perilaku orang lain.

Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a)

kematangan alat berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik

untuk dicontoh oleh anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk

belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang tua.

Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat

gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b)

anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.

d. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap

Page 10: Jurnal ptk

1) Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan

juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat

dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak,

mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan

penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau

berperilaku yang positif.

2) Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu

yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan

maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat

diterima dalam masyarakat luas.

3) Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b)

memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d)

memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.

4) Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif,

(b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.

5) Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c)

konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak

melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat

kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

4. Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efekrif dan Menyenangkan (PAKEM)

Sebagai model pembelajaran, PAKEM diharapkan dapat digunakan

dalam proses pembelajaran di kelas dengan variasi pembelajaran yang

menuntut siswa aktif kreatif dalam kondisi belajar yang menyenangkan

sehingga akan efektif dalam mencapai tujuan.

Menurut Suyatno (2005:1) pembelajaran yang menyenangkan adalah

pembelajaran yang cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau

siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya siswa

akan pasif, jenuh, dan masa bodoh.

Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman

dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar berbuat;

Page 11: Jurnal ptk

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan

dan cocok bagi siswa;

c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang

lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”;

d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk belajar kelompok;

e. Guru mendorong siswa menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu

masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam

menciptakan lingkungan sekolahnya.

Peran guru dalam PAKEM meliputi a) sebagai fasilator dan motivator

dalam pembelajaran; b) kreatif dalam mendesain pembelajaran dan

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; c) menggunakan metode

pembelajaran dan masalah aktual dalam proses pembelajaran; d) menciptakan

suasana belajar yang demokratis dan mendorong siswa berani menyampaikan

gagasan/ide; dan e) mengadakan pendekatan kasih sayang.

Sebagai subuah pendekatan PAKEM memiliki karakteristik:

a. Dari segi pendekatan pembelajaran, PAKEM lebih berpusat pada siswa,

artinya dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilatator,bukan

penceramah, fokus pembelajaran pada siswa bukan guru, siswabelajar

aktif, dan siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya mereka

sendiri, tidak mengutip dari guru.

b. Dilihat dari strategi pembelajarannya, PAKEM berpusat pada siswa yang

bentuknya bisa bermain peran, pemecahan masalah, belajar kelompok,

diskusi kelas/debat, praktik keterampilan, penelitia/riset atau menulis

dengan kata-kata sendiri.

5. Keterampilan Berbicara

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1918: 154) Keterampilan berbahasa

meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Keterampilan berbahasa merupakan tindak menggunakan bahasa secara nyata

untuk maksud berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau sebagai kebalikan

Page 12: Jurnal ptk

kompetensi : perfomansi, merupakan manifestasi nyata kompetensi

kebahasaan seseorang. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang

pada umumnya tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan berbahasa dapat dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu kemampuan memahami (comprehension) dan

mempergunakan (production), masing-masing bersifat reseptif dan produktif.

Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan produktif dan

kemampuan reseptif. Kemampuan produktif adalah keterampilan berbicara

dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif adalah kemampuan menyimak

dan mendengar serta membaca. Disatu pihak, keterampilan mendengar

dibedakan dengan keterampilan berbicara. Di pihak lain keterampilan

membaca dibedakan dengan keterampilan menulis (depdikbud, 1999 : 16).

Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1997 : 20), keterampilan berbahasa

bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata-

semata. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan berbahasa hanya dengan

duduk mendengar keterangan guru dan mencatat apa yang didengarnya dalam

buku tulis. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh melalui kegiatan

menghafal. Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih degan melakukan

kegiatan berbahasa terus menerus.

Selanjutnya dikatakan bahwa untuk dapat mengajarkan keterampilan

berbahasa sesungguhnya siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan

kegiatan berbahasa dalam konteks sesungguhnya. Untuk mempertajam

keterampilan memahami berbahasa, siswa perlu dihadapkan atau dipajankan

pada berbagai jenis teks tulis dan jenis komunikasi lisan. Untuk mempertajam

keterampilan menggunakan bahasa siswa perlu diberi peluang menyusun dan

merangkaikan kalimat untuk berbagai keperluan komunikasi baik lisan

maupun tulisan.

Mukhsin Ahmadi (1990:18) berpendapat bahwa keterampilan

berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksikan arus

sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan,

dan keinginan kepada orang lain. Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1997:51)

Page 13: Jurnal ptk

menjelaskan bahwa berbicara/bercakap-cakap adalah melahirkan pikiran dan

perasaan yang teratur dengan memakai bahasa lisan.

Berbicara sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari

menurut Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S ( dalam Suyitno, 2007 : 2 ).

Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik akan dapat

dengan mudah menyampaikan ide dan gagasan-gagasannya, yang bisa

dipahami dan diterima dengan baik oleh orang lain. Sebaliknya, jika seseorang

kurang memiliki kemampuan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam

menyampaikan ide dan gagasan itu kepada orang lain. Sehingga ide dan

gagasan yang dimaksud tidak dapat dipahami atau diterima dengan baik oleh

orang lain.

Berbicara atau bercakap-cakap dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

bercakap-cakap spontan dan bercakap-cakap terpimpin. Tujuan pengajaran

berbicara spontan antara lain: 1) melatih siswa melahirkan isi hatinya (pikiran,

perasaan, dan kemauannya) secara lisan dengan bahasa yang teratur dan

kalimat yang baik; 2) memperbesar dorongan batin akan melahirkan isi

hatinya; 3) memupuk keberanian berbicara pada anak-anak; 4) menambah

perbendaharaan bahasa anak; dan 5) dari sudut psikologi humanismenya

adalah memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan dirinya (Ngalim

Purwanto, 1997:52). Tujuan pengajaran berbicara terpimpin adalah untuk

membuat siswa berani menyatakan pendapatnya, menghilangkan rasa malu

dan rasa ragu-ragu (Ngalim Purwanto, 1997:55).

Dalam penilaian kompetensi berbicara aspek yang dinilai adalah

kemampuan mengungkapkan pendapat , kelancaran menyampaikan pendapat,

ketepatan bahasa, dan kebenaran ragam bahasa. Alat ukur tes kompetensi

berbicara adalah non tes bentuk pedoman pengamatan atau wawancarasesuai

dengan aspek-aspek penilaian dengan skala bertingkat. Misalnya, skala

1sampai 5. Caranya adalah menyuruh siswa tampil ke depan kelas secara

bergiliran untuk menyampaikan 1 atau 2 kalimat utama sebagai pikiran utama

dari suatu paragraf. Atau mengemukakan pengalaman pribadinya yang paling

menarik.

6. Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran

Page 14: Jurnal ptk

Dalam melaksanakan kegiatan diskusi agar dapat tercapai dengan baik,

seorang pendidik hendaknya telah siap dengan jumlah topik yang menarik

untuk didiskusikan dan siswa harus memiliki seperangkat pengatahuan dan

pengalaman tentang topik atau masalah yang akan didiskusikan sehingga

kedua belah pihak mampu memecahkan masalah tersebut dan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan demokratis secara maksimal

terhadap siswa.

Pada satiap penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru dan atau siswa

melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Sebaiknya dilakukan pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang

dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi

b. Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan.

c. Menentukan jenis diskusi yang akan digunakan.

d. Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan jenis diskusinya.

Kegiatan pada saat dilakukannya diskusi.

a. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi dan

kegiatan diskusi yang akan dilakukan.

b. Para siswa dan atau para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi

c. Pelaporan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru.

Kegiatan setelah dilakukan diskusi

a. Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan

kesulitan yang timbul selama diskusi.

b. Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi

dari para siswa serta lembaran komentar.

Tugas utama seorang guru dalam kegiatan diskusi berlangsung adalah

dapat mengkondisikan kelas agar disiplin dan tertib supaya diskusi terjadi

lebih menarik dan menantang keingintahuan siswa, dan keadaan ini tentunya

memberikan peluang bagi para siswa untuk berpartisipasi aktif mengikuti

perkembangan diskusi.

C. Metodologi Penelitian

Page 15: Jurnal ptk

Penelitian ini dilakukan di SDN Balerejo 02 Madiun, selama 3 bulan

September sampai November 2012. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV

sejumlah 14 orang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).

PTK adalah penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan

hasil pembelajaran di kelas, atau memecahkan masalah pembelajaran dikelas/di

latar penelitian yang dilakukan secara bersiklus. Adapun alur penelitian tindakan

kelas yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Studi awal identifikasi masalah

SIKLUS I

Tindakan dan pengamatan

Rencana siklus II

Belum

Analisis-refleksi

Tindakan dan pengamatan

Rencana siklus I

Berhasil

Simpulan

Berhasil

SIKLUS II

SimpulanAnalisis-refleksi

Bagan I alur Penelitian Tindakan Kelas Diadaptasi dari Arikunto (1996)

Page 16: Jurnal ptk

Model pelaksanaan PTK ini menggunakan model PTK “guru sebagai

peneliti” dengan acuan model siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan

Taggart (1990), dengan digambarkan segaia berikut:

-------------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------

Pada model siklus di atas tampak bahwa pada setiap siklus terdiri atas:

planning-perencanaan, acting&observing-tindakan dan pengamatan, reflecting-

perefleksian, dan revise plan-perbaikan rencana. Dalam penelitian ini kegiatan-

kegiatan dalam siklus PTK dapat dipaparkan sebagai berikut:

Siklus 1

Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi,

dan perbaikaan rencana.

Revise

Planning

Revise

Reflectin

Action and

Reflectin

Planning

Action and

Siklus...dst

Siklus 1

Siklus 2

dst

Page 17: Jurnal ptk

Perencanaan

Pada tahap perencaan, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan

melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran keterampilan berbicara di kelas

4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun. Peneliti berupaya untuk mengingat kembali

bebagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, mewawancarai

siswa kelas 4 SDN Balerejo 2 Kebonsari Madiun untuk mengungkapkan kesuitan-

kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar berbicara. Di

samping itu peneliti menelaah dokumen-dokumen tentang keterampilan berbicara

siswa berupa dokumen latihan dan penugasan, dokumen hasil tes kinerja tentang

keterampilan berbicara siswa.

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan pembutan desain

pembelajaran yang berupa RPP, penyiapan soal untuk penjajagan kemampuan

awal siswa, penyiapan LKS, penyusunan perangkat uji kompetensi siswa yang

berkaitan dengan keterampilan berbicara, dan menyiapkan instrumen untuk

pengumpulan data berupa pengamatan, observasi, wawancara, dokumentasi.

Pelaksaan Tindakan dan Observasi

Pada tahap ini peneliti mempraktikan pembelajaran sesuai dengan desain

pembelajaran (RPP) yang telah disusun, membuat catatan hasil pengamatan

terhadap proses dan hasil pembelajaran, keaktifan dan kreativitas siswa yang

tampak dan mendokumentasikan hasil-hasil latihan dan penugasan siswa.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti melakukan refleksi atas proses dan

hasil pembelajaran yang dicapai pada proses tindakan ini. Refleksi ilakukan untuk

mengkaji apa-apa yang belun dilakukan, dicapai, dipecahkan yang akan

dilanjutkan/diimplementasikan pada siklus 2.

Siklus 2

Pada siklus 2 ini kegiatan sama dengan siklus 1.

Siklus 3

Jika pada siklus 2 indikator keberhasilan penelitian belum dicapai maka sangat

dimungkinkan dilanjutkan pada siklus 3.

Page 18: Jurnal ptk

Penelitian berikut akan mengungkapkan gambaran yang jelas dan

mendalam mengenai penerapan metode diskusi dalam pembelajara Bahasa

Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Sumber data penelitian berikut terdiri dari subyek pelaku dan dokumen.

Subyek penelitian meliputi guru dan siswa, disini peneliti mengamati aktivitas

guru dan aktivitas siswa. Dokumen yang di gunakan adalah silabus, RPP dan

laporan hasil belajar siswa. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain.

Dalam penelitian berikut, peneliti menggunakan sumber data yang berupa

kata-kata lisan maupun tertulis, tindakan dan sekaligus data tertulis berupa

dokumen. Sumber data kata-kata digali dengan menggunakan wawancara

mendalam terhadap guru dan siswa. Sumber data tindakan diperoleh dari

observasi langsung terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa, juga dari foto dan

rekaman video. Sedangkan data tambahan berupa dokumen dilakukan dengan

telaah pada silabus pembelajaran, RPP dan laporan hasil belajar siswa.

Teknik wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan mengguanakan

wawancara berdasarkan pada pedoman umum (Poerwandari, 2001: 76). Sebelum

memulai kegiatan wawancara, peneliti telah menyusun kisi-kisi instrumen

penelitian yang berisi garis besar pokok-pokok masalah yang disusun bedarasar

kajian teori. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti

mengenai aspek-aspek yang harus dibahas atau ditanyakan. Wawancara dilakukan

secara terfokus, artinya wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal

atau aspek-aspek tertentu dari pengalaman subyej yang diharapkan peneliti dapat

menjawab pertanyaan penelitian. Selama proses wawancara tersebut direkam dan

dicatat pada notes.

Untuk penelitian kualitatif, istilah validitas lebih mengacu pada

kredibilitas atau derajat kepercayaan data. Salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.

Triangulasi memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data utama untuk keperluan

pengecakan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2006:

330). Sebagaimana disebutkan oleh Poerwandari (2001: 108) bahwa triangulasi

Page 19: Jurnal ptk

mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk

menjelaskan suatu hal tertentu sehingga dapat meningkatkan generabilitas

penelitian kualitatif. Neuman (dalam Susari, 2005:59) menyebutkan bahwa

triangulasi adalah melihat dari sudut pandang dalam suatu penelitian. Triangulasi

bertujuan untuk mengurangi kecenderungan terjadinya kesalahan interpretasi

dengan menggunakan bermacam-macam prosedur termasuk mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya (Denzin, 2000 dalam Susari,2005:59).

Patton (dalam Poerwandari, 2001: 109) menyatakan bahwa triangulasi

dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu:

1. Triangulasi data, dengan menggunakan variasi sumber data yang berbeda.

Moleong (2006: 331) menambahkan bahwa variasi sumber data dapat dicapai

dengan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian di

depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (c)

membandingkan apa yang dikatakan subyek penelitian tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d)

membandingkan keadaan dan perspektif subyek penelitian dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang di luar subyek, (e) membandingkan hasil

wawancara dan atau hasilobservasi dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi peneliti, dengan menggunakan beberapa orang peneliti atau

evaluator yang berbeda untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data

sehingga dapat mengurangi kemelencengan pengumpulan data. Pada

dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dengan

menggunakan teknik berikut. Cara lain adalh dengan membandingkan hasil

pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya (Moleong, 2006:331).

Triangulasi peneliti tidak digunakan karena pada penelitian berikut ini,

peneliti melakukan pengambilan data serta interpretasinya secara mandiri.

3. Triangulasi teori, dengan menggunakan beberapa sudut pandang yang

berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. Moleong (2006: 331)

menguntip pendapat patton (1987) bahwa triangulasi berikut ini disebut juga

dengan penjelasan bandinng (rival explanation).

Page 20: Jurnal ptk

4. Triangulasi metodologis, dengan menggunakan beberapa metode yang

berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Triangulasi metodologis tidak

digunakan karena pada penelitian berikut ini, peneliti hanya menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Jadi secara singkat triangulasi dapat dilakukan dengan jalan mengajukan

berbagai macam variasi pertanyaan, mengecek hasil wawancara dengan berbagai

sumber data lain serta memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan

kepercayaan data dapat dilakukan.

Dalam penelitian berikut peneliti menggunakan triangulasi data, yaitu

dengan mengumpulkan informasi dari hasil wawancara dan observasi serta telaah

dokumen. Selain itu juga digunakan triangulasi teori, yaitu melalui paradigma

interpretif dan teori mengenai pembelajaran tematik dan permainan tradisional

dakon untuk menganalisis data.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam proses koding peneliti

akan mengolah data yang berupa transkrip wawancara sehingga dapat

menemukan fakta konkret sebagai bentukan kategori untuk kemudian

mengembangkan pola hubungan antar kategori tersebut dalam bentuk bagan dan

selanjutnya menganalisa pola hubungan yang terbentuk secara tematik. Hasil

analisa tersebut menjadi dasar dari interpretasi peneliti.

Menurut Kvale (dalam Poerwandari, 2001: 95) interpretasi mengacu pada

upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti

memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasikan

data melalui perspektif tersebut.

Terdapat 3 konteks situasi dan komuditas validasi yang dapat

memunculkan interpretasi yang berbeda pula, yaitu:

1. Konteks interpretasi pemahaman diri, yaitu berusaha memaknai pernyataan-

pernyataan informan atau subyek peneliti sebagai pemahaman diri pribadi

individu.

2. Konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis, yaitu berusaha

menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka

pemahaman subyek. Bersifat kritis terhadap pernyataan subyek dengan

menempatkan diri sebagai masyarakat umum.

Page 21: Jurnal ptk

3. Konteks interpretasi pemahaman teoritis, yaitu menggunakan kerangka teoritis

tertentu yang digunakan untuk memahami pernyataan subyek.

Meskipun berbeda situasi akan tetapi ketiga konteks pemahaman tersebut

dapat saling diintegrasikan satu sama lainnya dan dapat dilihat saling

keterkaitannya sehingga peneliti tersebut dapat mencakup seluruh sudut

pandang interpretasi.

D. Simpulan dan Saran

Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena metode

diskusi adalah suatu cara kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang (dapat

guru dan siswa atau siswa dan siswa lainnya) untuk memecahkan suatu masalah

melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah untuk mencari jawaban

berdasarkan fakta yang mendukung.

Adapun saran yang bisa diajukan dalam penelitian ini adalah guru di

dalam pelaksanaan pembelajaran harus mampu memilih dan menentukan strategi,

metode, media yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran serta guru harus

dapat memanfaatkan media yang ada di lingkungan sekitar untuk pembelajaran.

Penerapan metode diskusi harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten

sehingga keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

dapat meningkat.

Page 22: Jurnal ptk

Daftar Pustaka

Budi Santoso, Agus. 2006. Implementasi Model PAKEM dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Siswa di Sekolah Dasar (Jurnal Pendidikan). Madiun: IKIP PGRI Madiun.

Dwi Susari, Hermawati. 2011. Implementasi Kegiatan Outbound dalam Upaya Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini (Premier Educandum). Madium: PGSD IKIP PGRI Madiun.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE- YOGYAKARTA.

Tryanasari, Dewi. 2011. Penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa Terbimbing Berbasis Inquiry Pada mata kuliah Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (PKBI) Untuk Mengembangkan Karakter Mahasiswa PGSD IKIP PGRI Madiun (Premier Educandum). Madiun : PGSD IKIP PGRI Madiun.

http://fusliyanto.wordpress.com/2009/10/12/keterampilan-berbahasa/

http://massofa.wordpress.com/2010/12/09/kajian-proses-pembelajaran-bahasa-indonesia-di-sd/

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/metode-metode-dalam-pembelajaran-bahasa.html