jurnal pola komunikasi pekerja sosial pada eks wanita … · pola komunikasi pekerja sosial pada...

20
1 Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA Oleh Rosita Nur Anggraini D1213064 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

1

Jurnal

POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA

SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA”

SURAKARTA

Oleh

Rosita Nur Anggraini

D1213064

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 2: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

2

POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA

SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA”

SURAKARTA

Rosita Nur Anggraini

Tanti Hermawati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Social problems are phenomena that appear in social life is always there

along with the times. One of the social problems that a crucial issue in Indonesia

is the existence of prostitutes (WTS). As part of an effort to return humans

normative government has a Social Rehabilitation Institute "Wanita Utama"

Surakarta as a place to rehabilitate former prostitutes within the territory of the

province of Central Java. Various guidance in Social Rehabilitation Institute

"Wanita Utama" Surakarta is a series of rehabilitation activities aimed at

developing the potential of ex-prostitutes and make them to be normative. The

social worker is supervising former prostitute at Social Rehabilitation Institute

"Wanita Utama" Surakarta. Social workers use communication as their way to

deliver a message to former prostitutes often called the beneficiary.

Purpose of this study was to determine the communication patterns of

social workers to the beneficiaries in the Social Rehabilitation Institute "Wanita

Utama" Surakarta. Moreover, the authors also identify factors inhibiting and

supporting the communication of social workers to beneficiaries.

This research is a qualitative descriptive study aimed to describe, explain,

explained and analyze the data in depth. Data was collected through interviews

and documentation. While the withdrawal of the sample used in this research is

purposive sampling. Methods of data analysis in this study using triangulation of

data sources. The theory used is the use of interpersonal communication, group

communication and mass mediated communication.

From this research it is known that the communication patterns of social

workers to beneficiaries using interpersonal communication, group

communication and mediated communication. In the communication used social

worker beneficiaries have their uniqueness in accordance with the purpose of

Page 3: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

3

communication. Moreover, the authors also identify factors inhibiting and

supporting the communication of social workers to beneficiaries.

Keywords: pattern, communication, interpersonal, group, mass media, social

workers, beneficiaries.

Pendahuluan

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi banyak membawa dampak

dikehidupan ini, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif

dari kemajuan teknologi adalah semakin mudahnya sarana dan prasarana yang

memudahkan manusia melakukan aktivitas di kehidupan ini. Sedangkan dampak

negatif dari kemajuan ini memunculkan banyak masalah-masalah sosial seperti

perilaku menyimpang yang melanggar norma-norma sosial yang sudah ada.

Masalah sosial adalah fenomena yang muncul dikehidupan bermasyarakat

yang selalu ada seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu masalah sosial

yang menjadi persoalan krusial di Indonesia adalah keberadaaan wanita tuna

susila (WTS). Permasalahan wanita tuna susila (WTS) yang belum terselesaikan,

menjadi bayang-bayang pemerintah untuk melakukan upaya dalam mengurangi

dan menghilangkan permasalahan tentang wanita tuna susila. Permasalahan

tentang wanita tuna susila tidak akan terjadi apabila komunikasi antarpribadi,

keluarga, dan masyarakat berjalan tepat sebagaimana mestinya. Komunikasi

bersifat fundamental dalam kehidupan sehari-hari karena kita tidak dapat hidup

tanpa berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses untuk menyampaikan pesan

dari komunikator kepada komunikan sehingga tercapainya tujuan, yaitu

pemahaman bersama atas pesan yang disampaikan.

Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa pemerintah memiliki

Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta untuk merehabilitasi wanita

tuna susila yang terkena razia polisi dan satpol PP. Balai Rehabilitasi Sosial

“Wanita Utama” Surakarta merupakan sebuah Balai Rehabilitasi Sosial Unit

Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan UU Kesos No 11 tahun 2009, Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita

Utama” Surakarta merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk

Page 4: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

4

memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar

dikehidupan bermasyarakat. Sehingga tujuan dari Balai Rehabilitasi Sosial

“Wanita Utama” Surakarta adalah memulihkan kembali harga diri, percaya diri,

kesadaran, serta tanggungjawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

masyarakat atau lingkungan sosialnya serta mengembangkan kemampuan

seseorang yang telah mengalami disfungsi sosial agar dapat kembali normal

seperti yang seharusnya.1

Balai Rehabilitasi Sosial memiliki berbimbingan diantaranya: bimbingan

mental, bimbingan fisik, sosial, ketrampilan. Tujuan dari bimbingan ini agar eks

wanita tuna susila (WTS) kembali mendapatkan jati diri dan harga dirinya

dimata masyarakat, tidak lagi dianggap sebelah mata oleh masyarakat dan

untuk kembali hidup normal diterima oleh masyarakat. Pekerja sosial perlu

memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik dalam menghadapi penerima

manfaat atau eks WTS, seperti halnya komunikasi kesehatan yang dilakukan

antara dokter dengan pasiennya. Arianto dalam jurnal komunikasi kesehatan

antara dokter dan pasien menyebutkan bahwa komunikasi kesehatan dokter dan

pasien yang sukses dan komunikatif akan berdampak positif bagi pasien. Hal ini

berdampak pada efektifitas komunikasi antara dokter dan pasien yang merupakan

penentu utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap pengobatan dan

perawatan. Secara khusus hubungan interpersonal dokter dan pasien yang baik

akan menciptakan keramahan, perilaku sopan, percakapan sosial, perilaku

mendukung, serta dapat membangun kemitraan, dan menimbulkan rasa empati

selama konsultasi.2

Melalui komunikasi dalam berbagai bimbingan yang dilakukan oleh

pekerja sosial diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku penerima manfaat

menjadi normatif. Pekerja sosial adalah orang yang berperan penting dalam

memantau perkembangan penerima manfaat dan menjadi fasilitator untuk

1 (Sumber: Leaflet Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tentang Balai Rehabilitasi

Sosial “Wanita Utama” Surakarta edisi 2015) 2 Arianto. 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi antara Dokter dan Pasien). Jurnal

Komunikasi. Volume 03 Nomor 2. Hal : 12

Page 5: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

5

penerima manfaat selama masa rehabilitasi berlangsung. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian tentang pola komunikasi pekerja sosial pada eks wanita tuna

susila di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam upaya

merubah perilaku penerima manfaat menjadi normatif dan dapat menjalankan

peran sosial di lingkungan masyarakat sehingga tidak kembali menjadi wanita

tuna susila lagi.

Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pola komunikasi pekerja sosial pada eks Wanita Tuna Susila (WTS) di

Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pola komunikasi pekerja sosial pada eks Wanita Tuna Susila

(WTS) di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta?

Telaah Pustaka

1. Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari

komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial pasti berinteraksi dengan

sesama. Komunikasi digunakan untuk berinteraksi dan melakukan

aktivitas, juga memenuhi kebutuhan sehari-hari. Istilah komunikasi atau

communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti

pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang bermakna

umum atau bersama-sama.

Para ahli banyak mendefinisikan tentang pengertian komunikasi,

salah satunya adalah Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktik yang mendefinisikan komunikasi sebagai:

Proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

Page 6: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

6

memberitahu atau untuk mengubah sikap dan perilaku baik secara

langsung lisan maupun tidak langsung menggunakan media (Effendi,

1986:6).

Selain itu Carl I. Hovland, Jannis & Kelley dalam buku Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktik menyebut komunikasi “The process by

which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal

symbols) to modify the behavior of other individu”. Artinya komunikasi

sebagai suatu proses melalui makna seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)

(Fajar, 2009: 31-32).

Dalam proses komunikasi, pesan berbentuk verbal maupun non

verbal. Seperti yang disampaikan Barelson dan Steiner, bahwa definisi

komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, ketrampilan, dan

seterusnya melalui penggunaan simbol, kata, gambar, angka, grafik, dan

lain-lain (Fajar, 2009 : 32). Artinya dalam proses komunikasi pesan

disampaikan melalui lambang-lambang baik verbal seperti ucapan,

kalimat, kata-kata maupun nonverbal seperti gerak tubuh, ekspresi wajah,

dan lain sebagainya.

Untuk lebih memahami pengertian komunikasi, Harold Laswell

dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society

dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik mengatakan cara yang

tepat untuk menjelaskan komunikasi dengan menjawab pertanyaan sebagai

berikut: Who, Says What In Which Channel, To Whom, With What, Effect?

Paradigma Laswell menunjukan ada 5 unsur dalam komunikasi yaitu :

a. Komunikator (meliputi sumber atau sender)

b. Pesan ( dapat berupa simbol, kata, gambar, angka, grafik )

c. Media ( channel, sarana dan media )

d. Komunikan ( penerima atau receiver, recipient)

e. Efek (impact atau sebab akibat) ( Fajar, 2009: 32).

Page 7: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

7

2. Tujuan Komunikasi

Berbagai definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi dapat

dikatakan berhasil apabila tujuan dari komunikator tersampaikan kepada

komunikan. Tujuan dari komunikasi adalah membangun atau menciptakan

pemahaman bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus

menyetujui tetapi dengan komunikasi dapat terjadi perubahan sikap,

pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial (Fajar, 2009:60).

a. Perubahan Sikap (attitude change)

Dalam berbagai situasi seorang komunikan berusaha

mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain

(komunikan) bersikap positif sesuai dengan keinginan atau harapan

kita.

b. Perubahan Pendapat (opinion change)

Diharapkan dalam komunikasi dapat mencapai tujuannya,

yaitu menciptakan pemahaman bersama. Sehingga antara komunikator

dan komunikan yang awalnya berbeda pendapat menjadi sependapat.

c. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi juga bertujuan untuk mengubah perilaku maupun

tindakan seseorang. Peran balai rehabilitasi sosial bagi penerima

manfaat adalah mengubah perilaku negatif kedalam perilaku positif

melalui berbagai bimbingan yang ada.

d. Perubahan Sosial (social change)

Komunikasi dapat menciptakan dan memelihara ikatan

hubungan dengan oranglain sehingga tercipta hubungan yang semakin

baik antar sesama.

Tujuan komunikasi disini merujuk pada hasil yang diinginkan

atau diharapkan oleh pelaku komunikasi. Menurut Wilburn Scramm

(1974) dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik tujuan komunikasi

dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yaitu kepentingan

sumber/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan (Fajar,

2009:60)

Page 8: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

8

3. Pola Komunikasi

Pola dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model, sistem,

atau cara kerja.3 Pola komunikasi adalah suatu kencenderungan gejala

umum yang menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam

kelompok sosial tertentu. Setiap kelompok sosial tertentu dapat

menciptakan norma sosial dalam proses komunikasinya yang biasanya

ditaati oleh semua anggota kelompoknya. (Suranto, 2010:116)

Selain itu, pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola

hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan

cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami

(Djamarah, 2004:1)

Blumer dalam Theories of Human Communication mencatat

bahwa pola komunikasi merupakan tindakan kelompok yang terdiri atas

pola-pola yang stabil dan selalu berulang yang memiliki makna umum dan

tetap bagi anggota mereka (Little Jhon,dkk, 2009:9).

Sehingga pola komunikasi dapat diartikan sebagai cara seseorang

atau kelompok berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan

dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya

dalam kurun waktu tertentu dan terjadi berulang-ulang.

4. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communications)

Komunikasi antar pribadi atau dikenal dengan interpersonal

communication adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang dan dapat

berlangsung dengan cara tatap muka maupun menggunakan media.

Komunikasi personal berlangsung secara dialogis sambil saling menatap

sehingga terjadi kontak pribadi (Effendy, 2002:125).

Sedangkan komunikasi antar pribadi menurut Bittner (1985)

dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi menerangkan bahwa komunikasi

antar pribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi

berupa kata-kata kepada penerima, dengan menggunakan medium suara

atau human voice (Wiryanto, 2004:32).

3 (sumber: http://kbbi.web.id/pola).

Page 9: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

9

Selain itu, Josep A. Devito (1989) dalam buku Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktik mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah

proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau

diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan

beberapa umpan balik seketika. (Fajar, 2009:78)

Pada hakekatnya interpersonal communication adalah komunikasi

antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap

paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku

seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. (Sunarto,

2003:12). Artinya komunikasi antarpersonal adalah proses dimana orang

bertukar informasi dan perasaan melalui pesan verbal dan non-verbal.

Dalam komunikasi antarpersonal, hal yang utama bukan pada “apa”

melainkan “bagaimana” pesan verbal dan non verbal itu disampaikan.

Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti

apakah komunikasinya berhasil atau tidaknya.

Sedangkan efektivitas komunikasi antar pribadi menurut Kumar

dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Keterbukaan (Openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang

diterima didalam menganggapi hubungan antarpribadi.

b. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai

kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami

orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain

itu, melalui kacamata orang lain itu. Berempati berarti merasakan

apa yang dirasakan orang lain.

c. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan

dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep

yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.

Page 10: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

10

Komunikasi yang terbuka mendukung komunikasi berlangsung

secara efektif.

d. Sikap positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,

mendorong orang lainlebih aktif terhadap dirinya, mendorong

orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi

komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (Equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya

setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa

kedua pihak sama-sama berharga, berguna dan mempunyai sesuatu

yang penting untuk disumbangkan (Wiryanto, 2004)

Efektivitas sering dikenal dengan istilah keberhasilan.

Sehingga keberhasilan komunikasi antarpribadi akan tercipta apabila

adanya rasa keterbukaan, sikap mendukung, sikap positif, rasa empati,

terciptanya suasana yang setara antara komunikator dan komunikan

pada saat komunikasi dilangsungkan.

5. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok diartikan sekumpulan orang yang

mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lainnya, dan

memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.

(Fajar, 2009:65)

Sedangkan Michael Burgoon (1978) dalam buku Pengantar Ilmu

Komunikasi mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi

secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,

yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi

anggota-anggota yang lain secara tepat (Wiryanto, 2004: 46).

Page 11: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

11

Golberg (1975) dalam buku Pengantar Ilmu Komuniasi

mengatakan bahwa komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi,

penelitian dan penerapan yang menitikberatkan, tidak hanya proses

kelompok secara umum tetapi juga pada perilaku komunikasi individu-

individu pada tatap muka kelompok diskusi kecil (Wiryanto, 2004: 47).

Sendjaja dalam buku sosiologi komunikasi mengatakan fungsi

komunikasi kelompok dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat,

kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri (Bungin, 2008:270-

171), yang mencakup :

a. Fungsi hubungan sosial

Dalam fungsi hubungan sosial ini, mencakup bagaimana

suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan

sosial diantara para anggotanya, seperti bagaimana sebuah

kelompok rutin memberikan kesempatan kepada para anggotanya

untuk melakukan aktivitas informal, santai dan menghibur.

b. Fungsi pendidikan

Dalam fungsi ini, bagaimana sebuah kelompok secara

formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan

mempertukarkan pengetahuan.

c. Fungsi persuasi

Didalam fungsi ini seorang anggota kelompok berupaya

memersuasi anggota lainnya supaya melakukan atu tidak

melakukan sesuatu. Misalnya satu anggota kelompok mempersuasi

anggota kelompok lainnya tentang nilai-nilai dan norma yang ada

dikelompok tersebut.

d. Fungsi problem solving

Sebuah kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-

kegiatan untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-

keputusan. Pemecahan masalah atau problem solving ini berkaitan

dengan penemuan alternative atau solusi masalah yang belum

diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision

Page 12: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

12

making) berhubungan dengan pemilihan keputusan diantara dua

atau lebih dari solusi yang ada.

e. Fungsi terapi

Dalam fungsi ini, setiap objek dari kelompok terapi adalah

membantu setiap individu mencapai perubahannya persoalannya.

Artinya individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota

kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun hal

utamanya membantu dirinya sendiri untuk terapi. Tindakan

komunikasi dalam pengungkapan diri disebut self disclosure.

Artinya setiap ada permasalahan para anggota dianjurkan berbicara

secara terbuka apa yang menjadi permasalahannya, agar anggota

kelompok lain dapat memberikan terapi dalam mengatur dan

menyelesaikan permasalahan.

6. Komunikasi Bermedia Massa

Komunikasi bermedia merupakan cara berkomunikasi melalui medium

sebagai alat penyalur ide dalam rangka merebut perhatian khalayak.

Saluran komunikasi menurut Fajar (2009: 55) terbagi menjadi tiga, yaitu :

a. Media Cetak

Dengan adanya komunikasi baru publikasi cetak menjadi

media utama untuk komunikasi internal di kebanyakan organisasi.

Media cetak bisa terdiri dari majalah, koran, surat, newsletter dan

lain sebagainya.

b. Media Elektronik

Menyediakan informasi dalam bentuk Audible, Visual,

Audiovisual yang terdiri dari : televisi, radio, satelit, display, video

atau film, internet (blog, facebook, email, chating)

c. Komunikasi Tatap Muka

Temuan riset menunjukan bahwa karyawan lebih suka

komunikasi secara langsung atau tatap muka dengan atasannya

daripada melalui email, memo, voice mail, dan bentuk lainnya. Studi

Page 13: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

13

menunjukkan bahwa jenis pesan yang mudah diingat adalah melalui

komunikasi tatap muka. (Fajar, 2009: 55)

Alo Lilliweri dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik

berpendapat bahwa komunikasi massa sebenarnya sama seperti bentuk

komunikasi lainnya, yang memiliki unsur-unsur seperti sumber, pesan,

saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks maupun umpan balik.

Lilliweri (1991) mengatakan bahwa prosesnya memiliki suatu unsur yang

istimewa yaitu menggunakan saluran. Teknologi atau disebut media

dengan massa merupakan saluran yang digunakan untuk mengirim pesan

yang melintasi jarak jauh. Seperti pamflet, buku, majalah, surat kabar,

warkat pos, rekaman, televisi, gambar-gambar poster, computer beserta

aplikasinya, telepon dengan jaringan satelitnya (Fajar, 2009:222)

Sebagaimana dalam menyusun pesan dalam sebuah komunikasi,

seseorang harus selektif dalam melihat keadaan dan kondisi khalayak,

begitu juga dengan memilih penggunaan media sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan. Sehingga dapat diketahui bahwa komunikasi

bermedia adalah serangkaian proses komunikasi dalam menyampaikan

pesan kepada komunikan menggunakan medium seperti media cetak,

media elektronik yang didalam medium tersebut terdapat kelebihan-

kelebihan dan kelemahan-kelemahannya dalam hubungan mempengaruhi

audiencenya.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan didukung data kualitatif dimana metode ini digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan

untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik “purposive sampling” untuk menentukan informan atau nara

sumber selama penelitian. Dengan menggunakan teknik ini peneliti akan memilih

informan yang dianggap mengetahui masalah secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang tepat. Penggunaan teknik ini dirasa

Page 14: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

14

akan lebih efektif karena melalui teknik ini peneliti akan langsung mendapatkan

data yang dibutuhkan sehingga mengurangi jumlah data yang tidak relevan.

Sehingga peneliti menunjuk enam pekerja sosial dan tiga penerima manfaat

sebagai informan dalam penelitian ini.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara

dan dokumentasi, dengan analisis data menggunakan triangulasi data dan

triangulasi teori. Model analisis interkatif dipilih peneliti untuk validitas data pada

penelitian ini.

Sajian dan Analisis Data

Pola komunikasi yang digunakan pekerja sosial dalam menyampaikan

pesan kepada penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama”

Surakarta merupakan sebuah proses yang terjadi secara berulang menggunakan

komunikasi antarpersonal (interpersonal communication), komunikasi kelompok

dan komunikasi bermedia. Seperti yang dikatakan oleh Suranto dan Blummer

bahwa pola komunikasi diartikan sebagai cara seseorang atau kelompok

berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan dengan menggunakan

simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya dalam kurun waktu tertentu dan

terjadi berulang-ulang. Dalam proses komunikasi pekerja sosial pada penerima

manfaat menggunakan pesan verbal dan pesan non verbal.

1. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta

komunikasi antarpribadi merupakan cara yang dipakai pekerja sosial

dalam menyampaikan pesan kepada penerima manfaat secara

individu/personal secara langsung atau face to face. Hal tersebut sama

seperti yang dikatakan Effendy (2002) bahwa komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang dan dapat berlangsung

dengan cara tatap muka maupun menggunakan media. Komunikasi

personal berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga

terjadi kontak pribadi.

Page 15: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

15

Pekerja sosial di balai menggunakan komunikasi antarpersonal

pada saat bimbingan sosial. Bimbingan sosial merupakan kegiatan untuk

memberikan arahan dan bimbingan agar dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan, kerukunan, kekeluargaan, serta bagaimana hidup di

kehidupan masyarakat.

Sosialisasi program juga merupakan cara yang dilakukan pekerja

sosial dalam rangka mengajak penerima manfaat untuk mau mengikuti

proses rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta.

Dengan sosialisasi program, pekerja sosial ingin menyadarkan penerima

manfaat bahwa pekerjaan menjadi WTS merupakan perbuatan yang salah.

Selain itu cara lain yang dilakukan pekerja sosial dalam

berkomunikasi dengan penerima manfaat yaitu memberikan motivasi dan

support untuk mengajak penerima manfaat dalam mengikuti berbagai

bimbingan yang ada, serta mentaati peraturan yang ada di Balai

Rehabilitasi “Wanita Utama” Surakarta.

Pendekatan komunikasi yang dilakukan pekerja sosial dengan

menggunakan komunikasi small talk, artinya komunikasi ringan

menggunakan candaan. Pekerja sosial merupakan fasilitator untuk

penerima manfaat dalam menyelesaikan permasalahan mereka. Seperti

menyelesaikan permasalahan penerima manfaat dengan mengetahui akar

masalahnya terlebih dahulu. Pekerja sosial mencari akar masalah yang

menjadi penyebab penerima manfaat menjadi wanita tuna susila. Untuk

mengetahui permasalahan penerima manfaat, pekerja sosial menggunakan

komunikasi secara face to face dan membujuk penerima manfat untuk

bercerita tentang permasalahannya. Kontrak sosial adalah tahapan

komunikasi antarpersonal yang digunakan pekerja sosial di tahapan

assessment, yaitu tahapan pengungkapan masalah penerima manfaat.

Komunikasi antarpersonal juga digunakan untuk membangun relasi

diantara pekerja sosial dengan penerima manfaat, pekerja sosial ingin

membuat penerima manfaat merasa nyaman karena akrab atau dekat

dengan pekerja sosial. Sehinggga kepercayaan penerima manfaat kepada

Page 16: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

16

pekerja sosial dapat menjadikan komunikasi antarpersonal berjalan efektif

karena didukung oleh keterbukaan penerima manfaat dalam melakukan

aktivitas komunikasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kumar

(2000:121-122).

2. Komunikasi Kelompok

Pekerja sosial memanfaatkan komunikasi kelompok sebagai

sarana berbagi informasi antar sesama, memecahkan masalah penerima

manfaat saat mengikuti rehabilitasi, hingga memahami karakter masing-

masing penerima manfaat. Hal tersebut sama dengan pernyataan Michael

Burgoon (1978) bahwa komunikasi kelompok sebagai interaksi secara

tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah

diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,

yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi

anggota-anggota yang lain secara tepat.

Penerapan komunikasi kelompok oleh pekerja sosial di Balai

Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” dilakukan pada saat bimbingan fisik,

bimbingan sosial yaitu bimbingan konseling kelompok, bimbingan mental

dan bimbingan ketrampilan.

a. Bimbingan Fisik

Pada saat bimbingan fisik yang bertujuan untuk menjaga dan

meningkatkan kondisi fisik, dan kesehatan penerima manfaat.

Komunikasi kelompok digunakan pada saat memberikan

penyuluhan, praktisi dari rumah sakit Moewardi bekerjasama dengan

pekerja sosial memiliki tujuan untuk menjauhkan penerima manfaat

dari bahaya HIV/ AIDS, sementara penerima manfaat memperoleh

pengetetahuan tentang bahaya penyakit HIV/AIDS. Dalam

komunikasi kelompok ini para anggotanya sama-sama memiliki

tujuan yang sama, yaitu untuk kebaikan sosial bersama agar hidup

sehat terhindar dari bahaya virus HIV/AIDS.

Page 17: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

17

b. Bimbingan Mental

Komunikasi kelompok juga digunakan pekerja sosial saat

bimbingan sosial yakni pada waktu bimbingan konseling kelompok,

dinamika kelompok juga pada saat apel pagi. Bimbingan konseling

kelompok biasanya dilakukan pada saat bimbingan dimasing-masing

asrama penerima manfaat. Pada kegiatan apel pagi, pekerja sosial

menjadi pemimpin apel sekaligus anggota kelompok dari

komunikasi kelompok yang dilakukan pada saat itu. Melalui support

dan motivasi yang disampaikan secara masal pada saat apel, pekerja

sosial memiliki tujuan yaitu agar penerima manfaat dan pekerja

sosial dapat saling bekerjasama dalam mematuhi aturan balai untuk

kepentingan bersama.

c. Bimbingan Sosial

Pada saat bimbingan mental, pekerja sosial bekerjasama

dengan komunitas, lembaga keagamaan atau lembaga kesehatan,

TNI ataupun, para mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi untuk

memberikan penyuluhan kepada penerima manfaat.

Seperti pada saat bimbingan religi, pekerja sosial dan tokoh

agama dalam memberikan dakwahnya, memberikan wawasan

tentang agama melaui komunikasi kelompok. Pekerja sosial

memiliki tujuan untuk kepentingan bersama dalam menanamkan dan

menumbuhkan kesadaran penerima manfaat agar berlaku normative

sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Perbaikan mental

penerima manfaat yang menjadi fokus pekerja sosial agar penerima

manfaat memiliki akhlak yang baik dan perilaku baik sehingga tidak

kembali menjadi wanita tuna susila.

d. Bimbingan Ketrampilan

Komunikasi kelompok juga digunakan dalam bimbingan

ketrampilan. Bimbingan ketrampilan yang ada di Balai Rehabilitasi

Sosial “Wanita Utama” Surakarrta berupa ketrampilan tata boga,

menjahit, dan salon. Dalam bimbingan ketrampilan, pekerja sosial

Page 18: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

18

memiliki tujuan yaitu agar penerima manfaat memiliki kemampuan

sesuai dengan bakat dan minat yang dipilih untuk membekali

penerima manfaat dalam memperoleh pekerjaan.

3. Komunikasi Bermedia Massa

Komunikasi bermedia juga merupakan salah satu cara komunikasi

pekerja sosial pada penerima manfaat di Balai rehabilitasi Sosial “Wanita

Utama” Surakarta. Pekerja sosial menyeleksi penggunaan media dalam

menyampaikan pesan pada penerima manfaat. Media yang dipakai

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi penerima manfaat.

Komunikasi menggunakan media massa disisipkan pada saat bimbingan

yang ada di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta.

Seperti pada saat Pengajian Komunitas Solo Hijabers yang

termasuk pada bimbingan mental spiritual, pekerja sosial bekerjasama

dengan ustadzah untuk memberikan tauziah pada penerima manfaat. Pada

saat tausiah berlangsung, ustadzah memberikan tayangan film untuk

memberikan gambaran secara nyata kepada penerima manfaat. Film

merupakan golongan media audiovisual yang dapat menggugah emosi

yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan pikiran penerima manfaat.

Seperti yang dikatakan Marhaeni Fajar (2009: 209) bahwa keunggulan

film menggunakan suara dan gambar-gambar yang hidup diatas layar,

sehingga menciptakan keintiman, keakraban, dan kehangatan dalam

mempengaruhi audience. Keunikan medium film ini langsung mengenai

pada aspek emosi khalayak, sehingga film dirasa efektif dalam

mempengaruhi pemikiran dan mengubah sikap penerima manfaat menjadi

lebih baik.

Selain itu, komunikasi bermedia juga digunakan pada saat

bimbingan fisik yaitu pada saat penerima manfaat melakukan senam

aerobic. Pekerja sosial menggunakan media audiovisual sebagai alat dalam

komunikasinya. Musik menjadi medium audio dan gerakan instruktur

senam merupakan medium berupa gerakan dalam komunikasi ini. Pekerja

sosial menggunakan senam aerobic sebagai salah satu cara untuk

Page 19: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

19

menanamkan pola hidup sehat kepada penerima manfaat. Penyampaikan

tujuan komunikasi dengan menggunakan gerakan dan music (audiovisual)

dirasa efektif karena secara tidak langsung keadaan atau kondisi fisik

penerima manfaat akan mempengaruhi bagaimana sebuah pesan itu dapat

tersampaikan sesuai dengan tujuannya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jalaludin Rakhmat (2007:4)

bahwa komunikasi adalah ilmu penyampaian energi dari alat-alat indera ke

otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses

saling pengaruh di antara berbagai sistem dalam diri organisme dan

diantara organisme. Sistem organ didalam tubuh manusia merupakan alat

untuk merespon rangsang pesan/informasi yang ada, kemudian diproses

oleh otak, sehingga dapat menghasilkan sebuah pemahaman.

Kesimpulan

Pola komunikasi diartikan sebagai cara seseorang atau kelompok

berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan dengan menggunakan

simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya dalam kurun waktu tertentu dan

terjadi berulang-ulang. Pola komunikasi pekerja sosial pada penerima manfaat di

Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menggunakan komunikasi

antarpribadi/interpersonal communication, komunikasi kelompok dan

komunikasi bermedia. Komunikasi antarpribadi digunakan pada saat bimbingan

sosial pada bimbingan konseling individu. Komunikasi antarpersonal merupakan

komunikasi yang dilakukan pekerja sosial terhadap penerima manfaat secara

langsung atau face to face. Sedangkan komunikasi kelompok digunakan pekerja

sosial pada saat bimbingan fisik, bimbingan sosial yaitu pada bimbingan

konseling kelompok, dinamika kelompok, bimbingan mental dan bimbingan

ketrampilan. Dalam komunikasi kelompok pekerja sosial menyampaikan pesan

kepada penerima manfaat secara langsung dengan sekumpulan penerima manfaat

yang memiliki tujuan bersama. Selanjutnya komunikasi bermedia diterapkan

penerima manfaat untuk membantu kelancaran proses penerimaan pesan kepada

penerima manfaat. Komunikasi bermedia biasanya dilakukan menggunakan media

Page 20: Jurnal POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA … · POLA KOMUNIKASI PEKERJA SOSIAL PADA EKS WANITA TUNA SUSILA (WTS) DI BALAI REHABILITASI SOSIAL “WANITA UTAMA” SURAKARTA

20

cetak, media elektronik, alat peraga, dan melalui gerakan. Masing-masing

komunikasi yang digunakan pekerja sosial memiliki keunikan tersendiri sesuai

dengan tujuan komunikasi.

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti setelah menganalisis data adalah sebagai

berikut :

a. Dalam hal berkomunikasi dengan penerima manfaat, hendaknya pekerja

sosial lebih menonjolkan rasa kesetaraannya dengan penerima manfaat,

sehingga penerima manfaat tidak merasa ada GAP saat berkomunikasi.

b. Dalam komunikasi bermedia, pekerja sosial diharapkan memilih media

yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada penerima manfaat, agar

komunikasi diantara keduanya berjalan dengan efektif.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:

Remaja karya.

Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Praktek dan Teori. Bandung:

Rosda Karya.

Djamarah, S.B. (2004). Pola Komunikasi Orangtua dan Anak (Sebuah Perspektif

Pendidikan Islam). Jakarta: Rineka Cipta.

Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Jakarta: Graha Ilmu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sumber: http://kbbi.web.id/pola diakses pada 8

Desember 2015.

Little John, W Stephen Karen A Foss. (2009). Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta:

Salemba.

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.