jurnal pendidikan penabur

127

Upload: dangthuy

Post on 08-Dec-2016

343 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.Etiwati, S.Pd., M.M.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

iJurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 24/Tahun ke-14/Juni 2015

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok,Yohanes Paiman, 1-26

Peran Role Playing Berbasis Komputer Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 TahunDilihat Dari Kematangan Emosional, Felucia Hendriette, 27-48

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar,Fransiska, 49-58

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Bagi Perkembangan Karakter Siswa MelaluiPendidikan Kristen, Maria Evvy Yanti, 59-72

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 73-91

Penggunaan Fun Multiplication Beads Untuk Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa,Sih Retno Hastuti, 92-101

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia di Era AFTA 2015, Kumalasari Onggobawono,102-110

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer, Mudarwan, 111-114

Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu, Wahyu Kris Aries Wirawardana, 115-119

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pengantar Redaksi

etika peserta didik menjadi pusat perhatian dalam prosespembelajaran, berbagai penelitian dilakukan untukmemahami bagaimana sebenarnya manusia belajar. Hasilpenelitian itu dipergunakan mengembangkan pendekatan,

strategi, metode, dan teknik membelajarkan sehingga memudahkanpemelajar memperoleh, mengembangkan, dan menerapkanpengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajarinya. Berdasarkankajian psikologi, para ahli mengemukakan teori belajar mulai dariteori behavioursme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konektivismeserta berbagai teori belajar lainnya. Semua teori itu pada hakikatnyamenjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sesuai denganparadigma setiap teori.

Dilihat dari kronologinya, teori itu dapat dikenali sebagai teorilama, baru, dan mutakhir. Akan tetapi, pada hakikatnya kebenarandan penggunaan teori tidaklah semata-mata ditentukan oleh waktuteori itu ditemukan. Sebagai contoh, teori behaviorisme yang munculjauh sebelum teori belajar lainnya tidaklah berarti teori itu tidak berlakudan tidak dipakai lagi sekarang. Untuk keperluan pembelajarantertentu, teori itu lebih tepat dipergunakan daripada teori lainnya.Misalnya, pembelajaran yang bertujuan untuk memperolahkemampuan mekanistik, teori pembelajaran berdasarkanbehaviorisme paling sesuai. Sedangkan untuk kemampuan yangbersifat kreatif/inovatif, pembelajaran yang berbasis teori kognitivismedan konstruktivisme lebih efektif. Dengan demikian, desainpembelajaran dibuat berdasarkan dan ditentukan oleh tujuanpembelajaran, karakteristik pemelajar, serta lingkungan belajar.

Di samping memperoleh kemampuan yang dikehendaki,pengalaman belajar diharapkan dapat menambah keterampilanpemelajar belajar sehingga pada waktunya dapat menjadikannyapemelajar mandiri sepanjang hayatnya. Dalam kaitannya denganpengalaman belajar, berbagai gagasan juga berkembang. Edgar Dale(1900–1985) misalnya mengemukakan Cone of Experience berdasarkankajiannya atas berbagai desain pembelajaran dan proses belajar. Coneof Experience mengungkapkan perbedaan retensi atau kemampuanmengingat manusia melalui pengalaman yang berbeda. Manusiamengingat 10% dari membaca (membaca buku pelajaran), 20% darimendengar (penjelasan atau ceramah), 30% dari melihat (gambar),50% dari mendengar dan melihat (pameran), 70% dari mengatakandan menulis (pembicara, pemapar), serta 90% dari melakukan sesuatu(praktek, pemeran peran). Gambaran ini kemudian mengembangkanteori belajar aktif, belajar dengan/sambil berbuat, belajar berdasarkanpengalaman, belajar kontekstual dan berbagai teori lainnya yangmenekankan keaktifan pemelajar secara utuh. Berbagai strategipembelajaran dikembangkan oleh pembelajar agar pemelajar berperansecara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan modelpembelajaran simulasi/bermain peran, pembelajaran berbasis

K

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

masalah, pembelajaran kooperatif atau kolaboratif, dan pembelajaranberbasis proyek.

Dalam hubungannya dengan pengalaman belajar ini juga, jauhSebelum Masehi, Kong Hu Chu (Confucius) yang hidup 551 – 479Sebelum Masehi, berpendapat, apa yang hanya didengar akan cepatdilupakan, apa yang hanya dilihat akan diingat, tetapi apa yangdikerjakan akan dipahami. Pendapat ini menunjukkan keaktifanpemelajar menentukan keberhasilan pembelajaran. Pembelajaransecara verbalisme (hanya mendengar) sangat tidak efektif dibandingkandengan secara aktif menggunakan berbagai indera manusia. Pendapatlain berkaitan dengan pentingnya keaktifan mental dan fisik pemelajarterlihat dari pendapat Siberman yang mengatakan bahwa seseorangakan lupa kalau hanya mendengar; mengingat sedikit apa yangdidengar dan dilihat; mulai memahami kalau mendengar, melihat, danmendiskusikan; memperoleh pengetahuan dan keterampilan kalaumendengar, melihat, mendiskusikan, dan melakukan; serta akanmenguasai kalau mengajarkannya kepada orang lain.

Teori belajar dan membelajarkan menunjukkan pengalaman kong-krit tidak hanya memudahkan, tetapi memotivasi pemelajar belajar danmenambah rasa ingin tahu secara terus menerus serta membuat belajarmenjadi kegiatan menyenangkan. Berbagai teori dan pendapat sepertiyang telah diungkapkan juga mendorong penggunaan alat peraga sertamedia dalam proses pembelajaran. Terlebih-lebih perkembangan cepatteknologi informasi dan komunikasi (TIK), mendorong lembaga pendi-dikan memanfaatka berbagai produk TIK dalam proses pembelajaran,mulai dari yang sederhana sampai paling canggih. Tidak sedikit orangberpendapat bahwa semakin canggih TIK yang diterapkan, semakinmeningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian penggunaan TIK dalam pembelajaran, ternyatamembuktikan media pembelajaran bukanlah penentu hasil dan mutupembelajaran. Media pembelajaran secanggih apapun ‘hanya’ berfung-si mengantarkan pesan (bahan pelajaran) kepada pemelajar. Sebagaipengangkut dan pengantar, media tidak dapat mengubah bahan pelajar-an yang salah menjadi benar, yang acak-acakan menjadi sistematis,yang membosankan menjadi menarik. Karakter dan cara pengemasanbahan pelajaran, karakter pemelajar, serta lingkungan pembelajaranjuga merupakan faktor penentu yang perlu diperhatikan pembelajar.Dengan demikian, bukan kecanggihan media yang menentukan, tetapibagaimana pembelajar kreatif menggunakan media yang ada(sesederhana apa pun) sehingga membuat proses pembelajaran dapatmemudahkan pemelajar aktif, tertarik, dan termotivasi belajar.

Dengan menggunakan media yang tepat, berbagai kesulitan belajarpemelajar dapat diatasi. Penjelasan verbal dapat diganti denganmenghadirkan objek atau gambar (visual), sehingga tidak memerlukanwaktu yang lama (lebih efisien) dan pemelajar dapat mengerti/memahaminya lebih akurat serta termotivasi belajar (lebih efektif).Menggunakan fasilitas internet pembelajar dan pemelajar dapatmemperoleh berbagai informasi berkaitan dengan pokok bahasan.Kemudahan menggali dan memperoleh berbgai informasi melalui TIKmendorong semakin maraknya penggunaan TIK di lembaga pendidikan.

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Harga produk TIK yang semakin murah membuat beberapa negaramenerapkan Program Satu Laptop Untuk Setiap Anak (One Laptop PerChild/OLPC) seperti di Peru, Spanyol, dan Cina. Belakangan ini diIndonesia sejumlah sekolah juga menerapkan program ini. Akan tetapipenelitian UNESCO dan Inter-american Development Bank (2010 - 2012)di berbagai negera sedang berkembang menyimpulkan antara lain prog-ram penggunaan komputer untuk setiap anak (a) secara drastis mening-katkan kesempatan bagi anak menggunakan komputer, (b) tidak adabukti meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa anak secarasignifikan, dan (c) dapat meningkatkan pengetahuan kognitif anak.

Setiap disiplin ilmu terus berkembang termasuk pendekatan, strate-gi, metode, dan teknik belajar dan membelajarkan. Dalam kenyataannyajarang terdapat karakteristik pemelajar sepenuhnya homogen tetapiberada pada rentang heterogen. Di lain pihak, keberhasilanpembelajaran diukur dengan standar tertentu: standar lembagapendidikan, standar wilayah, atau standar nasional. Dengan demikianapabila karakteristik masukan (pemelajar, sarana dan prasarana, danpembelajar) bervariasi sedangkan kualitas hasil pembelajaranterstandar maka kegiatan dalam proses pembelajaran harus disesuaikandengan kondisi yang ada dan tidak dapat diseragamkan. Berarti,pembelajar perlu jeli dan kreatif merancang dan mengembangkanpendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran.

Mengacu pada pemikiran perlunya merancang dan menggunakanpendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bervariasi,pembelajar dalam hal ini guru di sekolah mengatasi berbagai masalahpembelajaran dengan memodifikasi atau mengembangkan prosespembelajaran. Sebagai contoh, guru melakukan penelitian tindakankelas (PTK) dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaranuntuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.Pengalaman membelajarkan mendorong guru kreatif mengembangkanberbagai alternatif mengatasi masalah pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur Edisi Juni 2015 memuat hasil penelitianberkaitan dengan proses pembelajaran terkait dengan startegi danmetode pembelajaran seperti Peran Role Playing Berbasis KomputerPada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun Dilihat DariKematangan Emosional, Peningkatan Partisipasi dan Prestasi BelajarDrama Dengan Metode Investigasi Kelompok, Kegiatan BimbinganBelajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar, danPemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tujuan utamasetiap penelitian ialah meningkatkan peran siswa dalam proses pembel-ajaran dengan menerapkan strategi atau metode pembelajaran yangsesuai sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian jugamenunjukkan antara lain tidak ada strategi atau metode pembelajaranefektif dipergunakan untuk semua tujuan pembelajaran atau semua situasi.

Di samping laporan peneltian , Edisi ini juga memuat pengalamanguru mengatasi kesulitan belajar matematika. Tidak sedikit siswamenganggap matematika sulit dipelajari dan membosankan. Akantetapi dengan strategi dan metode pembelajaran yang kreatif guru dapatmengubah persepsi negatif dengan menggunakan alat peraga ataumedia sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh guru, orang tua, atausiswa sendiri. Pengalaman ini juga menunjukkan, media sederhana

vJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

dapat dipergunakan memudahkan dan memotivasi siswa belajar. Olehkarena itu, media paling efektif bukanlah selalu media berteknologitinggi, tetapi media yang ada di ruang belajar atau di sekolah. Kalauyang ada, hanya papan tulis maka papan tulislah yang terbaik.Persoalannya bagaiman guru dapat mempergunakan papan tulissehingga membuat siswa aktif dan termotivasi belajar.

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah karakterdan dalam Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pembentukan karakterpeserta didik itu terlihat jelas. Akan tetapi, dari waktu ke waktupembentukan karakter manusia Indonesia itu masih menjadi masalahterlihat dari maraknya berbagai masalah sosial yang terjadi dalamkehidupan sehari-sehari termasuk dalam kehidupan berbangsa danbernegara. Umat Kristen tentu terpanggil memberikan pemikiran danikut melaksanakan pendidikan karakter bangsa Indonesia. Tulisanberjudul Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Menurut 1Tawarikh 28:1-10 Bagi Perkembangan Karakter Siswa MelaluiPendidikan Kristen merupakan kajian yang mencerahkan bagaimanapendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.

Ketekunan, kesabaran, kejujuran, serta percaya diri merupakansejumlah unsur kepribadian yang perlu dimiliki siswa khususnyadalam mengikuti setiap kegiatan evaluasi. Penggunaan ujian/tesberbasis komputer merupakan salah satu teknik untuk menuntut siswaberperilaku tekun dan sabar dalam belajar serta teliti, cermat, danpercaya diri dalam mengerjakan soal-soal ujian. Ujian berbasiskomputer yang diterapkan di sejumlah sekolah dalam Ujian Nasional(UN) tahun 2015 yang lalu terbukti membantu penyelenggaraan UN,sungguhpun juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan masalahsebagaimana diangkat sebagai isu mutakhir dalam Edisi ini. Dengansemakin merambahnya penggunaan TIK dalam berbagai kegiatanpembelajaran di lembaga pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwaTIK perlu diperkenalkan kepada siswa sedini mungkin dan dilatihmenggunakannya sehingga terampil dan terdidik dalammemanfaatkan TIK untuk memecahkan berbagai masalah belajar.

Pengalaman empiris menunjukkan, TIK dapat mempermudahproses dan mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Untuk berbagaikegiatan pembelajaran, TIK dapat menggantikan fungsi guru, namunperanan guru tidak pernah sepenuhnya dapat digantikan oleh TIK.Bahkan di negara yang sudah berteknologi maju sekali pun, siswamasih mengharapkan interaksi langsung dengan guru dan TIKdiperlakukan sebagai pendukung pembelajaran. Apalagi untukpendidikan dasar, siswa masih sangat memerlukan sentuhan emosiguru khususnya dalam mengembangkan kepribadian mereka.Bagaimana guru berfungsi sehingga patut digugu dan ditiru, manjadibahasan dalam membicarakan buku Guru Gokil, Murid Unyu. Pendapatdalam mengkaji isi buku ini menggambarkan besarnya harapanperanan guru dalam membentuk kepribadian siswa dan tidak dapatdigantikan dengan TIK. Karena kegokil-lan bukti nyata bahwa seorangguru telah-sedang-akan terus belajar sepanjang hayat. Selamat belajar.

Redaksi

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar DramaDengan Metode Investigasi Kelompok

Yohanes PaimanE-mail : [email protected]

SMPK BPK PENABUR Cirebon

Penelitian

BAbstrak

elajar drama sering tidak menarik dan membosankan bagi siswa sehingga partisipasimereka kurang dan hasil belajarnya pun rendah karena guru menerapkan metodepembelajaran yang kurang tepat. Penelitian ini mencoba membuat belajar dramamenyenangkan siswa sehingga partisipasi mereka meningkat dan dan hasil belajar mereka

bertambah baik. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan menerapkan metodeinvestigasi kelompok di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon. Setelah melalui dua siklus, PTK inidapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarmereka. Mengacu pada hasil PTK ini disimpulkan, metode investigasi kelompok dapatmeningkatkan partisipasi siswa dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar. Agar metodeinvestigasi kelompok dapat efektif, penelitian ini memberikan sejumlah saran kepada guru yangakan melaksanakannya.

Kata-kata kunci: model pembelajaran, metode pembelajaran, partisipasi belajar, hasil belajar, metodeinvestigasi kelompok.

Improving Learning Participation and Achievement in Drama Classby Group Investigation Method

AbstractThe students often find learning drama dull and boring that make them perform low participation and poorlearning achievement due to unappropriate method practiced by the teacher. This classroom action research(CAR) tried to imrove the quality of learning process and learning achievement in drama class by employinggroup investigation at Grade 9 A of SMPK PENABUR, Cirebon. Having completing two cycles, the CARcould improve the students’ learning participation and learning achievement in the drama class. Referring tothe favourable result, this CAR concluded, the group investigation method is effective to improve the students’learning participation and learning achievement. To succeed the implementation of the group investigationmethod, the teachers are provided with a number of suggestions.

Keywords: instructional model, instructional method, learning participation, learning achievement, groupinvestigation method.

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Pendahuluan

Partisipasi siswa kelas 9A dalam tugas menyu-sun naskah drama sebagai tugas tambahan untukmemperdalam pemahamannya tentang dramabelumlah optimal dan kurang antusias. Kondisiini nyata dari belum maksimalnya pengumpulantugas siswa sesuai jadwal yang disepakatibersama. Dari 30 siswa, diperoleh data pengum-pulan tugas dengan gelombang pengumpulantugas seperti berikut: 13, 4, dan 1 siswa sehinggaakhirnya terdata sejumlah 18 siswa. Sampaitanggal 19 Maret 2015 (waktu yang disepakatibersama), masih ada 12 orang belum jugamengumpulkan tugas. Kondisi ini berdampakpada kurang maksimalnya perolehan nilai tesmereka dan menjadi kendala guru untuk meng-analisis, merancang tindak lanjut pembelajaran.

Kondisi perilaku siswa demikian terjadikarena siswa merasa kebingungan dalammemilih, memilah jenis drama, dan bagaimanacara menyusunnya. Rasa bingung itu terjadikarena siswa kurang memahami seluk-belukdrama secara jelas serta kurang bertanya padaguru. Informasi ini penulis peroleh melaluiwawancara dengan beberapa siswa yang masihbelum mengumpulkan tugasnya. Mereka jugaberkomentar, guru agak cepat dan dominandalam tampil dan menjelaskan materi pelajaran.Kondisi ini mengurangi keterlibatan siswadalam belajar, kurang mengalami sesuatu, dantidak membangun konsepnya. Guru cenderungmelakukan transfer of knowledge. Di luar itu, jugadisadari siswa, tugas mereka memang banyak,sementara itu mereka kurang cermat dalammengelola waktu masing-masing.

Berdasarkan kondisi dan temuan itu, guruperlu mengurangi dominansi diri dalam prosespembelajaran dan harus memberikan banyakkesempatan kepada siswa untuk membangunkonsepnya. Untuk mewujudkan hal ini danmemperbaiki situasi, maka diusulkan penerapanmetode investigasi kelompok (Group Investi-gation) dalam pembelajaran berikutnya. Dalammenerapkan metode ini, siswa dibagi menjaditujuh kelompok. Setiap kelompok terdiri atassekitar empat orang dan masing-masingmenunjuk ketua, sekretaris, penyaji, dananggota. Kelompok ditugasi mendalami materi

drama secara undian. Masing-masing memba-has, mendalami, merumuskan konsep, danmenyiapkan presentasi untuk forum kelas.Penyaji wakil kelompok menjadi juru bicarakelompok dan menyajikan paparan rumusanmateri yang disiapkan. Kelompok lain atauforum kelas menyimaknya sebagai wawasanbarunya, serta menanggapinya. Begitu terusbergulir, sampai kelompok dan materi terakhirdisajikan lengkap. Mereka aktif, penuh parti-sipasi belajar, dan rela berbagi kepada semuarekannya. Mereka membagi dan menyerapinformasi dari hasil kerja kelompok danpresentasi anggota kelompok lain. Di siniterbangun sikap sosial, solidaritas, danpartisipasi belajar bersama.

Metode investigasi kelompok memberikanpeluang partisipasi penuh kepada siswa untukberkreasi, membangun konsep, memilih, danmendalami jenis-jenis materi drama. Tugasdiberikan, disepakati waktu pengumpulannya,lalu dibuat, dan dikumpulkan serentak tepatwaktu. Tes formatif diberikan dan siswamengerjakannya dengan benar karena sudahpaham. Nilainya bagus. Kedua tugas diselesai-kan dengan benar dan tepat waktu. Dengandemikian, guru dapat segera melakukan refleksi,menganaslisis hasilnya untuk diperbandingkandengan perolehan nilai sebelumnya, sertasebagai bahan merancang kegiatan pembelajar-an selanjutnya.

Melalui perjalanan proses tersebutdiharapkan, target waktu belajar, targetpartisipasi siswa, dan target prestasi hasil belajarsiswa dapat dipenuhi, diwujudkan, bahkanditingkatkan efisiensi, efektivitas, kualitas,maupun produktivitasnya.

Rumusan MasalahDari fakta kasus pada latar belakang yang telahdiuraikan dapat dikatakan, kegalauan siswadalam belajar dan menulis naskah dramadisebabkan oleh kurang pahamnya siswa akanmateri drama. Kekurangpahaman siswa dise-babkan oleh metode guru dalam menjelaskanmateri pembelajaran terlalu cepat dan kurangtepat. Solusinya dengan mengganti metodepembelajaran yang lebih cocok untuk mening-katkan partisipasi siswa dalam belajar danmembangun konsep ilmu. Pilihan metode yang

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

cocok untuk penggalakan partisipasi belajar iniadalah investigasi kelompok.

Berdasakan kondisi itu, maka dirumuskanmasalah sebagai berikut, “Mampukah penerap-an metode investigasi kelompok meningkatkanpartisipasi dan prestasi belajar drama bagi siswadi kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon?”

Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, makapenelitian ini hendak mewujudkan tujuanberikut. Pertama, meningkatkan partisipasi siswadalam belajar drama. Kedua, meningkatkanprestasi hasil belajar siswa. Ketiga, mendeteksiseberapa jauh efektivitas peran dan dampakmetode belajar investigasi kelompok dalammenolong kesulitan belajar siswa. Keempat,membangun mutu proses belajar yangberdampak pada peningkatan mutu siswa, mutuguru, mutu sekolah/lembaga, dan mutupendidikan.

Manfaat PenelitianPenelitian ini hendak mewujudkan manfaatteoretik maupun manfaat praktis. Manfaatteroretik penelitian ini adalah, bahwa penelitianini merupakan suatu upaya untuk meningkat-kan kemampuan siswa dalam belajar drama danmenulis naskah drama. Bahkan di luar itu,penelitian ini juga sangat bermanfaat bagibeberapa pihak, seperti: siswa, guru, sekolah/lembaga, pengembangan proses belajar,maupun orangtua/pemercaya sekolah.

Bagi siswa, penerapan metode investigasikelompok mengondisikan siswa lebih senangdalam belajar dan membangun konsep drama;siswa lebih partisipatif dalam belajar danmembangun konsep; siswa lebih berhasil dalamprestasi belajarnya; dan siswa dapat membang-un karakter lebih dinamis dan berdampak.

Bagi guru, penerapan metode itu mengondi-sikan guru mampu menolong dan mengangkatkesulitan belajar siswa dalam belajar drama;guru semakin berpengalaman membangunsuasana belajar yang bernuansa PAIKEMGEMBROT (pembelajaran yang aktif, inovatif,kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, banyakcurah pendapat dan berbobot ); guru semakinberpengalaman dalam melakukan perubahanparadigma belajar, dengan menerapkan model

dan metode pembelajaran yang tepat, produktif,efektif, variatif, dan berkualitas; dan gurusemakin berpengalaman dalam melakukan PTKdan menuangkannya dalam karya tulis.

Bagi sekolah/lembaga, penerapan metodetepat seperti itu mengondisikan sekolah semakintampil berkualitas melalui terbangunnyakualitas siswa, kualitas guru, dan pembelajaran;sekolah semakin memiliki kultur ilmiah; danmasyarakat pemercaya sekolah semakinbanyak/luas.

Bagi pengembangan proses belajar siswa,penerapan metode itu mengondisikan pembel-ajaran semakin dinamis, produktif, progresif,berkualitas; guru dan siswa semakin mudahbersinergi dalam membangun PBM bermutu.

Bagi orang tua/pemercaya sekolah, lembagapendidikan bermutu mengondisikan orangtuasemakin percaya pada sekolah; orangtua reladan semangat mendukung upaya memajukansekolah.

Secara praktis penelitian ini dapatmemberikan sumbangan pemikiran dalampengembangan metode pembelajaran yanginovatif dan kritis. Guru menjadi lebih kreatifdalam menyajikan materi pembelajaran,khususnya pembelajaran menulis naskahdrama. Dengan demikian, terwujud pembel-ajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Selain itu, penggunaan metode investigasikelompok dalam pembelajaran menulis naskahdrama dapat menepis anggapan siswa bahwapembelajaran menulis naskah drama itu sulit,membosankan, dan tidak menyenangkan. Siswadiharapkan dapat lebih terampil menulis naskahdrama karena adanya variasi metodepembelajaran yang dapat meningkatkanmotivasi dan minat mereka dalam pembelajaranmenulis naskah drama.

Kajian Pustaka

Metode Pembelajaran Ceramah bervariasiMetode dan model pembelajaran cukup berva-riasi dan menantang guru untuk mencoba dalamproses pembelajaran (Suyanto 2013:113-174).Pilihan metode yang tepat berpengaruh padasuasana, proses, dan kualitas pembelajaran,partisipasi siswa, dan kualitas hasil belajar. Padapembelajaran ber-PTK ini penulis hendak

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

memperbandingkan penerapan dua metode;yaitu metode dan model pembelajaran ceramahbervariasi dan investigasi kelompok. Metodeceramah bervariasi adalah varian metodeceramah. Metode ceramah beresensi menyajikanide dalam segala bentuk, variasi, dan gayapenyajian penyaji (W James Popham 1992: 80).Pada sumber lain disebut, ceramah adalahberbicara/berpidato di depan banyak pendengaruntuk menyampaikan suatu hal, sepertipengetahuan (Harimurti Kridalaksana 1999:185). Tokoh pendidikan yang lain menyebut,bahwa ceramah digunakan untuk menyampai-kan informasi dan pengetahuan secara lisankepada siswa di kelas. Umumnya, siswa hanyamengikuti secara satu arah (one way communica-tion). Pada saat guru menerapkan metodeceramah bervariasi, guru cenderung melakukantransfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuankepada murid). Guru aktif, murid pasif. Guruberbicara, murid menyimak. Komunikasi yangdibangun searah saja; yaitu guru-murid. Agarsuasana dapat berjalan kondusif, gurumemberikan variasi dengan sesekali/banyakkali melontarkan pertanyaan untuk memancingrespon, pendalaman, partisipasi, dan keaktifanmurid. Dengan demikian dapat dipahami,metode ceramah bervariasi merupakan metodelontar ilmu kepada murid diselingi pertanyaanuntuk mengaktifkan murid. Metode ini seringdisebut juga metode kuliah bagi dosen diperguruan tinggi. (W James Popham 1992: 69-84).

Metode Pembelajaran Investigasi KelompokPada kesempatan selanjutnya, penulis jugamenggunakan metode investigasi kelompokuntuk memperbandingkannya dengan metodeceramah bervariasi dalam hal proses, dampak,hasil yang diperoleh dalam pembelajaran, sertakemampuan metode ini dalam mengatasipersoalan belajar drama siswa.

Dewey (1916) dalam Hendy Hermawan(2006: 27) menegaskan, keseluruhan kehidupansekolah harus ditata/diorganisasikan sebagaiminiatur kehidupan demokrasi, karena suasanakelas merupakan analogi kehidupan masyara-kat. Dengan demikian guru perlu berusahamewujudkan suasana kelas seperti suasanakehidupan masyarakat itu (Joyce dan Weil, 1986:

228 dalam Hendy Hermawan (2006:27). Untukitu, siswa perlu mendapatkan kesempatan untukberpartisipasi dalam pembangunan sistemsosial melalui pengalaman dan pembelajaranbermasyarakat, demi kemajuan masyarakat itu.

Sharan (1992) mengembangkan modelpembelajaran kooperatif teknik investigasikelompok. Model ini bermaksud membina sikaptanggung jawab dan bekerja sama dalamkelompok, serta membina sikap salingmenghargai pendapat anggota kelompok, danpada ujungnya membiasakan untuk beranimengemukakan pendapat.

Model investigasi kelompok ini menganutlangkah-langkah berikut. Pertama, gurumembagi kelas menjadi beberapa kelompokheterogen, lalu kelompok membentuk penguruskelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris,penyaji, dan anggota. Kedua, guru menjelaskanmaksud, prosedur belajar dalam investigasikelompok. Ketiga, guru memanggil para ketuakelompok untuk mengambil undian materi tugasyang berbeda untuk didiskusikan dalamkelompok dan disusun sistematika materi danrencana paparannya di depan forum kelas nanti.Keempat, setiap kelompok bekerja secarakooperatif dalam kelompoknya menyiapkanpaparan materi presentasi. Kelima, setelahselesai, setiap kelompok tampil melalui jurubicaranya menyampaikan paparan hasildiskusinya; kelompok lain menyimak danmenanggapinya. Urutan maju presentasi diundiantarkelompok. Keenam, jika terjadi ketepatansajian konsep, guru memberikan penguatan;sedangkan jika terjadi kekurangtepatan konsep,guru memberikan klarifikasi.

Model pembelajaran ini memberikan kesem-patan siswa untuk banyak berpartisipasi,berinteraksi dalam membangun gagasan.Semakin partisipasi belajar siswa tinggi,penguasaan konsep dan materi pembelajaransemakin dalam dan luas pula. Ini menguntung-kan siswa ketika mereka menghadapi tes.Hasilnya pasti baik dan memuaskan.

Penentu Sukses Belajar SiswaSukses belajar siswa ditentukan oleh banyakfaktor. Pertama, faktor minat dan motivasi siswa.Minat ini merupakan daya dorong internal danlaten. Kekuatan pengaruhnya luar biasa. Kedua,

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

faktor penyaji atau cara seorang guru mengelolaproses pembelajaran (Hendy Hermawan, 2006:v). Gaya, sikap, teknik pendekatan menarik yangguru suguhkan dalam melayani siswamemberikan dampak semangat belajar tinggi.Dinamika belajar terbangun. Belajar tidak capekdan tidak membosankan. Ketiga, faktor metodepembelajaran yang diterapkan guru. Pilihanmetode yang cocok dan disukai siswa menjadisumber kekuatan dan energi belajar tersendiri.Keempat, faktor kebermanfaatan materipembelajaran itu bagi siswa dan kehidupannya.Semakin sebuah materi pembelajaran dinilaitinggi manfaatnya bagi hidup siswa kelak, makasemangat belajar siswa semakin tumbuh dandinamis. Keterlibatan siswa dalam belajarsemakin nyata.

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dalammengajar hendaknya mampu membantu siswamemperoleh ide, keterampilan, nilai, caraberpikir, sarana dan ruang untuk mengekspresi-kan diri, berbagai cara belajar bagaimana belajar,sehingga siswa mampu meningkatkankemampuannya untuk belajar lebih mudah danlebih efektif di masa depan. Oleh karena itu,proses pembelajaran harus memiliki maknadeskriptif, keterkinian, prospektif, danberorientasi ke masa depan (Hendy Hermawan,2006: 3). Kondisi ini pasti mampu mendukungsiswa sukses dan berprestasi dalam belajar.

Penentu Kualitas Belajar SiswaKualitas belajar siswa dipengaruhi banyakfaktor. Pertama, faktor minat belajar siswa. Minatyang positif, stabil, bersumber dari intern siswasangat mempengaruhi kinerja belajar yangberdampak pada belajar efektif dan produktif.Kedua, faktor guru dan gayapenyajiannya.Ketokohan, semangat, kegigihan, kejuangan,kemurnian, kebapakan/keibuan, ketulusan, dankesetiaan seorang guru dalam mengajar akansangat dirasakan siswa dalam seluruh aspekkehidupannya. Jasanya akan dikenangnyasepanjang masa, bahkan akan diceritakankepada saudara dan keturunannya. Ketiga, faktormetode pembelajaran. Metode yang enak danmenantang akan mengondisikan belajar siswadalam ambang semangat dan prestasi tinggi.Keempat, faktor kondisi lingkungan yangkondusif. Lingkungan kelas, luar kelas, bahkan

kultur tertentu sekolah akan sangat menopangketenangan dan kenyamanan belajar siswa.Kondisi ini mendukung teraihnya prestasi tinggisiswa. Kelima, faktor sinergi antarpihak dansarana. Kesamaan visi, kebutuhan, langkah, cita-cita, dan persepsi tentang pemanfaatan danoptimalisasi sarana pendidikan menjadi bekaltersendiri bagi niat untuk membangun mutubelajar siswa. Untuk itu, kondisi seperti ini harusdijaga dan diwujudkan terus (Suyanto 2013: 79-111).

DramaPada bagian ini akan diuraikan hal-hal yangberkaitan dengan drama yaitu tujuan belajar,istilah, definisi/pengertian, sumber ide untukmenulis, struktur teks, unsur intrinsik,.urutanpentas, syarat pentas, urutan/langkah menulisteks, struktur alur, jenis, menilai teks, dan menilaipementasan. Tujuan belajar drama meliputi:memahami konsep lengkap tentang drama;terampil menulis naskah drama; terampilberpentas drama; menilai naskah drama; menilaipementasan drama.

Istilah-istilah drama meliputi: sandiwara(sandi : rahasia, warah : ajaran ); teater (pemen-tasan); fragmen ( cuplikan pentas kehidupan );tonil (Belanda: toneel, artinya : tontonan) (AdhyAsmara 1979 : 9-12). Ketiga, definisi drama dapatdinyatakan seperti: pementasan/pemanggung-an karya fiksi berupa dialog-monolog (SumiatiBudiman 1987:49); pementasan karya fiksiberupa dialog-monolog dan akting tokoh diiringimusik yang sesuai, kostum yang pas, dekorasipanggung/latar yang cocok, untuk menyampa-ikan sebuah konflik dan pesan (Laelasari 2006:73-74);.seni yang mempertunjukkan pekertimanusia dengan perbuatan dan dialog-monolog(Soetarno 1976 : 20).

Sumber ide untuk menulis naskah dramaberasal dari: karya imajinasi pengarang (asli-fiksi); parafrase ( ubah bentuk/tampilan ) karyalain ; dari cerpen ke drama; bahan buku harian (diary ) penga rang; modifikasi naskah drama lain;mengubah skenario cerita film (E Kosasih 2008:117-122; 131-137)..

Struktur teks drama meliputi: judul danpengarang; deskripsi tokoh dan watak/karakter-nya; paparan latar awal (ekspos suasana danpersoalan); dialog-monolog tokoh yang

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

membangun alur; deskripsi perilaku tokoh (laku-an/akting); paparan latar (tempat, waktu, suasa-na, iringan musik); dan improvisasi pemain.

Unsur intrinsik drama meliputi: tema,amanat/pesan cerita-pementasan, dialog-monolog, akting/tata laku, latar/panggung plusiringan musik, tata lampu, dekorasi, alur/plot/jaringan cerita, kostum/tata rias tokoh/karakte-risasi tokoh, improvisasi tokoh (Adhy Asmara1979: 53-67).

Urutan/struktur pementasan drama:prolog, adegan dan babak, dan epilog.

Syarat pementasan drama meliputi: adarepertoire, ada sutradara, ada pemain, ada latar/panggung, ada kostum pemain, ada dekorasi,iringan musik, ada sarana pendukung lain, adapenonton (Soetarno 1976: 20).

Urutan langkah menulis naskah drama/repertoire: ada/punya tema; ada pesan yang akandisampaikan; merancang plot/skenario cerita;memilih tokoh/pembeber tema-skenario; meran-cang tata laku-akting tokoh; mulai menulisjudul, deskripsi tokoh dan wataknya, latar awal,dialog-monolog dilengkapi; dan akting tokoh,latar antara, latar musik, tata lampu, suasana;membaca naskah dan mengeditnya (Nurhadi2007: 147-152)..

Urutan/struktur alur drama meliputi:introduksi, perkenalan, tampilan masalah,konflik, konflik merumit, klimaks, antiklimaks,peleraian, penyelesaian/konklusi (Soetarno1976: 21)..

Jenis dan bentuk drama meliputi: tragedi,komedi, trage-komedi, opera/operet, tablo-panto-mime, eketoprak, ludur, lenong,sendratari, dagelan, dan wayang (Adhy Asmara1979 : 50-52), ( Sumiati Budiman 1987:50-52),(Soetarno 1976 : 21-23), (Laelasari 2006 :74-77)..

Menilai naskah drama mengarah padaelemen: struktur teks, tata tulis, bahasa, dialog-monolog, lukisan akting, latar awal-tengah-antara, tema-amanat/pesan, originalitas, asasnilai manfaat teks, kejelasan alur dan pesan(Nurhadi 2007: 161-166)..

Menilai pementasan drama mengarah padaelemen: ketepatan pilihan tokoh dan karakter (ka-rakterisasi), ketepatan pembabaran alur/plot;originalitas dan kemenarikan pementasan.,kesesu aian kostum, iringan musik/suasana/dekorasi, improvisasi tokoh/kesigapan tokoh

dalam berperan, dialog-monolog tokoh/bahasatokoh, akting/perilaku/tata laku tokoh, kesesua-ian dialog-monolog dengan akting tokoh, nilaimanfaat tema pementasan (Rendra 1976: 7-95),(Nurhadi 2007: 187-194).

Metode PenelitianSubjek PenelitianPenelitian dilakukan di SMP Kristen PENABURCirebon, Jalan Dr. Ciptomangunkusumo Nomor24, Cirebon. Sekolah ini berada di tengah kotadan di lingkungan bisnis, pendidikan, danperkantoran. Sekolah yang berdiri pada tanggal1 Agustus 1951 ini telah melahirkan ribuanalumni yang tersebar di seantero Nusantaradengan pilihan tugas dan karier masing-masing.

Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 Ayang termasuk kelas unggulan dengan jumlahmurid sebanyak 30 orang; terdiri atas 13 siswidan 17 siswa. Mayoritas siswa keturunanChina, yaitu sebanyak 26 orang, keturunan Jawadua orang, dan keturunan Batak dua orang.

Prosedur dan Siklus PenelitianPenelitian ini menggunakan metode PenelitianTindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untukmemperbaiki kompetensi, partisipasi, danprestasi siswa dalam belajar dan menulis teksdrama dengan menggunakan metode investigasikelompok. PTK merupakan suatu proses yangmenunjukkan siklus-siklus kegiatanberkelanjutan dan berulang-ulang. Banyaknyasiklus bergantung kepada hasil dan pencapaiankompetensi siswa yang diharapkan setelahdiproses dengan metode PTK. Minimal siklusnyadua kali. Kalau hasil dan kompetensi siswasudah tercapai pada dua tahapan siklus, PTKdianggap sudah tuntas. Jika dua kali siklusbelum tuntas, dilanjutkan ke siklus tiga. Begituseterusnya. Siklus maksimal tiga atau empat.

Proses PTK terdiri atas empat tahap; yaitu:perencanaan, pelaksanaan/tindakan, peng-amatan, dan refleksi. Berikut jabarannya.

PerencanaanDalam penelitian ini penulis/penelitimerencanakan kegiatan perbaikan pembelajarandengan menggunakan metode investigasikelompok untuk meningkatkan partisipasibelajar siswa, kompetensi, prestasi belajar dan

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kemampuan menulis naskah drama pada siswakelas 9A. Metode ini digunakan untuk satu kalipertemuan dalam dua jam pelajaran. Pada tahapini, penulis menyiapkan bahan-bahan seperti:Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) danlembar kerja siswa; perangkat pengumpulandata, seperti lembar observasi dan alat tes siswa;melakukan koordinasi dengan teman sejawatdan murid untuk membantu pelaksanaanpenelitian ini.

PelaksanaanPelaksanaan penelitian dilakukan dalam satukali pertemuan kelas, dua jam pelajaran denganprosedur kerja sebagai berikut: gurumenyampaikan salam pagi dan mengabsensiswa; guru mengatur tempat duduk siswa danmendorong diwujudkannya kebersihan/K-3kelas; guru mengajak siswa memahami standarkompetensi, kompetensi dasar, dan tujuanpembelajaran yang hendak diwujudkan bersamahari ini; guru menjelaskan prosedur belajar hariini: pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuanpembelajaran, pembentukan kelompok, pengun-dian materi diskusi dan presentasi, presentasikelompok, tanggapan teman, tanya jawab ( klari-fikasi dan penguatan ), penutup (tes, analisishasil tes), pemberian tugas rumah; pemben-tukan kelompok, ketua, presenter/juru bicara,dan anggota; pengundian dan pembagian materiheterogen; diskusi kelompok; presentasi wakil-wakil kelompok, teman dan forum lain menyi-mak dan menanggapinya dengan baik; tanyajawab/tanggapan; tes formatif; analisis hasil tes;guru memberikan ulasan umum tentang belajarmenulis teks drama dengan metode investigasikelompok; dan guru memberikan tugas rumahsiswa untuk penajaman pemahaman.

PengamatanSasaran pengamatan dalam proses penelitian iniadalah kinerja guru di dalam menerapkanmetode investigasi kelompok untuk meningkat-kan kompetensi siswa belajar menulis teksdrama, dan perilaku siswa dalam proses belajardan melakukan diskusi kelompok, mempresen-tasikan hasilnya, dan di dalam siswa memberi-kan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan.

RefleksiPenulis melakukan refleksi berdasarkan hasilobservasi guru, teman sejawat, siswa atas kinerjaguru dan perilaku belajar siswa dalam prosesbelajar mengajar serta perolehan nilai siswaselama proses pembelajaran. Hasil observasiserta perolehan nilai siswa penulis gunakansebagai dasar perbaikan pembelajaran padasiklus kedua. Refleksi tersebut penulis fokuskanpada masalah utama penelitian, yaitu: cara gurudalam merencanakan dan melaksanakankegiatan pembelajaran dengan metodeinvestigasi kelompok, dan pencapaian hasilbelajar siswa setelah guru menerapkan metodeinvestigasi kelompok dalam pembelajarannya.

Apabila perolehan nilai sebagian besar siswa(yaitu 85%) belum mencapai standar KKMsekolah (yaitu 85), maka dikategorikan pembel-ajaran belum tuntas atau gagal. Untuk itu perludilakukan pengulangan pembelajaran denganperbaikan pada aspek tertentu. Aspek tersebutberdasarkan temuan dan telaah guru selamaproses pembelajaran yang lalu berlangsung.

Misi umum penelitian ini adalah mening-katkan partisipasi dan prestasi belajar siswadalam belajar drama dan menulis naskah dramadengan menggunakan metode investigasikelompok di kelas 9A. Kegiatan tersebutdilaksanakan untuk mencapai KKM sekolahsebesar 85. Apabila nilai sebagian besar siswa(sejumlah 85 %) belum mencapai standar KKMsekolah, maka pembelajarannya haruslahdiulang dengan siklus berikutnya. Siklus berikutitu harus menerapkan perbaikan pada beberapaaspek hasil telaah dan temuan selama prosespembelajaran sebelumnya berlangsung.Penerapan desain dan siklus pembelajaran diatas dapat kita cermati pada Gambar 1.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini dilaku-kan dengan tes dan observasi.

TesTes yang dilakukan adalah postes denganbentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.Bahan tes ini sesuai dengan indikator dantujuan siswa belajar drama dan menulis teks

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

drama yaitu siswa (a) mampu memahamikonsep drama secara utuh dan komprehensif,(b) terampil menulis naskah drama, (c) terampilbermain/berpentas drama, (d) terampil menilainaskah drama, dan (e) terampil menilaipementasan drama.

Tes diberikan dua kali, yaitu pada siklus 1dan 2. Bentuk tes adalah pilihan ganda agarsegera diketahui hasil, perkembangan, danperbandingannya. Dengan demikian, analisisdan kesimpulan penerapan metode baru dalampembelajaran bersiklus itu dapat terbaca.

ObservasiObservasi dilakukan guru sejawat dan siswaterhadap guru dan siswa pada kedua siklusyang dilakukan. Guru pengamat mengobservasikinerja guru dalam menerapkan metodeinvestigasi kelompok dan perilaku belajar siswadalam memberikan partisipasi belajar drama.Siswa pengamat mengamati kinerja guru dalammenerapkan metode investigasi kelompok danperilaku belajar siswa temannya dalammemberikan partisipasi belajar drama.

Melalui hasil pengamatan kedua pihak,maka kinerja guru menerapkan metode investi-gasi kelompok dan perilaku belajar siswa dalammemberikan partisipasi belajar drama dapat

dicermati bagaimana perkembangan dankemajuan kompetensinya.

Teknik Analisis DataSesuai dengan teknik pengumpulan data, makaada dua macam data yang dianalisis dalampenelitian ini.

Nilai siswaNilai ini merupakan potret kemampuan siswadalam belajar drama, sebelum dan setelahpenerapan metode investigasi kelompok.Nilai siswa ini ada dua macam; yaitu hasil postes pada siklus 1 dan 2. Nilainya berupa nilaikuantitatif. Dengan nilai itu dapat dikaji (a)berapa siswa yang meraih KKM, dan yang belumKKM, (b) bagaimana tingkat ketuntasan belajarkelasnya, (c) bagaimana perkembangankemajuan antara siklus pembelajaran kesatu dankedua setelah penerapan metode investigasikelompok dalam belajar drama, (d) soal tesnomor mana saja yang masih merupakankesulitan siswa, dan (e) kalau nilai tes jelek/takmemenuhi standar, apa langkah berikut.

Hasil observasiLembar hasil observasi guru/teman sejawat dansiswa terhadap kinerja guru dan perilaku belajar

Permasalahan

Permasalahanbaru hasil refleksi

Apabila permasalahanbelum terselesaikan

Siklus 1

Siklus 2

Perencanaantindakan 1

Pelaksanaantindakan 1

Pengamatan/Pengumpulan Data 3

Pengamatan/Pengumpulan Data 1

Pelaksanaantindakan 2

Refleksi 1

Perencanaantindakan 2

Refleksi 2 Pengamatan/Pengumpulan Data 2

Dilanjutkan ke siklusberikutnya/S3 >

>

> >

<

<

>>

<

<

>

>

Gambar 1: Alur Siklus Pembelajaran

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

siswa dalam menerapkan metode investigasikelompok dalam belajar drama ini berupa nilaikuantitatif. Data kondisinya digunakan untukmenelaah dan menghubungkan data kondisisatu dan lainnya, untuk akhirnya disimpulkan.

Kinerja guru dalam menerapkan metodeinvestigasi kelompok diobservasi dan dinilaioleh teman sejawat dan siswanya. Sedangkanperilaku belajar siswa dalam memberikanpartisipasi belajar drama dengan metodeinvestigasi kelompok diobservasi dan dinilaioleh guru peneliti, guru observer/teman sejawat,dan siswa/temannya sendiri.

Hasil Penelitian

Deskripsi Hasil PenelitianSiklus 1Pada siklus pembelajaran kesatu ini telahdilakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan refleksi. Berikut ini uraiannya.

PerencanaanPada tahap ini peneliti menyiapkan dan menyu-sun RPP siklus 1; menghubungi guru/temansejawat, yaitu rekan guru Bahasa Indonesia,untuk mengobservasi kinerja dirinya, mengob-servasi perilaku belajar siswa, dan membantu

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 9A,atas izin Kepala Sekolah; menghu-bungi duaorang siswa, siswa berkarakter, berwawasan,dan loyal, untuk menjadi tenaga observer saatpembelajaran dilakukan, guna mengobservasikinerja guru dan perilaku belajar temannya;meminta seorang tenaga karyawan, yangmenguasai fotografi, untuk mendokumen-tasikan kegiatan pembelajaran ini; menetapkanhari Kamis, 16 April 2015 jam ke-6-7, pukul 10.30-12.10 adalah hari pembelajaran siklus 1 di kelas9A bagi penerapan metode ceramah bervariasiuntuk meningkatkan kompetensi dan partisipasibelajar siswa dalam belajar drama dan menulisteks drama; dan akhirnya, menyiapkanperangkat pendukung pembelajaran.

PelaksanaanPada tahap ini penulis melakukan anekakegiatan di kelas 9A berupa: menyampaikansalam pagi dan mengabsen siswa; mengaturtempat duduk siswa dan mengelola K-3 kelas;mengajak siswa memahami standar kompetensi,kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yanghendak diwujudkan bersama hari ini;menjelaskan prosedur belajar hari ini;memberikan apersepsi uantuk merangsangkesiapan belajar; menjelaskan materi denganmetode ceramah bervariasi; memberikan

Tabel 1: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa V

2 Minat dan Semangat Belajar V

3 Minat Bertanya V

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

V

5 Keterlibatan dalam Pelajaran V

6 Konsentrasi Belajar V

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

V

8 Hasil Prestasi Studi Siswa V

Jumlah = 8 item/aspek 8

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kesempatan siswa untuk bertanya materi pelajar-an; memberikan postes; mengajak siswa meng-analisis tes dan hasilnya; memberikan tugasrumah siswa untuk penajaman dan pengayaankonsep; akhirnya menutup pertemuan hari itu.

PengamatanPada tahap ini penulis mengamati perilakubelajar siswa, hasil postes, dan hasil observasidari dirinya, observer guru sejawat, maupunsiswa. Hasilnya sebagai berikut.1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa

Sambil mengajar guru mengamati, bahwakondisi perilaku belajar siswa tenang,memperhatikan pembelajaran, mencatatrangkuman penjelasan, tidak bertanya,namun hasil postesnya ternyata ada sembi-lan orang tidak KKM; atau 30 % tidak KKM.

2. Pengamatan Teman Sejawat tentangperilaku belajar siswaTeman Sejawat menilai perilaku belajarsiswa sebagai baik, partisipasi belajar siswadan prestasi studinya baik, 8 itempengamatan yang dinilai semua baik.Deskripsinya terlihat pada Tabel 1.

3. Pengamatan Siswa tentang perilaku siswa/temannyaDua orang siswa mengamati perilakubelajar temannya sebagai cukup baik dan

Tabel 2 a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 4 2 2

kondusif. Ini nyata dari penilaian amat baik1 poin, baik 8 poin, sedang 5 poin, dankurang 2 poin, sebagaimana terlihat padaTabel 2 a dan 2 b.

4. Pengamatan Teman Sejawat tentang kinerjaguru.Teman sejawat mengamati, murid tenang,perhatian baik, kurang bertanya/pasif,partisipasi siswa baik, hasil prestasi baik.Sedangkan penampilan guru dinilai cukupkondusif, piawai dalam mengelola kelas,menyenangkan siswa, menarik.Teman Sejawat menilai kinerja guru sebagaibaik dalam kedelapan item pengamatan.Deskripsinya terlihat pada Tabel 3.

5. Pengamatan Siswa tentang kinerja guru.Dua orang siswa menilai kinerja guru seba-gai amat baik 5 poin, baik 10 poin, sedang 1poin, sebagaimana terlihat pada Tabel 4adan 4b.

6. Hasil postes siswaHasil postes siswa terlihat pada Tabel 5.

RefleksiPenulis merasa dan menimbang, bahwa langkahpersiapan/perencanaan pembelajaran telahdilakukan maksimal. RPP, materi pembelajaran,sarana pendukung, seperti soal tes, fotokopirangkuman materi pelajaran untuk siswa sudah

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 2 b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v 1

6 Konsentrasi Belajar 4 3

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 4 2 2

Tabel 3: Lembar Observasi Teman Sejawat pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya

v

4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas

v

6 Penguasaan/ManagemenKelas

v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 8

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 4 a: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya v

4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas v

6 Penguasaan/ManagemenKelas v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 3 4 1

Tabel 4 b: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 1

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v v

3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya

v V

4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas V

6 Penguasaan/ManagemenKelas

v 2 6

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 3 4 1

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 5: Hasil Postes pada Siklus 1

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Siswa 1 95 KKM = 85

2 Siswa 2 95

3 Siswa 3 80 Nilai 100 = 2

4 Siswa 4 90 Nilai 95 = 2

5 Siswa 5 85 Nilai 90 = 10

6 Siswa 6 100 Nilai 85 = 7

7 Siswa 7 75 Nilai 80 = 6

8 Siswa 8 85 Nilai 75 = 1

9 Siswa 9 90 Nilai 70 = 1

10 Siswa 10 80 Nilai 0 = 1

11 Siswa 11 90

12 Siswa 12 90

13 Siswa 13 90

14 Siswa 14 90

15 Siswa 15 90

16 Siswa 16 80

17 Siswa 17 85

18 Siswa 18 80

19 Siswa 19 80

20 Siswa 20 85

21 Siswa 21 80

22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas

23 Siswa 23 85

24 Siswa 24 100

25 Siswa 25 80

26 Siswa 26 90

27 Siswa 27 70

28 Siswa 28 90

29 Siswa 29 90

30 Siswa 30 85

Jumlah tuntas/taktuntas

21/9siswa

Tuntas:21(70%)

Tidak tuntas:9 (30%)

tersedia dan dibagikan kepada siswa.Pelaksanaan dan sarana pendukung telahdioperasikan optimal. RPP yang disiapkan telahdipraktikkan dalam pembelajaran. Gurumenjelaskan materi pembelajaran secarasistematis dengan LCD, peluang siswa bertanyadisediakan, walaupun tak direspon seorangpun, kondisi kelas sangat kondusif, tenang,nyaman untuk memahami dan membangunkonsep.

Hasil observasi guru sejawat pun positifdan sejalan dengan renungan di atas. Kinerjaguru baik, perilaku belajar siswa cukup baik.Pendapat dan pemahaman ini juga didukungoleh hasil observasi dua orang siswa. Kinerjaguru baik dan perilaku belajar siswa pun baik.Hampir semuanya positif.

Perencanaan dan pelaksanaan pembel-ajaran yang optimal tersebut ternyata belummenghasilkan partisipasi belajar siswa danprestasi belajar yang optimal. Ini ternyata daritidak satu pun siswa bertanya, menanggapi,memberikan klarifikasi materi pelajaran saatterjadi proses belajar mengajar. Siswa pasif dandiam. Awalnya guru bangga karena merasaupaya penjelasannya dapat ditangkap jelas olehsiswa. Rasa bangga yang berujung agak kecewa.Kecewa karena ternyata hasil tesnya (Tabel 5)tidak optimal. Ada 9 siswa tidak mencapai KKMsekolah, yaitu 85. Dari 30 siswa hanya 21 siswamencapai KKM. Ini berarti hanya 70% siswakelas itu tuntas belajar drama. Syarat tuntasbelajar kelas adalah 85%. Ini berarti bahwapembelajaran pada siklus 1 bermasalah.

Berdasarkan hasil investigasi guruterhadap siswa setelah membahas soal tesdiperoleh beberapa masukan berikut. Paparanmateri belajar guru lancar, sistematika bagus,volume suara dan intonasi baik, kelincahan danpenguasaan materi guru baik, namun guruterlalu cepat dalam menyampaikan materipelajaran. Komunikasi pembelajarannyadidominasi guru (one way communication). Guruterus menyapa murid setelah proses paparanmateri pelajaran. Misalnya, “Bagaimana? Jelas?Bisa dipahami? Oke?” Murid hanya menja-wab,”Bisa.” “Mari kita lanjutkan. Oke.” Muridhanya menjawab, “Oke.” Kondisi demikianternyata sulit diselami untuk mendeteksikesiapan murid menangkap dan menguasai

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

konsep materi guru. Inilah persoalan yangterjadi.

Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapatdisimpulkan, siklus pembelajaran kesatumengalami masalah: guru terlalu cepat dalammenjelaskan materi pelajaran, guru melibatkansiswa dalam belajar namun tidak diresponpositif murid, guru terlalu mendominasikomunikasi pembelajaran, sapaan guru takberjawab menandai kepasifan siswa dan tandatanya atas kualitas pemahaman murid terhadapmateri pelajaran. Atas dasar semua itu,pembelajaran harus dilanjutkan ke siklus keduadengan memperbaiki kinerja guru dan perilakubelajar siswa. Pilihan jitu untuk memperbaikikondisi adalah menerapkan metode atau modelpembelajaran investigasi kelompok dalam sikluspembelajaran kedua. Alasan pemilihan metodeadalah, bahwa metode ini mampu mengeks-plorasi partisipasi dan demokrasi dalam belajarsiswa, sehingga berdampak pada peningkatanprestasi siswa.

Siklus 2Pada siklus pembelajaran kedua ini dilakukankegiatan perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan refleksi. Berikut uraiannya.

PerencanaanPada tahap ini peneliti menyiapkan beberapahal berikut : menyusun RPP siklus 2 denganrevisi; menghubungi guru/teman sejawat untukmengobservasi dirinya dan murid, sertamembantu pelaksanaan kegiatan di kelas 9A,atas izin Kepala Sekolah; menghubungi duasiswa untuk menjadi tenaga observer saatpembelajaran dilakukan, serta meminta seorangTenaga TU untuk mendokumentasikan kegiatanpembelajaran ini; menetapkan hari Jumat, 17April 2015, jam ke-8-9, pukul 12.10-13.30 adalahhari pembelajaran siklus 2 di kelas 9A bagipenerapan metode investigasi kelompok untukmeningkatkan kompetensi, partisipasi, danprestasi belajar siswa dalam belajar drama danmenulis naskah drama; dan terakhir, menyiap-kan perangkat pendukung pembelajaran.

PelaksanaanPada tahap ini penulis melakukan prosespembelajaran di kelas 9A berupa kegiatan: guru

menyam-paikan salam pagi, mengabsen siswa,mengatur piket kelas/mengelola K3 untukmembersihkan kelas agar nyaman digunakanuntuk belajar; guru mengatur tempat duduksiswa agar mereka nyaman belajar; gurumengajak siswa memahami standar kompetensi,kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yanghendak diwujudkan bersama hari ini; gurumenjelaskan prosedur belajar hari ini:pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuanpembelajaran, pembentukan kelompok,pengundian materi diskusi, penyiapan bahanpresentasi kelompok, presentasi kelompok,tanggapan teman, tanya jawab ( klarifikasi danpenguatan ), penutup (tes, analisis hasil tes),pemberian tugas rumah untuk menguatkanpemahaman konsep tentang drama danpenyusunan naskah drama; pembentukankelompok diskusi, ketua, sekretaris, danpresenter/juru bicara kelompok, anggota; yaitusebanyak tujuh kelompok, yang terdiri dari:1. Kelompok Kesatu, dengan juru bicara AP2. Kelompok Kedua., dengan juru bicara CLG3. Kelompok Ketiga, dengan juru bicara MTS.4. Kelompok Keempat, dengan juru bicara FTS.5. Kelompok Kelima, dengan juru bicara JFK.6. Kelompok Keenam, dengan juru bicara

HHW.7. Kelompok Ketujuh, dengan juru bicara CSB.

Selesai membentuk kelompok danpersonalnya, guru melakukan pengundian danpembagian materi heterogen; memandu diskusikelompok; mengundi urutan presentasi materibelajar yang disiapkan; memoderatori presentasiwakil-wakil kelompok, teman dan forum lainmenyimak dan menanggapinya dengan baik;memandu tanya jawab untuk penguatanpemahaman konsep drama; memberikan tesformatif/postes; melakukan analisis hasil tesdan kesan pesan forum; guru memberikanulasan umum tentang belajar drama dan menulisnaskah drama dengan metode investigasikelompok; guru memberikan tugas rumah siswauntuk penguatan konsep penyusunan naskahdrama; dan akhirnya, guru menutup pertemuanhari ini.

PengamatanPada tahap ini penulis mengamati perilakubelajar siswa, hasil postes, dan hasil observasi

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

dari observer guru sejawat maupun siswa.Hasilnya sebagai berikut.1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa

Sambil mengajar guru mengamati, bahwakondisi perilaku siswa dalam diskusikelompok cukup aktif berpendapat, cukuphidup, dan dinamis memperhatikan danmerespon presentasi teman kelompok lain,bertanya kepada siswa presenter, yang padaujungnya berdampak hasil postesnyaternyata 93,3% mencapai KKM.Para presenter telah dapat mewakilikelompoknya menyampaikan paparanmateri drama dengan baik, berani, tenang,lancar, serta mampu menjawab pertanyaanatau tanggapan kelompok lain. Ada 11siswa penanya dengan 17 pertanyaan,penguatan, dan tanggapan. Mereka ituadalah: Penanya 1 ( 1 pertanyaan), Penanyakedua (1 pertanyaan), Penanya ketiga (3pertanyaan), Penanya keempat (2 pertanya-an), Penanya kelima (1 pertanyaan),Penanya keenam (4 pertanyaan), Penanyaketujuh (1 pertanyaan), Penanya kedelapan(1 pertanyaan), Penanya kesembilan (1pertanyaan), Penanya kesepuluh (1 perta-nyaan), dan Penanya kesebelas (1 perta-nyaan). Lintas bicara antarpihak telahterjadi cukup semarak dan hidup, menarik,dan menyenangkan, berkesan, serta ingindiulang pada kesempatan lain. Data itumenandai, bahwa partisipasi siswa dalamdiskusi internal cukup hidup dan aktif, jugadalam forum diskusi kelas. Ini dapatdinikmati saat guru keliling ke setiapkelompok ketika mereka mendiskusikanmateri bagian kelompoknya, maupun saatmemoderatori penampilan wakil kelompokdalam diskusi kelas yang lebih luas.

2. Hasil postes siswaHasil postes siswa terdeskripsi disajikanpada Tabel 6.

3. Hasil observasi guru sejawat dan siswa a. Observasi guru sejawat terhadap guru

Penampilan guru dinilai sangatkondusif, piawai dalam mengelola kelas,menyenangkan siswa, memotivasi kelassehingga kelas hidup. Lima dari delapanaspek penilaian dinyatakan amat baik.

Tabel 6: Hasil Postes pada Siklus 2

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 Siswa 1 100 KKM = 85

2 Siswa 2 100

3 Siswa 3 100 Nilai 100 = 20

4 Siswa 4 100 Nilai 95 = 5

5 Siswa 5 100 Nilai 90 = 3

6 Siswa 6 100 Nilai 80 = 1

7 Siswa 7 80 Nilai 80 = 1

8 Siswa 8 100 Nilai 0 =

9 Siswa 9 100

10 Siswa 10 95

11 Siswa 11 100

12 Siswa 12 100

13 Siswa 13 100

14 Siswa 14 100

15 Siswa 15 100

16 Siswa 16 100

17 Siswa 17 95

18 Siswa 18 100

19 Siswa 19 90

20 Siswa 20 100

21 Siswa 21 90

22 Siswa 22 0 Sakit/tidak tuntas

23 Siswa 23 95

24 Siswa 24 100

25 Siswa 25 95

26 Siswa 26 95

27 Siswa 27 90

28 Siswa 28 100

29 Siswa 29 100

30 Siswa 30 100

Jumlah tuntas/taktuntas

28/2or-ang

Tuntas: 28(93,3%)

Tidak tuntas:2 (6.7%)

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tiga item dinilai baik. Tabel 7 deskripsihasil observasinya.

b. Observasi guru sejawat terhadapperilaku belajar siswaTeman Sejawat mengamati siswa,bahwa mereka aktif berdiskusi danberpartisipasi membangun ide, baikdalam diskusi kelompok maupundalam forum kelas, hasil prestasibelajarnya amat baik. Lima dari delapanaspek penilaian dinyatakan amat baik,sedangkan tiga aspeknya baik. Tabel 8berisi deskripsi hasil observasinya.

c. Observasi siswa terhadap kinerja GuruDua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2diminta turut mengobservasi kegiatangurunya dalam mengajar denganmetode investigasi kelompok. Merekamenilai, bahwa proses ke-giatanpembelajaran berjalan lancar, kondusif,menyenangkan, memotivasi siswabelajar dan bergagasan. Siswi 1 menilaitiga dari delapan aspek kegiatan gurudinilai amat baik; lima item dinilai baik.Sedangkan S2 menilai dua item amat

Tabel 7: Lembar Observasi Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Pengarahan Guru v

2 Metode yang Digunakan Guru v

3 Penyajian Materi Guru danSistematikanya

v

4 Kecakapan dan KeterlibatanGuru Menangani Tanggapandan Penuntasan Pembelajaran

v

5 Kepiawaian Guru dalamMenghidupkan Kelas

v

6 Penguasaan/ManagemenKelas

v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek pengamatan 5 3

baik dan 6 item baik sebagaimanaterlihat pada pada tabel 9a dan 9b.

4. Observasi siswa terhadap perilaku belajarsiswaDua orang siswa, Siswi 1 dan Siswa 2, turutmengobservasi kegiatan temannya dalambelajar dan diskusi. Mereka menilai, bahwakegiatan temannya aktif, partisipatif,kondusif, senang, bahkan terlihat nyaman.Kedua siswa mengamati dan menilai bahwakedelapan aspek pembelajaran siswadinilainya amat baik 5 poin, baik 10 poin,dan sedang 1 poin. Deskripsi kondisi hasilpengamatan mereka itu tertera pada tabel10a dan 10b.

RefleksiMengingat kegagalan pada siklus 1, makapenulis melakukan persiapan lebih baik denganmemberikan penekanan perubahan berdasar-kan aspek/titik kelemahan siklus 1. RPP, strategipembelajaran diubah, materi pembelajaranbahan diskusi kelompok disiapkan, saranapendukung, seperti soal tes, fotokopi rangkumanmateri pelajaran untuk siswa disediakan dan

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

dibagikan kepada siswa. Pelaksanaan dansarana pendukung telah dioperasikan optimal.RPP yang disiapkan telah dipraktikkan dalampembelajaran. Guru menjelaskan dan menegas-kan prosedur dan teknis belajar pada siklus 2

ini secara serius agar pembelajaran berjalanefektif, sistematis, mencapai tujuan optimal,peluang siswa bertanya disediakan, baik dalaminternal kelompok maupun forum kelas agarkelas menjadi hidup; kondisi kelas sangat

Tabel 8: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya V

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 5 3

Tabel 9a: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 3 5

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 10b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 2 6

kondusif, dinamis, kerjasama terba-ngun baik,nyaman untuk memahami dan membangunkonsep.

Hasil observasi guru sejawat positif dansejalan dengan renungan di atas. Kinerja guru

baik, perilaku belajar siswa baik. Pendapat danpemahaman ini juga didukung oleh hasilobservasi dua orang siswa. Kinerja guru baik danperilaku belajar siswa pun baik. Semuanyapositif.

Tabel 9b: Lembar Observasi Siswa atas Kinerja Guru pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 2 6

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Perencanaan dan pelaksanaan pembel-ajaran yang optimal tersebut ternyata mampumenghasilkan partisipasi belajar siswa danprestasi belajar yang optimal. Ini ternyata dariadanya 11 siswa bertanya, menanggapi, membe-rikan klarifikasi materi pelajaran saat terjadiproses belajar mengajar. Siswa aktif dan dinamis.Guru bangga karena merasa perubahan metodedan strategi pembelajaran yang dilakukanmenjadikan siswa nyaman belajar, berkomu-nikasi baik, dan bersama-sama membangunkonsep tentang drama. Rasa bangga itu berujungpuas dan bangga lagi. Dinyatakan demikiankarena ternyata partisipasi belajar siswaberubah dan meningkat, bahkan hasil tesnyaoptimal. Dua puluh delapan siswa dari 30 siswamencapai KKM sekolah, yaitu 85. PersentaseKKM 93,3%. Dua puluh dari 30 siswa memper-oleh nilai 10/maksimal. Ini berarti terjadiperubahan luar biasa dari siklus 1 ke siklus 2.

Berdasarkan hasil investigasi guruterhadap siswa setelah membahas soal tesdiperoleh beberapa masukan berikut. Modelpembelajaran seperti ini enak, bagus, dan perludiulang lagi pada pokok pelajaran berikutnya.Banyak siswa dapat atau terpaksa harus ikutaktif dalam bergagasan. Tetapi bagus danbermanfaat. Perlu dikembangkan terus.

Dari kajian dan refleksi di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa siklus pembelajaran keduamengalami peningkatan signifikan dan berhasil.Kinerja guru dan perilaku belajar siswa berubahke arah yang lebih baik dan bermakna. Untukitu siklusnya berhenti di sini.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini, penulis hendak menghubungkanrumusan masalah, tujuan penelitian, temuanfakta dan data penelitian (tes maupun observasi),dan kajian teori untuk menyimpulkan sebuahkonsep. Rumusan masalah penelitian iniadalah: “Mampukah penerapan metode inves-tigasi kelompok meningkatkan partisipasi danprestasi belajar drama bagi siswa di kelas 9ASMPK PENABUR Cirebon?” Rumusan masalahini dijabarkan ke dalam empat tujuan penelitianberikut. Pertama, mening-katkan partisipasisiswa dalam belajar drama. Kedua, mening-katkan prestasi hasil belajar siswa. Ketiga,mendeteksi seberapa jauh efektivitas peran dandampak metode belajar Group Investigation dalammenolong kesulitan belajar siswa. Keempat,membangun mutu proses belajar yang berdam-pak pada peningkatan mutu siswa, mutu guru,mutu sekolah/lembaga, dan mutu pendidikan.

Tabel 10a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

Rentang SkorKeterangan

Amat Baik Baik Sedang Kurang

1 Perhatian Siswa v

2 Minat dan Semangat Belajar v

3 Minat Bertanya v

4 Semangat Mencatat MateriPelajaran

v

5 Keterlibatan dalam Pelajaran v

6 Konsentrasi Belajar v

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

v

8 Hasil Prestasi Studi Siswa v

Jumlah = 8 item/aspek 3 4 1

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

berarti bahwa ada hubungan linear-logis antarapilihan metode pada kajian teori/pustakadengan rumusan masalah penelitian ini. Kedua,dengan pilihan dan terapan metodepembelajaran yang pas, partisipasi studi siswamembaik. Partisipasi pada siklus 1 yang kurangdiminati nol, sedangkan partisipasi pada siklus2 berupa 11 siswa penanggap dengan 17produksi tanggapan. Ini membuktikantercapainya tujuan-kesatu penelitian ini dantampak jelas pada Gambar 2.

Ketiga, perolehan nilai siswa sebagai wujudmeterai kompetensi belajar siswa mengalamiperubahan variatif dan signifikan. Ini menunjuk-kan, bahwa pilihan metode pembelajaran dapatmendongkrak minat belajar dan prestasi siswa,serta mendukung pewujudan tujuan-keduapenelitian ini. Kondisi ini dapat dicermati padaGambar 3 yang menunjukkan KKM meningkatdari 70% menjadi 93.3%, melebihi KKM standarsebesar 85%.

Pada siklus 1, siswa ber-KKM sebanyak 21orang, tidak KKM sebanyak 9 orang. Pada siklus2, siswa ber-KKM sebanyak 28 orang, tidak KKMsebanyak 2 orang. Jumlah siswa tidak KKMmenurun, dan meningkatkan jumlah siswa ber-KKM. Jumlah siswa yang mengalami pening-katan poin nilai 27 orang, yang stagnan/jenuh3 orang. Dua orang stagnan karena perolehannilai pada siklus 1-2 sudah maksimal; yaitu 100.Satu orang stagnan karena sakit dan tidak ikutproses belajar dan postes (Tabel 12).

Hasil postes mereka juga menunjukkanperkembangan dan peningkatan signifikan. Inimembuktikan, bahwa pemberlakuan metodebaru pada siklus 2 tepat dan produktif. Kalaudiperbandingkan peraihan nilai dan jumlahkedua siklus, maka terlihat seperti Tabel 13.

Dari data tabel itu dapat dikatakan, bahwarentang variasi perolehan nilai pada siklus 1lebih banyak daripada pada siklus 2.Perbandingannya adalah 8:5. Rentangpanjangnya menunjukkan toleransi terhadapperolehan nilai di bawah KKM tinggi,sedangkan rentang pendeknya menun-jukkanperolehan nilai di atas KKM tinggi pula.Perubahan rentang variasi nilai dari siklus 1 kesiklus 2 menunjukkan terjadinya perbaikankualitas pemahaman dan pembelajaran siswa.Pemeroleh nilai ideal semakin banyak, sedang-

Sesuai kajian pustaka, metode investigasikelompok diplih karena metode ini mampumembangun sikap tanggung jawab dan kerjasa-ma dalam kelompok, serta membina sikap salingmenghargai pendapat anggota kelompok, danpada ujungnya membiasakan untuk beranimengemukakan pendapat. Kecuali itu, model inijuga memberikan kesempatan siswa untukbanyak berpartisipasi, berinteraksi dalammembangun gagasan. Semakin partisipasibelajar siswa tinggi, penguasaan konsep danmateri pembelajaran semakin dalam dan luaspula. Kondisi ini berdampak positif danproduktif pada peningkatan prestasi siswasebagaimana terlihat pada Tabel 11.

Data Tabel 11 menunjukkan, pertama,pilihan metode pembelajaran memberikan anekadampak pada kehidupan, nurani, perasaan,sikap, partisipasi, dan prestasi belajar siswa. Ini

0

11

0

2

4

6

8

10

12

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2: Partisipan Belajardan Penanya

70

93.3

0102030405060708090

100

KKM RPPCeramah

Bervariasi

KKM InvestigasiKelompok

Gambar 3: Perbandingan Hasil KKMSiklus/RPP1dan Siklus/RPP2 dalam %

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 11 : Relasi dan Dampak Multiaspek dalam Dua SiKlus

No Relasi Multiaspek Siklus 1 Siklus 2 Kondisi Perubahan Kesimpulan

1 Terapan metode CeramahBervariasi

InvestigasiKelompok

100 % berubah Perlu berubah &bermanfaat

2 Partisipasi Studi 0 penanggap 11 penang-gap/17tanggapan

37 % Partisipasi studisignifikan

3 Nilai/prestasi:a.100/sempurnab.nilai meningkatc.nilai tetap

a.2 (6,7%)b.21c.3

a.20 (67%)b.27c.3

a.+ 18 siswa/900%b.+ 6 (28,6%)c.0 %

a. naik signifikanb. naik signifikanc.2 jenuh/1 sakit

4 Pencapaian KKMa. Sesuai KKMb. Di atas KKMc. KKM ( 85 )d. Tidak sesuai KKMe. % KKM kelas (85%)

a.7b.14c.21d. 9e. 70%

a.0b.28c. 28d. 2e. 93,3%

a.7 siswa nilai naikb.naik 100%c.+ 7 siswa/33,3%d.- 7 siswa/77,8%e. naik 23,3%

a.naik signifikanb. naik signifikanc. naik signifikand. naik signifikane. di atas KKM

5 Kenyamanan studia. Kurang nyamanb. Nyaman, momen unjuk diri

a.28 siswab.2 siswa

a.29 siswab.27 siswa

a.beda drastisb.beda drastis

a.. Guru perlu refleksib.Guru perlu refleksi

6 Alur komunikasi Harus kon-sern satuarah

Multiarah Demokratis, bebas,moderat

Siswamenyenanginya.

7 Tekanan Belajar Tinggi (16siswa) ber-kata begitu

Fleksibel (25siswa) mera-sa begitu

Demokratis, seriustapi santai

Siswa kelas inikurang tahantekanan

8 Kebebasan Belajar Rendah/ke-na komandoguru (29siswa)berkata itu

Tinggi/gurukelilingkontrol dis-kusi kelom-pok; siswapunya pagarkelompok

Harkat diri siswadiperhatikan

Siswa kelas inipunya gengsitertentu

9 Kinerja Guru-Murid Guru ditun-tut banyak,murid pasif.Guru capek,murid enak.

Guru menja-di konduktororchesta PBM.Guru takterlalucapek, muridaktif kerja

Porsi dan persen-tase kinerja-hakdisesuaikan lebihefektif danberdaya gunatinggi

Perlu berubah &bermanfaat seca rakontiniu, fle ksibel,berdam pak positif

10 Kajian Observer Guru-Siswa pada Peneliti

5 Amat baik18 Baik1 Sedang

10 Amat baik14 Baik0 Sedang

meningkatbaik

Kinerja Guru/Peneliti tambah baik

11 Kajian Observer Gu-ru-Siswa pada Perila-ku Belajar Siswa

1 Amat Baik16 Baik5 Sedang2 Kurang

10 Amat baik13 Baik1 Sedang0 Kurang

MeningkatBaik

Perilaku belajarsiswa berubahmembaik dansignifikan

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kan pemeroleh nilai dibawah KKM semakin kecil.Ini membuktikan bahwapenerapan strategi belajardengan metode investigasikelompok untuk belajarmenulis naskah dramamemang tepat, sehinggapembelajaran dapat berhasil.

Dari data hasil peng-amatan guru, guru sejawat,maupun siswa, juga darihasil postes tersebut, dapatdikatakan bahwa penerapanmetode investigasi kelompokdalam pembelajaran dramadan menulis naskah dramaberdampak sangat positifdan berhasil, sehingga sikluspembelajaran perlu dandapat dihentikan di sini.

Keempat, dari hasil jajagide setelah selesai PBM, gurumemperoleh beberapa masu-kan dan komentar siswayang mendorong guru untukbertindak mobile dan fleksibeldalam memandu belajarsiswa dan dalam mengelolakelas, serta dalam mengelolakejiwaan/psikis siswa. Gayadan sikap hidup remajasekarang perlu dicermati,diempati, jangan dilawanatau dikerasi. Kita mestibelajar pada filosofi Ki HajarDewantara ini. Ing ngarsosung tulodho, ing madyomangun karso, lan tut wurihandayani, pungkasane awehhasil kang mentes lan maedahi.Maknanya adalah, (sebagaiorangtua dan dewasa) didepan kita menjadi teladanhebat, di antara mereka kitamembangun semangathidup-belajar dan motivasi,dan di belakang mereka, kitatetap berwibawa mengenda-likan dan mengarahkan

Tabel 12 : Data Perolehan Nilai Postes Siklus 1 dan 2,Serta Perkembangannya

No NamaSiswa

Nilai S ik lu s 1M etode

C eram ahB ervariasi

Nilai Siklus 2M etod e

C eram ahB ervariasi

Perkem bangan/perub ahan

d am p akp en erap an

m etode b aru

1 Sisw a 1 95 100 5

2 Siswa 2 95 100 5

3 Siswa 3 80 100 20

4 Siswa 4 90 100 10

5 Siswa 5 85 100 15

6 Siswa 6 100 100 0/tetap

7 Siswa 7 75 80 5

8 Siswa 8 85 100 15

9 Siswa 9 90 100 10

10 Siswa 10 80 95 15

11 Siswa 11 90 100 10

12 Siswa 12 90 100 10

13 Siswa 13 90 100 10

14 Siswa 14 90 100 10

15 Siswa 15 90 100 10

16 Siswa 16 85 100 15

17 Siswa 17 80 95 15

18 Siswa 18 85 100 15

19 Siswa 19 80 90 10

20 Siswa 20 80 100 20

21 Siswa 21 85 90 5

22 Siswa 22 0 0 0/tetap

23 Siswa 23 85 95 10

24 Siswa 24 100 100 0/tetap

25 Siswa 25 80 95 5

26 Siswa 26 90 95 5

27 Siswa 27 70 90 20

28 Siswa 28 90 100 10

29 Siswa 29 90 100 10

30 Siswa 30 85 100 15

Jum lahtuntas/tak

tu ntas

21/9 orang70%/ 30%

28/ 2 siswa93,3% /6,7%

27/ 3 orang90% /10%

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 13: Perkembangan Peraihan Nilai Antarsiklus

No NilaiRaihan

Siklus 1Metode

CeramahBervariasi

Siklus 2Metode

InvestigasiKelompok

Keterangan/ apresiasi

1 100 2 20 meningkat/tambah 18 orang

2 95 2 5 meningkat/tambah 3 orang

3 90 10 3 berkurang 7 orang, naik skor

4 85 7 0 berkurang 7 orang naik skor

5 80 6 1 berkurang 5 orang, naik skor

6 75 1 0 berkurang 1 orang, naik skor

7 70 1 0 erkurang 1 orang, naik skor

8 0 1 1 tetap, karena sakit

Jum-lah

8variasi

30 orang/8 variasi

30 orang /5 variasi turun 3 variasi, naik skor

Tabel 14: Peningkatan Kinerja Guru dari Siklus 1 Ke Siklus 2

No Aspek Penilaian dalamObservasi

PenilaianObserverSiklus 1

PenilaianObserverSiklus 2

Keterangan

1 Perhatian Siswa 3 baik 1 amat baik2 baik

meningkatbaik

2 Minat dan SemangatBelajar

2 baik1 sedang

3 baik baik sekali

3 Minat Bertanya 1 amat baik2 baik

1 amat baik2 baik

cukup baik

4 Semangat MencatatMateri Pelajaran

1 amat baik2 baik

3 baik baik sekali

5 Keterlibatan dalamPelajaran

2 amat baik1 baik

2 amat baik1 baik

baik sekali

6 Konsentrasi Belajar 3 baik 2 amat baik1 baik

meningkatbaik

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

1 amat baik2 baik

2 amat baik1 baik

meningkatbaik

8 Hasil Prestasi Studi Siswa 3 baik 2 amat baik1 baik

meningkatbaik

Jumlah = 8 item/aspek 5 amat baik18 baik1 Sedang

10 amatbaik14 Baik0 Sedang

meningkatbaik

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

untuk hidup (belajar) secara benar, dan akhirnyakita memetik hasil yang berkualitas dan memberibanyak manfaat. Kondisi ini penulis simpulkandan rakit dari hasil investigasi terhadap siswaterkait dengan butir 5, 6, 7, dan 8 tabel 11 di atas.Guru/peneliti perlu mencermati konteks dankondisi ini demi terbangunnnya hubunganguru-siswa yang kondusif, familier, danpartnersif untuk belajar.

Kelima, hasil observasi guru sejawat dansiswa terhadap kinerja guru/peneliti menun-jukkan peningkatan kualitas dan kinerja guru.Ini menandai, guru bersikap adaptif, mobile,empatik, dan menerapkan refleksi-evaluasi diri,

sekaligus mewujudkanmakna keempat di atas.Guru baik dan kondusif.Data ini dapat kita cermatipada Tabel 14.

Keenam, hasil obser-vasi guru sejawat dansiswa terhadap perilakubelajar siswa menunjukkanpeningkatan kualitas dangaya belajar siswa. Inimembuktikan, bahwa keti-ka faktor kejiwaan siswadisentuh, dijaga, diperha-tikan, dan diberi porsi pasdengan kondisi jiwamereka, maka mereka relamemberikan partisipasi,kontribusi, dan unjuk idediri secara positif dan ber-makna. Kondisi ini dapatdicermati pada Tabel 15.

Ketujuh, data padatabel dan grafik dalambagian pembahasan hasilpenelitian ini mendukungpewujudan tujuan peneli-tian ketiga dan keempat;yaitu mendeteksi kesahih-an metode investigasikelompok dalam mem-bangun sistem belajardrama dan menulis naskahdrama, serta niat guru dan

siswa membangun mutu proses pembelajarandapat dideteksi tepat dan dan terwujud.

Terakhir, metode pembelajaran berperanpenting dalam proses pembelajaran dan dalampencapaian berbagai aspek belajar siswa. Untukitu, guru perlu memahami/menguasai anekametode pembelajaran, mampu menyimulasikan,menerapkannya sesuai dengan jenis dan variasimateri pembelajaran. Pertimbangan pilihannyaadalah, metode yang mudah dilakukan,menyenangkan siswa, memotivasi siswa belajarmandiri, serta yang mendukung partisipasi danprestasi belajar siswa tinggi.

Tabel 15: Perubahan Perilaku Belajar Siswa dan PenilaianPerilaku Belajar Siswa dari Ketiga Observer

(Guru Sejawat dan Siswa)

No Aspek Penilaian dalamObservasi

PenilaianObserverSiklus 1

PenilaianObserverSiklus 2

Keterangan

1 Perhatian Siswa 3 baik 1 amat baik2 baik

meningkatbaik

2 Minat dan SemangatBelajar

2 baik1 sedang

3 baik meningkatbaik

3 Minat Bertanya 1 baik1 sedang1 kurang

2 amat baik1 baik

meningkatbaik

4 Semangat MencatatMateri Pelajaran

1 baik1 sedang1 kurang

2 baik1 sedang

meningkatbaik

5 Keterlibatan dalamPelajaran

1 baik1 sedang

2 amat baik1 baik

meningkatbaik

6 Konsentrasi Belajar 3 baik 1 amat baik2 baik

meningkatbaik

7 Partisipasi Siswa dalamPembelajaran

1 amat baik2 baik

2 amat baik1 baik

meningkatbaik

8 Hasil Prestasi StudiSiswa

3 baik 2 amat baik1 baik

meningkatbaik

Jumlah = 8 item/aspek 1 AmatBaik16 Baik5 Sedang2 Kurang

10 amatbaik13 Baik1 Sedang0 Kurang

meningkatbaik

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Simpulan

KesimpulanBerdasakan perencanaan, pelaksanaan,pengamatan proses dari banyak pihak, refleksi,dan kajian teori serta data proses pembelajaran,maka penulis menyimpulkan bahwa penerapanmetode investigasi kelompok dalam pembelajar-an drama dan menulis naskah drama berhasil.Keberhasilan itu ditandai oleh: pertama ,meningkatnya partisipasi siswa dalam belajardrama dan menulis naskah drama; dari hanyadiam tanpa respon dalam belajar siklus 1 menjadiada 11 siswa bertanya dan menanggapipresentasi rekannya pada siklus 2. Kedua,meningkatnya prestasi hasil belajar siswa; padasiklus 1 hanya dua orang meraih nilai 100/maksimal, sedangkan pada siklus 2 berjumlah20 orang meraih nilai 100/sempurna.Ketiga,terdeteksinya seberapa jauh efektivitas perandan dampak metode belajar investigasi kelompokdalam menolong kesulitan belajar siswa.Faktanya adalah, ada 70% siswa KKM padasiklus 1, sedangkan pada siklus 2 menjadi93,3%, meningkat 23,3%. Keempat, terbangunnyamutu proses belajar yang berdampak padapeningkatan mutu siswa, mutu guru, mutusekolah/lembaga, dan mutu pendidikan.

Selain itu, penulis juga mampu menunjuk-kan secara rasional-kritis beberapa manfaatpember-lakuan metode investigasi kelompokdalam pembelajaran drama dan menulis naskahdrama, bagi beberapa pihak seperti berikut.

Bagi siswa, mereka lebih senang dalambelajar dan membangun konsep drama danmenulis teks drama; mereka lebih partisipatifdalam belajar dan membangun konsep; siswalebih berhasil dalam prestasi belajarnya; siswadapat membangun karakter belajar lebih dinamisdan berdampak.

Bagi guru, mereka mampu menolong danmengangkat kesulitan belajar siswa dalambelajar konsep drama dan menulis teks drama;guru semakin berpengalaman membangunsuasana belajar yang bernuansa PAIKEMGEMBROT (pembelajaran yang aktif, inovatif,kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, penuhbrain storming, dan berbobot); guru semakinberpengalaman dalam melakukan perubahan

paradigma belajar, melalui menerapkan modeldan metode pembelajaran yang variatif,produktif, efektif, dan berkualitas; guru semakinberpengalaman dalam melakukan PTK danmenuangkannya dalam karya tulis.

Bagi pengembangan proses belajar siswa,pembelajaran semakin dinamis, produktif,progresif; guru dan siswa semakin mudahbersinergi dalam membangun PBM bermutu.

RekomendasiBerdasarkan kesimpulan di atas, penulis perlumenyampaikan rekomendasi berkaitan denganlangkah persiapan/perencanaan, pelaksanaan,pengamatan, dan evaluasi/pengamatan prosespembelajaran seperti berikut. Pertama, persiapandan perencanaan pembelajaran perlu dipikirkandan disusun matang agar pelaksanaanpembelajaran berjalan tertib, lancar, aman,produktif, dan efektif. Kedua, pelaksanaanpembelajaran perlu memberlakukan anekametode yang cocok untuk siswa dan materipelajaran, sehingga siswa senang dan temotivasibelajar.Ketiga, guru perlu memberikanpengarahan prosedur pembelajaran secaraserius dan jelas sehingga siswa tahu arah danmendukung pencapaian tujuan pembelajaransecara optimal. Keempat, guru perlu cermatmengamati sikap dan perilaku belajar siswa,menemukan mana siswa yang perlu dibantuatau bermasalah, apa perso-alannya, bagaimanabantuan solusinya, sehingga siswa merasakankasih sayang dan perhatian guru atasdirinya.Kelima, guru harus mampu membangunpartisipasi belajar siswa agar prestasi belajarnyatinggi dan membanggakan banyak pihak. Siswaterlatih beride.Keenam, guru harus piawaimenyajikan materi pelajaran secara sistematis,menarik, menyenangkan, dan memotivasi siswa.Ketujuh, guru harus piawai menghidupkankelas, meguasai, dan menerapkan managemenkelas yang cocok dan dinamis.Kedelapan, guruharus lincah dan cermat menerima danmenangani respon siswa demi ketuntasanpembelajaran yang dijalani. Kesembilan, guruperlu menguasai teknik pengelolaan kejiwaansiswa untuk dasar membangun pembelajaranyang bersahabat. Terakhir, Kepala Sekolah danGuru Senior perlu memahami laporan ini dan

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

mengimpartasikannya kepada semua guru agarguru maklum dan menerapkannya dalampembelajaran di kelasnya.

Daftar Pustaka

Asmara, Adhy. (1979) .Apresiasi drama untuk SLA.Yogyakarta: CV Nur Cahaya

Budiman, Sumiati. (1987). Sari sastra Indonesia.Klaten: PT Intan Pariwara

Hermawan, Hendy. (2006). Model-modelpembelajaran inovatif. Bandung: CitraPraya

Kosasih, Engkos. (2008). Mandiri bahasa IndonesiaSMP/MTs kelas IX. Jakarta: Erlangga

Kridalaksana, Harimurti. (1999). Kamus besarbahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Laelasari. (2006). Kamus istilah sastra. Bandung:Nuansa Aulia.

Nurhadi.(2007). Bahasa Indonesia untuk SMP kelasIX.Jakarta: Erlangga

Popham, W. James dkk. (1992). Teknik mengajarsecara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta

Rendra. (1976), Tentang bermain drama: Catatanelementer bagi calon pemain. Jakarta:Pustaka Jaya

Roestiyah. (1998). Strategi belajar mengajar.Jakarta: Rineka Cipta

Soetarno. (1976). Peristiwa sastra Indonesia untukSMA. Surakarta: Widya Duta

Suyanto. (2013). Menjadi guru professional: Strategimeningkatkan kualifikasi dan kualitas gurudi era global. Jakarta: Esensi

Sukidin dkk. (2010). Managemen penelitiantindakan kelas. Surabaya: Insan Cendekia

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Peran Role Playing Berbasis Komputer PadaKesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun

Dilihat Dari Kematangan Emosional

Felucia HendrietteE-mail: [email protected]

Bagian Akademik PENABUR International

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui kematangan emosional anak sebelum dansesudah perlakuan dan seberapa besar peran model pembelajaran Role Playing berbasiskomputer dapat meningkatkan kesiapan belajar anak usia prasekolah empat sampai lima

tahun yaitu dalam mengekspresikan diri, memahami perasaan orang lain, percaya diri danmengendalikan diri atau perasaannya. Penelitian yang dilakukan di TKK 6 PENABUR Jakartapada tahun 2013 ini menggunakan metode deskripsi kuantitatif dengan desain The One GroupPretest-Posttest Design. Instrumen penelitian menggunakan rubrik observasi, wawancara denganguru dan orangtua siswa. Data diolah dengan menggunakan software SPSS 16. Kehandalan alatukur diuji menggunakan uji validitas konstruk, dan uji reliabilitas secara interrater reliability denganCohan Kappa. Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kematangan emosional setelahdiberikan perlakuan. Role Playing dapat meningkatkan kematangan emosional anak dari dimensimemahami perasaan orang lain dan mengendalikan diri/perasaan. Peran pembelajaran berbasiskomputer juga dapat meningkatkan konsentrasi dan kesabaran anak.

Kata-kata kunci: kematangan emosional, Role Playing, pembelajaran berbasis komputer.

Computer-Based Role Playing to Improve the Learning Readiness of Four to Five YearsPre-school Children Viewed from Emotional Maturity

AbstractThis study aims to determine the child’s emotional maturity before and after treatment and how big ofcomputer-based Role Playing model can improve learning readiness of four to five years preschool children toexpress themselves, understand others’ feelings, self-confidence and self-control. This research conducted atTKK 6 PENABUR Jakarta in 2013 applied descriptive quantitative method with the design of The OneGroup Pretest-Posttest Design. Research instruments used the observation rubric, interview guides for theteachers and parents. The collected datas were processed using SPSS 16 software. The instrument validity wastested using the test construct validity, and the reliability was tested using interrater reliability test withKappa Cohan. The results of this study showed an increase in emotional maturity after a given treatment. RolePlaying can increase the child’s emotional maturity in the dimension of understanding the other people’sfeelings and self control. The role of computer-based instruction can also improve the children’s concentrationand patience.

Keywords: emotional maturity, Role Playing, computer-based learning.

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Pendahuluan

Usia anak Taman Kanak-Kanak yang berkisartiga sampai lima tahun adalah usia pertumbuh-an dan bermain. Artinya anatomi tubuh anak,misalnya jaringan saraf dan otaknya, masihdalam tahap pembentukan untuk menujukesempurnaan permanen, dan merupakan fasebermain sebagai bagian pengenalan danpembelajaran terhadap lingkungan sekitarnya.Pada masa balita ini perkembangankemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaransosial, emosional dan intelegensia berjalansangat cepat dan merupakan landasanperkembangan berikutnya, termasuk landasanuntuk kesiapan mereka dalam sekolah.

Rafort (2004) menyatakan, konsep kesiapanbelajar biasanya mengacu pada pencapaiananak dari satu rangkaian tertentu dari emosi,perilaku, dan keterampilan kognitif yangdiperlukan untuk belajar, bekerja, dan fungsiberhasil di sekolah. Sayangnya, filosofi umum“siap untuk sekolah “ ini menempatkan bebanyang tidak semestinya pada anak denganmengharapkan mereka memenuhi harapansekolah. Anak memiliki kebutuhan yang luasdan memerlukan dukungan dalam memper-siapkan mereka untuk standar pembelajaranyang tinggi, yang akan mereka hadapi di sekolahdasar.

Dalam praktek pendidikan sehari-hari, baikorangtua di rumah, guru di sekolah maupunberbagai media cetak/elektronik seringkalimemberikan tekanan yang tidak sesuai dengantahap perkembangan anak. Adanya tekananyang dialami anak masa prasekolah untukbelajar dapat mempengaruhi perkembanganemosionalnya, seperti yang diungkapkan olehHurlock (1980: 241) bahwa ketegangan yangterus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalubanyak pengalaman menggelisahkan yangmerangsang anak secara berlebihan akanmenimbulkan emosionalitas yang meninggipada anak.

Hurlock (1990:215) menyatakan, emosidapat mempengaruhi aktivitas mental, karenakegiatan mental, seperti konsentrasi, pengingat-an, dan penalaran, sangat mudah dipengaruhioleh emosi yang kuat. Anak menghasilkan

prestasi di bawah kemampuan intelektualnyaapabila emosinya terganggu.

Pengaruh emosional yang dapatmempengaruhi prestasi dan kemampuanintelektual anak dapat terlihat pada hasilpengujian masuk anak TK ke jenjang SD.Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28februari 2013 yang dilakukan peneliti denganKepala Sekolah dan guru SD mengenai materipengujian masuk bagi anak TK untuk ke jenjangSD Bilingual, selain psikotest terdapat juga duates akademik yang di uji yaitu matematika danbahasa Inggris. Dalam pengujian matematikaada tiga materi yang diuji yaitu penguasaankonsep, berpikir logis dan komunikasi, sertapemecahan masalah. Salah satu materi uji dalamberpikir logis dan komunikasi adalah anakharus menggambar berdasarkan bentuk yangsudah disiapkan. Mereka harus mengeks-presikan/mengungkapkan bentuk yang adamenjadi sebuah gambar yang mempunyai arti.Dari beberapa hasil yang didapatkan, padabagian ini anak kurang dapat menggambarkandan mengekspresikannya dengan baik.Sedangkan dalam pengujian bahasa terdapatpengujian mendengar, berbicara, dan menulis.Dalam salah satu pengujian berbicara anakdiminta untuk menceritakan kejadian dalamgambar yang telah disediakan. Untuk hasilberbicara ini, juga beberapa anak kurangmemuaskan. Perlu adanya stimulasi dan latihanyang memadai dalam hal mengekspresikanperasaan mereka sendiri dalam bentuk gambardan kemampuan berbicara pada jenjang TK agaranak mampu dan bisa mengekspresikannya baikmelalui pengujian tertulis maupun kelak dalamproses belajar di sekolah dasar.

Untuk membuat anak mengerti akan apayang dipelajarinya, dalam proses kesiapanbelajar anak usia prasekolah 4-5 tahun gurudapat menggunakan beberapa pendekatan.Pendekatan yang digunakan memiliki kontribusibesar dalam proses belajar mengajar dan transferilmu pengetahuan. Banyak pendekatan yangdapat diterapkan namun tetap harus dikaitkandengan tujuan yang akan dicapai. Kombinasibeberapa pendekatan juga akan memperkayapemahaman anak. Menurut La Iru (2012:4),pendekatan siswa aktif memandang pembelajar-an akan terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatansiswa aktif dalam pembelajaran, guruhendaknya mengembangkan pembelajaranyang dapat dijadikan wahana bagi siswa untukterlibat aktif dalam memahami kompleksitasmasalah pembelajaran.

Salah satu pendekatan efektif dalam metodebelajar anak prasekolah, yang juga dapatmeningkatkan kesiapan anak secara emosional,adalah metode simulasi, Dalam proses pembel-ajaran menggunakan metode ini, kemampuananak berkaitan dengan keterampilan berinteraksidan berkomunikasi dalam kelompok dibina dandikembangkan. Dengan model pembelajaranBermain Peran (Role Playing), metode inimengutamakan pola permainan dalam bentukdramatisasi. Dramatisasi dilakukan olehkelompok siswa dengan mekanisme pelaksa-naan yang diarahkan oleh guru untukmelaksanakan kegiatan yang telah ditentukan/direncanakan sebelumnya (La Iru, 2012:27).

Dalam kaitannya dengan kesiapan belajaranak prasekolah maka pembelajaran berbasiskomputer dengan model simulasi Role Playingsangat menarik untuk digunakan. Mengingatdi era digital ini, komputer telah menjadi bagianhidup masyarakat, tidak hanya orang dewasa,tetapi juga bagi anak-anak. Semakin banyakanak yang memiliki akses komputer di rumahatau di sekolah, memulai banyak pengalamandari permainan komputer.

Dewasa ini, pengembangan media sudahmulai mengarah kepada computer-basedinstruction (CBI) yaitu, sistem penyampaianmateri pelajaran yang berbasis microprocessor,atau lebih dikenal dengan istilah PBK(pembelajaran berbasis komputer) (Arsyad,2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwaPBK mampu memberikan dampak yangkonstruktif dalam memicu motivasi belajar anak.PBK juga mampu mengakomodasi berbagaipotensi belajar, sehingga sangat cocok bagi kelasyang memiliki heterogenitas tinggi. Kelebihanlainnya adalah kemampuan manipulatif,sehingga penyajian materi bisa lebih efektif danefesien (Miarso, 2005).

Berdasarkan latar belakang yang telahdiuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasikanmasalah sebagai berikut. Pertama, kesiapanbelajar anak prasekolah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalahperkembangan emosional anak. Pada usiaprasekolah 4-5 tahun anak belum dapat membuatpersepsi terhadap diri mereka sendiri, memaha-mi perasaan orang lain dan mengekspresikanperasaan mereka sendiri. Jadi emosi kesiapananak ini lebih pada kesiapan mereka dalamberinteraksi dengan orang lain (egosentrismenurut Piaget dalam tahap pra-operasional)dan mengungkapkan konsep diri mereka. Kedua,penerapan model pembelajaran Role Playingmelalui PBK diduga mampu meningkatkanperasaan emosional positif anak dalam halmengekspresikan perasaannya sendiri,memahami orang lain, dan percaya diri, melaluisimulasi pembelajaran dalam bentuk animasiyang menjelaskan konten secara menarik, hidup,dan memadukan unsur teks, gambar, audio,gerak, dan paduan warna yang sesuai danharmonis (Rusman 2012:231).

Penelitian ini merumuskan masalah:bagaimanakah kematangan emosional anaksebelum dan sesudah perlakuan dengan modelpembelajaran Role Playing? Apakah modelpembelajaran Role Playing melalui metode PBKdapat meningkatkan kesiapan belajar anak usiaprasekolah empat sampai lima tahun dilihat darikematangan emosionalnya yaitu apakah modelpembelajaran Role Playing dapat meningkatkananak mengekspresikan dirinya? Apakah modelpembelajaran Role Playing dapat meningkatkananak memahami perasaan orang lain? Apakahmodel pembelajaran Role Playing dapatmeningkatkan percaya diri anak? Apakah modelpembelajaran Role Playing dapat meningkatkananak untuk mengendalikan diri/perasaannya?

Tujuan penelitian ini secara umumdimaksudkan untuk memperoleh data daninformasi tentang seberapa besar peran modelpembelajaran Role Playing melalui pembel-ajaran berbasis komputer (PBK) dapatmeningkatkan kesiapan belajar anak usiaprasekolah empat sampai lima tahun dilihat darikematangan emosionalnya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut.1. Bagi Guru dan sekolah

a. Memberikan masukan dan wacanabaru bagi guru bahwa penggunaanmetode mengajar yang bervariasi bukan

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

hanya metode ceramah, dapat mening-katkan kualitas belajar siswa terutamakesiapan siswa Taman Kanak-Kanakuntuk masuk ke jenjang pendidikanlebih tinggi.

b. Memberikan informasi terhadappembelajaran berbasis komputer dankaitannya dengan kesiapan belajaranak TK, terutama dalam kematanganemosionalnya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapatdijadikan sumbangan dan pertimbang-an dalam penyusunan materi pembel-ajaran berbantuan komputer yangcocok untuk kesiapan sekolah anakusia empat sampai lima tahun masukdalam jenjang pendidikan lebih tinggi.

2. Bagi Siswa dan Orang Tua:a. Mendorong siswa untuk meningkat-

kan ketrampilan mengekspresikanatau mengungkapkan perasaannyayang berkaitan dengan proses dankegiatan belajar.

b. Memberikan pengalaman belajar yangberbeda, menarik dan bermanfaatdalam mengembangkan keterampilanmengekpresikan perasaan siswamelalui pembelajaran berbasiskomputer.

c. Orang tua dapat menumbuhkan sikappositif dan motivasi belajar yang tinggiterutama dalam kesiapan anak merekauntuk belajar pada jenjang yang lebihtinggi.

Kajian Pustaka

Kesiapan Belajar AnakDinyatakan dalam istilah yang sederhana,kesiapan belajar di sekolah berarti bahwaseorang anak siap untuk memasuki lingkungansosial terutama difokuskan pada pendidikan.Penelitian telah menunjukkan bahwa banyakaspek dari kehidupan anak-anak mempengaruhipersiapan mereka untuk belajar sekolah formal,termasuk kognitif, sosial, emosional, danpengembangan motorik, dan yang palingpenting, pendidikan awal di rumah, orangtua,dan pengalaman prasekolah. Pertimbangan

kesiapan sekolah harus memperhitungkanjangkauan dan kualitas pengalaman hidup awalanak-anak, variasi normal yang luas dalamperkembangan anak dan pembelajaran, dansejauh mana harapan sekolah yang sesuaiterhadap murid-murid TK dan menghormatiperbedaan individu (Rafoth, 2004).

Kesiapan didefinisikan sebagai tersiapkandan terbekali, siap melakukan, langsungbertindak, atau menggunakan sesuatu (Seefeldt& Wasik, 2008:33). Sejalan dengan ini,Nurkancana (1986), menambahkan bahwakesiapan belajar dapat diartikan sebagaisejumlah tingkat perkembangan yang harusdicapai oleh seseorang untuk dapat menerimasuatu pelajaran baru. Kesiapan belajar erathubungannya dengan kematangan. Kesiapanuntuk menerima pelajaran baru akan tercapaiapabila seseorang telah mencapai tingkatkematangan tertentu maka ia akan siap untukmenerima pelajaran-pelajaran baru.

Teori Perkembangan AnakSalah satu perkembangan anak yang pentingselain perkembangan kognitif, fisik/motorik,bahasa dan bermain adalah perkembanganemosi. Pada masa awal kanak-kanak, emosianak sangat kuat karena ketidakseimbangansehingga mudah terbawa ledakan-ledakansehingga sulit untuk dibimbing. Hal inidipengaruhi oleh kegiatan terlalu lelah bermain,tidak mau tidur siang dan makan terlalu sedikitsehingga ada gangguan fisiologis.

Emosi memegang peranan penting dalamhidup seorang anak. Setiap bentuk emosi padadasarnya membuat hidup terasa lebih menye-nangkan. Setiap orang punya kebutuhan mem-beri dan menerima afeksi. Saat yang terpentingketika masa awal kanak-kanak, bila kedua orangtua kurang memberikan kasih sayangnya makaanak akan mengalami berbagai macam gang-guan. Bila kebutuhan emosional anak terpenuhisecara seimbang dalam awal kehidup-annyamaka ia akan berkembang menjadi anak yangmampu mewujudkan potensi secara optimal.

Metode belajar yang menunjang perkem-bangan emosi menurut Hurlock (1990:214)terdiri dalam lima metode berikut.1. Belajar secara coba dan ralat (trial and error

learning) terutama melibatkan aspek reaksi.

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Anak belajar secara coba-coba untukmengekspresikan emosi dalam bentukperilaku yang memberikan pemuasanterbesar kepadanya dan menolak perilakuyang memberikan pemuasan sedikit atausama sekali tidak memberikan pemuasan.Cara belajar ini umum digunakan padamasa kanak-kanak awal dibandingkandengan sesudahnya, tetapi tidak pernahditinggalkan samasekali.

2. Belajar dengan cara meniru (learning byimitation) sekaligus mempengaruhi aspekrangsangan dan aspek reaksi. Dengan caramengamati hal-hal yang membangkitkanemosi tertentu pada orang lain, anak-anakbereaksi dengan emosi dan metode ekspresiyang sama dengan orang-orang yangdiamati.

3. Belajar dengan cara mempersamakan diri(learning by identification) sama denganbelajar secara menirukan yaitu anakmenirukan reaksi emosional orang lain dantergugah oleh rangsangan yang samadengan rangsangan yang telah membang-kitkan emosi orang yang ditiru. Metode iniberbeda dari metode menirukan dalam duasegi. Pertama, anak hanya menirukan orangyang dikagumi dan mempunyai ikatanemosional yang kuat dengannya. Keduaialah, motivasi untuk menirukan orang yangdikagumi lebih kuat dibandingkan denganmotivasi untuk menirukan sembarangorang.

4. Belajar melalui pengkondisian (conditioning)berarti belajar dengan cara asosiasi. Dalammetode ini obyek dan situasi yang padamulanya gagal memancing reaksiemosional kemudian dapat berhasil dengancara asosiasi. Metode ini berhubungandengan aspek reaksi.

5. Pelatihan (training) atau belajar di atasbimbingan dan pengawasan, terbatas padaaspek reaksi. Kepada anak diajarkan carabereaksi yang dapat diterima jika sesuatuemosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadaprangsangan yang biasanya membangkitkanemosi yang menyenangkan dan dicegahagar tidak bereaksi secara emosionalterhadap rangsangan yang membangkitkan

emosi yang tidak menyenangkan. Hal inidilakukan dengan cara mengendalikanlingkungan apabila memungkinkan.

Karakteristik Perkembangan Emosional danKematangan EmosiPada usia dini anak telah belajar tentang emosi,walaupun di usia tersebut anak belum dapatmengerti serangkaian emosi negatif yangdiekspresikan orang lain. Emosi menunjukkankondisi perasaan anak. Berbagai emosi yangdiekspresikan anak menunjukkan pada oranglain, apa yang anak rasakan atau anak inginkanpada saat tertentu.

Pada usia dua sampai enam tahun anakmengalami kemajuan pesat dalam kemampuanmenyangkut emosional, yang sering disebutsebagai kompetensi emosional (Berk 2008:369).Pertama-tama anak mendapat pemahaman akanemosi, menjadi mampu berbicara mengenaiperasaan yang dialami, dan mampu meresponterhadap perasaan orang lain. Selain itu, anakjuga menjadi lebih baik dalam mengatur emosi,terutama dalam mengatasi emosi negative yangintens. Selanjutnya, keterampilan emosionalanak akan mencapai tingkat emosi yang disadari(self-concious emotions) dan empati.

Ditambahkan pula oleh Ostroff (2013:130),emosi menentukan apakah anak-anak berfokuspada dan ingat informasi baru atau tidak.Kemampuan untuk mengenali ekspresiemosional terkait dengan kompetensi danpembelajaran sosial. Juga pengalamanpembelajaran yang bertahan lama memilikimakna emosional bagi pembelajarannya.

Hal ini didukung oleh teori pembelajaransosial dari Bandura (dalam Hergenhahn danOlson, 2009:360) yang mengatakan bahwaproses mengamati dan meniru perilaku dansikap orang lain sebagai model merupakantindakan belajar. Teori Bandura menjelaskanperilaku manusia dalam konteks interaksi timbalbalik yang berkesinambungan antara kognitif,perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisilingkungan sekitar individu sangat berpengaruhpada pola belajar sosial jenis ini. Bandura jugapercaya bahwa segala sesuatu yang dapatdipelajari melalui pengalaman langsung jugabisa dipelajari secara tidak langsung lewatobservasi (Hergenhahn dan Olson, 2009:385).

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Model Pembelajaran “Role Playing”.Model pembelajaran Role Playing adalah salahsatu model pembelajaran dari metode simulasi,yang merupakan latihan menempatkan pesertadidik pada model situasi yang mencerminkankehidupan nyata. Simulasi menuntut pesertadidik untuk memainkan peran, membuatkeputusan dan menunjukkan konsekuensi.Simulasi dapat membantu peserta didik untukmemahami faktor-faktor penting dalamkehidupan nyata, apa yang harus dimiliki danbagaimana cara memiliki agar bisa menjalankankehidupan pada lingkungan nyata(Mulyatiningsih, 2012:251).

Menurut La Iru (2012:27) metode simulasimerupakan salah satu metode mengajar yangdapat digunakan dalam pembelajarankelompok. Proses pembelajaran yangmenggunakan simulasi cenderung objeknyabukan benda atau kegiatan yang sebenarnya,melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Dalam pembelajaran, siswa akan dibinakemampuannya berkaitan dengan keterampilanberinteraksi dan berkomunikasi dalamkelompok. Di samping itu, dalam metodesimulasi siswa diajak untuk dapat bermainperan beberapa perilaku yang dianggap sesuaidengan tujuan pembelajaran. Selain itu menurutLa Iru (2012:27), dalam bermain peran lebihmenitikberatkan pada tujuan untuk mengingat(retention) atau menciptakan kembali gambaranmasa silam yang memungkinkan terjadi padamasa yang akan datang atau peristiwa yangactual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.

Ditambahkan pula oleh Mulyana, 2005(dalam La Iru, 2012) pembelajaran dengan RolePlaying ada tujuh tahap yaitu pemilihanmasalah, memilih peran, menyusun tahap-tahap bermain peran/membuat skenario,menyiapkan pengamat, tahap pemeranan,diskusi dan evaluasi serta pengambilankeputusan. Dari tahapan model pembelajaranRole Playing ini terutama dalam membuatskenario untuk dipelajari atau menyusun tahap-tahap bermain peran, dapat menggunakanmedia komputer sebagai alat bantu. Seperti yangdikemukakan oleh Suryadi (2002:191) bahwakomputer bisa memainkan satu topik interaktifyang menggabungkan kombinasi teks, gambar,gambar bergerak, dan suara. Didukung pula

oleh Miarso (2004:465) yang mengatakan bahwakomputer adalah media interaktif yang membuatsiswa dapat berinteraksi dengan sebuahprogram, berinteraksi dengan mesin (misalnyamesin pembelajaran, simulator atau terminalkomputer), dan juga dapat mengatur interaksiantarsiswa secara teratur tetapi tidak terprogram.Jadi dapat diambil kesimpulan, dalam membuatatau menampilkan tahap-tahap bermain perantermasuk percakapan yang akan diucapkanmelalui komputer, penulis akan menggunakanprogram komputer yang ada gambar gerak dansuaranya.

Komunikasi dan Percaya Diri Dalam RolePlayingBermain akan membuat siswa dapat melatihkemampuannya untuk berkomunikasi, jugaemosi merupakan bentuk dari komunikasi, makaperlu juga diketahui tentang komunikasi.Komunikasi secara umum adalah proses pengiri-man dan penerimaan pesan yang memung-kinkan manusia untuk berbagi pengetahuan,sikap, dan keterampilan. Komunikasi terdiri daridua dimensi - verbal dan nonverbal. Komunikasinonverbal didefinisikan sebagai komunikasitanpa kata-kata. Ini termasuk perilaku jelasseperti ekspresi wajah, mata, menyentuh, dannada suara, serta pesan yang kurang jelas sepertipakaian, postur dan jarak spasial antara duaorang atau lebih (GenEducation, 2013).

Dalam berinteraksi dengan orang lain, anakbelajar berkomunikasi. Ini juga yang akanmembangun percaya dirinya. Oleh karena itu,Role Playing sebagai model pembelajaran sosialyang melibatkan banyak orang dapat menjaditempat berlatih anak-anak untuk dapat mengem-bangkan komunikasi dan percaya dirinya.

Pembelajaran Berbasis KomputerKomputer sebagai salah satu bagian darirekayasa teknologi mengalami kemajuan yangsangat pesat. Sebagai alat bantu, komputersangat cocok digunakan untuk pengembangankognitif anak usia dini yang memerlukansimulasi, animasi dan visualisasi.

Menurut Rusman (2012:153), pembelajaranberbasis komputer merupakan programpembelajaran yang digunakan dalam prosespembelajaran dengan menggunakan prangkat

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

lunak komputer (CD pembelajaran) berupaprogam komputer yang berisi tentang muatanpembelajaran meliputi: judul, tujuan, materipembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Haltersebut sejalan dengan apa yang dikemukakanoleh Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda(2005:29) yang mengatakan bahwa sistemkomputer dapat menyampaikan pembelajaransecara individual dan langsung kepada parasiswa dengan cara berinteraksi dengan matapelajaran yang diprogramkan ke dalam sistemkomputer. Menurut Rusman (2012: 148-149) CDinteraktif dapat digunakan pada pembelajarandi sekolah sebab cukup efektif meningkatkanhasil belajar siswa terutama komputer.

Pada dasarnya pembelajaran berbasiskomputer itu diciptakan untuk membantuproses belajar terutama dalam hal mengatasimasalah pembelajaran (Darmawan, 2007:192).Hal ini menunjukkan bahwa penggunaanpembelajaran berbasis komputer memilikikelebihan dibandingkan dengan pembelajarankonvensional. Hal tersebut memperkuat bahwaprogram yang akan dikembangkan akanmembantu proses pembelajaran. Kelebihanpenggunaan komputer dalam pembelajaranmenjadi salah satu indikator dalam pengem-bangan program e-learning model pembelajaranberbasis komputer (Rusman 2013:188).

Keuntungan lain penggunaan komputerdalam proses belajar dapat meningkatkan hasilbelajar dengan penggunaan waktu dan biayayang relatif kecil. Contoh yang tepat adalahprogram komputer simulasi. Penggunaanprogram ini dapat mengurangi biaya bahan danperalatan untuk melakukan percobaan (Pribadidan Rosita, 2000).

Ditambahkan juga oleh Rusman (2012:231),model pembelajaran Role Playing merupakansalah satu pembelajaran dari model simulasiyang pada dasarnya merupakan salah satustrategi pembelajaran yang bertujuanmemberikan pengalaman belajar yang lebihkongkrit melalui penciptaan tiruan-tiruanbentuk pengalaman yang mendekati suasanasebenarnya dan berlangsung dalam suasanayang tanpa risiko. Model simulasi termasuk salahsatu model CBI yang menampilkan materipelajaran yang dikemas dalam bentuk simulasipembelajaran dengan animasi yang menjelaskan

konten secara menarik, hidup, dan memadukanunsur teks, gambar, audio, gerak, dan paduanwarna yang serasi dan harmonis.

Kerangka Berpikir

Kesiapan belajar erat hubungannya dengankematangan. Teori konstruktivis (teori Piaget danteori Vygotsky) tentang pembelajaran dankesiapan belajar menempatkan tanggungjawabbaik pada lingkungan (kekuatan eksternal)maupun pada kematangan dan interaksi antarakeduanya. Seperti yang dikatakan oleh High(2008), anak siap belajar pada saat merekamempunyai tingkat kematangan dengan memi-liki pengendalian diri, hubungan sebaya, dankemampuan untuk mengikuti petunjuk. Rafort(2004) juga mendukung, kesiapan belajar anakmengacu pada pencapaian anak dari satu rang-kaian tertentu dari emosi, perilaku, dan keteram-pilan kognitif yang diperlukan untuk belajar.

Emosi berperan penting bagi anak.Perkembangan emosional pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untukmencoba memahami reaksi emosional orang laindan mulai belajar mengendalikan emosi merekasendiri (Santrock, 2009,89). Juga diungkapkanoleh Hurlock (1990, 241), emosi dapatmempengaruhi aktifitas mental sepertikonsentrasi, pengingatan, dan penalaran.Dalam kesempatan itu anak akan menghasilkanprestasi di bawah kemampuan intelektualmereka apabila emosi mereka terganggu.

Pada usia dua sampai enam tahun anakmengalami kemajuan pesat dalam kemampuanmenyangkut emosional, yang sering disebutsebagai kompetensi emosional (Berk 2008, 369).Pertama-tama anak mendapat pemahaman akanemosi, menjadi mampu berbicara mengenaiperasaan yang dialami, dan mampu meresponperasaan orang lain. Selain itu, anak jugamenjadi lebih baik dalam mengatur emosi,terutama dalam mengatasi emosi negatif yangintens.

Kemampuan anak untuk mengenaliekspresi emosional terkait dengan kompetensidan pembelajaran sosial. Teori pembelajaransosial yang mendukung hal tersebutdikemukakan oleh Albert Bandura (dalam

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Hergenhahn dan Olson 2009: 360), perilakumanusia ada dalam konteks interaksi timbalbalik yang berkesinambungan antara kognitif,perilaku, dan pengaruh lingkungan. Kondisilingkungan sekitar individu sangat berpengaruhpada pola belajar sosial jenis ini. Dalam teori inianak belajar melalui meniru perilaku orang lain,dimana dalam prosesnya mempunyai empatunsur utama, yaitu (1) perhatian, subjek harusmemperhatikan tingkah laku model untuk dapatmemperlajarinya. (2) mengingat, agar informasiyang sudah diperoleh dari observasi bisaberguna, informasi itu harus diingat dandisimpan. (3) reproduksi gerak, setelahmengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkankemampuannya atau menghasilkan apa yangdisimpan dalam bentuk tingkah laku. (4)motivasi, hal ini juga penting karena ia penggerakindividu untuk terus melakukan sesuatu.

Oleh karena itu, berdasarkan teori perkem-bangan anak dan teori tentang pembelajaransosial, usia empat sampai lima tahun adalahusia bermain sambil belajar dan juga untukdapat meningkatkan kesiapan anak dalambelajar secara emosionalnya sehingga perludilatih. Oleh karena itu peneliti akan memberi-kan perlakuan model pembelajaran Role Playing.

Model pembelajaran Role Playing ini tepatuntuk dapat melihat dan mengamati kematang-an emosional anak dalam:(a) mengekspresi diri, seperti yang diungkap-

kan oleh Mulyatiningsih (2012,250-251)bahwa bermain peran sangat potensialuntuk mengekspresikan perasaan denganmemerankan sebagai tokoh hidup;

(b) memahami perasaan orang lain, jugadengan menggunakan pendapat Mulya-tiningsih (2012, 250-251) bahwa melaluibermain peran sangat potensial untukmengembangkan pemahaman terhadapperasaan dan perspektif orang lain menurutvariasi kepribadian dan isu sosial;

(c) percaya diri, yang menurut Beaty (2006,67)bahwa memainkan peran dalam bermaindramatik dapat juga berpengaruh padaperilaku ketrampilan emosional anak yaitupercaya diri; dan

(d) mengendalikan diri/perasaan, berdasarkanpendapat Hurlock (1990, 231) bahwa

individu yang emosinya matang mampuuntuk mengontrol emosi yang dapatditerima secara sosial dan dengan menggu-nakan pendapat Suparman (1997,92-93)bahwa melalui bermain peran dapatmembentuk kesadaran sosial, mengubahsikap serta mensimulasikan situasi kritisyang mungkin terjadi dalam kehidupannyata maka bermain peran dapat jugaberpengaruh terhadap pengendalian diri/perasaan.Di samping itu, dalam role playing pada

tahapan memilih masalah, guru dapatmengemukakan masalah yang diangkat darikehidupan peserta didik agar mereka dapatmerasakan masalah itu dan terdorong untukmencari penyelesaiannya. Seperti bermain perantentang menjaga kebersihan kelas. Subjekpenelitian diharapkan dapat meningkatkankemampuan emosionalnya, dalam hal inimampu mengekspresikan diri pada saat sedangmembersihkan kelas, mengontrol emosi agartidak berebutan saat membersihkan kotoran/sampah yang ada di dalam kelas, percaya diri,juga memahami perasaan orang lain pada saatmereka sedang memerankan tokoh lain yang adadalam cerita.

Selain itu, peneliti juga menggunakanmetode PBK sebagai alat bantu. Metode ini jugatepat untuk menunjang pembelajaran roleplaying dan menciptakan pembelajaran lebihinteraktif. Seperti yang dikatakan oleh Rusman(2012), salah satu model multimedia interaktifadalah model simulasi dalam PBK yang padadasarnya merupakan salah satu strategipembelajaran yang bertujuan memberikanpengalaman belajar yang lebih kongkrit melaluipenciptaan tiruan bentuk pengalaman yangmendekati suasana yang sebenarnya.

Metode ini juga tepat untuk membantu gurudalam membuat skenario dan menyusun tahap-tahap role playing, juga bagi siswa agar dapatlebih memahami peran yang diberikan, karenadalam pembelajaran berbasis komputer anakbelajar melihat langsung animasi yangditampilkan dengan memperhatikan danmengingat (Bandura, Hergenhahn dan Olson,2009), lalu memerankannya, sehinggadiharapkan anak dapat mengekpresikandirinya, memahami perasaan orang lain dan

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

mengkomunikasikannya juga percaya diri danmengendalikan dirinya sehingga dapatmeningkatkan kematangan secara emosionaldan berpengaruh pada kesiapan sekolahmereka.

Pada Gambar berikut dapat dilihat kerangkaberfikir yang dipakai dalam penelitian ini.

HipotesisDengan memperhatikan landasan teori dankerangka berfikir di atas, maka dapat diajukanhipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Peran Role Playing berbasis komputerdapat meningkatkan kematangan emosionalsiswa dalam hal mengekspresikan dirinya

H2: Peran Role Playing berbasis komputerdapat meningkatkan kematangan emosionalsiswa dalam hal memahami perasaan orang lain

H3: Peran Role Playing berbasis komputerdapat meningkatkan kematangan emosionalsiswa dalam hal percaya diri

H4: Peran Role Playing berbasis komputerdapat meningkatkan kematangan emosionalsiswa dalam hal mengendalikan diri/perasaannya

Metode PenelitianPenelitian ini pada dasarnya merupakanpenelitian kuantitatif yang merupakan penelitiansemi eksperimental (pre-experimental) dalambentuk pemaparan hasil pengamatan secara

Teori Konstruktivisme:Piaget & Vygotsky untuk

kesiapan belajar danperkembangan anak

(Santrock, 2009,Hurlock,1990, Seefeldt &

Wasik, 2008)

Perkembangan emosionalanak – Laura E.Berk

(Berk, 2008, Hurlock 1990

Penerapan Role PlayBerbasis Komputer(Ment,1999, La Iru,

2012, Rusman,2012)

Teori PembelajaranSosial–Bandura

(Hergenhahn danOlson,2009

Terjadi perubahanemosional yang lebih baik

dalam halmengekspresikan diri,memahami perasaan

orang lain, percaya diridan mengendalikan diri

Kematanganemosional untukkesiapan belajar

< <

> >

>

Gambar Model Kerangka Teoritis

deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti hanyamengambil sebagian dari penelitian tersebut,yaitu perlakuan dan perbandingan kondisisebelum dan sesudah perlakuan (pre and post-test) yang menjadikan penelitian ini penelitianpre-experimental , dengan desain penelitian TheOne Group Pretest-Posttest Design (Gay, 2003:372).

Dalam penelitian semi-eksperimental inivariabel yang diteliti adalah kematanganemosional anak usia 4-5 tahun dalam kegiatanRole Playing di kelas melalui pembelajaranberbasis komputer. Peneliti mencoba mengetahuimanfaat kegiatan bermain peran melaluipenggunaan komputer yang belum pernahdilakukan sebelumnya di kelas TK A maupunkelas lain di sekolah tempat peneliti melakukanpenelitian.

Pada penelitian ini hanya ada satukelompok siswa yang diukur kematanganemosionalnya melalui pengamatan sebelum dansesudah masa intervensi. Peneliti hanyamenggunakan satu kelompok siswa karenakondisi tempat tidak memungkinkan untukmembuat dua kelompok siswa di dalam kelas.

Rancangan penelitiannya dapat dilihatpada Tabel 1.

Penelitian ini dilakukan di TKK 6 BPKPENABUR Kelapa Gading. Sekolah inimenyelenggarakan program usia 4-5 tahun atau

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

jenjang TK A, dan menyelenggarakan kegiatanbermain peran dalam kegiatan belajar mengajar.Kelas yang dipilih adalah kelas TK A (K1-3).Peneliti memilih sepuluh anak, lima laki-laki danlima perempuan, secara acak sesuai denganpendekatan purposive random sampling. Profilsingkat subjek penelitian terlihat pada Tabel 2.

Penelitian ini dilaksanakan pada semestergenap (term 4) tahun pelajaran 2012/2013.Waktu penelitian (mulai dari perencanaan,pelaksanaan dan pelaporan penelitian)berlangsung dari Februari sampai awal Juni2013.

Tabel 1: Pre-Experimental One GroupPretest-Posttest Design

O X O

Pre test:Kema-tangaanemosio--nal

Treatment::Model pembel-ajaran Role Playingmelalui pembel-ajaran berbasiskomputer

Post test:Kematanganemosional

(Sumber: Fraenkel & Wallen,2008:265)

Tabel 2: Subjek Penelitian

Nama JenisKelamin Usia

AW Laki-laki 5 tahun 3 bulan

CE Perempuan 5 tahun 2 bulan

DL Laki-laki 5 tahun 4 bulan

FA Perempuan 5 tahun 3 bulan

GN Laki-laki 5 tahun 4 bulan

CA Perempuan 4 tahun 6 bulan

MW Laki-laki 4 tahun 11 bulan

VN Laki-laki 5 tahun 3 bulan

NA Perempuan 4 tahun 11 bulan

VI Perempuan 5 tahun

Catatan: Usia dihitung sampai bulanMei 2013.

Prosedur penelitian dilakukan dengan tigatahap seperti yang telah diuraikan dalam desainpenelitian yaitu:(a) melakukan pengukuran awal (pre-test), yang

dilakukan untuk mengetahui kematanganemosional subjek penelitian awal sebelumtreatment diberikan dengan menggunakanrubrik observasi. Juga melakukanwawancara sebagai latar belakangkematangan emosional subjek penelitiandengan guru kelas, orangtua subjek peneliti,dan juga wawancara untuk mengetahuikemampuan anak dalam pembelajarankomputer dengan guru computer;

(b) perlakuan pada kelompok eksperimen yaitupenerapan Role Playing dengan tahapanmenurut Ments (1999:30) sebagai berikut: (1)menetapkan tujuan yang terintegrasidengan program pengajaran; (2)menetapkan pembatas eksternal, yaitumenetapkan tempat untuk bermain peran(dalam penelitian ini tempat penelitiandilakukan di dalam ruang kelas yang disetting untuk bermain peran); (3) menyusunfaktor-faktor yang kritis dari permasalahanyang ada (dalam hal ini mengenaikomunikasi yang akan menunjangkematangan emosional mereka); (4)memutuskan tipe atau struktur, sepertimenetapkan peraturan selama bermainperan, fasilitas yang tersedia untuk RolePlaying juga analisis setelah bermain peran;(5) memilih paket atau menulis bahan cerita(Briefing) (Pada tahap ini dilakukan denganmenggunakan komputer yaitu gurumemperlihatkan CD program pembelajaraninteraktif “Anak Mandiri” dengan animasitentang topik yang akan diperankan, yangjuga dikaitkan dengan penerapan programanimasi komputer melalui tahap prosesproduksi program menurut Rusman(2012:234-235), yaitu tahap: Pendahuluan,berupa menyajikan cerita melalui programanimasi komputer tentang peran yang akandimainkan, meliputi: tampilan halamanjudul cerita, petunjuk menggunakanprogram, penyajian informasimenggunakan informasi visual seperti teks,gambar dan image yang dimanipulasi, danpenutup. Setelah siswa dapat memahami

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

situasi/masalah yang disajikan, kegiatandilanjutkan dengan pemilihan pemeran); (6)pelaksanaan program, dalam tahap inidiawali dengan latihan/mencoba terlebihdahulu, setelah itu dilakukan permainanulang di depan kelas dengan perbaikanseperlunya; (7) proses Debrief, evaluasiproses permainan yang dilakukan denganbertanya langsung kepada pemeran (Jugarefleksi dilakukan terhadap peran yangdimainkan, apa yang dirasakan siswaketika memainkan peran tersebut. Jugamenggambarkan ulang apa yang merekalihat dan lakukan dalam bentuk gambarbebas, setelah itu mereka juga harusmenjawab beberapa pertanyaan yang samasehubungan dengan gambar yang merekabuat); dan (8) follow up dilakukan untukmengingatkan anak tentang pentingnyakegiatan Role Playing yang sudah merekalakukan, terutama mengenai sikap-sikappositif yang sedang mereka lakukan danakan terus mereka lakukan; dan

(c) melakukan tes akhir (post-test), untukdibandingkan dengan tes awal yangdilakukan setelah penerapan pembelajaranmenggunakan rubrik observasi. Pengu-kuran ini dilakukan dengan cara observasisecara langsung selama tiga haripengamatan dengan kegiatan yang berbedayang sesuai dengan pembelajaran di kelas.Alat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Beberapa unit komputer dalam ruang

komputer yang berfungsi untuk menam-pilkan program paket pembelajaran.

2. CD Program Pembelajaran Anak Mandiri.Sebagai sarana pembelajaran yang dipakaiuntuk proses briefing dalam modelpembelajaran Role Playing.Penelitian ini menggunakan beberapa

instrumen untuk menjawab pertanyaanpenelitian. Untuk teknik dan instrumenpengumpulan data yang diperlukan dalampenelitian ini dilakukan dengan panduanwawancara dan lembar rubrik observasiterhadap kematangan emosional siswa yangdilihat dari empat dimensi emosional anak usiapresekolah terlihat pada Tabel 3.

Sedangkan teknik dan instrumen pengum-pulan data untuk perlakuan menggunakanobservasi dengan rubrik observasi untukvariabel komunikasi yang terdiri atas limaindikator dalam dua dimensi yaitu komunikasinon verbal dan komunikasi verbal Tabel 4.Teknik dan instrumen ini digunakan bersamaandengan treatment yang juga akan dicobakanyaitu Role Playing.

Peneliti melakukan wawancara pertama-tama dengan menyeleksi orang-orang yangdapat memberikan informasi yang diperlukanpeneliti. Mereka adalah guru kelas, guru kompu-ter dan orang tua. Teknik wawancara yang dipi-lih adalah wawancara terbuka dan pertanyaansudah ditentukan sebelumnya, tetapi jawabandapat diberikan bebas, tidak terikat.

Penelitian ini menggunakan interraterreliability atau interjudge reliability. Pengambilannilai dilakukan oleh lebih dari satu orang, dalamhal ini dua orang yaitu peneliti dan satu orangguru kelas. Untuk mengetahui kekonsistenanpenilaian dari tiap indikator dari dua orangpenilai tersebut akan menggunakan uji CohanKappa dengan SPSS versi 16 dengan valuemenurut Landis, J.R., Koch, G.G. (1977, 33:159-174) sebagai berikut.

0,0 – 0,20 slight agreement0,21 – 0,40 fair agreement0,41 – 0,60 moderate agreement0,61 – 0,80 substantial agreement0,81 – 1,0 almost perfect or perfect agreementUntuk melihat perbedaan yang signifikan

antara pengukuran awal dan pengukuran akhirkeempat dimensi kematangan emosionaldigunakan analisis statistik non parametrik UjiWilcoxon Signed Rank Test dengan menggunakanSPSS versi 16 serta dianalisis secara deskriptifkuantitatif dan semi kualitatif berdasarkan tiapindikator kematangan emosional maupun rubrikobservasinya dengan wawancara dan hasilportofolio anak.

Sedangkan pengaruh Role Playingterhadap kematangan emosional anak dapatdilihat dari data deskritif dengan perhitunganpersentasi antara komunikasi verbal dan nonverbal secara deskriptif kualitatif berdasarkanhasil wawancara.

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Tabel 3: Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Varia--bel Dimensi Indikator Teknik Instrumen Sumber

Data Referensi Pelaksa-naan

Kema--tanganemosi-onal

Mengeks-presikandiri

-

-

-

Anak mampumengekpresi-kan emosiyang sesuaidengankondisi yangadaAnak dapatmengekspres-ikan diri da-lam bentukgerak seder-hana denganirama musikAnak dapatmengekspres-ikan gerakansesuaidengan laguatau cerita

Wawan--cara,Observa-si

Panduanwawanca-ra, Rubrikobservasi

Orangtua,guru kelas

PerMen 58,2009,Kurikulum2004

Pretestposttest

Memah-amiperasaanoranglaindenganmenun-jukkankepedul-ian

-

-

AnaksenangmenolongAnak maumemintamaafAnak maumengajaktemanbermain

Wawan--cara,Observa-si

Panduanwawanca-ra, Rubrikobservasi

Orangtua,guru kelas

PerMen 58,2009,Kurikulum2004

Pretestposttest

Percayadiri

-

-

Menunjukkan kebang-gaan terha-dap hasilkerjanyaMampumengerja-kan tugassendiri

Wawan--cara,Observa-si

Panduanwawanca-ra, Rubrikobservasi,Portofolio

Orangtua,guru kelas

PerMen 58,2009,Kurikulum2004

Pretestposttest

Mengen-dalikandiri/per-asaan

-

-

Anak sabarmenunggugiliranBerhentibermainpadawaktunya

Wawan--cara,Observa-si

Panduanwawanca-ra, Rubrikobservas

Orangtua,guru kelas

PerMen 58,2009,Kurikulum2004

Pretestposttest

(Sumber indikator dari Standar kompetensi TKK dan Raudhatul Athfal, kurikulum 2004,DePeNas, 2004 dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, No.58 tahun 2009, StandarPAUD).

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Tabel 4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data dalam Role Playing

Varia-bel Dimensi Indikator Teknik Instrume-

nSumberData Referensi Pelaksa-

naan

Komu-nikasi

NonVerbal

-

-

Ekpresi/roman wajahMenunjukkangerakan-gera-kan anggotatubuh

Observ-asi

Rubrikobservasi

Gurukelas

Hurlock,199-8:182Kurikulum2004

Treatme-nt

Verbal -

-

-

Menceritakankejadian yangdilakukansecarasederhanadalam roleplayingMenjawabpertanyaantentanginformasidalamroleplayingsecarasederhanaBerceritatentanggambar yangdibuat

Observ-asi

Rubrikobservasi

Gurukelas

Kurikulum2004

Treatme-nt

(Sumber indikator dari Standar kompetensi TKK dan Raudhatul Athfal, Kurikulum 2004,DePeNas, 2004 dan Hurlock 1998:180-183 untuk komunikasi ekspresi/roman wajah).

Hasil Penelitian

Dari total sampel yang diteliti yang berusia diantara 5 tahun dan 5 bulan yaitu sebanyak 7anak (70%), dan selebihnya berusia antara 4tahun dan 4 bulan sebanyak 3 anak (30%). Asalsekolah sampel penelitian pada saat awal masukjenjang TK A diketahui bahwa siswa lama (siswayang mengikuti program pembelajaran darijenjang PG (Play Group) atau kelompok bermaindi sekolah tempat penelitian) sebanyak 6 siswa(60%), dan siswa baru (bukan berasal darisekolah yang sama) sebanyak 3 siswa (30%).Sedangkan siswa yang belum pernah mengikutipembelajaran di Taman Kanak-Kanak samasekali sebanyak 1 siswa (10%).

Dilihat dari perilaku emosional sampelpada semester I tahun ajaran 2012-2013 (Juli –Desember 2012), kecenderungan anak yangmempunyai perilaku emosional yang positif

yaitu percaya diri dan ceria sebanyak 5 anak(50%), sedangkan anak yang terlihat mempunyaiperilaku emosional cenderung negatif yaitukurang percaya diri dan masih suka menangissebanyak 5 anak (50%).

Berikut adalah hasil perhitungan interraterreliability saat pengukuran awal untuk variabelkematangan emosional dengan empat dimensi-nya:- Mengekspresikan diri Kappa value 0,467 mode-

rate agreement- Memahami Perasaan Orang Lain Kappa value

0,318 fair agreement- Percaya Diri Kappa value 0,394 fair agreement- Mengendalikan Diri/perasaan Kappa value

0,467 moderate agreementDari hasil pengukuran ini didapati bahwa

terdapat agreement yang sedang ini berarti bahwaalat ukur yang digunakan cukup konsisten danbisa dipercaya.

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

Statistik Deskriptif Variabel KematanganEmosionalNilai pengukuran awal dan akhir diperoleh darijumlah skor penilaian dalam rubrik observasidengan melakukan pengamatan selama prosespenerapan pembelajaran berlangsung di kelasK1.3. Rubrik observasi ini berdasarkan indikatorkematangan emosional yang terdiri dari sepuluhindikator dalam empat dimensi yaitu dimensimengekspresikan diri dengan indikator meng-ekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisiyang ada (senang, sedih, dan sebagainya),mengekspresikan diri dalam bentuk geraksederhana dengan irama musik dan mengeks-presikan gerakan sesuai dengan cerita. Dimensimemahami perasaan orang lain dengan indika-tor senang menolong, mau memberi maaf, danmengajak teman bermain. Dimensi percaya diridengan indikator menunjukkan kebanggaanterhadap hasil kerjanya dan mampu mengerja-kan tugas sendiri. Dimensi mengendalikan diriatau perasaan dengan indikator sabarmenunggu giliran dan berhenti bermain padawaktunya. Data hasil pengukuran awal danakhir digunakan untuk mengetahui selisihperbedaan kematangan emosional siswa setelahpenerapan dengan model pembelajaran RolePlaying.

Kategori penilaian persentasi untukkematangan emosional adalah sebagai berikut.

10 – 40 : rendah>40 – 70 : sedang>70 – 100 : tinggiUntuk mengetahui nilai empat dimensi

kematangan emosional sebelum dan sesudahperlakuan berdasarkan hasil nilai persentasipengukuran awal dan pengukuran akhir dirang-kum dalam Tabel 5 berserta analisisnya.

Hasil total pengukuran awal dengan jumlahsebesar 28 poin dari total nilai maksimum 40poin adalah sebesar 70%, menunjukkan kema-tangan emosional anak pada awal sebelumperlakuan adalah sedang. Pengukuran akhirdengan jumlah sebesar 31,1 dari total nilaimaksimum 40 poin adalah 78%, menunjukkankematangan emosional anak setelah perlakuanadalah tinggi. Yang berarti ada peningkatankematangan emosional anak setelah diberiperlakuan.

Hasil Uji Hipotesis PenelitianPengujian hipotesis digunakan untuk mengujihipotesis seperti yang diajukan pada KajianPustaka bagian hipotesis. Untuk mengetahuiapakah ada perbedaan yang signifikan antarahasil pengukuran awal dan akhir makadilakukan uji statistik terhadap data pretest danposttest yaitu dengan uji Wilcoxon Signed RanksTest. Ini merupakan pengujian terhadap

Tabel 5: Perbandingan Rata-Rata Skor Awal danSkor Akhir pada Kematangan Emosional

DemensiKematanganEmosional

Rata-rataNilai

Pretest

Rata-rataNilai

PostestSelisih Score

Maximum%

Awal%

Akhir

Mengekspresikandiri 9,2 9,5 0,3 12 77 79

Memahamiperasaan oranglain

7,1 8,4 1,3 12 60 70

Percaya diri 6,2 6,7 0,5 8 78 84

Mengedalikandiri/perasaan 5,5 6,5 1 8 69 81

Total 28 31,1 3,1 40 70 78

Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

hipotesis mengenai kematangan emosional anakpada pengukuran awal dan pengukuran akhir.

Hasil pengujian pada Tabel 6 menunjukkanbahwa nilai total kematangan emosional adalahp =,007 < ,05 yang berarti, ada perbedaan yangsignifikan antara hasil pengukuran awal danpengukuran akhir, dengan demikian Ho ditolak.Yang berarti, ada peningkatan kematanganemosional anak sesudah perlakuan.

Mengekspresikan DiriTabel 6 memperlihatkan dimensi mengekspresi-kan diri menunjukkan p =,726 > .05 yang berartibahwa tidak ada perbedaan yang signifikanantara hasil pengukuran awal dan pengukuranakhir, dengan demikian Ho diterima. Yangberarti, tidak ada peningkatan mengekspresikandiri anak sesudah perlakuan.

Memahami Perasaan Orang LainDari tabel 6 juga terlihat, dimensi memahamiperasaan orang lain menunjukkan p=,026 < .05yang berarti bahwa ada perbedaan yang signi-

Tabel 6: Hasil Uji Wilcoxon Terhadap Pretestdan Posttest Kematangan Emosional

DemensiKematanganEmosional

Hasil UjiWilcoxon

Signed RanksTest

KesimpulanHipotesis

MengekspresikanDiri

Asymp.Sig = ,726p > ,05 Terima Ho

Memahamiperasaan oranglain

Asymp.Sig=,026

p < ,05Tolak Ho

Percaya DiriAsymp.Sig

=,129p > ,05

Terima Ho

Mengendalikandiri/perasaan

Asymp.Sig=,004

p < ,05Tolak Ho

TotalAsymp.Sig

=,007p < ,05

Tolak Ho

Sumber : Hasil Pegolahan Data SPSS 16 (2013)

fikan antara hasil pengukuran awal danpengukuran akhir, dengan demikian Ho ditolak.Yang berarti, ada peningkatan memahamiperasaan orang lain pada anak sesudahperlakuan.

Percaya DiriSedangkan untuk dimensi percaya dirimenunjukkan p=,129 > .05 yang berarti, tidakada perbedaan yang signifikan antara hasilpengukuran awal dan pengukuran akhir,dengan demikian Ho diterima. Yang berarti,tidak ada peningkatan percaya diri anaksesudah perlakuan.

Mengendalikan Diri/PerasaanDimensi mengendalikan diri menunjukkanp=,004 < 0,05 yang berarti, ada perbedaan yangsignifikan antara hasil pengukuran awal danpengukuran akhir, dengan demikian Ho ditolak.Yang berarti, ada peningkatan mengendalikandiri/perasaan anak sesudah perlakuan.

Kesimpulannya, ada peningkatan sesudahperlakuan terutama untuk memahami perasaanorang lain dan mengendalikan diri sedangkanuntuk mengekpresikan diri dan percaya diritidak mengalami peningkatan. Juga untuk totalkematangan emosional mengalami peningkatan.

Statistik Deskriptif untuk Perlakuan RolePlayingDalam penelitian ini, rubrik observasi yangberdasarkan indikator komunikasi terdiri ataslima indikator dalam dua dimensi yaitukomunikasi non verbal dan verbal. Berikutadalah hasil perhitungan interrater reliabilityyang dilakukan selama perlakuan:- Komunikasi Non Verbal Kappa value 0,868

perfect agreement- Komunikasi verbal Kappa value 0,494

moderate agreementDari hasil pengukuran ini didapati bahwa

terdapat agreement yang baik sekali, ini berartibahwa alat ukur yang digunakan konsisten danbisa dipercaya.

Untuk mengetahui besarnya persentasiperbedaan jumlah total nilai dan rata-ratanyadapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil persentasi rata-rata untuk komuni-kasi verbal sebesar 10 (83%) lebih besar dari

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

persentasi rata-rata komunikasi nonverbal yaitusebesar 6,4 (80%). Hal ini berarti, anak lebihbanyak menggunakan bahasa verbal dari padanon verbal. Terlihat juga bahwa persentasi totalrata-rata adalah 16,4 (82%). Hal inimenandakan, komunikasi dalam Role Playingsangat efektif walaupun pada saat awalmemainkannya mereka masih bingung dan lupadialog apa yang akan dikatakan tetapi setelahtiga kali latihan sebelum melakukan Role Playingsesungguhnya dan dua kali melihat simulasipercakapan melalui komputer dengan programCD interaktifnya, barulah anak dapatmengucapkan dialog dengan lancar.

Di samping itu, komunikasi ini juga sangatefektif terlihat dari salah satu item dalamindikator verbal bahwa anak dapat berceritadengan percaya diri dengan poin tertinggi 4. Halini didasarkan pada pendapat Seefeldt & Wasik(2008:169), bahwa anak –anak yang memilikikepercayaan diri yang mantap umumnyaadalah pribadi yang bisa dan mau belajar, dapatmengendalikan perilaku mereka sendiri, danberhubungan dengan orang lain secara efektif.Berdasarkan hal tersebut juga secara langsungdapat mempengaruhi emosi anak terutamamengendalikan diri/perasaan dan memahamiperasaan orang lain, yang pada awalnya merekatidak mengerti dan tidak perduli terhadap oranglain karena masih ada sikap egosentris yangbesar menjadi lebih perhatian dan sabarterhadap orang lain. Didukung pula dari hasilwawancara tambahan dengan guru perpusta-kaan yang secara rutin (setiap hari Jumat)mengajarkan anak-anak untuk berani berceritadi depan anak yang lain, terbukti bahwakesepuluh anak ini mampu bercerita denganbaik yaitu bersuara lantang tanpa malu-maludan dapat bercerita berurutan dari awal sampaiakhir dengan sedikit bantuan dari guru.

Hasil Wawancara Sebagai Latar BelakangEmosional AnakTanggapan guru kelas terhadap perilakuemosional anakUntuk mengetahui latar belakang keadaanemosional kesepuluh anak sebagai subjekpenelitian, maka dilakukan wawancara dengannara sumber OL sebagai guru kelas yangmengajar di kelas K1.3 selama tahun ajaran 2012-2013. Menurut guru OL, empat di antarasepuluh anak sebagai sebjek penelitian adalahanak baru yang saat jenjang KB bukan berasaldari sekolah TKK 6 PENABUR Kelapa Gadingbahkan ada satu anak belum pernah sekolah dijenjang KB manapun. Sedangkan enam anaklainnya berasal dari jenjang KB di sekolah yangsama. Pertanyaan untuk perilaku emosionalanak pada awal ketika sekolah jenjang TK Adimulai, dijawab bahwa dari keenam anak yanglama, terlihat senang, aktif dan percaya dirikarena sudah terbiasa dengan teman danlingkungan sekolahnya. Sedangkan keempatanak yang baru terlihat ada yang masihmenangis, kurang percaya diri, pendiam dancenderung kasar (suka memukul).

Setelah kesepuluh anak ini sudah bisaberadaptasi dan mengikuti rutinitas kegiatan dikelas yang baru, maka perilaku emosional yangterlihat untuk pertanyaan mengekspresikan diriadalah kesepuluh anak ini mampu mengeks-presikan emosi mereka sesuai dengan kondisiyang ada seperti senang sedih, dan seterusnya,tetapi tiga di antara anak tersebut dalammengekspresikan emosinya masih tergantungdari suasana hatinya.

Untuk menjawab pertanyaan mengenaimemahami perasaan orang lain denganmenunjukkan kepedulian, seperti senangmenolong, minta maaf, bermain bersama teman,dijawab bahwa hanya ada tiga anak yang bisamelakukannya secara spontan dan senangmembantu temannya sedangkan ketujuh anaklainnya bisa melakukannya tapi dengan motiva-si dan arahan guru, bahkan masih ada yangpilih-pilih teman yang akan diajak bermain.

Menurut narasumber guru OL, kesepuluhanak ini semuanya terlihat percaya diri setelahberadaptasi dengan lingkungan dan rutinitassekolah. Yang berarti mereka senang dalammengikuti semua pelajaran yag diberikan, tidak

Tabel 7. Persentasi Rata-rataKomunikasi dalam Role Playing

Komunikasi Rata-rata Total Skor %

Non verbalVerbal

6,410

812

8083

Total 16,4 20 82

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2013)

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

takut atau malu dalam menjawab pertanyaanatau melakukan kegiatan yang diperintah-kannya.

Untuk menjawab pertanyaan tentangmengendalikan diri/perasaan saat menunggugiliran dan berhenti bermain pada waktunya,nara sumber guru OL setuju bahwa masih adaanak yang harus diingatkan untuk berhentibermain pada waktunya dan masih ada yangberebut mainan atau tidak sabar menunggugiliran terutama dalam barisan saat mencucitangan. Hanya ada tiga anak yang sudah sabardan bertanggung jawab dalam bermain, jugabisa mengendalikan dirinya.

Ditanyakan juga mengenai perilakuemosional anak yang paling menonjol (positif),dijawab bahwa AW dapat mengeskpresikanemosinya sesuai dengan kondisi yang ada, CEanak yang ceria dan ramah, DL anak yangbertanggung jawab dan fokus pada pelajaran,FA anak yang cerdas karena mempunyaipikiran-pikiran yang melampaui anakseusianya, GN senang bereksplorasi denganbenda-benda di sekitarnya, CA anak yang ceriadan antusias dengan pembelajaran di kelas, MWanak yang ramah dan suka menolong, VN anakyang mandiri dan senang berinteraksi denganteman-temannya, NA anak yang mandiri danantusias dalam belajar, dan VI dapat menguasaidirinya atau mengendalikan emosinya, tidakmudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yangdilihat.

Mengenai pertanyaan terakhir yangmerupakan kesimpulan dari pengamatanemosional kesepuluh anak tersebut yaitu apakahanak sudah dapat dikatakan siap untuk belajardi sekolah jenjang lebih tinggi dikaitkan dengankematangan emosionalnya? (dijawab setelahmelakukan treatment) Narasumber guru OLsetuju bahwa kesepuluh anak tersebut sudahsiap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dijenjang sekolah lebih tinggi karena adanya sikapantusias belajar, sudah bisa diarahkan, senangmenyelidiki hal-hal baru dan bisa fokus padatugas dan tanggungjawab, apalagi setelahmereka melakukan Role Playing, percaya dirisemakin bertambah dan sikap mau memahamiorang lain (seperti menolong teman dan memintamaaf) bisa spontan langsung mereka lakukantanpa disuruh dan diingatkan oleh guru.

Tanggapan orangtua terhadap perilakuemosional anakUntuk mengetahui tanggapan orangtuaterhadap perilaku emosional anak di rumah,dilakukan wawancara terhadap sepuluhorangtua dari sepuluh subjek penelitian yangdilakukan secara terpisah. Untuk menjawabtentang perilaku emosional anak di rumah,sebagian besar mereka berkata, anak merekasudah mandiri dan sudah tidak berteriak-teriakatau menangis menjerit-jerit lagi. Anak bisamengekspresikan emosinya dengan baik tetapikadang-kadang masih suka menangis untuk hal-hal tertentu saja, seperti masih mengantuk tapiharus pergi sekolah (hanya dua anak darisepuluh anak).

Untuk memahami perasaan orang lain,sebagian besar anak sudah mau mengucapkanterima kasih dan meminta maaf tapi masih adajuga yang suka berebut mainan dengan kakakatau adiknya. Hanya ada dua orangtua yangsangat yakin kalau anak mereka suka mengalahdan selalu mengucapkan terima kasih danmeminta maaf apabila melakukan kesalahantanpa disuruh.

Kesepuluh orangtua setuju, anak merekasudah menunjukkan percaya diri terutama padasaat diajak ke rumah saudara, bertemu orang lainatau mau mengikuti kegiatan yang sifatnyaperlombaan atau pertunjukkan, tapi masih adabeberapa orangtua yang menjawab kalau anakmereka sudah menunjukkan percaya diri tapimasih butuh waktu untuk beradaptasi.

Dalam menjawab pertanyaan tentangmengendalikan diri, beberapa orangtua berkata,anak mereka bisa mengerti atau menurut danmengendalikan dirinya bila tidak mendapatkanapa yang mereka inginkan saat itu juga (inginbeli mainan). Tetapi ada dua orangtua yangberkata anak mereka masih tidak mau kalah darisaudaranya dan kadang-kadang masih sukangambek.

Pertanyaan terakhir berhubungan dengantersedianya komputer/laptop di rumah,kemampuan anak dalam menggunakannya danintensitas penggunaannya. Semua orangtuamenjawab bahwa di rumah punya komputer/laptop dan anak bisa menggunakannya denganbaik. Mereka bisa membuka, mencari programsendiri terutama untuk games dan menggunakan

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

keyboard dan mouse dengan fasih. Untuk inten-sitas penggunaannya, kesepuluh orangtuatersebut setuju memberikan batasan waktudalam bermain dengan komputer/laptop/i-pad.Anak diberi kebebasan menggunakannya padasaat akhir pekan (Sabtu dan Minggu) saja, tetapiada juga yang memberikan ijin bermain laptop/i-pad pada hari biasa hanya dibatasi waktu danjuga tidak pada saat jam sekolah. Mereka jugaberkata, anak mereka bisa mengerti dan mengen-dalikan dirinya untuk tidak terus bermaingames.

Tanggapan guru komputer terhadap pelajarankomputerUntuk mengetahui kondisi emosional anak padasaat belajar dengan menggunakan komputer,dilakukan wawancara dengan nara sumberguru MA, sebagai guru komputer di sekolahtempat penelitian dilakukan. Pelajaran komputerdiberikan sekali dalam seminggu, denganmetode pembelajaran drill and practice , yangsering digunakan dan disesuaikan dengantingkat kemampuan anak dan kebutuhanpembelajaran.

Nara sumber guru MA mengatakan, semuaanak sudah dapat mengenal dan mengertikegunaan komputer bahkan semua anak sudahdapat mengetik nama mereka sendiri tapi masihdengan dua jari. Menjawab sikap anak saatbelajar program komputer, disebutkan hanyasatu anak saja yang kurang percaya diriselebihnya percaya diri dan antusias. Sedangkanuntuk ekspresi emosi anak ketika tidak dapatmenjalankan program yang ada, dijawab darikesepuluh anak, enam anak gelisah danlangsung bertanya, empat anak lainnya tetaptenang lalu bertanya. Mengenai kesiapan belajaranak yang dikaitkan dengan kematanganemosionalnya dengan menggunakan programkomputer, narasumber guru MA menjawabkesepuluh anak sudah siap untuk belajar.

Pembahasan

Dari hasil pengujian hipotesis tentangkematangan emosional untuk dimensimengekspresikan diri, tidak ada pengaruh yangsignifikan antara pengukuran awal danpengukuran akhir p=,726 >.05. Ini berarti bahwa

tidak ada peningkatan mengekspresikan dirianak sesudah perlakuan bermain peran (RolePlaying). Anak sudah dapat mengekspresikandiri berdasarkan kategori yang sudahditentukan. Ketidaksignifikanan ini disebabkanada beberapa anak yang sudah dapat mencapaiskor maksimal pada pengukuran awal dan anaksudah dapat mengekpresikan emosi dengan baikdengan skor tertinggi pada saat treatment denganindikator komunikasi non verbal yaitu ekspresi/roman wajah melalui Role Playing. Dikaitkanjuga dengan hasil wawancara dengan gurukelas, orangtua, dan guru komputer bahwasebagian besar anak-anak subjek penelitiansudah memiliki kemampuan mengekspresikandirinya yang tinggi. Juga adanya kesempatanmengekspresikan diri dalam pelajaran danmengikuti pertunjukan yang sering mereka ikutimembuat mereka sudah tidak canggung lagidalam mengekspresikan diri mereka. Apabiladikaitkan dengan pendapat Lane (2008) bahwafungsi ekspresi wajah adalah menekankan katayang diucapkan, melengkapi komunikasi verbal,dan mengarahkan alur komunikasi, maka padadimensi mengekspresikan emosi ini dapatdisimpulkan, anak sudah dapat melakukannyasendiri tanpa di suruh guru. Didukung pula olehnilai akhir komunikasi yang juga tinggi untukkomunikasi non verbal terutama ekspresi/romanwajah.

Hasil yang tidak signifikan ini juga dapatdisebabkan karena penggunaan program CDinteraktif yang ada kurang menantang anakuntuk dapat mengekspresikan dirinya lebih lagi.Didukung pula dari hasil validasi oleh expertjudgement dari dosen UPH yang memberikanpenilaian sedang, dan harus ada perbaikan. Iniberarti, program simulasi yang ditampilkantidak dapat meningkatkan ekspresi anak dalambermain peran.

Hasil pengujian hipotesis tentangmemahami perasaan orang lain, ada perbedaanyang signifikan antara hasil pengukuran awaldan pengukuran akhir p=,026 < .05. Berarti, adapeningkatan memahami perasaan orang lainpada anak sesudah perlakuan. Hal ini dapatdidukung oleh hasil penilaian pada indikatorkomunikasi verbal, dimana frekuensi mendapatnilai tertinggi ada pada lima anak dari sepuluhanak yang diteliti, yaitu dapat bercerita semua

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

bentuk gambar dengan percaya diri. Artinya,anak dapat melakukannya dengan antusiasseperti yang dikatakan Seefeldt & Wasik(2008:169), anak yang memiliki kepercayaan diriyang mantap umumnya adalah pribadi yangbisa dan mau belajar, dapat mengendalikanperilaku mereka sendiri, dan berhubungandengan orang lain secara efektif. Kelima anaktersebut dapat menceritakan kejadian yangdilakukan dalam Role Playing secara sederhanadan bercerita tentang gambar yang mereka buatpada proses debriefing, yang berarti bahwamereka sudah dapat memahami perasaan oranglain melalui kejadian yang mereka alami sendirimaupun orang lain dalam peran yangdimainkan yang membantu anak untuk bisaberbagi perasaan dengan orang lain.

Didukung pula oleh Berk (2008:369),mengenai kemampuan emosional sebagaikompetensi emosional, dimana setelah anakmendapatkan pemahaman akan emosi, anakmenjadi mampu berbicara mengenai perasaanyang dialami dan mampu merespon terhadapperasaan orang lain. Sedangkan menurut Monks(2006:146), gambar anak sering dipakai sebagaialat diagnostik dasarnya adalah bahwa anakmengeluarkan perasaan dan pengalamanmelalui gambarnya. Selain itu gambaran anakjuga merupakan tolak ukur perkembangankecerdasan yang dapat memberikan pengertianakan kualitas pengamatan kritis anak.

Dapat ditambahkan dan disimpulkan pula,melalui bermain peran yang adalah pembel-ajaran sosial, anak dapat belajar dengan meniruperlakuan orang lain melalui peran yangdimainkan Hal ini dapat membantu anak lebihmudah memahami perasaan orang lainsehingga meningkatkan kepekaannya untukmemahami perasaan orang lain.

Hasil uji hipotesis tentang percaya diri,tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasilpengukuran awal dan pengukuran akhir p=,129> .05, yang berarti tidak ada peningkatan percayadiri anak sesudah perlakuan. Hal ini juga dapatdilihat dari Tabel 5 tentang data rata-rata skorawal yang didapatkan dibandingkan denganskor maksimum yang didapat untuk percaya dirimempunyai selisih yang kecil. Sama denganmengekspresikan diri dan didukung oleh hasilwawancara dengan guru kelas, anak sudah

mempunyai kepercayaan diri yang baiksehingga tidak ada pengaruh yang signifikandengan bermain peran. Walaupun pada awalpembelajaran percaya diri anak masih kurangdan hasil wawancara dengan guru komputerjuga mengatakan bahwa masih ada anak yangkurang percaya diri saat bermain komputer, halini dapat dijelaskan karena waktu untukmelakukan percobaan dan anak untuk beradap-tasi perlu waktu lebih panjang, yang membuatselisih poin yang didapat tidak berbeda besar.

Hasil uji hipotesis tentang mengendalikandiri/perasaan, ada perbedaan yang signifikanantara hasil pengukuran awal dan pengukuranakhir p=,004 < 0,05, yang berarti adapeningkatan mengendalikan diri/perasaananak sesudah perlakuan. Ini menunjukkan,dengan bermain peran (Role Playing) anak dapatmeningkatkan pengendalian diri mereka. Saatbermain peran, anak secara bergantian berbicaradan ada aturan main yang jelas, sehingga anakdapat belajar sabar untuk menunggu gilirannyaberbicara, seperti menurut Seefeldt & Wasik(2008:76), pada usia lima tahun anak senanguntuk bicara, mereka belajar kebiasaan bercakap-cakap dan agak jarang memotong percakapan,belajar antri, dan mendengar orang lain yangsedang bicara. Dikaitkan dengan program CDinteraktif yang menggunakan model pembelajar-an komputer, dalam proses briefing sebagaipengganti skenario, anak melihat langsungperan yang akan dimainkan melalui simulasidalam komputer masing-masing. Hal ini dapatmelatih mereka melihat dan mengikuti petunjukdari awal sampai akhir dengan sabar.

Terjadi pengaruh yang meningkat untukdimensi mengendalikan diri, karena pada awalsebelum perlakuan dari hasil penghitunganpada tabel 5 untuk rata-rata dimensi mengen-dalikan diri termasuk dalam kategori sedangdengan poin sebesar 5,5. Keadaan ini didukungpula oleh hasil wawancara dengan guru kelasdan guru komputer bahwa anak terlihat gelisahdan kurang sabar apabila tidak bisa menjalan-kan program di computer.Beberapa anak masihsuka berebut dalam barisan untuk masuk kelasserta berebut mainan. Adanya peningkatanberarti pembelajaran Role Playing dengankomputer ini dapat meningkatkan pengendaliandiri atau perasaan anak serta dapat membantu

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

anak lebih berkonsentrasi. Hal ini didukung pulaoleh Sudjana dan Rivai (2001:37), kelebihanpembelajaran dengan komputer adalah melatihkesabaran anak dan kebiasaan pribadi yangdapat diprogram melengkapi suasana sikapyang lebih positif, terutama berguna sekali untuksiswa yang lamban. Juga, kemampuan dayarekamnya memungkinkan pengajaranindividual melalui komputer bisa dilaksanakan.

Implikasi hasil penelitian yang didapat ter-hadap pembelajaran di kelas adalah keterlibatanguru secara aktif pada saat mengajar yaitu gurulebih memotivasi dan memacu anak agar dapatmengekpresikan diri dan meningkatkan percayadiri melalui memberi kesempatan anak untukbernyanyi dan menghafal ayat Alkitab di depankelas, bercerita melalui show and tell hasil kerjadan gambar yang dibuat, juga dalam question andanswer sehingga anak terpacu dan terlatih untukmengemukakan pendapatnya yang jugaberpengaruh terhadap emosi anak terutamapercaya diri dan ekspresi diri. Juga memberikankesempatan pada anak agar dapat tampil padakegiatan sekolah. Dari pihak sekolah, dalam halini Kepala Sekolah, memberikan kesempatanmengikuti perlombaan antar sekolah baiktingkat kecamatan maupun provinsi.

Sedangkan kegiatan Role Playing ini dapatdiimplikasikan melalui pelajaran di kelas selainbahasa Indonesia juga bisa dalam pelajarankognitif, seperti belajar penjumlahan sederhanayang dibuat seperti suasana di pasar, anak bisamembeli buah atau makanan dengan membayardari uang-uangan kertas, dan lain-lain. Selainitu kegiatan Role Playing bisa juga dilakukansaat pelajaran oleh raga. Ruangan di dekorasiseperti di tengah hutan, anak-anak harus bisamelompat, berjalan di papan titian danmemanjat yang semuanya direkayasa dan adaskenarionya agar pelajaran lebih bervariasi danmenarik, membuat anak tidak takut saat berjalandi papan titian untuk keseimbangannya danmeningkatkan percaya dirinya juga.

Simpulan

KesimpulanKematangan emosional anak sebelum perlakuandari hasil penghitungan rata-rata persentasi

awal dengan total score maksimumnya menun-jukkan nilai yang sedang. Sedangkan hasilperhitungan rata-rata persentasi akhir menun-jukkan nilai tinggi. Yang berarti ada peningkatankematangan emosional setelah perlakuandengan model pembelajaran Role Playing.

Model pembelajaran Role Playing, dari hasilperhitungan untuk tingkat signifikansinya,menunjukkan bahwa untuk memahami perasa-an orang lain dan mengendalikan diri dapatmeningkat, sedangkan untuk mengekspresikandiri dan percaya diri tidak dapat meningkat.Hasil yang tidak signifikan dan tidak meningkatini kemungkinan disebabkan oleh beberapa halberikut.1. Waktu pelaksanaan Role Playing dan waktu

pengamatan yang kurang untuk anak dapatmeningkatkan percaya dirinya lagi.

2. Program CD interaktif yang dipakai dalamproses briefing sebagai pengganti skenariokurang menantang anak dalam mengeks-presikan dirinya.Model pembelajaran komputer dengan

menggunakan program simulasi dengananimasi ini sangat menarik bagi anak, dapatterlihat dari meningkatkan pengendalian dirianak, hal ini berarti bahwa konsentrasi dankesabaran anak dapat terlatih dengan lebih baik.

SaranUntuk guru dan sekolahModel pembelajaran Role Playing sangatmenarik buat anak usia 4-6 tahun (TKA-TKB)dan ternyata dapat meningkatkan memahamiperasaan orang lain dan mengendalikan diri,siswa terlihat sangat senang dan semangatdalam bermain peran. Oleh karena itu,disarankan agar model pembelajaran ini tetapterus dijalankan karena pembelajaran ini jugadapat dipakai untuk menunjang pelajarankarakter yang sedang digalakkan di setiapsekolah. Hal ini baik karena dengan bermainperan anak belajar cara berkomunikasi yangbaik, melatih sikap dan perilaku mereka sendiridan pemahaman kepada orang lain. Akan lebihbaik, apabila model pembelajaran Role Playingini dapat diintegrasikan ke dalam bidangpengembangan dalam kurikulum pembelajarandi TK A dan TK B, khususnya untuk bidang

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

pengembangan bahasa dan science. Semogamodel pembelajaran Role Playing ini dapatmenjadi alternatif bagi pengajaran di kelas untukterus melatih para penerus bangsa agar menjadiindividu yang lebih komunikatif, berempati,mempunyai karakter yang baik, kritis dan kreatifdalam berpikir yang dituangkan dalam bentuktulisan maupun lisan dalam kegiatan belajar,dan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Dalam pelaksanaan pembelajaran denganRole Playing disarankan untuk memperhatikanwaktu, karena untuk proses persiapan awal,briefing, uji coba dan pelaksanaannya sendirimembutuhkan waktu yang lebih panjang, darihasil penilitian ini waktu minimum yangdiperlukan adalah 60 menit (2 jam pelajaran, 30menit untuk briefing dan 30 menit untukpelaksanaan).

Disarankan juga untuk penelitianselanjutnya dapat menggunakan indikator danprogram CD interaktif yang disesuaikan untukpenilaian anak usia jenjang yang lebih tinggi(usia 6-7 tahun), karena program ini bertujuanuntuk melihat kesiapan anak masuk dalamsekolah formal. Tetapi disarankan pula, apabilapenelitian ini dilakukan pada sekolah lain yangstandar penilaian siswanya tidak sama ataulebih rendah dengan sekolah tempat penelitianini, maka indikator dan program CD interaktifini bisa dipakai.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satukelompok saja tanpa kelompok kontrol ataukelompok pembanding, apabila dilakukanpenelitian lanjutan untuk model pembelajaranbermain peran atau Role Playing, makadiperlukan kelompok kontrol sehingga hasilpenelitian semakin valid. Juga disarankan untukpersiapan penelitian selanjutnya melakukantahap uji alat ukur sehingga dapatmenyesuaikan standart penilaian yang akandigunakan.

Untuk orangtuaDisarankan agar dapat meluangkan waktubersama anak terutama dalam bermain peran dirumah, karena dengan bermain peran dapatmen-stimulasi anak dalam meningkatkankemampuan berbicara juga menciptakansuasana kebersamaan yang nyaman danbahagia pada anak usia pra sekolah.

Dengan adanya kemajuan teknologi yangpesat saat ini, diharapkan orangtua juga dapatmendampingi anak dalam memperkenalkanteknologi yang ada terutama dalam halkomputerisasi. Pendampingan yang dilakukansejak masa prasekolah membuat anak belajarberdisiplin dengan waktu dan bertanggungjawab atas barang miliknya atau orang lain dirumah. Selain itu disarankan juga untukmenyediakan program games edukatif bagi anakdan orangtua yang dapat bermain bersama.Sehingga dapat diterapkan juga pembelajaranberbasis komputer di rumah bersama anak.

Daftar Pustaka

Beaty, Janice J. (2004). Observing development ofthe young children. 6th ed, Upper SaddleRiver, NJ. Pearson Prentice Hall

Berk , Laura E. (2008). Infants, children andadolecents, 6 th ed. Boston: PearsonEducation Inc

Darmawan, Deni. (2007). Teknologi informasi dankomunikasi. Bandung: Arum MandiriPress

Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum(2004). Standar kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta

Fraenkel, Jack R., and Wallen, Norman E. (2008).How to design and evaluate research ineducation., 7 th ed, McGraw HillInternational Edition, NY

Gay, L.R., &Airasian, Peter (2003). Educationalresearch. Merrill Prentice Hall. NewJersey, USA

High, Pamela C. School Readiness. Pediatricsofficial journal of the American academy ofpediatrics. The American Academy ofPediatrics, 141 Northwest PointBoulevard, Elk Grove Village, Illinois,60007. 2008

Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew. H. (2009).Theories of learning (Teori belajar). Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Hurlock, B. E. (1980). Psikologi perkembangan(Edisi Kelima), Jakarta: Penerbit Erlangga

Hurlock, B. Elizabeth. (1992). Perkembangan anak(Edisi Keenam), Jakarta: PenerbitErlangga

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Peran Role Playing Berbasis Komputer

GenEducation. Komunikasi non verbal(Terjemahan). http://www.hrepic.com/T e a c h i n g / G e n E d u c a t i o n /nonverbcom/nonverbcom.htm. Di aksesJuni 2013. dan http://www.ling.ed.ac.uk/linguist/ issues/9/9-230.html

La Iru & La Ode. (2012). Analisis penerapan.pendekatan, metode, strategi, dan model-model pembelajaran. DIY- Bantul: MultiPresindo

Landis, J. R.& Koch, G. G. (2008). The measurementof observer agreement for categorical data.Biometrics 33:159-174. 1977. TexaSoft,http://www.stattutorials.com/SPSS/TUTORIAL-SPSS-Interrater-ReliabilityKappa.htm

Lane, Shelley D. 92008). Interpersonalcommunication: Competence and context.Pearson Education Inc. USA

Ment, Morry Van. (1999). The effective useof role-play. London: Kogan PageLimited.

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai benihteknologi pendidikan. Jakarta: Pustekkom-Kencana

Monks, F.J, Knoers, A.M.P, Haditono, SitiRahayu. (2006) Psikologi perkembangan.Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress

Mulyatiningsih, Endang. (2012) metode penelitianterapan. Bandung: Alfabeta

Nurkancana., Wayan, & Sumartana, PPN. (1986).Evaluasi pendidikan. Surabaya: UsahaNasional

Ostroff, Wendy.L. (2013). Memahami cara anak-anak belajar. Jakarta: PT.Indeks

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) No.8 tahun 2009 tentang

Standar Pendidikan Anak Usia Dini.2009

Pribadi, Benny A. & Rosita, Tita. (2000). ProspekKomputer Sebagai Media PembelajaranInteraktif Dalam Sistem Pendidikan JarakJauh di Indonesia. Jurnal Pendidikan(Online), Jilid 6, No. 4, (http://www.ut.ac.id, diakses 20 Januari 2000).

Rafoth, Mary Ann. (2004). School readiness-preparing children for kindergarten andbeyond: Information for parents. Nationalassociation of school phychologists.Bethesda, MD

Rusman. . (2012). Belajar dan pembelajaran berbasiskomputer. Bandung: Alfabeta

Santrock, John W. (2009). Psikologi pendidikan(Educational psychology). Buku1. Edisi ke3. McGraw-Hill. Jakarta: SalembaHumanika

Seefeldt, Carol. & Wasik, Barbara A. (2008).Pendidikan anak usia dini, Edisi Kedua.Jakarta: PT Indeks

Smaldino, Sharon E., Russell, James D., Heinich,Robert. & Molenda, Michael. (2005).Instructional technology and media forlearning. 8th Ed. Upper Saddle River, NewJersey: Pearson Education, Inc

Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. (2005). Mediapengajaran. Bandung: Sinar BaruAlgesindo

Suryadi, Harry. Editor: Sintha Ratnawati. (2002).Sekolah alternative untuk anak”. KumpulanArtikel KOMPAS. Jakarta: Buku Kompas

Unicef. Communicating with children-build self-confidence as well as competence.- Guideline3A. www.unicef.org/cwc/cwc_58679.htmlý. diakses 26 Mei 2011

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan BelajarSiswa Sekolah Dasar

FransiskaE-mail: [email protected]

TKK SPRINGFIELD Jakarta Barat

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bimbingan belajar dapat mengatasikesulitan belajar sehingga meningkatkan kemampuan siswa sekolah dasar. Tempatpenelitian di Bimbingan Belajar Setia berlokasi di Puri Indah, wilayah Kembangan, JakartaBarat, dalam tahun pelajaran 2014/2015, Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 3

dari beberapa Sekolah Dasar di kecamatan Kembangan, yang mengikuti kelas di Bimbingan BelajarSetia. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Datadikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, kemudian dianalisa denganinteractive model dan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi terhadap sumber data. Hasilpenelitian menunjukkan, dengan melakukan remedial dan pengayaan menggunakan modelbervariasi seperti model peer tutoring, dapat mengatasi kesulitan belajar siswa/i. Dengan salingbelajar dan berbagi dengan siswa yang lain dalam belajar dapat meningkatkan perolehan belajarsiswa/I yang ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar dan siswa sudah dapatberkonsentrasi sehingga mampu mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikanoleh guru.

Kata-kata kunci: bimbingan belajar, kesulitan belajar, prestasi belajar.

Academic Guidance in Overcoming Learning Difficulties Faced by Primary School Students

AbstractThe purposes of this study are to find out how the academic guidance services reduce learning difficulties animprove learning outcome of the elementary school students. The study, took place at Setia Academic Guidancelocated at Puri Indah, Kembangan, West Jakarta, in the school year of 2014/2015, . The subject of this studywere The Elementary School students of Grde III from seberal Elementary Schools in Kembangan Subdistrictjpining the class at Setia Academic Guidance. Apllying qualitative deccriptive approach, the study collectedthe data using questionair, interview, and document study to be analyzed by interactive model and the datavalidity was done through triangulation to the data resource. The study discovered, implementing remedialand enrichment activities within various models such as peer tutoring can solve the students’ learningdifficulties and by learning from the others and sharing ideas can improve the students’ learning achievementand the students are able to consentrate on completing the assignments given by the teacher.

Keywords: academic guidance, learning difficulties, learning achievement.

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Pendahuluan

Bisnis lembaga bimbingan belajar (bimbel) masihmenjanjikan. Kebutuhan para siswa sekolahuntuk meningkatkan kompetensi akademik,seiring standar kelulusan yang terus meningkat,membuat bisnis bimbel terus bermunculan.Tidak sedikit para pelaku bisnis ini menawarkankemitraan usaha (Tri Sulistiowati dkk, 31 Maret2014). Seperti juga dibahas pada majalah InfoPuri yang merupakan majalah info komunitaskawasan Puri, banyaknya bimbingan belajaryang menawarkan jasa mengajar siswa/i untukmembantu mereka dalam pelajaran sekolahdengan pilihan metode bimbingan yangberagam (Gerson 2015:20).

Seorang individu telah belajar, bila terjadiperubahan perilaku menjadi lebih baik darisebelumnya. Sardiman (2011:20-21) mengemu-kakan beberapa definisi belajar dari beberapaahli., seperti Cronbach yang mendefinisikan“Learning is shown by a change in behavior as a resultof experience.” Harold Spears menyatakan“Learning is to observe, to read, to imitate, to trysomething themselves, to listen, to follow direction.”Kemudian, Geoch mengatakan “Learning is achange in performance as a result of practice.” Daritiga definisi yang dikutip, Sardimanmenyimpulkan bahwa: Belajar itu merupakanperubahan tingkah laku atau penampilandengan serangkaian kegiatan misalnya denganmembaca, mengamati, mendengarkan, meniru,dan lain sebagainya. Belajar akan lebih berartidalam kehidupan seseorang, bila pelajarmengalami atau melakukannya, jadi tidak hanyabersifat verbalistik. Maka dapat diambilkesimpulan bahwa belajar adalah suatu prosesperubahan tingkah laku pada seorang individuserta hasil interaksi dengan individu lain danlingkungannya yang dilakukan secara langsungdan berkesinambungan melalui observasi,mendengarkan, dan mencoba.

Di kelompok yang mengikuti BimbinganBelajar Setia, siswa/i sekolah dasar dan orangtua menganggap, belajar itu harus di sekolahdan diberikan oleh guru bukan oleh orang tua.Anggapan ini mengakibatkan anak tidak maulagi belajar di rumah orang tua yang memangmempunyai latar belakang ekonomi yang lemah

dan kurang berpendidikan serta merasakesulitan membantu anak mereka belajar dirumah. Anak mengangga, berangkat ke sekolahadalah untuk belajar dan pemberian tugas olehguru untuk dikerjakan di rumah membebanimereka, karena mereka harus belajar di rumah.Anak menanti-nantikan waktu pulang sekolahkarena saat itu paling menyenangkan bermainbersama temannya (baik teman di rumahmaupun teman sekolahnya), ataupun bermainsendiri. Kegiatan belajar bagi siswa sekolah dasarmerupakan kegiatan yang dirasa tidakmenyenangkan. Banyak sekali alasan yangmereka ungkapkan jika para pendidik (baikorangtua maupun guru) meminta mereka belajar(di sekolah maupun di rumah). Nazwa (salahsatu peserta bimbingan belajar yang duduk dikelas 3) mengungkapkan bahwa, “Aku nggakmau belajar matematika karena aku tidakmengerti apa yang ditanyakan, aku tidak bisabertanya sama ibu atau bapak karena merekaharus kerja dan ketika sampai rumah sudahcape.” Contoh lainnya, Deni, murid bimbinganbelajar yang duduk di kelas 4, menyatakansetelah selesai sekolah, mereka sering pergi kewarung internet untuk bermain atau bahkanmenonton Youtube tanpa pengawasan orang tuayang tidak mau pusing memikirkan pelajarananaknya. Putri bercerita dia suka sekali pergi kerumah teman dan bermain bersama teman-temannya setelah pulang sekolah dan ia malasmengerjakan pekerjaaan rumah yang diberikanoleh guru di sekolah. Anak-anak masihmenganggap, kegiatan belajar merupakankegiatan membosankan dan belum mengertimengapa belajar dapat menjadi sesuatu yangberguna.

Beberapa keluhan dari hasil wawancara itumemperlihatkan hambatan ataupun kesulitanbelajar yang bila tidak tertangani dengan baikakan menjadikan prestasi siswa tidak baik pula.Oleh karena itu, Pengurus Bidang Diakoniasebuah Gereja merasa perlu adanya bimbinganbelajar yang diberikan oleh guru atau orang yangmampu membantu menjelaskan masalah untukmeningkatkan prestasi belajar siswa. Bimbinganadalah memberikan informasi, menuntun kesuatu tujuan (Luddin, 2010:16). Bimbinganbelajar adalah bimbingan yang diberikan olehorang yang mampu untuk membantu individu

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar (Yusuf,2005:10). Bimbingan belajar bagi siswa sekolahdasar lebih difokuskan pada usaha-usaha untukmeningkatkan prestasi belajar. Dalam mening-katkan prestasi belajar peserta didik, diperlukanadanya kerjasama antara guru dan orang tua,ketika orang tua merasa kesulitan untukmembantu anak mereka maka mereka mencaribantuan dari orang lain yang mampu untukmembantu anak dalam menghadapi danmemecahkan masalah dalam belajar untukmeningkatkan prestasi belajar siswa.

Bimbingan belajar dirasakan perludiadakan karena masih munculnya permasa-lahan belajar yang dialami oleh siswa sekolahdasar. Sebagai contoh, prestasi belajar yangrendah, malas berangkat sekolah, danmengganggu temannya ketika proses pembel-ajaran berlangsung. Seperti yang diungkapkanoleh guru kelas SDN Kembangan Utara 02 Ptbeberapa siswa sekolah dasar yang mengalamikesulitan belajar dan hal ini belum dapatditangani dengan baik oleh wali kelas. Kesulitanbelajar tidak selalu mudah dikenali, terutamapada tahun-tahun pertama SD (Gilmore,2009:10). Sugihartono, dkk. (2007:149)menjelaskan bahwa kesulitan belajar adalahsuatu gejala yang nampak pada peserta didikyang ditandai dengan adanya prestasi belajaryang rendah atau di bawah kriteria ketuntasanminimal yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulismencoba menggambarkan tentang bimbinganbelajar yang dilaksanakan oleh BimbinganBelajar Setia khususnya dalam mengatasikesulitan siswa siswa sekolah dasar di daerahKembangan, Jakarta Barat. Salah satu keunikanBimbingan Belajar Setia ialah keterbatasanjumlah gurunya menjadi masalah yang selaluterjadi, karena guru yang mengajar adalahsukarelawan dan tidak dibayar sama sekali olehgereja. Terkadang guru merasa, pengajaranmereka kurang berarti untuk kesinambunganpembelajaran di bimbingan belajar. Oleh karenaitu penulis merasa perlu melakukan penelitianini untuk mengetahui apakah bimbingan belajarini bermanfaat bagi peserta bimbinganbelajar.Alasan lain, penulis sendiri adalahanggota gereja dan melihat bahwa bimbingan

belajar ini banyak membantu keluarga tidakmampu yang tinggal di sekitar bimbinganbelajar. Dengan demikian menrik dan perluditeliti pelaksanaan bimbingan belajar yangdiberikan oleh Bimbingan Belajar Setiakhususnya khususnya dalam mengatasikesulitan siswa/I belajar dan meningkatkanhasil belajarnya.

Perumusan MasalahAtas dasar latar belakang yang sudah diuraikan,maslah penelitian dirumuskan sebagai berikut.1. Bagaimana bimbingan belajar mempenga-

ruhi kemampuan siswa menghadapikesulitan belajar di sekolah?

2. Apakah dengan mengikuti bimbinganbelajar siswa akan dapat meningkatkanprestasi belajar?

Tujuan PenelitianTujuan umum dari penelitian ini adalah untukmendapat gambaran bagaimana bimbinganbelajar dapat membantu mengatasi kesulitanbelajar siswa/i sekolah dasar. Secara khususpenelitian ini bermaksud mengetahu bagaimanaBimbingan Belajar Setia dapat membantumengatasi kesulitan belajar siswa/i kelas 3 SDdi daerah Kembangan dan meningkatkanprestasi belajar mereka pada pelajaranMatematika.

Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian diperjelas pengertian tentangbeberapa konsep penting yang dipergunakan,yaitu hakekat (a) bimbingan belajar, (b) kesulitanbelajar, dan (c) prestasi belajar. Di sampingmengkaji hakikat ketiga konsep itu, jugadikemukakan beberapa hasil penelitian yangterkait.

Bimbingan Belajar.Bimbingan belajar pada hakikatnya adalahupaya yang diberikan kepada siswa/i untukmembantu serta mempermudah merekamengubah prilaku dalam ranah kognitif,psikomotorik, dan affektif melalui interaksidengan sumber belajar. Dengan demikian,bimbingan belajar merupakan bantuan yang

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

diberikan guru/tutor/pelatih kepada siswa/idan merupakan tambahan kegiatan pembelajar-an yang dilakukan di luar sekolah. Kegiatanpembelajaran utama tetap dilakukan di sekolahyang dalam penelitian ini adalah di SD diwilayah Kembangan. Bimbingan belajar tidakmelakukan kegiatan wajib bagi siswa/i.

Kegiatan bimbingan belajar biasanyadilakukan oleh siswa/i yang mengalamikesulitan belajar atau yang ingin memperdalamatau memperluas kemampuannya dalam matapelajaran tertentu. Pemimbing dalam bimbinganbelajar pada umumnya berlatarbelakangkanbidang studi yang sesuai dengan mata pelajaranyang dibimbingnya.

Kesulitan BelajarKesulitan belajar menurut Suryabrata (2007:149)mempunyai kriteria sebagai berikut.1. Grade level, terjadi pada siswa yang tidak

naik kelas hingga dua kali.2. Age level, terjadi pada siswa yang usianya

tidak sesuai dengan kelasnya, misal kelas 4tapi usianya 13 tahun.

3. Intelligence level, terjadi pada siswa yangkemampuannya di bawah rata-rata.

4. General level, terjadi pada siswa yang secaraumum dapat mencapai prestasi tetapi padabeberapa mata pelajaran hasilnya dibawahstandar.Mengacu pada pendapat Gilmore,

Sugihartono, dan Suryabrata tentang pengertiankesulitan belajar, dapat disimpulkan bahwakesulitan belajar adalah suatu tanda individutidak berprestasi sesuai dengan kriteria yangditetapkan. Pada kenyataanny, banyak hal yangmenjadi penyebab siswa sekolah dasar meng-alami kesulitan belajar adalah sebagai berikut.

Sugihartono (2007:154) menjelaskan ciri-cirianak mengalami kesulitan belajar yang menjadiindikator kesulitan belajar adalah sebagaiberikut.1. Prestasi belajar yang rendah, ditandai

dengan adanya nilai di bawah standaryang ditetapkan (di bawah nilai 6) ataumendapatkan peringkat yang terakhir dikelasnya.

2. Hasil yang dicapai tidak sesuai denganusaha yang dilakukan, ditandai dengan

sering belajar tanpa mendapat hasil yangmaksimal.

3. Lambat dalam melakukan tugas kegiatanbelajar serta terlambat datang ke sekolah.

4. Menunjukkan sikap tidak peduli dalammengikuti pelajaran, ditandai denganmengobrol dengan teman ketika prosespelajaran berlangsung atau makan di dalamkelas ketika mengikuti pelajaran.

5. Menunjukkan perilaku menyimpang,seperti suka membolos sekolah atau keluarmasuk kelas ketika mengikuti pelajaran

6. Menunjukkan adanya gejala emosionalmenyimpang, misalnya mudah marah danpemurung, teriak-teriak ketika mengikutipelajaran.Gejala-gejala tersebut dialami oleh siswa/i

yang mengalami kesulitan belajar. Pada siswaSD kelas 1, 2, dan 3, kesulitan belajar ditunjukkandengan sulit tepat waktu mematuhi instruksiyang diberikan guru termasuk melakukan tugasbelajar, karena siswa kelas 1, 2, dan 3 masih padatahap penyesuaian diri dengan kegiatan sekolahdasar. Untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 kesulitanbelajar terlihat dari hasil belajar rendah, perilakumenyimpang seperti suka menggangu teman,suka membolos, suka beralasan untuk keluarkelas, atau tidak mengerjakan tugas-tugasbelajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapatdisimpulkan, prestasi belajar menurun, hasildicapai tidak sesuai dengan standar kriteriaseharusnya, lamban dalam mengerjakan tugas,bersikap tidak peduli terhadap pelajaran,menunjukkan perilaku dan gejala emosionalmenyimpang, merupakan sejumlah indikatorkesulitan belajar siswa..

Hasil BelajarDimyati dan Mudjiono (2006:3-4) menyebutkanhasil belajar merupakan hasil dari suatuinteraksi tindak belajar dan tindak mengajar.Pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasihasil belajar baik bagi siswa maupun guru.Guru harus dapat menciptakan suasana kelasyang kondusif, sehingga siswa merasa senangbelajar, dan siswa harus aktif dalam prosespembelajaran di kelas dengan cara memberikankesempatan belajar kepada siswa sehinggaproses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan bagian terpentingdalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:3)menyatakan hasil belajar siswa pada hakikatnyaadalah perubahan tingkah laku sebagai hasilbelajar dalam pengertian yang lebih luasmencakup bidang kognitif, afektif, danpsikomotorik. Pendapat ini mengacu padataksonomi Benjamin S.Bloom, dkk., yangmengelompokkan hasil belajar menjadi tigabagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dandomain psikomotor. Domain kognitif merupakandomain yang menekankan pada pengembangankemampuan dan keterampilan intelektual.Domain afektif adalah domain yang berkaitandengan pengembangan perasaan, sikap, nilaidan emosi, sedangkan domain psikomotorberkaitan dengan kegiatan keterampilanmotorik. Walaupun taksonomi Bloom ini telahmengalami revisi, tetap menggambarkan suatuproses pembelajaran, cara kita memproses suatuinformasi sehingga dapat dimanfaat dalamkehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah sebagai berikut.1. Sebelum kita memahami sebuah konsep

maka kita harus mengingatnya terlebihdahulu.

2. Sebelum kita menerapkan maka kita harusmemahaminya terlebih dahulu.

3. Sebelum kita mengevaluasi dampaknyamaka kita harus mengukur atau menilai.

4. Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kitaharus mengingat, memahami,mengaplikasikan, menganalisis danmengevaluasi, serta memperbaharui.Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas,

disimpulkan bahwa hasil belajar adalahkemampuan yang dimiliki siswa setelahmenerima pengalaman belajarnya. Kemampuantersebut mencakup aspek kognitif, afektif, danpsikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melaluikegiatan evaluasi yang bertujuan untukmendapatkan data pembuktian yang akanmenunjukkan tingkat kemampuan siswa dalammencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajaryang diteliti dalam penelitian ini adalah hasilbelajar pada pelajaran Matematika yang manasebagian besar siswa siswi mengikuti bimbinganbelajar karena merasa kesulitan memahamipelajaran Matematika.

Hasil Penelitian yang RelevanDitemukan tiga penelitian sebelumnya yangterkait dengan masalah penelitian ini. Pertama,penelitian Bimbingan Belajar Terhadap PrestasiBelajar dilakukan oleh Handoko Alex di SMPNegeri 8 Yogyakarta. Penelitian ini menemukan,terdapat pengaruh yang signifikan antarabimbingan belajar  dengan prestasi belajarsiswa. Hal ini dapat dilihat dari hubunganfungsional antara bimbingan belajar (X) denganprestasi belajar siswa (Y) siswa kelas VIII  SMPNegeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008dalam bentuk persamaan regresi  linear yaitu Y= 27.892 + 0.514X dengan koefisien korelasisebesar 0,628 pada taraf signifikansi 5% koefisienarah regresi sebesar 0.514 artinya setiap kenaikansatu unit X mengakibatkan 0.514 kenaikan Y.Dengan perkataan lain, semakin sering siswamengikuti bimbingan belajar, semakin tinggipula prestasi belajar siswa.

Kedua, Nur Asih dari Universitas NegeriMedan melakukan penelitian PengaruhPemberian Layanan Bimbingan Belajar TerhadapKebiasaan Belajar Positif Siswa Tahun Ajaran 2014/2015. Subyek Penelitian ini adalah siswa kelasXI SMA Negeri 1 Karang Baru Tahun Ajaran2014/2015. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemberian layanan bimbingan belajardiperoleh nilai rata-rata pre-test xA = 61,7 danStandart Deviasi (SD) = 1,96 sedangkan sesudahdilaksanakan bimbingan belajar diperoleh nilairata-rata post-test Xb = 88,6 dan Standart Deviasi(SD) = 3,33. Penelitian ini menyimpulkan,pemberian layanan bimbingan belajarberpengaruh terhadap kebiasaan belajar siswakelas XI SMA Negeri 1 Karang Baru TahunAjaran 2014/ 2015. Hal ini teruji denganmenggunakan uji t dengan hasil thitung > ttabelyaitu 42,71 > 2,035 artinya terdapat pengaruhyang signifikan dari pemberian layananbimbingan belajar terhadap kebiasaan belajarpositif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karang BaruTahun Ajaran 2014/ 2015, dapat diterima.

Ketiga, penelitian Pengaruh BimbinganBelajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswakelas V Se-Kecamatan Kebasen, dilakukan olehDesti Kurnia Sarasweni dari Universitas NegeriYogyakarta . Hasil penelitian menunjukkanbahwa bimbingan belajar berpengaruh

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

signifikan terhadap prestasi belajar matematikasebesar 55%. Hal ini ditunjukkan dariperhitungan Analisis Regresi yang memperolehF hitung = 5,49 > F table = 3,89.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut,terlihat ada hasil positif bimbingan belajarterhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yangdilakukan penulis pada kesempatan ini adalahuntuk mengetahui bagaimana bimbingan belajardapat mengatasi kesulitan belajar siswa/i danmeningkatkan hasil belajar mereka di BimbinganBelajar Setia.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitiandeskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuanuntuk membahas pelaksanaan layananBimbingan Belajar Setia dalam mengatasikesulitan belajar siswa sekolah dasar di areaKembangan. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 3 SD tahun pelajaran 2014-2015 diarea Kembangan, Jakarta Barat yang mengikutibimbingan belajar di Bimbingan Belajar Setia.Sebagian besar peserta sudah mulai mengikutibimbingan belajar sejak kelas 1 SD.

Teknik pengumpulan data adalahobservasi, wawancara dan studi dokumen.Sedangkan analisis data menggunakaninteractive model, yaitu display, reduksi danverifikasi data. Uji keabsahan data yangdiperoleh dengan menggunakan triangulasidata. Triangulasi yang digunakan yaitutriangulasi sumber data dan triangulasi teknikpengumpulan data. Triangulasi sumber datadilakukan dengan melakukan wawancaradengan guru, pengurus bimbingan belajar danorang tua dari peserta bimbingan belajar (fotokegiatan bimbingan belajar). Triangulasi teknikpengumpulan data dilakukan denganmengunjungi sekolah dari peserta bimbinganbelajar dan melakukan wawancara sertameminta salinan raport dari peserta bimbinganbelajar (dokumentasi)

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Bimbingan BelajarSetia, karena di sekitar tempat ini banyakkeluarga dari kalangan kurang mampu yang

membutuhkan tempat bimbingan belajar yangmau membantu mereka mengatasi kesulitanbelajar anak-anak mereka. Hal ini sesuai denganhasil wawancara dengan Ibu Muti salah seorangibu yang rajin mengantar anaknya ke bimbinganbelajar berikut ini: “Saya ingin anak saya jadianak pintar di sekolah, tapi kalau dia tanyamengenai pelajaran kepada saya, saya tidak bisamembantu dia, jadi saya kirim anak saya kesini.” Informasi yang dikemukakan oleh IbuMuti tersebut selaras pula dengan hasilwawancara dengan salah satu guru bimbinganbelajar (Ibu Sintia) mengajar kelas 3: “Bimbinganbelajar ini membutuhkan guru karena ada cukupbanyak anak yang membutuhkan bantuanuntuk mengerti dan memahami pelajaranmatematika dan bahasa Inggris.” BimbinganBelajar ini ternyata masih membutuhkan guruuntuk menolong siswa/i mendapat pengajaranyang setara.

Pelaksanaan bimbingan belajar tidakmempunyai rencana pengajaran secara khusushanya berdasarkan bahan secara umum baikdalam bidang Matematika maupun bahasaInggris. Hal ini sesuai dengan hasil wawancaraBapak Andono, pengurus Bimbingan BelajarSetia berikut ini :

“Pelaksanaan pembelajaran di BimbinganBelajar tidak dilaksanakan secara khusus tetapiberdasarkan bahan pelajaran yang disediakanoleh pengurus.” Senada dengan tersebut, IbuMuti juga menjelaskan bahwa: “Guru setiapkelompok kelas bersama pengurus saling bekerjasama mengajar anak-anak yang datang belajarke bimbingan belajar ini .”

Berdasarkan informasi tersebut,pelaksanaan pembelajaran di Bimbingan Belajartersebut berdasarkan bahan yang sudahdisiapkan. Penelitian ini berfokus pada siswayang mengalami kesulitan belajar dan berikutini hasil observasi dan studi dokumentasi yangdilakukan peneliti bersama-sama denganpengurus bimbingan belajar. Observasidilakukan pada saat bimbingan belajardilaksanakan, studi dokumentasi hasilpekerjaan peserta bimbingan belajar dan raportpeserta bimbingan belajar.

Berdasarkan permasalahan yang terlihatpada ketiga siswa tersebut, berikut ini petikanwawancara bersama bapak Ando: “Ketiga siswa

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Tabel 1 : Permasalahan yang Ada

No Nama Kelas Usia Permasalahan

1 B 3 8 Tidak ada motivasi pada saat mengikuti pelajaran, sulitberkonsentrasi, jarang mengumpulkan tugas-tugas, sulitmengerti instruksi, suka mengganggu teman, pernah tidaknaik kelas di kelas 1.

2 P 3 8 Tidak ada motivasi pada saat mengikuti pelajaran, sulitberkonsentrasi, jarang mengumpulkan tugas-tugas, sukamengganggu teman, nilai yang didapatselalu rendah baik nilai ulangan ataupunnilai harian

3 N 3 8 Kurang motivasi, konsentrasi rendah, jarang mengumpulkantugas, nilai ulangan cukup baik tapi nilai harian tidak bagus

itu memang sulit mengerti pelajaran matematikadan harus terus dibimbing setiap saat. Guru-guru di sekolah pernah berdiskusi dengan kamibagaimana membantu mereka untuk mengertipelajaran Matematika. Mereka juga sering seringterlambat mengumpulkan PR dan nilai hariankurang baik.” Maka diduga bahwa ketiga siswamengalami kesulitan belajar.

Berikut wawancara dengan Ibu Sintia yangmenjelaskan tentang hal tersebut: “Materi yangdiberikan pada saat kelas bimbingan belajarberlangsung adalah sama untuk semua siswanamun untuk siswa yang mengalami kesulitanbelajar disesuaikan dengan kecepatan dankemampuan mereka mengerjakan tugas.”Senada dengan hal tersebut, Bapak Ando jugamenjelaskan seperti : “Peserta yang menghadapikesulitan diberi waktu dan perhatian lebih padasaat di kelas bimbingan belajar, artinya tidakdiberikan kelas khusus untuk siswa yangmempunyai kesulitan belajar.”

Bentuk layanan bimbingan belajar yangdilaksanakan di sekolah tersebut adalah sepertidiungkapkan oleh Ibu Sintia : “Ketika siswamengerjakan latihan soal, dibimbing secaraindividual atau dengan peer tutoring .Bimbingannya secara langsung dan individual.”Hasil observasi pada saat pelaksanaan layananbimbingan belajar untuk siswa yang mengalamikesulitan belajar juga menunjukkan, siswa/iyang mengalami kesulitan belajar langsungdibimbing oleh Ibu Sintia dan terkadang jugameminta teman yang sudah selesai mengerjakan

tugas untuk membantu Ibu Sintia (peer tutoring).Peer tutoring merupakah salah satu strategiyang efektif untuk mempromosikan student-centered learning (Tan, 2003:1)

Sebagai guru, Ibu Sintia mempersiapkanrencana untuk memberikan layanan bimbinganbelajar yang bukan berupa pembahasan materibaru tapi hanya mengulang dan berlatih soal-soal yang telah disediakan oleh pengurus yangdisesuaikan dengan standar kelas yang ada.“Saya hanya membuat rencana pembelajaranberdasarkan materi yang diberikan kepada sayalalu saya mengulang pembahasan mengenaimateri kepada siswa lalu mereka mengerjakanlatihan soal.” Kebenaran pernyataan itu terlihatpada saat observasi yang dilakukan, materidisesuaikan dengan kebutuhan siswa saat itujuga. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Sintiaberikut ini: “Materi untuk siswa-siswa tersebutsesuai dengan bahan yang sudah dipersiapkan,artinya disesuaikan dengan kebutuhan,misalnya melihat sampai di mana siswa itumampu mengerjakan soal-soal latihan, lihat darigerak gerik, tingkat konsentrasi dari siswa”

Keberhasilan bimbingan belajar mengatasikesulitan belajar ditunjukkan denganpeningkatan prestasi belajar meskipun tidakmengalami loncatan nilai yang tinggi. Sepertidijelaskan Ibu Sintia berikut ini : “Ada perubah-an pada siswa meskipun tidak semua siswamengalami peningkatan nilai sangat baik.”

Senada dengan hal tersebut, Bapak Andojuga mengungkapkan : “Ada peningkatan nilai

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

raport pada siswa yang bersangkutan yangberarti ada peningkatan prestasi belajar.”Menurut Bapak Ando, dalam wawancaramengenai pelaksanaan layanan bimbinganbelajar, yang sering dilakukan adalah caraseperti remedial, pengayaan, bimbingan kepadapeserta lebih disesuaikan dengan kemampuansiswa secara individual. Terlihat adanyapeningkatan prestasi belajar dari ketiga siswayang mengalami kesulitan belajar, mereka jugasudah dapat mengerjakan dan mengumpulkantugas-tugas secara mandiri. Seperti yangdiungkapkan oleh Ibu Sintia berikut : “Hasilnya,mereka dapat memperoleh nilai yang lebih baik,artinya hasil prestasi belajar meningkat. Selainitu juga ditunjukkan dengan mau mengerjakandan mengumpulkan tugas-tugas yangdiberikan.” Tabel 2 menunjukkan perubahandari ketiga siswa yang mengalami kesulitanbelajar setelah diberikan layanan bimbinganbelajar. Berdasarkan tabel di atas terlihat,pelaksanaan Bimbingan Belajar Setia dapatmengatasi kesulitan belajar pada siswa yang

bersangkutan. Perubahan terlihat pada siswasecara umum adalah peningkatan nilai yangdiperoleh (nilai harian maupun nilai ulangan),mengerjakan dan tepat waktu mengumpulkantugas, dan dapat berkonsentrasi denganmemperhatikan pelajaran yang disampaikanoleh guru. Hal ini juga diperkuat denganpernyataan Bapak Ando seperti berikut : “Secara

Tabel 2: Perubahan yang Muncul

No Nama Kelas Usia Permasalahan

1 B 3 8 Masih harus dibimbing pada saat mengerjakan tugas-tugassekolah tapi dapat lebih berkonsentrasi, menunjukkanpeningkatan prestasi belajar dengan memperoleh nilai yanglebih bagus, meskipun belum maksimal.

2 P 3 8 Ada peningkatan nilai harian,mampu mengerjakan tugassecara lebih mandiri, sudah dapat memperhatikan pelajaranyang disampaikan oleh guru

3 N 3 8 Ada peningkatan nilai pada nilai harian dan nilai ulangan,ketepatan waktu pada saat pengumpulan tugas, dapatberkonsentrasi dengan lebih baik.

umum ada peningkatan prestasi belajar yangditunjukkan siswa yang bersangkutan.”

Peran orang tua dalam mengatasi kesulitanbelajar yang dialami siswa juga sangat pentingdengan memberi dukungan setiap harinya.Berikut merupakan petikan wawancara denganIbu Sintia yang menjelaskan tentang tindaklanjut dari pelaksanaan layanan bimbinganbelajar: “Latihan setiap hari dan keterlibatanorang tua di rumah sangat diperlukan karenasiswa berusia 6-12 tahun yang merupakan dasarpertama dalam kehidupan sekolah.” Haltersebut juga ditegaskan oleh Bapak Ando:“Tindak lanjutnya ya… dibutuhkan dukungandari orangtua siswa yang bersangkutan, agardapat dibantu dan dibimbing ketika berada dirumah.”

Berdasarkan wawancara, observasi yangdilakukan maka terlihat bahwa BimbinganBelajar Setia dapat membantu siswa mengatasikesulitan belajar. Hal ini ditunjukkan denganadanya peningkatan prestasi belajar dan siswasudah dapat berkonsentrasi sehingga mampu

mengerjakan dan mengumpulkan tugas tugasyang diberikan oleh guru.

PembahasanPeserta bimbingan belajar Setia pada umumnyabersekolah di SDN di daerah Kembangan JakartaBarat. Informasi yang didapatkan dariwawancara penulis dengan para siswa adalah

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

mereka bersekolah dari jam 7 pagi – 12 siang,dengan durasi setiap sesi 60 menit. Setiapharinya siswa SD diberi waktu istirahat 2 kalisehari. Menurut peserta di sekolah merekabelajar tapi bila tidak mengerti mereka kesulitanmendapat giliran bertanya atau juga mereka sulitmengerti apa yang diterangkan oleh guru disekolah, ada siswa yang berkata bahwa kalaudi sekolah teman-temannya berisik jadi dia inginikut berbicara dengan teman-temannya dantidak berkonsentrasi pada saat pembelajaranterjadi. Berdasarkan observasi pada saat penulisberkunjung ke salah satu sekolah, suasanabelajar terasa sekali sangat ramai dimana gurusebagai sumber dari kegiatan belajar mengajarsulit untuk mengontrol kelas karena jumlahsiswa yang cukup banyak. Hal ini merupakansalah satu penyebab siswa merasa kesulitanuntuk mengerti materi pembahasan yangdiberikan oleh guru.

Pada saat penulis melakukan wawancaradan observasi terlihat bahwa Bimbingan BelajarSetia dapat membantu siswa mengatasikesulitan belajar, khususnya kelas 3 dalammeningkatkan prestasi belajarnya. MenurutJuntika (2006:52) pelaksanaan bimbingan belajardapat membantu siswa dalam mengembangkankebiasaan belajar yang baik untuk menguasaipengetahuan dan keterampilan sertamenyiapkannya melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Melalui bimbinganbelajar siswa yang mempunyai kebiasaanbelajar yang baik akan dapat meningkatkanprestasi belajar. Tujuan dari pengadaanbimbingan belajar adalah membantu siswamengatasi kesulitan belajar, sehingga siswadapat optimal untuk mengembangkan potensiyang dimiliki (Juntika, 2006:15). Jika siswamampu mengatasi kesulitan belajar makadikemudian hari aspek pribadi dan sosial siswadapat berkembang dengan lebih baik sehinggadapat memilih dan merencanakan kehidupanmereka di kemudian hari sesuai dengankemampuan mereka. Pada penelitian terlihatbahwa siswa yang mengikuti bimbingan belajardapat mengatasi kesulitan belajar yangditunjukkan dengan peningkatan nilai disekolah dan dapat berkonsentrasi pada saatmengerjakan serta mampu mengumpulkantugas tepat waktu. Dimana tujuan dari

pengadaan bimbingan belajar adalah siswamampu mengatasi kesulitan belajar danmengembangkan kebiasaan belajar yang baik,sebagai dasar dari kegiatan bersekolahselanjutnya, sehingga potensi danpengembangan diri siswa dapat lebih optimal.Guru bimbingan belajar harus mempersiapkandan mengerti kondisi dan kebutuhan siswa yangbersangkutan. Sehingga tujuan dari adanyabimbingan belajar dapat dicapai sesuai dengankebutuhan siswa dan pada akhirnya siswadapat mengembangkan kebiasaan belajar yangbaik secara optimal.

Simpulan

KesimpulanPelaksanaan Bimbingan Belajar Setia berhasilmengatasi kesulitan belajar yang dialami siswaSD di area Kembangan, Jakarta Barat. Kegiatanataupun materi yang diberikan telah disiapkanoleh pengurus dan tidak dirancang secarakhusus tapi disesuaikan dengan kebutuhan dankondisi siswa pada saat pelaksanaan. Materijuga diberikan dengan metode peer tutoring, yangmemberikan kesempatan dan dorongan kepadasiswa/i, yang mengalami kesulitan belajar,bekerja sama dengan teman yang belajarbersama, sehingga siswa saling bekerja samadan belajar dalam mengerti materi yangdiberikan. Hasil ditunjukkan dengan perubahanyang terjadi pada siswa, yang terlihat denganadanya peningkatan prestasi belajar dan siswasudah dapat berkonsentrasi sehingga mampumengerjakan dan mengumpulkan tugas tugasyang diberikan oleh guru.

SaranOleh karena kesulitan belajar dan tidaktercapainya hasil belajar siswa/i dipengaruhioleh strategi, metode, dan teknik pembelajaran,disarankan setiap sekolah, memperhatikankarakteristik mereka secara individual danmenciptakan suasana menyenangkan melaluiberbagai kegiatan bervariasi, kretif dan inovatif.Sedangkan Bimbingan Belajar Setia diharapkandapat meningkatkan kualitas proses bimbinganbelajar yang selama ini sudah dikembangkan,sehingga semakin banyak siswa/i yang dapat

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

mengatasi kesulitan belajar serta sekali gusmeningkatkan hasil belajarnya. Berbagai modelbelajar hendaknya terus dikembangkan disertaidengan persiapan bahan pelajaran dan metodepembelajaran yang terkini, bervariasi, dan sesuaidengan karakteristik siswa yang bersangkutan.

Daftar Pustaka

Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan motivasibelajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi belajar. Jakarta:Departemen Agama

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar danpembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Gerson, Ronald Petrus. Info puri. edisi 86/VIII/April 2015.

Gilmore, Linda & Boulton-Lewis, Gillian M.(2009). “Just Try Harder and You WillShine : A Study of 20 Lazy Children.Australian journal of guidance andcounselling. Queensland: AustralianAcademic Press

Grossman, Judy. (2011). Family Matters : TheImpact of Learning Disabilities. http://www.idonline.org. Diunduh 4 April 2015

Juntika Nurihsan, A. (2005). Strategi layananbimbingan dan konseling. Bandung : RefikaAditama

Luddin, Abu Bakar M. (2010). Dasar-dasarkonseling: Tinjauan dan praktik .Ciptapustaka Media Perintis

Purwanti, Isti Yuni. (2009). Efektivitas programlayanan bimbingan kelompok melaluipermainan untuk mengatasi kesulitan belajarsiswa Sekolah Dasar: Studi eksperimenterhadap siswa kelas 4 SDIT SalsabilaPurworejo Jawa Tengah dan SDIT SalsabilaKlaseman Yogyakarta. Tesis. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi pendidikan.Yogyakarta : UNY Press

Sudjana Nana, Ibrahim. (2009). Penelitian danpenilaian pendidikan. Bandung: Sinar BaruAlgensindo

Suherman, Bimbingan belajar. Internet akses:http://file.upi.edu. Diunduh 9 April2015.

Sulistiowati, Tri http://peluangusaha.kontan.co.id/news/bisnis-bimbingan-belajar-masih-pintar Diunduh: 26 April2015

Suryabrata, Sumadi. (2007). Psikologi Pendidikan(Suatu penyajian secara operasional).Yogyakarta: Rake Press

Tan, Charlene H.P. (2003). Peer tutoring—aneffective strategy to promote student-centredlearning. Singapore: CDTLink

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/a t t a c h m e n t s / 7 6 6 _ 1 -T aksonomi%20Bloom%20-%20R)Diakses pada 23 April 2015

______. (2006). Bimbingan dan konseling dalamberbagai latar kehidupan. Bandung : RefikaAditama

59JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Implementasi Refleksi Teologis Orasi DaudBagi Perkembangan Karakter Siswa

Melalui Pendidikan Kristen

Maria Evvy YantiEmail: [email protected] BPK PENABUR Cianjur

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk menemukan esensi pengajaran dari 1 Tawarikh 28:1-10 bagipendidikan karakter siswa. Materi ini merupakan orasi yang diucapkan Daud di hadapanseluruh umat Israel termasuk Salomo. Orasi ini sarat dengan pengajaran perilaku untuk

mempraktikkan ketaatan, ketekunan memlihara serta melakukan kehendak Allah. Metodologipenelitian yang digunakan mengadopsi pendekatan kualitatif yang meliputi pendekatan analsisstruktur, kritik teks, kritik bentuk dan analisis refleksi teologis dari materi I Tawarikh 28:1-10. Hasilpenelitian ini menunjukkan implementasi dari orasi dalam I Tawarikh 28;1-10 untuk menumbuhkankarakter melalui peran nilai-nilai ilahi Allah yaitu ketaatan dan ketekunan hidup menurutkehendak-Nya. Penelitian ini menyarankan supaya praktik kehidupan umat berpusat padapengajaran kebenaran Allah yang terjadi dalam proses pembentukan karakter kristiani. Selain itumenciptakan pendidikan yang berfokus pada ajaran Allah, menabur benih-benih nilai hidup,menabur benih di hati sendiri dan orang lain, menabur iman, ilmu dan pelayanan.

Kata-kata kunci : implementasi, orasi, ketaatan, ketekunan

Implementation of Theological Reflection of David’s Oration forStudent’s Character Building Through Christian Education

AbstractThe research is intended to find out the essence of teaching by David in I Chronicles 28:1-10 for student’scharacter education. This material is an oration delivered by David in front of all Israel people includingSalomo. The oration is full of behavior teaching to practice obedience and the persistence of dairy God’s will.Research methodology used in this research adopts qualitative approach including : structure analysis, textcriticism, form criticism and analysis of theological reflection of I Chronicles 28:1-10. The result of thisresearch show the implementation of the oration (I Chronicles 28:1-10) to develop the characters throughvalues in God, like obedience and persistence in life based on God’s will. This research suggests that thepractise of human life should be centered on God’s truth teaching which happens in the process of Christiancharacters formation. Besides it should create an education which focuses on God’s teaching, sow the seeds oflife value, both for ourselves and others, faith, knowledge and service.

Key words: implementation, oration, obedience, persistence

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Pendahuluan

Menurut UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 ’NegaraIndonesia adalah Negara Hukum’. Berdasarkankalimat tersebut sudah seharusnya supremasihukum di Indonesia ditegakkan. Namun, feno-mena yang terjadi saat ini ternyata aparatpenegak hukum di Indonesia sedang diuji untukmenyingkapkan kejahatan korupsi yangsemakin marak terjadi.

Tingginya dugaan dan kasus korupsi sertamelibatkan berbagai oknum aparatur negaramenimbulkan pertanyaan besar. Mengapaterjadi demikian, seharusnya aparatur negarayang berfungsi mencegah dan memberantastindakan korupsi malah ikut terlibat dalamperbuatan korupsi. Selain tindakan korupsi,perubahan arus hidup manusia yang cepatdapat membawa dampak pada perubahan gayakehidupan mereka. Demikian pula meningkat-nya kekerasan di hampir segala bidangkehidupan yang hampir semua bermuara padapenindasan dan kekerasan secara fisik ataupunberupa tekanan-tekanan, stigma, perlakuantidak adil. Bahkan bagi mereka yang tidak dapatmenyikapi masa-masa sulit tersebut denganbijaksana, melakukan tindakan bunuh diri ataumembunuh orang lain.

Kekerasan dalam kehidupan masyarakatmenciptakan krisis nilai dan kepercayaan yangmerebak di mana-mana. Berbagai kecurangantanpa disadari telah dianggap sebagai hal yangbiasa dilakukan. Ironisnya ada banyak orangpandai dan cerdas di masyarakat masa kininamun kondisi yang terjadi tetap jauh dari yangdiharapkan. Fenomena ini merupakan salah satubukti yang memperlihatkan kecenderunganmasyarakat kita yang masih memandang segikognitif di atas segalanya. Padahal keunggulandalam segi kognitif tanpa diimbangi keunggulandalam bidang karakter akan menjadi suatukombinasi yang membahayakan bagi masadepan kehidupan bangsa.1

Situasi perkembangan zaman semakinmengkhawatirkan dan mengancam kehidupanumat manusia. Thomas Lickona menggambar-kan situasi jaman ini dengan penjelasannyabahwa orang-orang pada masa ini demikiancerdasnya dalam membedakan hal yang benar

dan salah, namun demikian ia tetap memilihuntuk melakukan yang salah.2 Situasi zamanini berhadapan dengan kehancuran nilai-nilaimoral dan merebaknya ketidakadilan. Budayakekerasan menjadi salah satu cirinya. Berbagaifenomena tersebut dapat merembes ke dalamberbagai bidang kehidupan salah satunyapendidikan. Kasus kekerasan, kecurangan,pelecehan seksual dan berbagai kasus lainnyapun muncul di dalam lembaga yang diharapkanmenghasilkan generasi penerus bangsa.

Situasi lain berhubungan dengan praktikkurikulum di sekolah-sekolah masih mengun-dang problematika. Praktik kurikulum pendi-dikan Indonesia memfokuskan murid supayasukses ujian nasional atau meraih Indeks Presta-si Kumulatif (IPK) yang tinggi. Penanaman nilai-nilai hidup yang menjunjung tinggi ketaatankepada Allah kurang diperhatikan dalampembelajaran di sekolah. Pemerintah mengklaimkeberhasilan para pelajar dalam olimpiadedunia sebagai cerminan kualitas pendidikan diIndonesia. Hal ini menjadikan pemerintah silaupada prestasi secara kognitif saja.

Fenomena yang terjadi adalah isu bahwapeserta didik hanya pintar secara intelektualtetapi kurang berhasil dalam kualitas hidupnya.Di lingkup pendidikan, kasus narkoba danbudaya menyontek tetap berkembang denganterjadinya penyelewengan dalam soal ujiannasional di beberapa tempat.3 Banyak orangpandai, tetapi moralitasnya tidak baik sehinggamelakukan tindak korupsi, tidak jujur, kurangmenghargai orang lain , dan tidak bertanggungjawab.

Komunitas pendidikan di Indonesia tidakluput dari serangkaian kasus plagiarisme.Menurut berita di harian Tribune dituliskanbahwa dosen lebih suka menjiplak tahun 2013ada 808 kasus plagiarisme. Masih banyak dosenyang melakukan plagiarisme untuk membeuatkarya ilmiah atau makalah yang dipublikasikanpada jurnal ilmiah, nasional atau internasional.Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (DirjenDIKTI) Kementerian Pendidikan danKebudayaan (Kemendikbud), Djoko Santoso, saatdikonfirmasi tentang hal tersebut, mengakuimasih adanya proposal krusial dalam prosessertifikasi dosen. Salah satunya adalah masihadanya plagiarisme. Menurut data Kemen-

61JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

dikbud plagiat pada proses sertifikasi dosenmencapai 808 kasus pada tahun 2013. Kasus-kasus yang ditemui Kemendikbud antara lainpemalsuan dokumen karya ilmiah, jurnalrakitan, jurnal bodong, artikel sisipan, labelakreditasi palsu, nama pengarang sisipan, bukulama tapi sampul baru dan nama pengarangberbeda. Djoko menghimbau dan memberikanperingatan kepada universitas dan PerguruanTinggi untuk tidak coba-coba melakukantindakan plagiarisme karena Kemendikbudmemiliki data yang lengkap. 4 Salah satupenyebab suburnya plagiarisme adalah karenatekanan dalam proses belajar mengajar yanglebih menekankan pada pencapaian nilai angkahasil belajar pada rapor, transkrip nilai danijazah. Hal ini hampir tidak memperdulikanintegritas dan proses pendewasaan sertaperkembangan tanggung jawab peserta didik.Seorang guru besar Filsafat Etika Politik STFTWidya Sasana Malang mengatakan:“Plagiarisme adalah tindakan pencuriankreativitas intelektual yang meredupkan citrarasa kreatif, ilmiah dan rusaknya bangunannurani, kejujuran dan cinta kebenaran”.5

Maraknya plagiarisme merupakan tantanganbagi pendidikan Kristen untuk mempertegasproses pendidikan yang berintegritas dan jujursesuai dengan kehendak Allah.

Kurangnya perhatian pada nilai-nilai moraldan religius dalam sistem pendidikan Indonesiadisertai dengan terjadinya kekerasanantarpelajar. Tawuran antarpelajar, pemalakan,pelecehan seksual, lemah secara mental,ditemukannya narkoba di sekolah dan akhir-akhir ini banyak muncul kasus siswamelakukan bunuh diri. Berbagai rumusandisusun untuk mencari akar permasalahankekerasan di kalangan pelajar ini. Salah satuasumsi adalah lemahnya lembaga pendidikandalam membentuk individu menjadi pribadidewasa dan bertanggung jawab. Guru dianggapgagal membentuk karakter pelajar yang cerdassecara intelektual, sehat secara moral danberkarakter yang berpadanan pada citra ilahiAllah

Berpijak pada fenomena yang terjadi,penulis merasa perlu melakukan pengkajian darisudut pandang teologi sebagai salah satusumbangan pemikiran. Usaha-usaha yang

dilakukan dengan menganalisa teks 1 Tawarikh(selanjutnya disingkat dengan Taw.) 28:1-10sebagai salah satu pengajaran untukmemberikan sumbangsih terhadap situasi yangterjadi.

Pembahasan

Struktur dan Analisis Teks 1 Tawarikh 28:1-10Bagian teks 1 Taw. 28:1-10 sebagai narasi yangdisebut dengan royal speeches yang disajikandalam bentuk orasi sesuai dengan konteksTawarikh. Tokoh Daud dan Salomo dituliskansebagai pemeran utama dan tokoh pahlawandalam Tawarikh.6 Karya 1 Taw. 28:1-10 sebagaibagian dari kumpulan karya yang menampilkantokoh Daud dan Salomo yang telah berhasilmembangun kejayaan Israel baik dalam bidangkultus dan pemerintahan. Welhausenmenuliskan peranan Daud yang dinyatakanmenurut pemberitaan Tawarikh sebagai pendiribait suci, ibadah publik, raja, pahlawan pasukanmiliter, pemimpin kelompok imam dan kaumLewi.7 Mereka adalah raja-raja Israel yang dipilihdan diteguhkan Allah. Seorang raja dankerajaan Israel merupakan institusi penting bagisejarah Israel. Pendapat ini dinyatakan jugamenurut Wellhausen yang disadur olehGerbrandt yaitu, ‘The history of Israel reached itshighest point in the monarchy’.8

Karya 1 Taw.28:1-10 merupakan orasi Daudyang memiliki dua bagian sastra, yaitupernyataan dan argumen yang berhubungandengan maksud perkataan yang disampaikan.9

Sementara pandangan modern mengatakanlebih banyak lagi unsur-unsur dalam orasi yangmemiliki fungsi retorik meliputi bagian akarperkataan dan bagian lain yang memuatpenjelasan yang melibatkan emosi dari orangyang berorasi.10 Pada bagian ini Daud, Salomodan jemaah memiliki kedudukan bukan hanyasebagai pembuat pernyataan-pernyataan saja.Tetapi upacara yang dilakukan diyakini beradadalam pendengaran Allah. Apa yang dikatakanDaud di hadapan jemaah merupakan bagianuntuk menjalankan apa yang diperintahkanAllah. Bagian yang menjadi refleksi kita adalahrelevansi dari orasi Daud dalam 1 Taw. 28:1-10bagi umat melalui panggilan gereja dalam

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pendidikan Kristen yang meliputi aspekpengertian, peran pendidikan, para pelakupendidikan, isi dan kurikulum pendidikan nilai-nilai Kristiani yang dapat dipraktikkan.

Penulis Tawarikh secara teliti menuliskanaspek-aspek tulisan sejarah denganmencantumkan berbagai cerita sejarah Israelyang telah terjadi dan disampaikan pada situasimaisng-masing11. Sementara Japhet menuliskanpandangannya dengan kalimat, “Taking all thisconsideration the best definition of Chronicles is thatof a history written not by a mere historian but by anauthor who is fully aware of this task.”12 Pemberitaan1 Taw. 28:1-10 sebagai salah satu contohpengulangan sejarah Israel yang telah tercatatpada sumber-sumber tulisan lainnya (karyasejarah Deuteronomistis) dan berisi orasi Dauddi hadapan jemaat Yerusalem. Melaluipemberitaan ini, karya keselamatan dinyatakanAllah kepada umat sebagai anugerah yangdijalin melalui pola hidup taat kepada Allahdengan memelihara dan melakukan perintah-Nya. Hal tersebut dapat diaktualisasikan denganmemelihara kehidupan iman kepada Allahsecara murni melalui pelaksanaan ibadah.Terciptanya pola kehidupan iman kepada Allahmenciptakan kehidupan umat, dari pemimpinsampai pada rakyat biasa, bergantung padakepemimpinan Allah. Otoritas Allah yangdinyatakan melalui perintah dan peraturan-

Supaya tetap mendiami negeri

Rencana membuat tempat ibadah /perhentian untuk Tuhan

Bertekunlah melakukan segala perintah Tuhan

Peliharalah dan tuntuntutlah segala perintah Tuhan

Hubungan yang baik dengan Allah

Salomo

Kekudusan dalam pembangunan

Pembesar Jerusalem (Kepala)

Daud berkata

Gambar 1: Orasi Daud dalam 1 Taw. 28: 1-10

Supaya kekal kerajaanmu dan mendapat perkenan Allah

peraturan bagi semua umat menjadi dasar bagikeberlangsungan berbagai aspek kehidupanmereka.

Analisis Teks 1 Tawarikh 28:1-10Narasi 1 Taw. 28:1-10 sebagai bagian unit literaldari 28:1-29:30 yang menjelaskan mengenaitindakan Daud ketika mengumpulkan semuapembesar Israel di Yerusalem untukmerencanakan pembangunan Bait Allah. Bagianini merupakan salah satu orasi Daud yangdikategorikan sebagai pidato kenegaraandengan latar belakang cerita kerajaan Israel Rayayang dipimpin Daud. Usaha yang dilakukanpenulis untuk menjelaskan bagian orasi Dauddalam 1 Taw. 28:1-10 dilakukan melalui struktursemantik teks seperti terlihat pada Gambar 1.

Dengan memperhatikan struktur 1 Taw.28:1-10, bagian orasi Daud diawali denganperkataannya setelah mengumpulkan parapembesar di Yerusalem. Bagian ini ditandaidengan kata kerja (dia berkata) pada ayat 2.Perkataan Daud ini dialamatkan kepada duapendengar, yaitu kelompok pembesar di Israel(ayat 1) yang disebutkan Daud dan alamat yanglain yaitu kepada Salomo.

Penulis atau redaktur Tawarikhmenggunakan setting istana Daud denganperangkat pemerintahannya sebagai raja Israel.Perkataan Daud tersebut merupakan pidato

63JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

kenegaraan yang resmi disampaikan di hadapanpara pembesar Yerusalem. Terdapat penjelasansecara detail mengenai kelompok pembesarYerusalem yang berkumpul pada saatmendengar pidato Daud tersebut. Penulis atauredaktur menerangkan secara detail bahwakelompok ini mendapatkan pengaruh konsepPersia pada bagian struktur pegawai istana13.

Isi pidato Daud yang ditujukan kepadakelompok pembesar Yerusalem memberikanpokok penting mengenai rencana Daud dankonsekuensi untuk melaksanakan rencanatersebut (ayat 1-8). Kemudian penulis atauredaktur menuliskan kembali pokok pentingmaksud perkataan Daud dan konsekuensinyakepada Salomo sebagai seorang yang dipilihuntuk melaksanakan pembangunan bait Allah(ayat 9-10). Tema utama nats ini adalah maksudDaud mendirikan rumah perhentian14 untuktabut perjanjian Tuhan sebagai tumpuan kaki-Nya. Kehadiran Allah diyakini berada di tempatperhentian-Nya (bait-Nya) yaitu di antara umat-Nya akan dapat terwujud apabila merekamemelihara, menuntut dan bertekun melakukansegala perintah Allah. Konsekuensi logis hiduptaat kepada perintah Allah yang telah hadir ditengah umat adalah kesejahteraan dan kejayaankerajaan Israel selama-lamanya (ayat 6), tetapmendiami negeri yang diberikan Allah selama-lamanya (ayat 8) dan mendapat perkenananAllah (ayat 9).

Analisis Bentuk Teks 1 Tawarikh 28: 1-10Bentuk sastra 1 Tawarikh 28:1-10 merupakanjenis sastra laporan yang mengandung narasiberupa orasi yaitu pidato atau perkataanlangsung yang disampaikan seseorang ataupemimpin mengenai suatu hal di hadapan orangbanyak. Terdapat beberapa kriteria mengenaiperkataan raja dalam Tawarikh, yaitu: perkataanlangsung dari seorang raja di hadapan jemaah,bukan bagian dari percakapan, dan isiperkataannya sesuai dengan kerangka pikiranyang disampaikan dan memiliki keunikandalam pemberitaan Tawarikh15. Berdasarkanpenelitiannya, Thronveit menuliskan pandang-an Braun bahwa terdapat 26 perkataan raja yangmengalami analisis, penterjemahan danperedaksian di antaranya 1Taw. 28:2-1016.

Pada bentuk sastra ini terdapat kesejajaranpenggunakan kalimat perintah dalam bentukorasi dari perkataan raja. Kalimat yangdipergunakan bersifat retrospeksi terhadapsejarah dan mengacu pada situasi mendesak.Perkataan raja dalam Tawarikh memberiperhatian pada kultus dan objek-objeknyakhususnya bait Allah. Penggambaran karakterformal dalam orasi ini yaitu dirancang bagikelompok pendengar khusus denganmenggunakan kalimat perintah atau yang sejajaruntuk memperkenalkan inti dari perkataanketika menyampaikan restropeksi sejarahtersebut17.

Pesan Teologis Orasi Daud Menurut 1Tawarikh 28 : 1-10Orasi Daud yang tercatat dalam 1 Taw. 28:1-10dilakukan di hadapan semua pemimpinYerusalem termasuk Salomo yang diproyeksikansebagai Raja Israel menggantikan Daud. Hal inimengindikasikan, Daud menyampaikan suatupengajaran yang penting baik bagi parapemimpin pemerintah maupun rakyatnya.

Penggambaran Daud sebagai raja Israelmelalui orasinya dalam 1 Taw. 28:1-10 memilikitinjauan teologis berdasarkan konteksnya. Pesanteologis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.1. Menempatkan Allah dalam posisi utama

dengan menghadirkan otoritas-Nya dalamkehidupan manusia. Di hadapan parapembesar dan pemimpin Israel, Daudmembuka orasinya dengan menempatkanAllah pada posisi utama. Daud memberikanpengajaran bagaimana memulai suatulangkah kehidupan dengan menghadirkanAllah dalam kehidupan manusia.Pembangunan tempat untuk TabutPerjanjian Allah menurut tinjauan teologisebagai simbol kehadiran Allah yangberintervensi dalam sejarah Israel. Allahsebagai sumber kehidupan manusia akanterus hadir dan manusia menyembah-Nyadalam kekudusan.

2. Menjaga kekudusan dan hubungan yangbaik dengan Allah dalam praktik kehidupanumat. Pembangunan tempat kultus bagiAllah dilakukan dalam kekudusan, hal initidak berarti bahwa mereka yang memimpin

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pembangunan adalah orang kudus. Dauddigambarkan sebagai orang yang begitumenjaga kekudusan Allah. Kesalahan yangseharus tidak dilakukannya membuatnyatidak layak untuk menunaikan tugas dariAllah. Walaupun demikian, Daud tetapmenunaikan tanggung jawabnya denganbenar di hadapan Allah. Aktualisasipembangunan bait Allah dilakukan olehmereka yang menjalin hubungan yang baikdengan-Nya. Relasi ini digambarkan dalamhubungan kedekatan seorang bapa dengananaknya.

3. Kehadiran Allah di tengah umat dapat terusterpelihara apabila mereka bertekun,memelihara, menuntut dan melakukansegala perintah-Nya dalam ketaatan.Ketaatan kepada Allah dilakukan di bawahkepemimpinan seorang yang adalahpilihan Allah. Ia adalah yang menghadir-kan kuasa dan otoritas Allah di antaraumat-Nya. Karya Allah diyatakan dalam 1Taw.28 : 5, “Dan dari antara anak-anakkusekalian banyak anak telah dikaruniakanTuhan kepadaku Ia telah memilih anakkuSalomo untuk duduk di atas tahtapemerintah Tuhan atas Israel”. Bagian inimerupakan rangkaian orasi Daud dihadapan bangsa Israel sehingga peristiwaini melibatkan semua umat. Perkataan inimengarah kepada pernyataan kerajaanAllah yang hadir di tengah-tengahkehidupan bangsa Israel yang dilegitima-sikan kepada Salomo. Perhatian ayat iniadalah pemilihan Allah atas Salomo yangdigambarkan oleh penulis Tawarikhsebagai karya ilahi Allah. Legitimasi Allahatas Salomo menunjukkan kedaulatanAllah atas pemerintahan Daud. Iamemadukan pemerintahan Allah dalamsetiap hal yang dilakukannya. Jacob M.Myers menuliskan bahwa kisah pemilihanSalomo menjadi raja Israel merupakan kisahpengalihan takhta kerajaan Israel yangbersifat religius18. Tema pemilihan dinastiDaud untuk menjadi pemimpin bangsaIsrael merupakan pemenuhan janji Allahkepadanya. Hubungan yang erat antaraAllah dengan keturunan Daud dinyatakanmelalui perjanjian yang mengikat dan

menunjukkan partisipasi Allah dalampemerintahannya. Ketekunan memeliharadan melakukan segala perintah Allahuntuk mengokohkan kehidupan umat.Konsep perintah dan peraturan Allahdalam kehidupan Israel dipraktikkanmelalui tanggung jawab pemimpin terpilih.Penegakkan kebenaran, keadilan, dankesejahteraan masyarakat merupakanbagian dari tugas dan tanggung jawabpemimpin Allah. Pengakuan Allah sebagaipemimpin tertinggi yang menyatakanotoritasnya di hadapan umat merupakandasar terlaksananya kesejahteraan bagisemua lapisan masyarakat. Upayamembangun kehidupan atas dasarperjanjian yang kudus dengan Allahmerupakan bagian dari pelaksanaanperintah-Nya. Ketika konsep perjanjian“Aku Allahmu dan engkau umat-Ku”dipraktikkan dalam kehidupan umat, saatitulah umat tunduk pada otoritas Allahsehingga apapun yang dikerjakanmerepresentasikan kehendak-Nya. Konsepbertekun melakukan perintah Allah dapatdiartikan sebagai kemampuan bertahanuntuk melakukan sesuatu secara aktifperintah-perintah tersebut.

4. Kesejahteraan, kedamaian, dan kebaha-giaan dialami umat melalui otoritas ilahiAllah yang hadir di tengah kehidupan yangdiresponi dengan praktik kultus. Hal inidilakukan melalui ketekunan memeliharadan melaksanakan perintah Allah. Hidupdalam ketaatan kepada perintah Allahmembuahkan kehidupan yang sejahtera,damai, dan bahagia. Israel akan tetapmendiami negeri yang diberikan Allah danmewariskannya sampai selama-lamanya,kerajaannya akan tetap kokoh sampaiselama-lamanya dan mereka mendapatperkenanan Allah.

Relevansi Orasi Daud Menurut I Tawarikh28:1-10 Bagi Umat Melalui Pendidikan KristenBidang pendidikan memerlukan para pemimpinyang tidak hanya berorientasi pada kepentinganpribadinya tetapi memiliki kepekaan dan sikapterhadap kesejahteraan bagi sesamanya.Kebijakan yang diambil dalam bidang

65JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pendidikan berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat. Hal inidilakukan dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa dan berperilaku yangmenunjukkan ketaatan kepada Allah.

Pola pendidikan yang menempatkanketaatan kepada Allah adalah pendidikan yangtidak semata-mata menekankan sisi kognitifuntuk menghasilkan lulusan yang nantinyahanya menjadi manusia yang berkualitas secarailmu. Akan tetapi, mereka juga menjadi individuyang berperilaku benar di hadapan Allah yaitumengasihi Allah dan sesama secarabertanggung jawab. Hal ini dapat terwujudapabila para pemimpin di negara tercinta inimembangun integritas atas dasar relasi yangbenar dengan Allah. Konsepsi dasar keimanankepada Allah dapat menumbuhkan keteladananbagi para siswa yang tidak hanya berkualitasdalam pengetahuan tetapi juga menjadi pribadiyang beriman kepada Allah dalam aspekkemanusiaannya.

Tujuan Pendidikan Kristen

Kemajuan ilmu pengetahuan yang pesatharuslah diimbangi dengan sistem pendidikanyang mengabdikan pada kesejahteraan bersamamelalui pengembangan moral dan religi. Apabilatidak disertai dengan sikap yang bijak dalammenanggapi situasi ini, bisa saja terjadipergeseran paradigma keyakinan kehidupanmanusia yang bertuhankan pada pengetahuan.Kehidupan manusia menjadi kehilanganintegritas karena segala sesuatu akan ditentukanoleh pengetahuan dan mengarah pada polakehidupan hedonisme dan materialisme19.Seharusnya kemajuan pengetahuan lebihmengarah pada penghayatan manusia kepadaotoritas Allah. Kehebatan manusia tetapmemiliki keterbatasan dan mereka harusmengakui, Allah adalah pencipta dan manusiaadalah wakil Allah di bumi untuk menjalankankehendak-Nya.

Berhubungan dengan dimensi pendidikanyang meliputi kehidupan religius manusia,maka Doni Koesoema memberikan pengertianbahwa pendidikan merupakan sebuah usaha

sadar yang ditujukan bagi pengembangan dirimanusia secara utuh, melalui berbagai macamdimensi yang dimilikinya (religius, moral,personal, sosial, kultural, temporal, institusional,relasional) demi proses penyempurnaan dirinyasecara terus menerus dalam memaknai hidupdan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaandengan orang lain20.

Pendidikan selain sebagai pengajaran ilmupengetahuan, dipahami juga sebagai prosespenanaman ajaran dan nilai-nilai Kristiani yangbertujuan mengubah dan memperbaiki kualitashidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.Kegiatan pendidikan termasuk dalam tiga tugaspanggilan gereja (koinonia, marturia, dandiakonia). Dengan demikian, pendidikan Kristensebagai upaya untuk menyaksikan ajaran-ajaranAllah, membina iman dan ketaatan masyarakat,menolong masyarakat untuk mendapatkanpengetahuan dan keterampilan sehinggameningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraansosial ekonomi mereka.

Sistem pendidikan yang berada di bawahotoritas Allah akan menciptakan polakehidupan yang berkeadilan bagi semuamasyarakat21. Rasa humanis yang dinyatakanmelalui kesadaran akan keberagaman manusiamerupakan nilai rasa yang menjunjung tinggipada otoritas Allah sebagai pencipta. Kesadaranini akan bertumbuh atas dasar jalinan relasiyang benar dengan Allah. Ketika manusiamenyatakan pengakuan Allah atas hidupnyadan dengan kerendahan hati menempatkandirinya sebagai umat-Nya, maka integritas moralakan terwujud. Konsep ini akan menciptakansistem pendidikan yang membebaskan manusiadari kemiskinan dan bentuk penindasan.Pendidikan yang membebaskan adalahpendidikan yang mengembangkan rasatanggung jawab sebagai warga negara untukmewujudkan masyarakat Indonesia yang damaidan berkeadilan22. Pendidikan diupayakanuntuk bersahabat dan berpihak pada kaummiskin dan lemah sehingga mereka memperolehkesempatan untuk belajar dan mengembangkandirinya23.

Sistem pendidikan Kristen perludipraktikkan lebih holistik yang membantu anakdidik mengembangkan semua segikemanusiaannya seperti segi kognitif, segi

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

sosialitas, segi moral, dan segi spiritual.Pandangan ini mengarahkan anak didik untukdapat melihat segi-segi kehidupan yang hidupsebagai ciptaan yang menghargai Tuhan danciptaan-Nya24. Praktik pendidikan Kristenmemiliki tujuan untuk membangun peserta didiksupaya dapat mengembangkan iman danpengetahuannya tentang Firman Tuhan dalamkehidupan mereka sehari-hari, sehingga merekadapat mengaktualisasikan diri sesuai denganmaksud dan kehendak Tuhan Allah dalampenciptaan25.

Pendidikan Karakter sebagai BagianPendidikan KristenSalah satu bagian praktik Pendidikan Kristenyang diajarkan kepada peserta didik adalahpendidikan karakter. Beberapa waktu ini,wacana tentang pendidikan karakter hangatdibicarakan. Hal ini muncul bukan tanpa sebab,tetapi ada berbagai urgensi yang terjadi dalammasyarakat umum termasuk jemaat Kristen.Urgensi mengenai pendidikan karakter inimengarahkan kepada pemahaman mengenaipendidikan karakter itu sendiri supayaterimplementasi dengan baik.

Istilah ‘karakter’ dipahami dengan carapandang yang berbeda, yaitu :sebagai sesuatuyang dibawa sejak lahir (given) dan sebagaisesuatu yang dikehendaki manusia dalamproses yang dialaminya (willed)26. Manusiamemiliki berbagai kecenderungan yang dibawasejak lahir. Sejarah yang dialami manusiamemperlihatkan bahwa manusia dapatberadaptasi dengan lingkungannya. Merekadapat bertumbuh sesuai dengan yang merekainginkan. Pandangan ini mengarahkan padapemahaman bahwa intervensi yang dilakukanmanusia secara sadar dalam proses pendidikandapat mengubah dan menentukan arahperkembangan kehidupan manusia. Manusiamemiliki peran dan tanggung jawab untukmembentuk karakter mereka. Karakter yangdimiliki manusia merupakan suatu strukturantropologis yang terarah dalam prosespenyempurnaan diri manusia secara terusmenerus dalam rangka menjawab hal-hal yangmenyangkut eksistensinya27.

Pendidikan karakter yang dialami manusiameliputi pendidikan moral dan pendidikan

nilai. Pendidikan moral mengarahkan padapengambilan keputusan moral secara individudalam hal-hal yang berkenaan dengan apa yangdianggap baik dan tidak baik dalam relasidengan orang lain. Sementara pendidikan nilaidiarahkan pada nilai-nilai yang menjadipedoman seorang individu dalam kehidupannya.Tujuannya adalah mengaktualisasikan diridalam nilai-nilai tersebut. Nilai yang dimaksudmisalnya nilai kejujuran, nilai kesetiaan, dan nilaikepedulian.

Pendidikan karakter melibatkan pendidikanmoral dan pendidikan nilai dalam praktiknya.Seorang pendidik baik guru di gereja maupun disekolah bertanggung jawab supaya anakdidiknya mampu mempraktikkan implikasi etisberbagai macam perubahan, mampu mengem-bangkan nilai-nilai dalam dirinya, serta mampumengambil keputusan berdasarkan pemahamanyang jelas tentang nilai-nilai tersebut28.

Relasi antarpribadi dibutuhkan dalampraktik pendidikan karakter sebagai suatuperjumpaan yang saling memperkaya danmenumbuhkan setiap individu dengan latarbelakang yang berbeda. Perbedaan inidipengaruhi oleh komunitas tempat individu ituberada yang menciptakan nilai-nilai yangberbeda pula. Melalui pendidikan karakterkeberagaman pemahaman tersebut diarahkanuntuk memperoleh pemahaman yang lebih jelasakan praktik nilai-nilai yang terkandung. Hal iniakan menciptakan individu yang mengabdikandirinya dengan penuh integritas untuk hidupsesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya itu.Arah pendidikan karakter dalam komunitasmasyarakat dan jemaat khususnya mewujudkanindividu yang kualitas yang tinggi dalamkompetensi serta praktik moral dan nilai hidupyang sesuai dengan kehendak Allah.

Peran Nilai dalam Pendidikan KarakterPendidikan nilai bertujuan untuk aktualisasi diridengan mendalami nilai-nilai yang menjadiacuan hidup seseorang. Sementara pendidikankarakter lebih menekankan penerapannya dalamkonteks hubungan dengan lingkungansekitarnya. Pendidikan karakter merupakansuatu usaha bersama dari suatu komunitas untukmenampilkan suatu karakter tertentu sebagaisuatu hal yang dianggap baik dan berguna, tidak

67JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.Dengan demikian, keselarasan dalam sikap dantingkah laku bersama merupakan salah satukunci keberhasilan pendidikan karakter.

Nilai-nilai yang teraktualisasi merupakanpedoman berkembangnya karakter. Nilai yangdimaksud adalah sesuatu yang dianggap sebagaidasar atau alasan bagi manusia dalammelakukan sesuatu. Dalam pembicaraan tentangnilai terdapat dua bagian yang perludiperhatikan yaitu, nilai sebagai bagian darisetiap individu dan nilai sebagai bagian darisuatu masyarakat atau kebudayaan. Nilaisebagai bagian dari individu merupakan suatuhasil sementara dari proses yang dialamiindividu dalam interaksinya dengan berbagailingkungan dimana ia berada. Nilai ini dapatberbeda, tetapi dapat pula sama dengan nilaisuatu masyarakat atau kebudayaan. Pendidikankarakter tidak berpretensi untuk mengikat nilaiindividu dan serta merta menggantinya dengannilai-nilai tertentu yang dijunjung oleh suatulembaga. Pendidikan karakter memberikan ruangbagi keberagaman itu untuk saling bertemu danberinteraksi dalam konteks menjawab tantangandan persoalan manusia dan mewujudkan perandan tanggung jawabnya di tengah dunia yangterus berubah. Nilai-nilai yang dimiliki olehsetiap individu akan terus dikembangkannyasendiri, namun dalam praksisnya, karakter yangdiharapkan muncul dalam rangka kehidupanbersama hadir sebagai koridor yang membatasiindividu dalam kesadarannya akan kebebas-annya29.

Pendidikan karakter memberikankesadaran bagi siswa untuk menempatkandirinya dalam hubungan dengan sesama.Sementara pendidikan nilai dapat memperkayawawasan anak akan kedalaman nilai-nilaitersebut. Pendidikan karakter secara tidaklangsung dan tidak disadari sudah dilakukandan dialami oleh setiap manusia sepanjangkehidupannya. Nilai-nilai yang umum diakuiorang sebagai sesuatu yang luhur, sepertikejujuran dan keadilan sudah berkembangsebelum anak masuk dunia pendidikan danmasyarakatnya. Setiap individu lahir di tengah-tengah keluarga dan terdapat penetapan nilai-nilai tertentu menjadi prasyarat tanpa sadarsebagai pembentuk suatu keluarga. Terjadi

penetapan kesepakatan nilai-nilai tertentu yangterbentuk dalam suatu keluarga. Asumsi inimengarahkan pada pemahaman pendidikankarakter sudah dimulai sejak seorang individulahir di tengah-tengah keluarga sebagai suatukomunitas yang menjunjung nilai-nilai tertentudalam bersikap dan berperilaku.

Pendidikan Kristen yang dinyatakanmelalui pendidikan karakter berdasarkan padanilai-nilai luhur kekristenan dilakukan olehgereja melalui sekolah Minggu dan sekolah-sekolah Kristen secara terfokus, komprehensifdan berkesinambungan. Terfokus berartipendidikan yang dilakukan bukan tanpa arahtetapi memiliki suatu tujuan yang jelas dan dapatdiukur. Komprehensif berarti pendidikan yangdilakukan menyeluruh dalam segala aspekpenyelenggaraan pendidikan. Berkesinam-bungan berarti proses pendidikan dilakukansecara sistematis dengan memperhatikantahapan-tahapan perkembangan dan penca-paian setiap individu30.

Simpulan

KesimpulanNilai-nilai Kristiani yang akan dijadikan sebagaipanduan dilakukan sebagai usahamengintisarikan nilai-nilai utama sebagaimanayang bersumber pada ajaran Allah. Usahamenentukan nilai-nilai tersebut diartikan sebagaiacuan utama dalam menentukan sikap danperilaku. Ruang untuk menggumuli Nilai-NilaiKristiani diciptakan dalam interaksi yangdilakukan oleh setiap individu dalam keluarga,komunitas pendidikan dan masyarakat.

Situasi dan kondisi yang dihadapi jemaatpasca pembuangan menggugah penulisTawarikh untuk menghasilkan tulisannya.Melalui materi orasi Daud dalam 1 Taw. 28:1-10,kehadiran otoritas Allah di tengah umat dalamsituasi umat yang mengalami krisis eksistensi,krisis agama, dan krisis sosial dinyatakan.Penulis Tawarikh menghadirkan otoritas Allahdalam kehidupan umat melalui pengaktuali-sasian nilai-nilai kekudusan hidup, membangunrelasi dengan Allah, ketekunan, dan ketaatanmelakukan perintah Allah. Nilai-nilai tersebutberlaku bagi semua umat termasuk para

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

pemimpin dan bangsawan sehingga kehidupanberiman kepada Allah, kedamaian,kesejahteraan, keadilan, dan mendapatperkenanan Allah.

ImplikasiPengajar Pendidikan KristenKeluargaPendidikan karakter dan nilai anak merupakantanggung jawab utama orang tua dalamkeluarga. Mereka berperilaku sebagai agenpendidikan moral dan nilai hidup bagi anak-anak, sehingga gereja perlu memberikanperhatian pada pertumbuhan karakter keluarga-keluarga tersebut. Keluarga mempengaruhipembentukan watak, iman dan tata nilai anak-anaknya. Robert Coles mengakui bahwakeluarga merupakan lingkungan primer dalammembentuk kecerdasan moral anak31. Sebelummenerima pengaruh dari teman sebaya dan gurudi sekolah, anak sudah mendapat pengaruh darikeluarganya.

Terdapat hal-hal penting mengenaipertumbuhan anak dalam keluarga, menurutPaul Meier aspek-aspek yang bertumbuh dalamkehidupan keluarga adalah kasih, disiplin,konsistensi aturan, keteladanan, kepemim-pinan32. Melalui uraian tersebut dikemukakanbahwa karakter, tata nilai, potensi, dan caraberiman tercipta dan berkembang dari keluargaasal yaitu tempat dibesarkan. Dalam keluargapendidikan nilai-nilai Kristiani dapat dipraktik-kan. Ada banyak cara dapat dikembangkanorang tua dan komunitas keluarga untukmenanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak.Orang tua dengan sadar menjadikan dirinyateladan moral dalam mendemonstrasikan nilaihidup dan karakter yang baik dan benar untukditeladani anak. Orang tua dapat memberiberbagai latihan untuk terus berbuat baikdisertai hukuman dan pujian yang seimbang.Orang tua dapat memberikan penjelasan melaluinasihat dan diskusi untuk memberi informasikepada anak. Orang tua memelihara kedekatandengan anak supaya mereka dapatmengidenfikasi dirinya. Orang tua dapatmembangun persahabatan dengan saudara dilingkungan keluarga dan teman-teman di luarrumah tempat anak belajar dari sesamanya.

Keluarga khususnya orang tua memilikitugas untuk mendidik anak-anaknya bertumbuhdalam nilai-nilai kerohanian kepada Allahdalam Yesus Kristus. Orang tua adalah tokohterdekat bagi anak yang Allah kehendakimenjadi pembentuk generasi penerus. Kasih,kesetiaan, dan kesediaan belajar terus menerusitulah yang sangat diperlukan. Berhubungandengan tersebut keluarga secara teologis disebutsebagai miniatur gereja. Keluarga sebagaikomunitas yang mengemban misi panggilanAllah untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Nya33. Keluarga memiliki tanggung jawab untukmembimbing anak-anaknya dalam menentukansikap sesuai dengan nilai-nilai kebenaran Allah.Keluarga menjadi tempat ditaburnya nilai-nilaiketaatan, ketekunan, pengendalian diri,kepeduliaan, kejujuran dan tuntunan Allah.

Guru KristenGuru Kristen yang dimaksud meliputi guruSekolah Minggu dan guru Pendidikan AgamaKristen di sekolah. Mereka memiliki peranandalam pembentukan dan pertumbuhan spiritualanak melalui praktik nilai-nilai Kristiani. Merekamerupakan rekan kerja orang tua dalammendidik dan mengajar anak. Salah satuketerampilan emosi dasar yang dimiliki gurumeliputi pengajaran mengenai pengenalanperasaan dan memberikan label pada setiapemosi yang dirasakan. Hal ini penting untukmenyadari adanya hubungan antara pikiran,perasaan dan tindakan. Seorang guru dapatmembimbing anak didiknya untuk mengenaliperasaan-perasaannya dalam berbagai situasiserta memahami bagaimana munculnyaberbagai perasaan tersebut. Pada bagian iniseorang guru mengajarkan dan memberikancontoh bagaimana mencari cara untukmengendalikan emosi. Mengarahkan perasaantakut, cemas dan sedih menjadi sesuatu yangpositif dalam hidup mereka.

Peranan seorang guru bukan hanyasekadar mengajar dan menghasilkan orang yangsuci dan alim tetapi dengan pengetahuan yangrendah. Pengajaran pengetahuan didasaridengan pembentukan sikap menghargai oranglain walaupun berbeda pendapat, salingmempercayai keterampilan sosial, saling

69JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

mengampuni, dan membantu peserta didikuntuk memiliki ketaatan kepada kehendakAllah. Pembinaan dan penanaman karakteryang dikehendaki Allah harus benar-benardilakukan34.

SaranBerdasarkan kesimpulan dan implikasi hasilpembahasan sesuai dengan tujuan penelitianyang dituliskan, terdapat beberapa saran yangdiharapkan dapat memberikan kontribusi dalammerelevansikan orasi Daud dalam 1 Taw. 28:1-10 bagi pendidikan karakter. Saran-sarantersebut sebagai berikut:

Pertama, praktik kehidupan umat harusberpusat pada pengajaran kebenaran Allahdengan menghadirkan otoritas-Nya. KehadiranAllah akan terlibat dalam proses pembentukanmanusia, karakter, keterampilan dankemampuan intelektualnya. Panggilan untukmenghadirkan otoritas Allah dalam pendidikanyang dijalankannya dapat diartikan bahwapendidikan Kristen terpanggil untukmenjunjung prinsip-prinsip kebenaran dankeadilan meskipun berada di tengah-tengahdegradasi moral dan praktik penghalalan segalacara yang berkembang luas. Pendidikan Kristenmemiliki peran rangkap di tengah masyarakat,yaitu terus mengupayakan menahan lajukejahatan, kebobrokan, kepalsuan danketidakadilan. Pada saat yang bersamaan harusmengupayakan penyebaran secara luas asas-asas kebenaran, keadilan dan kebaikan Allah.Upaya mempertahankan jati diri dalampendidikan Kristen dilakukan denganmentransfer nilai-nilai moral dan pembentukankarakter kepada seluruh anak didik. Para anakdidik tidak saja mendapat pengajaran tetapijuga mengalami dan merasakan begaimanakehidupan menjadi pelaku kebenaran Allah.

Kedua, Pendidikan Kristen sebagai pilaruntuk taat melakukan perintah dan peraturanAllah. Praktik ketaatan ini dapat dinyatakanmelalui pelayanan yang holistik dalam aspekpendidikan yang dilaksanakan. Melayanisesama merupakan wujud dari melakukankehendak dan perintah Allah. Melayani berasaldari hati, motivasi dan semangat serta jiwa yangmendasari aktivitas tersebut. Pelayanan yang

dapat dilakukan pendidikan Kristenmemberikan perhatian yang lebih dalam bentukapresiasi terhadap hasil kerja dan prestasi parasiswa. Gereja dalam pendidikan Kristenterpanggil untuk menjangkau sebanyakmungkin orang untuk mendapatkan aksespendidikan. Ia tidak menjadi eklusif danberdiam dalam menara gading. Sudahselayaknya, ia tidak segan-segan turun tangan,mengulurkan tangan, dan memberikan bantuankepada mereka yang membutuhkan. PendidikanKristen harus memperhatikan dan memper-juangkan rakyat kecil dan kaum yang lemah agarmendapat kesempatan memperolah pendidikanyang baik.35 Melalui pilar pelayanan yang kokoh,lembaga pendidikan Kristen akan memini-malisasikan konflik dan gesekan ke dalammaupun keluar dengan mengusung praktikketaatan kapada kehendak Allah sehinggatonggak kebenaran dan keadilan Allah akanterus berdiri dengan kuat.

Ketiga, pendidikan yang jalankan olehlembaga-lembaga Kristen memperhatikan proseshumanisasi manusia dengan mengenal sumberetika dan moral yang benar di hadapan Allah.Upaya mewujudkan proses humanisasi inidapat dilakukan melalui sikap toleransi yangtinggi yang menerima kepelbagaian umatmanusia. Proses pendidikan yang dipraktikanharus dapat membebaskan manusia darikemiskinan dan penindasan. Berbagai penin-dasan seperti penindasan gender, penindasanmayoritas harus dapat dihapuskan melaluipendidikan yang membebaskan. Prosespendidikan ini mengembangkan rasa tanggungjawab sebagai warga negara untuk mewujudkanmasyarakat yang damai dan berkeadilan.Keempat, usaha untuk menciptakan pendidikanyang berfokus pada ajaran Allah melibatkanperan serta guru sebagai tonggak pelaksana dilapangan. Seorang guru yang mengajar anakdidik perlu mengembangkan mutu pemahamandan sikap hidup terhadap diri sendiri, oranglain, alam, benda kehidupan dan penciptasemuanya itu. Guru harus dapat menolong orangbertumbuh dalam pemahaman dan nilai-nilaihidup, menabur benih nilai-nilai hidup,menabur benih di hati sendiri dan orang lainserta menabur iman, ilmu dan pelayanan36.

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Catatan kaki:1 Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus

Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta:PTRineka Cipta, 2000), 175-176.

2 Thomas Lickona, The Return of CharacterEducation, Jurnal Education Leadership (1993), 35.

3 Paul Suparno, Pendidikan Nilai di Sekolah danPersoalannya, dalam Education For Change(Jakarta: BPK GM, 2010), 307.

4 http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/045 Armada Riyanto, “Kutuk Plagiarisme, Lalu?”

dalam harian Kompas, 24 Februari 2010.6 Agus Santoso, Pengantar Perjanjian Lama, 155-

156.7 Julius Wellhausen, Prolegomena to the History of

Ancient Israel (Cleveland: Meridian Books, 1957),182.

8 Gerald Eddie Gerbrandt, Kingship According tothe Deuteronomistic History (Atlanta:Scholars,1986), 18.

9 Aristotle, The Basic Works of Aristotle,Rhetorica,diedit oleh R. Mckeon dan diterjemahkan olehW.Rhys Roberts (NewYork:Random House,1955), 51.

10 Andrew G.Vough, Theologi, History AndArcheology in The Chronicler’s Account ofHezekiah, diedit oleh Edelman, S B L no.4(Atlanta:Scholar Press, 1999), 62.

11 Kenneth Hoglund , The Chronicler AsHistorian, diedit oleh Patrick Graham, StevenMcKenzie, JSOTSup 238 (Sheffield:SheffieldAcademic Press, 1997), 25. Melalui narasiTawarikh, gambaran nabi-nabi menyampaikanhubungan antara Allah dan komunitas melaluitanggung jawab moral.

12 Japhet, I And II Chronicles, 34.13 Gary N.Knoppers, I Chronicles , 938.14 Michael Wilcock, The Message of Chronicles,

TBST (DownesGroves: IVP, 1987), 109.15 Mark A. Throntveit, When Kings Speak, 10.

Analisa karakteristik perkataan rajadikelompokkan menurut strukturnya dalamJames D. Newsome, The Chronicler’s View ofProphecy (Vanderbilt Univ, 1973), 124.Berdasarkan catatan disertasi Braun diuraikancirri-ciri bentuk perkataan raja yang ditemukandalam Tawarikh. Roddy L.Braun, Salomon theChosen Temple Builder, 581-590.

16 Mark A. Throntveit, When Kings Speak, 20.17 Mark A. Throntveit, When Kings Speak, 34.

18 Jacob M. Myers, I Chronicles, 191.19 H.A.R. Tilaar, 50 Tahun Pembangunan

Pendidikan Nasional 1945-1995(Jakarta:Grasindo, 1995), 619.

20Doni Koesoema, Pendidikan Karakter (Jakarta:PTGrasindo, 2007), 56.

21H.A.R Tilaar dan Rianto Nugroho, KebijakanPendidikan (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008),30.

22H.A.R Tilaar Perubahan Sosial dan Pendidikan:Pengantar Pedagogik Transformatif untukIndonesia(Jakarta:Grasindo, 2002), 203.

23Ferawati, “Krisis Pendidikan: Peluang PendidikanKristen Bermisi bagi Transformasi Bangsa”diakses dari http://perkantasjatim.org, tanggal 17November 2014.

24Paul Suparno, Pendidikan Nilai di Sekolah danPersoalannya, 310.

25Poerwodidagdo Judowibowo, Pendidikan HakAsasi Manusia dalam Pendidikan Agama Kristen,dalam Ajar Mereka Melakukan (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2003), 112-113.

26Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter (Jakarta:Grasindo, 2007), 90. Pandangan ini mengacupada pemikiran Emmanuel Mounier lebihmenekankan pada willed sebagai sesuatu yangdikehendaki oleh manusia sebagai arahpengembangan diri yang ia tetapkan sendirisecara sadar.

27Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter, 88.28Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter, 199.29Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter, 99.30Maryam K.Sutanto, Pendidikan karakter Berbasis

Nilai-Nilai Kristiani, kumpulan tulisan dalammodul PBN2K (Jakarta:BPK Penabur, 2011), 11.

31 Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan MoralPada Anak (Jakarta:Gramedia PustakaUtama,2000), 38.

32 Paul Meier, Christian Child Rearing andPersonality Development (NewYork :Baker BookHouse, 1980), 81.

33 Marjorie L. Thompson, Keluarga Sebagai PusatPembentukan: Sebuah Visi tentang Peran Keluargadalam Pembentukan Rohani (Jakarta:BPK GM,2000), 24.

34Samuel Karwur,”Pendidikan Kristen:Kritis!”,diakses dari http:/blog.charismaindonesia.com,tanggal 16 November 2014

35 Ferawati,” Krisis Pendidikan:PeluangPendidikan Kristen Bermisi bagi Transformasi

71JJurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Bangsa”, diakses dari http://perkantasjatim.org,tanggal 17 November 2014

36 Andar Ismail, Selamat Menabur (Jakarta:BPKGunung Mulia, 1997), 121.

Daftar Perpustakaan

Aristotle. (1955). The basic works ofaristotle,rhetorica, ed. oleh R. Mckeon danterj. W.Rhys Roberts. NewYork:RandomHouse

Braun, Roddy L. (1976). Solomon, the chosen templebuilder: The significance of 1 chronicles 22,28, and 29 for the theology of Chronicles,Chronicles. Journal of Biblical Literature 95:581–590

D. Newsome. (1973). The chronicler’s view ofprophecy. Vanderbilt Univ

Ferawati, “Krisis Pendidikan: Peluang PendidikanKristen Bermisi bagi Transformasi Bangsa”diakses dari http://perkantasjatim.org,17November 2014

Freedman, David N. (1992). The anchor Bibledictionary : vol K- N , New York:Doubleday

Gerbrandt, Gerald Eddie. (1986). Kingshipaccording to the deuteronomistic history.Atlanta: Scholars

Hoglund, Kenneth. (1997). The chronicler ashistorian, ed.Patrick Graham, StevenMcKenzie, JSOTSup 238, Sheffield:Sheffield Academic Press

Ismail, Andar.(1997). Selamat menabur.Jakarta:BPK Gunung Mulia

Japhet,Sara. (1993). I and II Chronicles, The oldtestament library . London:SCM Press Ltd

Knoppers, Gary N. (2004). I Chronicles: A newtranslation with introduction andcommentary: the anchor Bible. Virginia:Doubleday

Koesoema,Doni. 2007. Pendidikan karakter.Jakarta: PT Grasindo

Kroeskamp, H. (1974). Early schoolmasters in adeveloping country. Assen: van Gorcum

Karwur, Samuel, 2011"PendidikanKristen:Kritis!”, diakses dari http://blog.charismaindonesia.com, tanggal 16November 2014

Lewis, Sherrill. (1960). Therise of christianeducation.New York: The MacmillenCompany

Lukito, Handoyo. (1984). Tugas Panggilan Gerejadi Bidang Pendidikan”, Lampiran 5 AktaKeputusan Persidangan Majelis Sinode ke-42 Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat(Binawarga, 19-22 November)

Meier, Paul. 1980. Christian child rearing andpersonality development, NewYork: BakerBook House.

Myers, J.M. (1973). I Chronicles: The anchorBibleNew York : Doubleday & Company,Inc.

Boehlke, Robert R. (1991).Sejarah perkembanganpikiran dan praktek PAK dari Plato sampaiI.G. Loyola. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Paul Suparno. Pendidikan nilai di sekolah danpersoalannya, 310

Pidarta, Made. (2000). Landasan kependidikan:Stimulus ilmu pendidikan bercorakIndonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta

Poerwodidagdo, Judowibowo. (2003).Pendidikan hak asasi manusia dalampendidikan agama Kristen, dalam ajarmereka melakukan. Jakarta: BPK GunungMulia

Raymond, D. Dillard.(1987). 2 Chronicles : Wordbiblical commentary, ed. David Hubbardand Glen Baker, Nashville : ThomasNelson Publisher

Rendrorff, Roff. (1991).Old testament anintroduction. Philadelphia: Fortress Press

Riley, William. (1993). King and cultus inchronicles: Worship and the reinterpretationof history Ed. David J.A. Clines and PhilipR. Davies (JSOT Supplement Series No.160), Sheffield: Sheffield Academic Press

Riyanto, Armada. ( 2010). Kutuk plagiarisme, lalu?dalam harian Kompas, 24 Februari.

Robert, Coles.(2000). Menumbuhkan kecerdasanmoral pada anak. Jakarta:GramediaPustaka Utama

Santoso, Agus.(2007).Pengantar Perjanjian Lama:Disusun berdasarkan sejarah terjadinyaperjanjian lama, Ungaran: Abdiel Press

Sparks,James T.(2008). The Chronicler’sgenealogies towards an understanding of I

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud

Chronicles 1-9. Atlanta: Study BiblicalLiteratur

Suparno, Paul. (2010). Education for change:Pendidikan untuk perubahan: Pendidikannilai di Sekolah dan Persoalannya, ed. ElikaDwi Murwarni, dkk, Jakarta: BPKGunung Mulia.

Sutanto, Maryam K. (2011). Pendidikan karakterberbasis nilai-nilai Kristiani, kumpulantulisan dalam modul PBN2K, Jakarta:BPK PENABUR

Selman, Martin J.(1994).I Chronicles, TOTC,Leicester: IVP

Lickona, Thomas.(1993). The return of charactereducation, Jurnal education leadership.

Thompson, Marjorie L.( 2000). Keluarga sebagaipusat pembentukan: Sebuah visi tentangperan keluarga dalam pembentukan rohani.Jakarta:BPK GM, 24

Throntveit, Mark A.(1987). When kings speak :Royal Speech and Royal Prayer inChronicles, dissertation series (Society ofBiblical Literatureno. 93) Atlanta, Ga. :Scholars Press

Tilaar,H.A.R. & Nugroho, Riant (2008). Kebijakanpendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tilaar, H.A.R. (1995). 50 Tahun pembangunanpendidikan nasional 1945-1995. Jakarta:Grasindo

Tilaar, H.A.R. (2002). Perubahan sosial danpendidikan: Pengantar pedagogiktransformatif untukIndonesia. Jakarta:Grasindo

Vough, Andrew G. (1999). Theology, history andarcheology in the chronicler’s account ofHezekiah, ed. Edelman, S B L no.4, Atlanta:Scholar Press

Wellhausen, Julius. (1957. Prolegomena to thehistory of ancient Israel. Cleveland:Meridian Books

Wilcock, Michael.(1987). The message ofChronicles, TBST. Downes Groves: IVP

Williamson, H.G.M. 1982, 1 and 2 Chronicles : Thenew century Bible commentary. London :Marshall Morgan & Scott

______. 1986. 1 Chronicles. Word BiblicalCommentary 14. Waco: Word.

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Hilda KarliEmail: [email protected]

Universitas Terbuka UPBJJ Bandung

Opini

SAbstrak

iswa sekolah dasar masih pada tahap berpikir kongkrit, sehingga mengalami kesulitanmemahami konsep yang bersifat abstrak. Akan tetapi tidak jarang guru kurang memahamikarakteristik siswa yang demikian dan langsung menyajikan bahan pelajaran yang abstrak.

Akibatnya, siswa mengalami kesulitan belajar dan cepat lupa konsep abstrak yang dipelajarinya.Tulisan ini membahas peran media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dalam mengatasikesulitan siswa mempelajari konsep abstrak secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalamsetiap mata pelajaran. Setelah melalui berbagai kajian, tulisan ini berkesimpulan sebaiknya guruSD menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajarandan tujuan pembelajaran. Keberhasilan penggunaan media pembelajaran tergantung pada ketepatanguru merencanakan, mengelola, dan memanfaatkannya untuk meningkatkan proses dan capaianpembelajaran. Pada akhir tulisan ini, disampaikan bagaimana cara guru memilih dan menggunakanmedia pembelajaran.

Kata-kata kunci: belajar, pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, konsep kongkrit,konsep abstrak, karakteristik siswa SD

Utilization of Instructional Media at Primary SchoolAbsctact

The primary school children are still at the level of thinking concretely and find difficulties to understandabstract concept. However, in practice the teachers often neglect the children’s characteristics of that age anddirectly present the abstract concepts without using appropriate learning resources available in the instructionalenvironment. Consequently, the students find difficulties to understand the instructional materials and forgetthem easily. This article discusses how appropriate instructional media can be used both by the teacher and thechildren to learn abstract concepts in an active, creative, effective, as well as joyful instructional process of allsubjects. After a thorough discussion, the article concludes that the primary school teacher should use variousinstructional media selectively based on the characteristics of each subject and the instructional objective. Theeffectiveness of any instructional media much depends on how appropriately the teacher plans, manages, andutilizes them to improve instructional process and outcome. At the end of the article, the teachers are providedwith some considerations in selecting and using instructional media.

Keywords: learning, instruction, instructional media, concrete concept, abstract concept, primary schoolchildren’s characteristics

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pendahuluan

Kita akan segera hadapi Era Millenium denganperubahan pada aspek sosial, budaya, politikdan tidak terkecuali pendidikan. Menganti-sipasi keadaan tersebut diadakan berbagaiperubahan, salah satunyakurikulum. Kurikulumyang terdiri atas tujuan, metode, sumber belajar,dan proses pembelajaran merupakan kuncikeberhasilan dalam mempersiapkan sumberdaya manusia sesuai dengan kebutuhan zamanyaitu berpikir kreatif, kritis, beriman, bertang-gungjawab, mandiri, dan terampil. Salah satuparadigma yang harus disesuaikan dengankeadaan zaman adalah sumber belajar selainpendidik dan proses pembelajarannya di kelas.Sumber belajar menurut Mulyasa (2011:48),segala sesuatu yang dapat memberikankemudahan pada siswa dalam memperolehsejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman,dan keterampilan dalam proses pembelajaran.Oleh karena itu, sumber belajar salah satukomponen pendukung terciptanya prosespembelajaran yang menarik dan bermakna bagisiswa. Komponen sumber belajar mencakuppesan/bahan pelajaran, alat dan bahan yangdigunakan, sumber daya manusia, metode/prosedur dan lingkungan sekitar. Alat bantuyang digunakan guru saat mengajar di kelasdisebut media pembelajaran. Dalam konteks ini,difokuskan pada sumber belajar yang berupamedia pembelajaran.

Dalam interaksi pembelajaran, gurumenyampaikan pesan ajaran berupa materipembelajaran kepada anak melalaui mediapembelajaran. Penggunaan media pada tahaporientasi pembelajaran akan sangat membantukeefektifan proses pembelajaran dan penyam-paian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.Menurut Ausubel, proses belajar akanmendatangkan hasil atau bermakna kalau gurudalam menyajikan materi pelajaran yang barudapat menghubungkannya dengan konsepyang relevan yang sudah ada dalam strukturkognisi siswa. Guru harus dapat mengem-bangkan potensi kognitif siswa melalui prosesbelajar yang bermakna. Aktivitas belajar siswa,terutama mereka yang berada di tingkatpendidikan dasar, akan bermanfaat kalau

mereka banyak dilibatkan dalam kegiatanlangsung, lebih efektif lagi kalau guru menggu-nakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,diagram, atau ilustrasi. Siswa SD dengan usiaantara 7-12 tahun memiliki perkem-banganintelektual tahap operasional kongkret, sebabberpikir logikanya didasarkan atas manipulasifisik dari obyek. Dengan kata lain, penggunaanmedia dalam pembelajaran di SD sangatdiperlukan. Dengan menggunakan mediapembelajaran tersebut, siswa akan lebih mudahmemahami materi yang diajarkan dengan meli-hat secara nyata berdasarkan fakta yang jelas.

Sementara itu, melalui pengamatan penulisterhadap proses pembelajaran matematika yangdilakukan guru di SD ditemukan, padaumumnya guru juga kurang tepat memaknaisebuah konsep. Hal tersebut dapat dilihat dariilustrasi yang disajikan guru ketikamengenalkan konsep. Hampir semua guru tidakmenyadari bahwa ilustrasi yang dibuatnyatersebut tidak selaras dengan makna sebuahkonsep. Hasil pengamatan juga memperlihat-kan, sebagian besar guru dalam menjelaskansebuah konsep dilakukan secara abstrak dantidak mempertimbangkan pola berpikir siswayang masih dalam tahap berpikir konkrit. Gurujuga lebih menekankan cara mengerjakan suatumasalah dan tidak melakukan penekanan padapenanaman makna. Pengamatan padapembelajaran IPA, guru menyampaikan sebuahkonsep dengan ceramah dan latihan soal sajatanpa melibatkan siswa pada pembuktiansebuah konsep dengan melakukan sebuahpercobaan. Siswa hanya mendapat informasidari buku bahan ajar dan guru saat menjelaskansecara verbal. Pembelajaran IPS pun sama, gurutidak pernah menunjukkan kepada siswakeadaan sesungguhnya lingkungan ataukeadaan sosial yang terjadi di sekitar. Siswabelajar sebuah konsep dengan mendengarkan,mencatat, menulis dan ulangan saja. Dari hasilobservasi di lapanga,penulis menilai bahwaguru kurang terampil dan kreatif dalampemanfaatan dan pengembangan media/alatperaga.Guru saat mengajar cenderung bersikapmemberitahu, mengajari, melatih, sepertimendrill untuk menyelesaikan soal, menanyakanfakta, dan mementingkan hasil dari pada proses.Guru memuji siswa jika yang bersangkutan

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

dapat menjawab soal dengan baik dan sebalik-nya memarahi siswa jika salah menjawab. Juga,guru mengajarkan materi secara urut halamanper halaman tanpa membahas keterkaitan antarkonsep atau masalah serta sangat tergantungpada buku teks.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yangdilaksanakan setiap hari, merupakan kehidupandari suatu kelas. Guru dan peserta didik salingterkait dalam pelaksanaan kegiatan yang telahdirencanakan oleh guru. Keberhasilan kegiatantersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawabguru, karena guru merupakan pengelola tunggaldi kelas. Oleh karena itu, bila siswa kurang bisamenunjukan keterampilan dalam suatu matapelajaran, tuduhan kekurangberhasilan jugatertuju kepada guru. Siswa adalah subjek yangmenerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurangpandai, dan tidak pandai. Setiap siswamempunyai bakat intelektual, emosional, sosial,dan lain-lain yang sifatnya khusus (Arikunto2009:296). Siswa yang pandai akan lebih mudahmenerima materi pembelajaran dibandingkandengan siswa yang kurang pandai dan yangtidak pandai. Belum lagi perbedaan bakat,emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat,emosi stabil, dan lingkungan sosial yang baikakan lebih mudah mengikuti proses pembel-ajaran dibandingkan dengan siswa yang tidakberbakat, emosi tidak stabil, dan anak yangberasal dari lingkungan sosial yang buruk.Perbedaan karakteristik ini menuntut gurubersikap arif menyikapinya. Oleh karena itu,media pembelajaran merupakan salah satufaktor penting untuk dimanfaatkan dalam prosespembelajaran mengembangkan SDM sesuaikebutuhan zaman.

Perumusan MasalahMengacu pada latar belakang yang telahdiuraikan, masalah yang dikaji dalam tulisanini ialah sebagai berikut.1. Apakah memang suatu keharusan meng-

ajar di SD dengan menggunakan mediapembelajaran?

2. Mengapa setiap mata pelajaran di SDsebaiknya menggunakan media pembel-ajaran?

3. Bagaimana merencanakan penggunaanmedia pembelajaran di kelas?

Tinjauan Pustaka

Media PembelajaranMedia pembelajaran adalah bagian dari sumberbelajar yang menurut Sudjana dan Rivai (2009:78 ) suatu daya yang bisa dimanfaatkan gunakepentingan proses belajar mengajar baiklangsung maupun tidak langsung, sebagian ataukeseluruhan.Komponen sumber belajar terdiriatas (a) pesan: informasi yang akan disampaikanpada orang dalam bentuk ide, fakta, makna, dandata seperti materi pelajaran IPA, IPS, danMatematika; (b) orang : pelaku yang bertindaksebagai penyalur atau penyimpan pesan sepertiguru, siswa, nara sumber, tokoh/ahli; (c) bahan:barang yang berisi pesan untuk disampaikandengan menggunakan peralatan. Kadangbarang tersebut sudah siap disajikan sepertibuku bahan ajar, majalah, video, tape recorder,film; (d) alat : barang yang digunakan untukmeyampaikan pesan yang terdapat dalam bahanseperti OHP, TV, radio, proyektor film, komputer;(e) teknik : prosedur atau langkah tertentu dalammenggunakan bahan, alat dan bahan, tatatempat dalam menyampaikan pesan seperti :simulasi, demosntrasi, paraktek, kerja kelompok,bermain peran, bermain, studi lapangan,bertanya; dan (f) latar : lingkungan di manapesan diterima oleh anak seperti lingkunganfisik (kelas, perpustakaan, halaman bermain,lapangan olahraga, laboratorium) danlingkungan non fisik (penerangan, sirkulasiudara).(Warsita 2008; 209-210).

Media adalah bentuk jamak dari ‘medium’yang berasal dari bahasa Latin yang berartiperantara. Pengertian media pembelajaranmenurut Latuheru (1988: 14), mediapembelajaran adalah semua alat (bantu) ataubenda yang digunakan untuk kegiatan belajarmengajar, dengan maksud menyampaikanpesan (informasi) pembelajaran dari sumber(guru maupun sumber lain) kepada penerima(dalam hal ini siswa atau warga belajar). Denganperkataan lain, media pembelajaran merupakanalat bantu untuk menyampaikan pesan darisumber kepada penerima. Media pembelajaranmerangsang pikiran, perasaan, perhatian, danminat serta perhatian siswa sehingga prosesbelajar dapat terjalin. Sudrajat (2011: 20)

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

mengemukakan media berfungsi amtara lain (a)mengatasi keterbatasan pengalaman yangdimiliki oleh para siswa , (b) melampaui batasanruang kelas, (c) memungkinkan adanyainteraksi langsung antara siswa denganlingkungan (d) media menghasilkankeseragaman pengamatan, (e) media dapatmenanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis, (f) media membangkitkan motivasidan merangsang siswa untuk belajar, (g) mediamemberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang kongkrit sampai denganabstrak, dan (h) membantu mengatasi hambatanyang terjadi saat pembelajaran di dalam kelas.

Hamalik (2011: 15) mengemukakan,pemakaian media pembelajaran dalam prosesbelajar mengajar dapat membangkitkankeinginan dan minat yang baru, membangkitkanmotivasi dan rangsangan kegiatan belajar, danbahkan membawa pengaruh psikologisterhadap siswa. Penggunaan media pembelajar-an pada tahap orientasi pembelajaran akansangat membantu keefektifan proses pembel-ajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaranpada saat itu. Mulyasa (2011 : 26) mengemu-kakan manfaat media pembelajaran dalamproses belajar mengajar (a) dapat memperjelaspenyajian pesan dan informasi sehingga dapatmemperlancar dan mening-katkan proses danhasil belajar; (b) dapat meningkatkan danmengarahkan perhatian siswa sehingga dapatmenimbulkan motivasi belajar, interaksi yanglebih langsung antara siswa denganlingkungannya, dan memungkinkan siswauntuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengankemampuan dan minatnya; (c) dapat mengatasiketerbatasan indera, ruang, dan waktu; (d) dapatmemberikan kesamaan pengalaman kepadasiswa tentang berbagai peristiwa di lingkunganmereka; serta (e) memungkinkan terjadinyainteraksi langsung dengan guru, masyarakat,dan lingkungan.

Media pembelajaran merupakan salah satufaktor yang menentukan keberhasilan prosespembelajaran di kelas antara guru dan siswa .Pesan materi pembelajaran yang akandisampaikan guru dapat diterima oleh semuasiswa dengan latar belakang yang berbeda-bedadengan satu pandangan karena pikiran siswadi arahkan pada satu media. Penggunaan media

kongkrit akan mempermudah siswa untukmemaknai materi pembelajaran. Proses interaksibelajar mengajar akan terjalin baik antara siswadan guru. Jika materi pembelajaran tersebutdiminati siswa maka motivasi belajar siswaakan meningkat.

Leshin, dkk (dalam Arsyad, 2002: 79-101)mengelompokkan media pembelajaran ke dalam5 jenis: (a) media berbasis manusia merupakanmedia yang digunakan untuk mengirim danmengkomunikasikan peran atau informasi; (b)media pembelajaran berbasis cetakan yangpaling umum dikenal adalah buku teks, bukupenuntun, buku kerja atau latihan, jurnal,majalah, dan lembar lepas; (c) media berbasisvisual (image) dalam hal ini memegang perananyang sangat penting dalam proses belajar karenamemperlancar pemahaman dan memperkuatingatan menumbuhkan minat siswa dan dapatmemberikan hubungan antara isi materipelajaran dengan dunia nyata; (d) mediaberbasis audiovisual yaitu media visual yangmenggabungkan penggunaan suara dangambar; dan (e) media berbasis komputer yaitumedia yang dalam menggunakannya memakaikomputer.

Ada berbagai jenis media pembelajaranseperti manusia, cetakan, visual, audio-visual,dan komputer. Semua jenis mediapembelajaran ini mempunyai kekurangan dankelebihan. Guru sebaiknya cermat dalammemilih jenis media yang akan digunakandalam proses pembelajaran di kelas. Prinsippemilihan jenis media harus tepat guna, artinyamedia pembelajaran yang digunakan sesuaidengan kompetensi dasar yang akan dicapaisiswa. Selain itu,berdaya guna dan bervariasi,artinya media pembelajaran yang digunakanmampu mendorong sikap aktif danmeningkatkan motivasi siswa dalam belajar.Sebuah contoh, guru akan membelajarkan aspekberbicara pada pelajaran bahasa Indonesia,akan lebih tepat menggunakan manusia (teman,guru, orang tua, nara sumber, dll) sebagaimedianya.Praktek berbicara langsung denganteman, guru, atau nara sumber sesuai topiksesuai dengan tujuan pembelajaran akan sangatbermakna bagi siswa . Penggunaan media dapatdigunakan 1 atau lebih jenis sekaligus dalamprosesnya di kelas. Misalnya, apersepsi, untuk

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

memotivasi siswa, menggunakan mediaaudiovisual, sehingga siswa dapat melihatlangsung proses berbicara dan komponen apasaja yang diperlukan saat berbicara. Jikamemungkinkan kondisianak dan sekolahdiakhir pembelajaran ada proyek secarakelompok merekam wawancara seorang siswadengan nara sumber yang dipilih laluditayangkan pada teman di kelas. Dalam hal inimedia yang digunakan berbasis komputer. Jadidalam proses pembelajaran bahasa Indonesiaada 3 jenis media yang digunakan yaitumanusia, audiovisual dan komputer.

Dalam kegiatan belajar mengajar antaraguru dan siswa, siswa dengan media atau siswadengan siswa selalu terjadi interaksi. Prosesinteraksi tersebut akan memberikan pengalamanbermakna bagi penerima pesan yaitu anaksebagai pembelajar. Menurut Dale (dalam TimPPPPTK Matematika. 2008) ada 9 jenjangbagaimana pengalaman dapat diterima siswaketika belajar. Pengalaman belajar yang dikenaldengan istilah cone of experience ditunjukkanseperti pada Gambar.

Dari gambar dapat disimpulkan, peng-alaman yang dapat memberikan sumber belajartersebut bersifat kongkrit ke abstrak mulai daripengalaman langsung. siswa terlibat langsung

verbalvisual

rekaman radio

gambar hidup.pameran

televisi

karyawisata

dramatisasi

pengamatan

pengalaman langsung

Gambar Pengalaman Belajar Menurut Dale

menggunakan indra dan semua anggotatubuhnya serta kemampuan berpikir.

Prestasi belajar siswa merupakan peru-bahan yang diperoleh siswa setelah mengikutiproses pembelajaran yang ditandai denganadanya perubahan aspek kognitif, afektif danpsikomotor. Berikut ini diperlihatkan Tabelkaitan media pembelajaran dengan prosespenilaian ditinjau dari aspek kognitif, afektif danpsikomotor (Muhibbin Syah, 2010:148-150).

Media pembelajaran yang digunakan saatproses belajar mengajar sudah tepat, tetapi jikaguru mengabaikan 3 aspek penilaian yang harusdikuasai oleh siswa yaitu aspek kognitif(pengetahuan), afektif (sikap dan perilaku) danpsikomotor (keterampilan atau tindakan), prosespembelajaran tersebut akan menjadi sia-sia. Olehkarena itu, guru harus cermat dalammenentukan aspek penilaian selama prosesbelajar mengajar berlangsung. Bukan hanyasekedar latihan atau ulangan secara tertulis sajayang menjadi penilaian tetapi aspek lain perludiperhatikan seperti saat siswa melakukankegiatan dan bagaimana sikap siswa dalam

keseharian di kelas. Menjadikan anakutuh artinya seimbang antara aspekkognitif, afektif dan psikomotor danperlu memperhatikan bagaimanapengalaman bermakna dapat diterimasiswa dengan baik melalui 9 tahapanmulai dari pengalaman nyata(melakukan kegiatan) sampai ceramah(verbal visual) dikaitkan dengan mediapembelajaran. Oleh karena itu,pemilihan media perlu dipersiapkan,diorganisasikan, dilakukan, dandipantau. Pada saat persiapan, gurumemilih jenis media apa yang sesuaidengan karakter perkembangan siswadan mata pelajaran serta tujuanpembelajaran, sehingga penggunaanmedia itu tepat guna dan berdayaguna. Siswa SD masih membutuhkanbantuan benda kongkrit serta prakteklangsung agar menjadi sebuahpengalaman bagi dirinya. Guru perlu

mengorganisasikan media pembelajaran yangdipilih tadi apakah dibuat sendiri atau dibuatoleh siswa , dipinjam atau dibeli. Guru juga perlu

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Tabel 1: Aspek Penilaian Kognitif, Afektif dan Psikomotor

Aspek Indikator Penilaian

A. Kognitif

1. Pengamatan Dapat menunjukanDapat membandingkanDapat menghubungkan

Tes lisanTes tertulisObservasi

2. Ingatan Dapat menyebutkanDapat menunjukan kembali

Tes lisanTes tertulisObservasi

3. Pemahaman Dapat menjelaskanDapat mendefiniskan sendiri secaralisan

Tes lisanTes Tertulis

4. Penerapan Dapat memberikan contohDapat menggunakan secara tepat

Tes tertulisPemberian tugasObservasi

5. Analisis (pemeriksaandan pemilihan secarateliti)

Dapat menguraikanDapat mengklasifikasikan

Tes TertulisPemberian tugas

6. Sintesis (membuatpanduan baru yangutuh)

Dapat menghubungkanDapat menyimpulkanDapat menggeneralisasikan (prinsip)

Tes TertulisPemberian tugas

B. Afektif

1. Penerimaan Menunjukkan sikap menerimaMenunjukkan sikap menolak

Tes tertulisTes skala sikapObservasi

2. Sambutan Kesediaan berpartisipasi/terlibatKesediaan memanfaatkan

Tes skala sikapPemberian tugasObservasi

3. Apresiasi (sikapmenghargai)

Menganggap penting dan bermanfaatMenganggap indah dan harmonismengagumi

Tes skala sikapPemberian tugasObservasi

4. Internalisasi(pendalaman)

Mengakui dan menyakinimengingkari

Tes skala sikapPemberian tugasekspresif (sikap)dan proyektif(ramalan)

5. Karakteristik(penghayatan)

Melembagakan atau meniadakanmenjelmakan dalam pribadi atauperilaku sehari-hari

Pemberian tugasekspresif danproyektifObservasi

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

C. Psikomotor

1. Keterampilan bergerakdan bertindak

Mengkoordinasikan gerakan mata,tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

ObservasiTes lisan

2. Kecakapan ekspresifverbal dan non verbal

MengucapkanMembuat mimik dan gerakan jasmani

Tes lisanObservasiTes tindakan

merencanakan bagaimana media itu dipakaidalam peroses pembelajaran di kelas.Untukkelancaran penggunaannya, guru hendaknyamengujicobakan dulu media tersebut sebelumproses pelaksanaan di kelas denganmemperhatikan kondisi kelas misalnya cahaya,udara, dan ruangan. Selanjutnya, guru mengajaksiswa melakukan kegiatan dengan mediapembelajaran melalui prosedur yang telahdisiapkan guru. Ketika pelaksanaan, gurumemantau siswa dengan melakukan penilaiansesuai aspeknya (kognitif, afektif ataupsikomotor). Selanjutnya guru akan memantaudan mengevaluasi penggunaan jenis mediapembelajaran yang sudah dilakukan saatmengajar dengan melihat kelemahan yang perludiperbaiki dan keuntungan apa saja yangditerima siswa belajar menggunakan bantuanmedia tadi. Hal ini berguna untuk guru saatmenentukan jenis media pembelajaran padamateri yang sama di tahun ajaran mendatanglebih baik.

Teori BelajarTeori belajar kognitif yang mendasari pentingnyasiswa SD menggunakan media pembelajarandalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalahteori belajar dari Piaget, Bruner dan Ausubel.Menurut Piaget setiap siswa mengembangkankemampuan berpikirnya secara bertahap. Padasatu tahap perkembangan tertentu akan munculskema atau struktur tertentu yang keberhasil-annya tergantung pada perkembangan tahapsebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebutadalah sebagai berikut.

Pertama, sensori motor(dari lahir sampaikurang lebih umur 2 tahun). Dalam dua tahunpertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikitmemahami lingkungannya dengan jalanmelihat, meraba atau memegang, mengecap,mencium dan menggerakan. Dengan kata lain

mereka mengandalkan kemampuan sensorikserta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitifyang penting muncul pada saat ini. Anaktersebut mengetahui bahwa perilaku yangtertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagidirinya. Misalnya dengan menendang-nendangdia tahu bahwa selimutnya akan bergeserdarinya.

Kedua, pra-operasional (kurang lebih umur2 tahun hingga 7 tahun). Dalam tahap ini sangatmenonjol sekali kecenderungan anak untukselalu mengandalkan dirinya pada persepsinyamengenai realitas. Dengan adanya perkembang-an bahasa dan ingatan anakpun mampumengingat banyak hal tentang lingkungannya.Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu iatidak menyadari orang lain mempunyaipandangan yang berbeda dengannya.

Ketiga, operasi konkrit (kurang lebih 7 sampai11 tahun). Pada tahap ini anak sudahmengembangkan pikiran logis. Dalam upayamengerti tentang alam sekelilingnya merekatidak terlalu menggantungkan diri padainformasi yang datang dari pancaindra. Anakmampu berpikir secara operasi kongkrit sudahmenguasai sebuah pelajaran penting melaluialat indranya. Anak-anak sering kali dapatmengikuti logika atau penalaran, namunmengetahui berbuat kesalahan.

Keempat, operasi formal (kurang lebih umur11 tahun sampai 15 tahun). Pada tahap ini anaksudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikirmengenai gagasan. Anak dengan operasi formalini sudah dapat memikirkan beberapa alternatifpemecahan masalah. Mereka dapatmengembangkan hukum-hukum yang berlakuumum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannyatidak jauh karena selalu terikat kepada hal-halyang besifat konkrit, mereka dapat membuathipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Menurut Piaget, usia SD masuk pada tahapoperasional konkret. Anak mampu berpikir logis,memahami konsep percakapan,mengorganisasikan objek ke dalam klasifikasi,mampu mengingat, memahami danmemecahkan masalah yang bersifat kongkret.Penerapan Teori Piaget dalam pembelajaran dikelas misalnya dengan menggunakan benda-benda kongkret, menggunakan alat visual(OHP); menggunakan contoh-contoh yang akrabdengan anak, dari sederhana menuju kompleks;penyajian yang padat dan terorganisasi danlatihan memecahkan masalah secara kongkret.

Siswa SD berada pada tahap operasionalkongkrit. Tindakan mental yang memungkinkansiswa melakukan secara mental apa yang telahdilakukan secara fisik sebelumnya. Operasikongkrit adalah juga tindakan mental yangsebaliknya. Siswa pada tahap operasi konkretmemperlihatkan keterampilan konservasi danklasifikasi. Siswa ini membutuhkan tersedianyadukungan perseptual untuk bernalar, padapemikiran selanjutnya menjadi lebih abstrak.Pada tahap ini perlu ada media konkret untukmembantu siswa dapat bernalar. Mediapembelajaran kongkret tersebut dapatdiobservasi oleh anak melalui kegiatan yangdirancang oleh guru. Untuk dapat memahamisebuah konsep, siswa SD perlu pengalamanyang dapat mengubah pola pikir daripengalaman sebelumnya dengan mengeksplorlingkungannya melalui alat indranya sepertimengamati dengan mata, mendengar dengantelinga, mencium dengan hidung, merabadengan kulit, dan merasakan dengan lidah.Kitson dan Merry (1997:10) mengatakan bahwa:

Children in pimary years learn directly abouttheir immediate environment throughexploration using their sensen: by attenting tothe world around them through touching,listening, tasting, smelling, and looking, theybegin to make generalisations. By generalizingfrom these experiences, children begin to formthe basis of lasting understandings.Bruner mengungkapkan, dalam proses

belajar sebaiknya siswa diberi kesempatan untukmemanipulasi media pembelajaran. Melaluimedia tersebut, siswa dapat melihat langsungbagaimana keteraturan dan pola struktur yangterdapat dalam benda. Ketika siswa mempelajari

suatu pengetahuan, misalnya mempelajari suatukonsep matematika. Pengetahuan itu perludipelajari  dalam tahap-tahap tertentu, agarpengetahuan itu dapat diinternalisasi dalampikiran (struktur kognitif) siswa tersebut.  Prosesinternalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar  terjadisecara optimal) jika pengetahuan  yangdipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap, yangmacamnya dan urutannya adalah sebagaiberikut (Hudojo 1998:26)1. Tahap enaktif, yaitu  suatu tahap pembel-

ajaran  sesuatu pengetahuan  di manapengetahuan itu dipelajari secara aktif,dengan menggunakan benda-bendakongkret atau menggunakan situasi yangnyata.

2. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembel-ajaran sesuatu pengetahuan di manapegetahuan itu direpresentasikan(diwujudkan) dalam bentuk bayanganvisual (visual imagery), gambar, ataudiagram, yang menggambarkan kegiatankongkret atau situasi kongkret yang terdapatpada tahap enaktif tersebut di atas.

3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahappembelajaran di mana pengetahuan itudirepresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols yaitu simbol-simbo yang dipakai berdasarkankesepakatan orang-orang dalam bidangyang bersangkutan), baik simbol-simbolverbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata,kalimat-kalimat) lambang-lambangmatematika, maupun lambang-lambangabstrak lainnya.Dari 3 tahap internalisasi berpikir dapat

disimpulkan,proses belajar akan berlangsungsecara optimal jika proses pembelajaran diawalidengan tahap enaktif.Kemudian, jika tahapbelajar pertama ini telah dirasa cukup, siswaberalih pada tahap kedua, yaitu tahap belajardengan menggunakan modus representasiikonik. Selanjutnya, tahap ketiga yaitu tahapbelajar dengan menggunakan modusrepresentasi simbolik.

Sebagai contoh, dalam mempelajaripenjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaranakan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari  hal itu dengan mengguna-

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

kan benda-benda kongkret (Misalnyamenggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelerengdan kemudian menghitung banyaknya kelerengsemuanya). Kemudian kegiatan belajardigunakan dengan menggunakan gambar ataudiagram yang mewakili 3 kelereng dan 2kelereng yang digabungkan tersebut (dankemudian dihitung banyaknya kelerengsemuanya, dengan menggunakan gambar ataudiagram tersebut). Pada tahap yang kedua inidapat juga siswa melakukan penjumlahan itudengan menggunakan pembayangan visual(visual imagery) dari kelereng-kelereng tersebut.Pada tahap berikutnya, anak melakukanpenjumlahan  kedua bilangan itu denganmenggunakan lambang-lambang bilangan yaitu 3 + 2 = 5 (Widyadani, 2008:27).

Menurut Ausubel ada 4 tipe belajar salahsatunya adalah belajar dengan penemuan yangbermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yangtelah dimilikinya dengan materi pelajaran yangdipelajari itu atau sebaliknya, siswa terlebihdahulu menemukan pengetahuannya dari apayang ia pelajari kemudian pengetahuan barutersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yangsudah ada (langsung berhadapan denganbendanya, kongkret, siswa langsung menemu-kan maksud dalam pembelajaran). Pembelajaranbermakna akan terjadi jika ada prosespembelajaran ketika informasi barudihubungkan dengan struktur pengertian yangsudah dimiliki seseorang yang sedang melaluipembelajaran. Dengan demikian, faktorintelektual-emosional siswa terlibat dalamkegiatan pembelajaran. Seseorang belajardengan mengasosiasikan fenomena baru kedalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesitu seseorang dapat memperkembangkan skemayang ada atau dapat mengubahnya. Dalamproses belajar ini siswa mengonstruksi apa yangia pelajari sendiri.

Oleh karena itu belajar bermakna itu bukansiswa sekedar duduk mendengar lalu mengerja-kan latihan soal selanjutnya menghafalkan danmengerjakan soal ulangan untuk memperolehskor tinggi. Belajar bermakna berarti belajarmenemukan konsep sendiri dengan mengaitkanpengetahuan yang telah dimilikinya denganmateri pelajaran yang dipelajari itu. Ataumenemukan konsep dari hasil percobaan/

kegiatan yang dilakukan atas bimbingan gurudengan bantuan media pembelajaran. Hal inikarena siswa usia SD berada pada tahap operasikongkrit ( 7-11 tahun) dan pada tahap ini siswasudah dapat mengembangkan pikiran logismelalui bantuan benda kongkrit dan alatindranya. Proses internalisasi berpikir siswa SDakan optimal melalui 3 tahap, proses pembel-ajaran diawali dengan tahap enaktif(menggunakan benda kongkrit), dan kemudianjika tahap belajar pertama ini telah dirasa cukup,anak beralih pada tahap kedua, yaitu tahapbelajar dengan menggunakan modusrepresentasi ikonik (gambar 2 dimensi), danselanjutnya, tahap ketiga yaitu tahap belajardengan menggunakan modus representasisimbolik (tulisan huruf dan angka).

Jadi dalam proses belajar, sebaiknya siswadiberi kesempatan memanipulasi benda mediapembelajaran. Melalui media tersebut, siswadapat melihat langsung bagaimana keteraturandan pola struktur yang terdapat dalam benda,selanjutnya siswa akan menemukan konsepsendiri yang bermakna kelak bagi dirinya. Guruberfungsi sebagai mediator, fasilitator, motivatordan teman bagi siswa saat belajar di kelas. Prosespembelajaran yang diciptakan guru dalamsuasana menyenangkan akan membuat siswaaktif, kreatif dan inovatif.

Karakteristik anak SDKarakteristik siswa usia SD berbeda dengansiswa usia PAUD atau SMP. Pada masa usiatersebut siswa mengalami banyak perubahanyang sangat drastis baik mental maupun fisik.Usia siswa SD berkisar antara usia 7-12 tahundan mereka mengikuti pendidikan formal darikelas 1 sampai kelas 6. Kelas rendah terdiri ataskelas 1,2, dan 3, sedangkan kelas-kelas tinggiSD terdiri atas kelas 4, 5, dan 6 (Supandi,1992:44). Ciri anak masa kelas rendah antaralain(a) ada hubungan yang kuat antara keadaanjasmani dan prestasi sekolah; (b) suka memujidiri sendiri; (c) kalau tidak dapat menyelesaikansuatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaanitu dianggapnya tidak penting; (d) sukamembandingkan dirinya dengan siswa lain, jikahal itu menguntungkan dirinya; dan (e)sukameremehkan orang lain. Ciri khas anak masakelas tinggi antaralain: (a) perhatiannya tertuju

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

kepada kehidupan praktis sehari-hari; (b) ingintahu, ingin belajar, dan realistis; (c) timbul minatkepada pelajaran-pelajaran khusus; (d) siswamemandang nilai sebagai ukuran yang tepatmengenai prestasi belajarnya di sekolah; dan (e)siswa suka membentuk kelompok sebaya ataupeergroup untuk bermain bersama, merekamembuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.(Syaodih,2011: 7).

Secara umum perkembangan fisik siswausia SD ditandai dengan postur badan lebihtinggi, berat, dan kuat sehingga peran gizimakanan sangat penting. Terjadi perubahanpada sistem tulang, otot dan keterampilan gerakseperti berlari, memanjat, melompat, berenang,naik sepeda, dan main sepatu roda. Oleh karenaitu, kegiatan fisik sangat diperlukan siswa SDuntuk melatih koordinasi dan kestabilan tubuhdan energi yang tertumpuk perlu penyaluran.Kegiatan bermain adalah dunia siswa, bermaindapat di lakukan di rumah, sekolah secaraindividual atau kelompok. Permainan yangbersifat konstruktif sangat disukai, hal ini dapatmeningkatkan kreativitas anak. Siswa SD lebihmenyukai permainan kelompok karena secaratidak langsung dapat mengembangkan konsepdiri dan pembentukan harga dirinya.

Uraian sebelumnya menunjukkan, karakte-ristik siswa usia SD masih senang bermain danberpetualang, rasa ingin tahu yang tinggi, punyateman kelompok sebaya, sudah mulai belajarsosialisasi dengan teman (sosiosentris), belajarmematuhi aturan, perkembangan motorik kasardan halus yang sudah mulai matang. Mediapembelajaran yang menarik akan dapatmenjawab rasa ingin tahu siswa. Melibatkansiswa dalam kegiatan langsung akan membuatproses pembelajaran bermakna karena anakakanberpikir untuk menemukan konsep bukansekedar dijejali oleh guru. Secara tidak langsungkegiatan tersebut menyalurkan kesenangansiswa bermain dan berpetualang. Selain itulatihan perkembangan motorik baik kasar danhalus lebih terlatih karena saat belajar denganmedia pembelajaran siswa akan mengotak atikmedia tersebut. Media pembelajaran yangdigunakan secara kelompok akan bermanfaatuntuk mengajak siswa belajar sosialisasi denganteman, belajar mematuhi aturan yang dibuatbersama dan belajar bertukar pendapat.

Pembahasan

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencanamengandung arti, pendidikan perlu disusunsecara sistematis dan terarah agar tujuanpendidikan nasional tercapai optimal, efektif,efisien, dan bermutu. Pendidikan berfungsisebagai sarana mengembangkan berbagaimacam potensi diri setiap peserta didik. Padahakekatnya setiap orang terlahir memilikipotensi diri yang berbeda. Setiap orang memilikidua potensi diri sebagai bibit yang tersembunyidan perlu dimunculkan dan dikembangkanmenjadi wujud nyata yaitu potensi rohani danjasmani. Potensi rohani seperti (1) potensiberpikir yang menekankan pada akal danintelektual; (2) potensi rasa yang mengembang-kan emosi; perasaan, dan estetika; (3) potensikarsa untuk menggali hasrat, kemauan dankeinginannya; (4) potensi cipta meningkatkankreatifitas dalam menciptakan sebuah ide ataukarya; (5) potensi karya untuk mengembangkanketerampilan dalam menghasilkan sebuahkarya; dan (6) potensi budi nurani mengasahkata hati dan budi pekertinya. Sedangkanpotensi jasmani melatih koordinasi gerakanggota badan dan ketajaman pancaindra agarhidup sehat dan terampil.

Potensi diri dapat dikembangkan melaluibakat dan minat yang ada pada setiap orangmelalui rangsangan dari lingkungan yangsengaja dikondisikan. Potensi diri tersebut dapatberkembang ke arah yang baik atau tidak baiktergantung dari lingkungan dan stimulus yangditerimanya. Salah satu stimulus yang dapatdiberikan pada anak didik ialah memanfaatkanmedia pembelajaran di lingkungannya. Dibawah ini akan dibahas apakah memang suatukeharusan mengajar di SD dengan mediapembelajaran.

Ditegaskan dalam PP No.17/2010 dalamPasal 67, salah satu fungsi pendidikan padaSD/MI adalah memberikan dasar kemampuanintelektual dalam bentuk kemampuan dankecakapan membaca, menulis, dan berhitung.Sedangkan tujuan pendidikan dasar antaralain(1) menjadikan manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (2)

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (3)sehat, mandiri, dan percaya diri; dan (4) toleran,peka sosial, demokratis, danbertanggung jawab.SD sebagai dasar pondasi untuk melanjutkanke jenjang pendidikan lebih tinggi sertamempersiapkan anak untuk dapat mandirihidup tanpa tergantung pada orang lain. Olehkarena itu, perlu proses pembelajaran yangsesuai dengan karakteristik siswa SD.

Pembelajaran adalah bentuk kegiatanmenjalin hubungan interaksi dalam prosesbelajar mengajar antara siswa dan guru. Dalammemberikan bimbingan atau dalam penyajianmateri pelajaran hendaknya guru mengacukepada kebutuhan siswa, lingkungan,kurikulum dan kebutuhan pada masa yangakan datang. Siswa SD umumnya masih senangbermain, melakukan sesuatu, melihat hal-halyang mereka belum pernah lihat dan rasa ingintahu yang tinggi,dan pola berpikiryang operasionalkongkrit artinyamasih perlubantuan bendakongkrit untukdapat memahamisuatu konse. Alatbantu peraga da-pat membuat ideabstrak menjadilebih konkret untuk dipelajari. Membantu siswalebih fokus pada pikiran dan ide-ide tentangsebuah masalah berarti pada gilirannyamembantu mereka untuk memahami danmenafsirkan informasi yang telah disajikan.Untuk siswa usia SD, taraf berpikir masih beradadalam ranah konkret, artinya dalam memahamisuatu konsep siswa masih harus dilibatkandengan kegiatan pembelajaran yang menggu-nakan benda nyata atau kejadian nyata yangdapat diterima akal siswa usia SD.Berdasarkanhal tersebut di atas dapat disimpulkan, dalamkegiatan pembelajaran, pengalaman siswamemegang peranan yang penting dalamkeberhasilan pembelajaran. Agar pengalamanpembelajaran siswa dapat lebih bermakna,dibutuhkan alat bantu belajar. Alat bantu belajardapat berupa alat peraga atau mediapembelajaran. Menurut Estiningsih (1994) alat

peraga merupakan media pembelajaran yangmengandung atau membawakan ciri-ciri konsepyang dipelajari. Contoh: papan tulis, buku tulis,dan daun pintu yang berbentuk persegipanjangdapat berfungsi sebagai alat peraga pada saatguru menerangkan bangun geometri dalampersegipanjang. Fungsi utama alat peragaadalah untuk menurunkan keabstrakan darikonsep, agar siswa mampu menangkap artisebenarnya dari konsep yang dipelajari. Denganmelihat, meraba, dan memanipulasi alat peragamaka siswa mempunyai pengalaman nyatadalam kehidupan tentang arti konsep.Sedangkan sarana merupakan mediapembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alatbantu untuk melakukan pembelajaran. Denganmengguna-kan sarana tersebut diharapkandapat memperlancar pembelajaran. Contoh:papan tulis, jangka, peng-garis, lembar tugas

(LT), lembar kerja(LK), dan alat-alatpermainan.

Oleh karenaitu, guru dalammenyajikan materipelajaran selainmemilih tema/topik yang cocokdengan kondisisiswa, juga harusmemilih dan

menyajikan materi pelajaran denganmenggunakan media pembelajaran. Komuni-kasiadalah proses pertukaran pesan denganpenggunaan kata-kata lisan, tindakan atau alatbantu visual. Visual komunikasi atau alat bantuperaga yang digunakan untuk meningkatkanpresentasi lisan, memberikan kejelasan yanglebih besar dan meningkatkan retensi mentalsiswa. Setiap orang belajar akanmemprosesinformasi secara berbeda. Menggunakankombinasi alat komunikasi lisan dan visualakan membantu memahami informasi yang lebihefektif. Hal ini diperkuat dengan pernyataanbahwa belajar yang efektif harus mulai denganpengalaman langsung atau pengalamankongkrit dan menuju kepada pengalaman yangabstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantudengan alat peraga pengajaran dari pada bilabelajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran

Setiap mata pelajaran memilikikarakteristik berbeda sesuai tujuan

yang akan dicapai, namun padahakikatnya semua matapelajaran

tersebut menanamkan sikap,keterampilan, dan pengetahuan

pada siswa.

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

(Bell,1978:31). Media pembelajaran akanmembuat kondisi pengajaran di kelas lebihinteraktif, membantu siswa lebih terlibat dalampembelajaran mereka sendiri sehinggaberdampak materi yang dipelajari akan bertahanlama di benak siswa .

Salah satu fungsi pendidikan adalahmenjadikan siswa SD berilmu, cakap, kritis,kreatif, dan inovatif melalui mata pelajaranseperti IPS, IPA, Matematika, Bahasa Indonesiadan PPKn. Setiap mata pelajaran memilikikarakteristik berbeda sesuai tujuan yang akandicapai, namun pada hakikatnya semuamatapelajaran tersebut menanamkan sikap,keterampilan, dan pengetahuan pada siswa.Berikut ini akan diuraikan satu persatukarakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia,matematika, PPkn, IPs dan IPA SD dan kaitan-nya dengan penggunaan media pembelajaran.

Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia berupa bunyi simbol yang mengan-dung makna. Dengan bahasa, manusia dapatmengaktualisasikan pikiran dan perasaannya,serta dapat berinteraksi dengan sesamanyauntuk berbagai keperluan hidup. Demikian pulabahasa Indonesia, sebagai sebuah bahasa, perandan fungsinya tidak akan jauh berbeda denganhal tersebut. Itulah sebabnya, pelaksanaanpembelajaran bahasa Indonesia di sekolah harusmengaitkan dengan fungsi bahasa sebagaisarana komunikasi. Oleh karena itu, pendekatandan metode yang digunakan guru dalampembelajaran berpedoman pada fungsi bahasatersebut, yaitu metode atau pendekatankomunikatif. Bahasa merupakan sebuah sistem.Di dalam bahasa terdapat berbagai komponenyang membentuk sistem bahasa, di antaranyaadalah komponen pada tataran bunyi (fonologi),kata (morfologi), kalimat (sintaksis), dan makna(semantik). Setiap komponen bukannya berdirisendiri, melainkan saling berkaitan. Oleh karenabahasa Indonesia merupakan sebuah sistem,pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia disekolah yang baik dilakukan secara terpadu(terintegrasi), bukan secara terpisah-pisah(parsial). Keterpaduan itu tidak hanya lintasmateri, bila perlu lintas bidang atau lintas matapelajaran. Bahasa akan muncul dipengaruhisalah satunya oleh situasi atau konteks tertentu.Faktor konteks ini akan turut memberi kontribusi

dalam proses ‘pembentukan makna’ padabentuk bahasa yang muncul. Sehubungandengan hal tersebut, kegiatan pembelajaranbahasaIndonesia yang baik di sekolahdilakukan tanpa meninggalkan konteksberbahasa. Dengan kata lain, pendekatankontekstual akan menjadi sebuah alternatif yangtepat untuk digunakan dalam praktikpembelajaran bahasa Indonesia.

Di antara tujuan yang diemban oleh matapelajaran bahasa Indonesia adalah siswamemiliki keterampilan dalam berbahasaIndonesia secara baik dan benar, baik secarareseptif (membaca dan menyimak) maupunsecara produktif (berbicara dan menulis). Aspekketerampilan, termasuk keterampilan berbahasaIndonesia, biasanya akan dimiliki seseorangapabila ia rajin berlatih. Berdasarkan asumsitersebut, konsekuensi pembelajaran bahasaIndonesia lebih berorientasi pada praktikberbahasa daripada teori pengetahuan bahasa.Hal itu dilakukan agar tujuan terampil berbaha-sa Indonesia di kalangan siswa dapat terwujud.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia terkesanmengerjakan soal latihan lebih mengarah padagramatikal. Padahal karakteristik mata pelajaranbahasa Indonesia bersifat kontekstual sepertibagaimanatanya jawab yang sopan dan runtutdengan orang yang diajak berbicara agarmengandung makna. Pembelajaran tersebuttidak bisa dilatih dalam tulisan seperti menjawabsoal latihan atau mengarang. Akan tetapi padaketerampilan menyimak dan berbicara, siswasecara langsung terlibat.Oleh karena prosespembelajarannya akan menarik jika menggu-nakan tema sesuai minat siswa misalnya cita-citaku, setiap siswa akan saling mewawancaraiteman mengenai cita-citanya. Atau mengun-dang nara sumber sebagai contoh bagaimanamewawancarai yang benar atau memutarkanfilm tentang wawancara seseorang. Contoh lain,membelajarkan siswa mengungkapkan perasa-an melalui tulisan, bukan sekedar menyalin ataumembuat puisi atau karangan tanpa bimbinganyang hasilnya langsung dinilai oleh guru. Akantetapi guru membelajarkan secara bertahapmenuliskan puisi seperti menggunakan sebuahbenda kesayangannya di taruh di atas mejanyalalu guru membacakan pertanyaan seperti bendaapa itu. Siswa menjawab sesuai benda yang ada

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

di atas meja. Lalu pertanyaan berikutnyabagaimana ciri benda tersebut. Siswa lalumenuliskan ciri benda berdasarkan warna,ukuran, dst. Lalu guru bertanya lagi kapandigunakan. Anak akan menjawabnya dst.Tulisan hasil jawaban pernyataan guru tersebutakan menjadi puisinya. Setiap anak memajanghasil karyanya di papan tulis agar siswa laindapat membacanya. Melalui pertukaraninformasi puisi yang berbeda akan menambahpengetahuan anak tentang puisi. Sesuaikantingkat kesulitan membuat puisi secara bertahap,dari yang paling mudah dan kongkrit ke yangsukar dan abstrak. Untuk memberanikan anakbermain peran di depan teman-temannya,sebaiknya tidak langsung diminta berdiri didepan teman sekelas lalu bermain peran. Tentusiswa akan gugup, malu, dan berbicara sesuaiyang dihafal dengan suara pelan dan tidakdihayati.Mulailah dari kelompok kecil, misalnya4 - 5orang duduk dilantai dan di setiapkelompok ada selendang, topi, dan kacamata.Media tersebut diperagakan oleh setiap siswadi depan temannya dengan cara bebasmenggunakannya. Pertemuan selanjutnyadengan kelompok 8-10 orang siswa bolehbermain pantomin dan teman lainnya menebak.Pertemuan selanjutnya 15-20 orang dudukberkelompok menuliskan cita-cita pada secarikkertas, lalu salah seorang siswa mengambiltulisan tersebut dan membacakan seolah-olahia sebagai host sebuah acara pemberian tandapenghargaan di sekolah. Lakukan secarabergantian sehingga setiap anak mendapatkesempatan untuk berbicara di depan temandengan gayanya masing-masing. Pertemuanberikutnya, diminta2-3 orang membuat ceritadan memerankan di depan kelas.

Menurut Branson (1999:4), karakteristikPendidikan Kewarganegaraan  harus mencakuptiga komponen. Pertama, Civic Knowledge(pengetahuan kewarganegaraan), berkaitandengan kandungan atau nilai apa yangseharusnya diketahui oleh warga negara. Aspekini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teoriatau konsep politik, hukum dan moral. Kedua,Civic Skills (keterampilan kewarganegaraan)meliputi keterampilan intelektual (intelectualskills) dan keterampilan berpartisipasi

(participatory skills) dalam kehidupan berbangsadan bernegara. Contoh keterampilan intelektualadalah keterampilan dalam merespon berbagaipersoalan politik. Ketiga ialah Civic Disposition(watak kewarganegaraan). Komponen inisesungguhnya merupakan dimensi yang palingsubstantif dan esensial dalam mata pelajaranPPKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapatdipandang sebagai ‘muara’ dari pengembangankedua dimensi sebelumnya.

Dengan memperhatikan visi, misi, dantujuan mata pelajaran PPKn, karakteristik matapelajaran ini ditandai dengan penekanan padadimensi watak, karakter, sikap dan potensi lainyang bersifat afektif/sikap. Contoh, kegiatanpembelajaran siswa kelas 1 SD mengenai dirisendiri dikaitkan dengan karakter siswa .Karakter dapat terbentuk dari konsep diri yangbaik lalu diinternalisasikan dalam sikap sehari-hari menjadi sebuah pembiasaan. Siswa dalamusia 7-8 tahun sedang mencari konsep dirinya,oleh sebab itu saat membelajarkan dirinyasebaiknya menumbuhkan konsep diri yangpositif seperti percaya diri dan tidak rendah dirimelalui berbagai kegiatan permainan sepertimenggunakan cermin lalu siswa tersebutmenggambarkan bagaimana wajahnya danmenyebutkan ciri-ciri wajahnya. Wajah berbedadengan teman merupakan anugrah dari TuhanYME dan patut disyukuri. Siswa tersebutdengan bangga dapat menyebutkan ciriwajahnya pada teman melalui lisan ataugambar.

Kegiatan lainnya untuk memperkenalkansikap yang baik dan buruk, dapat diputar filmfabel yang menggambarkan karakter tersebut.Guru dapat menggunakan boneka tangan ataupanggung boneka untuk menceritakan tokohyang baik dan buruk sehingga siswa dapatmeniru karakter tokoh baik dalam kehidupansehari-hari. Saat menonton atau mendengarkandongeng sebaiknya siswa diajak berdiskusiuntuk tanya jawab mengenai tokoh dankemungkinan apa yang terjadi setelah suatukejadian berlangsung. Selain tidak jenuh danbosan, siswa dilatih mengungkapkan pikiranmelalui bahasa lisan.

Tujuan pendidikan IPS ialah mendidik danmemberi bekal kemampuan dasar kepada siswauntuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat,

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

minat, kemampuan, dan lingkungannya, sertaberbagai bekal siswa untuk melanjutkanpendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek‘pendidikan’ dari pada ‘transfer konsep’, karenadalam pembelajaran pendidikan IPS siswadiharapkan memperoleh pemahaman terhadapsejumlah konsep dan mengembangkan sertamelatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannyaberdasarkan konsep yang telah dimilikinya.Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPSharus diformulasikannya pada aspekkependidikannya. Konsep IPS, yaitu: (1) inter-aksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinam-bungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/ perbedaan, (5) konflik dan konsesus,(6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power),(9) nilai kepercayaan, (10) keadilan danpemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12)kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14)na s i on al is me .Penerapan pem-belajaran IPSpada jenjangpendidikan SDtidak hanya ber-orientasi padapengembangansosial tetapi jugaberorientasi padapengembangank e t e r a m p i l a nberpikir kritis,dan kecakapan-kecakapan dasar anak yangberpihak pada kenyataan kehidupan sosialkemasyarakatan sehari-hari serta memenuhikebutuhan sosial di masyarakat.

Sebagai ilustrasi, untuk memperkenalkankedudukan Indonesia di antara negara lainnya,kegiatan di kelas menggunakan media buahsemangka atau bola plastik. Pola pikiran siswamasih holistik sehingga sulit jika langsungdiajak untuk melihat peta atlas 2 dimensi. Olehkarena itu, siswa diajak mengamati duniadengan globe atau dibuat analogi dengan buahsemangka/bola plastik (benda kongkrit) yangditempel dengan kertas yang berbentuk pulaudan benua. Selanjutnya siswa diajak membuatpeta 2 dimensi dengan bola plastik tadi yangdipotong sebagian menjadi sehelai plastik (2

dimensi). Jika sudah paham, siswa diajak untukmengamati peta atlas dalam bentuk buku ataudisplay besar di gantung di papan tulis. Siswadapat membuat atau melengkapi peta atlastersebut dengan gambar atau warna atau tulisan.Tahapan siswa belajar konservasi ruang berupalingkungan tempat tinggalnya, dimulai daribenda kongkrit seperti globe lalu analogi denganbuah semangka/bola plastik selanjutnya masukke dua dimensi dalam bentuk gambar yang adadi peta/atlas terakhir dalam simbol atau tulisan.

Matematika memiliki bahasa dan aturanyang terdefinisi dengan baik, penalaran yangjelas dan sistematis, dan struktur atauketerkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utamapekerjaan matematika adalah penalarandeduktif yang bekerja atas dasar asumsi(kebenaran konsistensi). Selain itu, matematikajuga bekerja melalui penalaran induktif yangdidasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk

sampai padaperkiraan terten-tu. Tetapi perkira-an ini tetap harusdibuktikan secaradeduktif, denganargumen yangkonsisten. Mate-matika sekolahadalah matema-tika yang telahdipilah dand i s e s u a i k a n

dengan tahap perkembangan intelektual, siswaserta digunakan sebagai salah satu saranauntuk mengembangkan kemampuan berpikirsiswa. Ada sedikit perbedaan antara matematikasebagai ilmu dengan matematika sekolah.Perbedaan itu dalam bentuk penyajian, polapikir, keterbatasan semesta, dan tingkatkeabstrakan (Ibrahim 2000: 43-44). Padapembelajaran matematika di SD ada beberapakarakteristik seperti penyajian, pola pikir,semesta pembicaraan dan tingkat keabstrakan.

Penyajian matematika tidak harus diawalidengan teorema atau definisi, tetapi harusdisesuaikan dengan taraf perkembangan berpikirsiswa. Apalagi untuk tingkat SD, mereka belummampu seluruhnya berpikir deduktif denganobyek yang abstrak. Pendekatan yang induktif

Penerapan pembelajaran IPS padajenjang pendidikan SD tidak hanyaberorientasi pada pengembangan

sosial tetapi juga berorientasi padapengembangan keterampilan

berpikir kritis, dan kecakapan-kecakapan dasar anak...

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

dan menggunakan obyek yang kongkritmerupakan sarana yang tepat untuk membel-ajarkan matematika, karena kemampuanberpikir siswa SD masih dalam tahap operasio-nal konkrit. Suatu konsep diangkat melaluimanipulasi dan observasi terhadap obyekkongkrit, kemudian dilakukan proses abstraksidan idealisasi. Jadi, penggunaan media/alatperaga untuk memahami suatu konsep atauprinsip sangat penting dilakukan dalam prosespembelajaran matematika di SD.

Sesuai tingkat perkembangan intelektualsiswa, matematika yang disajikan dalam jenjangpendidikan juga menyesuaikan dalam kekom-plekan semestanya. Semakin meningkat perkem-bangan intelektual siswa, semesta matema-tikanya semakin diperluas. Tingkat keabstrakanmatematika menyesuaikan dengan tingkatperkembangan intelektual siswa. Di SD untukmemahami materi pelajaran dimungkinkanuntuk mengkongkritkan obyek-obyek matema-tika. Akan tetapi, hal ini berbeda untuk jenjangsekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjangsekolah, tingkat keabstrakannya semakin tinggipula.

Kegiatan menghitung dan menulis padasiswa usia dini sudah diperkenalkan karenatuntutan orang tua. Namun, ketika siswa masukkelas 1 SD konsep menghitung dan menulisbilangan sudah lupa karena sewaktumembelajarkan konsep menghitung, gurukurang memahami pola pikir dan perkembangansiswa. Guru jarang menggunakan bendakongkrit untuk menghitung, umumnya menggu-nakan kartu yang mempunyai gambar danbilangan. Lalu siswa dilatih menulis bilangan1-10. Siswa menjadi cepat lupa karena menghi-tung dan menulis bilangan mengguna-kanpikiran abstrak, sedangkan siswa tersebutmasih berada pada pikiran kongkrit. Oleh karenaitu penggunaan media sangat diperlukan dalammembelajarkan konsep berhitung. Melaluiberbagai macam permainan dengan menggu-nakan media di siswa ajak menghitung. Siswacepat ingat tapi cepat lupa merupakankarakteristik siswa usia 6-8 tahun. Oleh karenaitu, konsep bermain hitung dengan mediadilakukan berulang-ulang. Jika sudah paham,anakdiajak menggambarkan benda yang

dihitung pada kartu atau buku. Lakukanberulang-ulang dengan benda yang berbeda danjumlahnya berbeda-beda. Setelah siswa pahammaka lanjutkan dengan menulis bilangan sesuaidengan jumlah benda yang dhitung. Siswamenggambar benda lalu menuliskan bilangan-nya. Tahap akhir yang dianggap paling sulit olehsiswa adalah menuliskan bilangan saja karenaitu abstrak. Oleh karena itu, siswa kelas 1 SDharus mengulang konsep berhitung yang sudahdiajarkan di PAUD dan setelah siswa ingat danpaham baru melangkah pada simbol bilangan.

IPA merupakan cabang pengetahuan yangberawal dari fenomena alam. IPA didefinisikansebagai sekumpulan pengetahuan tentang objekdan fenomena alam yang diperoleh dari hasilpemikiran dan penyelidikan ilmuwan yangdilakukan dengan keterampilan bereksperimendengan mengguna-kan metode ilmiah. Padahakikatnya, IPA merupakan ilmu pengetahuantentang gejala alam yang dituangkan berupafakta, konsep, prinsip dan hukum yang terujikebenarannya melalui rangkaian kegiatanilmiah. IPA merupakan suatu rangkaian konsepyang saling berkaitan. Bagan-bagan konsepyang telah berkembang sebagai hasil eksperimendan observasi bermanfaat untuk eksperimen danobservasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).

Sesuai dengan karakteristiknya, IPAdiharapkan dapat menjadi wahana bagi siswauntuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarserta pengembangan lebih lanjut dalamkehidupan sehari-hari. Cakupan IPA yangdipelajari di sekolah tidak hanya berupakumpulan fakta tetapi juga proses perolehanfakta yang didasarkan pada kemampuanmenggunakan pengetahuan dasar IPA untukmemprediksi atau menjelaskan berbagaifenomena yang berbeda. Cakupan dan prosesbelajar IPA disekolah sebagai berikut.

Pertama, proses belajar IPA melibatkanhampir semua alat indra, seluruh proses berpikir,dan berbagai macam gerakan otot. Contoh, untukmempelajari pemuaian pada benda, kita perlumelakukan serangkaian kegiatan yangmelibatkan indra penglihat untuk mengamatiperubahan ukuran benda (panjang, luas, atauvolume), melibatkan gerakan otot untukmelakukan pengukuran dengan menggunakan

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

alat ukur yangsesuai dengan benda yang diukurdan cara pengukuran yang benar, agar diperolehdata pengukuran kuantitatif yang akurat.

Kedua, belajar IPA dilakukan denganmenggunakan berbagai macam cara (teknik).Misalnya, observasi, eksplorasi, daneksperimen.

Ketiga, belajar IPA memerlukan berbagaimacam alat, terutama untuk membantupengamatan. Hal ini dilakukan karena kemam-puan alat indra manusia itu sangat terbatas.Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yangkita peroleh hanya berdasarkan pengamatandengan indra, akan memberikan hasil yangkurang obyektif, sementara itu IPA mengutama-kan obyektivitas. Contoh : pengamatan untukmengukur suhu benda diperlukan alat bantupengukur suhu.

Keempat, belajar IPA merupakan proses aktif.Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus anaklakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untukanak. Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyekdan peristiwa, mengajukan pertanyaan,memperoleh pengetahuan, menyusun penje-lasan tentang gejala alam, menguji penjelasantersebut dengan cara-cara yang berbeda, danmengkomunikasikan gagasannya pada pihaklain. Keaktifan secara fisik saja tidak cukupuntuk belajar IPA, siswa juga harus memperolehpengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikirdalam belajar IPA. Para ahli pendidikan danpembelajaran IPA menyatakan bahwapembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswadalam berbagai ranah, yaitu rana kognitif,psikomotorik,dan afektif. Keaktifan dalambelajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktifbertindak secara fisik atau hands-on dan aktifberpikir atau mind-on(NCTM, 1973:20). Hal inidikuatkan dalam kurikulum IPA yangmenganjurkan pembelajaran IPA di sekolahmelibatkan siswa dalam penyelidikan yangberorientasi inkuiri, dengan interaksi antarasiswa dengan guru dan siswa lainnya. Melaluikegiatan penyelidikan, siswa membuathubungan antara pengetahuan yang dimilikinyadengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannyapada berbagai sumber, siswa menerapkan materiIPA untuk mengajukan pertanyaan, siswamenggunakan pengetahuannya dalam pemeca-han masalah, perencanaan, membuat keputus-

an, diskusi kelompok, dan anak memperolehasesmen yang konsisten dengan suatupendekatan aktif untuk belajar.

Contoh kegiatan pembelajaran tata surya diSD akan menarik dan bermakna jika diputarkanfilm tentang tata surya sehingga anak tidakmiskonsepsi satu dengan lainnya. Siswa akanterbayang posisi bumi, matahari, dan bulanmelalui tayangan film. Namun, bisa digunakanmedia lain seperti bola ukuran besar (bumi) yangdisorot oleh lampu senter (matahari) dan bolakecil (bulan). Tiga orang siswa memegang bendatersebut lalu atur posisi siswa dan setiap siswaberputar ke arah kanan. Kegiatan inimenyimulasikan gerhana matahari, gerhanabulan atau posisi yang teratur pada tata suryaterjadi. Setelah siswa paham konsep tata suryamelalui media maka siswa dapat menggam-barkan pada buku dan menjelaskan secara lisanatau tulisan. Media pembelajaran menjembatanisiswa dari berpikir kongkrit ke abstrak .

Agar proses pendidikan bermutu, pelaksa-naanya dilakukan sesuai dengan Permen No.41/2006 tentang Standar Proses yang menya-takan, proses pembelajaran pada satuanpendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memoti-vasi siswa untuk berpartisipasi aktif, sertamemberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas, dan kemandirian sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik sertapsikologis siswa. Salah satu sumber belajar yangdapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantuproses pembelajaran yang berasaskanpembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan (PAKEM) tersebut denganmemanfaatkan media pembelajaran yang adalingkungannya. Tujuan memanfaatkan mediapembelajaran di kelas menurut Sukayati (2009:89) adalah antara lain untuk meningkatkanmotivasi belajar anak sehingga siswa tertantangbelajar dari berbagai media untuk menjawab rasaingin tahu yang besar.

Media pembelajaran selalu berkaitandengan kompetensi dasar di kurikulum. Olehkarena itu, dalam memilih, memanfaatkan danmerancang media pembelajaran harusdisesuaikan dengan tujuan pembelajaran yangtertuang dalam kurikulum. Media pembelajaranyang tidak memenuhi kriteria dapat menye-

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

babkan kegagalan dalam penggunaannya.Beberapa kriteria media pembelajaran antaralain ekonomis, praktis, mudah diperoleh,fleksibel (dapat dimanfaatkan untuk berbagaitujuan intruksional dan tidak dipengaruhi olehkemajuan teknologi, nilai, budaya, dan lain-lain),terkait dengan kurikulum (kompetensi dasar,strategi pembelajaran, sistem evaluasi yangdigunakan), sesuai dengan karakteristik siswa,dan kondisi pembelajaran.

Pembelajaran merupakan aktivitas danproses yang sistematis dan sistemik yang terdiriatas beberapa komponen yaitu : guru, kurikulum,siswa , fasilitas dan administrasi. Masing-masing komponen tidak bersifat parsial(terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapiharus berjalan secara teratur, saling bergantung,dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukanrancangan dan pengelolaan belajar yang baikyang dikembangkan dalam rangka mencapaitujuan pembelajaran.

Para guru dituntut agar mampu menggu-nakan media yang digunakan dalampembelajaran dan menggembangkan keteram-pilan membuat media pembelajaran yang akandigunakannya apabila media tersebut belumtersedia di sekolah. Dalam menyusunperencanaan pembelajaran beberapa langkahyang perlu diperhatikan oleh guru.1. Merumuskan tujuan khusus.  Dengan cara

identifikasi dan analisa kurikulum yangberlaku selanjutnya susun indikator yangakan dicapai. Untuk pembelajaran tematikdi SD perlu mengkaji dari beberapa matapelajaran yang dikaitkan. Misalnya matapelajaran Matematika, Bahasa Indonesia,IPA, IPS, PPKN, dan SBDK agar tujuanpembelajaran berkesinambungan dan utuh.

2. Memilih pengalaman belajar. Guru perlumemilih dan menentukan materi yang akandisajikan sesuai dengan minat, perkem-bangan dan kematangan siswa yang akanbelajar. Untuk siswa SD yang senangbermain, melatih motorik kasar dan halus,mencari konsep diri untuk membiasakandiri menjadi sebuah karakter perlupengalaman yang melibatkan langsung.

3. Menentukan kegiatan belajar mengajar.Siswa SD berkarakteristik senang bergerak

artinya akan cepat bosan jika duduk,mencatat dan mendengar ceramah dari gurusaja. Oleh karena itu perlu didesain sebuahkegiatan pembelajaran yang memotivasidan menantang siswa agar mereka maubelajar. Guru perlu mempertimbangkanmetode pembelajaran dan media yangdigunakan saat siswa belajar. Hal ini terkaitdengan sumber belajar, fasilitas dan kondisisiswa. Contohnya di area pantai dan areapersawahan, sumber belajar yang tersediaakan berbeda karena budaya, matapencaharian, kekayaan alam yang berbeda.Intinya guru dapat menfasilitasi belajarsiswa sehingga tujuan belajar anak tercapaimaksimal.

4. Menentukan orang yang akan terlibatmembantu dalam proses pembelajaran sertamemilih dan menentukan media yang tepat. Dalam mempersiapkan media pembelajaranguru perlu mempertimbangkan bagaimanamempersiapkannya. Mengorganisasikansemua sumber daya yang ada adalah tugasguru. Sekaligus guru menyeleksi media yangsesuai digunakan saat pembelajaran.Pemanfaatan media pembelajaran yang

tepat dan digunakan secara benar diharapkandapat mempermudah abstraksi, memperbaiki,atau meningkatkan penguasaan konsep ataufakta, memberikan motivasi, memberikan variasipembelajaran, meningkatkan efisiensi waktu,dan meningkatkan keterlibatan anak dalampembelajaran. Menurut Ruseffendi (dalamPujiati, 2009a) penggunakan mediapembelajaran tidak selamanya membuahkanhasil belajar yang lebih meningkat, lebih menarik,dan sebagainya. Adakalanya menyebabkan halyang sebaliknya, yaitu menyebabkan kegagalananak dalam belajar. Kegagalan itu akan nampakapabila generalisasi konsep abstrak darirepresentasi hal-hal yang kongkrit tidak tercapai,media yang digunakan hanya sekedar sajianyang tidak memiliki nilai-nilai yang tidakmenunjang konsep-konsep yang diajarkan,tidak disajikan pada saat yang tepat,memboroskan waktu, diberikan pada siswa yangsebenarnya tidak memerlukannya, dan tidakmenarik dan mempersulit konsep yangdipelajari.

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Simpulan

KesimpulanGlobalisasi menuntut masyarakat untuk berpikirkreatif dan kritis. Masyarakat yang produktifakan menghasilkan produk bermutu sehinggadapat bersaing dengan negara lain. Untukmenghadapi tantangan zaman tersebutdiperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yangmemiliki kepribadian yang seimbang daya cipta,karsa, dan karya untuk dapat bersaing danunggul. Salah satu cara untuk membentuk SDMyang bermutu melalui pemanfaatan mediapembelajaran dalam dunia pendidikan.Penggunaan media pembelajaran sangatberguna melengkapi pemahaman siswaterutama siswa SD terhadap materi yangdipelajari dan prinsipnya untuk meningkatkanefektivitas dan kelancaran proses belajar

Mata pelajaran yang diajarkan pada siswaSD seperti Matematika, Bahasa Indonesia,Agama, PPkn, IPA, IPs, SBDK, dan Penjasmemiliki karakteristik berbeda namun semuamata pelajaran tersebut bertujuan menum-buhkan kematangan berpikir, emosional danspirituil pada siswa. Kompetensi dasar yangingin dicapai oleh setiap mata pelajaran berbeda-beda namun proses pembelajaran yangmenyenangkan dan bermakna berlaku padasetiap mata pelajaran. Oleh karena penggunaanmedia pembelajaran sebagai jembatan untukmempermudah siswa berpikir dari kongkrit keabstrak serta meningkatkan motivasi siswabelajar.

Keberhasilan penggunaan mediapembelajaran sangat tergantung pada ketepatanpemilihannya yang harus mengacu padatuntutan kurikulum (kompetensi dasar, strategipembelajaran, dan evaluasi hasil belajar),karakteristik bahan pembelajaran, karakteristiksiswa , serta lingkungan pembelajaran.

SaranGuru sebagai agent transfer of knowledge yangingin mendapatkan hasil pembelajaran yangbaik hendaknya selalu berusaha memperbaikiproses pembelajarannya dengan mengoptimal-kan dan menciptakan ide kreatif melalui mediasehingga pembelajaran dapat berjalan dengan

optimal dan mencapai hasil maksimal.Cara danmacam penggunaan setiap media memangberbeda sesuai dengan konsep materi yang harusdipahami oleh siswa dan disesuaikan denganmetode pembelajaran yang digunakan. Guruharus paham dan terampil dalam pengelola alatperaga matematika yang digunakan. Jangansampai terjadi penggunaan media malahmengacaukan jalannya pembelajaran yangditangani. Guru harus pula tahu apakah mediatersebut untuk penanaman konsep ataupembinaan keterampilan. Dalam fungsipendidikan (PP 17/2010 dalam pasal 67), dalammembekali siswa pengetahuan, keterampilandan sikap pengalaman belajar siswa sangatlahpenting. Pengalaman tersebut akan membentuksuatu pemahaman apabila ditunjang denganalat bantu belajar, yang berfungsi untukmengkongkritkan materi-materi yang bersifatabstrak. Oleh karena itu guru harus terus belajarmelalui baca buku, mengikuti seminar workhop,mendisain media pembelajaran selanjutnyadidiskusikan dengan teman sejawat, membukapikiran (open minded) ketika ada masukan/saranyang sifatnya membangun; melakukan PTK.

Daftar Pustaka

Arikunto, Agus. (2007). Pemanfaatan alat peragamatematika di SD. Yogyakarta: PPPPTKMatematika

Arsyad, Azhar. (2011). Media pembelajaran.Jakarta: Rajawali Press

Branson. (1999). Theory of civic education: A forthcoming education. Canada: Sherbrooke

Depdiknas. (2006). Standar pendidikan nasional.Jakarta: Pusat Kurikulum

Estiningsih, E. (1994).Landasan teknik pengajaranhitung SD. Yogyakarta: PPPG Matematika

Bell, Frederich H,.(1978). Teaching and learningmathematics. Iowa : Brown CompanyPublisher

Hamalik, Oemar. (2011). Dasar-dasarpengembangan kurikulum. Bandung: RosdaKarya

Hudojo, H. (1998). Mengajar belajar matematika.Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, H, dkk. (2000). Media pembelajaran.Malang: Universitas Negeri Malang

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Kitson, Neil, & Merry, Roger. (1997). Teaching inthe primary school. London: Routledge

Kurjono. (2010). Proses belajar mengajar denganaspek-aspeknya: Panduan bagi para pendidik,maha anak dan para praktisi pendidikan.Bandung: ProgramStudi PendidikanAkuntansi: Tidak diterbitkan

Latuhera. (1988). Media pembelajaran. Jakarta:Gramedia

Mulyasa, E. (2011). Kurikulum tingkat satuanpelajaran. Bandung: Rosda Karya.

NCTM (1973). Instructional AIDs in mathematics:Virginia (Thirty Year Book)

Pujiati. 2009a. Pemanfaatan alat peraga sebagaimedia pembelajaran matematika SD.Makalah tidak dipublikasikan.Yogyakarta: PPPPTK Matematika

Pujiati. 2009b. Pembuatan alat peraga matematika.Makalah tidak dipublikasikan. Yogyakarta:PPPPTK Matematika

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan. Jakarta

Permendiknas 41/2007 tentang Standar ProsesTim PPPPTK Matematika. 2008a. Petunjuk

penggunaan alat peraga matematika untukguru. Yogyakarta: Empat Pilar

Tim PPPPTK Matematika. 2008b. Petunjukpenggunaan alat peraga matematika untukmurid. Yogyakarta: Empat Pilar

Sadiman, Arif.(2007). Media pendidikan:Pengertian, pengembangan danpemanfaatannya . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Saud, Udin. (2009). Pengembangan profesi guru.Bandung: Alfabeta

Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. (2009). Mediapengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo

Sudrajat. (2005). Memanajemen pembelajaran.Bandung:Pustaka Setia

Sukayati, Agus Suharjana. (2009). Pemanfaatanalat peraga matematika dalam pembelajarandi SD. Yogyakarta: DepartemenPendidikan Nasional Direktorat JenderalPeningkatan Mutu Pendidik dan TenagaKependidikan Pusat Pengembangan danPemberdayaan Pendidik dan TenagaKependidikan (PPPPTK) Matematika

Supandi.(1992). Strategi belajar mengajar .Bandung: Rosda karya

Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi belajar. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Syaodih, Erlina. (2011). Perkembangan anak.Bandung: Rosda karya

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi pembelajaran.Jakrta: Rineka Cipta

Widyadani, SB. (2008). Media danpembelajarannya. Bandung: Media Perkasa

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Penggunaan Fun Multiplication Beads UntukMeningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa

Sih Retno HastutiEmail: [email protected]

SDK 11 BPK PENABUR Jakarta

Opini

PAbstrak

eserta didik kelas 2 SD mengalami kesulitan dalam penguasaan konsep perkalian dasar,yaitu perkalian 2 bilangan satu angka dan perkalian dengan bilangan 10, pada pelajaranMatematika. Padahal, penguasaan konsep perkalian merupakan hal yang penting karenadi kelas 3 peserta didik belajar materi pembagian. Salah satu faktor penyebab anak

mengalami kesulitan dalam menguasai konsep perkalian adalah pembelajaran yang kurang menarikdan guru tidak menggunakan alat peraga. Tulisan ini membahas bagaimana pembuatan danpenggunaan alat peraga Fun Multiplication Beads dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas 2SD dalam penguasaan materi perkalian pada pelajaran Matematika. Media ini sangat menarikkarena menggunakan metode permainan. Mengingat pentingnya penguasaan kemampuanperkalian dasar bagi peserta didik kelas 2, tulisan ini menyarankan kepada Guru SD dan orang tuauntuk menggunakan alat peraga Fun Multiplication Beads dalam pelajaran Matematika untukmelengkapi metode pembelajaran yang telah dilakukan di kelas.

Kata-kata kunci: perkalian, alat peraga, media, Fun Multiplication Beads, penguasaan matematika

Usage of Fun Beads Multiplication to Improve Student’s Multiplication Ability

AbstractThe students of Grade 2 in Primary Schools often find difficulties in understanding of basic multiplicationparticularly the multiplication of 2 and 10. The problem arises as the teacher does not apply the appropriatemethods and use teaching aids. This article discusses how Fun Multiplication Beads can be made and used bythe teacher to facilitate the students to understand the basic multiplication. The students find learning as a funbecause they are learning through playing. This article recommends the teacher to apply this method tomotivate the students to learn mathematic concepts joyfully.

Keywords: multiplication, teaching aids, media, Fun Multiplication Beads, mathematic mastery

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Pendahuluan

Pelajaran perkalian mulai diberikan di kelas 2SD semester 2. Perkalian, khususnya perkaliandasar, yaitu perkalian 2 bilangan satu angka danperkalian dengan bilangan 10 merupakan topikkrusial dalam pelajaran Matematika SD.Perkalian lain yang lebih tinggi tingkatannyadapat dicapai secara lebih mudah bila pesertadidik paham dan hafal perkalian dasar.Demikian pula dengan pembagian yang akanmulai diajarkan di kelas 3, akan dapat denganmudah dipahami peserta didik, bila merekapaham dan hafal perkalian dasar.

Hingga saat ini banyak peserta didikmengalami kesulitan dalam menerima pelajaranperkalian. Mereka tidak paham dan terampilperkalian dasar (perkalian dua bilangan satuangka). Akibatnya, pelajaran perkalian danpembagian lanjut di kelas berikutnyamengalami kesulitan. Sementara perkalian danpembagian harus dikuasai peserta didik sejakdini karena selalu terkait dengan pelajaranMatematika di kelas berikutnya bahkan hinggajenjang yang lebih tinggi.

Hal ini dialami sendiri oleh anak penulisketika ia duduk di kelas 2 SD. Ia mengalamikesulitan dalam perkalian 2 bilangan satu angkadan perkalian dengan bilangan 10 sehinggaakhirnya penulis membuatkan tabel perkalian 1– 10 dan menempelkannya di tempat yangmudah dilihat. Hal tersebut dimaksudkan agaria dapat mudah menghafalkan perkalian dasardan perkalian dengan bilangan 10 karena seringmelihat tabel perkalian tersebut. Namun,ternyata anak penulis tidak mengalamikemajuan dalam penguasaan perkalian dasar.Metode hafalan tidak menolong anak penulismemahami konsep dan terampil dalam perka-lian dasar dan perkalian dengan bilangan 10.

Kesulitan siswa memahami konsepperkalian dasar dan perkalian dengan bilangan10 disebabkan antara lain: metode ini kurangmenarik, belum menggunakan metode berhitungyang mempermudah siswa belajar perkalian,tidak mengajarkan konsep pembelajaranperkalian itu sendiri, pembelajaran lebihdidominasi oleh guru, dan guru mengajardengan menerangkan kemudian memberikantugas. Guru juga belum menggunakan alat

peraga yang memadai sehingga pembelajaranmenjadi monoton dan verbalistik.

Ingatan siswa sangat terbebani mengha-falkan pengertian dan mereka merasa terpaksasehingga pembelajaran terasa sangatmembosankan. Hal ini tentu sangat berten-tangan dengan dunia mereka, yaitu bermain.

Menurut Papalia (2008), seorang ahliperkembangan manusia, dunia anak adalahdunia bermain. Dengan bermain anak-anakmenggunakan otot tubuhnya, menstimulasiindera tubuh, mengeksplorasi dunia sekitar,menemukan seperti apa dunia ini dan diri mere-ka sendiri. Lewat bermain, anak mempelajari halbaru, kapan harus menggunakan keahliantersebut, serta memuaskan apa yang menjadikebutuhannya. Lewat bermain pun, fisik anakakan terlatih, kemampuan kognitif dan berin-teraksi dengan orang lain akan berkembang juga.

Oleh karena itu, penulis merancang alatperaga Fun Multiplication Beads. FunMultiplication Beads adalah alat peraga yangdirancang untuk meningkatkan kemampuanpeserta didik mulai kelas 2 SD dalam menguasaikonsep perkalian dasar dan perkalian denganbilangan 10. Media ini sangat menarik bagi anakkarena menggunakan metode permainan yangmenyentuh dunia anak. Anak akan mudahpaham dan mengingat perkalian dasar danperkalian dengan bilangan 10 karena merekamempelajarinya sambil bermain.

Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, dapatdiidentifikasikan beberapa permasalahan yangtimbul, antara lain:1. Bagaimana alat peraga Fun Multiplication

Beads dapat meningkatkan kemampuanpeserta didik kelas 2 SD dalam perkaliandasar dan perkalian dengan bilangan 10?

2. Bagaimana tahapan pembuatan alat peragaFun Multiplication Beads?

3. Bagaimana cara menggunakan alat peragaFun Multiplication Beads?

TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, tulisanini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut.1. Bagaimana alat peraga Fun Multiplication

Beads dapat meningkatkan kemampuan

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

peserta didik kelas 2 SD dalam perkaliandasar dan perkalian dengan bilangan 10.

2. Tahapan pembuatan alat peraga FunMultiplication Beads.

3. Cara menggunakan alat peraga FunMultiplication Beads.

ManfaatAlat peraga Fun Multiplication Beads dapatbermanfaat untuk menambah wawasan guru SDtentang pemanfaatan dan pengembanganmedia/alat peraga pelajaran Matematika untukmeningkatkan kelancaran pelaksanaan tugasprofesionalnya sebagai pembimbing pesertadidik di sekolah.

Pembahasan

Perkalian dalam Pelajaran MatematikaMatematika merupakan ilmu universal yangmendasari perkembangan teknologi modern danmempunyai peran penting dalam berbagaidisiplin dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologikomunikasi dan informasi dewasa ini dilandasioleh perkembangan Matematika. Untukmenguasai dan mencipta teknologi di masadepan diperlukan penguasaan Matematikayang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006).

Mata pelajaran Matematika bertujuan agarpeserta didik memiliki kemampuan sebagaiberikut (Depdiknas, 2006):1. Memahami konsep Matematika, menjelas-

kan keterkaitan antarkonsep dan meng-aplikasikan konsep atau algoritma, secaraluwes, akurat, efisien, dan tepat dalampemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran dalam pola dansifat, melakukan manipulasi Matematika,dalam membuat generalisasi, menyusunbukti, atau menjelaskan gagasan danpernyataan Matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah, meran-cang model Matematika, menyelesaikanmodel, dan menafsirkan solusi yangdiperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengansimbol, tabel, diagram, atau media lainuntuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaanMatematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, danminat dalam mempelajari Matematika, sertasikap ulet dan percaya diri dalampemecahan masalah.Dari tujuan pelajaran Matematika tersebut,

memahami konsep Matematika merupakantujuan yang harus dicapai lebih dulu agar tujuanberikutnya lebih mudah dicapai. Konsep-konsepMatematika yang harus dipahami di SekolahDasar meliputi aspek bilangan, geometri, danpengolahan data. (Depdiknas, 2006). Pada aspekbilangan terdapat konsep operasi perkalianbilangan cacah yang harus dipahami pesertadidik SD kelas 2.

Untuk mencapai pemahaman konsepoperasi perkalian bilangan cacah bukan hal yangmudah. Sampai sekarang ini, banyak pesertadidik yang masih mengalami kesulitan dalammenerima pelajaran perkalian. Mereka tidakpaham dan hafal perkalian dasar (perkalian duabilangan satu angka), sehingga perkalianberikutnya terasa semakin sulit dan akhirnyadibenci dan ditakuti (Raharjo, 2009: 5).

Menurut Raharjo (2009: 5) cara mengajarpeserta didik supaya terampil perkalian dasarmasih menjadi masalah di lapangan. Masalahyang dimaksud adalah peserta didik sulitmemahami dan sulit diajak terampil perkaliandasar (perkalian dua bilangan satu angka).Kesalahan ini kemudian dibebankan kepadaguru kelas 2. Hal yang sama berlaku padapembagian dasar kelas 2. Akibatnya pelajaranperkalian dan pembagian tingkat lanjut di kelasberikutnya mengalami kesulitan. Sementara itu,perkalian dan pembagian harus dikuasaipeserta didik sejak dini karena selalu terkaitdengan pelajaran Matematika di kelasberikutnya bahkan jenjang yang lebih tinggi.

Banyak siswa mengalami kesulitan dalamperkalian dasar karena permasalahan daridalam diri siswa sendiri dan berasal dari guru.Masalah dari siswa, di antaranya belum pahamoperasi hitung perkalian dan siswa hanyamenghafal cara-cara tanpa memahami makna

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

dan manfaat materi yang dipelajari. Masalahdari guru, di antaranya: tidak menggunakan alatperaga yang relevan dalam pembelajaran, hanyamenggunakan gambar, guru menggunakanpendekatan yang tidak tepat, kurangmenanamkan konsep dalam setiap materipelajaran, dan guru tidak memperhatikan tahapdalam proses belajar, tapi langsung memberikanpenyelesaian soal.

Alat Peraga dalam Pelajaran MatematikaSalah satu cara bagi Guru SD untukmeningkatkan pemahaman peserta didik dalamperkalian dasar dan perkalian dengan bilangan10 adalah dengan menggunakan alat peragadalam pembelajaran. Untuk itu, penulismerancang alat peraga Fun MultiplicationBeads. Oleh karena, pada dasarnya anak belajarmelalui benda/objek konkret. Untuk memahamikonsep abstrak, anak memerlukan benda konkretsebagai perantara atau visualisasinya.Selanjutnya, konsep abstrak yang baru dipahamipeserta didik itu akan melekat dan tahan lamabila peserta didik belajar melalui perbuatan dandapat dimengerti, bukan hanya mengingat fakta.

Dengan menggunakan alat peraga makaterjadi hal-hal berikut.1. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik

siswa maupun guru, dan terutama siswa,minatnya akan timbul. Ia akan senang,terangsang, tertarik dan karena itu akanbersikap positif terhadap pengajaranMatematika.

2. Konsep abstrak Matematika tersajikandalam bentuk konkret dan karena itu dapatdipahami dan dimengerti, dapatditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebihrendah.

3. Hubungan antara konsep abstrakMatematika dengan benda-benda di alamsekitar akan lebih dapat dipahami.

4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikandalam bentuk konkret, yaitu dalam bentukmodel Matematik yang dapat dipakaisebagai objek penelitian maupun sebagaialat untuk meneliti ide-ide baru dan relasibaru bertambah banyak. (Suherman, 2003:7).Alat peraga merupakan media pembelajaran

yang mengandung ciri-ciri konsep yangdipelajari (Sudjana, 2005:90). Alat peraga dalam

proses pembelajaran memegang perananpenting sebagai alat bantu untuk menciptakanproses pembelajaran yang efektif. Alat bantupembelajaran adalah perlengkapan yangmenyajikan satuan-satuan pengetahuan melaluistimulasi pendengaran, penglihatan ataukeduanya untuk membantu pembelajaran(Kochhar, 2008:214).

Manfaat alat peraga, menurut Suherman(1994:274), di antaranya adalah membantu gurudalam (a) memberi penjelasan konsep, (b)merumuskan atau membentuk konsep, (c)melatih siswa dalam keterampilan, (d) memberipenguatan konsep pada siswa, (e) melatih siswadalam pemecahan masalah, (f) melatih siswadalam pengukuran, dan (g) mendorong siswauntuk berfikir kritis dan analitik.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Higginsdan Suydam tahun 1976 (Suherman, 1994:273)memberikan hasil bahwa secara umum alatperaga berfungsi efektif dalam memotivasibelajar siswa dan terdapat perbandingan 6 : 1antara pengajaran yang menggunakan alatperaga dengan yang tidak menggunakannya.

Pemahaman siswa tentang konsepMatematika tidak akan terlepas dari kehidupannyata yang mereka hadapi sehari-hari. Selainsiswa akan benar-benar paham tentang konsepyang dimaksud, mereka akan mampu berkreasidalam mengaplikasikan konsep Matematikapada kehidupan nyata. Menurut J. Bruner (dalam Hudojo Herman, 1998), penjelasankonsep Matematika dimulai dengan bendasesungguhnya (enactive), diteruskan dengangambar benda (iconic), dan dilanjutkan denganpenggunaan simbol (symbolic).

Hudoyo (1998) menyatakan, belajarMatematika merupakan proses membangun/mengkonstruksi konsep dan prinsip, tidaksekedar penggrojokan yang terkesan pasif danstatis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis.Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivis,yaitu suatu pandangan dalam mengajar danbelajar di mana siswa membangun sendiri artidari pengalamannya dan interaksi dengan oranglain, sedangkan tugas guru adalah memberikanpengalaman yang bermakna bagi siswa.Sedangkan menurut Piaget taraf berpikir anakseusia SD adalah masih kongkret operasional.Artinya, untuk memahami suatu konsep siswa

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

masih harus diberikan kegiatan yangberhubungan dengan benda atau kejadian nyatayang dapat diterima akal mereka. Berdasarkanuraian sebelumnya, maka dalam belajarMatematika pengalaman belajar siswa sangatlahpenting. Pengalaman tersebut akan membentukpemahaman apabila ditunjang dengan alatbantu belajar, agar pemahaman Matematikatersebut menjadi kongkret.

Diharapkan alat bantu belajar atau alatperaga Fun Multiplication Beads dapat memberi-kan pengalaman belajar yang bermakna,mengaktifkan dan menyenangkan siswa.

Gambar 1: Fun Multiplication Beads

Alat Peraga Fun Multiplication Beads

Untuk membuat alat peraga Fun Multiplicationadapun bahan-bahan yang diperlukan sepertiterlihat pada gambar di bawah ini adalah: 1).Cok Board; 2) PVC Board ; 3) Lem fox; ·4) Obeng; 5)Satu set kartu perkalian dasar dan perkaliandengan bilangan 10; 6) Manik-manik (100 buah);7) Karakter penunjuk perkalian: Kepik; 8) Cutter;dan 9) Penggaris sablon

Gambar 2: Cok Board

Gambar 3: PVC Board

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Gambar 5: Obeng

Gambar 4: Lem Fox

Gambar 6: Kartu Perkalian

Gambar 7: Manik-manik

Gambar 8:Karakter penunjuk perkalian: Kepik

Gambar 9: Cutter

Gambar 10: Penggaris sablon

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Teknik PembuatanPertama, cok board sebagai papan perkalian,dilubangi dengan menggunakan cutter danobeng. Besar lubang sebesar manik-manik.

Kedua, tulis angka 1 – 10 di sisi bagian atas dansisi bagian kiri pada papan perkalian, namamedia: Fun Multiplication Beads, dan carabermain.

Gambar 11. Penempelan Cok Boardpada PVC Board

Gambar 10: Pelubangan Cok Board

Ketiga, cok board yang sudah dilubangiditempelkan pada PVC Board denganmenggunakan lem.

Keempat, buat satu set kartu perkalian dasardan perkalian dengan bilangan 10 pada programMS. Word. Kemudian dicetak, dilaminasi, dandigunting sesuai ukuran yang telah ditentukan.

Teknik PermainanAlat peraga Fun Multiplication Beads dimainkandengan cara berikut.1. Satu orang anak mengocok kartu dan

memilih salah satu kartu. Kartu yangdipilihnya menunjukkan perkalian yang iapilih. Misalnya ia mendapatkan kartuperkalian 5 x 2, maka:Pertama, ia harus menyebutkan jawaban-nya.Kedua, untuk membuktikan apakahjawabannya benar atau tidak, ia akan:a. Meletakkan karakter penunjuk perka-

lian “Kepik” pada papan perkalian, kebaris (arah bawah) yang menunjukkanangka 5, dan meletakkan karakterpenunjuk perkalian “Kepik” ke kolom(arah kanan) yang menunjukkan angka 2.

b. Kemudian ia mengambil manik-manik,dan meletakkan manik-manik tersebutpada lubang yang ada di seluruh areadi sepanjang baris 5 dan kolom 2.Pertama, ia akan meletakkan manik-manik pada baris 1, kolom 1 dan kolom 2.Kedua, ia akan meletakkan manik-manik pada baris 2, kolom 1 dan kolom 2.Ketiga, ia akan meletakkan manik-manikpada baris 3, kolom 1 dan kolom 2.Keempat, ia akan meletakkan manik-manik pada baris 4, kolom 1 dan kolom 2.Kelima, ia akan meletakkan manik-manik pada baris 5, kolom 1 dan kolom 2.

c. Bila jumlah manik-manik di seluruhlubang pada area tersebut sama denganjawabannya, maka jawaban anaktersebut benar dan mendapat nilai 1.

2. Anak yang berikutnya akan melakukantahapan permainan yang sama.

3. Pemenangnya adalah siswa yang mendapatnilai tertinggi.

4. Permainan ini dapat dimainkan oleh 2orang atau lebih.

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Metode Bermain dalam PenggunaanFun Multiplication Beads

Kegiatan ini di samping memenuhi kebutuhanakan bermain, juga menambah atau memperkayapengalaman anak. Penggunaan Alat peraga FunMultiplication Beads dilakukan denganmenggunakan metode bermain. Menurut Piaget,bermain merupakan kegiatan yang dilakukanberulang-ulang demi kesenangan (Piaget, 1951).Secara lebih umum dalam istilah psikologi, JoanFreeman dan Utami Munandar (1996)mendefinisikan bermain sebagai suatu kegiatanyang membantu anak mencapai perkembanganyang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral,dan emosional.

Dari definisi tersebut, satu syarat mutlakketika anak melakukan kegiatan yang disebutbermain adalah kegiatan yang dilakukannya itumenimbulkan efek menyenangkan pada dirinya.Namun ternyata, perasaan menyenangkanhanyalah salah satu bagian kecil dari manfaatyang didapatkan anak dari bermain.

Beberapa manfaat bermain adalah sebagaiberikut.1. Melatih perkembangan sensorik dan

motorikAnak akan terlatih ketika melakukanberagam aktivitas sensorik serta motorik.Permainan aktif melatih panca indera sanganak. Dengan bermain menggunakan FunMultiplication Beads, semua anggota pancaindera anak tergerak melakukan sesuatu,yaitu anak mengocok dan mengambil kartu,meletakkan karakter penunjuk perkalian,dan meletakkan manik-manik. Sebagaihasilnya, organ sensorik dan motorik anaksemakin baik.

2. Mengasah memori otakAnak kecil mempunyai organ memori yangbelum banyak terisi oleh beragam hal. Ketikabermain, anak mengembangkan memoriyang ia miliki. Semakin anak bermain,semakin terasah otaknya dan ia mampumendapatkan perkembangan memori jauhlebih baik.

3. Mengembangkan etikaKetika anak bermain, ia mempelajari banyakaturan, mempunyai tingkat sportivitas, dan

tentu saja belajar bagaimana membangunetika yang benar. Hal ini akan menjadi bekalanak kelak ketika berhadapan denganaturan di dunia.

4. Meningkatkan kreativitas anakSaat melakukan permainan, anak dapatmengeksplorasi dan menerapkan banyakide terkait dengan sistem permainan. Ketikakreativitas tersebut terus diasah, anak bisamenemukan berbagai ide cemerlang pada

masa yang akan datang.Dengan keinginan anak bermain, orang tua

atau pendidik dapat memanfaatkan kegiatanbermain untuk menanamkan pengertian dankonsep pelajaran Matematika, khususnya dalamhal ini penguasaan konsep perkalian dasar,yaitu perkalian 2 bilangan satu angka danperkalian dengan bilangan 10. Diharapkanmelalui kegiatan ini, anak/peserta didik kelak:(a) senang mengerjakan bahan pelajaran

matematika, khususnya perkalian dasar;(b) terdorong dan menaruh minat untuk

mempelajari matematika secara sukarela;(c) memiliki semangat bertanding dalam suatu

permainan dan berusaha untuk menjadipemenang dan terdorong memusatkanperhatian pada permainan yangdihadapinya;

(d) betul-betul memahami dan mengerti konsepperkalian dasar, yaitu perkalian 2 bilangansatu angka dan perkalian dengan bilangan10, jika terlibat dalam kegiatan dan aktif;

(e) mengurangi ketegangan dalam pikirannyasetelah belajar matematika; dan

(f) memanfaatkan waktu luang dengan baik.Dengan belajar Matematika sambil bermain,

anak akan berminat dan termotivasi mempelajariMatematika serta meningkatkan pemahaman-nya. Oleh karena permainan Matematikamerupakan suatu kegiatan yang menggembira-kan dan dapat menunjang tercapainya tujuaninstruksional dalam pelajaran Matematika.Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif,psikomotor, dan afektif. Permainan yangmengandung nilai-nilai Matematika dapatmeningkatkan keterampilan, penanamankonsep, pemahaman, dan pemantapannya;meningkatkan kemampuan menemukan,memecahkan masalah, dan lain-lainnya.

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

Fun Multiplication Beads dan KonsepMatematikaDalam permainan menggunakan FunMultiplication Beads, guru mengaitkannyadengan menjelaskan konsep perkalian dasar,yaitu perkalian 2 bilangan satu angka danperkalian dengan bilangan 10. Oleh karenakemampuan anak dimulai dari penjumlahan,maka ajarkan konsep perkalian sebagaipenjumlahan berulang, artinya menjumlahkanangka yang sama dengan berulang. Perkalianini mulai diajarkan kepada anak kelas 2 SD.

Misalnya, dalam perkalian 5 x 2. Bilamenggunakan alat peraga Fun MultiplicationBeads, mulailah mengajarkan kepada anak,dengan menjumlahkan manik-manik saat iameletakkannya pada baris dan kolom:1. Pada baris 1, anak akan meletakkan manik-

manik pada kolom 1 dan kolom 2. Berapajumlah manik-manik pada baris 1? 2 manik-manik.

2. Pada baris 2, anak akan meletakkan manik-manik pada kolom 1 dan kolom 2. Berapajumlah manik-maniknya? 2 manik-manik.

3. Pada baris 3, anak akan meletakkan manik-manik pada kolom 1 dan kolom 2. Berapajumlah manik-maniknya? 2 manik-manik.

4. Pada baris 4, anak akan meletakkan manik-manik pada kolom 1 dan kolom 2. Berapajumlah manik-maniknya? 2 manik-manik.5. Pada baris 5, anak akan meletakkanmanik-manik pada kolom 1 dan kolom 2.Berapa jumlah manik-maniknya? 2 manik-manik.

Perkalian 5 x 2 = jumlah manik-manik baris 1 +jumlah manik-manik baris 2 +jumlah manik-manikbaris 3 + jumlah manik-manikbaris 4 + jumlah manik-manikbaris 5= 2 + 2 + 2 + 2 + 2= hitung banyak angka 2 x tulisangka yang dijumlahkan= 5 (baris) x 2 (jumlah manik-manik setiap baris)= 5 x 2= 10

Untuk menambah pemahaman anak,jelaskan dengan ilustrasi cerita sebagai berikut:Agatha membawa 5 kantong plastik, setiapkantong berisi 2 buah jeruk. Berapa buah jerukyang dibawa Agatha?Untuk menghitung banyaknya buah jeruk, makayang dihitung adalah jeruknya.Kantong pertama : ada 2 buah jerukKantong kedua : ada 2 buah jerukKantong ketiga : ada 2 buah jerukKantong keempat : ada 2 buah jerukKantong kelima : ada 2 buah jeruk

2 + 2 + 2 + 2 + 2 = hitungbanyak angka 2 x tulis angkayang dijumlahkan2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 5 (banyakkantong plastik) x 2 (isi jeruktiap kantong plastik)2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 5 x 2

Bagaimana perkalian dengan bilangan10? Contoh: 2 x 10. Bila menggunakan alatperaga Fun Multiplication Beads, mulailahmengajarkan kepada anak, dengan meletakkankepik penunjuk perkalian pada baris 2 dankolom 10. Kemudian letakkan manik-maniksambil menjumlahkannya saat anakmeletakkannya pada baris dan kolom:1. Pada baris 1, anak akan meletakkan manik-

manik pada kolom: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.Berapa jumlah manik-manik pada baris 1?10 manik-manik.

2. Pada baris 2, anak akan meletakkan manik-manik pada kolom: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.Berapa jumlah manik-maniknya? 10 manik-manik.

Perkalian 2 x 10 = jumlah manik-manik baris 1 +jumlah manik-manik baris 2

= 10 + 10= hitung banyak angka 10 x tulis

angka yang dijumlahkan= 2 x 10= 20

Dengan menggunakan permainan FunMultiplication Beads dan mengaitkannyadengan konsep Matematika, khususnyaperkalian dasar, yaitu perkalian 2 bilangan satuangka dan perkalian dengan bilangan 10,diharapkan anak memahami konsep perkaliandasar dengan benar dan dalam suasana yang

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Penggunaan Fun Multiplication Beads

menyenangkan. Oleh karena, kegiatan belajardilakukan sambil bermain.

Simpulan

KesimpulanBelajar perkalian dasar (perkalian bilangan satuangka) dan perkalian dengan bilangan 10,dengan menggunakan alat peraga FunMultiplication Beads dapat meningkatkankemampuan peserta didik dalam perkaliandasar (perkalian bilangan satu angka) danperkalian dengan bilangan 10. Hal ini terjadikarena kegiatan belajar tidak hanya dilakukandalam suasana yang menyenangkan denganmetode bermain yang menyentuh dunia anak.Kegiatan belajar juga memberikan pengalamanlangsung kepada anak menghitung perkalian,yang merupakan penjumlahan berulang,sehingga mereka mengetahui dengan benarkonsep perkalian dasar (perkalian bilangan satuangka) dan perkalian dengan bilangan 10.

Guru dan orangtua dapat membuat alatperaga Fun Multiplication Beads dengan cukupmudah dengan mengikuti tahapan yangdiuraikan secara rinci dalam tulisan ini. Alatperaga Fun Multiplication Beads juga cukupmudah dipergunakan sebagaimana telahdijelaskan dengan contoh..

Melalui belajar sambil bermain denganmenggunakan alat peraga Fun MultiplicationBeads, diharapkan peserta didik dapatmenguasai perkalian dasar (perkalian bilangansatu angka) dan perkalian dengan bilangan 10,dengan lebih mudah.

SaranGuru kelas 2 SD dan orang tua peserta didikhendaknya membuat dan menggunakan alatperaga Fun Multiplication Beads dalampelajaran Matematika di SD, khususnya dalamperkalian dasar (perkalian bilangan satu angka)dan perkalian dengan bilangan 10, untukmelengkapi metode pembelajaran yang telahdilakukan di kelas. Dengan demikian, anakbelajar melalui tahap-belajar enactive, iconic, dansymboli. Pada tahap enactive, anak mulai belajardengan memanipulasi benda atau obyek konkret.

Guru kelas 2 SD dan orang tua pesertadidik diharapkan kreatif berinovasi merancangalat peraga yang membantu siswa kelas 2 SDdalam penguasaan pelajaran Matematika,khususnya perkalian dasar (perkalian bilangansatu angka) dan perkalian dengan bilangan 10.

Daftar Pustaka

Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tahun2006 Tentang Standar Isi Sekolah MenengahAtas. Jakarta: Depdiknas

Freeman, Joan & Munandar, Utami. (1996).Cerdas dan cemerlang, kiat menemukan danmengembangkan bakat anak usia 0-5 Tahun.Jakarta: Gramedia

Hudojo, H. (1998). Mengajar belajar matematika.Jakarta: Depdikbud

Hudojo, H. (1998). Pembelajaran matematikamenurut pandangan konstruktivistik .Makalah disajikan dalam SeminarNasional. Pendidikan MatematikaMalang: Program Pascasarjana IKIPMalang

Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran . Jakarta:Gramedia Widiasarana

Papalia, Diane, Olds, Sally, & Feldman, Ruth.(2008). Human development. New York:

Piaget, Jean. (1951). The child’s conception of theworld. Savage: LittlefieldPublishers

Raharjo, M., Waluyati, A., & Sutanti, T. (2009).Pembelajaran operasi hitung perkalian danpembagian bilangan cacah di SD. Jakarta:Depdiknas Pusat Pengembangan danPemberdayaan Pendidikan dan TenagaKependidikan (PPPPTK) Matematika

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar proses balajarmengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo

Suherman, Erman. 1994. Strategi belajar danmengajar matematika. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan DirektoratJenderal Pendidikan Dasar danMenengah

Suherman, Erman. 2003. Strategi pengajaranmatematika kontemporer. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesiadi Era AFTA 2015

Kumalasari OnggobawonoEmail: [email protected]

Bagian Akademik PENABUR Internasional

Opini

PAbstrak

endidikan nasional Indonesia memegang peranan pokok dalam kancah AFTA 2015, yangsudah berjalan selama hampir lima bulan. Sebelum dicanangkannya AFTA, sudah munculkekhawatiran banyak kalangan tentang ketidaksiapan Indonesia dalam persaingandengan negara lain di tingkat ASEAN pada khususnya. Pendidikan menentukan

keberhasilan memenangkan persaingan. Tulisan ini membahas penyebab masih rendahnya mutupendidikan nasional Indonesia serta akibatnya di kemudian hari kalau tidak segera dilakukanperbaikan mendasar. Salah satu penyebab yang dikaji ialah kesungguhan Pemerintah Indonesiamelaksanakan perintah UUD 1945 khususnya Pasal 30. Hasil kajian tulisan ini menunjukkanmasih banyak harus dibenahi dalam pengelolaan pendidikan nasional secara sistemik sehinggasumber daya manusia Indonesia mampu memenangkan persaingan internasional dalam eraglobalisasi.

Kata-kata kunci: sistem pendidikan nasional, mutu pendidikan, sumber daya manusia, AFTA

Indonesian National Education Challenges in the Era of AFTA in 2015

AbstractIndonesian national education holds the primary role in the arena of AFTA in 2015, which has been passingfor nearly five months. Prior to the declaration of AFTA, a lot of people wondered and questioned theunpreparedness of Indonesia in competition against the other countries in ASEAN region particularly. Thenational education plays an importand role in winning the competition global. This article discussed andanalyzed the causes underlying the low quality of Indonesian national education as well as its effects in thefuture if the problems are not fundamentally overcome. One of the main causes analysed is the IndonesianGovernment’s sincerety to totally implement the order stated in Chapter 30 of 1945 Constitution. The analysisin this article shows a number of problems in managing National Education System urgently need systemicresolution that the Indonesian human resources can successfully compete at international level in theglobalization era.

Keywords: national education system, educational quality, human resources, AFTA

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

Pendahuluan

Pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN(ASEAN Summit) ke-4 di Singapura pada tahun1992, para kepala negara mengumumkanpembentukan suatu kawasan perdagangan bebas AFTA (Asean Free Trade Agreement) dikalangan negara-negara ASEAN dalam jangkawaktu 15 tahun dengan tujuan untukmeningkatkan daya saing ekonomi kawasanASEAN di dunia. Secara umum, banyak peluangkeuntungan yang akan didapat Indonesia saatdiberlakukannya AFTA 2015 ini. Salah satunyaadalah akan mempermudah masyarakatIndonesia bekerja di negara-negara ASEAN. Halini tentunya dengan syarat bahwa SDMIndonesia telah ’siap pakai’ sebagai tenaga kerjaluar negeri dengan tingkat keahlian yangmemadai. Lalu pertanyaannya, apakahIndonesia telah siap dalam hal ini? Apakahputera-puteri Indonesia telah siap secaraprofesional di bursa kerja ASEAN?1 Atau,apakah pengangguran tenaga terdidik diIndonesia akan meningkat, seiring denganbanyaknya perusahaan di Indonesia yangmalah merekrut tenaga kerja dari negara anggotaASEAN lain dengan kompetensi yang lebih baik(khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris)?Mengingat dari sejumlah Negara ASEAN yangterdiri dari Malaysia, Filipina, dan Singapuraumumnya menguasai bahasa Inggris denganbaik sebagai bahasa kedua di negara mereka.

Pertanyaannya, dapatkah sistempendidikan nasional Indonesia menghasilkanlulusan yang bisa menjadi pesaing yang handal,sehingga dapat mengambil bagian penting daripeluang ini? Akankah pendidikan nasionalIndonesia menghasilkan lebih banyak level‘orang suruhan’ bangsa lain, ketika negara inimengekspor tenaga sopir, pekerja kasar di pabrik,perkebunan atau rumah tangga ke negara lainbukannya tenaga profesional, sementara negaratetangga mengekspor guru/tenaga profesionallainnya ke Negara kita? Salah satu persoalanyang muncul terkait dengan diberlakukannyaAFTA sebagai bagian dari Asian EconomicCommunity (AEC) yang akan mulai berlangsungpenuh pada tahun 2015 ini adalah penguasaanbahasa asing oleh tenaga terdidik di Indonesia.

Secara khusus persoalan ‘Kesiapan Sumber DayaManusia’ bermuara pada sistem pendidikannasional kita, seperti tertulis berikut:

“All over the world, education systems are beingasked to do more and do it better. Under pressure fromall sides, they must respond, as we have seen, to theneed for economic and social development, especiallyvital to the poorest groups in the population. Theyface a variety of cultural and ethical demands. In otherwords, every one expects something from education.Parents, working or jobless adults, business andindustry, communities, goverments and, of course,children, pupils and students place great hope ineducation. It is impossible for education to doeverything, however, and some of the hopes it inspireswill inevitably be dashed. Choices have to be madeand these can be difficult, especially where the equityand quality of education systems are concerned.”2

Seluruh dunia mengharapkan agar systempendidikan dapat melakukan sesuatu yang lebihdan lebih lagi untuk membuat dunia ini lebihbaik lagi khususnya bagi kaum yang palinglemah. Dengan kata lain, semua pihak baik orangtua, bekerja ataupun yang sedang tidakmempunyai pekerjaan menaruh harapan yangsangat besar terhadap dunia pendidikan.Sangatlah mustahil mengharapkan duniapendidikan dapat melakukan segalanya, pilihanharus dibuat dan hal ini akan makin sulit ketikakualitas pendidikan dan kesamaannyamerupakan sebuah keprihatinan. Tulisan inisecara khusus akan menyampaikan beberapa isukritis sehubungan dengan AFTA 2015 denganmeninjau kondisi pendidikan di Indonesia dankualitas sumber daya manusia.

Pembahasan

Kondisi Pendidikan di IndonesiaPenulis tidak mengangkat isu tentangprofesionalisme guru sehubungan dengankondisi pendidikan di Indonesia, walaupuntentu saja profesionalisme guru adalah salahsatu faktor penting yang mempengaruhi kondisipendidikan. Penulis mengangkat subtopikkondisi pendidikan dalam bahasan ini,sehubungan dengan AFTA 2015 yangmemungkinkan anggota Negara ASEANmembuka sekolah di Indonesia. Tahun lalu,

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

pemerintah menerbitkan Permendiknas No. 31Tahun 2014 tentang Kerja Sama Penyelenggaraandan Pengelolaan Pendidikan Oleh LembagaPendidikan Asing dengan Lembaga Pendidikan diIndonesia.

Salah satu isu kritis yang muncul terkaitdengan tantangan pendidikan nasional diIndonesia, terlihat antara lain dari minatmasyarakat terhadap sekolah internasional yangdibuka di Indonesia atau sekolah bertarafinternasional yang sudah ditutup tahun laluoleh keputusan mahkamah konstitusi. Salahsatu alasannya adalah dianggap tidak sesuaidengan semangat UUD 1945 dan dinilai telahmembentuk kastanisasi dalam pendidikan1.Tentu saja pangsa pasar untuk bersekolah disekolah internasional adalah dari masyarakatdengan latar belakang ekonomi kuat yangnotabene punya kemampuan untuk ‘memilih’mau menyekolahkan anaknya di mana, dengankualitas sejauh mana.

Terlepas dari keputusan MK, sejujurnya kitaperlu mempertanyakan secara kritis dalam dirimasing-masing tentang sebuah kenyataanmengapa masyarakat memilih sekolah berlabel‘internasional’. Banyak keluarga muda yangtelah mempunyai komitmen bersama pasanganmereka untuk memberikan pendidikan terbaikbagi anak mereka, bahkan kalau mungkinmelebihi pendidikan mereka saat ini. Bagimereka, ketika satu anak dilahirkan, merekatelah merencanakan dengan matang budgetuntuk anak tersebut sampai pendidikan S2,walaupun tentu banyak pengorbanan yang akanmereka tanggung. Semua itu dilakukan sebagaibuah tanggung jawab mereka kepada Tuhan didalam mendidik, juga untuk masa depancemerlang bagi anak mereka.

Sebenarnya, tujuan mulia dan perencanaanmatang keluarga muda di atas bisa dianalogikandengan bangsa Indonesia yang besar ini. Setiapanak bangsa ini tentu mempunyai hak untukmendapatkan pendidikan yang terbaik yangseharusnya bisa diberikan oleh Negara.Ibaratnya Negara adalah orang tua bagi setiapanak bangsanya yang mampu memberikanpengayoman dan pendidikan terbaik, sesuaidengan amanat di dalam Pasal 31, Bab XIII,UUD 1945 tentang pendidikan. Dalamamandemen ke 4 UUD 1945 tahun 2002, Pasal

ini sudah diubah menjadi lima ayat yaitu: (1)Tiap-tiap warga negara berhak mendapatpengajaran; (2) Setiap warga Negara wajibmengikuti pendidikan dasar dan pemerintahwajib membiayainya; (3) Pemerintahmengusahakan dan menyelenggarakan satusistem pendidikan nasional, yang meningkatkankeimanan dan ketakwaan serta akhlak muliadalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;(4) Negara memprioritaskan anggaranpendidikan sekurang-kurangnya 20 persen darianggaran pendapatan dan belanja Negara sertadari anggaran pendapatan dan belanja daerahuntuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraanpendidikan nasional; (5) pemerintah memajukanilmu pengetahuan dan teknologi denganmenjunjung tinggi nilai-nilai agama danpersatuan bangsa untuk membangunperadaban serta kesejahteraan umat manusia. 2

Segala ketentuan Pasal 31 itu, yanghakikatnya dimaksudkan agar misimencerdaskan kehidupan bangsa dapattercapai, melalui UU No. 20 Tahun 2003dipertegas lagi. Misalnya, ayat (1) dipertegasdalam Pasal 5 Ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi:“Setiap warga Negara berhak memperolehpendidikan bermutu “. Contoh lain, tentangwajib belajar, sebagaimana tertulis dalam Ayat(2) misalnya, dalam UU No. 20 Tahun 2003dipertegas bahwa pemerintah dan pemerintahdaerah wajib menyelenggarakan pendidikandasar yang wajib tanpa dipungut biaya. Tentanganggaran pendidikan, UU No. 20 Tahun 2003mempertegasnya dengan kata-kata “tidaktermasuk gaji guru dan penyelenggaraanpendidikan kedinasan”.

Yang terjadi sekarang, ketentuanmencerdaskan kehidupan bangsa diabaikan,bahkan dalam banyak hal dilanggar, sepertimembiarkan lulusan SD masuk SMP negeridisaring, padahal seharusnya wajib. Dibiar-kannya perguruan tinggi negeri melanggar asasdemokrasi pendidikan dengan menetapkan tarifmasuk amat tinggi.3 Nampaknya para elit politiktidak begitu peduli mencermati ini karena dalamUUD 1945 tidak ada satu kalimat pun yangsecara eksplisit menyatakan “sanksi” bila suatupemerintahan mengabaikan atau melanggarketentuan yang diatur dalam UUD. Berbeda

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

dengan Amerika Serikat yang secara tegasmenyatakan bahwa bila status Pemerintahanmenghalangi terwujudnya tugas itu maka rakyatberhak untuk menggantinya, yang dalam kalimataslinya tertulis :

“...That, to secure these rights, the Governmentare instituted among men, deriving their just powersfrom the consent of the governed; that whenever anyform of government destructive of these ends. It is theright of the people to alter or to abolish it, and toinstitute a new government”

Karena tegasnya kalimat dalam DeklarasiKemerdekaan Amerika Serikat, PemerintahAmerika Serikat tidak ada yang beranimengabaikan ketentuan yang tertulis dalamUUD-nya, kalau perlu dengan kekuatan senjata(misal Perang Saudara 1862 – 1865). Berbedadengan Indonesia, walaupun jelas-jelasmengabaikan dan tidak melaksanakan ketentu-an yang tertulis dalam UUD 1945 tetapi tidakada konsekuensi apapun. Dan tidak adakekuatan politik yang mengingatkan.4

Untuk meningkatkan 65 % sekolah diIndonesia yang masih berada di bawah standarnasional, pemerintah membutuhkan dana yangbesar, dan itu mustahil dipenuhi dengan 20 %anggaran pendidikan sesuai yang ditetapkandalam UU No 20 Tahun 2003. DPR danpemerintah menetapkan gaji pendidik tidaktermasuk dalam lingkup anggaran pendidikansebesar 20% APBN. Akan tetapi alokasi danapendidikan saat ini yang memasukan gaji gurudalam lingkup anggaran pendidikanberdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi.Dengan dana yang demikian, pendidikanIndonesia pasti tak akan mengalami perubahanberarti.

Dilihat dari segi sarana prasarana danfasilitas pendidikan, tidak banyak jumlahsekolah negeri yang memenuhi syarat. Seringkaliketika peresmian, semua peralatan tampak baru,bagus, bersih dan ‘apik’ tetapi dalam pemeli-haraannya, mutunya sungguh jauh di bawahsekolah swasta yang baik (mengingat tidaksemua sekolah swasta dalam kondisi yangmemenuhi syarat). Contoh yang paling mudah,tidak adanya lapangan olah raga yang memadai,bahkan banyak pula yang tidak mempunyailapangan olah raga, fasilitas laboratorium yangkurang memadai, penerangan yang temaram

walaupun lampu banyak terpasang tetapi hanyasedikit yang menyala (pengalaman penulisketika membantu mengoreksi hasil ujiannasional di sebuah sekolah negeri terkemuka dikota Semarang beberapa tahun lalu), fasilitastoilet yang sangat memprihatinkan (bau danjorok), kantin yang kurang memadai, dan segalaprasarana untuk mendukung kegiatanpembelajaran yang jauh di bawah standard.

Melihat daya tampung sekolah negeri yangbaik terbatas jumlahnya untuk seluruh rakyatnegeri ini dan banyaknya kekurangan yangterjadi di sekolah negeri yang lain, maka tidakdapat disalahkan kalau masyarakat yangmempunyai “kemampuan memilih” mempercaya-kan pendidikan anaknya di sekolah interna-sional bahkan dari tingkat TK sampai denganperguruan tinggi. Sekolah internasional jugamemberikan pengajaran yang bermutu dengantingkat kedisiplinan yang baik dan berorientasipada sistem pendidikan Eropa (CambridgeInternational Examinations) atau IB Amerika(International Baccalaureate) yang sudah diakuidunia. Hal yang menarik lainnya adalah parapeserta didik yang berhasil memperoleh nilaitinggi dalam ujian Cambridge atau IB bisalangsung diterima di perguruan tertinggi terbaikdi tingkat dunia, seperti Princeton, Illinois,Cambridge University.

Penulis mempunyai pendapat yang samadengan Prof. Soedijarto yang mengatakan,“Karena itu kita tidak usah heran kalau para sarjanayang selama sekolah dari SD sampai perguruan tinggidibiayai oleh orang tua tidak merasakan jasapemerintah. …paradigm ‘rate of return’ (investasiyang telah ditanam oleh orang tua selama sekolahharus kembali), akibatnya generasi muda menjaditipis patriotism”. Yang berbahaya adalah apabilaselama menempuh pendidikan dari sekolahdasar sampai perguruan tinggi ada generasimuda dibiayai oleh pihak yang berencanamengubah NKRI yang berdasarkan Pancasiladan UUD 1945. Bagaimana cita-cita Negarakebangsaan oleh para pendiri bangsa ini dapattercapai apabila sampai dengan akhir-akhir ini,walaupun pasal-pasal UUD 1945 telahmempertegas tanggung jawab Pemerintah untukmembiayai pendidikan, tetapi praktik penye-lenggaraan pendidikan nasional menjadi

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

semakin jauh dari semangat dan aksara yangdigariskan dalam UUD 19455.

Tingginya loyalitas warga bangsa terhadapNegara bangsanya antara lain ditentukan olehkepedulian pemerintah suatu Negara kepadawarga negaranya. Dalam kaitan denganpenyeleng-garaan pendidikan nasional hampirseluruh Negara Eropa (Jerman, Perancis,Belanda, dan seluruh Skandinavia), pendidikandari SD sampai Universitas dibiayai sepenuhnyaoleh pemerintah (Pusat dan Negara Bagian),sehingga mereka dapat merasakan kontribusibesar negaranya terhadap kesuksesan yangmereka capai, sehingga menimbulkan jiwapatriotik/heroik di dalam diri mereka.Pengorbanan mereka terhadap negaranya lahirdari kesadaran di dalam diri mereka. Modelpembiayaan penyelenggaraan pendidikannasional yang berkualitas merupakan salah satufaktor penentu rasa kebangsaan, kebanggaansebagai warga suatu bangsa, dan loyalitasterhadap Negarabangsa. 6

Kualitas SumberDaya ManusiaDalam era AFTA2015 ini, tak hanyak e m a m p u a nb e r n e g o s i a s iproduk, juga kua-litas sumber dayamanusia menjadi isu kritis yang akan dihadapioleh bangsa Indonesia. Banyak sumber dayamanusia hebat di Indonesia tetapi berkemam-puan bahasa asing mereka, dalam hal ini, bahasaInggris sangat terbatas dibandingkan tenagakerja dari Filipina, Malaysia, bahkan Singapura.Sebenarnya tidak dapat diperbandingkanmengingat bahasa Inggris merupakan bahasakedua mereka dan bukan sebagai bahasa asing.Dengan demikian, siapa siap dia menang’ atau‘siapa terampil dan punya keahlian dialah yangakan hidup.’

Dibandingkan dengan negara ASEANlainnya, Pemerintah Thailand telah menyiapkansumber daya manusia mereka sebaik mungkin,yang salah satunya adalah dengan membukasekolah bahasa Indonesia di negaranya. DiSingapura, selain bahasa Inggris yang memang

adalah bahasa percakapan sehari-hari mereka,bahasa China dan Indonesia pun dipelajarisebagai persiapan menyasar pasar Indonesiadi masa depan.

Jauh berbeda dengan Indonesia yangterkesan selama ini kurang melakukanpersiapan serta masih terlalu sibuk ribut dangonjang-ganjing tentang sesuatu yang tidaksubstansial. Mulai dari tindak korupsi yangsudah ‘membudaya’ dan dilakukan tanpa malu,bahkan perebutan kekuasaan serta ‘perangjabatan’ sepertinya telah menisbikan persiapankita menghadapi AFTA 2015. Masalah politiknampaknya masih menjadi primadona di negeriini daripada bersama-sama mempersiapkan diri,saling bantu dan saling sokong menghadapiAFTA 2015. Sebetulnya semuanya harusberperan, termasuk pemerintah, karena dampakpenerapan AFTA akan dirasakan oleh semua,tidak hanya satu dua orang.7

Hal ini dikuatkan dengan pernyataan yangdiberikan olehSoedijarto pada 1Maret 20148,bahwa di luarnegeri, contohnyaAmerika Serikat,70 persen biayaperguruan tinggineg er i/ swas t am e r u p a k a nbantuan dari

pemerintah (lima persen dari pemerintah kota,45 persen pemerintah negara bagian, dan 20persen pemerintah pusat), sedangkan diIndonesia, misalnya UI justru 60% adalah darimahasiswa. Hal ini diakibatkan oleh anggaranpendidikan di Indonesia termasuk rendah,sehingga menimbulkan keraguan bagimasyarakat Indonesia untuk melihat kemajuanpendidikan nasional. Masih ada hal-hal yangtertuang dalam pasal 31 UUD’45 diabaikan olehpemerintah.

Menurut penulis, pendidikan di negara inimasih belum tepat sasaran dalam mengenalikebutuhan lapangan dengan sistem pembel-ajaran di sekolah untuk para peserta didiknya,sehingga peserta didik bisa memaksimalkanpotensi yang dimilikinya untuk menjawabkebutuhan lapangan. Sebagai contoh, apa yang

Menurut penulis, pendidikan dinegara ini masih belum tepat

sasaran dalam mengenalikebutuhan lapangan dengan sistem

pembelajaran di sekolah untukpara peserta didiknya... .

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

bisa diharapkan dari peningkatan kemampuanberbahasa Inggris, manakala jam pelajaranbahasa Inggris di sekolah menengah atas hanyadiberikan 2 jam pelajaran saja di dalampembelajaran Kurikulum Nasional 2013?9.Sistem pendidikan bahasa Inggris kita tidakdikembangkan agar sesuai dengan kebutuhandunia kerja dan industri. Siswa hanya dibekalikemampuan pasif seperti membaca dan tatabahasa serta kosa kata sederhana sejak awalmereka belajar bahasa Inggris. Selain itu,bagaimana lulusan sekolah menengah atas bisa‘memahami’ buku teks/buku sumber yangmayoritas ditulis dalam bahasa Inggris ketikamereka di universitas, apalagi mau bersaingdengan tenaga terdidik dari luar negeri dalamkancah AFTA.

Kalau penulis amati, hampir semua tenaga‘cleaning service’ di sekolah atau di kantor adalahlulusan SMK yang direkrut oleh pihak outsource.Mereka hanyalah tenaga lepas yang digajiharian, tidak mendapatkan jaminan kesehatan,atau lainnya mengingat mereka bukanlahkaryawan tetap. Ada beberapa di antara merekayang mempu-nyai karakter yang baik, sehinggadiangkat menjadi tenaga sopir danmendapatkan gaji bulanan.

Di lain pihak banyak lulusan S1 dariberbagai disiplin ilmu yang bekerja di bagianyang bukan merupakan jurusan yang merekapelajari ketika duduk di bangku kuliah. Darimasalah ini, dapat disimpulkan, terdapat halmemprihatinkan tentang adanya kesenjanganantara kebutuhan di lapangan denganpembelajaran di dalam ruang kelas dan inisangat dirasakan di negara berkembang.

Perlunya jalinan hubungan yang bersinergiantara dunia pendidikan dengan dunia kerjasangatlah dibutuhkan untuk ketersediaantenaga siap pakai ketika mereka menjadi alumnisebuah institusi pendidikan. Apabila duniapendidikan dapat menyediakan tenaga yangmemang tepat untuk diberdayakan dalam duniakerja, tentunya akan sangat membantumeningkatkan kualitas sumber daya manusiaseperti yang dituliskan dalam kutipan berikutini: “Co-operation with industry and agriculture hasalso proven to increase the quality of tertiary educationin the countries in transition and in developing

countries, particularly if supported by nationalauthorities.” 10

Demikian pula, dilibatkannya duniapendidikan tinggi dalam sektor industri di dalammelakukan proyek mereka akan memberikanbanyak keuntungan bagi kedua pihak. Sebagaicontoh, Akademi Sekretaris Tarakanita banyakmelakukan hubungan kerjasama denganberbagai perusahaan dan terjalin hubungankerjasama yang baik untuk para mahasiswinyamempraktikan langsung pengetahuan danketrampilan yang telah didapat di bangkukuliah, terbukti efektif dalam membuka wawasandan masa depan yang cerah bagi lulusannya.Semua alumni STIKS Tarakanita, Jakarta, telahmembuktikan kemampuannya dengan selaluditerimanya mereka di institusi manapun.Alumni STIKS Tarakanita selalu ‘laku’ dipasaran kerja. Mereka tersebar di berbagaiperusahaan, baik perusaha-an peroranganmaunpun perusahaan publik, baik perusahaannasional maupun perusahaan multinasional.Setiap tahun selalu saja ada penawaran untukposisi sekretaris alumni STIKS Tarakanita, baiklewat iklan maupun yang langsungmenguhubungi kampus. Tentu ini merupakansebuah prestasi sekaligus prestise.11

Contoh lain, Politeknik ATMI (AkademiTeknik Mesin dan Industri) Surakarta yangberdiri sejak tahun 1968 di bawah naunganYayasan Karya Bakti Surakarta berkembangmenjadi institusi pendidikan tinggi yangmempunyai pengaruh cukup besar padapendidikan profesional khususnya di bidangindustri otomotif: Mold & Dies, Tools andComponent Industries; Trading, Machineries &Industrial Supplier Companies. di bidang TeknikMesin Industri (Teknik Manufaktur).12 Sejakkunjungan Menteri Pendidikan RepublikIndonesia Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoropada tahun1995, ATMI kota Surakarta makindilibatkan dalam pengembangan pendidikankejuruan di Indonesia.

Kesuksesan dua institusi pendidikanswasta yang siap pakai seperti dalam contoh diatas, menunjukkan kualitas sumber dayamanusia yang terjamin baik memungkinkaninsan Indonesia dihargai di negaranya sendirisehingga siap memasuki era AFTA 2015.

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

Sudahkah politeknik negeri milik pemerintahmempunyai prestasi seperti yang sudah diraiholeh pihak swasta seperti di atas? Menurutpenulis masih dibutuhkan perjalanan sangatpanjang dan terutama komitmen pemerintah didalam melaksanakan amanat UUD’45khususnya Pasal 31 dan 34, sehingga paralulusan yang adalah warga bangsa ini dapatmenghargai kontribusi Negara dalam wujudnyata kesuksesan hidup mereka.

Pendidikan di era abad 21, sungguh sangatmembutuhkan keterlibatannya dengan duniakerja, untuk membuat ‘link” antara apa yangdipelajari di bangku sekolah dengan dunia kerjasecara nyata ke depannya. Dengan dilibatkan-nya para praktisi dalam pengajaran di bangkusekolah/kuliah akan membawa informasiterbaru dalam dunia kerja secara nyata ke dalamkelas. Dengan demikian akan mengurangikesenjangan yang muncul antara dunia kerjadengan dunia pendidikan. Hal ini tertuangdalam pernyataan Jacques Delors berikut ini.

“ Several university-industry projects show thatdirect involvement of university students and teachersbrings a wealth of advantages, for instance learningto work in a group; facing real problems which reachfrom the idea to the market; recognizing that thenewest information is hardly good enough foreconomic competition at the global level,… etc.13

Tahun 2013, Kementerian Pendidikan danKebudayaan Nasional meluncurkan Kurikulum2013 yang sering disebut dengan K-13. Di dalamK-13 terdapat mata pelajaran baru yang wajibdiajarkan yang sungguh berbeda dengankurikulum sebelumnya. Mata pelajaranketerampilan dan kewirausahaan sertapelajaran ko-kurikulum wajib Pramuka harusdiajarkan di seluruh Indonesia. Hal inidiharapkan akan menggali kreatifitas para siswauntuk menciptakan lapangan kerja bukansebagai penunggu lowongan pekerjaan. Banyakcara ditempuh untuk menggerakkan kegiatanini., di antaranya “My Father, My Menthor”adalahsebuah upaya untuk menggerakkan programkewirausahaan di sekolah yang diprakarsai olehAntonius Tanan, presiden Universitas Ciputrasekaligus orang tua siswa. Siswa SMA kelas 10pergi hanya bersama ayah mereka berkunjungke suatu tempat (misalnya: mal) dan kemudianmereka akan mengadakan pengamatan bersama

mencermati hal-hal yang menumbuhkan kreasibaru. Tentu saja disamping itu akan ada halpositif lain yang akan mendekatkan hubungandi antara ayah-anak. Ketika seorang ayahmenjadi pembicara di seminar untuk men-sharing-kan pemikiran hebatnya di sini iabertindak sebagai mentor bagi anaknya. Hal inisungguh sesuai dengan yang dituliskan “…developing entrepreneurial skills; and recognizingself-employment opportunities, that is replacing‘waiting for job’ by ‘creating jobs’..”14

Seorang anak tidak hanya belajar di bangkusekolah, tetapi terjun langsung bersama orangtua mereka di dunia nyata untukmempersiapkan diri menghadapi masa depan.

Simpulan

Menghadapi berbagai tantangan pendidikannasional Indonesia menghadapi AFTA 2015agar mampu menjadi pesaing yang handal,banyak sekali yang harus dikerjakan. Semuanyadimulai dari membenahi ‘Pendidikan Nasional’,sarana pra-sarana, sumber daya manusia (guru,tenaga kependidikan, dan dinas pendidikan),teknologi, dan komitmen para pemimpin negaraini dalam melaksanakan amanat UUD’45.Tanggung jawab penyelenggara pendidikanbukan hanya pada menghadirkan guru di ruangkelas, tetapi juga tanggung jawab orang tuamengantarkan anak mereka ke masa depandengan tantangan yang lebih banyak.

Evaluasi pendidikan harus dipahamidalam arti luas, meliputi tidak hanya penyediaansarana dan prasarana serta metode pembelajarandalam pendidikan tetapi juga pendanaan,manajemen, arah umum dan mengejar tujuanjangka panjang. Ini membawa konsep seperti hakatas pendidikan, pemerataan, efisiensi, kualitasdan alokasi sumber daya secara keseluruhan.Hal-hal tersebut merupakan masalah bagiotoritas publik seperti yang sudah dituangkandalam “ Choices for Education: the Political Factor”berikut ini “The evaluation of education should beunderstood in the broad sense, covering not onlyeducational provision and teaching methods but alsofinancing, management, general direction and thepursuit of long-term objectives. It brings in suchconcepts as the right to education, equity, efficiency,

109Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

quality and the overall allocation of resources, and itis largely a matter for the public authorities”.15

Harapan besar seluruh bangsa Indonesia saatini kepada Presiden terpilih Bapak H. JokoWidodo khususnya dalam membenahi ‘carutmarut’ dunia pendidikan di Indonesia.

Beberapa hal penting yang bisa membuatIndonesia bisa bertahan, atau bahkan bisamemanfaatkan AFTA 2015 untuk membuatnegara ini lebih maju adalah pendidikan yangbaik, hukum yang ditegakkan, kedisiplinan, dansemangat optimisme untuk maju tiap – tiapwarga negara ini16 Dalam kaitannya denganusaha para pemimpin menyejahterakanrakyatnya, ada kata-kata bijak dari kitab puteraSirakh17 yang bunyinya sebagai berikut: (Sir. 10:1)Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertibanpada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalahteratur; (Sir. 10:2) Seperti penguasa bangsademikianpun para pegawainya, dan sepertipemerintah kota demikian pula semua penduduknya;(Sir. 10:3) Raja yang tidak terdidik membinasakanrakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifanpara pembesarnya.

Harapan seluruh masyarakat Indonesia kedepannya, adalah memiliki para pemimpinyang dapat memanfaatkan kekayaaan bangsaini untuk sepenuh-penuhnya kesejahteraanrakyatnya melalui segala bidang khususnyapendidikan, sehingga terwujudlah apa yangdiamanatkan dalam UUD’45 oleh para pendiriNegara Indonesia. Apabila selama ini semboyanyang didengungkan adalah “Jadilah pembayarpajak yang baik”, maka sebaliknya rakyatmenyampaikan permohonan “Jadilah pengelolapajak yang baik” dengan menggunakan seluas-luasnya untuk kepentingan rakyat.

Catatan kaki:1 Nugraha Danu pada http://mjeducation. com/

sekolah-rsbi-dihapuskan/13/01/122 Soedijarto, dalam Landasan dan Arah Pendi-

dikan Nasional Kita hal. 383 Ibid., h. 40.4 http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/

pancasila-sebagai-filsafat-dasar-an_23.html5 Soedijarto,dalam Seminar Nasional “Pancasila

dan Sistem Pendidikan Nasional” yangdiselenggarakan oleh PPA GMNI di Jakarta,24 Juni 2011, hal. 21

6 Soedijarto, dalam “Pancasila Sebagai FilsafatDasar dan Ideologi Negara KebangsaanIndonesia dan Implikasinya terhadapPenyelenggaraan Sistem Pendidikan NasionalIndonesia”, April 2013, hal. 20

7 Michael Sendow dalam http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/03/05/sumber-daya-pekerja-kita-menghadapi-afta-2015-639570.html

8 http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemilu-2014-prof-soedijarto-perhatian-pemerintah-sangat-rendah-pada-pendidikan

9 Struktur Kurikulum Nasional SMA 201310 Jacques Delors, Learning The Treasure Within

(Report to Unesco of Internasional Commisionon Education for Twenty-first Century), h.219

11 http://www.stiks-tarakanita.ac.id/fokus-utama/kerjasama.html

12 (http://www.atmi.ac.id/index.php/college/about/education-partners 2014)

13 Jacques Delors, Learning The Treasure With in(Report to Unesco of International Commisionon Education for Twenty-first Century), h.219

14 Ibid., h. 21915 Jacques Delors, Learning The Treasure Within

(Report to Unesco of : Choices for Education:the political factor), hal. 157

16 Peluang dan Tantangan Indonesia HadapiAFTA dan AEC 2015-Hima Manajemen FEUNY

17 Kitab Deuterokanonika Putra Sirakh 10:1-3

Daftar Pustaka

Delors, Jacques. Learning the treasure within(Report to Unesco of : Choices forEducation: the political factor).” 155.UNESCO Publishing, 1998.

FE, Hima Manajemen. (2014). UNY, Peluang dantantangan Indonesia hadapi AFTA danAEC 2015.

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/03/05/sumber-daya-pekerja-kita-menghadapi-afta-2015-639570.html. Maret 05, 2014

http://mjeducation.com/sekolah-rsbi-dihapuskan.Januari 13, 2012.

http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-filsafat-dasar-dan_23.html. Mei2013

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia

http://www.atmi.ac.id/index.php/college/about/education-partners 2014. April 19, 2014

http://www.atmi.ac.id/index.php/college/about/education-partners. 2014

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pemilu-2014-prof-soedijarto-perhatian-p em er i nt a h - sa n ga t - r en d a h - pa da -pendidikan. Juni 15, 2014

http://www.stiks-tarakanita.ac.id/fokus-utama/kerjasama.html. 2014

ttp://analisadaily.com/news/read/afta-2015-dan-ketidaksiapan-sdm-indonesia. Agustus 08,2014

Sirakh, Yesus Bin. Putera Sirakh. InDeuterokanonika, by Yesus Bin Sirakh. n.d

Soedijarto. (2008). Landasan dan arah pendidikannasional kita . Jakarta: PT. Kompas MediaNusantara

_______. (2011). Pancasila sebagai filsafat dasar danideologi negara kebangsaan Indonesia danimplikasinya terhadap penyelenggaraansistem pendidikan nasional Indonesia,dalam Seminar Nasional oleh PPA GMNI.Jakarta

______. (1998). Learning the treasure within (Reportto Unesco of internasional commision oneducation for twenty-first century).Australia: UNESCO

______. Liputan 6.com: Indonesia Baru. Juni 15,2014

111Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer

Pendahuluanelama bertahun-tahun,tes tertulis (paper andpen test) telah menjadicara yang paling

populer untuk mengukurpeserta didik dalam halpengetahuan, keterampilandan kemampuan, terutamadalam penilaian pendidikan.Namun perkembanganteknologi dalam dekade ini,terutama peningkatankemampuan perangkat kerasdan perangkat lunakkomputer telah menjadikanComputer-based testing yangdisingkat CBT atau ujianberbasis komputer mendapat-kan popularitas yang semakinbesar. CBT dianggap menjaditerobosan dalam penilaianpendidikan yang menjawabkebutuhan untuk memperolehhasil penilaian yang lebihcepat dan lebih murahpembiayaannya jikadibandingkan menggunakancara-cara konvensional.

Menurut Davey, T. (2011:1), paling tidak ada tigaalasan mengapa mengguna-kan komputer untuk melaku-kan penilaian. Pertama, untukmelakukan pengukurankonstruksi atau keterampilan

MudarwanE-mail: [email protected]

Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Ujian Nasional Berbasis Komputer

Isu Mutakhir

yang tidak dapat sepenuhnyaatau tepat ditangkap oleh tesatau ujian secara tertulis.Kedua, untuk meningkatkanpengukuran dengan mening-katkan presisi atau efisiensiproses pengukuran. Ketiga,untuk membuat administrasites yang lebih efektif bagipeserta ujian, penyelenggaraujian, atau keduanya.Menurut Scalise, K. & Gifford,B. (2006: 4), dengan visualyang dinamis, suara daninterakti-vitas pengguna sertaadaptivitas individu pesertates dan pelaporan data yangreal-time, penilaian berbasiskomputer sangat memperluaskemungkinan pengujianmelampaui keterbatasan testertulis tradisional. Inovasiteknologi berbasis komputermenawarkan potensi untukpenilaian formatif yangberkualitas tinggi dan sesuaidengan tujuan instruksionalkegiatan pembelajaran,penilaian skala besar (largescale assessment), dan tessumatif. Penggunaanteknologi tersebut sangatmembantu inovasi dalampenilaian dan mekanismeumpan balik real-time yangsangat bermanfaat baik bagiguru maupun peserta didik.

Selanjutnya, Davey, T.(2011: 1-2) menyatakanbeberapa keungulanpenggunaan komputer dalammelakukan penilaian.Menurutnya, tes tertulisterbatas pada teks dan gambaryang statis. Kertas tidakdapat menawarkan interaksiyang berarti dengan pesertaujian, sehingga mempersempitrespons peserta ujian.Sebaliknya, penggunaankomputer, menolong parapengembang tes dariketerbatasan yang ada.Komputer dapat menam-pilkan suara dan gerakan,menawarkan interaksi yangdinamis dengan peserta ujian,dapat menerima responsdengan beberapa cara danbahkan melakukan scoringsecara otomatis. Contoh:Pertama, ujian untuk menilaikemampuan berbahasa dapatmengukur bukan saja kemam-puan membaca dan menulis,tetapi mencakup pula kemam-puan memahami bahasa yangdiucapkan dan berbicara.Kedua, sebuah tes yangmengukur kemampuanberbahasa dengan perangkatlunak yang memungkinkansiswa untuk berinteraksidengan perangkat lunak

S

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer

tersebut untuk menghasilkanatau mengungkapkan responsmereka. Ketiga, sebuah tesilmu pengetahuan yangmemungkinkan siswa untukmerancang dan melakukanpercobaan simulasi sebagaisarana merespons. Keempat,sebuah ujian sertifikasi medisyang memungkinkan pesertaujian melakukan simulasisecara interaktif untukevaluasi, diagnosa, mengo-bati, dan mengelola pasien.Kelima, tes tertulis yangmemungkinkan siswa menu-lis dan mengedit esai merekadalam lingkungan pengolahkata (word processor) danselanjutnya, komputer terse-but mampu mencetak esaisecara otomatis sertalangsung memberikan pesertates umpan balik diagnostik,ditambah dengan instruksiuntuk melakukan perbaikansecara spesifik.

Menurut Thurlow, M., etal. (2010: 1), secara umum adabeberapa kelebihan penggu-naan CBT, di antaranya: (1)administrasi yang efisien, (2)meningkatkan otentisitaspeserta tes, (3) pengembanganitem efisien, (4) lebih disukaisiswa pada era sekarang ini(digital native), (5) meningkat-kan kemampuan menulissiswa, (6) opsi pilihan yangbebas (mana yang maudikerjakan terlebih dahulu),(7) hasil tes dapat segeradiketahui, serta (8) potensialuntuk mengalihkan fokus daripenilaian kepada instruksi.Davey, T. (2011: 2),menambahkan bahwabeberapa jenis CBT dapatmengubah tidak hanya apayang diukur, namun prosespengukuran itu sendiri. Kunci

untuk melakukannya adalah,kemampuan komputer untukberinteraksi dan menyesuai-kan diri dengan siswa yangsedang diuji. Kemampuantersebut dinamakan adaptif.Sebagai hasil uji adaptif itu,jawaban untuk pertanyaansebelumnya menentukanpertanyaan selanjutnya. Tesatau ujian bersifat dinamis,karena dapat berubah-ubahseiring kemampuanmenjawab siswa, sehinggadapat mengungkapkankemampuan siswa itu yangsesungguhnya.

Di balik keuntungan dankelebihan penggunaan CBT,terdapat beberapa kelemahan,di antaranyan listrik dankomputer. CBT memerlukanlistrik dengan jaringan stabilserta laboratorium komputerdengan perangkat keras danperangkat lunak yangmemadai dalam jumlah yangcukup. Selain itu, jika sistematau perangkat lunak CBTbermasalah makapelaksanaan tes berbasiskomputer dapat menjaditertunda. Di samping itu,peserta tes CBT harusmemiliki pengetahuan danketerampilan komputer yangmemadai sehingga tidakmenimbulkan masalah yangberarti dalam penerapan CBT.

Secara teoritis, CBThanya memanfaatkankomputer untuk memindah-kan lembaran soal dalambentuk kertas ke dalammonitor komputer ataudengan kata lain dari bentukanalog ke bentuk digital. Jikakualias butir soal UN yangdiujikan tidak baik, makasecara otomatis hasil UNtersebut belum dapat

menggambarkan kualitaspeserta didik yangsesungguhnya. MendikbudAnies Baswesdan berharapsoal-soal UN di tahun-tahunmendatang mampu mengujikemampuan berpikir tingkattinggi (higher order thinkingskills) peserta didik (Kompas,12 Januari 2015). Untuk itu,model naskah soal akandibuat sekelas The GraduateRecord Examination (GRE) danThe Scholastic Aptitude Test(SAT). Oleh karena itu CBT,barulah tahap permulaandigitalisasi dan perkem-bangan sistem assessment.Untuk meningkatkan kualitastes, CBT haruslahdikembangkan menjadiComputer Adaptive Test (CAT)yang lebih mutakhir karenadapat mengukur kemampuandan keterampilan pesertadidik yang sesungguhnya.

Ujian Nasional CBT(UN-CBT)

Pusat Penilaian Pendidikan(Puspendik) KementerianPendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) telahmelakukan uji coba CBTdalam penyelenggaraan UjianNasional (UN) pada tahun2014 lalu. MenurutMaulipaksi, D. (2015: 9), CBTbahkan sudah diujicobakanoleh Puspendik pada UN2014 di dua SekolahIndonesia Luar Negeri (SILN),yaitu di Sekolah IndonesiaKuala Lumpur dan SekolahIndonesia Singapura. Ditahun 2015 ini, UN denganmetode CBT diterapkan dipiloting school atau sekolahperintis. Sekolah yangmenjadi perintis pelaksanaanCBT adalah sekolah yang

113Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer

bersedia dan memilikiinfrastruktur memadai.Menurut Anbarini, R. (2015:6), sebanyak 724 sekolah yangtersebar di 129 kabupaten/kota pada 27 provinsi diIndonesia telah melewatitahap verifikasi. Verifikasitersebut meliputi pengecekaninfrastruktur yang tersediadan kesediaan sekolah untukmelaksanakan CBT.Berdasarkan data ProsedurOperasional Standar (POS)UN 2015 yang diterbitkanoleh Badan Standar NasionalPendidikan (BSNP), secaraumum kriteria sekolah ataumadrasah yang akan menjadipelaksana UN-CBT, sebagaiberikut: (1) tersedianyakomputer personal (personalcomputer = PC) atau laptopsebagai client dengan rasiojumlah client dibandingjumlah peserta UN minimal 1 :3 serta client cadanganminimal 10%; (2) server yangmemadai dilengkapi denganUninterruptible Power Supply(UPS); (3) jaringan lokal(LAN) dengan media kabel;(4) koneksi internet dengankecepatan yang memadai; (5)asupan listrik memadai(diutamakan memiliki gensetdengan kapasitas yangmemadai); dan (6) ruanganujian memadai. Dengantersedianya semua saranaprasana tersebut UN-CBTdapat dilaksanakan denganbaik dan lancar. Harapannya,di kemudian hari seluruhsekolah di nusantara sudahsiap menggunakan CBTdalam UN.

Menurut Anbarini, R.(2015: 6), selama Maret 2015seluruh siswa kelas XII yangsekolahnya menjadi perintispelaksanaan CBT,

melaksanakan uji coba UNdengan situasi yangsebenarnya. Hal itudilakukan agar siswa terbiasamengerjakan soal UN denganpola tersebut. Prof. Nizam,Kepala Puspendikmenyebutkan, uji coba telahdilakukan di sejumlahsekolah di Jabodetabek.Hasilnya cukup memuaskankarena kesiapan siswamenggunakan komputer.Bahkan, secara umum pesertadidik sangat diuntungkan,karena mereka tidak harusmembulatkan jawaban,menghapus dengan hati-hatijika salah, atau mengotorilembar jawaban. Siswa cukupmemilih jawaban yang tepatdi layar komputer.Perpindahan nomor soal yangdikerjakan pada UN CBTdapat dengan mudahdilakukan. Siswa bisa majumundur mengerjakan nomorsoal dari yang termudahsampai yang tersulit (jikadianggap ada). Dalammengerjakan soal, pesertatinggal memilh nomor soalyang dikehendaki. Nomorsoal yang sudah dikerjakanakan muncul dengan tandadan warna yang berbeda.Prof. Nizam jugamenambahkan, metode yangakan digunakan saat CBTadalah semionline. Artinya,ujian dilayani dengan serverlokal, tetapi soalnyadisinkronisasi dengan serverpusat beberapa hari sebelumjadwal UN dimulai.

Keunggulan danKendala UN-CBT

Seiring dengan perkembangansistem komputerisasi yangmakin canggih, UN dengan

model CBT sudah selayaknyaditerapkan di Indonesia.Dengan menerapkan UN-CBT,akan terjadi efisiensianggaran karena fasilitaskomputer dapatdipergunakan berulang kaliatau dapat dikatakaninvestasi yang tidak habispakai dan bersifat paperlessatau mengurangi penggunaankertas, sehingga mendukunggerakan go green. Tenagapendukung pelaksanaanujian pun akan secaraotomatis berkurang drastis.Dengan sistem komputerisasi,soal UN bisa disampaikanlangsung pada saat beberapajam sebelum pelaksanaan UN.

Dalam suaramerdeka.com(2015) Mulyati menuliskan,dari sisi kerahasiaan soal UNCBT pasti lebih baik karenamata rantai distribusi soal UNsudah diputus menjadi sangatpendek, tidak lagi melibatkanpihak ketiga yakni percetakan.Prosedur pelaksanaannyapun lebih praktis hingga padasaat pengoreksian jawaban.Waktu tunggu hasil UN yangselama ini selama sebulan,bisa lebih diperpendekbahkan bisa hanya satuminggu saat sistemnyaterkomputerisasi.

Menurut Maulipaksi, D.(2015: 9), UN tahun inidipastikan menggunakanCBT pada sekolah-sekolahperintis di Indonesia. KepalaPuspendik mengatakan,banyak keuntungan penggu-naan CBT. Contoh, pelaksa-naan ujian dapat lebihfleksibel. Ketika anak siapdan sekolah siap, ujian dapatdilakukan, tanpa menunggujadwal yang ketat sepertisekarang ini. Demikian pulasaat ingin mengulang UN.

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer

Siswa cukup mendaftar dandapat mengikuti UN ulangdengan menggunakankomputer. Selain itu, bentuksoal UN bisa lebih beragam,tidak hanya pilihan ganda.Misalnya dalam bentuk miniesai, mengisi jawabanlangsung, menjodohkan,memutar kalimat, dan lain-lain. Tapi hal itu dilakukanpada masa depan. Denganmenggunakan CBT, siswajuga cukup mengklik pilihanjawaban yang tersedia tanpaperlu melingkari lembarjawaban yang tentu membu-tuhkan waktu lebih lama. Jikasalah memilih jawaban, siswajuga cukup mengganti jawab-an yang dipilihnya denganmengklik jawaban sebelum-nya dan mengklik jawabanbaru. Ini berbeda dengan paperbased yang harus menghapuspilihan jawaban yang telahdihitamkan, kemudianmelingkari kembalijawabannya.

Namun, di balik keung-gulan sistem CBT, ada bebera-pa kendala yang mengha-dang. Kendala utama padainfrastruktur sarana pendu-kung, yakni ketersediaanjaringan listrik dan jaringaninternet serta intranet (LAN).Indonesia merupakan negarakepulauan yang tersebar dariSabang sampai Merauke, dariMiangas sampai Pulau Rote.Betapa luasnya jangkauanlistrik dan jaringan internetyang harus disiapkan Peme-rintah Indonesia untuk meng-implementasikan penerapanUN-CBT. Hal itu menjaditantangan tersendiri. Hallainnya adalah kecenderung-an sebagian siswa yang memi-liki kecemasan saat mengha-dapi dan menggunakan

perangkat komputer. Saatkomputer yang digunakansiswa bermasalah, misal hangdan error, maka saat itu pulatingkat kecemasan siswameningkat, mengingat keter-batasan waktu bagi siswauntuk menjawab soal di kom-puter. Namun, hal itu dapatdiatasi dengan ketersediaanproctor, yakni petugas yangdiberi kewenangan sebagaipengawas pelaksanaan UN-CBT di sekolah/madrasahyang terlatih serta teknisi,yaitu petugas pengelola labo-ratorium komputer (pranatakomputer) yang memadai.

Daftar Pustaka

Anbarini, R. (2015). SekolahAkan Lakukan UNdengan CBT. Asah Asuh,VI (2): 6. Dinduh darihttp://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/majalah/asahasuh2015/AsahAsuh Edisi2.pdfpada 10 Mei 2015.

____. (2015). Prosedur operasi-onal standar (pos) penyel-enggaraan ujian nasionaltahun pelajaran 2014/2015. Badan StandarNasional Pendidikan(BSNP). Jakarta: 1 - 49.

Davey, T. (2011). Practicalconsiderations in computer-based testing. Diunduhdari http://www.ets.org/Media/Research/pdf/CBT-2011.pdf pada 15Mei 2015.

Maulipaksi, D. (2015). UjianBerbasis Komputer AkanDigunakan dalam UN.Asah Asuh, VI (1): 9.Diunduh dari http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/majalah/asahasuh2015/

AsahAsuhEdisi1.pdfpada 10 Mei 2015.

Mulyati, S. (2015). MenantiUN sistem komputer.Diunduh dari http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/menanti-un-sistem-komputer/pada 20 Mei 2015.

Parshall, C. G., Harmes, J. C.,Davey, T. & Pashley, P. J.(2010). Innovative Itemsfor ComputerizedTesting. In: W. J. van derLinden & C. A. W. Glas,Hrsg Elements of adaptivetesting, statistics for socialand behavorial sciences.Springer Science+Business Media, NewYork: 215-230.

Scalise, K. & Gifford, B. (2006).Computer-BasedAssessment in E-Learning:A Framework forConstructing “Interme-diate Constraint”Questions and Tasks forTechnology Platformsdalam The Journal ofTechnology, Learning, andAssessment, TheTechnology andAssessment StudyCollaborative, CarolineA. & Peter S. LynchSchool of Education,Boston College, ChestnutHill, MA, Volume 4,Number 6: 1-43.

Thurlow, M., Lazarus, S. S.,Albus, D., & Hodgson, J.(2010), Computer-basedtesting: Practices andconsiderations (SynthesisReport 78). Minneapolis,MN: University ofMinnesota, NationalCenter on EducationalOutcomes diunduh dariwww.cehd.umn.edu/nceo/onlinepubs/synthesis78/synthesis78.pdf pada 19Mei 2015.

115Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Resensi buku: Guru Gokil Murid UnyuResensi buku

Menjadi Guru Gokilalam jagad sepakbola, pemain yanghebat belum tentu bisa menjadi pelatihyang hebat. Dan, pelatih yang hebat

belum tentu bisa menjadi pengamat yang hebat.Jadi, pemain hebat yangbisa menjadi pelatih seka-ligus pengamat yanghebat sangatlah langka.Satu di antara yang lang-ka itu adalah JohannesSumardianta.

S u m a r d i a n t amemang bukan pemain,pelatih maupun peng-amat sepak bola. Dia ada-lah seorang ‘pemain’,‘pelatih’, sekaligus ‘peng-amat’ pendidikan. ‘Pema-in’ pendidikan, menjadiguru, dilakoninya diBlitar sebelum akhirnyaberlabuh di SMA Kolese De Britto Yogyakarta.Pelatih pendidikan, menjadi nara sumber,dijalaninya sampai ke seluruh penjuru negeri.Pengamat pendidikan diwujudkannya melaluikarya tulis, terutama resensi buku, yang tersebar

di berbagai media. Tak heran jika orang yangsatu ini dikenal sebagai ‘raja’ resensi.

Apa jadinya jika ‘raja’ resensi menulisbuku? Tentu tidak sulit menjawabnya. Yangsulit adalah mencari kata untuk meresensinya.

Membaca Guru Gokil1

Murid Unyu2 merupakanperjalanan. Seolah tanpasadar kita diajak belajartentang hakikinya belajar,mendasarnya pendidikankarakter, dan pentingnyameng-uri-uri3 budaya.Untuk itu Sumardiantamemaksa pembaca, teruta-ma guru, untuk berkomit-men menghidupi tiga halgokil.

Pertama , kembalibelajar layaknya seorangpemenang. Belajar bukan-lah kegiatan yang terbatas

pada duduk termenung menghadap buku danbukan pula masuk pagi pulang siang di gedungyang bernama ‘sekolah’. Belajar adalah gayahidup. Gaya hidup seorang guru pemenangadalah berani melawan kenyamanan, berani

Judul Buku :Guru Gokil Murid Unyu

Pengarang :J. Sumardianta

Penerbit : PT Bentang Pustaka

YogyakartaTahun Terbit:

November 2013Cetakan :

KeempatJumlah Halaman :

xiv+306 halamanISBN:

978 – 602 – 7888 – 13 – 5Resensi oleh :

Wahyu Kris Aries WirawardanaE-mail: [email protected] Kristen Pamerdi Malang

D

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu

melawan ketakutan, serta berani mengambilrisiko (hal. 19). Guru pemenang tidak lagi peduliapa kata pecundang. Guru pemenang dihargaibukan karena ditakuti melainkan karenamenghargai muridnya. Ini adalah prosessepanjang hayat. Penuh perjalanan berlikutentunya. Namun, hanya dengan cara itulahguru pemenang menyalakan setitik cahaya dilorong kehidupan (hal. 17).

Menjadi guru adalah kehormatan dan untukmenjaga kehormatan itu, dibutuhkan pengorba-nan. Pengorbanan ‘diri’ adalah yang terpenting.Kenyamanan status dan keengganan belajarharus diganti dengan anti kemapanan dankehausan belajar. Guru yang memperagakanpembelajaran bermakna menandakan passion forknowledge4 (hal. 49). Hal ini didasari ketulusanuntuk belajar, berbagi, merumuskan, danmemraktikkan. Belajar selaras dengan kemauanuntuk selalu belajar ; berbagi selaras dengansikap altruis; serta merumuskan danmempraktikkan selaras dengan pembukaanwawasan baruserta penyempur-naan wawasandalam tindakannyata.

Tak lupa,Sumardianta jugame ne r b an gk ankita ke Brasil untukm e n g u n j u n g ipemikiran PauloFreire yang semakin menemukan relevansinyadengan kekinian Indonesia. Freire mengobarkanpendidikan sebagai bentuk pembebasan,pemerdekaan, dan penyadaran (hal. 256).Pembebasan ala Freire bukanlah pembebasanyang membalik posisi penindas dengantertindas. Melainkan pembebasan yangmeniadakan praktik penindasan. Yang tertindasdan penindas bersama-sama berjuang meraihkemerdekaan. Yang tertindas merdeka daripenindasan. Penindas pun merdeka daripenindas sesungguhnya, yaitu nafsu untukmenindas yang memerosotkan harkat manusia.Solusinya harus bersumber pada kesadaran.

Kesadaran, dalam konteks pendidikan,diterjemahkan Freire sebagai proses perkem-bangan menuju pendidikan hati nurani.

Diharapkan, dengan hati nurani, ada migrasikesadaran dari kesadaran magis dan kesadarannaif menuju kesadaran kritis. Kesadaran magis(magical consciousness) membuat manusia berpikirdalam tempurung. Semua penindasan,kemiskinan, dan ketidakadilan diterima sebagaikodrat Ilahi, yang tidak mungkin diganti apalagidihilangkan. Hasilnya adalah paradigmafatalistik. Kesadaran naif (naival consciousness )mendakwa manusia sebagai kambing hitamsegala bentuk keterbelakangan dan ketidak-berdayaan. Sedangkan kesadaran kritis (criticalconsciousness ) memiliki perspektif lebihkomperehensif. Semua ketidakadilan danpenindasan secara ekonomi-sosial-politikberakar pada struktur dan sistem ekonomi-sosial-politik yang didominasi penguasa.

Kedua , turut menjadi teladan dalampendidikan karakter. Dalam konteks Indonesia,tak ada yang lebih penting dari pendidikankarakter. Guru di negara tetangga lebih khawatirjika muridnya tidak jujur dan tidak hormat pada

orang lain. Merekatidak khawatir jikamuridnya tidak bisabaca, tulis, danhitung (calistung).Sementara di Indo-nesia, guru lebihkhawatir jika murid-nya tidak lulus ujiannasional daripadatidak mau mengantre

(hlm.6). Inilah yang harus diobrak-abrik 5.Indonesia punya banyak pemimpin tapi miskinteladan kepemimpinan. Kepemimpinan eratterkait dengan karakter yang tak bisa dilepaskandari persoalan keteladanan.

Buku ini berlimpah teladan. Keteladananyang dipaparkan pun beragam. Mulai daripresiden sampai pemilik warung, mulai daritokoh nonfiksi sampai rekaan. Tentangpentingnya keluarga dalam pembentukankarakter, Sumardianta menyuguhkan keluargaIwan dalam novel 9 Summers 10 Autumn. Novelini berkisah tentang pergulatan Iwan yang masakecilnya di kota Batu penuh derita. Walauayahnya tidak tamat SD, Iwan terus bertahanhingga akhirnya mereguk kesuksesan hingga keTimes Square New York. Namun, gemerlap negara

Indonesia punya banyak pemimpintapi miskin teladan kepemimpinan.Kepemimpinan erat terkait dengan

karakter dan tak bisa dilepaskandari persoalan keteladanan.

117Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu

asing justru mengasingkannya ke kesunyianpaling sunyi karena jauh dari keluarga. Iwanpun memilih pulang kampung, kembali berintimdengan keluarga. Kehangatan masa kecil dalamkeluarga sederhana menjadikannya sosokberkarakter yang tangguh mempertahankanprinsip.

Tentang kejujuran, pembaca disuguhi kisahinspiratif perusahaan Blue Bird yang membang-un perusahaan dengan fondasi kejujuran.Kejujuran tidak bisa diajarkan hanya denganmenghafal “kejujuran adalah ...”. Kejujuran harusdihidupkan dan dihidupi dalam kehidupansehari-hari. Ngelmu iku kalakone kanthi laku6 (hal.155). Dengan fondasi kejujuran pula, Blue Birdmengembangkan seluruh pemangku kepenting-an untuk memiliki etos kerja penuh tanggungjawab dan disiplin tanpa meninggalkankemurahan hati.

Ketika ketulusan menjadi langka danpengertian ‘sesama’ semakin sempit, pembacadiajak menelusuri “Ah, Jakarta”. Penggalancerpen Ahmad Tohari ini meneladankanketulusan hati kepada sesama. Ada lembarankisah tentang seseorang yang memberitumpangan kepada karibnya. Walaupun sangkarib adalah seorang kriminal, dia tetapmerawatnya penuh ketulusan. Sementarabanyak orang memahami sesama sebagai orangyang mendatangkan keuntungan. Dia menjaditeladan untuk memahami siapa ‘sesama’ danbagaimana mengasihi (hal. 215).

Tak ketinggalan, karakter masyarakat yangcenderung reaktif-impulsif- posesif pun menjadisorotan. Masyarakat butuh teladan. Tokoh Jawaklasik Pangeran Samber Nyawa dan PanditaPodo Winarno pun disodorkan. Sumardiantamengajak kita meresapi keutamaan dankesederhanaan dari keduanya. Keutamaankarakter lemah lembut namun tegas serta gigihnamun tidak kemrungsung7 (hal. 114) harusmenjadi core value8 . Jika tidak, sekolah hanyaakan menjadi gedung ramai aktivitas tapi sepipendidikan karakter. Setiap pagi banyak yangdatang tapi siang pulang tanpa pengokohankarakter.

Kerja keras, kejujuran dan ketulusanmerupakan karakter yang harus tertanam sejakdini. Mengajarkannya di sekolah bukan perkaramudah. Bagi guru yang ingin mengajarkan

karakter sebagai hafalan, jangan membaca bukuini! Buku ini hanya cocok untuk guru yanghendak membumikan karakter sampai padakedalaman pemahaman siswa. Sehingga siswamampu memancarkannya dalam praktekkehidupan nyata.

Ketiga, menjadi penguri-uri budaya. Tak bisadipungkiri, Indonesia adalah gudangnyakearifan lokal. Setiap pelosok negeri memilikikearifan lokal yang unik. Sayang, banyak orangmengenalinya sebagai mitos. Setelah arusinformasi menderas, mitologi banyakditinggalkan. Padahal setiap mitologi dalamkearifan lokal menggambarkan ideologimasyarakat setempat. Sesungguhnya, mitologitersebut membuktikan betapa masyarakat zamandulu memiliki lompatan pemikiran yangmelebihi zamannya. Karena tak terakomodasidalam cara berkomunikasi pada zaman itu,lompatan pemikiran itu mendarat sebagaimitologi.

Mbah Maridjan adalah secuil teladanbagaimana menguri-uri budaya kearifan lokal.Letusan Merapi 2006 menjulangkan nama MbahMaridjan. Santer terdengar, Mbah Maridjan-lahyang menghindarkan Dusun Kinahrejo dariamukan Merapi (hal. 123). Media merespon,memberi tawaran. Mbah Maridjan pun termakantawaran media yang menjadikannya ‘rosa’9 nanfenome-nal namun komersil. Mitologi lama punberganti mitologi digital yang rapuh. Tidak lagidisadari hakikat mitologi lama bahwa penguasaMerapi (Eyang Permadi dan Kiai Sapuanginmisalnya) merupakan perlambang kearifanekologi, bukan sekadar mitologi. Mbah Maridjanmengakhiri cerita dengan kematian. Takkelihatan lagi ke”rosa”an. Yang selalu lebih‘rosa” tentu saja alam. Cerita Merapi dan MbahMaridjan menegur keras setiap kita yang pongahdengan kecanggihan teknologi yang hampirpasti anti ekologi.

Teladan lain adalah Warung Bu Agengyang digagas Butet Kertarajasa. Menguri-uribudaya kearifan lokal dilakukannya dengandesain warung yang tidak biasa. Perabotandirancang supaya tamu betah berlama-lama.Dihiasi banyak lukisan kata yang menggugah.Salah satunya memajang kalimat “Urip MungMampir Guyu”10. Hidup hanya mampir tertawa.Seolah menyindir masyarakat kini yang

118 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu

kehilangan senyum karena tergerus budayakemrungsung. Selain itu, ternyata, warung initutup hari Senin. Mengapa? Supaya bisaistirahat. Supaya tidak terseret arus mentalitasserakah peraihan untung sebanyak-banyaknya.Itulah teladan kearifan lokal yang selalu relevandengan perubahan zaman.

Satu teladan lagi: multikultural. Sebagainegara multietnis, Indonesia memiliki lembarancerita multikultural. Namun sayang, ceritamultikultural yang ada di depan mata adalahcerita-cerita destruktif, merusak keutamaanmultikultural itu sendiri. Bersyukur, masih adatradisi kenduri dan penganan tradisional.Keduanya merupakan teladan tepat bagaimanamenjaga kerukunan dan menghidupi toleransi(hal.243). Kenduri juga menunjukkanketerbukaan. Mi Tiongkok, roti Eropa, dan gulaiIndia rukun berdampingan mengitari nasi Jawa.Penganan lumpia menunjukkan bagaimanam e n y a r i n gbudaya yangkurang selarasdengan kearifanlokal. Cara mema-sak lumpia meru-pakan pengaruhTiongkok. Tapicitarasanya yangmanis merupakantradisi Jawa.Daging babi pun diganti ayam atau udang. Wah,sungguh hidangan multikultural yang tidakhanya lezat di lidah tapi juga sarat teladan.

Melalui buku ini, Sumardianta hendakmerangkul semua kalangan untuk merenungihakikat pendidikan. Urusan pendidikan terlaluluas untuk dipercayakan kepada sekolah.Urusan pendidikan adalah urusan kita semua.Jangan menunggu pemerintah untukmenggerakkan perubahan. Mari mulai dari dirisendiri untuk menjadi pendidik penggerakperubahan. Salah satu caranya adalah denganmenjadi guru gokil.

Membaca Guru Gokil Murid Unyu’ layakdisebut sebagai pengalaman. Kuat dalamreferensi. Cukup bernas untuk dijadikan refleksidan banyak di antaranya merupakan resensi.Dengan membaca buku ini, pembaca samadengan membaca intisari banyak buku. Namun,

hal ini bisa menjadi bumerang. Bisa jadi, bukuini hanya menjadi kumpulan perspektif penulisbuku lain, bukan perspektif Sumardianta. Akantetapi, disitulah letak usikannya. Pembaca harusjeli membedakan. Mana perspektif Sumardianta,mana perspektif penulis buku yang diresensi.

Buku ini juga menyiratkan kelebihan lainseorang Sumardianta. Yaitu kemampuannyameracik, meramu, dan menghidangkan hal-halrumit secara sederhana. Ia juga terampilmeneropong sesuatu dari sudut pandang yangberbeda. Caranya memandang satu fenomenaseringkali berbeda bahkan bertolak belakangdengan pandangan umum. PetualanganMagellan dan Cheng Ho di mata Sumardiantabukan sekadar perjalanan mengarungi lautan.Magellan dan Cheng Ho merupakan gambaranperkembangan teknologi pangan bangsa Asiadan Eropa. Alhasil, pembaca pun akanmendapatkan bonus ganda: menemukan banyak

hal baru danmelihat sesuatudengan ‘mata’baru.

Sumardiantabisa dikatakanberhasil menam-pilkan corak barupenulisan teruta-ma dalam menyu-guhkan kosakata

yang tidak biasa. Hampir di seluruh bagianterdapat kata-kata yang unik bahkan ganjil. Baikdari bahasa Jawa maupun bahasa Latin.Nggabrul11, derep12, klangenan13, numani14,rumongso handarbeni15, melu hangrungkebi16, mulatsariro hangroso wani17, dan brayut18 merupakansedikit contohnya. Walau bersumber dari bahasaJawa, kata-kata tersebut tidak lagi seringterdengar dalam percakapan sehari-hari bahkanoleh masyarakat Jawa sekalipun. Banyak pulafrase bahasa latin. Misalnya adalah requiemaeternam dona eis, domine: et luxperpetua luceat eis19

(hal. 91). Contoh lain adalah via dell 20, amormundum fecit21, dan gioia senzaniente22. Persentasepembaca yang memahami kata-kata langka danfrase- asing tersebut tentu sangat sedikit.Mungkin kata-kata tersebut merupakan katayang paling tepat untuk mewakili konseppemikirannya. Benar bahwa bahasa Indonesia

Urusan pendidikan adalah urusankita semua. Jangan menunggu

pemerintah untuk menggerakkanperubahan. Mari mulai dari dirisendiri untuk menjadi pendidik

penggerak perubahan.

119Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu

tidak cukup kaya kosakata untuk menjelaskansebuah makna. Namun, ini bisa menjadibumerang. Karena Sumardianta seringkalimembiarkan kata dan frase tersebut berdiri bebastanpa terjemahan apalagi penjelasankontekstualnya.

Dibandingkan dengan buku Path of Lifetulisan Komaruddin Hidayat (2014), karyaSumardianta ini lebih mengerucut danmembumi. Path of Life mengajak pembaca untukmendengarkan dan merenungkan makna dibalik fenomena, sedangkan Guru Gokil MuridUnyu’ justru menantang pembaca untuk memberimakna pada fenomena. Di sisi itulahSumardianta menjadi berbeda. Buku ini juga pasjika disebut sebagai kelanjutan sekaliguspelengkap buku Menjadi Manusia Pembelajartulisan Andrias Harefa (2000). Keduanyamenantang pembaca untuk melompatkan diridari paradigma lama menuju paradigma baru.Lompatan paradigma tersebut mendesakdilakukan terutama terkait penghayatanterhadap kata ‘belajar’, ‘guru’, dan ‘pendidikan’.

Terlepas dari ‘bumerang-bumerang’tersebut, buku ini menggambarkan kegokilanpenulisnya. Sebagai orang Indonesia-Jawa,Sumardianta adalah penguri-uri budaya sejati.Sebagai pendidik, Sumardianta adalah sorangteladan pembelajar sejati. Tentu akan lebih gokiljika Sumardianta memperkaya karyanya dengankeunikan pendidikan dan budaya dari seluruhpenjuru Indonesia. Bukan hanya dalam kata danfrase, tapi juga dalam sisi kreatif, dan kearifanlokalnya. Dengan demikian, membaca karyaSumardianta, pembaca diharapkan bisa lebihutuh membaca pendidikan Indonesia.

Melalui buku ini, Sumardianta cukupberhasil menghentak guru kembali mamaknaihakikat keguruannya. Setelah membaca bukuini, semua guru niscaya tidak akan ragu dantidak akan malu untuk melangkah maju menjadiguru gokil. Hanya guru gokil-lah yang layakdisebut sebagai guru karena kegokilanmerupakan bukti nyata bahwa seorang gurutelah-sedang-akan terus belajar di sepanjanghayatnya. Layak ditunggu, hentakan karyaSumardianta berikutnya.

Catatan:1) Gokil : bahasa gaul ‘Gila’, kreatif, tapi dalam

hal yang positif2) Unyu’ : bahasa gaul yang artinya

menggemaskan, lucu, imut3) Menguri-uri: bahasa Jawa yang artinya

melestarikan4) passion for knowledge : hasrat kuat untuk

mempelajari pengetahuan baru5) diobrak-abrik : bahasa Jawa yang artinya

merusak tatanan6) Ngelmu iku kalakone kanthi laku : bahasa Jawa

yang artinya ilmu akan bermanfaat jikadilakukan/diterapkan

7) kemrungsung : bahasa Jawa yang artinyaburu-buru, tergesa-gesa

8) core value : nilai inti9) rosa : bahasa Jawa yang artinya kuat10) Urip Mung Mampir Guyu : bahasa Jawa yang

artinya hidup hanya singgah untuk tertawa11) Nggabrul : bahasa Jawa yang artinya omong

kosong12) Derep : bahasa Jawa yang artinya memotong

butiran padi13) Klangenan: bahasa Jawa yang artinya

kesukaan14) numani : bahasa Jawa yang artinya membuat

ketagihan15) rumongso handarbeni : bahasa Jawa yang

artinya merasa memiliki16) melu hangrungkebi: bahasa Jawa yang artinya

ikut memelihara17) mulat sariro hangroso wani : bahasa Jawa yang

artinya berani mawas diri18) brayut : nama tokoh wayang kulit,

melambangkan cinta keluarga dankesuburan

19) requiem aeternam dona eis domine, et luxperpetualuceat eis: bahasa Latin yang artinyaBerikanlah ia istirahat kekal dan semogatenang abadi menyinari dia.

20) via dell: bahasa Latin yang artinya jalanlembah kecil (perjalanan)

21) amor mundum fecit : bahasa Latin yang artinyadengan cinta menciptakan duniagioia senzaniente : bahasa Latin yang artinya

tidak ada sukacita

Acuan Penulisan Ilmiah

A. Persyaratan1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.

2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka

2. Kajian Empiris3. Kajian/ Studi Kasus4. Evaluasi5. Kajian Kebijakan6. Kajian Pengembangan7. Analisis Deskriptif/Opini8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat

b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum

c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar

b. Alamat e-mail Pribadi

c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak

a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah

iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu

v. Hasil & Saran

b. Panjang150 -200 kata

Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata KunciMinimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasai. Bahasa Indonesia

ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan

a. Isi

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Manfaat Penelitian

iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuki. Deskriptif

ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Datai. Kualitatif

ii. Kuantitatif

b. Pembahasani. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasii. Makro/Umum

ii. Mikro/Khusus

7. Penutupa. Kesimpulan

b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA

b. Jumlah referensi minimal 5

c. Dirujuk langsung dlm tulisan

d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

D. Fisik Naskah

1. Format: A42. Huruf: Book Antique- 10 point,3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi4. Wujud: Soft copy dan printout