jurnal metodologi lean six sigma

16
1 ANALISA EFISIENSI DAN KUALITAS PROSES PENGECATAN PART PLASTIK COVER FRONT TOP BLACK TIPE KWWX DI PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODOLOGI LEAN SIX SIGMA Silvie Valensia, Wilson Kosasih, Laricha Solomon Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S. Parman No. 1, Jakarta Barat 14440 e-mail: [email protected] ABSTRACT Company X is a motorcycle manufacture company which produce Brand A motorcycle. This company has produced motorcycle for more than 30 years. Despite that, they still found some defects in the process that needs some continuous improvement, as their philosophy said, “Operational Excellent”. One of the problems that happens in company X is high defect rate for plastic product in paint process. This defect rate represents waste and inefficient of production. This research was expected to give a contribution to the company, through reduction of production defect rate, production efficiency repair, and waste minimization. This research uses Lean Six Sigma Method, used problem definition with SIPOC Diagram and Voice of Customer. Measure stage was done with process speed calculation and product quality calculation. From those calculation, process cycle efficiency with amount of 42,40% and sigma level of 3,75. Based on pareto diagram, the most dominan defect is thin defect, sagging and dirty. For those, in analyze stage, it focused on this three defects, using cause and effect diagram and FMEA. Improve stage was done by giving advices to decrease production defect and minimalize waste. Keywords : lean six sigma, process cycle efficiency, quality, FMEA, waste 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi yang cepat disertai dengan kualitas produk sesuai standar yang ditetapkan merupakan keinginan setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Metode lean six sigma dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan tersebut, terutama bagi PT. X yang merupakan perusahaan manufaktur motor dunia, dimana perusahaan tersebut dituntut untuk memproduksi motor dalam jumlah massal dan dalam waktu singkat guna mencukupi kebutuhan konsumen. Lean six sigma adalah sebuah metode yang mengkombinasikan dan mengintegrasikan dua konsep, yakni konsep Lean Manufacturing dan Six Sigma. Dalam pengertian singkatnya, Lean adalah metode untuk memunculkan (mengetahui) pemborosan yang terjadi dari sebuah sistem produksi dan six sigma adalah metode untuk menghilangkan pemborosan tersebut dengan konsep DMAIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). Ada 4 kategori pemborosan (people, quantity, quality, information) yang terbagi menjadi 7+1 jenis pemborosan (over production, delays, transportation, processes, inventories, motions, defective products, defective design). Dilihat dari KPIs (Key Performance Indicators) nya, proses pembuatan part painting plastic mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan proses pembuatan part lainnya, untuk itu penelitian difokuskan pada proses pembuatan part painting plastic. 1.2 Identifikasi Masalah Dari hasil pengamatan dan wawancara, jumlah part reject yang sangat banyak menjadi masalah utama pada proses pembuatan part painting plastic. Part reject tersebut tidak hanya ditemukan

Upload: silvie-valensia

Post on 18-Dec-2014

427 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ANALISA EFISIENSI DAN KUALITAS PROSES PENGECATAN PART PLASTIK COVER FRONT TOP BLACK TIPE KWWX DI PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODOLOGI LEAN SIX SIGMA

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

1

ANALISA EFISIENSI DAN KUALITAS PROSES PENGECATAN PART PLASTIK

COVER FRONT TOP BLACK TIPE KWWX DI PT. X DENGAN MENGGUNAKAN

METODOLOGI LEAN SIX SIGMA

Silvie Valensia, Wilson Kosasih, Laricha Solomon

Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Jl. Letjen S. Parman No. 1, Jakarta Barat 14440

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Company X is a motorcycle manufacture company which produce Brand A motorcycle. This company

has produced motorcycle for more than 30 years. Despite that, they still found some defects in the process that needs some continuous improvement, as their philosophy said, “Operational Excellent”.

One of the problems that happens in company X is high defect rate for plastic product in paint process.

This defect rate represents waste and inefficient of production.

This research was expected to give a contribution to the company, through reduction of production

defect rate, production efficiency repair, and waste minimization.

This research uses Lean Six Sigma Method, used problem definition with SIPOC Diagram and Voice

of Customer. Measure stage was done with process speed calculation and product quality calculation.

From those calculation, process cycle efficiency with amount of 42,40% and sigma level of 3,75. Based

on pareto diagram, the most dominan defect is thin defect, sagging and dirty. For those, in analyze

stage, it focused on this three defects, using cause and effect diagram and FMEA. Improve stage was

done by giving advices to decrease production defect and minimalize waste.

Keywords : lean six sigma, process cycle efficiency, quality, FMEA, waste

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses produksi yang cepat disertai dengan kualitas produk sesuai standar yang ditetapkan

merupakan keinginan setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Metode lean six

sigma dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan tersebut, terutama bagi PT. X yang

merupakan perusahaan manufaktur motor dunia, dimana perusahaan tersebut dituntut untuk

memproduksi motor dalam jumlah massal dan dalam waktu singkat guna mencukupi kebutuhan

konsumen. Lean six sigma adalah sebuah metode yang mengkombinasikan dan

mengintegrasikan dua konsep, yakni konsep Lean Manufacturing dan Six Sigma. Dalam

pengertian singkatnya, Lean adalah metode untuk memunculkan (mengetahui) pemborosan yang

terjadi dari sebuah sistem produksi dan six sigma adalah metode untuk menghilangkan

pemborosan tersebut dengan konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control).

Ada 4 kategori pemborosan (people, quantity, quality, information) yang terbagi menjadi 7+1

jenis pemborosan (over production, delays, transportation, processes, inventories, motions,

defective products, defective design). Dilihat dari KPIs (Key Performance Indicators) nya, proses

pembuatan part painting plastic mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan proses

pembuatan part lainnya, untuk itu penelitian difokuskan pada proses pembuatan part painting

plastic.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil pengamatan dan wawancara, jumlah part reject yang sangat banyak menjadi masalah

utama pada proses pembuatan part painting plastic. Part reject tersebut tidak hanya ditemukan

Page 2: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

2

pada hasil akhir proses produksi part painting plastic, tetapi juga ditemukan pada proses

assembly unit selaku konsumen dari produk tersebut. Selain itu terjadi pemborosan pada

pemakaian bahan baku cat, dan masih menggantungkan sebagian proses produksinya kepada

subcon. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan pemborosan tersebut, akan diambil satu jenis

part painting plastic sebagai contoh penerapan metode lean six sigma. Part tersebut adalah Cover

Front Top Black tipe KWWX yang diproduksi di Line F. Cover Front Top Black tipe KWWX

diambil sebagai contoh karena mempunyai jumlah reject paling banyak pada periode Maret

2011-Mei 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan nilai PCE (Process Cycle Efficiency) dan level sigma dari proses produksi part

CFT Black Tipe KWWX di Line F.

2. Mengidentifikasikan penyebab persentase jumlah reject part CFT Black Tipe KWWX

melebihi target KPI-Q (Key Performance Indicator of Quality) dan memberikan usulan

untuk mengurangi jumlah reject tersebut.

3. Mengidentifikasi penyebab masih banyaknya produk dari Painting Plastic yang tidak

memenuhi standar kualitas, lolos/tetap dikirim ke customer (assembly unit).

4. Mengidentifikasi penyebab terjadinya pemborosan pada pemakaian bahan baku cat dan

menerapkan usulan untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian berjalan secara

sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan proses

penelitian atau urutan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian. Diagram alir metodologi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Studi Pendahuluan dan

Identifikasi masalah

Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Define adalah tahap pertama dari proses DMAIC, bertujuan untuk

menentukan ruang lingkup, tujuan, dan target dari proyek yang akan

dilakukan. Tahapan dalam Define:

Membuat Diagram Alir Proses Produksi untuk mengetahui

sistem kerja proses produksi.

Menentukan ruang lingkup proyek menggunakan diagram

SIPOC

Mengumpulkan data mengenai VOC (Voice of Customers)

Measure, untuk mengetahui proses yang sedang terjadi,

mengumpulkan data mengenai kecepatan proses dan kualitas untuk

mengetahui penyebab masalah yang sebenarnya. Metode yang

dipakai:

Melakukan perhitungan waktu proses produksi dengan

pengumpulan data untuk perhitungan value add and non value

add analysis, membuat value stream mapping dan PCE (Process

Cycle Efficiency)

Melakukan pengukuran kualitas produk dengan penentuan CTQ

(Critical To Quality), pembuatan peta P, perhitungan DPMO,

dan level sigma

Analyze, untuk memverifikasi penyebab yang mempengaruhi

input kunci dan output kunci. Tahapan pada Analyze :

Menyusun prioritas akar penyebab permasalahan dengan

Pareto Chart

Menentukan akar penyebab masalah dengan Cause and

Effect Diagram

Melakukan analisa data dan analisa proses dengan Failure

Modes and Effects Analysis (FMEA)

Improve adalah menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi

masalah. Tahapan yang dilakukan pada Improve :

Mencari solusi potensial

Memilih dan menyusun prioritas terhadap solusi

Melakukan pengujian terhadap solusi dengan membuat value

stream baru dan diagram alir proses produksi baru

Melakukan implementasi solusi

Control adalah untuk melengkapi semua kerja proyek dan

menyampaikan hasil proses perbaikan kepada up management.

dan memastikan bahwa setiap orang bekerja telah dilatih untuk

melakukan prosedur perbaikan yang baru. Tahapan pada Control :

Mengadakan pemantauan terhadap hasil implementasi

Mendokumentasikan standard operating procedure baru

Membuat rencana pengendalian proses

Membuat peta perjalanan/ histori proyek

Melakukan proses transisi dan pengalihan tanggung jawab

pada pemilik proses

Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

Page 3: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

3

3. Hasil dan Pembahasan

Penerapan metode lean six sigma terdiri dari 5 tahapan, yaitu DMAIC (Define, Measure,

Analyze, Improve, Control). Tahapan-tahapan tersebut dilakukan untuk membantu dalam

memperbaiki kecepatan proses kerja dan menurunkan reject produk Painting plastic.

3.1 Tahap Define

Define adalah tahapan pertama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi agar didapat tujuan

dan target dari penelitian yang dilakukan. Perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana proses

produksi di Painting Plastic. Proses produksi di Painting Plastic dapat dilihat pada Gambar 2.

Part Mentah Loading

Unloading

Cek

Buffing

Finish GoodSanding

Sanding

Cek

NG

OKNG

Gagal BuffingOK

Repaint

Finish Good

Cek

Spoilage

Wipping B Wipping A Air Blow Undercoat Flash Off

Setting

RoomBake Oven

Topcoat

Sanding

Paint Undercoat OK

>20%

Sudah R3

<R3

<20%

Touch Up

NG

OK

Data Part

Loading

Data Buffing

OK

Data Repaint

Data Gagal

Buffing

Data Part

OK

Masking

Unmasking

ConveyorMasking

Area

Sanding

Area

Buffing

Area

Touch Up

Area

Unmasking

Area

Gambar 2 Current Diagram Alir Proses Produksi Painting Plastic

Ruang lingkup penelitian juga diperlukan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait

dengan penelitian ini dan akan merasakan dampak dari penelitian ini. Untuk mengetahui ruang

lingkup penelitian ini, digunakan diagram SIPOC (Suppliers, Input, Process, Output, Customer).

Diagram SIPOC pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Suppliers Input Process Output Customer

Plastic

Injection

Subcon

Part Mentah Loading

Wipping B

Wipping A

Air Blow

Undercoat

Flash Off

Top Coat

Setting

Room

Bake Oven

Cat Siap

Pakai

Cat Siap

Pakai

Mixing

Painting

Mixing

Painting

Part Painting

Plastic

Assembly

UnitUnloading

Gambar 3 Diagram SIPOC Painting Plastic PT. X

Page 4: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

4

Data VOC (Voice Of Customer) pada Part Painting Plastic Cover Front Top Black tipe KWWX

adalah Standard Visual Painting Plastic, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Keterangan

Standard Visual Painting Plastic Cover Front Top Black tipe KWWX pada Gambar 4 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Gambar 4 Standard Visual Painting Plastic Cover Front Top Black tipe KWWX

Tabel 1 Keterangan Standard Visual Painting Plastic

No Area Standard

1 Grade a Tidak diizinkan: retak, gloss tidak rata, mengelupas, pudar, buram, pinhole, gores,

gelombang, tipis.

Orange peels, deformasi, keriput, cacat permukaan diizinkan bila tidak terlihat dari jarak

0,5m dengan penerangan 300 lux.

Belang, meler, bintik, diizinkan bila tidak terlihat dari jarak 0,5m, dibawah penerangan 500 lux.

Dust particle diizinkan 2 buah, dengan diameter <0,3mm.

Serat diizinkan, bila tidak mencolok.

2 Grade b Tidak diizinkan: Retak, mengelupas, pudar, buram, pinhole, gores, gelembung.

Tipis tidak diizinkan, kecuali tidak mencolok di sekitar daerah bending.

Gloss tidak merata diizinkan bila tidak mencolok.

Orange peels, deformasi, keriput, kasar, cacat permukaan, diizinkan bila tidak terlihat

1m, dibawah penerangan 300 lux.

Belang, meler, bintik, diizinkan bila tidak terlihat dari jarak 1m, dibawah penerangan 500

lux.

Dust particle diizinkan 2 buah, dengan diameter <0,5mm.

Serat diizinkan, panjang <3mm, dengan interval antar serat minimal 100mm.

* Note 1. Dust particle berada dalam area 300mm² 2. Dust particle dilihat dari jarak 0,5m, dibawah penerangan 1000lux.

3. Bagian parting line harus terkena cat.

3.2 Tahap Measure

Tahap measure bertujuan untuk mengetahui proses yang sedang terjadi, mengumpulkan data

mengenai kecepatan proses, dan kualitas yang akan digunakan untuk mengetahui apakah proses

produksi Painting Plastic part CFT (Cover Front Top) Black tipe KWWX di Line F sudah lean

atau belum. Proses produksi Painting Plastic di PT. X telah menggunakan sistem conveyor

berupa hanger yang digantung pada rel. Dengan kecepatan konveyor (v) = 1450 mm/menit dan

jarak antar hanger (s)= 750 mm, didapat waktu perpindahan tiap hanger (t) = = 31

detik. Dalam 1 hanger, terdapat 2 buah CFT Black tipe KWWX. Dalam perhitungan waktu

proses produksi hingga waktu baku, dihitung per 1 buah part.

3.2.1 Perhitungan waktu proses produksi

Pada pengukuran waktu proses produksi, akan dilakukan perhitungan waktu siklus, uji

kenormalan data, uji keseragaman, dan uji kecukupan data. Jika data tidak mencukupi, maka

Page 5: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

5

dilakukan perhitungan ulang waktu siklus, sedangkan jika data telah mencukupi, maka

dilanjutkan ke perhitungan waktu normal dan perhitungan waktu baku. Setelah didapatkan

perhitungan waktu baku, dilanjutkan perhitungan proses cycle efficiency untuk mengetahui

sejauh mana efisiensi proses painting plastic mulai dari proses loading sampai proses Unloading.

Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan lead time process dan kecepatan proses pada painting

plastic.

Sebelum melakukan pengukuran data perhitungan waktu, perlu ditentukan tingkat ketelitian dan

tingkat keyakinan. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya

keyakinan bahwa pada hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian. Dalam penelitian

ini ditetapkan tingkat ketelitian sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95%. Tingkat ketelitian 5%

menunjukkan persentase penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian

sebenarnya adalah 5% dan tingkat keyakinan sebesar 95% menunjukkan besarnya persentase

keyakinan bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian adalah 95%.

Dari waktu baku yang didapat, dapat dihitung jumlah waktu yang bernilai tambah (value added

time) dan waktu yang tidak bernilai tambah (non value added time). Data tersebut dapat dilihat

pada Tabel 2. Dari data pada Tabel 2, dapat digambarkan Value Stream Map Painting Plastic

Part CFT Black tipe KWWX di Line F pada Gambar 5.

Tabel 2 Data Value Added dan Non Value Added Time pada Proses Produksi Painting Plastic Part CFT Black tipe

KWWX di line F

No Nama Proses Waktu

Tersedia

Waktu

Baku

(detik)

Jumlah

MP/Part

Waktu

Terpakai

Waktu Tidak

Terpakai

Value

Add

Time

Non Value

Add Time

1 Loading 31 13,05 1 13,05 17,95 13,05 17,95

2 Transportasi ke Wipping b 2883 2883 0 2883 0 0 2883

3 Wipping b 31 14,77 0,5 29,54 1,46 29,54 1,46

4 Transportasi ke Wipping a 93 93 0 93 0 0 93

5 Wipping a 31 13,1 0,5 26,2 4,8 26,2 4,8

6 Transportasi ke Airblow 155 155 0 155 0 0 155

7 Airblow 31 13,09 0,5 26,18 4,82 26,18 4,82

8 Transportasi ke Undercoat 124 124 0 124 0 0 124

9 Undercoat 31 27,32 1 27,32 3,68 27,32 3,68

10 Transportasi ke Flash off 217 217 0 217 0 0 217

11 Flash off 310 310 0 310 0 310 0

12 Transportasi ke Topcoat 124 124 0 124 0 0 124

13 Topcoat 31 29,83 1 28,83 2,17 28,83 2,17

14 Transportasi ke Setting room 217 217 0 217 0 0 217

15 Setting room 837 837 0 837 0 837 0

16 Bake oven 1612 1612 0 1612 0 1612 0

17 Transportasi ke Unloading 124 124 0 124 0 0 124

18 Unloading 31 14,19 1 14,19 16,81 14,19 16,81

19 Transportasi ke Loading 496 496 0 496 0 0 496

Total 7409 - - - - 2924,31 4484,69

Page 6: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

6

LOADING

C/T = 13,05“

2MP, 2PART

V/AT = 13,05“

A/T = 1H / 31“

NV/AT = 17,95“

Supplier

WIPPING B

C/T = 14,77“

1MP, 2PART

V/AT = 29,54“

A/T =1H / 31“

NV/AT = 1,06“

WIPPING A

C/T = 13,1"

1MP, 2PART

V/AT = 26,2"

A/T =1H / 31"

NV/AT = 4,8"

AIRBLOW

C/T = 13,09"

1MP, 2PART

V/AT = 26,18"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 4,82"

UNDERCOAT

C/T = 27,32"

2MP, 2PART

V/AT = 27,32"

A/T =1H / 31"

NV/AT = 3,68"

FLASHOFF

C/T = 310"

0MP, 1PART

V/AT = 310"

A/T = 10H / 310"

NV/AT = 0"

Supplier

TOPCOAT

C/T = 29,83"

2MP, 2PART

V/AT = 29,83"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 1,17"

Supplier

3H

93"

SETTING ROOM

C/T = 837"

0MP, 1PART

V/AT = 837"

A/T = 27H / 837"

NV/AT = 0"

BAKE OVEN

C/T = 1612"

0MP, 1PART

V/AT = 1612"

A/T = 52H / 1612"

NV/AT = 0"

UNLOADING

C/T = 14,19"

2MP, 2PART

V/AT = 14,19"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 16,81"

93H

2883"

5H

155"

4H

124"

7H

217"

4H

124"

7H

217"

4H

124"

16H

496"

13,05"

512,81"

29,54"

2900,95"

26,2"

94,06"

26,18"

159,8"

27,32"

128,82"

220,68"

310"

124"

28,83"

218,17"

2449"

124"

14,19"

PRODUCTION

CONTROL

daily

Customer

daily

Teknisi

Gambar 5 Current Value Stream Map Painting Plastic Part CFT Black Tipe KWWX di Line F

PCE (Process Cycle Efficiency) adalah suatu ukuran untuk melihat sejauh mana efisiensi waktu

dari proses terhadap waktu siklus proses secara keseluruhan. Perhitungan PCE untuk proses

produksi Painting Plastic part CFT Black tipe KWWX adalah:

Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa efisiensi proses produksi Painting Plastic part CFT

Black tipe KWWX adalah 42,40%. Dapat disimpulkan bahwa Proses Painting Plastic di PT. X

bila dibandingkan dengan World Class PCE (Gambar 6) masih berada pada kisaran level Low

End PCE for Assembly Continous/one piece flow.

Gambar 6 World Class Cycle Efficiency Benchmarks

3.2.2 Pengukuran Kualitas Produk

Pada pengukuran kualitas produk, dimulai dengan penentuan CTQ (Critical To Quality) yang

bertujuan untuk menentukan karakteristik kualitas yang mempengaruhi suatu produk. Kemudian

dilakukan pengamatan dan dibuat peta kendali P (Gambar 7) untuk mengetahui apakah

Page 7: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

7

pengerjaan pada proses produksi Painting Plastic part CFT Black tipe KWWX sudah berada

dalam batas kendali. Setelah semua data berada dalam batas kendali, dilanjutkan dengan

menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunities) dan Level Sigma yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh proses produksi Painting Plastic PT. X.

Gambar 7 Peta Kendali P pada Proses Produksi Painting Plactic part CFT Black tipe KWWX di Line F periode

Maret 2011 – Mei 2011

Perhitungan DPMO dan level sigma bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana

kemampuan proses yang dimiliki oleh Line F dalam menghasilkan part Painting Plactic CFT

Black tipe KWWX. Dari perhitungan, didapat bahwa nilai DPMO pada Line F untuk part CFT

Black tipe KWWX adalah 12.101. Jadi tingkat sigma pada Painting Plastic Line F untuk part

CFT Black tipe KWWX adalah 3,7539. Berdasarkan hasil perhitungan DPMO dan level sigma,

maka dapat dikatakan bahwa Line F untuk part CFT Black tipe KWWX perlu melakukan

perbaikan dan peningkatan kualitas, sehingga dapat mengurangi jumlah produk reject atau

jumlah reject mendekati zero defect.

3.3 Tahap Analyze

Setelah melakukan tahap measure, maka tahapan selanjutnya adalah tahap analyze. Tahap

analize ini dilakukan untuk menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan kualitas dan

kecepatan proses, yang sebelumnya telah dilakukan perhitungan di tahap measure.

Untuk menentukan prioritas penanganan masalah terhadap produk reject, maka dibuat diagram

pareto. Diagram pareto adalah alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori

kejadian yang disusun menurut ukurannya, serta untuk menentukan pentingnya atau prioritas

kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis. Part CFT Black tipe

KWWX yang tidak sesuai dengan spesifikasi terdiri dari beberapa jenis reject. Untuk

memperbaiki Line F, jenis-jenis reject yang terdapat pada part CFT Black tipe KWWX diurutkan

dari jenis reject yang memiliki jumlah terbesar sampai jenis reject yang memiliki jumlah

terkecil, sehingga dapat diketahui prioritas jenis reject yang akan dianalisis dan diperbaiki.

Perbaikan dilakukan pada jenis reject yang memiliki jumlah terbesar. Persentase reject part CFT

Black tipe KWWX di Line F bulan Maret 2011- Mei 2011 dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 8: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

8

Gambar 8 Diagram Pareto Reject part CFT Black tipe KWWX di Line F bulan Maret 2011- Mei 2011

3.3.1 Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)

Seperti terlihat pada Gambar 8, diketahui bahwa jenis reject yang terbesar adalah reject tipis,

meler, DLL, dan kotor. Untuk itu, tahap analisis ini difokuskan pada akar penyebab masalah dari

ketiga jenis reject tersebut. Untuk menemukan akar penyebab permasalahan, akan dibuat

diagram sebab akibat.

Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis masalah dan faktor-faktor penyebab

masalah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, didapat penyebab

dari reject tersebut yang dilihat dari 5 faktor (manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan).

3.3.1.1 Diagram Sebab Akibat Reject Meler/Tipis

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, reject meler dan tipis mempunyai penyebab yang

sama, untuk itu diagram sebab akibat dari reject meler dan tipis digambarkan menjadi satu

diagram yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Tipis / Meler

Metode

Mesin

Manusia

MaterialLingkungan

Keterampilan

MP baru belajar/belum ahli

Tidak ada OS dalam

pengaturan keluaran spraygun

Viskositas Cat

Viskositas cat berubah saat

terjadi perubahan suhu

Disfungsi tools

&equipment

Penerangan

membelakangi MP

MP tidak dapat melihat

Dengan jelas hasil pengecatan

MP tidak mengecek kembali

Hasil pengecatan

Gambar 9 Diagram Sebab Akibat jenis Reject Meler / Tipis

3.3.1.2 Diagram Sebab Akibat Reject Kotor

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan jenis reject kotor pada part, maka dibuat

diagram sebab akibat yang dapat dilihat pada Gambar 10.

Kotor

Metode

Mesin

Manusia

MaterialLingkungan

Kotor

MP masuk ke ruang kerja

Dalam keadaan kotorPembersihan Selang

Selang belum benar-benar bersih

Tetapi sudah digunakan kembali

Pembersihan Part

Wipping tidak bersih

Penyaringan Cat

Cat lembab

Penyaringan cat tidak sempurna/

saringan berlubang

Banyak kotoran yang menempel pada

Part saat proses pengeringan R2/R3

Yang membutuhkan waktu beberapa hari

Cap Spray

gun kotor

Udara dari airblow kortor

Hanger, jig, dan

sub jig Kotor

Gambar 10 Diagram Sebab Akibat jenis Reject Kotor

Page 9: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

9

3.3.2 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

FMEA merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan potensial

yang mungkin terjadi dan menghilangkan atau meminimumkan permasalahan itu melalui deteksi

atau pencegahan. Melalui FMEA akan ditentukan nilai-nilai pengaruh buruk (severity),

kemungkinan kejadian (likelihood), dan efektivitas, serta nilai RPN (Risk Priority Number) yang

merupakan perkalian antara severity, likelihood, dan efektivitas.

3.3.2.1 FMEA Untuk Jenis Reject Tipis/Meler

Jenis Reject tipis/meler merupakan jenis cacat visual dari part. Untuk menganalisa penyebab-

penyebab dari jenis reject tipis/meler, akan dijelaskan dengan menggunakan FMEA yang

didasarkan pada diagram sebab akibat Gambar 9. Tabel FMEA untuk jenis reject tipis/meler

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 FMEA untuk jenis reject tipis/meler

Item

dan

Fungsi

Mode

Kegagalan

Potensial

Akibat

Potensial

dari

Kegagalan

Severity Penyebab

Potensial dari

Kegagalan

Kemungkinan

Kejadian

Pengendalian

Sekarang

Efektivitas

Metode

Deteksi dan

Pencegahan

RPN

Part

plastik Meler/Tipis

Cacat

Visual 3

Viskositas cat tidak

sesuai standar 3

melalukan pengentalan/

pengenceran jika

viskositas cat tidak

sesuai OS

1 9

Nozzle mampet 2 TPM Equipment 4 24

Penerangan

membelakangi MP 2

Pengetesan dengan Lux

meter 3 36

Tidak ada OS

dalam pengaturan

keluaran spraygun

5 MP mengatur sendisi

keluaran spraygun 5 75

MP belum terampil 5

Mengidentifikasi skill

operator berdasar tes kompetensi tertulis

4 60

MP tidak mengecek

hasil pengecatan 4

Peneguran MP oleh

Quality Control Line 3 36

3.3.2.2 FMEA Untuk Jenis Reject Kotor

Jenis reject kotor merupakan jenis cacat visual dari part. Untuk menganalisa penyebab-penyebab

dari jenis reject kotor, akan dijelaskan dengan menggunakan FMEA yang didasarkan pada

diagram sebab akibat yang sebelumnya telah dijelaskan. Tabel FMEA untuk jenis reject kotor

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 FMEA untuk jenis reject kotor

Item

dan

Fungsi

Mode

Kegagalan

Potensial

Akibat

Potensial

dari

Kegagalan

Severity Penyebab Potensial

dari Kegagalan

Kemungkinan

Kejadian

Pengendalian Sekarang Efektivitas

Metode

Deteksi dan

Pencegahan

RPN

Part

plastik Kotor Cacat Visual 3

Penyaringan cat tidak

sempurna 3

Pengecekan saringan

tiap penambahan cat 1 9

Pengeringan part lembab

yang lama 5 - 5 75

Cap spraygun kotor 3 Diganti tiap pergantian

shift 3 27

Udara dari air blow kotor 3 TPM kompresor 3 27

Page 10: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

10

Hanger, jig, sub jig kotor 5 Maintenance tiap

minggu 4 60

Wipping kurang bersih 3

Penggantian kanebo, air

dan chemical cleaner

secara berkala

2 18

Rinsing selang belum

bersih 3

Memastikan selang

benar-benar bersih

sebelum dipakai

2 18

MP masuk dalam

keadaan kotor 4

Menyiapkan pakaian

khusus booth painting 4 48

3.3.2.3 Analisis Risk Priority Number (RPN)

Berdasarkan analisis dengan menggunakan FMEA, maka didapatkan nilai RPN untuk masing-

masing penyebab potensial dari jenis-jenis reject yang memiliki jumlah terbesar. Berdasarkan

nilai RPN yang diperoleh, maka dapat diketahui urutan permasalahan yang dihadapi perusahaan,

guna menurunkan reject, khususnya pada CFT Black tipe KWWX. Nilai RPN dari penyebab

reject potensial dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai RPN dari penyebab potensial

Mode Kegagalan Potensial Penyebab Potensial RPN

tipis/meler

Viskositas cat tidak sesuai standar 9

Nozzle mampet 24

Penerangan membelakangi MP 36

Tidak ada OS dalam pengaturan keluaran spraygun 75

MP belum terampil 60

MP tidak mengecek hasil pengecatan 36

Kotor

Penyaringan cat tidak sempurna 9

Pengeringan part lembab yang lama 75

Cap spraygun kotor 27

Udara dari ai rblow kotor 27

Hanger, jig, sub jig kotor 60

Wipping kurang bersih 18

Rinsing selang belum bersih 18

MP masuk dalam keadaan kotor 48

Berdasarkan Tabel 5, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab potensial pada jenis reject

meler/tipis adalah tidak ada OS dalam pengaturan keluaran spraygun, dan man power yang

belum terampil. Sedangkan untuk jenis reject kotor, penyebab potensial yang terjadi adalah

pengeringan part lembab yang lama dan hanger, jig, sub jig yang kotor.

3.4 Tahap Improve

Tahap improve bertujuan untuk menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah.

Tahapan yang pertama dari improve adalah mencari solusi yang potensial untuk mengurangi

pemborosan. Usulan dan pelaksanaan dirangkum pada Tabel 6.

Page 11: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

11

Tabel 6 Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Pemborosan di Paintng Plastic PT.X

No Permasalahan Usulan Perbaikan Pelaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1

Tidak ada OS dalam

pengaturan keluaran

spraygun

menentukan OS besar

keluaran dari spraygun √

Proses pengecatan dapat lebih

terstandar

2 MP belum terampil Training proses spray secara

reguler untuk operator √

dapat meningkatan keterampilan

MP

3

Penerangan

membelakangi MP,

ada lampu yang

padam dan redup

mengganti lampu yang padam

dan yang telah redup dengan

lampu yang baru

√ Penggantian dilakukan saat libur

lebaran

4 Nozzle mampet

memberikan spare nozzle

kepada teknisi masing-masing

line agar penanganan dapat

dilakukan lebih cepat

√ Pemesanan nozzle agak lama

5 Pengeringan part

lembab yang lama

Menambah oven utuk

mempercepat proses

pengeringan

√ oven masih dipinjam Painting steel

6 Hanger, jig, sub jig

kotor

Penambahan proses

pembersihan hanger, jig, dan

sub jig setelah unloading

√ √

harus diuji terlebih dahulu

bagaimana metode pembersihan,

korelasi terhadap reject,

pembuangan limbah, dan

investasi/expense

7 MP masuk dalam

keadaan kotor

mengaktifkan kembali

blowroom untuk membersihkan operator dari

debu sebelum masuk ke

spraybooth

√ √ Dipertimbangkan

8 Cap spraygun kotor penggantian cap spraygun

tiap jam √ Boleh diimplementasikan

9 Udara dari air blow

kotor

memasukkan proses

maintenance air blow ke

dalam jadwal maintenance

regular

√ √ Dipertimbangkan

10 Banyaknya jumlah

reject "DLL"

menjabarkan reject "DLL"

pada Production Control

Painting Plastic dengan

mengganti jenis reject yang

jarang terjadi

√ Boleh diimplementasikan

11

Tidak terdatanya part

Finish Good hasil

repaint

membuat visual display dan

mengganti tabel Production

Control Painting Plastic

√ Boleh diimplementasikan

12. Banyak part NG yang

lolos ke customer

Membuat visual display

standard visual painting

plastic

Boleh diimplementasikan

Page 12: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

12

Tabel 7Analisis QCDSME pada penambahan proses pembersihan hanger, jig, dan sub jig yang kotor setelah

unloading

Jig Stripper Sikat Kawat Sikat Plastik Paint Remover Keterangan

Quality membersihkan

paling bersih 8

mengurangi ketebalan cat,

tetapi akan

membuat

kutikel pada

permukaan

3

hanya

menghilangkan

gram

4

dapat

membersihkan cat

dengan bersih

7

1 - 10 = low

Quality to high

Quality

Cost

Investasi : 1M

Expense :

expensive

3 Cheap 8 Cheap 9 Middle 6

1 - 10 = high

invest to low

invest

Delivery

(Kapasitas) Butuh 5 orang 5 Butuh 1 orang 8 Butuh 1 orang 8 Butuh 2 orang 7

1 -10 = low

capacity to high

capacity

Safety

memungkinkan

terjadi kecelakaan

kerja

4

kemungkinan

kecil terjadi

kecelakaan

kerja

6

akan sangat

jarang terjadi

kecelakaan kerja

7

kemungkinan kecil

terjadi kecelakaan

kerja

6

1 - 10 = low

safety to high

safety

Moral pekerjaan cukup

berat 4

pekerjaan

cukup ringan 7

pekerjaan cukup

ringan 7 pekerjaan ringan 6

1 - 10 = low

morale to high

morale

Environment debu cat

terkontrol 8

debu cat tidak

terkontrol 4

debu cat tidak

terkontrol 5 debu cat terkontrol 7

1 - 10 = low

controlled to high controlled

Total 32 36 40 39

Jika usulan untuk menambah proses pembersihan hanger, jig, dan sub jig diimplementasikan,

maka didapat Value Stream Map yang baru. Value Stream Map yang baru dapat dilihat pada

Gambar 11.

LOADING

C/T = 13,05“

2MP, 2PART

V/AT = 13,05“

A/T = 1H / 31“

NV/AT = 17,95“

Supplier

WIPPING B

C/T = 14,77“

1MP, 2PART

V/AT = 29,54“

A/T =1H / 31“

NV/AT = 1,06“

WIPPING A

C/T = 13,1"

1MP, 2PART

V/AT = 26,2"

A/T =1H / 31"

NV/AT = 4,8"

AIRBLOW

C/T = 13,09"

1MP, 2PART

V/AT = 26,18"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 4,82"

UNDERCOAT

C/T = 27,32"

2MP, 2PART

V/AT = 27,32"

A/T =1H / 31"

NV/AT = 3,68"

FLASHOFF

C/T = 310"

0MP, 1PART

V/AT = 310"

A/T = 10H / 310"

NV/AT = 0"

Supplier

TOPCOAT

C/T = 29,83"

2MP, 2PART

V/AT = 29,83"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 1,17"

Supplier

3H

93"

SETTING ROOM

C/T = 837"

0MP, 1PART

V/AT = 837"

A/T = 27H / 837"

NV/AT = 0"

BAKE OVEN

C/T = 1612"

0MP, 1PART

V/AT = 1612"

A/T = 52H / 1612"

NV/AT = 0"

UNLOADING

C/T = 14,19"

2MP, 2PART

V/AT = 14,19"

A/T = 1H / 31"

NV/AT = 16,81"

93H

2883"

5H

155"

4H

124"

7H

217"

4H

124"

7H

217"

4H

124"

6H

186"

13,05"

279"

29,54"

2900,95"

26,2"

94,06"

26,18"

159,8"

27,32"

128,82"

220,68"

310"

124"

28,83"

218,17"

2449"

124"

14,19"

PRODUCTION

CONTROL

daily

Customer

daily

Teknisi

PEMBERSIHAN

HANGER

C/T = X

1MP, 2PART

V/AT = 2X

A/T = 1H/ 31"

NV/AT = 31"-2X

31"

202,81"

9H

279"

Gambar 11 Future Value Stream Map Painting Plastic Part CFT Black Tipe KWWX di Line F milik PT. X.

Page 13: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

13

3.4.1 Penambahan Proses Pembersihan Hanger Setelah Proses Unloading

Dari Future Process Map Painting Plastic Part CFT Black Tipe KWWX di Line F yang baru,

PCE tetap sebesar 42,40% karena penambahan proses pembersihan hanger meskipun berada di

dalam konveyor, bukan termasuk dalam pemrosesan part. Pembersihan hanger dengan CT: ±30

detik (perkiraan waktu proses) termasuk dalam investasi jangka panjang, karena meskipun

menambah MP baru, pembersihan hanger ini dapat mengurangi jumlah part repair karena kotor

yang masuk ke proses buffing dengan CT: 2 menit 50 detik (data dari PT. X).

3.4.2 Penggantian Cap Spraygun Tiap Jam

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan FMEA, salah satu penyebab reject kotor

adalah cap spray gun yang kotor. Pengendalian sebelumnya terhadap hal ini adalah penggantian

cap spraygun kotor dengan cap spraygun yang bersih tiap pergantian shift (8jam). Namun

kotoran di cap spraygun yang menjadi gumpalan-gumpalan kecil dapat tersemprot ke part. Dari

wawancara dengan seorang yang ahli dalam bilang pengecatan part plastik, perusahaan lain telah

melakukan penggantian cap spray gun tiap 20 hanger untuk part plastik mobil, sehingga pada

part plastik sepeda motor, diusulkan penggantian tiap jam. Sebagai pengingat ditempelkan Visual

Display pada ruang Undercoat dan Topcoat, dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Pemasangan Visual Display pada Undercoat dan Topcoat

3.4.3 Menjabarkan reject "DLL"

Banyaknya jenis reject DLL menimbulkan pertanyaan, jenis reject apakah yang termasuk dalam

reject DLL. Dari pengamatan dan wawancara di lapangan, didapat bahwa banyaknya reject

karena popping dan dry spray. Sehingga reject tersebut dimasukkan ke dalam data Production

Control Painting Plastic dengan menghilangkan jenis reject weld line dan air. Checkman

seringkali menyalah artikan weld line sebagai reject yang terjadi karena pinggiran part yang

tidak tercat, padahal reject weld line seharusnya diidentifikasi oleh cek raw material/ supplier

(Plastic Injection). Untuk reject air, sangat jarang terjadi, sehingga jenis reject tersebut

dimasukkan dalam jenis reject DLL. Untuk reject yang bersifat kombinasi, tetap dimasukkan ke

dalam jenis DLL.

3.4.4 Membuat Visual Display dan Mengganti Tabel Production Control Painting Plastic

Dari pengamatan yang didapat, tidak terdatanya jumlah part repaint dikarenakan prosedur dan

instruksi kerja yang tidak jelas (Pemborosan dalam lini produksi), dan kertas laporan proses

produksi yang tidak mendukung dalam pendataan jumlah FG untuk hasil repaint. Tidak

terdatanya jumlah part Finish Good Painting plastic yang mengalami repaint, membuat

pemakaian cat tidak terkontrol. Seringkali jumlah stok yang dalam perhitungan lebih banyak

daripada aktual, karena perusahaan hanya menghitung jumlah FG dikali dengan jumlah

pemakaian cat per part. Jadi meskipun part FG itu adalah hasil repaint, tetap dihitung satu kali

pemakaian cat. Perhitungan jumlah pemakaian cat setelah part FG diketahui sejarah repaint-nya,

menjadi:

Page 14: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

14

1. Jumlah Pemakaian Cat di Line =

((jumlah in murni + jumlah TU) x volume cat) + ((jumlah FG R1 + TU R1) x volume cat x

2) + ((jumlah FG R2 + TU R2) x volume cat x 3) + ((jumlah FG R3 + TU R3 + jumlah

spoilage) x volume cat x 4)

2. Jumlah Pemakaian Cat di TU =

(jumlah TU + TU R1 + TU R2 + TU R3) x volume cat

Selain itu, tidak terdatanya jumlah repaint dari part menyebabkan dalam proses sanding untuk

mengetahui part sudah repaint 3x atau belum hanya memakai perkiraan saja. Untuk itu,

pembuatan visual display pada proses sanding untuk memarking belakang part, perlakuan untuk

part selanjutnya, apakah repaint 1x, repaint 2x, atau repaint 3x, dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Visual Display pada proses Sanding

Production Control Painting plastic yang sebelumnya tidak terdapat tabel untuk mengisi data

jumlah part FG hasil repaint, sehingga dalam Production Control Painting plastic yang baru,

tabel part FG dibagi menjadi 4 kategori, yaitu in murni, untuk part yang langsung ok, R1 untuk

part yang telah repaint 1x, R2 untuk part yang telah repaint 2x, dan R3 untuk part yang telah

repaint 3x.

Gambar dari penempatan Production Control baru yang harus diisi dapat dilihat pada

Gambar 14.

Part Mentah Loading

Unloading

Cek

Buffing

Finish GoodSanding

Sanding

Cek

NG

OKNG

Gagal BuffingOK

Repaint

Finish Good

Cek

Spoilage

Wipping B Wipping A Air Blow Undercoat Flash Off

Setting

RoomBake Oven

Topcoat

Sanding

Paint Undercoat OK

>20%

Sudah R3

<R3

<20%

Touch Up

NG

OK

Data Part

Loading

Data Buffing

OK dan

Gagal Buf

Data Repaint

Data Part

OK

Masking

Unmasking

ConveyorMasking

Area

Sanding

Area

Buffing

Area

Touch Up

Area

Unmasking

Area

Data TU

Gambar 14 Future Diagram Alir Proses Produksi Painting Plastic

Page 15: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

15

3.4.5 Membuat Visual Display Standard Visual Painting Plastic

Dari hasil penelitian dan wawancara, banyaknya part belum sesuai standar yang telah ditentukan

lolos ke customer karena part tergores saat pengiriman, checkman kurang teliti dalam

pengecekan, dan standard visual painting plastic di painting plastic berbeda dengan standard

visual painting plastic yang berada di assembly unit. Berdasar pengujian kepada 4 orang

checkman, 1 orang tidak menjawab, dan 3 orang menjawab dengan banyak hasil jawaban yang

salah.

Standard Visual Painting Plastic sebelumnya terdapat 17 lembar dirasa tidak efisien, sehingga

checkman yang lupa isi dari standar tersebut mengecek part berdasarkan ingatan mereka saja

bagian part yang masuk grade a, grade b, grade c, atau grade d karena malas membuka

lembaran tersebut. Visual display Standar Visual Painting Plastic dibuat menjadi 1 lembar A3

dan dipasang pada ruang Unloading, sehingga checkman dapat melihat dan digunakan sebagai

pengingat. Visual display tersebut dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Visual Display Standard Visual Painting

3.5 Tahap Control

Tahap control merupakan tahap pengukuran dan pengendalian terhadap implementasi yang telah

dilakukan. Pada tahap control akan diketahui apakah tindakan perbaikan (improve) yang telah

dilakukan dapat berjalan dengan baik atau tidak. Karena keterbatasan waktu, nilai KPI-Q setelah

diadakan perbaikan tidak dihitung. Pemarkingan part di sanding sudah dapat berjalan, tetapi

dalam perekapan datanya belum dapat dilaksanakan dengan baik karena MP harus tetap mengisi

data rekap yang lama. Untuk pemecahan jenis reject DLL ke dalam beberapa jenis reject telah

mengurangi jumlah reject DLL dalam 30 kali sampel, jadi dapat dikatakan pemecahan jenis

reject DLL menjadi beberapa jenis reject dapat berfungsi dengan baik.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Process Cycle Efisiency (PCE) pada proses produksi Painting Plastic part CFT Black tipe

KWWX di Line F adalah 42,40% dengan level sigma 3,75.

2. Penyebab utama persentase jumlah reject part CFT Black Tipe KWWX melebihi target KPI-

Q (Key Performance Indicator of Quality) adalah reject tipis, reject meler, reject

lainnya,dan reject kotor.

3. Penyebab masih banyaknya produk dari Painting Plastic yang belum memenuhi standar

kualitas yang ditentukan, lolos/tetap dikirim ke customer (assembly unit) adalah:

Page 16: Jurnal Metodologi Lean Six Sigma

16

a. Part menjadi reject saat di perjalanan misalnya terjadi benturan.

b. Checkman kurang teliti dalam pengecekan sehingga part reject lolos ke customer.

c. checkman tidak hafal isi dari standar visual painting plastic.

4. Penyebab terjadinya pemborosan pada pemakaian bahan baku cat adalah tidak terdatanya

part Finish Good yang pernah direpaint.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang diberikan yaitu:

1. Menstandarisasi dan mensosialisasikan Production Control Painting Plastic dan visual

display yang baru pada semua Line produksi dan semua shift.

2. Penataan layout Painting Plastic untuk penempatan oven baru.

3. Melakukan uji coba usulan penambahan proses pembersihan hanger, jig, dan sub jig setelah

unloading, dan melakukan analisa data sebelum dan sesudah melakukan uji coba tersebut.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Gasperz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma For Manufacturing And Services Industries.

Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

2. Gasperz, Vincent. 2007. The Executive Guide To Implementing Lean Six Sigma. Jakarta:

Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

3. George, Michael L. 2002. Lean Six Sigma For Service: How To Use Lean Speed And Six

Sigma Quality To Improve Service And Transaction. New York: Mc Graw-Hill.

4. Hendradi, C. Tri. 2006. Statistik Six Sigma Dengan Minitab: Panduan Cerdas Inisiatif

Kualitas. Yogyakarta: Penerbit Andi.

5. http://qualityengineering.wordpress.com/2008/06/30/tahapan-lean-six-sigma-dmaic/.

Diunduh tanggal 12 Februari 2011.

6. Liker, J.K. dan David Meier. 2007. The Toyota Way Fieldbook: Paduan Untuk

Mengimplementasikan Model 4p Toyota. Jakarta: Penerbit Erlangga.

7. Ratri, Nurjanah Puspita. 2009. Perbaikan Sepatu Olah Raga Nike Pada Proses Assembling

Berdasarkan Metode Lean Six Sigma di PT. Nagasakti Paramashoes Industry. Skripsi

yang tidak dipublikasikan. Universitas Trisakti: Jakarta.