jurnal maritim.doc

Upload: fahmi-rizkillah-r

Post on 02-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    1/18

    7 Juli 2014 - 20:05:22

    Diskusi Kebangsaan KNTI Ungkap Tiga SebabKemiskinan Nelayan Indonesia

    Dialog Kebangsaan b ertajuk Agenda Kelautan Pasca-Pilpres 2 014, Kamis (17/7) di Gedung Balai Kartini

    Jakarta. (Foto: A ndri Rezeki)

    Penulis: Anwar Iqbal

    Jakarta , JM OL ** Sepuluh tahun terakhir, tidak ada korelasi p ositif antarapeningkatan anggaran APBN, baik seca ra nasional maupun khusus di KementerianKelautan dan Perikanan, dengan kesejahteraan nelayan maupun kedaulatanekonomi kelautan.

    Faktanya, penyelenggaraan Seribu Kapal Inka Mina berbobot lebih dari 30 GT salahsasaran, minapolitan jalan di tempat, i mpor ikan ditoleransi 10 persen, revitalisasitambak Pantura tidak menunjukkan hasil, jual-beli izin kapal dan pencurian ikangagal dikurangi, hingga distribusi program di pulau-pulau kecil tidak m erata.

    http://jurnalmaritim.com/2014/1/1669/diskusi-kebangsaan-knti-ungkap-tiga-sebab-kemiskinan-nelayan-indonesiahttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1669/diskusi-kebangsaan-knti-ungkap-tiga-sebab-kemiskinan-nelayan-indonesiahttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1669/diskusi-kebangsaan-knti-ungkap-tiga-sebab-kemiskinan-nelayan-indonesiahttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1669/diskusi-kebangsaan-knti-ungkap-tiga-sebab-kemiskinan-nelayan-indonesia
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    2/18

    Kondisi nelayan pada saat ini juga masih memprihatinkan. Akar kemiskinan nelayanteraktual bersandar pa da tiga hal. Pertama , ketimpangan pemanfaatan sumberdayaikan. Sekitar 90 persen dari 2,8 juta nelayan kecil indonesia hanya membawa pulangrata-rata 2 kg ikan per ha ri. Jika mereka berhasil menjual ikan tersebut ke pasarmaka p enghasilan rata-rata mereka hanya sekitar Rp20-30 ribu.

    Sebanyak 99,5 persen armada ikan Indonesia, termasuk kapal berbobot 30-100 GTberoperasi di perairan kepulauan. Hanya 0,5 persen sisanya yang berani berhadapandengan kapal-kapal ikan asing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

    Kedua , tidak terpenuhinya hak-hak dasar kel uarga nelayan dan petambak karenakealpaan pemerintah melindungi keluarga nelayan. Hal ini terlihat jelas mulai dariketidaklayakan fasilitas ke sehatan dan pendidikan, sulitnya mendapatkan air bersih,hingga kondisi permukiman dan lingkungan perairan yang buruk.

    Ketiga , kuatnya arus liberalisasi. Pada 2015, Indonesia akan memasuki er amasyarakat ek onomi ASEAN (MEA). Dengan keterbelakangan struktural nelayanmaka mustahil nelayan Indonesia memperoleh manfaat MEA. Jika terlambatberbenah, tidak mustahil laut Indonesia segera dibanjiri tenaga kerja (baca: nelayan)asing, kapal-kapal bukan berbendera merah putih, maupun produk perikanan impordari Thailand, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

    Oleh sebab itu, Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menyeru untukmemperkuat silaturahmi, persatuan dan kesatuan seluruh nelayan, petambak, danmasyarakat Indonesia p asca-Pilpres 2014.

    Presiden terpilih diharapkan memenuhi komitmennya, m emperbesar pe rhatian dankeberpihakannya terhadap sektor kel autan dan perikanan, khususnya dalam rangkamenyejahtrakan nelayan dan petambak Indonesia.

    "Semoga hari-hari ke depan ikhtiar kita didekatkan dengan prestasi kesejahtraan dikampung-kampung nelayan dan petambak di seluruh Indonesia" ujar Riza Damanik,Ketua Dewan Pembina KNTI, menutup acara Dialog Kebangsaan bertajuk AgendaKelautan Pasca-Pilpres 2014 pada Kamis (17/7) d i gedung Balai Kartini, RuangCempaka, Jl. Gatot Subroto kav. 37, Jakarta.

    Editor: Arif Giyanto

    18 Juli 2014 - 13:48:11

    Hasyim Muzadi: Butuh Keteladanan danKejujuran untuk Mengelola Lautan

    http://jurnalmaritim.com/2014/1/1674/hasyim-muzadi-butuh-keteladanan-dan-kejujuran-untuk-mengelola-lautanhttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1674/hasyim-muzadi-butuh-keteladanan-dan-kejujuran-untuk-mengelola-lautanhttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1674/hasyim-muzadi-butuh-keteladanan-dan-kejujuran-untuk-mengelola-lautanhttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1674/hasyim-muzadi-butuh-keteladanan-dan-kejujuran-untuk-mengelola-lautan
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    3/18

    Dialog Kebangsaan b ertajuk Agenda Kelautan Pasca-Pilpres 2 014, Kamis (17/7) di Gedung Balai Kartini

    Jakarta. (Foto: Benny S yahputra)

    Penulis: Adityo Nugroho

    Jakarta , JMOL ** Dialog Kebangsaan bertajuk Agenda Kelautan Pasca-Pilpres2014 yang diselenggarakan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) diRuang Cempaka Balai Kartini, Jakar ta, Kamis (17/7) menghadirkan beberapapembicara, di antaranya KH. Hasyim Muzadi.

    Saya bukan orang ahli kelautan. Kalau bicara kelautan ya dengan Pak Rokhmin(sambil menunjuk Rokhmin Dahuri). Beliau ahlinya. Tapi jangan suruh Pak Rokhminkhutbah, kata Hasyim diikuti gegap t awa hadirin.

    Maksud pernyataan mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) ini ialah segalasesuatu h arus d ikerjakan oleh ahlinya, sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW.

    Namun ternyata, bukan hanya ahli yang dibutuhkan, melainkan keteladanan seorangpemimpin juga m utlak diperlukan.

    Hasyim mencontohkan, kerusakan hutan bukan disebabkan orang yang tidakmengerti kehutanan, tetapi justru para ahli kehutanan yang duduk sebagai pejabatkehutanan.

    Kepandaian tanpa kejujuran itu tidak ada artinya, dan jangan pernah melupakanagama, karena agama itu mencakup seluruh kehidupan. J angan dikira masalah

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    4/18

    politik, ekono mi, dan sosial tidak ada kaitannya dengan agama, san gat ada .Termasuk masalah kelautan, paparnya.

    Pria kelahiran Tuban itu mengingatkan kepada para hadirin untuk selalu berpegangpada sistem yang baik.

    Saat ini, or ang pintar ba nyak, t api karena sistem, akh irnya kepintaran itu dapatmenjadi bencana buat orang banyak, tutur Hasyim.

    Menurutnya, hanya orang-orang dengan keteladanan lah yang dapat memperbaikisistem saat ini. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memilikiketeladanan.

    Cawapres Megawati pada Pilpres 2004 itu merisaukan keadaan nelayan. Pasalnya,Allah SWT mengkaruniai laut sebagai tempat mencari penghidupan dankemakmuran buat bangsa. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Nelayan sangatmemprihatinkan.

    Nelayan kita kalau pergi melaut pulang tidak bawa apa-apa. Kadang bawa sampah.Selain itu, ban tuan pemerintah kok malah dinikmati pengusaha-pengusaha besardengan kapal besarnya. Ini bagaimana? tanyanya d engan heran.

    Ketidakjujuran seseorang, apalagi pimpinan, dapat berakibat fatal pada rakyatnya.Dan sudah pasti tidak a kan m ampu menjadikan laut sebagai sumber kemakmuran.

    Kalau kita jujur dan dapat menjadi teladan yang baik maka keadilan dankemakmuran sebagaimana diperintahkan oleh agama akan datang dengansendirinya, pesannya.

    Acara diskusi diselingi buka bersama. Pembicara lain yang hadir, antara lain ProfRokhmin Dahuri, Prof Iman Sunario, Chandra Motik, Chalid Muhammad, dan lainnya.Jalannya diskusi dimoderatori Ketua Dewan Penasihat KNTI, M. Riza D amanik.

    Editor: Arif Giyanto

    19 Juli 2014 - 08:21:54

    Chandra Motik: UU Kelautan, Solusi TumpangTindih Kewenangan Penegak Hukum di Laut

    http://jurnalmaritim.com/2014/1/1676/chandra-motik-uu-kelautan-solusi-tumpang-tindih-kewenangan-penegak-hukum-di-lauthttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1676/chandra-motik-uu-kelautan-solusi-tumpang-tindih-kewenangan-penegak-hukum-di-lauthttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1676/chandra-motik-uu-kelautan-solusi-tumpang-tindih-kewenangan-penegak-hukum-di-lauthttp://jurnalmaritim.com/2014/1/1676/chandra-motik-uu-kelautan-solusi-tumpang-tindih-kewenangan-penegak-hukum-di-laut
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    5/18

    Chandra Motik (kanan). (Foto: Benny S yahputra)

    Penulis: Benny Syahputra

    Jakarta , JMOL ** Indonesia memerlukan undang-undang khusus yang mengaturtatakelola kelautan. Undang-Undang tersebut tidak menghilangkan peran instansiterkait yang juga telah diatur oleh perundangan.

    Bukan undang-undang payung, tapi diatur lebih baik. Saya berharap Presiden yangakan datang memiliki perhatian besar terhadap hal ini. Karena, masa depan kita adadi laut, tutur P akar H ukum Maritim, Chandra Motik, ketika dijumapai dalam acaraSilaturahmi Pasca-Pilpres 2014 yang diselenggarakan Kesatuan Nelayan TradisionalIndonesia (KNTI), Kamis ( 17/7) di Balai Kartini, Jakarta.

    Indonesia pernah memiliki beberapa peraturan perundangan berkaitan dengan laut.Peraturan tersebut antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD (WetBock Van Koophandel), UU No. 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia, danUU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan LingkunganHidup.

    Selain itu, UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona E konomi Eksklusif Indonesia, UU No.17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of theSea (Konvensi Perserikatan Bangsa B angsa t entang Hukum Laut), UU No. 9 Tahun1985 tentang Perikanan, ser ta Ordonansi Laut Te ritorial dan Lingkungan MaritimTahun 1939.

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    6/18

    Seperti diketahui, terjadi tumpang tindih kewenangan saat pe ngimplementasiansemua Undang-Undang tersebut.

    Menurut Motik, pada 1982, Universitas Indonesia dan Direktorat JenderalPerhubungan Laut melahirkan semacam panduan pembentukan UU Kemaritiman,bernama Maritime Legislation P roject (MLP).

    Ada modul pembahasan navigasi, safety , maning atau perawakan, angkutanekonomi daya tinggi, dan lainnya, katanya.

    Ketika itu, ah li-ahli dari Universitas Indonesia dibantu delapan ahli hukum maritimluar negeri melahirkan empat jilid laporan berupa kumpulan konsep RUU dan Kepresdi bidang m aritim.

    Buku I tentang Pengaturan E konomi, terdiri dari 4 RUU. Buku II tentang PengawakanKeselamatan, terdiri atas 4 RUU. Buku III tentang Navigasi dan Polusi, terdiri dari 5RUU. Buku IV tentang Hukum Privat Maritim, berupa saran perubahan dua kitabKUHD.

    UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah berdampak kepada kewenangandaerah dalam mengelola w ilayah laut.

    Pada Pasal 3 UU tersebut dinyatakan, otonomi daerah wilayah daerah provinsi,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), terdiri atas w ilayah darat dan wilayahlaut sejauh dua belas mil laut yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke a rah perairan kepulauan.

    UU tersebut ditanggapi berbeda oleh beberapa daerah. Sebagian daerah mengklaimwilayah laut tertentu menjadi dae rah kewenangannya. Akibatnya, laut Indonesiaseakan terpecah-pecah m enjadi wilayah ya ng terpisah.

    Editor: Arif Giyanto

    3 Januari 2014 - 09:59:44

    Indonesia Rawan Konik dengan Sepuluh NegaraTetangga

    http://jurnalmaritim.com/2014/2/482/indonesia-rawan-konflik-dengan-sepuluh-negara-tetanggahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/482/indonesia-rawan-konflik-dengan-sepuluh-negara-tetanggahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/482/indonesia-rawan-konflik-dengan-sepuluh-negara-tetanggahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/482/indonesia-rawan-konflik-dengan-sepuluh-negara-tetangga
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    7/18

    SEKATUNG - Foto seb uah kunjungan pejabat dan aparat ke P ulau S ekatung. Pulau S ekatung ini berada

    di Kepulauan Natuna ya ng menurut peta d asar Laut China Selatan, termasuk ba tas l andas kon tinen

    Vietnam. (Foto: winnermaquinas.com)

    Bandung , JMOL ** Indonesia rawan konik dengan sepuluh negara tetangga.Padahal, menghadapi satu negara Asia Tenggara saja Indonesia tidak si ap, baik darisisi militer maupun ekonomi.

    Dengan India, kita berebutan pengaruh di Laut Andaman yang masuk ZoneEkonomi Eksklusif Nusantara. Dengan Malaysia, ada problem garis perbatasansepanjang Kalimantan Utara dan klaim Malaysia atas L aut Ambalat, papar HermanIbrahim, pengamat intelijen, kepada JMOL, Minggu (12/1)..

    Selanjutnya, denga n Singapura, ada problem perluasan daratan yang dengansendirinya menggeser ba tas laut. Ironisnya, perluasan daratan Singapura itu diuruk

    dari tanah yang diambil dari Indonesia. Singapura juga tiap hari melanggar wilayahudara Indonesia yang akhirnya wilayah udara Natuna, R iau, disewakan kepadaSingapura.

    Dengan Vietnam kita m enghadapi klaim Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna yan gmenurut pet a dasar La ut C hina Selatan, pulau itu masuk batas landas kontinenVietnam. Dengan Filipina kita menerima gugatan tentang status Pulau Miangas,tambah mantan Kapendam Siliwangi itu.

    Herman mengungkapkan, ada pula negara baru bentukan Amerika Serikat di LautUtara Jayapura. P osisi negara baru itu ada di wilayah Zone Ekonomi Eksklusif

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    8/18

    Indonesia sebagai Negara Kepulauan. S eperti diketahui, Deklarasi Djuanda tentangNegara Kepulauan RI dan ZEE-nya m endapat pengakuan PBB baru pada 1982.

    Dengan Papua Nugini kita menghadapi insurjensi bangsa papua (OPM) disepanjang garis perbatasan yang sangat pan jang dan sulit dikontrol jika OPMmengambil basis gerilia dengan jalur logistik dari Papua Nugini tersebut. DenganTimor Le ste dan Australia kita menghadapi klaim segitiga tentang Celah Timor yan gkaya minyak, katanya.

    Membaca Kepentingan Superpower

    Untuk membaca kepe ntingan negara sup erpower atas Indonesia, sebenarnya san gatmudah dibaca.

    Tatkala Presiden SBY mencari popularitas dengan pernyataan bahwa akan adarenegosiasi dengan Freeport, Amerika Serikat langsung menempatkan marinirnya diDarwin, Australia, ujarnya.

    Repotnya, m enurut Herman, Indonesia sendiri melanggar perjanjian PenentuanPendapat Rakyat (Pepera) Papua 1967 tentang klausul bahwa setiap 30 tahun akandiadakan penentuan pendapat baru tentang status Papua (Irian Barat).

    Itu tak pernah dilakukan indonesia, pungkas Herman.

    Editor: Arif Giyanto

    4 Juni 2014 - 19:07:51

    Indonesia Persiapkan Diri Hadapi RisikoTerburukSengketa Laut Tiongkok Selatan

    http://jurnalmaritim.com/2014/2/1480/indonesia-persiapkan-diri-hadapi-risikoterburuk-sengketa-laut-tiongkok-selatanhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1480/indonesia-persiapkan-diri-hadapi-risikoterburuk-sengketa-laut-tiongkok-selatanhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1480/indonesia-persiapkan-diri-hadapi-risikoterburuk-sengketa-laut-tiongkok-selatanhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1480/indonesia-persiapkan-diri-hadapi-risikoterburuk-sengketa-laut-tiongkok-selatan
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    9/18

    Armada l aut Tiongkok d i Laut Tiongkok S elatan. (Foto: Telegraph)

    Penulis: Adityo Nugroho

    Jakarta , JMOL ** Ekspansi Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan akan berimbas p adakepentingan nasional Indonesia. Tiongkok se cara sepihak telah menyertakan bagian-bagian dari Kepulauan Natuna dalam Jalur 9-Garis (Nine Dash Line), mengklaimsegmen provinsi Kepulauan Riau di Indonesia sebagai wilayah mereka.

    Menanggapi fenomena tersebut, pengamat m iliter d ari Indomiliter, Haryo Adji NogoSeno, mengungkapkan, bukan hanya Indonesia ya ng menghadapi risiko terburuk itu.Negara-negara ASEAN juga terkena imbas sengketa Laut Tiongkok S elatan.

    Potensi konik di Laut Tiongkok Selatan menjadi isu paling hangat y ang memicutensi ketegangan di kawasan. S ebagai imbasnya, m iliter masing-masing negaraASEAN yang bersinggungan dengan ekspansi Tiongkok, terpacu untuk melakukanmodernisasi pada alutsistanya, terlebih pada kekuatan di lautan, ujarnya.

    Diakui, meski di atas kertas angkatan laut Tiongkok superpower dan sulitditaklukkan, tapi negara-negara di Asia Tenggara terus berupaya menghadapikemungkinan terburuk se ngketa.

    Negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, danSingapura berupaya membangun kekuatan lautnya.

    Mengutip pernyataan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, dalam Wall Street JournalAsia edisi 24 April 2014, Adji menegaskan, Indonesia bukan salah satu pengklaim

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    10/18

    masalah persengketaan ini. Namun Indonesia akan terkena dampak jika koniksampai pecah di Laut Tiongkok S elatan, akibat interpretasi Nine Dash Line.

    Saat ini, Indonesia sudah melakukan persiapan menghadapi risiko tersebut, baiksecara alutsista maupun postur TNI. Khususnya TNI AL akan mendapat perhatianlebih.

    Sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia yang menguasai duapertiga wilayahlautan di Asia Tenggara, Indonesia sudah selayaknya memiliki kekuatan pengawal dilautan yang berfungsi sebagai penghubung, pemersatu, dan perekat NegaraKepulauan guna mewujudkan kekuatan laut y ang proporsional dengan luas wilayahyang harus d iamankan, pungkasnya.

    Bagaimana posisi kekuatan angkatan laut R I di kawasan? Selengkapnya, dapatAnda baca di Majalah Jurnal Maritim edisi Juli 2014. Coming soon .

    Editor: Arif Giyanto

    08 Juli 2014 - 16:14:22

    Memperhatikan Pulau-pulau Kecil Terluar untukKeutuhan NKRI

    BENTENG NKRI - Dermaga ikan S ebatik, Nunukan. Salah satu pu lau terluar Indonesia yan g

    membutuhkan perhatian serius, menyoal kedaulatan dan ke sejahteraan. (Foto: Benny S yahputra)

    Penulis: Benny Syahputra

    http://jurnalmaritim.com/2014/2/1590/memperhatikan-pulau-pulau-kecil-terluar-untuk-keutuhan-nkrihttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1590/memperhatikan-pulau-pulau-kecil-terluar-untuk-keutuhan-nkrihttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1590/memperhatikan-pulau-pulau-kecil-terluar-untuk-keutuhan-nkrihttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1590/memperhatikan-pulau-pulau-kecil-terluar-untuk-keutuhan-nkri
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    11/18

    Jakarta , JMOL ** Pulau-pulau kecil secara harah merupakan kumpulan pulauberukuran kecil yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologi, ekonomi,sosial, da n budaya. I nteraksi ini menyebabkan pulau-pulau kecil tersebut t erpisahdari pulau induknya.

    Menurut G riffith dan Inniss (1992) s erta Beller (1990), pu lau-pulau kecil memilikikarakteristik sangat menonjol, ya itu terpisah dari ha bitat p ulau induk, se hinggabersifat insuler. S ecara ekologis memiliki p ersediaan air tawar yang terbatas,termasuk air tanah atau air permukaan.

    Pulau kecil juga rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibatkegiatan manusia. P ulau tersebut m emiliki spesies endemik yang memiliki fungsiekologi tinggi serta tidak m empunyai daerah hinterland .

    Sementara menurut Brookeld (1990) dalam sudut pandang yang lebih luas, pulau-pulau kecil memiliki luas tidak lebih dari 1.000 kilometer pe rsegi dengan jumlahpenduduk lebih kecil dari 100 ribu jiwa.

    Namun, pandangan lain menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor41 Tahun 2000, tersirat pengertian, pulau-pulau kecil adalah pulau berluas kurangdari 10 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk s ekitar 500 ribu jiwa.

    Menurut Departemen Pertahanan (2003), Dishidros (Dinas Hidrogra danOseanogra) TNI AL (2003) dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun

    2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, dari 17.504 pulau yang dimilikiIndonesia, terdapat 92 pulau kecil. Dari sekian pulau kecil itu yang berada di posisiterluar ada 67 pulau, di antaranya berbatasan langsung dengan negara tetanggasebagai pulau-pulau kecil terluar.

    Terdapat 12 pulau kecil terluar yan g mendapatkan prioritas, yakni P ulau Rondo,Pulau Sekatung, P ulau Nipa, Pulau Berhala, P ulau Marore, P ulau Miangas, P ulauMarampit, Pulau Dana, Pulau Fani, Pulau Fanildo, Pulau Bras, dan P ulau Batek.

    Pulau-pulau terluar tersebut berperan sebagai garis d epan kedaulatan dan yurisdiksiIndonesia serta memiliki ar ti pen ting dalam penentuan batas teritorial N egara

    Kesatuan Republik Indonesia dengan negara tetangga, selain menjadi acuan luaswilayah maritim Indonesia.

    Mengingat arti pentingnya pulau-pulau kecil terluar ini sebagai garda depan dalammenjaga dan melindungi keutuhan NKRI dari okupasi negar a lain, alangkahbijaksananya bila pemerintah melakukan pengembangan industri perikanan,pariwisata, dan industri olahan. T idak hanya itu saja, melihat aspek ekologis,ekosistem pesisir dan laut pulau-pulau kecil berfungsi sebagai pengatur iklim global.

    Apabila dilihat dari sudut pertahanan dan keamanan, pulau-pulau kecil, terutama diperbatasan, m emiliki arti penting sebagai pintu gerbang keluar m asuknya aliran

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    12/18

    orang dan barang. Misalnya, Sabang, Sebatik, dan Batam, yang rawan terhadappenyelundupan b arang-barang ilegal, narkotika, senjata, dan o bat-obatan terlarang.

    Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pemerintah melalui Perpres No. 78 Tahun2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar. Di sana dijelaskan bahwapengelolaan pulau-pulau kecil terluar a dalah rangkaian kegiatan yang dilakukansecara terpadu untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya disana untuk m enjaga keutuhan Negara Kesatuan R epublik Indonesia.

    Editor: Arif Giyanto

    14 Juli 2014 - 08:25:07

    KSAL Respons P ositif Konsep Jo kowi tentangIndonesia sebagai Poros Maritim Dunia

    Peluncuran Buku Sea P ower Indonesia kar ya KSAL Laksamana TNI Marsetio. (Foto: Benny Syahputra)

    Penulis: Adityo Nugroho

    Jakarta , JMOL ** Wacana Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yan g disampaikanJoko Widodo saat debat capres beberapa waktu lalu mendapat respons p ositif dariKepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Marsetio.

    http://jurnalmaritim.com/2014/2/1627/ksal-respons-positif-konsep-jokowi-tentang-indonesia-sebagai-poros-maritim-duniahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1627/ksal-respons-positif-konsep-jokowi-tentang-indonesia-sebagai-poros-maritim-duniahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1627/ksal-respons-positif-konsep-jokowi-tentang-indonesia-sebagai-poros-maritim-duniahttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1627/ksal-respons-positif-konsep-jokowi-tentang-indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    13/18

    Ditemui saat berbuka puasa b ersama a ntara TNI dan mahasiswa d i Balai Sudirman,Jakarta (11/7) lalu, KSAL menyatakan, sangat bagus dan mendukung wacanatersebut.

    Yang jelas begini. Di era saat i ni, kita sebagai Negara Maritim memerlukan suaturencana (konsep) yang besar untuk menjadi Negara Maritim yang besar, kataMarsetio.

    Indonesia se bagai Poros M aritim Dunia, menurut KSAL, sejalan dengan konsep yangia tulis dalam buku Sea Power Indonesia . Namun, KSAL tidak menjelaskan secaradetail, bagaimana langkah-langkah mewujudkan Indonesia sebagai Poros MaritimDunia.

    Pada intinya, kita harus memanfaatkan laut untuk kepentingan bangsa Indonesia;bukan untuk kepentingan bangsa asing, paparnya.

    Dapat di simpulkan, ketika bangsa Indonesia memanfaatkan laut untuk kepentingannasionalnya maka prospek Indonesia m enjadi Poros M aritim Dunia s emakin nyata.

    Berdasarkan peraturan perundang-undangan, arti laut bagi bangsa Indonesia ialahsebagai media pemersatu, media pertahanan, media perhubungan, dan mediapemanfaatan sumberdaya.

    Lebih lanjut, KSAL menuturkan, pem anfaatan seluruh aspek itu dapat terwujud jikaditopang dengan pertahanan laut yang kuat. Ia m engharapkan, ke depannya potensikekuatan laut akan menjadi prioritas.

    Saya sudah jelaskan dalam buku Sea Power Indonesia , bagaimana potensikekuatan laut kita harus diperkuat dan menjadi prioritas ke depan. D alam hal ini, TNIsendiri dengan kekuatan lautnya harus diperkuat. Selain itu, kekuatan daratnya dankekuatan udaranya juga harus diperkuat. Sehingga jelas angkatan laut benar-benarmenjadi penopang bagi terjaminnya stabilitas ke amanan d i laut, pungkasnya.

    Editor: Arif Giyanto

    03 Juli 2014 - 12:45:26

    Connie: Indonesia Miliki Hak Klaim Kutub SelatanSebanyak 49 Persen

    http://jurnalmaritim.com/2014/2/1540/connie-indonesia-miliki-hak-klaim-kutub-selatan-sebanyak-49-persenhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1540/connie-indonesia-miliki-hak-klaim-kutub-selatan-sebanyak-49-persenhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1540/connie-indonesia-miliki-hak-klaim-kutub-selatan-sebanyak-49-persenhttp://jurnalmaritim.com/2014/2/1540/connie-indonesia-miliki-hak-klaim-kutub-selatan-sebanyak-49-persen
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    14/18

    Connie Rahakundini Bakrie. ( Foto: P rismajurnal)

    Penulis: Anwar Iqbal

    Jakarta , JMOL ** Penetapan Minimum Essential Force harus memperhitungkankeamanan energi dan pangan (Energy & Food Security). Cara pandang ini mutlakdiperlukan u ntuk m enjaga kepentingan nasional jangka menengah dan p anjang.

    Cara memandang ancaman terhadap kepentingan nasional energy dan food jangkapanjang akan membawa cara perhitungan berbeda tentang Essential Forces yangdiibutuhkan, ujar pengamat militer, Connie R ahakundini Bakrie, kepada J MOL.

    Connie menggagas ide kerja sama keamanan di Laut Tiongkok Selatan antaraASEAN dan Tiongkok dalam wujud Strategic P etroleum Reserve (SPR).

    Ide SPR Tiongkok-ASEAN sudah saya proposed dan sudah dibahas dalam rapat diKemlu. Ini bisa m enjadi pilar dalam politik ke amanan ASEAN, ucap Connie.

    Connie mencontohkan, ad a kepentingan nasional Indonesia di Kutub Selatan.Menurutnya, Indonesia memiliki hak claiming atas kutub Selatan sebanyak 49persen, sed angkan sisanya dimiliki oleh Australia. N amun, yang terjadi seka rangsebaliknya.

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    15/18

    Ini yang tidak pernah orang omongkan (kepentingan nasional atas Kutub Selatanred ), kecuali hanya saya saja satu-satunya di Indonesia, cetusnya.

    Connie melihat kemunduran cara berpikir dalam paradigma pembangunanpertahanan Indonesia sekarang. Salah satunya adalah masih dominannya orientasiancaman akan muncul dari sisi darat sehingga diasumsikan ancaman muncul hanyadari Malaysia, Tiongkok, dan Australia.

    Paradigma pertahanan yang terlalu berorientasi kepada ancaman dan kepentingannasional ki ta selalu dilihat da ri da ratan lawan. M embuat ca ra kita berpikir t idakseperti zaman nenek moyang kita dahulu, misalnya seperti Kesultanan Kudus danKerajaan Ternate d an Tidore. Mereka m elihat ancaman itu d ari laut. Makanya ke napadulu kekuatan maritim kita bisa sampai ke Madagaskar da n ditakuti Portugis,pungkas Connie.

    Editor: Arif Giyanto

    05 Mei 2014 - 21:46:53

    Kutukan Itu Bernama Land Base Oriented

    PADAT - Pemandangan harian di Pelabuhan Merak yang dipenuhi antrean kendaraan bermotor yang

    hendak menyeberang. (Foto: Firmanto Hanggoro)

    Anwar Iqbal Penulis m aritim, tinggal di Jakarta .

    DALAM realitas sehari-hari, kita sering melihat harga Jeruk Mandarin lebih murahketimbang Jeruk Medan. Harga semen di Papua 20 kali lipat mahalnya dibandingharga di Pulau Jawa. Atau setiap menjelang liburan lebaran, setiap pemberitaan

    http://jurnalmaritim.com/2014/16/982/kutukan-itu-bernama-land-base-orientedhttp://jurnalmaritim.com/2014/16/982/kutukan-itu-bernama-land-base-oriented
  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    16/18

    media tidak habis-habisnya menyoroti kondisi jalan di Pantura yang selalu diperbaikitiap tahun karena kondisinya yang berulang kali rusak.

    Di sisi lain, per nahkah kita memperhatikan pola permukiman masyarakat kita dibantaran sungai atau pesisir pantai yang hampir seluruhnya membangun rumahdengan membelakangi sungai atau laut. Sebaliknya, sebagian besar masyarakat kitalebih cende rung membangun rumah menghadap ke j alan raya.

    Jika kita berpikir sej enak, secara tidak sadar bi sa dipahami bahwa sebagian besardari kita menganggap bahwa sungai atau laut hanya dipandang sebagai tempatpembuangan kotoran dan sampah. Baik itu sampah di sungai yang pada akhirnyaakan bermuara d i laut.

    Dari fenomena sederhana di atas, sebenar nya terdapat loso yang sangatmendalam tentang cara pandang kita terhadap Laut. Baik sa dar maupun tidak sad ar,pada akhirnya cara pandang tersebut membentuk sikap dan perilaku kita sehari-hari.

    Bila kita mencermati lebih dalam lagi, sesungguhnya terdapat benang merah yangdapat menghubungkan antara cara pandang kita terhadap problem ekonomi bangsakita seperti yang diutarakan di atas. Pertanyaannya adalah apa yang menjadi benangmerah?

    Perangkap Land Base o riented

    Menurut ekonom Indonesia, Faisal Basri, secara struktural, pembangunan ekonomikita telah terjebak ke pada pola pembangunan yang berorientasi daratan ( land baseoriented ). Le bih parahnya, F aisal menyebut, po la seperti itu lebih terpusat d andikembangkan hanya di wilayah barat Indonesia, terkhusus lagi hanya di Pulau Jawa.

    Fenomena harga Jeruk Mandarin dan Medan dan disparitas ekonomi yang tinggiantara wilayah Barat dan Timur sebetulnya adalah imbas dari penerapanpembangunan land base oriented . S ecara teknis, F aisal menyebut t elah terjadiinesiensi dalam sistem logistik dan transportasi di negara kita yang menyebabkanperekonomian kita m enjadi sangat tidak e sien dan b erdaya sa ing rendah.

    Secara sederhana, land base oriented dapa t diartikan sebagai pola pembangunanekonomi yang lebih mengutamakan pembangunan akses jalan raya. Aksesibilitasperpindahan barang atau manusia semata-mata hanya difokuskan padapengembangan jalan raya sebagai pr ioritas kebijakan. S etelahnya, t urunan darikebijakan tersebut adalah lebih diprioritaskannya pengembangan moda transportasidarat, seperti mobil, truk, dan lain sebagainya.

    Dalam sejarah perjalanan bangsa kita, pola pembangunan seperti ini sebenarnyasudah secara diam-diam ditanamkan oleh penjajah Belanda. P emerintah kolonialBelanda di bawah VOC secara simbolis menerapkannya ketika membangun jalanraya Anyer-Panarukan pasca-penaklukan kekuatan-kekuatan Negara MaritimNusantara seperti Majapahit, B anten, Makassar, da n lain sebagainya. F atalnya,

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    17/18

    semenjak kemerdekaan hingga saat i ni, para pemimpin bangsa kita secara tidaksadar masih meneruskan p ola ke bijakan p embangunan seperti ini.

    Tentu, pola pembangunan land base oriented tidak bisa dikatakan salah apabilaproporsinya diterapkan sesuai dengan kondisi geogras negara kita. Pada faktanya,70 persen dari wilayah geogras kita adalah Laut. Itu pun belum ditambah denganadanya sungai yang terdapat di wilayah d arat.

    Ekonomi Politik seb agai Kuasa Modal

    Kita tidak pernah menyadari dan bertanya, mengapa pertumbuhan perdaganganotomotif seperti mobil, truk, atau pun motor b erkembang amat pe sat di negara kitatercinta ini. Sebut saj a motor. Saat ini motor sud ah bukan menjadi barang mewah

    bagi masyarakat kita. Masyarakat kelas bawah pun sekarang bisa membeli motorhanya dengan uang Rp 500 r ibu rupiah dengan adanya fasilitas kemudahan kredit.

    Sayangnya, per nahkah kita bertanya siapa yang membuat kendaraan-kendaraanbermotor tersebut? Apakah mobil, truk, atau motor-motor yang menyesakkan ruanghidup kita selama ini diproduksi di ne geri kita sendiri? Ketika kita sudah inginberdikari memproduksi mobil sendiri dengan program mobil nasional, kenyataannyaselalu gagal. Apa yang terjadi di balik itu?

    Lantas ketika jalan-jalan di Pantura yang merupakan urat nadi perekonomian bangsakita menjadi rusak, perekonomian kita terhenti sesaat. Pertumbuhan jalan raya pun

    sejatinya tidak bisa menampung pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotortersebut. Alur penyeberangan feri di pe labuhan Merak-Bakaheuni yang selaludiwarnai panjangnya antrean truk karena tidak sanggup melayani besarnya arusbarang da ri Jawa-Sumatra.

    Wajarlah ketika pemerintah saat ini menggadang-gadang mega proyekpembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) demi memperlancar arus barang yangselama ini tersendat dan menghambat roda perekonomian. Andaikata punpembangunan ini rampung, pernahkan kita membayangkan akan semakinmembludaknya kenda raan bermotor di pulau Jawa dan Sumatra akibat akses yangsemakin mudah di darat? Sudah sejauh itukah kita berpikir?

    Sudahkah kita berpikir bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara pertumbuhanindustri otomotif dengan pembangunan infrastruktur d arat ( jalan dan Jembatan)?Lebih dalam lagi kita bertanya, mengapa tidak lebih baik mengembangkan modatransportasi Laut yang sesuai den gan trah geogras kita sebagai NegaraKepulauan? Kenyataannya, pa ra pemimpin kita lebih meng-anak tirikan sektortransportasi Laut.

    Padahal, kita tahu industri otomotif kita masih dikuasai oleh asing. Artinya, bukan kitayang lebih banyak mendapat manfaat da ri aktivitas ekonomi tersebut. Industri

    otomotif asing lah yang banyak m endapat keuntungan dari situasi demikian.

  • 8/10/2019 jurnal maritim.doc

    18/18

    Dan tidak menutup kemungkinan para pengambil kebijakan di negeri kita hanyamemfasilitasi kepentingan dari pemilik modal asing tersebut. Sebut saja, proyek-proyek infrastruktur pembangunan jalan raya di negeri kita ini banyak d idanai negaraasal industri otomotif tersebut berada. Ini artinya, arah pembangunan ekonomi kitaternyata telah didikte oleh kepentingan pemilik modal.

    Hal demikian ya ng d isebut-sebut di dalam teori ekonomi politik se bagai kuasa modal,bahwa kebijakan pembangunan ekonomi tidak semata-mata dibentuk atas dasarkepentingan nasional, na mun lebih berjalan oleh kepentingan kolaborasi antarapemilik modal besar den gan para elite pengambil kebijakan. Pada kenyataannya,penerapan land base oriented yang dijalankan di Indonesia, t erkhusus semenjakOrde Baru hingga saat ini, semakin kukuh berjalan oleh karena politik ekonomi

    tersebut.

    Sebagai rakyat biasa tentu kita sudah amat risih dengan situasi macet di jalan ibukota dengan semakin membanjirnya kendaraan bermotor m engisi jalan-jalan rayadan bagasi rumah kita. Kita hanya bisa menyalahkan pemerintah yang tidak sa nggupmengatasi problem kemacetan yang dari tahun ke tahun tidak pernah terselesaikan.Padahal, bud aya konsumtif kita sendiri terhadap kendaraan bermotor juga amattinggi.

    Editor: Arif Giyanto