jurnal ilmiah”integritas” vol. 5 no. 1 januari 2019 · jurnal ilmiah”integritas” vol. 5 no....

25
Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019 PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI SMP SWASTA AMPERA BATANG KUIS Oleh Mariani Pasaribu ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS, (2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan komunikasi matematis siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS, (3)Untuk mengetahui bagaimana respon siswa pada model pembelajaran berbasi masalah, dan (4) Untuk mengetahui bagaimana respon siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B di SMP Swasta Ampera Batang Kuis berjumlah 54 orang. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan pemahaman Konsep dan tes kemampuan komunikasi matematik yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validasi serta memiliki koefisien realibilitas 0,82526 untuk tes kemampuan pemahaman konsep dan 0,83356 untuk tes kemampuan komunikasi matematik. Penelitian ini menggunakan uji anakova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kemamapuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk F hitung =27,10796 lebih besar F tabel adalah 4,027 Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 32,34 lebih besar dari model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yaitu 26,378; (2) kemamapuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk F hitung = 4,07055 lebih besar F tabel adalah 4,027. Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 36,063 lebih besar dari model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yaitu 24,155; (3) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah positif; (4)

Upload: lamquynh

Post on 11-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DANKOMUNIKASI MATEMATIK SISWA ANTARA MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TPS DI SMP SWASTAAMPERA BATANG KUIS

OlehMariani Pasaribu

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui apakah terdapatperbedaan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkanmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yangdiajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS, (2) Untuk mengetahuiapakah terdapat perbedaan komunikasi matematis siswa yang diajarkanmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yangdiajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS, (3)Untuk mengetahuibagaimana respon siswa pada model pembelajaran berbasi masalah, dan (4) Untukmengetahui bagaimana respon siswa pada model pembelajaran kooperatif tipethink pair share. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Sampel penelitianini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B di SMP Swasta Ampera Batang Kuisberjumlah 54 orang. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuanpemahaman Konsep dan tes kemampuan komunikasi matematik yang berbentukuraian. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validasi serta memiliki koefisienrealibilitas 0,82526 untuk tes kemampuan pemahaman konsep dan 0,83356untuk tes kemampuan komunikasi matematik. Penelitian ini menggunakan ujianakova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kemamapuan pemahamankonsep matematik siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran berbasismasalah berbeda dengan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yangdiajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Hal ini terlihat darihasil ANACOVA untuk Fhitung =27,10796 lebih besar Ftabel adalah 4,027 Konstantapersamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah yaitu 32,34 lebih besar

dari model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yaitu 26,378; (2)kemamapuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan menggunakanpembelajaran berbasis masalah berbeda dengan kemampuan komunikasimatematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe think pairshare. Hal ini terlihat dari hasil ANACOVA untuk Fhitung = 4,07055 lebih besar Ftabel

adalah 4,027. Konstanta persamaan regresi untuk model pembelajaran berbasis masalah

yaitu 36,063 lebih besar dari model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yaitu

24,155; (3) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran yangdiajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah positif; (4)

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran yang diajarkan denganmodel pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) adalah positif.

Kata Kunci: Pembelajaran berbasis masalah, Think Pair Share,Kemampuan Pemahaman Konsep dan KomunikasiMatematik.

ABSTRACT

The purpose of this research to : (1) acknowledge the differences in ConceptualUnderstanding of students through the application of Problem Based LearningModel and Cooperative Learning model Think-Pair-Share Type. (2) acknowledgethe differences in and communication ability of students through the applicationof Problem Based Learning Model and Cooperative Learning model Think-Pair-Share Type, (3) ) students responds to Problem Based Learning Mode, (4) )students responds to cooperative learning model think-pair-share type. Thisresearch is a half experiment research. Sample in this research were studends classVIII-A and VIII-B SMP Swasta Ampera Batang Kuis amount 54 student.Conceptual Understanding and mathematical communication test were conductedas the instru ment for collecting the data in this research. Those instruments hadbeen valid. The reliability coefficient is 0,82526 and 0,83356 for in ConceptualUnderstanding and mathematic communication. This research used ANACOVAtest. The results of this research shown that: (1) There was difference inConceptual Understanding abilty of student through the application of Problem.This is evident from the results ANACOVA to F hitung = 27,10796 is greater F tabel4,027. Constants of regression equations to model problem-based learning that is 32,34

greater than the Cooperative Learning model Think-Pair-Share Type is 26,378,Based Learning Model and Cooperative Learning model Think-Pair-Share Type,(2) There was difference in mathematical communication ability of studentsthrough the application of Problem Based Learning Model and CooperativeLearning model Think-Pair-Share Type. This is evident from the results ANACOVAto F hitung = 4,07055 is greater F tabel 4,027. Constants of regression equations to model

problem-based learning that is 36,063 greater than the Cooperative Learning modelThink-Pair-Share Type is 24,155. (3) There was response students in mathematicslearning process and component applied in Problem Based Learning Model, (4)There was response students in mathematics learning process and componentapplied in Cooperative Learning model Think-Pair-Share Type.

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

PENDAHULUANDalam memasuki milenium

ketiga kita mempunyai pengharapanakan masa depan kehidupanmanusia. Dengan adanya reformasi,masyarakat dan bangsa Indonesiabertekad membangun Indonesia baruyang demokratis. MasyarakatIndonesia baru yang dicita-citakanakan dibangun oleh manusiaIndonesia sendiri terutama generasimuda sekarang. Oleh karena itupendidikan memiliki peranan dalamusaha membangun masyarakatIndonesia yang memiliki kualitasdalam ilmu pendidikan. Dimana kitamengetahui bahwa pendidikanberlangsung seumur hidup disetiapsaat selama ada pengaruhlingkungan.

Tujuan pendidikan padahakekatnya adalah suatu proses terusmenerus manusia untukmenanggulangi masalah-masalahyang dihadapi. Tentang tujuanpendidikan, Langeveld (dalam AbdulKadir, 2008) membedakan menjadienam tujuan pendidikan, yaitu: “tujuan umum, tujuan khusus, tujuantidak lengkap, tujuan sementara,tujuan intermedier, dan tujuaninsidental.” Tujuan pendidikanmerupakan perpaduan tujuan-tujuanyang bersifat pengembangankemampuan-kemampuan individusecara optimal dengan tujuan-tujuanyang bersifat sosial untuk dapatmemainkan perannya sebagai wargadalam berbagai lingkungan dankelompok sosial. Karena itu siswaharus benar-benar dilatih dan

dibiasakan berpikir secara mandiri.Pendidikan nasional harus mampumenjamin pemerataan kesempatanpendidikan, peningkatan mutu danrelevansi serta efisiensi manajemenpendidikan. Peningkatan mutupendidikan diarahkan untukmeningkatkan kualitas manusiaIndonesia agar memiliki daya saingdalam menghadapi tantangan global.Peningkatan kualitas pendidikan diIndonesia dewasa ini adalahkebutuhan yang sangat mendesak.Mengingat perkembanganpendidikan di negara tetangga yangsangat pesat, apalagi jikadibandingkan dengan Negara-negaramaju saat ini. Disamping itu,pembangunan di Negara ini,membutuhkan sumber daya manusiayang berkualitas, mampu berfikirkritis, demokratis dan aplikatif.Sehingga dalam hal ini pendidikandituntut untuk dapat menghasilkanlulusan yang diharapkan mampumenyelesaikan masalah, berfikirkritis, kreatif, dan kompetitifsehingga dapat mengekspresikan dirimereka dalam menghadapiperkembangan zaman.

Matematika merupakan salahsatu dari ilmu pendidikan yangsecara mendasar berkembang dalamkehidupan masyarakat dan sangatdibutuhkan dalam perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi.Sebab matematika merupakan matapelajaran yang diberikan pada setiapjenjang pendidikan dari mulaipendidikan dasar serta matematika

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

sebagai salah satu ilmu yangmemiliki peranan penting dalampengembangan berpikir,memecahkan masalah dan tantanganyang ada dalam kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi.

Pentingnya matematika itumenunjukkan bahwa salah satuperanan matematika adalah untukmempersiapkan siswa agar sanggupmengahadapi perubahan keadaanatau tantangan-tantangan di dalamkehidupan dan di dunia yang selaluberkembang. Persiapan-persiapan itudilakukan melalui latihan membuatkeputusan dan kesimpulan atas dasarpemikiran secara logis, rasional,kritis, cermat, jujur, efisien danefektif. Di samping itu siswadiharapkan dapat menggunakanmatematika dan cara berpikirmatematika dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya peningkatan mutupendidikan matematika telah banyakdilakukan pemerintah. Salah satunyadengan memperbaiki kurikulum1994 dengan mengembangkanKurikulum 2004 dan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP)2006. Pada KTSP dijelaskan bahwa,pembelajaran matematika bertujuanagar siswa memiliki kemampuan: (1)memahami konsep matematika,menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsepatau algoritma secara luwes, akurat,efisien, dan tepat dalam pemecahanmasalah, (2) menggunakan penalaranpada pola dan sifat, melakukanmanipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusunbukti atau menjelaskan gagasan danpernyataan matematika, (3)memecahkan masalah yang meliputikemampuan memahami masalah,merancang model matematika,menyelesaikan model danmenafsirkan solusi yang diperoleh,(4) mengkomunikasikan gagasandengan simbol, tabel diagram, ataumedia lain untuk memperjelaskeadaan atau masalah, (5) memilikisikap menghargai kegunaanmatematika dalam kehidupan, yangmemiliki rasa ingin tahu, perhatiandan minat dalam mempelajarimatematika, serta sikap ulet danpercaya diri dalam pemecahanmasalah (Depdiknas, 2006). Olehkarena itu, pendidikan matematika diIndonesia diupayakan agar sesuaidengan perkembangan ilmu danteknologi.

Akan tetapi, pada saat iniIndonesia masih mengalamiproblematika klasik, dalam hal iniyaitu kualitas pendidikan. Padakenyataannya, negara Indonesiamemiliki kualitas pendidikan yangsangat memprihatinkan, jikadibandingkan dengan negara-negaralainnya, khususnya pada bidang studimatematika, karena matematikasering dianggap sebagai matapelajaran yang susah dimengerti. Halini sejalan dengan yang diungkapkanoleh Abdurrahman (2003:252)bahwa: “ dari berbagai bidang studiyang diajarkan disekolah,matematika merupakan bidang studiyang dianggap paling sulit oleh

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

berbagai siswa, baik yang tidakberkesulitan belajar dan lebih-lebihbagi siswa yang berkesulitanbelajar”.

Berdasarkan hasil tes yangdiperoleh dari Trends inInternational Mathematics andScience Study (TIMSS) terlihatbahwa prestasi siswa Indonesiakhususnya dalam bidang matematikabelum menunjukkan hasil yangmemuaskan. Pada tahun 2011Indonesia hanya berada padaperingkat ke 38 dari 42 negara yangikut serta dengan nilai 386. (Hal inimenunjukkan bahwa hasil belajarmatematika siswa Indonesia masihsangat rendah. “salah satukecenderungan yang menyebabkansejumlah siswa gagal menguasaidengan baik pokok-pokok bahasandalam matematika adalah karenarendahnya pemahaman konsepmatematika yang akan berdampakpada kemampuan komunikasimatematik siswa.

Kemampuan pemahamankonsep matematika adalah salah satutujuan penting dalam pembelajaran,memberikan pengertian bahwamateri-materi yang diajarkan kepadasiswa bukan hanya sebagai hapalan,namun lebih dari itu denganpemahaman siswa dapat lebihmengerti materi pelajaran itu sendiri.Pemahaman matematika jugamerupakan salah satu tujuan darisetiap materi yang disampaikan olehguru, sebab guru merupakanpembimbing siswa untuk mencapaikonsep yang diharapkan, memahami

keterkaitan antara konsep danmemberi arti. Untuk dapat memenuhihubungan antara bagian matematika,antara satu konsep dengan konseplain saharusnya saling terkait karenakemampuan pemahaman siswa padatopik tertentu menuntut pemahamanpada topik sebelumnya. Oleh karenaitu dalam belajar matematika siswaharus memahami terlebih dahulumakna dan penurunan konsep,prinsip, hukum, aturan, dan rumusanyang diperoleh.

Dapat dilihat bahwapemahaman konsep memilikiperanan yang sangat penting dalampembelajaran matematika, sehinggapemahaman konsep merupakan suatukemampuan yang perlu diperhatikan.Namun pada kenyataannyakemampuan pemahaman konsepmatematika siswa masih rendah.Rendahnya kemampuan pemahamankonsep siswa terhadap matematikaterlihat dari cara siswa dalammenyelesaikan soal-soal yangdiberikan guru. Siswa masih belumdapat mengungkapkan kembalidengan lengkap konsep yang telahdipelajari, begitu juga menggunakankonsep dalam pemecahan masalah,masih banyak ditemukan siswakesulitan dalam menjawab soal-soalyang diberikan guru, dikarenakansiswa tidak paham menggunakankonsep yang mana untuk pemecahanmasalah tersebut.

Selain mempunyaikemampuan dalam pemahamankonsep matematika, hal yang pentingyang harus dimiliki oleh siswa yakni

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

kemampuan komunikasi matematik,karena siswa diharapkan mampumengkomunikasikan pelajaranmatematika dalam bentuk lisan dantulisan. Kemampuan komunikasidalam pembelajaran matematikaperlu untuk diperhatikan, apabilasiswa mempunyai kemampuankomunikasi tentunya akan membawasiswa kepada pemahaman konsepmatematika yang dipelajari. Melaluikomunikasi, seseorang akan dapatmengungkapkan gagasan, temuanatau bahkan perasaannya terhadaporang lain. Kemampuan komunikasimatematis dapat diartikan sebagaisuatu kemampuan siswa dalammenyampaikan sesuatu yangdiketahuinya melalui peristiwadialog atau saling berinteraksi dilingkungan kelas dimana terjadipengalihan pesan. Pesan yangdialihkan berisi tentang materimatematika yang dipelajari siswa,misalnya berupa konsep, rumus, ataustrategi penyelesaian suatu masalah.

Dengan pentingnyakomunikasi matematika dalampembelajaran matematika, sehinggadalam principles and standars forschool mathematics dari NCTMtahun 2000 menyatakan bahwaprogram-program pembelajaranmatematika dari pra–TK hinggakelas 12 hendaklah memberikankesempatan kepada seluruh siswauntuk (1) mengatur danmenggabungkan pemikiranmatematis mereka melaluikomunikasi. (2) mengkomunikasikanpemikiran matematis mereka secara

logis dan jelas kepada teman-teman,guru dan orang lain. (3) menganalisisdan mengevaluasi pemikiran sertastrategi-strategi matematika oranglain, (4) menggunakan bahasamatematika untuk mengeksptresikanide-ide matematis dengan tepat.

Namun pada kenyataannyakemampuan komunikasi matematikasiswa masih rendah. Hal ini dapatdilihat dari kurang mampunya siswadalam mengkomunikasikan ide ataupendapatnya baik dalam bentuk lisandan tulisan dalam menyelesaikansoal-soal matematika.

Proses pembelajaran yangterjadi di dalam kelas meliputibanyak kegiatan seperti gurumemberikan materi pelajaran, gurumemberikan soal dan muriddiberikan kesempatan untukmengerjakan soal tersebut. Prosespembelajaran membutuhkan modelyang tepat, karena setiap siswamemiliki kemampuan yang berbeda-beda. Kesalahan menggunakanmodel pembelajaran dapatmenghambat tercapainya tujuanpendidikan yang diinginkan, bahkanhal tersebut dapat mempengaruhikemampuan pemahaman konsep dankomunikasi matematika siswa. Adabanyak faktor yang mempengaruhikemampuan matematika siswa belummaksimal sepenuhnya ketika prosespembelajaran berlangsung. Beberapadiantaranya yakni, modelpembelajaran yang diterapkan guru,yang selama ini pembelajarannyamasih terpusat pada guru (teachercentred). Guru kurang yakin

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

membiarkan siswa untukmenemukan serta memahami sendiripermasalahan yang sedang diberikan.Dan guru tidak yakin membiarkansiswa untuk menemukan sendiri ataumembangun sendiri pengetahuanmatematika melalui masalah yangdiajukan.

Penggunaan carapembelajaran seperti ini membuatsiswa pasif dalam belajar, sehinggasiswa hanya sebagai pendengar danpenerima informasi (pengetahuan)dari guru sehingga siswa kurangdiberdayakan. Dengan kata lainsiswa tidak memperoleh pengetahuandengan mandiri, melainkandiberitahu oleh gurunya.Pembelajaran yang seperti inimenghasilkan siswa yang kurangmandiri, tidak memiliki ke beranianmengajukan pendapat sendiri,disebabkan pengetahuan yangdiperolehnya hanya sebatas daripengajaran gurunya sehingga siswaselalu berharap untuk dibimbingserta diarahkan oleh guru dalammenyelesaikan soal-soal yangdiberikan. Akibatnya apabila adasoal yang berbeda dari contoh soalyang diberikan guru maka siswatidak mampu menyelesaikannya,disebabkan mereka tidak mempunyaicukup konsep dan prinsipmatematika.

Tugas seorang guru bukanhanya sekedar mengajar tetapi lebihmenekankan kepada pembelajarandan mendidik. Tetapi padakenyataanya umumnya dilapangan,guru matematika dalam mengajar

kurang memberikan kesempatankepada siswa dalam belajar mandiri.

Untuk itu, guru dalammemilih model pembelajaran perlumempertimbangkan tugasmatematika dan suasana belajar yangdapat memotivasi dan mendorongsiswa untuk mencapai kemampuanpemahaman konsep matematika dankomunikasi matematika yang baik.Dan membimbing siswa agar terlibatsecara optimal, sehingga siswa dapatmemperoleh pengalaman belajardalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya,seperti: mental, intelektual,emosional, dan sosial sertaketerampilan. Selain itu, guru jugadapat menetapkan dari mana harusmemulai pembelajaran denganmelihat kemampuan siswa sebelummengikuti proses pembelajaran.

Salah satu alternatif modelpembelajaran yang di anggap mampuuntuk mengembangkan kemampuanpemahaman konsep dan komunikasimatematika siswa adalah sebuahbentuk pembelajaran yang menarikdan dekat dengan permasalahandalam kehidupan sehari – hari.Model pembelajaran seperti itu diasumsikan dapat menarik minatsiswa untuk belajar matematika yangkemudian akan berdampak padameningkatnya kemampuanpemahaman konsep dan komunikasimatematika.

Pembelajaran kooperatifmerupakan pembelajaran yangmenekankan dan mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

sesuatu. Hosnan (2014:235)berpendapat bahwa: “ pembelajarankooperatif mengandung pengertiansebagai suatu sikap atau perilakubersama dalam kerja atau membantudiantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok.Keberhasilan kerja sangatdipengaruhi oleh keterlibatan darisetiap anggota kelompok itu sendiri.

ide utama dalampembelajaran kooperatif adalahsiswa bekerjasama untuk belajar danbertanggu jawab pada kemajuanbelajar temannya. Belajar kooperatifmenekankan pada tujuan dankesuksesan kelompok, yang hanyadicapai jika semua anggotakelompok mencapai tujuan ataupenguasaan materi. Pembelajarankooperatif disusun dalam sebuahusaha untuk meningkatkanpartisipasi siswa, memfasilitasi siswadengan pengalaman sikapkepemimpinan dan membuatkeputusan dalam kelompok, sertamemberikan kesempatan kepadasiswa untuk saling berinteraksi danbelajar bersama-sama antara siswayang berbeda latar belakang.

Salah satu tipe daripembelajaran kooperatif yaitu ThinkPair Share (TPS). Modelpembelajaran Think Pair Shareselain mengacu pada aktivitasberpikir, berpasangan dan berbagijuga dirancang untuk mengatasi polainteraksi siswa, sehingga dapatmeningkatkan kemampuan penalaranlogis dan komunikasi matematis. Halini dapat terjadi karena langkah–

langkah dalam model pembelajaranmemberikan waktu yang lebihbanyak kepada siswa untuk berpikir,menginterpretasikan ide merekabersama, merespon serta dapatmengkomunikasikannya dalambentuk tulisan.

Berdasarkan penjelasandiatas, pembelajaran berbasismasalah dan pembelajaran kooperatiftipe Think Pair Share dinilai dapatmemacu semangat tiap siswa untuksecara aktif ikut terlibat dalampengalaman belajarnya.Pembelajaran yang diterapkan dalamkelas menggunakan kelompokbelajar sehingga diharapkan siswadapat mengkomunikasikan ide-idemereka dan menggunakan dayanalarnya dalam menyelesaikanmasalah yang diberikan. Melaluikelompok belajar ini, siswa akanmenyampaikan pendapat yangmereka peroleh berdasarkan hasilpemikirannya untuk menerimapendapat siswa yang memberikanmasuka. Karena langkah-langkahpembelajaran berbasis masalahberbeda dengan pembelajarankooperatif tipe Think Pair Share,maka hasil dari kemampuanpemahaman konsep dan komunikasimatematik siswa pada masing-masing pembelajaran akan berbeda.

Adapun rumusan masalahdalam penelitian ini adalah: 1)Apakah terdapat perbedaankemampuan pemahaman konsepmatematik siswa yang diajarkanmenggunakan model pembelajaranberbasis masalah dan siswa yang

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

diajarkan menggunakanpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share? 2) Apakah terdapatperbedaan kemampuan komunikasimatematik siswa yang diajarkanmenggunakan model pembelajaranberbasis masalah dan siswa yangdiajarkan menggunakanpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share? 3) Bagaimana responsiswa pada model pembelajaranberbasis masalah? 4) Bagaimanarespon siswa pada modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share?

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan

penelitian quasi-eksperiment(eksperimen semu) Dan didalampenelitian ini, pelaksanaannyamenggunakan siswa kelompokeksperimen 1 dan siswa kelompokeksperimen 2. Pada kelompokeksperimen 1, peneliti memberikanperlakuan pembelajaran denganmenggunakan Model PembelajaranBerbasis Masalah, dan padakelompok eksperimen 2, penelitimemberikan perlakuan pembelajarandengan menggunakan ModelPembelajaran kooperatif tipe thinkpair share. Dan didalam penelitian inivariabel yang diamati adalahkemampuan pemahaman konsep dankemampuan komunikasi matematiksiswa.

Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh siswa kelas VIII SMPSwasta Ampera Batang Kuis tahunpelajaran 2015/2016. Dari populasi

penelitian dipilih kelas VIII,selanjutnya dipilih 2 kelas dari 4kelas secara random sebagai sampelpenelitian. Dari siswa kelas VIIISMP Swasta Ampera Batang Kuisdengan cara acak terpilih kelas VIII-A dan kelas VIII-B dari 4 kelas yangada. Kemudian dilakukan undianuntuk memilih kelas eksperimen 1dan kelas eksperimen 2. Dari hasilundian terpilih kelas VIII-A sebagaikelas eksperimen 1 dan kelas VIII-Bsebagai kelas eksperimen 2. Kelaseksperimen 1 adalah kelas yangdikarenakan pembelajaran denganpembelajaran berbasis masalah dankelas eksperimen 2 adalah kelaspembelajaran kooperatif tipe TPS.

Dalam penelitian ini terdapattahapan-tahapan yang menjadi alurkerja penelitian. 1) Studipendahuluan ini dilakukan untukmelihat situasi yang terjadidilapangan yang mengakibatkankemampuan pemahaman konsep dankomunikasi matematik siswa rendah.2) Menyusun langkah-langkahpembelajaran yang akan dituangkandalam Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP). Selanjutnyamenyusun Lembar Aktivitas Siswa(LAS) sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran PBM dankooperatif tipe TPS. Kemudianmenyusun instrumen penelitian yangberupa tes kemampuan pemahamankonsep, tes kemampuan komunikasimatematik, dan menyiapkan angketrespon siswa terhadap kegiatanpembelajaran. 3) Dilakukan uji cobaterhadap tes kemampuan awal

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

(pretes) , kemampuan akir (postes),RPP, LAS, dan instrumenpenelitiannya yang sebelumnyadivalidkan oleh para ahli untukmempertimbangkan hal-hal berupakekurangan yang mungkin tidakterdeteksi.Hal ini dilakukan untukmelihat kesahihan dari perangkatpembelajaran tersebut. 4) Setelahdivalidasi oleh para ahli dan diujicoba lapangan maka penelitimenerapkan model pembelajaranberbasis masalah pada kelaseksperimen 1 dan pembelajarankooperatif tipe think pair share padakelas eksperimen 2. Melaksanakansemua perangkat-perangkat yangtelah disusun. Pertemuan pertamadilakukan uji kemampuan awal(pretes) siswa terkait materiprasyarat.Selanjutnya menerapkanmodel pembelajaran sebanyak 4pertemuan di masing-masing kelaseksperimen 1 dan eksperimen 2sesuai dengan RPP yang telahdisusun. Di akhir pertemuandiberikan tes akhir (postes) untukmelihat kemampuan pemahamankonsep dan kemampuan komunikasimatematik siswa. 5) Setelahpenelitian selesai maka dilakukananalisis data. Data dianalisis secaradeskriptif dan secara statistikinferensial. Yang di deskripsikanyaitu kemampuan awal (pretes),kemampuan pemahaman konsep,kemampuan komunikasi matematik,respon siswa selama pembelajarandengan menerapkan PBM dankooperatif tipe TPS. Selanjutnyadilakukan uji statistik inferensial

untuk melihat perbedaan kemampuanpemahaman konsep dan komunikasimatematik siswa dalam penerapanmodel pembelajaran berbasismasalah model pembelajarankooperatif tipe think pair share.

Berdasarkan teknikpengumpulan data yang digunakanyaitu data kuantitatif yang diperolehmelalui tes kemampuan awal(pretes), tes kemampuan akir (postes)dan angket respon siswa yangdianalisis dengan statistik inferensialdengan uji hipotesis yang digunakandalam penelitian ini adalah ujiANACOVA.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN1. Kemampuan Pemahaman

Konsep SiswaKemampuan pemahaman

konsep siswa dapat diukur melaluikemampuan siswa untukmemperoleh makna atau arti sesuatudari ide-ide abstrak yang dapatdigunakan seseorang untukmenuliskan konsep, memberikancontoh dan bukan contoh dari konsepdan dapat mengaplikasikan konsepke pemecahan masalah.

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

Tabel 1. Deskripsi Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa

No. StatistikKelas Eksperimen 1

PBMKelas Eksperimen 2

TPS1 N 27 272 Jumlah Nilai 2091 19543 Rata-rata 77,44 72,374 Standar Deviasi 6,36 6,375 Varians 45,49 41,866 Maksimum 92 847 Minimum 67 63

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata skor postes kemampuanpemahaman konsep siswa yangdiberi pembelajaran berbasis masalahsebesar 77,44 lebih tinggidibandingkan dengan siswa yangdiberi pembelajaran kooperatif tipethink pair share sebesar 72,37. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwarata-rata postes lebih tinggikemampuan pemahaman konsepsiswa yang diberi pembelajaranberbasis masalah (kelas eksperimen1) dibandingkan dengan siswa yangdiberikan pembelajaran kooperatiftipe think pair share (kelaseksperimen 2). Kemudian denganmenggunakan analisis anakovamenghasilkan kesimpulan bahwaterdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep siswa yangdiajarkan dengan pembelajaranberbasis masalah dan pembelajarankooperatif tipe think pair share.Perbedaan ini dapat menjadi acuanpengambilan keputusan bahwapostes kemampuan pemahamankonsep siswa pada kelaspembelajaran berbasis masalah lebihtinggi daripada postes kemampuanpemahaman konsep siswa pada kelas

pembelajaran kooperatif tipe thinkpair share.

Perbedaan hasil kemampuanpemahaman konsep di kedua kelasyaitu kelas eksperimen 1 dan kelaseksperimen 2 pada indikator pertamayaitu menyatakan ulang sebuahkonsep pada kelas eksperimenterlihat bahwa siswa yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalahketika diberikan soal mampumemberikan jawaban secara lengkapdan jelas. Sedangkan pada kelas yangdiajarkan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share sebagian besar siswakurang mampu menyatakan ulangsebuah konsep hal ini dikarenakanpada kelas pembelajaran berbasismasalah ketika berdiskusi terdiri dari4-5 orang, sehingga banyakpendapat/ gagasan yang diperolehsiswa. Hal ini yang memungkinkanhasil kemampuan pemahamankonsep siswa pada kelaspembelajaran berbasis masalahberbeda dengan hasil kemampuanpemahaman konsep siswa pada kelas

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

pembelajaran kooperatif tipe thinkpair share.

Pada indikator kedua yaitumemberikan contoh konsep danbukan contoh konsep. Perbedaan dikedua kelas yaitu kelas eksperimen 1dan kelas eksperimen 2, mungkindikarenakan keragaman contoh soalyang bisa di buat dan dikerjakansiswa pada kelas yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah lebihberagam dikarenakan jumlah siswayang terdiri dari 4-5 orang dalamsetiap kelompok dapat membuatcontoh dan bukan contoh yang lebihberagam dibandingkan dengan siswapada kelas dengan pembelajarankooperatif tipe think pair share.

Pada indikator yang ketigayaitu mengaplikasikan konsep dalampemecahan masalah. Perbedaanterlihat ketika pada kelaspembelajaran berbasis masalahdalam hal pemecahan masalah siswapada kelas pembelajaran berbasismasalah terlihat lebih mampumengaplikasikan pemahaman konsepkepemecahan masalah dibandingkansiswa pada kelas pembelajarankooperatif tipe think pair sharemungkin hal ini dikarenakan siswapada kelas pembelajaran PBM lebihbanyak solusi atau pemecahanmasalah yang mampu di sampaikanoleh siswa dibandingkan dengansiswa kelas TPS sebab pembelajaranberbasis masalah mengharuskansiswa melakukan penyelidikanautentik untuk mencari penyelesaian

nyata terhadap masalah nyata. Siswaharus menganalisis danmendefenisikan masalah,mengembangkan hipotesis danmembuat ramalan, mengumpulkandan menganalisis informasi,melakukan eksperimen (jikadiperlukan), membuat referensi, danmerumuskan kesimpulan.

Merupakan hal yang wajarjika terdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep antara siswayang diberi pembelajaran berbasismasalah dengan siswa yang diberipembelajaran kooperatif tipe thinkpair share. Pada LAS yangpermasalahannya diangkat darikehidupan anak sehingga lebih mudadipahami oleh anak, karena nyataterjangkau oleh imajinasinya, dandapat dibayangkan, sehingga lebihmuda baginya untuk mencarikemungkinan penyelesaian denganmenggunakan kemampuanpemahaman konsep matematik yangtelah dimilikinya. Kemudian padapembelajran berbasis masalah, siswadibantu dan dituntun bagaimanapenyelesaian masalah yangdihadapinya sampai kepada caramenyelesaikan masalah.

Sedangkan padapembelajaran kooperatif tipe thinkpair share, masalah diberikan samaseperti siswa yang diberikanpembelajaran berbasis masalah yaituPada LAS yang permasalahannyadiangkat dari kehidupan anaksehingga lebih muda dipahami olehanak, karena nyata terjangkau oleh

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

imajinasinya, dan dapatdibayangkan, sehingga lebih mudabaginya untuk mencari kemungkinanpenyelesaian dengan menggunakankemampuan pemahaman konsepmatematik yang telah dimilikinya.Tetapi pada kelas eksperimen 2mereka berpasangan dimana siswacenderung kurang antusias dalammenyelesaiakan persoalanmatematika. Seperti yang telahdipaparkan sebelum bahwa prinsipthink pair share ini adalah menjalinkomunikasi yang baik diantara siswadalam kelompok namun yang terlihatketika peneliti melakukan penelitiansiswa dalam kelompok cenderungmenyelesaian permasalahan secarasendiri-sendiri. Dan dalam kelaseksperimen 2 peneliti jugamenemukan mereka berbedapendapat sehingga terjadi perbedaantujuan yang akan diselesaikansehingga untuk tahap selanjutnyasudah mengalami kesulitandikarenakan kurang dapatbekerjasama sehingga anak tidakdapat mengembangkan kemampuanpemahaman konsep pada dirinya dankelompoknya.

Walaupun keduapembelajaran menggunakan teknikdiskusi, tetapi hasil penelitian danhasil analisis data menunjukkanbahwa postes kemampuanpemahaman konsep siswa yangdiajar dengan penbelajaran berbasismasalah dan pembelajaran kooperatiftipe think pair share berbeda. Hasilpenelitian tersebut merupakan halyang sudah dapat diperkirakan

sebelumnya berdasarkan analisisteoritis karakteristik dari masing-masing pembelajaran padapembelajaran berbasis masalahmemfokuskan pada masalah dalamkegiatan pembelajarannya,bagaimana memahami masalah,merencanakan penyelesaian masalah,menyelesaikan masalah danmemeriksa kembali hasilnya.

Sedangkan pembelajarankooperatif tipe think pair sharememiliki karakteristik: (1) positiveinterdependence. Setiap anggotakelompok harus memiliki persepsibahwa mereka tenggelam danberenang bersama artinya jikaseorang siswa sudah paham makasiswa yang lain pun harus pahamdalam kelompok tersebut sehinggakemampuan setiap siswa dalamkelompok adalah sama. (2) face toface promotive interaction. Setiapanggota kelompok harus memahamibahwa setiap anggota harus salingmendukung satu sama lain untukkemajuan atau keberhasilankelompok tersebut. (3) Ketiga, groupprocessing. Setiap anggota kelompokharus memiliki pemahaman bahwamereka memiliki tujuan yang samasehingga keberhasilan dan kegagalankelompok adalah keberhasilan ataukegagalan bersama (4) individualand group accountability. Siswamemiliki tanggung jawab terhadapsiswa lain dalam kelompoknya,disamping tanggung jawab terhadapdiri sendiri dalam mempelajarimateri yang dihadapi. (5) , Social andcolaborative skill. Setiap anggota

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

kelompok (siswa) berbagikepemimpinan dan membutuhkanketerampilan untuk belajar bersamaselama proses belajarnya.

Kategori siswa pada hasilpostes kemampuan pemahamankonsep siswa sangat bervariasi baikdari kelas PBM maupun dari kelasTPS. Pada kelas PBM siswa yangberkategori sangat kurang dankurang tidak ada. Siswa yangkategori cukup ada sebanyak 4 orang(14,81%), siswa yang kategori baik

ada 19 orang (70,37%), dan siswayang kategori sangat baik adasebanyak 4 orang (14,81%).Sedangkan untuk kelas TPS, siswayang kategori sangat baik tidak ada,siswa yang kategori baik ada 17orang (62,96%), siswa yang kategoricukup ada sebanyak 10 orang(37,04%), siswa yang berkategorisangat kurang dan kurang tidak ada.Uraian diatas dapat dilihat secarajelas pada gambar dibawah ini.

Gambar.1. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1dan Eksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep siswa antarakelas eksperimen 1 yang diajarkandengan model pembelajaran berbasis

maslah dan kelas eksperimen 2 yangdiajarkan dengan model pembelajrankooperatif think pair share.

0 0

SK

Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1

dan Kelas Eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

kelompok (siswa) berbagikepemimpinan dan membutuhkanketerampilan untuk belajar bersamaselama proses belajarnya.

Kategori siswa pada hasilpostes kemampuan pemahamankonsep siswa sangat bervariasi baikdari kelas PBM maupun dari kelasTPS. Pada kelas PBM siswa yangberkategori sangat kurang dankurang tidak ada. Siswa yangkategori cukup ada sebanyak 4 orang(14,81%), siswa yang kategori baik

ada 19 orang (70,37%), dan siswayang kategori sangat baik adasebanyak 4 orang (14,81%).Sedangkan untuk kelas TPS, siswayang kategori sangat baik tidak ada,siswa yang kategori baik ada 17orang (62,96%), siswa yang kategoricukup ada sebanyak 10 orang(37,04%), siswa yang berkategorisangat kurang dan kurang tidak ada.Uraian diatas dapat dilihat secarajelas pada gambar dibawah ini.

Gambar.1. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1dan Eksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep siswa antarakelas eksperimen 1 yang diajarkandengan model pembelajaran berbasis

maslah dan kelas eksperimen 2 yangdiajarkan dengan model pembelajrankooperatif think pair share.

0

4

19

0

10

17

K C B

Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1

dan Kelas Eksperimen 2

eksperimen 1 eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

kelompok (siswa) berbagikepemimpinan dan membutuhkanketerampilan untuk belajar bersamaselama proses belajarnya.

Kategori siswa pada hasilpostes kemampuan pemahamankonsep siswa sangat bervariasi baikdari kelas PBM maupun dari kelasTPS. Pada kelas PBM siswa yangberkategori sangat kurang dankurang tidak ada. Siswa yangkategori cukup ada sebanyak 4 orang(14,81%), siswa yang kategori baik

ada 19 orang (70,37%), dan siswayang kategori sangat baik adasebanyak 4 orang (14,81%).Sedangkan untuk kelas TPS, siswayang kategori sangat baik tidak ada,siswa yang kategori baik ada 17orang (62,96%), siswa yang kategoricukup ada sebanyak 10 orang(37,04%), siswa yang berkategorisangat kurang dan kurang tidak ada.Uraian diatas dapat dilihat secarajelas pada gambar dibawah ini.

Gambar.1. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1dan Eksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuanpemahaman konsep siswa antarakelas eksperimen 1 yang diajarkandengan model pembelajaran berbasis

maslah dan kelas eksperimen 2 yangdiajarkan dengan model pembelajrankooperatif think pair share.

4

0

SB

Postes Kemampuan Pemahaman KonsepMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1

dan Kelas Eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

2. Kemampuan KomunikasiMatematik SiswaKomunikasi secara umum dapat

diartikan sebagai suatu peristiwasaling menyampaikan informasi ataupesan yang berlangsung dalam suatukomunitas. Kemampuan komunikasimatematika dapat diartikan sebagaisuatu kemampuan siswa dalammenyampaikan suatu yang diketahuimelalui peristiwa dialog atau salinghubungan yang terjadi dilingkungankelas, dimana terjadi pengalihanpesan. Pesan yang dialihkan berisitentang materi matematika yangdipelajari siswa, misalnya berupakonsep, rumus, atau strategi

penyelesaian suatu msalah. Dalampenelitian ini komunikasi dalambentuk tulisan yang akan diukur,beberapa indikator yang akanmenjadi acuan untuk mengukurkemampuan komunikasi matematikdiantaranya kesanggupan siswadalam memahami apa yang menjadipersoalan didalam masalah sehinggasiswa mampu membuat apa yangdiketahui dan ditanya,mengespresikan melalui tulisan danlisan, serta menggunakan istilahnotasi dan struktur matematika untukmenyajikan ide, sehinggga mampumembuat pola.

Tabel 2Deskripsi Postes Kemampuan Pemahaman Komunikasi Matematik Siswa

No. StatistikKelas Eksperimen 1

PBMKelas Eksperimen 2

TPS1 N 27 272 Jumlah Nilai 2091 19793 Rata-rata 77,44 73,34 Standar Deviasi 6,74 6,235 Varians 45,49 38,836 Maksimum 92 867 Minimum 67 63

Kemampuan komunikasimatematik siswa yang dihasilkanbervariasi, berdasarkan hasilpengelolaan data nilai rata-ratapostes kemampuan komunikasimatematik siswa yang diajar denganmenggunakan pembelajaran berbasismasalah 77,44 lebih tinggi jikadibandingkan dengan nilai posteskomunikasi matematik siswa yangdiajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe thinkpair share 73,3. Jika dilihat daripostes memang menghasilkan nilaiyang berbeda, tetapi perlumenggunakan analisis anakovamenghasilkan kesimpulan bahwaterdapat perbedaan kemampuankomunikasi matematik siswa yangdiajarkan dengan pembelajaranberbasis masalah dan pembelajarankooperatif tipe think pair share.

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

Perbedaan ini dapat menjadi acuanpengambilan keputusan bahwapostes kemampuan komunikasimatematik siswa pada kelaspembelajaran berbasis masalah lebihtinggi daripada postes kemampuankomunikasi matematik siswa padakelas pembelajaran kooperatif tipethink pair share.

Perbedaan hasil kemampuankomunikasi matematik siswa dikedua kelas yaitu kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen 2 padaindikator pertama yaitu mampumembuat/ mengetahui apa yangdiketahui dan ditanya tidak terlihatperbedaan nya karena pada keduakelas yakni pada kelas eksperimen 1dan kelas eksperimen 2 mampumembuat/ mengetahui apa yangdiketahui dan ditanya.

Pada indikator kedua yaitumengekspresikan melalui tulisan danlisan. Perbedaan terlihat dikarenakanpada kelas eksperimen 1 denganmodel pembelajaran berbasismasalah pada indikator keduaPembelajaran berbasis masalahmenuntut siswa untuk menyusunhasil penelitiannya dalam bentukkarya (karya tulis dan penyelesaian)dan memamerkan hasil karyanya.Artinya hasil penyelesaian masalahsiswa ditampilkan atau dibuatlaporannya. Sedang kan pada kelasdengan model pembelajarankooperatif tipe think pair share lebihmenekankan kepada berbagijawaban, jika telah diajukanpertanyaan atau berbagi ide jika

suatu persoalan khusus telahdiidentifikasi.

Pada indikator ketiga padakemampuan komunikasi matematikyaitu menggunakan istilah notasi danstruktur matematika untukmenyajikan ide, sehingga mampumembuat pola tidak terlihatperbedaan yang mencolok padakedua kelas karena pada kedua kelassudah mampu menggunakan istilahnotasi dan struktur matematika untukmenyajikan ide, sehingga mampumembuat pola.

Sama halnya dengan kemampuanpemahaman konsep matematik siswalebih tinggi pada pembelajaranberbasis masalah, kemampuankomunikasi matematik siswa jugalebih unggul pada kelas yangdiajarkan dengan modelpembelajaran berbasis masalah.Keunggulan ini mungkindikarenakan karakteristik daripembelajaran berbasis masalah yangtelah dijelaskan terlebih dahulu.Walaupun kedua modelpembelajaran di dalamnya terdapatcommunity learning (kelompokbelajar) yang memediasi kemampuankomunikasi pada kegiatanpembelajaran, terjadinya perbedaanada kemungkinan pembentukkankelompok yang ditentukan olehpeneliti menjadi faktor membuatperbedaan komunikasi matematiksiswa. Kelompok belajar pada kelaspembelajaran berbasis masalahterdiri dari (4-5) orang setiapkelompok, sedangkan pada kelas

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

dengan pembelajaran kooperatif tipethink pair share dibentuk oleh 2

orang tiap kelompok.

Gambar. 2. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1 danEksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuankomunikasi matematik siswa antarakelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah dankelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share. Perbedaan signifikan inimemberikan makna kemampuankomunikasi matematik pada kelaseksperimen yang diberikanpembelajaran berbasis masalah lebihtinggi daripada kemampuankomunikasi matematik yangdiajarkan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share.

3. Respon Siswa TerhadapPembelajaran BerbasisMasalah dan PembelajaranKooperatif tipe Think PairShare

Berdasarkan data hasil penelitianmelalui angket respon siswa kelasPembelajaran Berbasis Masalahdapat disimpulkan bahwa responsiswa terhadap PembelajaranBerbasis Masalah adalah positif.Pendapat tersebut berdasarkananalisis deskriptif respon siswamenyatakan persentase perasaansiswa menyatakan senang terhadapkomponen pembelajaran sebesar87,04%, menyatakan baru terhadap

0 00

SK

Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

dengan pembelajaran kooperatif tipethink pair share dibentuk oleh 2

orang tiap kelompok.

Gambar. 2. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1 danEksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuankomunikasi matematik siswa antarakelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah dankelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share. Perbedaan signifikan inimemberikan makna kemampuankomunikasi matematik pada kelaseksperimen yang diberikanpembelajaran berbasis masalah lebihtinggi daripada kemampuankomunikasi matematik yangdiajarkan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share.

3. Respon Siswa TerhadapPembelajaran BerbasisMasalah dan PembelajaranKooperatif tipe Think PairShare

Berdasarkan data hasil penelitianmelalui angket respon siswa kelasPembelajaran Berbasis Masalahdapat disimpulkan bahwa responsiswa terhadap PembelajaranBerbasis Masalah adalah positif.Pendapat tersebut berdasarkananalisis deskriptif respon siswamenyatakan persentase perasaansiswa menyatakan senang terhadapkomponen pembelajaran sebesar87,04%, menyatakan baru terhadap

0

4

19

4

0

8

18

K C B SB

Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2

eksperimen 1 eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

dengan pembelajaran kooperatif tipethink pair share dibentuk oleh 2

orang tiap kelompok.

Gambar. 2. Deskripsi Kategori Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa pada Kelas Eksperimen 1 danEksperimen 2

Berdasarkan uraian diatas, makaterdapat perbedaan kemampuankomunikasi matematik siswa antarakelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah dankelas eksperimen yang diajarkandengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share. Perbedaan signifikan inimemberikan makna kemampuankomunikasi matematik pada kelaseksperimen yang diberikanpembelajaran berbasis masalah lebihtinggi daripada kemampuankomunikasi matematik yangdiajarkan dengan modelpembelajaran kooperatif tipe thinkpair share.

3. Respon Siswa TerhadapPembelajaran BerbasisMasalah dan PembelajaranKooperatif tipe Think PairShare

Berdasarkan data hasil penelitianmelalui angket respon siswa kelasPembelajaran Berbasis Masalahdapat disimpulkan bahwa responsiswa terhadap PembelajaranBerbasis Masalah adalah positif.Pendapat tersebut berdasarkananalisis deskriptif respon siswamenyatakan persentase perasaansiswa menyatakan senang terhadapkomponen pembelajaran sebesar87,04%, menyatakan baru terhadap

1

SB

Postes Kemampuan Pemahaman KomunikasiMatematik Siswa Kelas Eksperimen 1 dan

Kelas Eksperimen 2

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

komponen pembelajaran 87,04%,menyatakan berminat mengikutipembelajaran berbasis masalahsebesar 96,3%, menyatakan pendapatmengenai lembar aktivitas siswa(LAS) 83,33% , Sehingga rata-ratapersentase respon siswa dari

kekeluruhan komponen pembelajaranyaitu terhadap materi pembelajaran,lembar aktivitas siswa, suasanabelajar, dan cara guru mengajardalam pembelajaran berbasismasalah adalah 88,43%. Terlihatpada tabel berikut:

Tabel 3. Persentase Respon Siswa Terhadap Komponen PembelajaranBerbasis Masalah

No Aspek Frekuensi PresentaseSenang

I Bagaimana perasaanmu terhadapkomponena. Materi pelajaranb. Lembar aktivitas siswa (LAS)c. Suasana belajar di kelasd. Cara guru mengajar

24232522

88,89%85,18%92,59%81,48%

Rata-rata 87,04%Baru

2 Bagaimana pendapatmu terhadapkomponena. Materi pelajaranb. Lembar aktivitas siswa (LAS)c. Suasana belajar di kelasd. Cara guru mengajar

21262324

77,78%96,3%85,18%88,89%

Rata-rata 87,04%Berminat

3 Apakah kamu berminat mengikutikegiatan belajar selanjutnya seperti yangtelah kamu ikuti sekarang?

26 96,3%

4 Bagaimana pendapatmu tentang lembaraktivitas siswa (LAS)a. Apakah kamu dapat memahami

bahasa yang digunakan dalam LAS?b. Apakah kamu tertarik pada

penampilan (tulisan, gambar, danletak gambarnya) yang terdapat padaLAS?

Ya

23

22

85,18%

81,48%

Rata-rata 83,33%Rata-rata Keseluruhan 88,43%

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

Berdasarkan data hasil penelitianmelalui angket respon siswa kelasPembelajaran Kooperatif tipe thinkpair share dapat disimpulkan bahwarespon siswa terhadap PembelajaranKooperatif tipe think pair shareadalah positif. Pendapat tersebutberdasarkan analisis deskriptifrespon siswa menyatakan persentaseperasaan siswa menyatakan senangterhadap komponen pembelajaransebesar 84,26%, menyatakan baruterhadap komponen pembelajaran88,89%, menyatakan berminat

mengikuti pembelajaran Kooperatiftipe think pair share sebesar 92,59%,menyatakan pendapat mengenailembar aktivitas siswa (LAS)85,19%. Sehingga rata-ratapersentase respon siswa darikekeluruhan komponen pembelajaranyaitu terhadap materi pembelajaran,lembar aktivitas siswa, suasanabelajar, dan cara guru mengajardalam pembelajaran berbasismasalah adalah 87,73%. Terlihatpada tabel berikut:

Tabel 4. Persentase Respon Siswa Terhadap Komponen PembelajaranKooperatif Tipe Think Pair Share

No Aspek Frekuensi PresentaseSenang

I Bagaimana perasaanmu terhadapkomponena. Materi pelajaranb. Lembar aktivitas siswa (LAS)c. Suasana belajar di kelasd. Cara guru mengajar

22262023

81,48%96,3%74,07%85,19%

Rata-rata 84,26%Baru

2 Bagaimana pendapatmu terhadapkomponena. Materi pelajaranb. Lembar aktivitas siswa (LAS)c. Suasana belajar di kelasd. Cara guru mengajar

22252326

81,48%92,59%85,18%96,3%

Rata-rata 88,89%Berminat

3 Apakah kamu berminat mengikutikegiatan belajar selanjutnya seperti yangtelah kamu ikuti sekarang?

25 92,59%

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

4 Bagaimana pendapatmu tentang lembaraktivitas siswa (LAS)a. Apakah kamu dapat memahami

bahasa yang digunakan dalam LAS?b. Apakah kamu tertarik pada

penampilan (tulisan, gambar, danletak gambarnya) yang terdapat padaLAS?

Ya

24

22

88,89%

81,48%

Rata-rata 85,19%Rata-rata Keseluruhan 87,73%

Berdasarkan kriteria padapencapaian efektivitas yangditetapkan yaitu respon siswadikatakan positif apabila rata-ratapersentase keseluruhan komponenrespon siswa terhadap pembelajaranberbasis masalah dan pembelajarankooperatif tipe think pair share lebihbesar atau sama dengan 80%, makadapat disimpulkan bahwa responsiswa terhadap pembelajaranberbasis masalah dan kooperatif tipethink pair share adalah positif.

KESIMPULANPeneliti memperoleh kesimpulansebagai berikut:1. Kemampuan pemahaman konsep

siswa yang diajarkan denganpembelajaran berbasis masalahberbeda dengan kemampuanpemahaman konsep siswa yangdiajarkan dengan kooperatif tipethink pair share. Perbedaan inicenderung mengunggulkanpembelajaran berbasis masalahdari pada pembelajarankooperatif tipe think pair share.

2. Kemampuan komunikasimatematik siswa yang diajarkanmenggunakan pembelajaranberbasis masalah berbedadengan kemampuan komunikasimatematik siswa yang diajarkandengan kooperatif tipe think pairshare. Perbedaan ini cenderungmengunggulkan pembelajaranberbasis masalah dari padapembelajaran kooperatif tipethink pair share.

3. Respon siswa terhadapkomponen dan prosespembelajaran yang ditetapkanpada kelas pembelajaranberbasis masalah adalah positif.

4. Respon siswa terhadapkomponen dan prosespembelajaran yang ditetapkanpada kelas pembelajarankooperatif tipe think pair shareadalah positif.

SARAN1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran berbasismasalah dan pembelajarankooperatif tipe think pairshare pada pembelajaran

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

matematika yangmenekankan kemampuanpemahaman konsep dankomunikasi matematik dalampemecahan masalahmatematika siswa dapatdijadikan sebagai salah satualternatif untuk menerapkanpembelajaran matematikayang innovatif khususnyadalam mengajarkan materisistem persamaan linear duavariabel.

b. Perangkat pembelajaran yangdihasilkan dapat dijadikansebagai bandingan bagi gurudalam mengembangkanperangkat pembelajaranmatematika denganpembelajaran berbasis masalahdan pembelajaran kooperatif tipethink pair share pada pokokbahasan sistem persamaan lineardua variabel.

c. Agar model pembelajaranpembelajaran berbasis masalahdan pembelajaran kooperatif tipethink pair share lebih efektifditerapkan pada pembelajaranmatematika, sebaiknya guruharus membuat perencanaanmengajar yang baik dengan dayadukung sistem pembelajaranyang baik (RPP, LAS).

d. Diharapkan guru perlumenambah wawasan tentangteori-teori pembelajaran danmodel pembelajaran yanginnovatif agar dapatmelaksanakannya dalampembelajaran matematika

sehingga pembelajarankonvensional secara sadar dapatditinggalkan sebagai upayapeningkatan hasil belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkaita. Pembelajaran pembelajaran

berbasis masalah danpembelajaran kooperatif tipethink pair share denganmenekankan kemampuanpemahaman konsep dankomunikasi matematik siswadalam pemecahan masalahmatematika masih sangatasing bagi guru maupunsiswa, oleh karenanya perludisosialisasikan oleh sekolahatau lembaga terkait denganharapan dapat meningkatkanhasil belajar matematikasiswa, khususnyameningkatkan kemampuanpemahaman konsep dankomunikasi matematik dalampemecahan masalahmatematika siswa.

b. Pembelajaran pembelajaranberbasis masalah danpembelajaran kooperatif tipethink pair share dapatdijadikan sebagai salah satualternatif dalammeningkatkan kemampuanpemahaman konsep dankomunikasi dalampemecahan masalahmatematika siswa pada pokokbahasan sistem persamaan

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

linear dua variabel sehinggadapat dijadikan masukan bagisekolah untuk dikembangkansebagai model pembelajaranyang efektif untuk pokokbahasan matematika yanglain.

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitianlanjutan dengan pembelajaranpembelajaran berbasismasalah dan pembelajarankooperatif tipe think pairshare dalam meningkatkankemampuan pemahamankonsep dan komunikasimatematik dalam pemecahanmasalah matematika siswasecara maksimal untukmemperoleh hasil penelitianyang maksimal.

b. Dapat dilakukan penelitianlanjutan dengan pembelajaranpembelajaran berbasismasalah dan pembelajarankooperatif tipe think pairshare dalam meningkatkankemampuan matematika laindengan menerapkan lebihdalam agar implikasi hasilpenelitian tersebut dapatditerapkan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, J. (2012). UpayaMeningkatkanKomunikasi MatematikaDan KemandirianBelajar Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 BilahBarat KabupatenLabuhan Batu denganMenerapkan ModelPembelajaran KooperatifTipe Think Pair Share.Tesis Unimed; TidakDiterbitkan

Abdurrahman, M. (2003).Pendidikan Bagi AnakBerkesulitan Belajar.Jakarta: PT Rineka Cipta

Ansari, B. I. (2009). KomunikasiMatematika Konsep danAplikasi. Banda Aceh :Yayasan Pena

Arikunto, S.(2009). Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara

Arends, R. I. (2008). Learning ToTeach (Belajar untukMengajar) Buku Dua.Edisi Ketujuh. Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Daulay, L. A. (2011). PeningkatanKemampuan PemecahanMasalah dan KoneksiMatematika Siswa SMPdengan MenggunakanPembelajaran BerbasisMasalah. Tesis tidakdipublikasikan. Medan:Pascasarjana Unimed.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teoriBelajar dan Pembelajaran.Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2006. Standar Isi untukSatuan Pendidikan dasar danMenengah. Jakarta: BNSP.

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

Djamarah, S. B. (2012). StrategiBelajar Mengajar. Jakarta:PT Rineka Cipta

Fergusson, G, A. (1989). StatisticalAnalysis In Psychology andEducation. Sixth Edition,Singapore: Mc. Graw-HillInternational Book Co.

Gaspersz, V. 1994. MetodaPerancangan Percobaan.Bandung: Armico.

Haerani, S. (2012). PengaruhPenggunaan ModelPembelajaran KooperatifTipe Think Pair Share(TPS) TerhadapKemampuan PenalaranMatematik Peserta DidikKelas X SMK Negeri 2Tasikmalaya TahunPelajaran 2012/2013.Tersedia onlinehttp://journal.unsil.ac.id/jurnalunsil-1843-html(diakses 29 Juli 2013)

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifikdan Kontekstual dalamPembelajaran Abad 2.Bogor: Ghalia Indonesia

Hudojo, H. (2005). Kapita SelektaPembelajaranMatematika. Ikip Malang.Malang

Husmidar, Dkk. (2014). PenerapanModel PembelajaranBerbasis Masalah untukMeningkatkanKemampuan BerpikirKritis dan DisposisiMatematis Siswa. Jurnal

Didaktik Matematika Vol.1 No.1 edisi April 2014

Isjoni. 2009. Pembelajarankooperatif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Kadir,dkk. (2012). Dasar-DasarPendidikan. Jakarta:Kencana

Kilpatrick, J., Swafford, J., &Findell, B. (Eds.). (2001).Adding it Up: HelpingChildren LearnMathematics. Washington,DC: National AcademyPress.

Karim, A. (2011). PenerapanMetode PenemuanTerbimbing DalamPembelajaran MatematikaUntuk MeningkatkanPemahaman Konsep danKemampuan BerpikirKritis Siswa SekolahDasar. Jurnal PendidikanMatematika edisi KhususNo. 1 Agustus 2011

Kesumawati,N. (2008). PemahamanKonsep Matematik dalamPembelajaranMatematika. FKIPProgram Studi PendidikanMatematika UniversitasPGRI

Mahmudi, A. (2009). Komunikasidalam PembelajaranMatematika. JurnalMIPMIPA UNHALU Vol.8 No. 1 Februari 2009

Marzuki. (2012). PerbedaanKemampuan Pemecahan

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

Masalah dan KomunikasiMatematika antara Siswayang diberi ModelPembelajaran BerbasisMasalah dengan ModelPembelajaran Langsung.Tesis. Tesisdipublikasikan. Medan:Pascasarjana Unimed.

Mulyana, D. (2007). IlmuKomunikasi. Bandung: PTRemaja Rosda KaryaOffset

National Council of Teachers ofMathematics (NCTM). 2000.Principles and Standards forSchool Mathematics. Reston.VA: NCTM.

Netter, J. 2005. Applied LinierStatistical Model. Illions :Richard D.Erwin,INC.

Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000.Pengajaran BerpusatKepada Siswa dan

Pendekatan KonstruktivisDalam Pengajaran.Surabaya: Universitas NegeriSurabaya University Press.

Rusman. (2012). Model-ModelPembelajaran. Bandung: PTRaja Grafindo Persada

Ruseffendi. (1991). PengantarKepada Membantu GuruMengembangkanKompetensinya dalamMengajar Matematikauntuk MeningkatkanCBSA. Bandung : Tarsito.

Sagala, S. (2003). Konsep danMakna Pembelajaran.Bandung: CV Alfabeta

Sanjaya, W. (2006). Strategipembelajaran berorientasistandar proses pendidikan.Jakarta: Kencana.

Saragih, S. (2007). MengembangkanKemampuan Berpikir logisdan KomunikasiMatematika SiswaPendidikan Dasar MelaluiPendekatan MatematikaRealistik. Disertasi tidak

dipublikasikan. Bandung:Program Pascasarjana UPIBandung.

Siregar, N. (2011). PenerapanPembelajaran BerbasisMasalah untukMeningkatkanPemahaman Konsep danPengetahuan ProseduralMatematika Siswa SMP.Tesis tidak dipublikasikan.Medan: PascasarjanaUnimed.

Sudjana. (2005). Metode Statistika.Bandung Tarsito

Sulyono, K. (2008). Analisis SI danSKL Mata PelajaranMatematika SMP/MTsuntuk Optimalisasi TujuanMata PelajaranMatematika. YogyakartaPusat Pengembangan DanPemberdayaan PendidikDan Tenaga KependidikanMatematika.

Sumarmo, U. 2003. MakalahPembelajaran Matematika

Jurnal Ilmiah”INTEGRITAS” Vol. 5 No. 1 Januari 2019

untuk MendukungPelaksanaan KurikulumBerbasis Kompetensi.Bandung : UPI.

TIMSS. (2011). Trens inMathematics Sciens Study.Tersedia onlinehttp://nces.ed.gov/timss/ta

ble03.asp (diakses 15September 2015)

Trianto. (2009). Mendesain ModelPembelajaran InovatifProgresif. Jakarta:

Kencana Prenada MediaGroup.