jurnal ilmiah perjanjian penetapan harga gula impor … · perjanjian penetapan harga gula impor...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
PERJANJIAN PENETAPAN HARGA GULA IMPOR DALAM UPAYAH
MENCEGAH PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK
SEHAT DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN PERKARA NOMOR: 08/KPPU-
I/2005)
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Untuk mencapai derajat S-1 pada
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh
ENDANG ANDRIANTI
D1A014092
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2018
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PERJANJIAN PENETAPAN HARGA GULA IMPOR DALAM UPAYA MENCEGAH
PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI
INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 08/KPPU-I/2005)
OLEH :
ENDANG ANDRIANTI
D1A014092
Menyetujui,
Pembimbing pertama,
Dr. H. Hirsanuddin, SH. M.Hum
NIP. 19621231 198803 1 011
ABSTRAK
JUDUL: “PERJANJIAN PENETAPAN HARGA GULA IMPOR DALAM UPAYA
MENCEGAH PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI
INDONESIA ( STUDI PUTUSAN PERKARA NOMOR: 08/KPPU-I/2005 )”.
Skripsi ini membahas tentang perjanjian penetepan harga gula impor dalam upaya
mencegah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia ( studi putusan
perkara nomor: 08/KPPU-I/2005), yang dilakukan oleh PT Surveyor Indonesia dan PT
Scofindo. Dugaan tersebut dperkuat dengan ditemukannya indikasi terjadinya pelanggaran
terhadap Pasal 15 ayat (1), Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa KPPU dalam Pemeriksaan Pendahuluan.
Berdasarkan Pemeriksaan Lanjutan oleh KPPU, dugaan terhadap pelanggaran Pasal 5 ayat
(1), Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a yang dilakukan oleh PT Surveyor Indonesia dan PT
Scofindo terbukti dan meyakinkan. Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan
Metode Normatif Yuridis dengan tujuan Menganalisa Putusan KPPU Nomor: 08/KPPU-
I/2005.
Kata Kunci : perjanjian penetapan harga, kegiatan monopoli, penguasaan pasar,
KPPU, putusan.
ABSTRACT
TITTLE: “PRICING DETERMINATION AGREEMENTS OF IMPORTS SUGAR IN AN
EFFORT TO PREVENT THE PRACTICE OF MONOPOLY AND COMPETITION OF
UNFAIRNESS BUSINESSES IN INDONESIA (THE STUDY OF CASE
VERDICT NUMBER : 08/KPPU-I/2005)
This thesis discusses the determination agreement the price fixing of imports
sugar in an effort to prevent the practice of monopoly and competition of unhealthy
businesses in Indonesia (study the verdict for case number: 08/KPPU-I/2005), conducted by
PT Surveyor Indonesia and PT Scofindo. These allegations with the discovery in indication of
the occurrence of a violation of Article 15 paragraph (1), article 17 and article 19 letter a of
law Number 5 of year 1999 conducted by the team of Examiners KPPU in the preliminary
examination. Based on examination of Advanced by KPPU, alleged against the breach of
article 5 paragraph (1), article 17 and article 19 letter a conducted by PT Surveyor
Indonesia and PT Scofindo proven and convincing. As for this thesis in the writing of authors
using Normative Juridical Methods with the aim of Analyzing the verdict Number:
08/KPPU-I/2005.
Keywords: pricing agreements, monopoly, market domination, KPPU, the verdict.
A. PENDAHULUAN
Pada umumnya, masyarakat menganggap penetapan harga adalah hal yang
sudah biasa terjadi dikalangan para pelaku usaha, mereka tumbuh dan berkembang
dengan praktik yang memang menjadi kebiasaan yang buruk disekitarnya. Jadi tidak
heran, ketika Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat disahkan pemerintah Republik
Indonesia. Jenis perjanjian ini sering terjadi dalam praktek kegiatan usaha, yang
ditentukan oleh pelaku usaha di bidang tertentu, dengan maksud mencari
keuntungan secara mudah, sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat. Idealnya harga suatu barang/jasa terbentuk melalui mekanisme pasar.
Harga melaui mekanisme pasar disini adalah harga barang/jasa yang terbentuk
bukan ditentukan oleh kesepakatan sesama pelaku usaha, tetapi terbentuk karna
kekuatan penawaran dan permintaan.
Seperti contoh perjanjian penetapan harga dalam putusan Nomor: 08/KPPU-
I/2005 tentang Penyediaan Jasa Survey Gula Impor oleh PT. Scofindo dan PT.
Surveyor Indonesia. Bahwa dalam putusan Komisi Persaingan Usaha Nomor:
08/KPPU-I/2005, menyatakan terlapor I PT Surveyor Indonesia dan terlapor II PT
Scofindo terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 ayat (1), Pasal 17,
dan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Komisi telah melakukan
monitoring terhadap terlapor I dan terlapor II berkitan dengan penerimaan jasa
verifikasi atau penelusuran teknis gula impor, dalam hal ini komisi memperoleh
fakta-fakta sebagai berikut :1
a. Bahwa kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
527/MPP/Kep/9/2004 tanggal 17 September 2004 tentang Ketentuan Impor
Gula (selanjutnya disebut SK Menperindag No. 527/2004) Juncto Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No:
594/MPP/Kep/9/2004 tanggal 23 September 2004 tentang Penunjukan Surveyor
sebagai Pelaksana Verifikasi atau Penelusuran Teknis Impor Gula (selanjutnya
disebut SK Menperindang No. 594/2004) yaitu terlapor I dan terlapor II,
berpotensi melanggar Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; yakni
larangan melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
b. Bahwa kerjasama operasi (selanjutnya disebut KSO) antara terlapor I dan
terlapor II dalam operasional pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis
impor gula berpotensi melanggar Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999; yakni perjanjian yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.
1Indonesia, Putusan KPPU Nomor: 08/KPPU-I/2005, Tertanggal 30 Desember 2005 perihal
Perkara dalam Pelanggaran pasal 5 ayat (1), pasal 17, dan pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 Perihal Penyediaan Barang Jasa Survey Gula Impor Oleh PT Sucofindo dan PT surveyor
indonesia.
c. Bahwa penetapan harga jasa verifikasi atau penelusuran teknis impor gula yang
dilakukan oleh terlapor I dan Terlapor II berpotensi melanggar Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999; yakni perjanjian penetapan harga barang dan atau
jasa.
d. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dalam Laporan Hasil
Monitoring Tanggal 18 Mei 2005, Tim monitoring merekomendasikan agar
Komisi melakukan pemeriksaan pendahuluan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan tentang larangan penetapan
harga dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (
Penetapan Harga ) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999?; 2. Bagaimana
bentuk perjanjian penetapan harga yang dilakukan terlapor I dan terlapor II,
sehingga dinyatakan secara sah melanggar Pasal 5 ayat(1), Pasal 17, dan Pasal
19 huruf a dalam putusan perkara Nomor 08/KPPU-I/2005 tentang Penyediaan
Jasa Survey Gula Impor oleh PT Scofindo dan PT Surveyor Indonesia ?.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: a. Untuk mengetahui
pengaturan penetapan harga dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan dalm Peraturan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Pasal 5 ( Penetapan Harga ) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. b. Untuk
mengetahui bentuk pelanggaran yang dilakukan terlapor I dan terlapor II
sehingga dinyatakan terbukti secara sah melanggar Pasal 5, Pasal 17, dan Pasal
19 huruf a dalam putusan perkara Nomor 08/KPPU-I/2005 tentang penyediaan
jasa survey gula impor oleh PT Scofindo dan PT Surveyor Indonesia. Manfaat
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis, untuk
menambah bahan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Bisnis terutama
mengenai hukum larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 dan menambah pustaka bagi siapa
saja khususnya mahasiswa/akademisi yang ingin mengetahui, mempelajari dan
menganalisa secara lebih mendalam mengenai praktek penetapan harga. b.
Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pelaku usaha, pemerintah, lembaga legislative dan steak holder lainnya untuk
dapat dijadikan pedoman atau penyempurnaan peraturan bidang bisnis
khususnya menyangkut larangan praktek monopoli dalam prespektif Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1999.
Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, yakni dilakukan berdasarkan
bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas
hukum serta Peraturan Perundang-Undangan yang berhubungan dengan
penelitian ini. Sumber dan Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Teknik dan alat pengumpulan data yaitu
dengan studi kepustakaan, media elektronik dan memadukan, mengumpulkan,
seta mempelajari buku-buku dan artikel yang berhubungan dengan judul
penelitian ini. Dan analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis
metode kualitatif.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Tentang Larangan Penetapan Harga dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat dan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga )
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Berbagai literatur tentang hukum persaingan usaha sering disinggung
mengenai rule of reason dan per se illegal tersebut. Dalam literatur tersebut rule
of reason dan per se illegal dibahas serba sedikit untuk memberikan pemahaman
perbandingan hukum persaingan usaha yang berlaku di Amerika. Bahwa kedua
prinsip tersebut merupakan pendekatan untuk menilai terhadap perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh Sherman Act, Clyton Act, Federal Trade
comission Act-Antitrust Law (Asril Sitompul, 1999; 9, Elyta Ryas Ginting,
2000; 28). Elyta Ryas Ginting (2001; 23) menjelaskan per se illegal merupakan
suatu perbuatan itu dengan sendirinya telah melanggar ketentuan yang diatur
jika perbuatan itu telah memenuhi rumusan dari Undang-Undang tanpa adanya
alasan pembenar dan menyinggung keberadaan rule of reason.
Susanti Adi Nugroho mendefinisikan pendekatan rule of reason adalah
suatu pendekatan yang menentukan meskipun suatu perbuatan telah memenuhi
rumusan Undang-Undang, namun jika ada alasan objektif yang dapat
membenarkan perbuatan tersebut, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu
pelanggaran. Artinya, penerapan hukumnya tergantung pada akibat yang
ditimbulkannya, apakah perbuatan itu telah menimbulkan praktik monopoli atau
persaingan usaha tidak sehat, karena titik beratnya adalah unsur materiel dari
perbuatannya.2
Di dalam Bab III Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 mengatur mengenai
perjanjian yang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu
perjanjian tertentu yang dianggap dapat menimbulkan monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat. Black’s Law Dictionary mendefinisikan perjanjian
sebagai “an agreement two or more persons which creates on obligation to do
or not to do a particular thing”.
Perjanjian penetapan harga merupakan perjanjian yang dilarang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-Undang melarang pelaku usaha untuk
membuat perjanjian tertentu dengan pelaku usaha pesaingnya. Larangan tersebut
merupakan larangan terhadap keabsahan objek perjanjian. Dengan demikian
berarti setiap perjanjian yang dibuat dengan objek perjanjian berupa hal-hal
dilarang oleh Undang-Undang adalah batal demi hukum, dan karenanya tidak
dapat dilaksanakan oleh para pelaku usaha yang menjadi subjek perjanjian
2 Susanti Adi Nugroho, Pengantar Hukum Persaingan Usaha di Indonesia,Puslitbang/Diklat
Mahkamah Agung, 2002, hlm, 28-29.
tersebut. Dalam Undang-Undang obyek perjanjian yang dilarang unutk dibuat
antara pelaku usaha
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Apabila diteliti
perumusan dari Pasal 5, 6, 7 dan 8 diatas yang termasuk dalam pengaturan
mengenai penetapan harga itu sendiri terdapat didalam Pasal 5 Undang-Undang
Anti monopoli bahwa yang dilarang dalam Pasal tersebut yaitu meliputi
perjanjian yang dibuat pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
Berdasarkan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 5 tentang Penetapan Harga
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, bahwa dalam kondisi persaingan,
penetapan harga merupakan konsekuensi dari penetapan jumlah produksi atau
output. Aturan pelarangan penetapan harga sendiri terdapat dalam Bab IV yakni
Larangan Penetapan Harga dan Contoh Kasus dalam Peraturan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 5
penetapan harga berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
B. Bentuk perjanjian penetapan harga yang dilakukan terlapor I dan terlapor
II dalam putusan perkara Nomor: 08/KPPU-I/2005 tentang penyediaan
Jasa Survey Gula Impor Oleh PT Scofindo Dan PT Surveyor Indonesia.
Dalam putusan perkara KPPU perkara dengan Nomor registrasi
08/KPPU-I/2005, komisi telah menerima laporan dari dua pelaku usaha,
yang dalam putusan tersebut selanjutnya disebut dengan para terlapor
mengenai adanya dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1), Pasal 17
dan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait
dengan Penyediaan Jasa Survey Gula Impor yang dilakukan oleh:3
1. PT Surveyor Indonesia (persero), yang beralamat kantor di Gedung
Adhi Graha Lantai 4-11, Jalan Jendral Gatot Subroto Kavling 56,
Jakarta 12950, selanjutnya disebut sebagai Terlapor I;
2. PT Superintending Company Of Indonesia (persero), yang beralamat
kantor di Graha Sucofindo, Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34,
Jakarta 12780, selanjutnya disebut Terlapor II.
Sebelum komisi menjatuhkan putusan, Majelis Komisi melakukan
musyawarah dalam siding majelis komisidan mempertimbangkan hal seperti
apakah dalam pemeriksaan, para terlapor menunjukkan sikap tindakan yang
kooperatif. bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
mendapat informasi, melakukan penilaian, serta telah mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa kewajiban pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis impor gula
telah menciptakan pasar baru yaitu pasar jasa verifikasi atau penelusuran
3Indonesia, Putusan KPPU Perkara Nomor: 08/KKPU-I/2005 Perihal Penyediaan Jasa Survey
Gula Impor
tehnis impor gula dalam wilayah Hukum Republik Indonesia. Dalam hal
ini, para importir gula adalah pengguna atau konsumen jasa tersebut,
sedangkan perusahaan survey atau surveyor adalah penjual jasa tersebut.
2. Bahwa pembentukan KSO yang dilakukan sebagaimana
dilakukan Terlapor I dan Terlapor II berpotensi menciptakan praktek monopoli
sebagaimana dilarang pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
3. Bahwa pada pembentukan KSO yang dilakukan Terlapor I
dan Terlapor II berpotensi menghalangi surveyor lain untuk
masuk dalam pasar jasa verifikasi atau penelusuran teknis
impor gula tersebut sebagaimana dilarang dalam Pasal 19
huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
4. Bahwa dalam penetapan harga yang dilakukan oleh KSO
merupakan bukti awal adanya penetapan harga sebagaimana
dilarang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999.
5. Bahwa dengan demikian terdapat indikasi kuat adanya
pelanggaran Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 dan Pasal 19 huruf a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
6. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
merekomendasikan pemeriksaan dilanjutkan ke tahap
Pemeriksaan Lanjutan (vide A12).
Berdasarkan SK Memperindang No. 594/2004 terlapor I dan
terlapor II tidak diberikan wewenang atau dasar hukum untuk
membentuk KSO, serta fakta yang diuraikan dalam butir 1.6
putusan perkara Nomor: 08/KPPU-I/2005 terlapor I dan terlapor
II yang ditunjuk sebagai surveyor pelaksana verifikasi atau
penelusuran teknis impor gula tidak menawarkan surveyor fee
masing-masing. Tetapi justru membentuk KSO dengan
menawarkan surveyor fee hasil kesepakatan terlapor I dan
terlapor II kepada para importir gula. Surveyor fee itu sendiri
adalah harga yang harus dibayar oleh para importir gula atas yang
dilakukan oleh KSO. Secara tidak langsung terbentuknya KSO
telah mengakibatkan terjadinya pemusatan kekuatan dan
penguasaan penyediaan jasa verifikasi impor gula, dan oleh
karenanya meniadakan persaingan dalam penyediaan jasa
verifikasi atau penelusuran teknis impor gula. Terlapor I dan
terlapor II membentuk KSO dan membuat kesepakatan dengan
SGS Geneva yang memuat ketentuan pelaksanaan verifikasi atau
penelusuran teknis impor gula di Negara asal barang dilakukan
SGS Geneva dan atau ditunjuk oleh SGS Geneva.
C. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat di simpulkan
di bawah: 1. Pengaturan tentang larangan penetapan harga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang melarang
pelaku usaha untuk membuat perjanjian tertentu dengan pelaku usaha
lainnya. Akan tetapi untuk pengaturan penetapan harga sendiri terdapat
dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yakni pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya dalam
menetapkan harga barang dan atau jasa yang harus dibayar konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama dan Bab IV
Peraturan Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Penetapan Harga sebagai Pedoman Pelaksanaan Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999. 2. Bentuk perjanjian penetapan harga dari para
Terlapor, yakni Terlapor I: PT Surveyor Indonesia, Terlapor II: PT
Superintending Company Of Indonesia (PT Scofindo) adalah Terlapor I
dan Terlapor II membentuk KSO. Mengadakan pertemuan sebanyak 4
kali antara KSO dan para importir gula. Dalam pertemuan tersebut
Terlapor I dan Terlapor II telah menetapkan surveyor fee secara sepihak
yang harus dibayar oleh para importir gula sebagai imbalan atas jasa
verifikasi atau penelusuran teknis impor gula yang dilakukan Terlapor I
dan Terlapor II melalui KSO yang dalam hal ini melanggar ketentuan
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penyusun akan menyampaikan saran
sebagai berikut: 1. Untuk menyalesaikan masalah Perjanjian Penetapan
Harga Untuk Mencegah Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat di Indonesia (Studi Putusan Perkara Nomor:
08/KPPU-I/2005) akan sangat baik mengacu pada dua peraturan yakni
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 5.
2. Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri Perindustrian dan
Perdagangan dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam
melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat secara tepat. Kemudian kedua lembaga ini
harus bekerjasama secaraaktif untuk meminimalisir praktek monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat sehingga mencapai hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Andi Fahmi Lubis et,all., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Jakarta
Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, Definision Of the Terms and Phrares
Of American and English Jurisprudence, Ancient and Modern, St. Paul,
Minnesota, West Publishing Co., 1990.
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta,
B. Putusan dan Peraturan
Indonesia, Putusan KPPU Nomor: 08/KPPU-I/2005, Tertanggal 30 Desember 2005
perihal Perkara dalam Pelanggaran pasal 5 ayat (1), pasal 17, dan pasal 19
huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Perihal Penyediaan Barang Jasa
Survey Gula Impor Oleh PT Sucofindo dan PT surveyor indonesia.
Indonesia, Undang-Undang Tetang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat No. 5 Tahun 1999, Pasal 35, LN No. 33, TLN No. 3817.