jurnal ilmiah implementasi penataan toko swalayan … · implementasi penataan toko swalayan di...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
IMPLEMENTASI PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA
MATARAM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA
MATARAM NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PASAR RAKYAT,
PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
SURYANINGTYAS PUTRI
D1A015256
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
Halaman Pengesahan Pembimbing
IMPLEMENTASI PENATAAN TOKO SWALAYAN
DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
KOTA MATARAM NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN
Oleh :
SURYANINGTYAS PUTRI
D1A015256
Menyetujui,
Pembimbing Pertama
IMPLEMENTASI PENATAAN TOKO SWALAYAN
DI KOTA MATARAM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH
KOTA MATARAM NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG
PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN
SURYANINGTYAS PUTRI
NIM D1A015256
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai implementasi pengaturan penataan toko swalayan oleh Pemerintah Kota
Mataram berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2015, yang merupakan penelitian
empiris dengan pendekatan kepustakaan dan pendekatan lapangan. Hasil
penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pengaturan penataan toko
swalayan oleh Pemerintah Kota Mataram didasarkan pada Peraturan Daerah Kota
Mataram Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Swalayan. Maksud pengaturan toko swalayan dalam Peraturan Daerah ini
adalah penataan toko swalayan yang meliputi pemberian izin, pengawasan dan
pengendalian toko swalayan. Tujuan penataan toko swalayan adalah untuk
menjamin keseimbangan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah di Kota
Mataram. Kondisi yang terjadi di lapangan, menggambarkan kurang optimalnya
penataan toko swalayan di Kota Mataram sebagaimana diamanatkan oleh Perda.
Kata Kunci : Toko Swalayan, Penataan, Implementasi
IMPLEMENTATION OF THE SUPERMARKET ARRANGEMENT BY
THE MATARAM CITY GOVERNMENT IS BASED ON THE CITY OF
MATARAM REGIONAL REGULATION NUMBER 9 OF 2015
CO CE G EO E’ ET O G CE TE
SUPERMARKETS
ABSTRACT
This study aims to provide an understanding to the public regarding the
implementation of a supermarket arrangement by the Mataram City Government
based on Perda No. 9 of 2015, which is an empirical study with a library
approach and a field approach. The results of the research and discussion show
that the arrangement of the supermarket arrangement by the Mataram City
Government is based on the City of Mataram Regional Regulation Number 9 of
2015 concerning People's Markets, Shopping Centers and Supermarkets. The
purpose of setting up supermarkets in this Regional Regulation is the
arrangement of supermarkets which include licensing, supervision and control of
supermarkets. The purpose of structuring a supermarket is to ensure the balance
of the growth of micro, small and medium enterprises in the city of Mataram. Conditions that occur in the field, illustrate the lack of optimal arrangement of
supermarkets in the city of Mataram as mandated by the Regional Regulation.
Keyword : Supermarket, Arrangement, Implementation
i
I. PENDAHULUAN
Penerapan prinsip otonomi seluas-luasnya, mengandung makna daerah
diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di
luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam pelaksanaan otonomi tersebut,
daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah sebagai
daerah otonom, mempunyai wewenang yang luas untuk melakukan berbagai
aktivitas yang berkenaan dengan kebutuhan masyarakat di daerah, sebagai upaya
untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Kehadiran suatu PERDA merupakan perwujudan dari urusan otonomi
daerah sebagaimana halnya Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 9 Tahun
2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan yang
bertujuan untuk mewujudkan suatu tatanan dan keteraturan mengenai penempatan
aktivitas dunia usaha dalam klaster tertentu. Kebijakan pembangunan dan
perizinannya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing para
pedagang, baik dengan skala modal besar maupun skala modal kecil yang
berdampak pada pertumbuhan jumlah pelaku bisnis eceran baik pada pusat
perbelanjaan dan toko swalayan.
Selain itu, keberadaan Toko Swalayan merupakan upaya membuka
kesempatan (hak) bagi masyarakat dalam berusaha di sektor perdagangan untuk
melaksanakan usaha tertentu guna meningkatkan perekonomian dan pendapatan
masyarakat di Kota Mataram. Melalui penerapan kebijakan pembangunan dan
ii
perizinan pendirian untuk usaha Toko Swalayan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan daya saing para pedagang dan pelaku usaha, baik
dengan skala modal besar maupun skala modal kecil yang berdampak pada
pertumbuhan jumlah pelaku usaha pada Toko Swalayan terutama yang dikelola
oleh sektor swasta.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana
implementasi pengaturan pentaan toko swalayan oleh Pemerintah Kota Mataram
berdasarkan Perda No. 9 tahun 2015 serta permasalahan yang dihadapi dihadapi
dalam penataan toko swalayan dan upaya penyelesaiannya. Tujuan dan manfaat
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai
implementasi pengaturan penataan toko swalayan oleh Pemerintah Kota Mataram
berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2015 dan untuk mengetahui tentang permasalahan
yang dihadapi dalam penataan toko swalayan dan upaya penyelesaiannya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, dengan metode pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kepustakaan (Library Approach) dan
pendekatan lapangan (Field Approach). Sedangkan jenis dan sumber bahan
hukum data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Adapun
analisis data dan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif.
iii
II. PEMBAHASAN
1. Implementasi Penataan Toko Swalayan Oleh Pemerintah Kota Mataram
berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2015
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian
otonomi luas kepada daerah, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah sesungguhnya adalah memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di samping itu,
penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Sebagai wujud kewenangan Pemerintah Kota Mataram dalam penataan
toko swalayan, maka Pemerintah Kabupaten Kota mengeluarkan Peraturan
Daerah Kota Mataram Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Swalayan. Perda ini dimaksudkan untuk menjamin
keseimbangan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah di Kota
Mataram.
iv
Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pasar
Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan dikeluarkan untuk
menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-
DAG/PER/l2/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan daerah ini secara umum mengatur mengenai penataan toko
swalayan yang meliputi pemberian izin, pengawasan dan pengendalian toko
swalayan di Kota Mataram.
Dalam pelaksanaan suatu Perda membutuhkan setidaknya tiga
tingkatan institusi yang saling terkait. Broomley1, membagi tiga tingkatan
tersebut antara lain tingkat penyusunan kebijakan (policy level), tingkat
organisasi (organizational level) dan tingkat operasional (operational level).
Pada tingkatan kebijakan, pernyataan umum dibahas dan diformulasikan
oleh lembaga legislatif. Pada tingkat organisasi, kekuasaan dipegang oleh
lembaga eksekutif dan selanjutnya pada tingkatan operasional merupakan
tingkat teknis dalam operasionalisasi suatu kebijakan. Dalam tingkat
operasional biasanya tergabung dalam instansi atau lembaga formal yang
ditunjuk sesuai fungsi dan tugas masing-masing. Disinilah tujuan atau
1R.N. Dwidjowijoto, Public Policy, (Jakarta: Efek Media Komputindo, 2008), hal. 45.
v
outcome yang diharapkan dari suatu kebijakan berperan penting karena
bersentuhan langsung dengan target groups.2
Keberadaan toko swalayan di Kota memberikan alternatif baru bagi
masyarakat untuk berbelanja. Tempat yang strategis, dekat dengan
penduduk sekitar serta kemudahan transportasi membuat toko swalayan
cepat dikenal oleh masyarakat Kota Mataram. Diketahui jumlah toko
swalayan di Kota Mataram sampai awal tahun 2019 jumlahnya sekitar 218
buah. Toko swalayan-toko swalayan tersebut tersebar di enam kecamatan di
Kota Mataram, yakni Kecamatan Mataram, Kecamatan Ampenan,
Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan Selaparang dan
Kecamatan Sandubaya.
2Ibid.
vi
Tabel 1
Jumlah Toko Swalayan di Kota Mataram
No
.
Nama
Toko
Jumla
h Matara
m
Cakraneg
ara
Ampen
an
Sekarbe
la
Selapara
ng
Sanduba
ya
1. Alfamart 12 11 9 9 9 10 60
2. Indomar
et 10 10 8 11 8 8 55
3. Mini
Mart 2 1 - - 1 1 5
4. J Mart 2 1 1 1 2 1 8
5. Niaga 1 1 - - 1 - 3
6. Giant 1 - - - - - 1
7. Hero - 1 - - - - 1
8. Carrefou
r - 1 - - - - 1
9. Hyperm
art 1 - - - - - 1
10
. MGM - 1 - - - - 1
11
. Ruby - 1 - - - - 1
12
.
Dan lain
sebagain
ya
14 17 13 12 10 13 79
Total 43 45 33 33 31 33 218
Sumber data : Dinas Perdagangan Kota Mataram
Keberadaan toko swalayan yang telah menjamur di sejumlah
wilayah seperti halnya di Kota Mataram, menunjukkan dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya menunjukkan kemajuan sistem perdagangan dari
tradisional ke modern, akan tetapi jika dilihat dari dampak negatif sistem
perdagangan tersebut membuat para pedagang tradisional lemah dalam
persaingan bisnis. Selain nyaman, barang-barang yang dijual di Toko
Swalayan relatif lebih murah dan pelayanan yang lebih baik dari pasar
tradisional. Perbedaan mendasar antara toko tradisional dengan Toko
Swalayan ada dalam pelayanan, bentuk gerai, dan tingkat kenyamanan. Oleh
vii
sebab itu, Toko Swalayan haruslah menyediakan produk dalam berbagai
jenis, merek, dan ukuran.
Dengan tersedianya keanekaragaman produk dan jasa yang
dibutuhkan dan diinginkan konsumen, maka dapat meningkatkan volume
penjualan. Meningkatnya jumlah pasar modern di Kota Mataram memicu
masyarakat berbelanja di pasar modern, karena alasan praktis, bersih dan
efisien, maupun karena alasan gengsi dan gaya hidup. Sebuah Toko
Swalayan haruslah menjual segala macam barang yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari, namun tidaklah selengkap sebuah supermarket. Toko
Swalayan hanya menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil
sendiri barang apa saja yang dibutuhkan. Jadi, konsep usaha Toko Swalayan
ini pada intinya murah, cepat, nyaman dan aman, sehingga konsumen tidak
perlu berpikir untuk masuk dan berbelanja di Toko Swalayan, karena sudah
pasti mendapatkan pelayanan yang baik, juga kenyamanan dalam
berbelanja.3
Pemerintah Kota Mataram mempunyai kewenangan dalam
penataan Toko Swalayan berdasarkan beberapa peraturan perundang-
undangan, yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
3Terri Loki, “Konsep Toko Swalayan yang Berkembang Sekarang Ini”, http://forum.liputan6.com.,
diakses tanggal 12 Januari 2019.
viii
2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan di Kota
Mataram.
Penataan Toko Swalayan di Kota Mataram dalam Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Swalayan di Kota Mataram ialah untuk terjaminnya keseimbangan
pertumbuhannya dengan pasar tradisional dan usaha mikro kecil dan
menengah, sehingga dapat mencegah praktik usaha yang tidak sehat. Pada
kenyataannya, keberlangsungan pasar tradisional di Kota Mataram, semakin
hari semakin berada pada ambang gulung tikar. Pernyataan tersebut sangat
beralasan melihat fenomena saat ini, dimana pendirian pusat perbelanjaan
dan pasar modern berada dekat dengan keberadaan pasar tradisional,
sehingga Pemerintah Kota Mataram dalam melakukan tanggung jawabnya,
dalam melindungi pasar tradisional harus didukung oleh suatu aturan yang
mengikat setiap masyarakat agar patuh.
Berdasarkan hasil pengamatan penyusun, beberapa ketentuan
tersebut pada pelaksanaannya masih dilanggar oleh penyelenggara Toko
Swalayan di Kota Mataram. Beberapa ketentuan yang dilanggar, antara lain
:
1. Masih ada penyelenggara kegiatan usaha Toko Swalayan yang tidak
memiliki izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk;
2. Pendirian dan/atau pengusahaan Toko Swalayan tidak
mempertimbangkan keberadaan pasar tradisional dan usaha kecil yang
ix
telah ada sebelumnya, dimana masih adanya Toko Swalayan yang
berdekatan dengan pasar tradisional dan Toko Swalayan lainnya;
3. Pada umumnya Toko Swalayan tidak melaksanakan kemitraan dengan
usaha mikro dan usaha kecil dalam bentuk kerjasama pemasaran, dimana
barang-barang yang dijual di Toko Swalayan rata-rata merupakan hasil
produksi dari perusahaan besar sebagai mitra Toko Swalayan;
4. Masih ada Toko Swalayan yang berada di permukiman penduduk;
5. Adanya Toko Swalayan yang berada di persimpangan jalan, belokan dan
jembatan;
6. Banyaknya Toko Swalayan yang menggunakan tenaga kerja bukan dari
warga sekitar lingkungan Toko Swalayan;
7. Adanya Toko Swalayan yang buka selama 24 jam;
8. Masih ada Toko Swalayan yang menjual barang yang sudah
kadaluwarsa;
9. Masih ada Toko Swalayan yang menyediakan tempat makan dan minum,
bahkan menyediakan makanan olahan.
Melihat fenomena yang terjadi di lapangan, dimana pusat
perbelanjaan dan toko modern yang hampir mengisi sudut-sudut Kota
Mataram, menurut penyusun, hal tersebut terjadi karena para SKPD yang
terlibat dalam pemberian izin pembangunan pasar dan toko modern tidak
mengetahui konsep yang terkandung dalam Peraturan Daerah Kota
Mataram Nomor 9 Tahun 2015 Tahun 2015 tentang Pasar Rakyat, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Swalayan yang merupakan payung hukum utama
x
dalam memberikan izin kepada pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan
toko modern untuk berdiri.
Menurut penyusun, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, para
SKPD yang bertugas dalam keluarnya izin pembangunan pusat Toko
Swalayan hanya bekerja menurut aturan dinas masing-masing, sehingga
bisa dilihat bahwa saat ini izin pendirian Toko Swalayan sangat mudah
prosesnya.
Ketidakpahaman dari lembaga formal dalam menjalankan konsep
dari Perda membuat aturan tersebut hanya menjadi aturan belaka.
Kepatuhan dan daya tanggap yang kurang, semakin diperparah dengan
karakteristik pemerintah yang lebih berpihak ke arah developmentalism
dan modernisasi. Ukuran kemajuan suatu kota diukur dari seberapa banyak
pembangunan yang bersimbolkan modernitas berlangsung. Pemerintah
dengan obsesinya menjadikan Kota Mataram sebagai kota termaju di
Indonesia direspon positif oleh pengusaha dengan membangun setiap
jengkal kota dengan pasar modern. Keberpihakan pemerintah daerah yang
tidak berimbang kepada pasar tradisional menyebabkan konsep Perda
hanya menjadi aturan formal belaka yang tidak dijalankan.
2. Permasalahan yang dihadapi dalam penataan toko swalayan di Kota Mataram
dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut
Permasalahan yang dihadapi dalam penataan toko swalayan di Kota
Mataram, yaitu permasalahan dari aspek regulasi, permasalahan dari aspek
xi
pelaksanaan, pelaku usaha yang kurang kooperatif, kurangnya koordinasi dari
instansi yang melakukan pengawasan, dan lemahnya penegakan hukum.
Upaya penyelesaian dengan adanya permasalahan terhadap penataan
toko swalayan di Kota Mataram, meliputi dibuat peraturan daerah yang
khusus mengatur tentang bentuk pengawasan dan pengendalian yang jelas,
sehingga dapat menjadi pedoman bagi SKPD yang melakukan pengawasan,
meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan pembinaan dan pengawasan
yang dilakukan oleh SKPD terkait, harus ditumbuhkan kesadaran dari pihak
pengelola, bahwa pemerintah mempunyai kewenangan untuk melakukan
penataan dan pembinaan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha,
pemerintah daerah harus membentuk tim koordinasi yang anggotanya terdiri
dari beberapa SKPD dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perdagangan, tata bangunan, tata ruang, perizinan, dan ketertiban, dan
pemerintah daerah harus lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada
penyelenggara toko swalayan.
xii
III. PENUTUP
1. Implementasi penataan toko swalayan oleh Pemerintah Kota Mataram
didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 9 Tahun 2015
tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan. Maksud
pengaturan toko swalayan dalam Peraturan Daerah ini adalah penataan toko
swalayan yang meliputi pemberian izin, pengawasan dan pengendalian toko
swalayan. Tujuan penataan toko swalayan adalah untuk menjamin
keseimbangan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah di Kota
Mataram. Kondisi yang terjadi di lapangan, menggambarkan kurang
optimalnya penataan toko swalayan di Kota Mataram sebagaimana
diamanatkan oleh Perda;
2. Permasalahan yang dihadapi dalam penataan toko swalayan di Kota Mataram,
yaitu permasalahan dari aspek regulasi, permasalahan dari aspek pelaksanaan,
pelaku usaha yang kurang kooperatif, kurangnya koordinasi dari instansi yang
melakukan pengawasan, dan lemahnya penegakan hukum. Upaya
penyelesaian dengan adanya permasalahan terhadap penataan toko swalayan
di Kota Mataram, meliputi dibuat peraturan daerah yang khusus mengatur
tentang bentuk pengawasan dan pengendalian yang jelas, sehingga dapat
menjadi pedoman bagi SKPD yang melakukan pengawasan, meningkatkan
dan mengoptimalkan kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
oleh SKPD terkait, harus ditumbuhkan kesadaran dari pihak pengelola, bahwa
pemerintah mempunyai kewenangan untuk melakukan penataan dan
pembinaan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha, pemerintah
xiii
daerah harus membentuk tim koordinasi yang anggotanya terdiri dari
beberapa SKPD dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perdagangan, tata bangunan, tata ruang, perizinan, dan ketertiban, dan
pemerintah daerah harus lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada
penyelenggara toko swalayan.
DARTAR PUSTAKA
Buku
Dwidjowijoto, R.N. Public Policy. Jakarta: Efek Media Komputindo, 2008.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
_______. Undang-Undang tentang Penataan Ruang. UU Nomor 26 Tahun 2007.
_______. Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. UU Nomor 23
Tahun 2014.
_______. Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. UU No. 9
Tahun 2015.
_______. Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. PP Nomor 38 Tahun 2007.
_______. Peraturan Presiden tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Perpres Nomor 112 Tahun 2007.
_______. Peraturan Daerah Kota Mataram tentang Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan di Kota Mataram. Perda Nomor 9 Tahun 2015.
Internet
http://forum.liputan6.com/konsep-toko-swalayan-yang-berkembang-sekarang-
ini.html