jurnal hukum diskriminasi gender terhadap … filetingginya kompleksitas yang terjalin di antara...

11
JURNAL HUKUM DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PESERTA DIDIK PEREMPUAN YANG HAMIL PESERTA DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Diajukan oleh: Destya Nanda Murnalungito N P M : 120511028 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan Pidana dan Hukum Kesejahteraan Sosial UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

Upload: trinhdieu

Post on 01-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL HUKUM

DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PESERTA DIDIKPEREMPUAN YANG HAMIL PESERTA DI JENJANG

PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Diajukan oleh:

Destya Nanda Murnalungito

N P M : 120511028

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan Pidana dan Hukum

Kesejahteraan Sosial

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

2016

1

1. PENDAHULUANDalam perkembangan dinamika

kehidupan masyarakat dan semakintingginya kompleksitas yang terjalin diantara mereka, terutama di bidangpendidikan, sangat perlu diikuti denganberbagai aturan hukum yang menjamin,melindungi dan menjaga ketertibandalam relasi tersebut. Rumitnya aturanhukum yang berlaku, membuat aturanhukum tersebut tidak mudah dipahamioleh masyarakat.

Banyak terjadi permasalahanhukum yang menyangkut permasalahanhak asasi manusia yang terjadi dalamdunia pendidikan Indonesia.

1 Mufidah Ch, 2010, Bingkai Sosial Gender:Islam, Strukturasi dan Konstruksi Sosial, UINMaliki Press, Malang, hlm. 5.

Permasalahan hak asasi manusia yangterjadi khususnya mengenaidiskriminasi gender. Gender adalahpembedaan peran, fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-lakiyang dihasilkan dari konstruksi sosialbudaya dan dapat berubah sesuaidengan perkembangan zaman.1 Gendermerupakan perbedaan jenis kelaminyang bukan disebabkan oleh perbedaanbiologis dan bukan kodrat Tuhan,melainkan diciptakan baik oleh laki-lakimaupun perempuan melalui prosessosial budaya yang panjang.2

Pembedaan peran, fungsi dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan dalam

2 Mansour Fakih, 1997, Analisis gender danTransformasi Sosial, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, hlm.8.

DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PESERTA DIDIK PEREMPUANYANG HAMIL PESERTA DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH

MENENGAH ATAS

Destya Nanda Murnalungito

Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakartaemail: [email protected]

Abstract

Gender discrimination that occurs on the learners the woman, who wasimpregnated by a male learner in senior high school, basically not allowed or prohibitedby any reason, which leads to loss of the right to access education by learners of women.Actually, the education rights protected in article 31 paragraph (1) of the Constitution ofthe Republic of Indonesia that is every citizen is entitled to education.

The type of research that is done is the normatif legal research i.e. Research whichfocuses on positive form of legal norms and regulations. Types of data used include primarylaw, secondary legal materials and legal materials tertiary.

In this case, will discuss about gender discrimination for female learners whichexpelled from the school because it was impregnated by male students, in senior highschool, which in terms of the existence of a distinction between the right to education bygender men and women.

Keywords: Gender discrimination, female learners, impregnated, male learners, theeducation rights.

2

konteks sosial ini pada dasarnya tidakdipermasalahkan, namun ketikadicermati lebih dalam dapat menjadipenyebab munculnya diskriminasigender, yakni salah satu jenis kelaminterabaikan hak dasarnya, tertinggal danmengalami masalah ketidakadilan.3

Diskriminasi dalam bidang gendermasih banyak terjadi dalam duniapendidikan di Indonesia. Peran dalamkehidupan laki-laki yang ditinggikandari pada peran perempuan menjadiakar permasalahannya. Sebenarnyadalam kehidupan yang sadar akanhukum, laki-laki dan perempuan sudahmulai mempunyai kesadaran terhadapkeadilan hukum. Sejak disahkanUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1984tentang Pengesahan KonvensiMengenai Penghapusan Segala BentukDiskriminasi Terhadap Wanita,merupakan sikap Indonesia yangdinyatakan melalui penandatangananterhadap konvensi tersebut pada tanggal18 Desember 1979 untuk menyetujuisebagai perwujudan keinginanIndonesia untuk ikut berpartisipasidalam usaha-usaha internasional, untukmenghapus segala bentuk diskriminasiterhadap wanita, karena sesuai dengandasar negara Republik Indonesia yaituPancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia 1945 dalamPasal 27 ayat (1) tentang persamaankedudukan bagi setiap warga negaradidepan hukum (Equality Before TheLaw).

Penjelasan umum Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, bahwapendidikan merupakan bentuk usahaagar manusia dapat mengembangkanpotensi dirinya melalui prosespembelajaran, karena dalam Undang-

3 Mufidah Ch, Loc. Cit.

Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Pasat 31 ayat (1) bahwasetiap warga negara berhak mendapatpendidikan dan ayat (3) menegaskanbahwa Pemerintah menyelenggarakansatu sistem pendidikan nasional dalamrangka mencerdaskan kehidupanbangsa yang merupakan salah satu daritujuan negara.

Gerakan reformasi di Indonesiasecara umum menuntut diterapkannyaprinsip demokrasi, desentralisasi,keadilan dan menjunjung tinggi hakasasi manusia dalam kehidupanberbangsa dan bernegara. Dalamhubungannya dengan pendidikan,prinsip-prinsip tersebut memberikantuntutan untuk melakukan perubahantentang sistem pendidikan nasional.Prinsip penyelenggaraan pendidikannasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, Pasal 4ayat (1) bahwa penyelenggaraanpendidikan dilakukan secarademokratis dan berkeadilan serta tidakdiskriminatif dengan menjunjung tinggihak asasi manusia, nilai keagamaan,nilai kultural dan kemajemukan bangsa.Pasal ini memberikan landasan yangkuat bagi penyelenggaraan pendidikanyang jauh dari upaya praktikdiskriminasi gender yang berbasis padahak asasi manusia. Pasal ini merujukpada Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal60 ayat (1) bahwa dalam rangkapengembangan pribadinya sesuai minat,bakat dan tingkat kecerdasannya, setiapanak berhak mendapatkan pendidikandan pengajaran.

Pelaksanaan dari upayapencegahan praktik diskriminasi genderdalam sistem pendidikan nasional ini,

3

merupakan suatu kewajiban bagiseluruh lapisan masyarakat dan jugaterutama oleh negara. Tugas negaradalam upaya pencegahan praktikdiskriminasi gender dalam sistempendidikan nasional ini, memiliki tigatugas yaitu: melindungi (to protect),memenuhi (to fulfill), dan memajukan(to promote).4 Ketiga hal tersebutmerupakan bukan konsekuensi yangberurutan, namun harus dilakukanbersama-sama, karena dihadapkan padakebutuhan perlindungan, tetapi yanglainnya mungkin hadapkan padakebutuhan untuk pemenuhan ataubahkan memajukan yang berlaku bagisemua warga negara baik laki-lakimaupun perempuan.

Pendidikan di Indonesia terbagidalam beberapa jenjang pendidikan,seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, dalamPasal 14 diatur jenjang pendidikanformal terdiri atas pendidikan dasar,terdiri atas Sekolah Dasar danMadrasah Ibtidaiah beserta SekolahMenengah Pertama dan MadrasahSanawiah. Pendidikan menegah terdiriatas Sekolah Menengah Atas, MadrasahAliyah, Sekolah Menengah Kejuruandan Madrasah Aliyah Kejuruan.Pendidikan tinggi terdiri ataspendidikan diploma, sarjana, magister,dan doktor yang diselenggarakan olehperguruan tinggi.

Praktik diskriminasi gender yangsering menjadi sorotan, yaitu

4 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, JurnalHam Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,Jurnal HAM Vol. 8 Tahun 2012, KomisiNasional Hak Asasi Manusia, Jakarta Pusat,hlm. 39.http://en.komnasham.go.id/sites/default/files/dokumen/JURNAL%20HAM%202012.pdf,diakses 4 September 2016.

banyaknya peserta didik perempuan dijenjang pendidikan sekolah menengahatas yang putus sekolah akibat adanyakehamilan di luar nikah. Proseskehamilan tersebut dapat terjadi karenaadanya unsur ancaman atau paksaandan suka-sama suka dengan sesamapeserta didik yang berjenis kelaminlaki-laki. Dinas Kesehatan DaerahIstimewa Yogyakarta mencatat, selama2015, sebanyak 1.078 peserta didikperempuan Sekolah Menengah Pertamadan Sekolah Menengah Atas yangmelahirkan. Sebanyak 976 kasus diantaranya hamil di luar nikah. Kasuspelajar yang hamil di luar nikah itumerata di empat kabupaten dan satukota madya di Daerah IstimewaYogyakarta. Daerah dengan jumlahpeserta didik perempuan hamil di luarnikah terbanyak adalah KabupatenBantul yakni 276 kasus, KotaYogyakarta sebanyak 228 kasus,Kabupaten Sleman terjadi 219 kasus,Kabupaten Gunung Kidul 148 kasus,dan Kabupaten Kulon Progo 105kasus.5

Data tentang kehamilan di luarnikah oleh peserta didik perempuantersebut, memungkinkan adanya upayapraktik diskriminasi gender, mulai daripeserta didik perempuan yang hamil diluar nikah tidak dapat mengikuti ujiannasional dan bahkan dikeluarkan darisekolah, sedangkan peserta didik laki-laki yang menghamili masih tetap dapatmelanjutkan sekolah.

5 Kresna, 2016, Dalam Setahun, 976 PelajarYogyakarta Hamil Di Luar Nikah,http://www.merdeka.com/peristiwa/dalam-setahun-976-pelajar-yogyakarta-hamil-di-luarnikah.html, diakses 1 September 2016.

4

Program penghapusandiskriminasi gender di bidangpendidikan masih belum dapatdilaksanakan dengan baik dan menjadisuatu fenomena gunung es yang tidakdapat diselesaikan. Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah penulisjelaskan, maka penulis tertarik untukmeneliti Diskriminasi Gender TerhadapPeserta Didik Perempuan yangDihamili Oleh Peserta Didik Laki-LakiYang Sedang Menempuh JenjangPendidikan Sekolah Menengah Atas.

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui diskriminasi genderterhadap peserta didik perempuan yangdihamili oleh peserta didik laki-lakiyang sedang menempuh jenjangpendidikan sekolah menengah atas.

Diskriminasi adalah perlakuanyang tidak seimbang terhadapperorangan, atau kelompok,berdasarkan sesuatu, biasanya bersifatkategorial, atau atribut-atribut khas,seperti berdasarkan ras,kesukubangsaan, agama, ataukeanggotaan kelas-kelas sosial. Istilahtersebut biasanya untuk melukiskan,suatu tindakan dari pihak mayoritasyang dominan dalam hubungannyadengan minoritas yang lemah, sehinggadapat dikatakan bahwa perilaku merekaitu bersifat tidak bermoral dan tidakdemokratis.6

Doob dalam Liliweri menjelaskanpengertian diskriminasi yaitumerupakan perilaku yang ditujukanuntuk mencegah suatu kelompok, atau

6Fulthoni dkk, 2009, Buku Saku untukKebebasan Beragama MemahamiDiskriminasi, The Indonesian Legal ResourceCenter (ILRC), Jakarta Selatan, hlm. 37Alo Liliweri, 2005, Prasangka Dan KonflikKomunikasi Lintas Buaya MasyarakatMultikultur, LKis Yogyakarta, Yogyakarta,hlm. 218.

membatasi kelompok lain yangberusaha mendapatkan atau memilikisumber daya. Secara teoristis,diskriminasi dapat dilakukan melaluikebijakan untuk mengurangi,memusnahkan, menaklukkan,memindahkan, melindungi secara legalmengurangi, memusnahkan,menaklukkan, memindahkan,melindungi secara legal, menciptakanpluralisme budaya dan mengasimilasikelompok lain.7

Undang-Undang Nomor 39Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia pada Pasal 1 angka 3,terdapat pengertian diskriminasiyaitu setiap pembatasan, pelecehan,atau pengecualian yang langsungataupun tidak langsung didasarkanpada pembedaan manusia atas dasaragama, suku, ras, etnik, kelompok,golongan, status sosial, statusekonomi, jenis kelamin, bahasa,keyakinan politik, yang berakibat,pengurangan, penyimpangan ataupenghapusan, pengakuan,pelaksanaan atau penggunaan hakasasi manusia dan kebebasan dasardalam kehidupan baik individualmaupun kolektif dalam bidangpolitik, ekonomi, hukum, sosial,budaya, dan aspek kehidupanlainnya.8

Anne Oakley merupakanpencetus pertama, dalampenggunaan kata gender dalam

8 Undang-Undang Negara Republik IndonesiaNomor 39 Tahun 1999 tentang Hak AsasiManusia,http://www.komisiyudisial.go.id/downlot.php?file=UU%20No%2039%20Thn%201999%20HAM.pdf, diakses 4 September 2016.

5

feminisme. Ia berusaha mengajakwarga dunia memahami bahwasesungguhnya ada dua istilah yangserupa tapi tidak sama, yaitu sex dangender Kata gender berasal daribahasa Inggris yang berarti jeniskelamin.9

Ketidakadilan dan diskriminasigender adalah kondisi kesenjangandan ketimpangan atau tidak adil darisistem dan struktur sosial dimanabaik perempuan maupun laki-lakimenjadi korban dari sistem tersebut.Ketidakadilan gender karena adanyakeyakinan dan pembenaran yangditanamkan sepanjang peradabanmanusia dalam berbagai bentukyang bukan hanya menimpaperempuan saja tapi juga dialamioleh laki-laki. Secara agregatketidakadilan gender dalamberbagai kehidupan ini lebih banyakdialami oleh perempuan, namunketidakadilan gender itu berdampakpula terhadap Iaki-Iaki.10

Pengertian dari diskriminasigender menurut CambridgeDictionary adalah situasi seseorangdianggap kurang baik karena jeniskelamin mereka, biasanya ketikaseorang wanita diperlakukan kurangbaik daripada laki-laki.11 Reeves danSally Baden juga memberikanpengertian tentang diskriminasigender yaitu: perlakuan sistematis,

9 John M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983,Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta,hlm. 265.10 Herien Puspitawati, 2009, Bahan Ajar M.KGender dan Keluarga (IKK 214) KonsepGender, Departemen Ilmu Keluarga DanKonsumen Fakultas Ekologi Manusia InstitutPertanian Bogor, Bogor, hlm. 16.

yang tidak menguntungkan individuberdasarkan gender, yangmenyangkal hak mereka,kesempatan atau sumber daya.12

2. METODEJenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian hukum normatif yaitupenelitian yang berfokus pada normahukum positif berupa peraturanperundang-undangan. Dalam penelitianhukum normatif ini dikaji norma-normahukum positif berupa peraturanperundang-undangan yang berkaitandengan diskriminasi gender terhadappeserta didik perempuan yang dihamilioleh peserta didik laki-laki yang sedangmenempuh jenjang pendidikan sekolahmenengah atas.

Proses berpikir dalam melakukanpenarikan kesimpulan ialah deduktif,yaitu bertolak dari proposisi umumyang kebenarannya telah diketahui ataudiyakini yaitu peraturan perundang-undangan mengenai diskriminasigender dalam bidang pendidikan danberakhir pada suatu kesimpulan yangbesifat khusus guna menjawabpermasalahan tentang DiskriminasiGender Terhadap Peserta DidikPerempuan Yang Hamil Peserta DiJenjang Pendidikan Sekolah MenengahAtas.

3. HASIL DAN PEMBAHASANPersyaratan yang diberikan oleh

pihak sekolah yang harus disetujuipeserta didik perempuan, yang

11 Cambridge Dictionary,http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/gender-discrimination#translations, diakses7 September 2016.12 University of Minnesota,https://diversity.umn.edu/eoaa/definitiongenderdiscrimination, diakses 7 September 2016.

6

menyatakan “bila peserta didikperempuan hamil atau dihamiliberdasarkan kesadaran diri harusmengundurkan diri dari sekolah,meskipun peserta didik perempuantersebut telah menjadi korbanpemerkosaan” dan ”sekolah memangsengaja membuat ketentuan di awal saatpeserta didik perempuan melakukanpendaftaran untuk masuk ke sekolahtersebut” adalah pembatasan hakpendidikan yang dilakukan oleh pihaksekolah. Berkaitan dengan hal tersebutterdapat larangan tentang pembatasanterhadap anak untuk mengakses hakpendidikan dan “sekolah memangsengaja membuat ketentuan di awal saatpeserta didik perempuan melakukanpendaftaran untuk masuk ke sekolahtersebut”. Seperti diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia pada Pasal 26G ayat (1) yangmenyatakan setiap orang berhak atasperlindungan diri pribadi, keluarga,kehormatan, martabat, dan harta bendayang di bawah kekuasaannya, sertaberhak atas rasa aman dan perlindungandari ancaman ketakutan untuk berbuatatau tidak berbuat sesuatu yangmerupakan hak asasi. BerdasarkanPasal 1323 Kitab Undang-UndangHukum Perdata, paksaan terjadi, bilatindakan itu sedemikian rupa, sehinggamemberi kesan dan dapat menimbulkanketakutan pada orang yang berakalsehat, bahwa dirinya, orang-orangnya,atau kekayaannya, terancam rugi besardalam waktu dekat. Pasal 1324 KitabUndang-Undang Hukum Perdata bahwadalam pertimbangan hal tersebut, harusdiperhatikan usia, jenis kelamin dankedudukan orang yang bersangkutan.yang mengatur bahwa paksaan yangdilakukan terhadap orang yangmengadakan suatu persetujuanmengakibatkan batalnya persetujuan

yang bersangkutan, juga bila paksaanitu dilakukan oleh pihak ketiga yangtidak berkepentingan dalam persetujuanyang dibuat itu. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai manadiatur dalam Pasal 55 ayat (2), yangberisi tentang Pasal 55 ayat (2) KitabUndang-Undang Hukum Pidana,mereka yang dengan memberi ataumenjanjikan sesuatu denganmenyalahgunakan kekuasaan ataumartabat, dengan kekerasan, ancamanatau penyesatan, atau dengan memberikesempatan, sarana atau keterangan,sengaja menganjurkan orang lainsupaya melakukan perbuatan. Menuruthemat penulis sebagaimana diatur padaPasal 31 ayat (1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia yaitusetiap warga negara berhak mendapatpendidikan, untuk itu tidak boleh adapembatasan hak dengan alasan apapun.

Adanya surat pernyataan tersebut,bertentangan dengan Pasal 3 ayat (3)Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia, bahwa haksetiap orang untuk mendapatperlindungan hak asasi manusia dankebebasan dasar manusia, tanpadiskriminasi, Pasal 60 ayat (1) bahwasetiap anak berhak memperolehpendidikan dan pengajaran dalamrangka pengembangan pribadi sesuaidengan minat, bakat, dan tingkatkecerdasannya. Pemerintah sebagaipenyelenggara negara berkewajibandan bertanggung jawab menghormatipemenuhan Hak Anak tanpamembedakan suku, agama, ras,golongan, jenis kelamin, etnik, budayadan bahasa, status hukum, urutankelahiran, dan kondisi fisik dan/ataumental, sebagai mana diatur dalamPasal 21 ayat (1) Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 35 Tahun2014 tentang Perubahan Atas Undang-

7

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, kemudian padaPasal 21 ayat (2) yaitu untuk menjaminpemenuhan Hak Anak sebagaimanadimaksud pada ayat (1), negaraberkewajiban untuk memenuhi,melindungi, dan menghormati HakAnak. Menurut hemat penulis, suratpernyataan tersebut sejatinyabertentangan dengan kewajibanwarga negara, sebagaimana diaturpada Pasal 6 ayat (1) yangmenyatakan bahwa setiap warganegara yang berusia tujuh sampaidengan lima belas tahun wajibmengikuti pendidikan dasar.

Pada dasarnya diskriminasi gendersebenarnya, tidak memberikan porsihak dasar yang seharusnya diterimaoleh perempuan kuhusnya peserta didikperempuan yang menjadi korban” dan“Rata-rata dari peserta didik perempuanyang menjadi korban kekerasan seksualataupun kehamilan yang tidakdikehendaki, justru mendapatpengabaian dari sekolah” tersebut,dapat mengganggu kesejahteraan anakdan bertentangan dengan Pasal 2 ayat(1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun1979 tentang Kesejahteraan Anak.Anak berhak atas kesejahteraan,perawatan, asuhan dan bimbinganberdasarkan kasih sayang baik dalamkeluarganya maupun di dalam asuhankhusus untuk tumbuh dan berkembangdengan wajar, yang bertujuan untukmengembangkan kemampuan dankehidupan sosialnya, sesuai dengankebudayaan dan kepribadian bangsa,untuk menjadi warganegara yang baikdan berguna, sebagaimana yangdijelaskan pada Pasal 2 ayat (2).

Diskriminasi gendersebenarnya, tidak memberikan porsihak dasar yang seharusnya diterima

oleh perempuan khususnya pesertadidik perempuan yang menjadikorban. Hal tersebut bertentangandengan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional,bahwa setiap warga negaramempunyai hak yang sama untukmemperoleh pendidikan yangbermutu. Untuk itu, penulissependapat dengan narasumber,karena diskriminasi gender dapatmerenggut hak-hak dasar anak. Padadasarnya, menurut hemat penulishak-hak anak haruslah dipenuhi,dilindungi dan dihormati olehnegara, sebagaimana dijelaskandalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor35 Tahun 2014 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 23Tahun 2002 tentang PerlindunganAnak. Menurut hemat penulis, hakanak sebagai korban harusdilindungi, seperti yang tertera padaPasal 90 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012tentang Sistem Peradilan PidanaAnak, yaitu mengenai hak anaksebagai korban wajib mendapatkanjaminan keselamatan, baik fisik,mental, maupun sosial.

Ketika peserta didik perempuantersebut tidak masuk beberapa waktutertentu di sekolah kemudian diadatangi gurunya dengan maksud, untukmembujuk peserta didik perempuanyang hamil/dihamili untuk tidakmelanjutkan sekolah, merupakantindakan yang dilarang. Tindakantersebut, telah diatur secara tegas dalamPasal 76A Undang-Undang Nomor 35Tahun 2014 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

8

tentang Perlindungan Anak, bahwasetiap orang dilarang: memperlakukanAnak secara diskriminatif yangmengakibatkan Anak mengalamikerugian, baik materiil maupun morilsehingga menghambat fungsi sosialnya,dan dapat dipidana sesuai dengan Pasal77 Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 35 Tahun 2014 tentangPerubahan Atas Undang-UndangNomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak, yaitu Setiap Orangyang melanggar ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 76A dipidanadengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp. 100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).

Bukan laki-laki kalau dalampacaran tidak mencium dan tidakmelakukan hubungan seksual,merupakan sebagai bentuk dariDiskriminasi berdasarkan jeniskelamin, yang mensubordinasi jeniskelamin perempuan yang berasal dariproses pelabelan terhadap perempuansebagai objek pelampiasan seksual dansebagai kaum yang lemah. Menuruthemat penulis, berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan oleh RifkaAnnisa tentang “perempuandikonstruksikan sebagai manusia yangharus harus menerima; tidak usahterlalu banyak protes; pendidikan tidakdipentingkan karena ada anggapankarena perempuan akhirnya nantimenjadi istri”, yaitu sebagaidiskriminasi gender, yang merupakanpembedaan peran dalam struktur sosial,yang menyangkal hak, kesempatan atausumber daya perempuan.

Surat pernyataan yang harusditandatangani oleh para calon pesertadidik perempuan yang akan bersekolahdi sekolah menengah atas yang berisitentang ketentuan akan mengundurkan

diri dengan kesadarannya bila diketahuihamil dan pihak laki-laki tidakdiberikan surat pernyataan serupa bilapeserta didik laki-laki menghamilipeserta didik perempuan dengankesadarannya harus mengundurkan diri,merupakan diskriminasi gender. Penulissependapat dengan pernyataan darinarasumber tersebut, dikarenakan posisiperempuan tersubordinasi oleh laki-lakidengan muncul anggapan bahwasanyaperempuan harus keluar bila hamil,yang memperlihatkan adanya anggapanbahwa perempuan adalah tempatreproduksi. Secara hukum, anak yangbelum dewasa tidak dapat, membuatsurat pernyataan secara sah menuruthukum, dikarenakan anak belumsebagai pihak yang cakap hukum ataudewasa.

Diskriminasi gender sebenarnyatidak memberikan porsi hak dasar yangseharusnya diterima oleh perempuankhususnya peserta didik perempuanyang menjadi korban. Karena,diskriminasi gender pada dasarnyaadalah pembedaan peran dalampekerjaan atau sosial yang berasal darikonstruksi masyarakat tentang peranlaki-laki lebih utama dari padaperempuan. Perempuan di stigmakanatau dilabel sebagai kaum yang lemah(powerless) sedangkan laki-lakidianggap sebagai kaum yang kuat(powerfull). Dibuktikan dengan alasanyang penulis ketahui secara umum,demi keberlangsungan dan masa depananaknya, peserta didik laki-laki yangdianggap akan menjadi kepala rumahtangga, masih bisa mengakses ataumendapat pendidikannya dan jarangpeserta didik laki-laki mendapatlabeling yang negatif karenaperlakuannya tersebut.

9

4. KESIMPULANBerdasarkan pembahasan dan hasil

penelitian sebagaimana telahdipaparkan, maka dapat disimpulkanjawaban atas rumusan masalahpenelitian sebagai berikut:Terdapat diskriminasi gender, ketikapeserta didik perempuan diwajibkanmenandatangani surat pernyataan yangdibuat oleh pihak sekolah, agarmengundurkan diri dengankesadarannya bila diketahui hamil.Sedangkan peserta didik laki-laki tidakdiberikan surat pernyataan serupa bilapeserta didik laki-laki menghamilipeserta didik perempuan, dengankesadarannya harus mengundurkan diri.Diskriminasi gender juga terjadi ketika,peserta didik perempuan tidak diberikankebebasan untuk memilih untuk cutihamil atau tidak. Terdapat diskriminasigender, ketika guru atau mendatangipeserta didik perempuan yang hamiluntuk mengundurkan diri ataudikeluarkan. Sedangkan peserta didiklaki-laki yang menghamili tidakmendapatkan perlakuan yang samadengan peserta didik perempuan yanghamil.

5. REFERENSIAlo Liliweri, 2005, Prasangka Dan

Konflik Komunikasi LintasBuaya Masyarakat Multikultur,LKis Yogyakarta, Yogyakarta.

Fulthoni dkk, 2009, Buku Saku untukKebebasan BeragamaMemahami Diskriminasi, TheIndonesian Legal ResourceCenter (ILRC), Jakarta Selatan.

Herien Puspitawati, 2009, Bahan AjarM.K Gender dan Keluarga (IKK214) Konsep Gender,Departemen Ilmu Keluarga DanKonsumen Fakultas Ekologi

Manusia Institut PertanianBogor, Bogor.

John M. Echols dan Hassan Sadhily,1983, Kamus Inggris Indonesia,Gramedia, Jakarta.

Mansour Fakih, 1997, Analisis genderdan Transformasi Sosial,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mufidah Ch, 2010, Bingkai SosialGender: Islam, Strukturasi danKonstruksi Sosial, UIN MalikiPress, Malang.

Cambridge Dictionary,http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/gender-discrimination#translations,diakses 7 September 2016.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,Jurnal Ham Komisi NasionalHak Asasi Manusia, Jurnal HAMVol. 8 Tahun 2012, KomisiNasional Hak Asasi Manusia,Jakarta Pusat, hlm. 39.http://en.komnasham.go.id/sites/default/files/dokumen/JURNAL%20HAM%202012.pdf, diakses4 September 2016.

Kresna, 2016, Dalam Setahun, 976Pelajar Yogyakarta Hamil DiLuarNikah,http://www.merdeka.com/peristiwa/dalam-setahun-976-pelajar-yogyakarta-hamil-di-luarnikah.html, diakses 1 September2016.

Undang-Undang Negara RepublikIndonesia Nomor 39 Tahun 1999tentang Hak Asasi Manusia,http://www.komisiyudisial.go.id/downlot.php?file=UU%20No%2039%20Thn%201999%20HAM.pdf, diakses 4 September 2016.