jurnal herpes zoster

Upload: ferdy-pamungkas

Post on 02-Mar-2016

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Varicella zoster virus atau biasa disebut herpes virus manusia yang merupakan

    penyebab dari varicella (cacar air) dan herpes zoster. Herpes zoster mengenai 1 dari 3

    orang sepanjang usia hidup mereka,dengan laporan 1 juta kasus dilaporkan di dunia

    setiap tahunnya di United States. Pasien yang menerima imunosupresif terapi dan

    orang lanjut usia memiliki risiko yang tinggi untuk menderita herpes zoster. Faktanya

    lebih dari dua pertiga orang yang menderita penyakit tersebut berusia diatas 60 tahun.

    Lansia juga memiliki risiko yang tinggi untuk menderita efek sekunder dari penyakit

    yaitu Neuralgia Post Herpetic yang dapat terasa sangat nyeri sekali dan sulit untuk

    dikontrol. Sekitar 20% pasien menderita NPH. Namun demikian dengan

    dikenalkannya vaksin penyakit ini pada tahun 2006 ,herpes zoster dapat dicegah.

    Pada artikel ini membahas herpes zoster,herpes zoster vaksin dan cost effective dari

    vaksin tersebut.

    Herpes Zoster

    Varicella zoster virus adalah virus DNA yang sering menginfeksi seseorang dari sejak

    kecil dan menyebabkan varicella. Setelah menyebabkan lesi vesikel di kulit, virus

    masuk ke dalam ganglion dorsal saraf dan dorman di badan sel neuron. Berdasarkan

    cell mediated immunity, virus menjadi laten sepanjang kehidupan. Namun

    demikian,karena factor usia, aspek imun ini menjadi menurun dan virus dapat

    menjadi reaktivasi kembali menimbulkan infeksi sekunder yang disebut herpes zoster.

    Stress,trauma, operasi juga dapat mereaktivasi virusnya dan meningkatkan risiko

    terkena herpes zoster. Studi terkini menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai

    riwayat keluarga herpes zoster juga meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut.

    Herpes zoster juga pernah dilaporkan menyerang usia yang lebih muda tetapi

    jumlahnya sedikit.

    Herpes zoster dapat muncul lewat berbagai jalan, tetapi selalu diawali dengan fase

    prodromal dengan karakteristik paresthesia dan pruritis, malaise, sakit kepala,

    fotofobia dan demam. Setelah 2 hari hingga tiga minggu setelah fase prodromal,

    karakteristik lesi kulit mulai muncul. Lesi berupa macropapular kemerahan yang

  • unilateral kemudian diikuti dengan bentuk vesikel (gambar 1). Lesi muncul ditubuh.

    Dalam waktu 10 hari, lesi pecah dan membentuk krusta, dan biasanya sembuh dalam

    waktu dua samapai empat minggu tanpa penanganan. Namun demikian pengobatan

    perlu dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi nyeri dan

    risiko komplikasi. Teratmennya mencakup antiviral dosis tinggi ( seperti acyclovir,

    famciclovir dan valacyclovir) setelah 72 jam setelah timbul lesi untuk mengurangi

    durasi gejala bisa menggunakan obat penghilang rasa nyeri.

    Pasien dengan herpes zoster aktif dapat menularkan VZV ke orang yang sebelumnya

    belum pernah terinfeksi melalui kontak langsung dengan lesinya saat fase vesikelnya

    pecah (blistering phase). Namun demikian ketika lesi berubah menjadi krusta,virus

    tidak dapat mennyebar ke orang lain. Komplikasi herpes zoster termasuk allodynia,

    paralisis motoric, myelitis, cerebral vaskulitis, pneumitis, visual impairment,

    pneumonitis, kehilangan pendengaran, myocarditis, pankreatis, esophagitis, dan NPH.

    NPH adalah komplikasi tersering pada herpes zoster, terjadi pada 10_18% pasien.

    Gejala NPH meliputi nyeri seperti ditusuk, terbakar,dan tersetrum listrik. Nyeri kronis

  • dapat menurunkan kualitas hidup pasien baik secara fisik maupun emosional. Nyeri

    dapat terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan sangat sulit untuk

    ditangani. Variasi penanganan yang sudah digunakan untuk mengatasi NPH adalah

    trisiklik antidepresan, analgesic (termasuk opioid dan NSAID), kortikosteroid dan

    capsaicin yang dapat secara penuh mengeliminasi nyerinya.

    Herpes Zoster Vaksin

    Pada tahun 2006 Food and Drug Administration (FDA) menyetujui vaksin hidup

    yang dilemahkan (Zostavax,Merck dan Co) untuk pencegahan herpes zoster pada

    pasien dengan usia diatas 60 tahun. Berdasarkan Advisory Committee on

    Immunization Practices (ACIP), semua pasien diatas usia 40 tahun seharusnya

    diberikan vaksin sebagai bagian dari standar imunisasi. Proteksi terhadap herpes

    zoster mulai empat sampai enam minggu lebih awal setelah administrasi vaksin.

    Kefektifan vaksin herpes zoster pada pasien dengan riwayat herpes zoster belum

    dapat dibuktikan dan belum diketahui apakah dapat mencegah kekambuhan herpes

    zoster dimasa yang akan datang. Tetapi ACIP tetap menyarankan pasien tersebut

    untuk tetap menerima vaksin. Vaksin sebaiknya tidak digunakan untuk penanganan

    atau pengobatan herpes zoster atau NPH. Vaksin diberikan secara injeksi subkutan di

    lengan atas dengan dosis 0,65 ml. sebelum pemberian, vaksin dicampur dengan

    diluen dan digunakan dalam waktu 30 menit. Vaksin tidak mengandung mercury atau

    thimerosal sebagai kompisisi inaktifnya. Vaksin harus disimpan pada temperature 15

    derajat Celsius atau dibawahnya.

    Imunogenisitas formulasi refrigator stabil dibandingkan dengan formulasi beku dan

    ditemukan adanya respon antibody yang spesifik terhadap VZV . penulis

    menyimpulkan apabila vaksin disimpan dalam refrigerator meningkatkan penggunaan

    vaksin di klinik dimana freezer tidak dapat dipakai. Namun demikian FDA hanya

    mengizinkan hanya menggunakan formulasi beku untuk vaksin

  • Studi Pencegahan Shingles

    Keamanan dan efikasi dari vaksin hidup VZV yang dilemahkan pada studi

    pencegahan Shingles. Ini fase III, multicenter, acak, control placebo, double blind

    study terdaftar 38.546 orang dewasa usia 60 tahun, lebih dari 95% objek telah

    menyelesaikan penelitian. Pasien disusun berdasarkan strata umur (60-69 dan 70

    tahun) dan diacak mana yang akan menerima injeksi tunggal 0,5 ml injeksi vaksin

    (n=19.270) atau placebo (n=19.270) kemudian diteliti selama setiap bulannya dengan

    median waktu 3,12 tahun. Efikasi vaksin di evaluasi dengan tujuan pengobatan pada

    subjek yang mengalami herpes zoster setelah 30 hari pemberian vaksin ( karena

    proteksi yang tertunda) atau pada subjek yang mengundurkan diri dari penelitian.

    Poin akhir dari studi ini diukur dari insiden beratnya penyakit dan durasi nyeri serta

    rasa tidak nyaman. Rasa nyeri akibat herpes zoster secara signifikan menurun pada

    grup sampel yang mendapat vaksin (dengan confidence 95% didapatkan nilai p<

    0,001) dan tidak ada perbedaan secara siginifikan pada setiap kelompok umur.

    Insiden NPH menurun hingga 66,5% pada sampel yang telah diberi vaksin

    dibandingkan grup yang diberi placebo (0,46 per 1000 orang dibandingkan 1,38 per

    1000 orang setiap tahunnya,p

  • Pemberian vaksin kontraindikasi terhadap pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis

    terhadap neomycin, gelatin atau komponen vaksin lainnya dan pasien dengan

    imunosupresi,termasuk yang menderita HIV dengan jumlah sel limfosit T