jurnal fisling

6
PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK JAKARTA THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN SALINITY JAKARTA BAY WATERS Kholfun Husamullah Firos Dawwas Thoriqi Ihyaudin (3225102377) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Jakarta Kampus B, Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta, Indonesia 13220 *email: [email protected] ABSTRACT THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN SALINITY JAKARTA BAY WATERS. Jakarta Bay waters are categorized as coastal waters ( Coastal Water ) certainly have a very big role in which different sectors have made use of these areas, both marine and coastal areas, including industrial, mining, transportation, commerce, agriculture, and tourism. Activities of the various sectors and so many uncontrolled will of course reduce the level of quality of its waters. In addition, Jakarta Bay is also a place bermuaranya several rivers that pass through the city, an estimated 9 estuaries are brought either from landfill waste, industry and households as well as other activities, this causes the waters of Jakarta Bay has particular characteristics in which these waters received a fairly heavy pollution load. With this premise, it was felt necessary to determine the condition of Oceanography Jakarta Bay to take on the Physical Oceanography of data parameters include density, salinity and temperature to determine the condition of the bottom waters of the Gulf. Keywords: Density , Salinity , Jakarta Bay. ABSTRAK PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK JAKARTA. Perairan Teluk Jakarta yang dikategorikan sebagai perairan pantai (Coastal Water) tentunya mempunyai peranan yang sangat besar dimana berbagai sektor telah memanfaatkan wilayah ini, baik wilayah laut maupun pantai, antara lain sektor industri, pertambangan, perhubungan, perdagangan, pertanian, dan pariwisata. Kegiatan berbagai sektor yang sedemikian banyak dan tidak terkendali tentunya akan menurunkan tingkat kualitas perairannya. Di samping itu Teluk Jakarta juga merupakan tempat bermuaranya beberapa sungai yang melewati kota Jakarta, diperkirakan ada 9 muara sungai yang membawa limbahnya baik dari pembuangan sampah, industri maupun rumah tangga serta kegiatan lainnya, hal ini menyebabkan perairan Teluk Jakarta mempunyai karakteristik yang khusus dimana perairan ini menerima beban pencemaran yang cukup berat. Dengan dasar pemikiran tersebut, dirasakan perlu untuk mengetahui kondisi Oseanografi Teluk Jakarta dengan mengambil data parameter Oseanografi Fisika yang meliputi densitas, salinitas dan temperature untuk mengetahui kondisi dasar perairan Teluk tersebut. Kata kunci: Densitas, Salinitas, Teluk Jakarta. 1. PENDAHULUAN Bagian terpenting dari gambaran suatu perairan laut adalah pendeskripsian dari penyebaran atau distribusi dari spasial maupun temporal dari parameter densitas dan turbiditas. Pengamatan densitas dan turbiditas ini merupakan parameter yang tak dapat ditinggalkan dalam hampir setiap penelitian di laut. Hal ini karena berbagai aspek distribusi parameter yakni seperti reaksi kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari densitas, sehingga densitas ini menjadi suatu

Upload: kholfun-husamullah-firos-dawas

Post on 23-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peta Tematik Salinitas Densitas dan Temperatur Teluk Jakarta

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal fisling

PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN

TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN

SALINITY JAKARTA BAY WATERS

Kholfun Husamullah Firos Dawwas Thoriqi Ihyaudin

(3225102377)

Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Jakarta

Kampus B, Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta, Indonesia 13220

*email: [email protected]

ABSTRACT

THEMATIC MAP FOR DENSITY, AND TEMPERATURE IN SALINITY JAKARTA BAY WATERS. Jakarta

Bay waters are categorized as coastal waters ( Coastal Water ) certainly have a very big role in which different

sectors have made use of these areas, both marine and coastal areas, including industrial, mining, transportation,

commerce, agriculture, and tourism. Activities of the various sectors and so many uncontrolled will of course

reduce the level of quality of its waters. In addition, Jakarta Bay is also a place bermuaranya several rivers that

pass through the city, an estimated 9 estuaries are brought either from landfill waste, industry and households as

well as other activities, this causes the waters of Jakarta Bay has particular characteristics in which these waters

received a fairly heavy pollution load. With this premise, it was felt necessary to determine the condition of

Oceanography Jakarta Bay to take on the Physical Oceanography of data parameters include density, salinity

and temperature to determine the condition of the bottom waters of the Gulf.

Keywords: Density , Salinity , Jakarta Bay.

ABSTRAK

PETA TEMATIK UNTUK DENSITAS, SALINITAS DAN TEMPERATUR DI PERAIRAN TELUK

JAKARTA. Perairan Teluk Jakarta yang dikategorikan sebagai perairan pantai (Coastal Water) tentunya

mempunyai peranan yang sangat besar dimana berbagai sektor telah memanfaatkan wilayah ini, baik wilayah

laut maupun pantai, antara lain sektor industri, pertambangan, perhubungan, perdagangan, pertanian, dan

pariwisata. Kegiatan berbagai sektor yang sedemikian banyak dan tidak terkendali tentunya akan menurunkan

tingkat kualitas perairannya. Di samping itu Teluk Jakarta juga merupakan tempat bermuaranya beberapa

sungai yang melewati kota Jakarta, diperkirakan ada 9 muara sungai yang membawa limbahnya baik dari

pembuangan sampah, industri maupun rumah tangga serta kegiatan lainnya, hal ini menyebabkan perairan Teluk

Jakarta mempunyai karakteristik yang khusus dimana perairan ini menerima beban pencemaran yang cukup

berat. Dengan dasar pemikiran tersebut, dirasakan perlu untuk mengetahui kondisi Oseanografi Teluk Jakarta

dengan mengambil data parameter Oseanografi Fisika yang meliputi densitas, salinitas dan temperature untuk

mengetahui kondisi dasar perairan Teluk tersebut.

Kata kunci: Densitas, Salinitas, Teluk Jakarta.

1. PENDAHULUAN

Bagian terpenting dari gambaran suatu perairan

laut adalah pendeskripsian dari penyebaran atau

distribusi dari spasial maupun temporal dari

parameter densitas dan turbiditas. Pengamatan

densitas dan turbiditas ini merupakan parameter

yang tak dapat ditinggalkan dalam hampir

setiap penelitian di laut. Hal ini karena berbagai

aspek distribusi parameter yakni seperti reaksi

kimia dan proses biologi merupakan fungsi dari

densitas, sehingga densitas ini menjadi suatu

Page 2: jurnal fisling

variabel yang menentukan. Sedangkan

turbiditas sendiri adalah faktor penting bagi

penyebaran organisme perairan laut.

Densitas

Densitas didefinisikan sebagai massa per

satuan volume. Kadang dalam beberapa kasus

densitas juga didefinisikan sebagai berat per

satuan volume. Semakin tinggi massa jenis

suatu benda, maka semakin besar pula massa

setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap

benda merupakan total massa dibagi dengan

total volumenya.

Densitas merupakan salah satu parameter

terpenting dalam mempelajari dinamika laut.

Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal

(misalnya akibat perbedaan pemanasan di

permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang

sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas

merupakan hal yang sangat penting dalam

oseanografi. Lambang yang digunakan untuk

menyatakan densitas adalah ρ (rho).

Densitas air laut bergantung pada

temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).

Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan

keadaan air laut (Equation of State of Sea

Water). Penentuan dasar pertama dalam

membuat persamaan di atas dilakukan oleh

Knudsen dan Ekman pada tahun 1902. Pada

persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3

.

Penentuan dasar yang baru didasarkan pada

data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang

lebih besar, menghasilkan persamaan densitas

baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan

Internasional (The International Equation of

State, 1980). Persamaan ini menggunakan

temperatur dalam oC, salinitas dari Skala

Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1

dbar = 10.000 pascal = 10.000 N m-2

).

Densitas dalam persamaan tersebut

dinyatakan dalam kg m-3

. Jadi, densitas dengan

harga 1,025 g cm-3

dalam rumusan yang lama

sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-

3 dalam Persamaan Keadaan Internasional.

Densitas bertambah dengan bertambahnya

salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali

pada temperatur di bawah densitas maksimum.

Densitas air laut terletak pada kisaran 1025 kg

m-3

sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3

.

Para oseanografer biasanya menggunakan

lambang σt (huruf Yunani sigma dengan

subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk

menyatakan densitas air laut. dimana σt = ρ -

1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan

(seharusnya menggunakan satuan yang sama

dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt =

25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan

untuk menentukan perubahan densitas adalah:

σt berubah dengan nilai yang sama jika T

berubah 1oC, S 0,1, dan p yang sebanding

dengan perubahan kedalaman 50 m.

Perlu diperhatikan bahwa densitas

maksimum terjadi di atas titik beku untuk

salinitas di bawah 24,7 dan di bawah titik beku

untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini

menyebabkan adanya konveksi arus panas.

S < 24.7 : air menjadi dingin hingga

dicapai densitas maksimum, kemudian jika air

permukaan menjadi lebih ringan (ketika

densitas maksimum telah terlewati)

pendinginan terjadi hanya pada lapisan

campuran akibat angin (wind mixed layer) saja,

dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian

kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi

oleh air dengan densitas maksimum.

S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di

keseluruhan badan air. Pendinginan

diperlambat akibat adanya sejumlah besar

energi panas (heat) yang tersimpan di dalam

badan air. Hal ini terjadi karena air mencapai

titik bekunya sebelum densitas maksimum

tercapai.

Salinitas / Kadar Garam

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar

(kandungan) garam yang terlarut dalam air,

namun juga dapat mengacu pada kandungan

garam dalam tanah. Salinitas juga merupakan

jumlah dari seluruh kadar garam dalam gram

(g) pada setiap kilogram (kg) air laut.

Kandungan garam pada sebagian besar

danau, sungai, dan saluran air alami sangat

kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan

sebagai air tawar. Kandungan garam

sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang

Page 3: jurnal fisling

dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan

sebagai air payau atau menjadi saline bila

konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia

disebut brine.

Air laut secara alami merupakan air saline

dengan kandungan garam sekitar 3,5%.

Beberapa danau garam di daratan dan beberapa

lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari

air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati

memiliki kadar garam sekitar 30%.

Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah

halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-

halida—terutama klorida—adalah anion yang

paling banyak dari elemen-elemen terlarut.

Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan

bukan dalam persen tetapi dalam ―bagian

perseribu‖ (parts per thousand , ppt) atau permil

(‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam

untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978,

salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai ‰

dengan didasarkan pada rasio konduktivitas

elektrik sampel terhadap "Copenhagen water",

air laut buatan yang digunakan sebagai standar

air laut dunia. Pada 1978, oseanografer

meredifinisikan salinitas dalam Practical

Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis):

rasio konduktivitas sampel air laut terhadap

larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit,

sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu

sama dengan 35 gram garam per liter larutan.

Temperatur / Suhu

Dalam kimia dan sains lainnya, istilah

temperatur dan tekanan standar (Inggris:

standard temperature and pressure, disingkat

STP) adalah sebuah keadaan standar yang

digunakan dalam pengukuran eksperimen.

Standar ini digunakan agar setiap data dalam

percobaan yang berbeda-beda dapat

dibandingkan. Standar yang paling umum

digunakan adalah standar IUPAC dan NIST.

Terdapat juga variasi standar lainnya yang

ditetapkan oleh organisasi-organisasi lainnya.

Standar IUPAC sekarang ini adalah temperatur

0 °C (273,15 K, 32 °F) dan tekanan absolut 100

kPa (14,504 psi), sedangkan standar NIST

adalah 20 °C (293,15 K, 68 °F) dan tekanan

absolut 101,325 kPa (14,696 psi).

Dalam bidang industri dan komersial,

kondisi standar temperatur dan tekanan bisanya

perlu disebutkan untuk merujuk pada kondisi

referensi standar untuk mengekspresikan

volume gas dan cairan dan kuantitas lainnya.

Walapun begitu, kebanyakan publikasi teknis

hanya menyatakan "kondisi standar" tanpa

penjelasan lebih lanjut, sehingga menimbulkan

kerancuan dan kesalahan.

Dalam lima sampai enam dasarwasa

terakhir, para profesional dan ilmuwan yang

menggunakan sistem satuan metrik

mendefinisikan kondisi referensi standar

temperatur dan tekanan untuk mengekspresikan

volume gas sebagai 0 °C (273,15 K) dan

101,325 kPa (1 atm). Sedangkan untuk yang

menggunakan saturan Imperial adalah 60 °F

(520 °R) dan 14,696 psi (1 atm). Namun kedua

definisi di atas tidak lagi digunakan.Terdapat

beberapa definisi kondisi referensi standar yang

sekarang digunakan oleh berbagai organisasi-

organisasi di dunia.

Beberapa organisasi mempunyai standar

yang berbeda pada masa lalu, seperti IUPAC

yang mempunyai standar 0 °C dan 100 kPa (1

bar) sejak 1982 dan berbeda dengan standar

lama 0 °C dan 101,325 kPa (1 atm).[2] Contoh

lainnya pada industri perminyakan, dengan

standar lama 60 °F dan 14.696 psi, dan standar

baru (terutama di Amerika Utara) 60 °F dan

14,73 psi.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengolahan Data dengan Software

Surfer 9

Hasil pengolahan data dengan

menggunakan Surfer 9 merupakkan pencitraan

korelasi 2 dimensi yang menggambarkan secara

2 dmensi keadaan variasi densitas, salinitas dan

temperature pada perairan teluk Jakarta secara

horizontal dalam bentuk peta kontur . Varasi

secara horizontal tersebut dibagi dalam

beberapa warna yang menggambarkan keadaan

dan tingkatan seperti pada aslinya.

Densitas

Densitas pada perairan teluk Jakarta pada

kedalaman 0 meter (permukaan) disajikan pada

Page 4: jurnal fisling

gambar. Densitas pada kedalaman 0 meter

bervariasi antara 15.6481 Kg/m3–18.6 Kg/m

3

dengan densitas rata-rata pada kedalaman 0

meter adalah 17.16703333 Kg/m3.

Gambar 1. Distribusi Horizontal Densitas pada

Lapisan Permukaan 0 Meter

Densitas tertinggi terdapat pada stasiun 1

dengan densitas sebesar 18,5084 Kg/m3,

sedangkan densitas terendah terdapat pada

stasiun 17 dengan densitas sebesar 15.6481

Kg/m3.

Sedangkan untuk Densitas pada perairan teluk

Jakarta untuk kedalaman 5 meter (permukaan)

disajikan pada gambar dibawah ini. Densitas

pada kedalaman 5 meter bernilai antara

19.1288 Kg/m3– 19.72 Kg/m

3 dengan densitas

rata-rata pada kedalaman 0 meter adalah

19.47682 Kg/m3.

Gambar 2. Distribusi Horizontal Densitas pada

kedalaman 5 Meter

Perbedaan densitas pada kedalaman 0

meter dan 5 meter berdasarkan nilai rata-

ratanya menunjukkan selisih sebesar (19.47682

Kg/m3 - 15.6481 Kg/m

3) = 3.82872 Kg/m

3.

Salinitas

Salinitas pada perairan teluk Jakarta pada

kedalaman 0 meter (permukaan) disajikan pada

gambar. Salinitas pada kedalaman 0 meter

bervariasi antara 28.0531 ‰ – 31.4219 ‰

dengan salinitas rata-rata pada kedalaman 0

meter adalah 29.62871905 ‰.

Gambar 3. Distribusi Horizontal Salinitas pada

Lapisan Permukaan 0 Meter

Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 1

dengan densitas sebesar 31.4219 ‰, sedangkan

densitas terendah terdapat pada stasiun 18

dengan densitas sebesar 28.0531‰

Sedangkan Salinitas pada perairan teluk

Jakarta pada kedalaman 5 meter disajikan pada

gambar dibawah ini. Salinitas pada kedalaman

5 meter bervariasi antara 31.8335 ‰ – 32.448

‰ dengan salinitas rata-rata pada kedalaman 5

meter adalah 32.0654 ‰.

Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 14

dengan salinitas sebesar 32.448 ‰, sedangkan

salinitas terendah terdapat pada stasiun 7

dengan salinitas sebesar 31.8335 ‰

Page 5: jurnal fisling

Gambar 41. Distribusi Horizontal Salinitas pada

kedalaman 5 Meter

Perbedaan Salinitas pada kedalaman 0

meter dan 5 meter berdasarkan nilai rata-

ratanya menunjukan selisih sebesar (32.0654

‰ - 29.62871905 ‰) = 2.43668095 ‰

Dari data diatas dapat diambil sebuah

kesimpulan yakni, semakin dalam kedalaman

perairan maka semakin tinggi salinitas atau

kadar garam air tersebut.

Temperatur

Salinitas Temperatur pada perairan teluk

Jakarta pada kedalaman 0 meter (permukaan)

disajikan pada gambar dibawah ini.

Temperature pada kedalaman 0 meter

bervariasi antara 31.0178 °C – 32.5011 °C

dengan Temperatur rata-rata pada kedalaman 0

meter adalah 31.54817619 °C

Gambar 42. Distribusi Horizontal Temperatur pada

Lapisan Permukaan 0 Meter

Temperatur tertinggi terdapat pada stasiun

20 dengan temperatur sebesar 32.5011 °C,

sedangkan temperatur terendah terdapat pada

stasiun 9 dengan temperature sebesar 31.0178

°C.

Sedangkan Temperatur pada perairan teluk

Jakarta pada kedalaman 5 meter disajikan pada

gambar dibawah ini. Temperatur pada

kedalaman 5 meter bervariasi antara 30.2622

°C – 30.7085 °C dengan temperature rata-rata

pada kedalaman 5 meter adalah 30.4682 °C.

Gambar 43. Distribusi Horizontal Temperatur

pada Lapisan Permukaan 0 Meter

Perbedaan Temperatur pada 0 meter

dan 5 meter berdasarkan nilai rata-ratanya

menunjukan selisih sebesar (30.4682 °C -

31.54817619 °C) = -1.07997619 °C.

Dari data diatas dapat diambil sebuah

kesimpulan yakni, semakin dalam kedalaman

perairan maka semakin rendah temperatur atau

suhu air tersebut.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

Perairan Teluk Jakarta mempunyai nilai

Densitas, Salinitas dan Temperatur yang

bervariasi. Parameter yang digunakan dalam

penelitian oseanografi antara lain Densitas,

Salinitas dan Temperatur. Pada kedalaman 0

meter nilai densitas yang diperoleh bervariasi

antara 15.6481 Kg/m3–18.6 Kg/m

3 dengan

densitas rata-ratanya adalah 17.16703333

Kg/m3. Kemudian Salinitas pada kedalaman 0

meter bervariasi antara 28.0531 ‰ – 31.4219

‰ dengan salinitas rata-ratanya adalah

Page 6: jurnal fisling

29.62871905 ‰. Lalu untuk Temperatur pada

kedalaman 0 meter bervariasi antara 31.0178

°C – 32.5011 °C dengan Temperatur rata-

ratanya adalah 31.54817619 °C.

Sedangkan untuk kedalaman 5 meter,

Densitas bernilai antara 19.1288 Kg/m3– 19.72

Kg/m3 dengan densitas rata-ratanya adalah

19.47682 Kg/m3. Untuk Salinitas pada

kedalaman 5 meter yakni antara 31.8335 ‰ –

32.448 ‰ dengan salinitas rata-ratanya adalah

32.0654 ‰. Lalu untuk temperaturnya bekisar

antara 30.2622 °C – 30.7085 °C dengan

temperatur rata-ratanya adalah 30.4682 °C.

Sehingga :

Untuk Densitas 0 M < 5 M

Untuk Salinitas 0 M < 5

Untuk temperature 0 M > 5 M

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim, Salinitas Air Laut (terhubung

berkala).http://bank-

je.com/general/salintas-air-laut ( 9

Desember 2009).

[2] Ilahude, A.G dan S.Lasaputra. 1980.

Sebaran Normal Parameter Hdrologi di

Teluk Jakarta. Dalam: Teluk Jakarta

Penyajian Fisika, Kimia, Biologi dan

Geologi (A.Nontji. A.Djamali eds).LON-

LIPI.

[3] Lukas R. And E.Lindstrom.1991. The

Mixed Layer of the Western equatorial

Pacific Ocean. J.Geophy.

[4] Nurhayati, 2008. Perbedaan Struktur

Suhu, Salinitas Pada Bebagai Posisi

Geografis Perairan Banda Aceh Dan

Maluku Utara. Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI.

[5] Nurhayati, L.F.Wenno,

Hadikusumah.2000. Distribusi Turbidtas

Dan Transmisi Cahaya Di Perairan

Mamberamo, Brian Jaya. Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI.

[6] Nurhayati, Suyarso, 2008. Gambaran

Oseanografi Dan Variabilitas Lingkungan

D Perairan Cirebon, Jawa Barat. Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI.

[7] Ross, D.A.1995. Introduction to

Oceanography. New York: Harper Collins

College Publishers.

[8] Sijabat,M.M. 1974, Pengantar

Oseanografi. Institut Petanian Bogor: 238

pp.

[9] Stewart, H Robert.2008.IntroductionTo

PhysicalOceanography September 2008

Edition. Texas A & M University :

Department of Oceanography.

[10] Suardi, Yogi 2008. Salinitas Air

Laut(terhubung

berkala).http://ilmukelautan

.com/oseanografi/oseanografi-kimia/412

salintas-air-laut.html ( 9 Desember 2009).

[11] Stewart, H Robert.2008.IntroductionTo

PhysicalOceanography September 2008

Edition. Texas A & M University :

Department of Oceanography.

[12] Talley, Pickard, Emery, Swift, 2011.

Descriptive Physical Oceanography : An

Introduction ( 6th edition ). Elsefier.

[13] Thurman, Harold V. And Trujillo, Alan P.

2004 . IntroductoryOceanography Tenth

Edition. New Jersey: Pearson Prentice

Hall.

[14] Wyrtki , K. 1961. PhysicalOceanography

of the South East Asian Water. Naga

report vol. 2 Dalam: Nurhayati: Distribusi

Vertikal Suhu, Salinitas dan Arus di

Perairan Morotai, Maluku Utara. Pusat

Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta 2006,

29-41.