jurnal fiko1

Upload: awaliatun-nur-azizah

Post on 02-Mar-2016

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    PENGARUH LAJU SEDIMENTASI DENGAN KERAPATAN RUMPUT LAUT

    DI PERAIRAN BANDENGAN JEPARA

    Maruli Albert H, Niniek Widyorini, Ruswahyuni1

    Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

    Abstrak Perairan Pantai Bandengan Jepara terletak di daerah utara Pulau Jawa. Jenis biota yang ada

    beragam dengan populasi masing-masing jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan

    rumput laut, nilai laju sedimentasi pada daerah rumput laut serta mengetahui hubungan perbedaan

    kerapatan rumput laut dengan laju sedimentasi di perairan bandengan Jepara. Materi yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah komunitas rumput laut yang dibagi menjadi 3 pengambilan, pengambilan

    dilakukan secara tegak lurus ke arah laut dan penghitungan laju sedimentasi dengan menggunakan

    sedimen trap yang di pasang pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

    metode survey. Metode penentuan kerapatan rumput laut dilakukan dengan frame kuadran ukuran 1x1 m

    dengan cara menghitung jumlah tegakan rumput laut dalam setiap meter persegi sepanjang 100 m.

    Kerapatan rumput laut di perairan Bandengan Jepara di dapat 431 individu/300m2

    yang terdapat 9 jenis

    dari 2 filum yaitu Filum Chlorophyta : Halimeda opuntia sebanyak 157 individu/300m2 , Halimeda

    descoides sebanyak 58 individu/300m2, Halimeda makroloba sebanyak 74 individu/300m

    2,

    filum

    Phaeophyta : Chordoria flagelliformis sebanyak 31 individu/300m2, Padina crassa sebanyak 83

    individu/300m2, Sargassum yendoi sebanyak 15 individu/300m

    2, Sargassum piluliferum sebanyak 3

    individu/300m2, Sargassum confusum sebanyak 5 individu/300m

    2, dan Sargassum duplicatum sebanyak 5

    individu/300m2. Hasil penghitungan laju sedimentasi diketahui rata-rata laju sedimentasi pada lokasi

    penelitian adalah 0,85 mg/cm3/hari. Nilai korelasi antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut

    sebesar 0,85, hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara laju sedimentasi dengan

    kerapatan rumput laut di perairan Bandengan, Jepara.

    Kata Kunci : laju sedimentasi, kerapatan rumput laut, Bandengan Jepara.

    Abstract

    Coastal waters Bandengan Jepara is located in the area north of the island of Java. Type diverse

    biota with a population of each type. The purpose of this research is to know the density of sea grass, the

    value of the rate of sedimentation in the area and know the relationship seaweed kelp density differences

    in the rate of sedimentation in the waters Bandengan Jepara. This research was conducted during the

    month of March 2013 in Bandengan Jepara. The material used in this study is the seaweed community

    that is divided into 3 decision, the decision is done perpendicular to the direction of the sea and the

    counting rate of sedimentation by using sediment traps were installed at that location. The method used in

    the study is a survey method. The method to determine the density of sea grass made with frame size 1x1

    m quadrants by calculating the amount of seaweed stands in each square meter along the 100 m. Density

    of seaweed in the waters in Jepara Bandengan can individu/300m2 contained 431 9 2 types of the phylum

    Chlorophyta Phylum: Halimeda opuntia at 157 individu/300m2, as much as 58 individu/300m2 Halimeda

    descoides, Halimeda makroloba by 74 individu/300m2, phylum Phaeophyta : Chordoria flagelliformis by

    31 individu/300m2, Padina crassa by 83 individu/300m2, Sargassum yendoi many as 15 individu/300m2,

    Sargassum piluliferum much as 3 individu/300m2, Sargassum confusum individu/300m2 much as 5 and

    as many as 5 individu/300m2 Sargassum duplicatum. Sedimentation rate calculation results are known

    the average rate of sedimentation at the study site was 0.85 mg/cm3/day. The correlation value between

    rate of sedimentation and the seagrass density is 0.85. This indicate that there is have relationship

    between rate of sedimentation and seagrass density in the Bandengan, Jepara.

    Keywords :Sedimentation rate, seagrass density, Bandengan Jepara.

    *) Penulis Penanggung Jawab

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    283

    PENDAHULUAN

    Pantai Bandengan merupakan pantai di pesisir utara Jawa (pantura) yang terletak di utara Kabupaten

    Jepara, Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar, hal ini dapat

    dilihat dengan keberadaan garis pantai Jepara yang panjangnya mencapai 72 Km.

    Rumput laut merupakan tanaman makro alga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang,

    dan daun sejati. Umumnya rumput laut hidup di dasar perairan. Rumput laut disebut tanaman karena

    memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga bisa berfotosintesis. Rumput laut sering disebut sebagai alga atau

    ganggang pada daerah daerah tertentu di Indonesia. Tumbuhan perairan ini bersifat unicellulair (sel satu) maupun multicellulair (bersel banyak) dan tidak tergantung pada tumbuhan lain. Rumput laut dimanfaatkan

    secara luas baik dalam bentuk raw material maupun dalam bentuk hasil olahan. Di Indonesia makroalga

    digunakan sebagai lalapan, obat, manisan, dan sayuran. Sedangkan di Jepang digunakan sebagai sayuran,

    minuman teh, dan campuran pada nasi. Selain itu, pemanfaatan makroalga adalah sebagai pupuk, makanan

    ternak, dan sumber energi (Susanto, 2000).

    Rumput laut merupakan tumbuhan air yang tumbuh pada tingkat kedalaman yang berbeda-beda

    selama cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam perairan dan dipengaruhi oleh arus dalam proses

    penyebarannya di perairan. Pentingnya pengkajian mengenai pengaruh laju sedimentasi di daerah rumput laut

    diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman rumput laut serta dampak yang terjadi apabila laju

    sedimentasi tersebut tinggi atau rendah.

    MATERI DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di perairan Bandengan, Jepara. Materi yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah sedimen dan rumput laut. Metode yang digunakan adalah metode observasi, yaitu

    metode yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai kejadian-kejadian

    yang diselidiki dalam suatu penelitian dan hasilnya menggambarkan sifat populasi dari objek penelitian.

    Metode yang digunakan pada pengambilan data adalah kuadran transek. Pengamatan dilakukan secara tegak

    lurus dari garis pantai sepanjang 100 meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat jenis rumput laut serta

    tutupan rumput laut yang ditemukan dalam tiap luasan kuadran transek. Sampel rumput laut yang diambil

    dari lokasi penelitian kemudian dilakukan identifikasi. Pada transek garis yang sudah ditentukan, dilakukan

    pengukuran terhadap variabel kualitas lingkungan.

    Pengukuran laju sedimentasi dilakukan dengan memasang sediment trap mengikuti King (1975) yang

    dibuat dari pipa paralon yang berdiameter 5cm dengan tinggi 10cm. Diletakan 4 buah sediment trap sebagai

    ulangan. Pengambilah contoh sedimen dilakukan selama 1 bulan. Kemudian sampel sedimen yang didapatkan

    dikeringkan selanjutnya dilakukan pengukuran berat sedimen untuk selanjutnya dianalisis laju sedimentasi

    dalam satuan mg/cm3/hari.

    Metode yang digunakan dalam analisa data pada penelitian ini adalah:

    Kerapatan jenis rumput laut

    Mencatat semua jenis dan jumlah masing-masing dalam bentuk individu maupun koloni dan

    menghitung kerapatan relatif setiap jenis dalam satu komunitas dengan rumus:

    x100%jenisseluruh individu Jumlah

    A jenisindividu Jumlah KR

    Penutupan jenis rumput laut

    Mengukur luas dasar yang tertutup tumbuhan dengan cara mengukur luas koloni atau individu.

    Kemudian dinyatakan dalam prosen penutupan relatif masing-masing spesies per meter persegi dengan:

    100%x jenisseluruh penutupan Jumlah

    A jenisindividu Penutupan PR

    Frekuensi penyebaran rumput laut

    Menghitung berapa kali kehadiran jenis tertentu kedalam seluruh plot dalam suatu komunitas

    kemudian menyatakan dalam prosen. Frekuensi relatif tiap jenis dalam suatu komunitas per meter persegi

    dengan:

    %100 jenisseluruh Frekuensi

    A jenis FrekuensixFR

    KR, PR, dan FR

    Setelah diperoleh harga-harga KR, PR, FR, Selanjutnya menghitung beberapa nilai berikut ini:

    Nilai Penting (NP)

    Nilai penting dapat dihitung dengan rumus: NP = KR+PR+FR

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    284

    Sedimentasi Laju sedimentasi dinyatakan dalam mg/cm

    2/hari

    1 (Kharkar et al. 1968). Pengamatan dilakukan

    dengan mengoleksi sedimen yang terperangkap dalam sedimen traps yang dipasang selama 30 hari.

    Selanjutnya dihitung berat kering sedimen (dalam mg) dengan menggunakan timbangan analitik.

    Perhitungan Laju sedimentasi dilakukan melalui persamaan seperti berikut :

    Keterangan :

    LS = laju sedimentasi (mg/cm3/hari)

    BS = berat kering sedimen (mg)

    = 3,14 r = jari jari lingkaran sedimen traps (cm) t = tinggi sedimen trap (cm)

    Gambar 1. Sedimen trap

    HASIL

    a. Kelimpahan dan Komposisi Rumput Laut Hasil pengamatan kelimpahan dan komposisi rumput laut disajikan pada Tabel 1 dibawah ini :

    No Spesies Ki KR% Pi PR% Fi FR%

    1 Halimeda opuntia 157 36,42 866 25,41 50 29,58

    2 Padina crassa 83 19,25 687 20,15 31 18,34

    3 Halimeda makroloba 74 17,17 569 16,69 30 17,75

    4 Halimeda descoides 58 13,45 344 10,09 18 10,65

    5 Chordoria flagelliformis 31 7,19 279 8,18 19 11,24

    6 Sargassum yendoi 15 3,48 363 10,65 9 5,32

    7 Sargassum duplicatum 5 1,16 110 3,23 5 2,96

    8 Sargassum confusum 5 1,16 100 2,93 4 2,36

    9 Sargassum piluliferum 3 0,69 90 2,64 3 1,77

    431 3408 169

    Didapatkan 9 spesies rumput laut yaitu Halimeda opuntia, Padina crassa, Halimeda makroloba,

    Halimeda descoides, Chordoria flagelliformis, Sargassum yendoi, Sargassum duplicatum, Sargassum

    confusum, dan Sargassum piluliferum. Berdasarkan Tabel 1 di atas, didapatkan diagram histogram dari jenis

    individu rumput laut yang disajikan pada gambar dibawah ini :

    Gambar 3. Histogram persentase kerapatan rumput laut di perairan Bandengan Jepara.

    05

    10152025303540

    KR%

    PR%

    FR%

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    285

    Berdasarkan Tabel 1 dan histogram diatas dapat diketahui pada lokasi tersebut diperoleh hasil yaitu

    jenis yang termasuk dalam filum chlorophyta yaitu Halimeda opuntia ditemukan sebanyak 157

    individu/300m2, Halimeda descoides ditemukan sebanyak 58 individu/300m

    2, Halimeda makroloba

    ditemukan sebanyak 74 individu/300m2, sedangkan yang termasuk dalam filum phaeophyta yaitu Chordoria

    flagelliformis ditemukan sebanyak 31 individu/300m2, Padina crassa ditemukan sebanyak 83

    individu/300m2, Sargassum yendoi ditemukan sebanyak 15 individu/300m

    2, Sargassum piluliferum

    ditemukan sebanyak 3 individu/300m2, Sargassum confusum ditemukan sebanyak 5 individu/300m

    2 dan

    Sargassum duplicatum ditemukan sebanyak 5 individu/300m2.

    b. Nilai Penting Rumput Laut Hasil persentase nilai penting kerapatan rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

    No Jenis Nilai Penting Persentase

    1. Halimeda opuntia 91,41 30,47

    2. Padina crassa 57,74 19,25

    3. Halimeda makroloba 51,61 17,20

    4. Halimeda descoides 34,19 11,39

    5. Chordoria flagelliformis 26,61 8,87

    6. Sargassum yendoi 19,45 6,48

    7. Sargassum duplicatum 7,35 2,45

    8. Sargassum confusum 6,45 2,15

    9. Sargassum piluliferum 5,1 1,7

    300

    Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat persentase nilai penting dari Halimeda opuntia ditemukan sebesar

    30,47%, Padina crassa sebesar 19,25%, Halimeda makroloba sebesar 17,20%, Halimeda descoides sebesar

    11,39%, Chordoria flagelliformis sebesar 8,87%, Sargassum yendoi sebesar 6,48%, Sargassum duplicatum

    sebesar 2,45%, Sargassum confusum sebesar 2,15% dan Sargassum piluliferum sebesar 1,7%

    c. Kelimpahan Meiofauna Hasil laju sedimentasi (mg/cm

    3/hari) yang diperoleh tersaji pada Tabel 3 di bawah ini.

    Line 1 Line 2 Line 3 Rata rata

    0,76 0,85 0,93 0,85

    Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat laju sedimentasi pada pengulangan pertama sebesar 0,76 mg/cm3/hari,

    pengulangan kedua sebesar 0,85 mg/cm3/hari, pengulangan ketiga sebesar 0,93 mg/cm

    3/hari, sehingga

    didapatkan rata-rata laju sedimentasi pada lokasi tersebut sebesar 0,85 mg/cm3/hari.

    d. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan pada saat sampling dengan hasil pengukuran yang

    didapatkan seperti pada Tabel 5 dibawah ini:

    Parameter Satuan Nilai pengamatan di lokasi

    Nilai optimum Pustaka 1 2 3

    Suhu air O C 28 29 28 29 28 29 28-30 Dahuri, 2003

    Salinitas 0/00 31 31 31 29-34 Alongi, 1998

    Kec Arus m/s 0,03-0,08 0,03-0,09 0,04-0,1 0,01-0,33 Trono, 1988

    Kecerahan Cm Sampai

    dasar

    Sampai

    dasar

    Sampai

    dasar - Alongi, 1998

    Kedalaman M 0,15-0,60 0,65-1,00 1,00-1,30 Sd 20 Alongi, 1998

    DO mg/l 4,8 4,2 4 3,5-6,0 Hutabarat, 2000

    Berdasarkan Tabel 5 tersebut dapat dilihat suhu pada pengulangan 1, 2 dan 3 berkisar antara 28-29C,

    salinitas berkisar antara 31, untuk kedalaman berkisar antara 0,15-1.30 meter, sedangkan untuk kecerahan pada ke tiga pengulangan tersebut tidak terhingga (dasar perairan terlihat), dan untuk kecepatan arus berkisar

    antara 0, 03 0,1 m/detik, serta oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4 - 4,8 mg/l.

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    286

    e. Hubungan Laju Sedimetasi dengan Kerapatan Rumput Laut Pada Uji Korelasi didapatkan nilai sebesar 0,85 (> 0,05) dengan asumsi H1 diterima dan H0 ditolak. Hal

    ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut di perairan

    Bandengan, Jepara. Nilai korelasi antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut di perairan

    Bandengan, Jepara sebesar 0,85 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara laju sedimetasi

    dengan kerapatan lamun yang berbeda di perairan Bandengan, Jepara.

    PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan di perairan bandengan, Jepara dapat dilihat dari tabel 1. Hasil jenis rumput laut yang

    ditemukan di lokasi sampling ditemukan 9 jenis yaitu Halimeda opuntia, Halimeda descoides, Halimeda

    makroloba, Chordoria flagelliformis, Padina crassa, Sargassum yendoi, Sargassum piluliferum, Sargassum

    confusum, dan Sargassum duplicatum. Berdasarkan tabel 1, jenis yang banyak ditemukan adalah Halimeda

    opuntia. Kerapatan, penutupan maupun frekuensi dari Halimeda opuntia paling tinggi yaitu 36,42% untuk

    kerapatan relatif, 25,41% untuk penutupan relatif dan 29,58% untuk frekuensi relatif. Halimeda opuntia

    merupakan Alga hijau yang merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau berbeda dengan

    divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung

    pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofil. Selain itu, Halimeda

    opuntia memiliki kerapatan yang tertinggi dikarenakan substrat dasar di perairan tersebut banyak di dominasi

    oeh jenis pasir dan pecahan karang. Menurut Kordi (2010), alga hijau biasa ditemukan pada jenis substrat

    pasir, pecahan karang dan karang mati, serta mampu meningkatkan produktivitas di perairan tersebut.

    Sedangkan secara akumulatif rata-rata laju sedimentasi pada lokasi tersebut adalah 0,85 mg/cm3/hari.

    Kecepatan endapan sedimen tersebut tergolong level rendah. Menurut Supriharyono (2000) Perkiraan

    dampak level sedimentasi, digolongkan dalam tiga dampak yaitu kecil sedang bila laju sedimentasi 1-10 mg/cm

    3/hari, kategori sedang-bahaya bila laju sedimentasi 10-50 mg/cm

    3/hari, kategori sangat bahaya bila

    laju telah melebihi 50 mg/cm3/hari. kondisi laju sedimentasi tersebut masih baik bagi pertumbuhan rumput

    laut. Pengaruh laju sedimentasi di perairan tersebut dapat berdampak baik dan buruk, karena fungsi

    sedimentasi membawa unsur unsur hara di perairan yang dibawa oleh arus kemudian dapat dimanfaatkan oleh komunitas rumput laut untuk pertumbuhan serta produktivitas dalam perairan tersebut, apabila laju

    sedimentasi yang tinggi maka perairan akan mengalami kekeruhan dan berdampak mengurangi kelimpahan

    dari biota tersebut.

    Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia pada lokasi sampling didapatkan, pengukuran suhu air

    yang ideal (28-29oC). Hutabarat dan Evans (1985) mengatakan bahwa kisaran temperatur di semua perairan

    Indonesia yang merupakan daerah tropis adalah relatif sama. Menurut Dahuri (2003) kisaran optimum

    temperatur untuk pertumbuhan biota adalah 26-30 oC.

    Hasil pengukuran salinitas di lokasi penelitian berada pada kisaran 310/00 Menurut Aslan (1998),

    kesuburan alga atau rumput laut dipengaruhi oleh kadar garam atau salinitas perairan tersebut dan salinitas

    optimum untuk kehidupan rumput laut berkisar antara 29-340/00.

    Pada pengukuran kecepatan arus didapatkan besarnya kecepatan arus pada lokasi penelitian 0,03 sampai

    0,1 m/s. Aslan (1998) menyatakan bahwa arus merupakan faktor pembatas dalam penyebaran spora,

    pelekatan dan pertumbuhan rumput laut, hal ini dikarenakan zat hara yang ada di perairan dibawa oleh arus,

    sehingga zat hara diperairan dapat tersebar dan gerakan air mempengaruhi melekatnya spora pada

    substratnya. Kisaran arus untuk pertumbuhan rumput laut di perairan berkisar antara 0,01-0,33 m/s.

    Kecerahan pada lokasi tersebut memiliki kecerahan yang tinggi yaitu sampai dasar perairan, dan

    kedalaman pada lokasi tersebut berkisar 30-145 cm. Nilai kecerahan dan kedalaman yang diperoleh saat

    penelitian menunjukan bahwa cahaya matahri masih dapat menembus hingga dasar perairan.menurut Perkins

    (1974) menyatakan bahwa Rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk melakukan

    proses fotosintesis di perairan, dan adanya kekeruhan pada perairan yang terjadi secara terus menerus dapat

    menyebabkan penetrasi cahaya yang masuk berkurang dan bisa mengakibatkan kematian pada biota tersebut.

    Hasil pengukuran DO pada lokasi tersebut berkisar antara 4- 4,8 mg/l. Menurut Odum (1971), kisaran

    DO yang ada pada suatu perairan berkisar antara 3,5-6 mg/l, sehingga dapat dikatakan bahwa kisaran DO

    pada lokasi penelitian masih layak bagi kehidupan organisme di perairan tersebut.

    Hasil analisa uji korelasi didapatkan nilai sebesar 0,75 ( 0,05), dengan kesimpulan H0 diterima dan H1 ditolak yaitu ada hubungan antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut di perairan Bandengan,

    Jepara. Selain itu, didapatkan nilai korelasi antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut sebesar

    0,85. Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh dan hubungan yang erat antara laju sedimentasi dengan

    kerapatan rumput laut di perairan Bandengan, Jepara.

    KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwa kerapatan rumput laut terdapat 431

    individu/300m2yang terdiri dari Halimeda opuntia, Padina crassa, Halimeda makroloba, Halimeda

    descoides, Chordoria flagelliformis, Sargassum yendoi, Sargassum dupicatum, Sargassum confusum dan

  • DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 282-287

    http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

    287

    Sargassum piluliferum. Sedangkan nilai rata-rata laju sedimentasi pada lokasi tersebut masih tergolong kecil yaitu 0,85 mg/cm3/hari.

    Dari hasil Uji Korelasi menunjukkan bahwa adanya pengaruh dan hubungan yang erat antara kerapatan

    rumput laut dengan laju sedimentasi di Bandengan, Jepara.

    SARAN

    Perlu dilakukan lanjutan mengenai laju sedimentasi di perairan Bandengan, Jepara.dengan rentang

    waktu pengambilan sampel yang lebih lama dan jarak stasiun yang lebih menyebar sehingga pengamatan

    dapat meliputi seluruh perairan tersebut dan akan memberi kelengkapan informasi tentang hubungan antara

    kerapatan rumput laut dengan laju sedimentasi.

    Ucapan Terimakasih

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ir. Ruswahyuni MSc dan Dra.

    Niniek Widyorini, MS. yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan penulisan ini, serta

    keluarga dan temanteman yang turut berpartisipasi dalam penelitian dan terus memberikan dukungan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alongi, D. M. 1998. Coastal Ecosystem Process. CRC Press. New York. 419pp

    Aslan,M.1998. Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    Dahuri, R.J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan

    Secara Terpadu. PT.Pradnya Paramita. Jakarta. 305 hlm.

    Hutabarat, S dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Undip Press. Semarang. 157 hlmn

    Kharkar, D.P., K.K. Turekian, and K.K Bertine. 1968. Stram supply of dissolved silver, molybdenum,

    antimony, selenium, chromium, cobalt, rubidium and cesium to the oceans. Geochim. Cosmochim.

    Acta.,32:285-298.

    King, C.M. 1975. Introduction to marine geology and geomorphology. Arnold, London,370p.

    Kordi, K. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik Untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-obatan. Penerbit ANDI.

    Yogyakarta

    Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. WB Sounders Company, Philadelpia. 574 pp.

    Perkins, J. 1974. The Biology. Revised Edition. Reston Publishing Company Inc. Reston Virginia USA.

    Santoso, S.2011. Mastering SPSS. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

    Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta. 56 hlm.

    Susanto, AB. 2000. Abalon dan Rumput Laut. Navila Idea. Jakarta.

    Trono, J.R. 1988. Euchema Farming in The Philipines, UP. Natural Science Research Center, Quizon City.