jurnal cadaver

6
47 Jurnal Anatomi Indonesia VOLUME 01 No. 02 Desember 2006 Halaman 47 - 52 PENGANTAR Dengan dipelopori oleh McMaster di Kanada dan Maastricht di Belanda, kemudian didukung oleh Gen- eral Medical Counsil di Inggris melalui “Tomorrow’s Doctors”nya, sejak awal tahun 1980-an muncul reformasi besar dibidang pendidikan kedokteran. 1 Reformasi ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. 2 Gambaran umum dari proses reformasi adalah berkurangnya pengaruh langsung departemen terhadap apa, kapan dan bagaimana disiplin ilmu diajarkan. 2,3 Akibatnya, banyak disiplin, utamanya ilmu-ilmu kedokteran dasar, harus mempertimbang- kan kembali posisinya di dalam kurikulum pendidikan dokter. 2 Pendidikan dokter tradisional dikritik karena sarat dengan kurikulum yang berisi fakta yang tidak relevan dengan keadaan klinik; mahasiswa harus mengingat banyak hal; kuliah-kuliah didaktik berpusat pada dosen; cara belajar pasif dan kurang Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikan kedokteran dasar* Djoko Prakosa Bagian Anatomi, Embriologi & Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Reformasi pendidikan kedokteran telah menyebar seperti epidemi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Gambaran umum dari proses reformasi ini adalah berkurangnya pengaruh langsung departemen terhadap apa, kapan dan bagaimana materi diajarkan. Hal ini menyebabkan beberapa disiplin, terutama ilmu-ilmu dasar, harus mempertimbangkan kembali posisinya di dalam kurikulum pendidikan dokter. Dalam waktu dekat Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia II (KIPDI II) akan diganti dengan KIPDI III. Berbeda dengan KIPDI I dan II yang disusun berdasarkan cabang ilmu, KIPDI III disusun berdasarkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh lulusan pendidikan dokter. Pada KIPDI III, kurikulum inti untuk tiap cabang ilmu tidak didefinisikan, sebaliknya didorong adanya variasi kurikula dengan membebaskan tiap institusi untuk mendefinisikan sistem inti serta memilih modul-modul pembelajarannya sendiri. Mengingat adalah tanggung jawab ahli anatomi bahwa dokter yang diluluskan oleh fakultas/program studi kedokteran mempunyai pengetahuan anatomi yang memadai untuk menjalankan tugasnya sehari-hari, di dalam makalah ini akan dibahas mengapa anatomi perlu diajarkan kepada mahasiswa kedokteran, apa batasan kurikulum inti anatomi, kapan diberikan, bagaimana caranya dan siapa pengajarnya? Kata kunci : kurikulum pendidikan dokter, kurikulum anatomi, problem based learning komunikasi dengan pasien. Padahal, dengan penggunaan komputer dan informatik biomedik yang lain, kebutuhan untuk mengingat dan diseksi dikurangi. Tambahan lagi, anggapan bahwa maha- siswa kedokteran seharusnya merawat pasien hanya setelah belajar ilmu-ilmu preklinik juga telah ditinggal- kan. 1 Khusus anatomi dianggap terlalu panjang, dan subyek yang harus dipelajari secara detil tidak relevan dengan praktek klinik. Konsekuensinya, tujuan instruksional anatomi dikurangi. Akibat dari anggapan tadi, serta dimasukkannya subyek-subyek lain di kurikulum pendidikan dokter, menyebabkan waktu untuk pembelajaran anatomi sejak tahun 1960-an dan 1970-an dipotong secara drastis. 1,3-7 Penyesuaian dengan waktu yang tersedia ini mengakibatkan pendidikan anatomi berdasarkan topografi struktur anatomis yang secara tradisional diajarkan melalui kuliah didaktik dan diseksi tubuh, * Disampaikan pada Simposium Pendidikan Anatomi di Kongres Nasional XI dan Pertemuan Ilmiah Nasional PAAI di Yogyakarta 29-30 Juli 2005

Upload: re-aya-san

Post on 14-Aug-2015

142 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

add

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Cadaver

47

Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Desember 2006

JurnalAnatomi Indonesia

VOLUME 01 No. 02 Desember 2006 Halaman 47 - 52

PENGANTARDengandipelopori oleh McMaster di Kanada dan

Maastricht di Belanda, kemudian didukung oleh Gen-eral Medical Counsil di Inggris melalui “Tomorrow’sDoctors”nya, sejak awal tahun 1980-an munculreformasi besar dibidang pendidikan kedokteran.1Reformasi ini dengan cepat menyebar ke seluruhdunia.2 Gambaran umum dari proses reformasiadalahberkurangnyapengaruh langsungdepartementerhadap apa, kapan dan bagaimana disiplin ilmudiajarkan.2,3 Akibatnya, banyak disiplin, utamanyailmu-ilmu kedokteran dasar, harus mempertimbang-kan kembali posisinya di dalam kurikulum pendidikandokter.2

Pendidikan dokter tradisional dikritik karenasarat dengan kurikulum yang berisi fakta yang tidakrelevan dengan keadaan klinik; mahasiswa harusmengingat banyak hal; kuliah-kuliah didaktikberpusat pada dosen; cara belajar pasif dan kurang

Menggagas pembelajaran anatomi padakurikulum berbasis kompetensi untukpendidikan kedokteran dasar*

Djoko PrakosaBagian Anatomi, Embriologi & AntropologiFakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada

ABSTRAKReformasipendidikan kedokteran telah menyebarseperti epidemi di seluruhdunia, termasuk Indonesia.Gambaranumum dari proses reformasi ini adalah berkurangnya pengaruh langsung departemen terhadap apa, kapan danbagaimana materi diajarkan. Hal ini menyebabkan beberapa disiplin, terutama ilmu-ilmu dasar, harusmempertimbangkan kembali posisinya di dalam kurikulum pendidikan dokter. Dalam waktu dekat Kurikulum IntiPendidikan Dokter Indonesia II (KIPDI II) akan diganti denganKIPDI III.Berbeda dengan KIPDI Idan II yang disusunberdasarkancabang ilmu,KIPDI III disusunberdasarkankompetensiapayangharusdimiliki oleh lulusanpendidikandokter. Pada KIPDI III, kurikulum inti untuk tiap cabang ilmu tidak didefinisikan, sebaliknya didorong adanya variasikurikula dengan membebaskan tiap institusi untuk mendefinisikan sistem inti serta memilih modul-modulpembelajarannya sendiri. Mengingat adalah tanggung jawab ahli anatomi bahwa dokter yang diluluskan olehfakultas/program studi kedokteran mempunyai pengetahuan anatomi yang memadai untuk menjalankan tugasnyasehari-hari, di dalammakalah ini akan dibahas mengapa anatomi perlu diajarkan kepada mahasiswa kedokteran,apa batasan kurikulum inti anatomi, kapan diberikan, bagaimana caranya dan siapa pengajarnya?

Kata kunci : kurikulum pendidikan dokter, kurikulum anatomi, problem based learning

komunikasi dengan pasien. Padahal, denganpenggunaan komputer dan informatik biomedik yanglain, kebutuhan untuk mengingat dan diseksidikurangi. Tambahan lagi, anggapan bahwa maha-siswa kedokteran seharusnya merawat pasien hanyasetelah belajar ilmu-ilmu preklinik juga telah ditinggal-kan.1

Khusus anatomi dianggap terlalu panjang, dansubyek yang harus dipelajari secara detil tidak relevandengan praktek klinik. Konsekuensinya, tujuaninstruksional anatomi dikurangi.Akibat dari anggapantadi, serta dimasukkannya subyek-subyek lain dikurikulum pendidikan dokter, menyebabkan waktuuntuk pembelajaran anatomi sejak tahun 1960-andan 1970-an dipotong secara drastis.1,3-7

Penyesuaian dengan waktu yang tersedia inimengakibatkan pendidikan anatomi berdasarkantopografi struktur anatomis yang secara tradisionaldiajarkan melalui kuliah didaktik dan diseksi tubuh,

* Disampaikan pada Simposium Pendidikan Anatomi di Kongres Nasional XI dan Pertemuan Ilmiah NasionalPAAI di Yogyakarta 29-30 Juli 2005

Page 2: Jurnal Cadaver

48

Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi

diganti dengan berbagai macam modul pembelajarankhusus, diskusi berdasarkan problem, komputer,model plastik dan berbagai macam alat pembelajaranyang lain. Bahkan, pada beberapa pusat, pendidikananatomi dengan kadaver tidak lagi diberikan.1,5,8,9

Akibatnya, detil anatomi yang diharapkan akandipelajari oleh mahasiswa kedokteran sekarang inijauh lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswakedokteran di masa lampau.9 Meskipun demikian,secara umum diakui bahwa beberapa disiplin anatomiseperti makroanatomi dan histologi, yang tidaktermasuk dalam riset ilmu dasar mutakhir, pentinguntuk mahasiswa kedokteran.9

Tantangan bagi pembelajaran anatomi pada eramodern adalah untuk menentukan apa yang secaralangsungdansecaraklinis relevanuntuk lulusandokterumum.Tekanan untuk mendefinisikan dan menajam-kan pengertianmaterial “inti” yang relevanuntuk dasarilmu pengetahuan medis terus berkembang.Kebutuhan untuk menetapkan seberapa besar waktuyang seharusnya diberikan untuk anatomi dan jugailmu dasar lain semakin mendesak. Pertanyaannyaadalah bagaimana menentukan batas antara apainformasi esensial yang dibutuhkan mahasiswadengan apa yang menarik untuk diketahui.9

Jumlah tenaga pengajar yang kompeten dibidang anatomi akhir-akhir ini cenderung turun.1,5,7

Ditambah lagi, ahli anatomi yang secara tradisionalmempunyai beban mengajar yang besar, merasabahwa beban tersebut menghambat output riset,yang menjadi bahan pertimbangan penting untukpengembangan karir mereka.Akibatnya, beberapaahli anatomi memilih memperbanyak waktu untukriset dengan mengurangi waktu untuk mengajar.1,4,7,8

Reformasi pendidikan dokter juga mulaimerambah di Indonesia. Dalam waktu dekat akandiberlakukan KIPDI III10. Berbeda dengan KIPDI I danII yang disusun berdasar cabang ilmu, KIPDI IIIdisusun berdasar kompetensi apa yang harusdimiliki oleh lulusan pendidikan dokter. Pada KIPDIIII, kurikulum untuk tiap cabang ilmu tidak didefinisi-kan, sebaliknya didorong adanya variasi kurikuladengan membebaskan tiap institusi untuk men-definisikan sistem inti serta memilih modul-modulpembelajarannya sendiri. Mengingatadalah tanggungjawab ahli anatomi bahwa dokter yang diluluskanoleh fakultas/program studi kedokteran mempunyaipengetahuan anatomi yang memadai untukmenjalankan tugasnya sehari-hari, di dalam makalahini akan dibahas mengapa anatomi perlu diajarkankepada mahasiswa kedokteran, apa batasankurikulum inti anatomi, kapan diberikan, bagaimanacaranya dan siapa pengajarnya?

MENGAPAANATOMI PERLU DIAJARKAN?Ada beberapa hal perlu dibahas mengapa

anatomi perlu dipelajari:1. Pengetahuan tentang struktur tubuh manusia

dari apa yang terlihat dengan mata telanjang(makroanatomi) sampai ke tingkat molekularmerupakan hal mendasar untuk memahamifungsi tubuh dan bagaimana struktur maupunfungsi berubah karena penyakit. Di dalampraktek kedokteran, peran anatomi sangat luas.Palpasi, auskultasi, perkusi, akses arteri danvena, laparoskopi, arthroskopi, pemblokiransaraf, drainase cairan dari rongga-rongga tubuh,serta pemahaman terhadap berbagai macammanifestasi trauma, merupakan beberapa daripraktek kedokteran yang saat ini membutuhkanpengetahuan tentang anatomi.11

2. Beberapa dasa warsa terakhir ini terjadiperkembangan yang luar biasa berupa teknik-teknik untuk pencitraan anatomi pada pasienhidup. Contohnya mulai dari endoskopi danlaparaskopi sampai ke computed tomography(CT) dan magnetic resonance imaging (MRI),serta pengembangan teknologi baru untukvisualisasi tiga-dimensi. Perkembangan teknikpencitraan yang canggih ini disertai pula denganpengembangan terapi invasif minimal yangditujukan pada organ-organ dan/atau tempat-tempat tetentu didalamnya. Oleh karena itu,pengetahuan tentang makroanatomi menjadisemakin penting, tidak hanya untuk meng-interpretasi citra hasil teknik yang canggihtersebut, tetapi juga untuk memahami jalanyang ditempuh untuk mencapai target terapipada tempat yang spesifik.7,11

3. Pendidikan anatomi untuk undergraduate difakultas kedokteran mempunyai banyak faset:mengenalkan kepada mahasiswa terhadaprealitas kematian; mengembangkan ketrampilanpsikomotor; menegaskan konsep variabilitasbiologis dan memperlihatkan perubahan-perubahan patologis yang umum; mengajarkanterminologi medis; membantu interaksi sosialdan komunikasi; dan memberi petunjuk bagai-mana mengakses informasi.1Anatomi merupa-kan ilmu pengetahuan deskriptif yang mengenal-kanmahasiswakepadabahasamedis.Diperkira-kan bahasa ini terdiri tidak kurang dari 10.000istilah. Istilah tersebut, majoritas dijumpai dimakroanatomi.11,12

4. Pengurangan waktu pembelajaran anatomi didalam kurikulum diduga menyebabkankekurang-pengetahuan mengenai anatomi pada

Page 3: Jurnal Cadaver

49

Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Desember 2006

generasi baru ahli bedah.1 Hal ini didasarkanpada laporanbahwaantara tahun 1995dan 2000ada peningkatan tujuh kali lipat tuntutan hukumyang berhubungan dengan kesalahan anatomisyang ditujukan pada Medical Defence Union diInggris. Juga di Amerika Serikat diungkapkanoleh Cahill et al. (2000)1 bahwa dari 80.000kematian yang dapat dicegah per tahun, setidak-tidaknya sebagian dapat digolongkan karenaketidak-kompetenan anatomis.

Dengan demikian, nyata bahwa anatomi akantetap menjadi prasarat untuk pendidikan dokter padaabad ini. Disiplin anatomi tetap penting untukmengetahui bagaimana mendekati pasien untukdiagnostik maupun terapeutik, walaupun carapembelajarannya akan berubah.

KURIKULUM INTIANATOMIMonkhouse (1992)4 berpendapat bahwa

pembelajaran anatomi di tingkat undergraduateseharusnya ditujukan untuk disiplin yang pendidikanpostgraduatenya tidak menyertakan pembelajarananatomi di dalamya – misalnya dokter umum.Setelah lulus menjadi dokter mereka secara formaltidak akan belajar anatomi lagi. Untuk mereka itulahbasis yang diberikan di kurikulum anatomi under-graduate harus relevan dan terjamin. Oleh karenaitu, para pengajar anatomi harus mengidentifikasikurikulum inti anatomi yang seharusnya diketahuioleh mahasiswa kedokteran.

AACA (American Association of Clinical Anato-mists) telah membuat dokumen kurikulum yangmenjamin tercapainya dasar anatomis yang kuatuntuk praktek kedokteran saat ini dan di masamendatang.11 AACA mengajukan konsep anatomisdan subyek bahasan kurikulum anatomi klinis gunamempersiapkan mahasiswa untuk kelak menjadidokter yang tidak saja paham rasional dan keter-batasan dari prosedur klinik berdasar anatomi, tetapiyang lebih penting lagi paham akan prosedur klinikyang dapat dibangun di atas landasan tersebut(Gambar 1). Dokumen tersebut menekankanpentingnya terminologi anatomi, variasi normal,hubungan-hubungan tiga dimensi, anatomi fungsio-nal dan living anatomy, dan teknologi pencitraan yangdigunakan untuk pelayanan pasien.

Netherlands Association of Anatomists (NAA)pada tahun 1999 mempublikasikan General PlanAnatomy: Objectives of the teaching of anatomy/embryology in medical curricula in the Netherlands.12 Appendix 1 dari General Plan Anatomi berisi Dis-cipline-related objectives Anatomy yang sangat

terinspirasi oleh AACA. Berbeda dengan konsepAACA,subyek bahasan di appendix 1 General PlanAnatomy dimulai dengan bab “Anatomi Terapan”untuk menunjukkan bahwa bab berikutnya “AnatomiSistematik” menyajikan kondisi yang diperlukanuntuk membuat anatomi praktis pada basis kausal.Anatomi terapan dibagi menjadi dua paragraf:“Anatomi Fungsional” dengan contoh proses dansituasi yang membutuhkan pemahaman anatomiyang kuat, dan “Anatomi Radiologis” yang menyaji-kan contoh citra kondisi normal dan abnormal dimanapengetahuan anatomi wajib diketahui.

Isi appendix 1 General Plan Anatomi miripdengan Clinical Anatomynya AACA tetapi sudahdisesuaikan dengan kondisi setempat di Belanda.Menurut mereka General Plan Anatomy lebih sedikitdaripada Clinical Anatomynya AACA dalam halstruktur yang dibahas.12

Gambar 1. Konsep anatomi yang mengikat subyek didalam kurikulum makroanatomi menjadi suatu

bentuk yang dapat diterapkan secara klinisdigambarkan di dalam bentuk hirarki piramidal11.

NAA telah melangkah lebih jauh lagi denganmengadakan simposium Teaching of Anatomy/Em-bryology untuk implementasi General PlanAnatomy.Perhatian khusus ditujukan untuk menjaringpendapat para klinisi mengenai kegunaan praktisdokumen tersebut.2 Van Engelshoven dan Wilmink(2001)13, keduanya klinisi, memandang bahwa didalam General Plan Anatomy pengurangan materitidak terealisasi. Mereka berpendapat bahwa daftarobyektif terkait disiplin sangat komprehensif. Merekapaham bahwa akan sangat sulit bagi para ahlianatomi untuk mengurangi bahan ajar merekasendiri. Menurut mereka diskusi dengan klinisi

Anatomiklinis

LivingAnatomy

Anatomipencitraan

Anatomi fungsional

Anatomi3 dimensi

Terminologi anatomi

Variasianatomi

Page 4: Jurnal Cadaver

50

Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi

diperlukan untuk mendefinisikan apa yang relevansecara klinik, karena relevansi ini akan sangatberbeda bagi seorang dokter umum dibandingdengan ahli bedah ortopedi, ahli tumor, atau radiolog.

Dyball et al. (2003)14 melalui The AnatomicalSociety of Great Britain and Ireland (ASGBI)mempublikasikan:Setting a benchmark for anatomi-cal knowledge and its assessment (A corecorriculum for teaching anatomy to medical stu-dents). Dokumen tersebut meskipun lebih pendekdibandingkan dengan General Plan Anatomy ,mencakup landasan yang sama.

Merespon berlakunya KIPDI III, dengan belajardari perhimpunan-perhimpunan anatomi di berbagainegara, maka seharusnya PAAI (Perhimpunan AhliAnatomi Indonesia), dengan bekerja sama denganpara klinisi, mulai memikirkan untuk membuatdokumen kurikulum inti anatomi pendidikan dokterdi Indonesia

BAGAIMANAANATOMI DIAJARKAN?Isu pokok mengenai bagaimana dan kapan

anatomi diajarkan berkisar pada keuntungan dankerugian penggunaan cadaver dan teknologi kom-puter15, serta apakah anatomi diberikan secaraterintegrasiataunon-integrasi.16Keuntunganpemakai-an cadaver antara lain adalah1,6: Proses diseksi mem-berikan kepada mahasiswa pandangan 3 dimensianatomi manusia; diseksi memperkuat dan meng-elaborasi pengetahuan yang diperoleh pada waktumengikuti kuliah dan tutorial; integrasi anatomi padaorganisme secara keseluruhan juga dianggap ke-unggulan dari pembelajaran secara tradisional; studipada cadaver memberikan kesempatan untuk meng-apresiasi rentang variabilitas yang terdapat padamaterial manusia yang sesungguhnya dibandingkandengan apa yang diuraikan dalam textbook dan padaperaga plastik; belajar di ruang diseksi merupakanpengenalan terhadap self-directed learning danteamworking; penggunaan cadaver dapat dipakaisebagai media untuk pembelajaran terhadap isue-isue moral dan etikal. Sedangkan kerugiannyadikemukakan oleh McLachlan et al. (2004) sebagaiberikut.17 Sehari-hari seorang dokter umumberhadapan dengan anatomi melalui dua modalitas:living anatomy dan pencitraan medis. Diseksi danproseksi mungkin bukan merupakan penggambaranyang baik untuk living anatomy. Berhubungkeadaannya, cadaver tidak responsif terhadap gerakdan investigasi interaktif misalnya palpasi danperkusi. Informasi yang didapat dari diseksi tidaksiap untuk diterjemahkan ke dalam gambaran cross-sectional yang dihasilkan melalui berbagai

pencitraan. Proses fiksasi secara bermakna jugamerubah warna dan tekstur jaringan manusia, yangtentu sangat berbeda keadaannya dengan apa yangterlihat pada pembedahan.

Terlepas dari pro dan kontra penggunaan ca-daver, berbagai penelitian telah dilakukan terhadapkegunaan diseksi dalam pembelajaran anatomi.Ternyata waktu yang dihabiskan di meja diseksibukan merupakan cara paling efisien untuk belajar.Penggunaan proseksi dan berbagai media bantu lainuntuk mengajar memberi hasil yang sama bagusnyadi dalam pembelajaran pengetahuan anatomi.Diseksi mempunyai keterbatasan. Diseksi tidak baikuntuk pembelajaran beberapa area penting misalnyaosteologi, sistem saraf (terutama saraf yang kecil-kecil), anatomi permukaan, anatomi organ kecil atauyang tidak jelas batasnya (misalnya glandulaparathyroidea, suprarenal, epiphyse, atau pancreas,sistem limfe dan lain-lain). Untuk itu dibutuhkanmedia alternatif, misalnya skeleton yang sudahlepas/model skeleton, film radiologis, proseksi, modelplastinasi, simulasi komputer dan lain-lainnya.6

Di Inggris pada tahun 2002 didirikan fakultaskedokteran yang tidak menggunakan cadaver untukpembelajaran anatominya.18 Sebagai ganti cadavermereka menggunakan kombinasi antara livinganatomy, model plastik, contoh-contoh pencintraanmedis dilengkapi dengan portable ultrasound scan-ners, pencitraan tiga-dimensi dan animasi, sertapenggunaan simulator.17 General Medical Council(GMC), yang bertanggung jawab menyusun stan-dard untuk pendidikan undergraduate mengatakanbahwa perhatian utama mereka pada outcome,bukan pada proses. Namun demikian, personel GMCakan memvisitasi fakultas kedokteran tersebutapakah standardnya dijaga.18

Bagaimanapun juga, perbandingan hasil pem-belajaran anatomi antara yang didapat melaluidiseksi cadaver dan yang didapat melalui media ajaryang lain sampai saat ini belum bisa dilakukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwadiseksi anatomi nampaknya akan tetap ada, tetapitidak untuk undergraduate. Diseksi hanya untukpostgraduate, misalnya untuk mendidik calon ahlibedah.6 Sebaliknya penggantian cadaver seluruhnyadengan media ajar lain membutuhkan teknologitinggi dan biaya yang tidak sedikit.15

Metode pengajaran anatomi dapat dibedakanmenjadi integratif dan non-integratif. Pembelajarananatomi secara non-integrasi dilakukan pada pen-didikan tradisional, dan umumnya diberikan padatahun pertama, dilanjutkan pada tahun kedua, sete-lah itu anatomi tidak diberikan lagi. Sedangkan yang

Page 5: Jurnal Cadaver

51

Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Desember 2006

terintegrasi antara lain terdapat pada institusi-institusipendidikan dokter yang menggunakan sistem Prob-lem-based learning (PBL). Di sini anatomi diberikanbaik bersama-sama dengan ilmu-ilmu dasar lain(integrasi horisontal) maupun dengan ilmu-ilmu klinik(integrasi vertikal). Berbeda dengan cara yang non-integratif, pembelajaran anatomi secara terintegrasidiberikan mulai dari awal sampai akhir pendidikandokter.

Prince et al.(2003) melakukan survey terhadapmahasiswa tahun ke empat dari berbagai fakultaskedokteran di Belanda.16 Hasilnya menunjukkanbahwa pengetahuan anatomi mahasiswa dengansistem PBL tidak lebih rendah dari pengetahuananatomi dari mahasiswa yang berasal dari fakultasyang melakukan pendekatan pendidikan yang lebihtradisional. Namun McKeown et al. (2003) melapor-kan hasil yang berbeda.19 Mereka melaporkan bahwakurikulum anatomi terintegrasi mempunyai dampaknegatif terhadap pengetahuan mahasiswa mengenaianatomi permukaan.

SIAPAYANG MENGAJAR?Dokumen kurikulum inti anatomi, baik yang

dikemukakan oleh AACA (1996)11 , NAA (1999)12

maupun ASGBI (2003)14, mengisyaratkan bahwapengajar anatomi adalah orang yang memahamimasalah-masalah kedokteran. Dengan demikian,idealnya seorang ahli anatomi juga seorang dokter.

Beberapa isu pokok tentang pengajar anatomiyang ada perlu dikemukakan yaitu kecenderunganuntuk semakin turunnya jumlah dan kualitas pengajaranatomi serta kecenderungan semakin populernyaPBL didalam sistem pendidikan dokter, yangmengisyaratkan bahwa tugas utama pengajar adalahsebagai fasilitator sehingga penguasaan ilmu padadisiplin tertentu tidak perlu dikuasai.5,7,9

Ada berbagai penyebab berkurangnya ahlianatomi. Survey di Amerika Serikat dan Kanadamenunjukkan bahwa peran dan kebutuhan akan ahlianatomi yang terlatih dalam pendidikan doktermenurun sejalan dengan reformasi kurikulum kearah yang lebih student-centered. Menurunnya ahlianatomi yang terlatih juga menggambarkan praktekumum bahwa kemampuan anatomi lebih di hargaioleh karena riset yang dilakukannya dibandingkandengan waktu yang dihabiskannya untuk mengajar.Situasi ini ironisnya mengarah kepada pengertianbahwa ahli anatomi akan bisa meningkat karirnyadengan cepat hanya apabila mereka merekameminimalkan keterlibatan mereka pada disiplinakademik yang tradisional.1,5,8 Tekanan untuk dapat

melakukan riset menyebabkan perubahan-per-ubahan di sebagian besar departemen anatomi diAmerika Serikat dan program-program graduatemereka. Nama departemen diubah untuk menunjuk-kan perluasan aktivitas riset mereka serta untukmenarik mahasiswa graduate.7

Di Amerika Serikat dan Kanada pemotongankurikulum menyebabkan mahasiswa kedokteranyang mengambil kursus-kursus anatomi berkurang.Demikian pula mahasiswa kedokteran yang memilihkarir akademik di bidang anatomi berkurang.Akibatnya, pos-pos di departemen anatomi banyakdiisi oleh mereka yang non-dokter bahkan yangpendidikan undergraduatenya jauh dari anatomi.Karena kekurangan personel kadang-kadangmahasiswa graduate yang berlatar belakang non-anatomi di departemen anatomi, di latih anatomisekedarnya kemudian diberi tugas mengajar atausebagai demonstrator.5

Apabila hal ini tidak dicegah, McCuskey et al.(2005)7 mengkhawatirkan timbulnya risiko untukmencetak generasi para profesional kesehatan – ahlibedah, radiologis, internis, ners, dokter gigi, ahli reha-bilitasi, ahli farmasi dan lain-lain – yang pengetahuanmengenai struktur dan fungsi tubuh terutama datangdari para instruktur yang belajar anatomi sejenaksebelum mereka mengajar hari itu.

Solusi-solusi yang diajukan untuk mengatasikelangkaan pengajar adalah sebagai berikut.5,7 Ditingkat institusi adalah memberikan kepada merekayang menunjukkan kompetensi pada disiplin ilmuini, kompensasi yang sebanding dengan waktu yangdigunakannya untuk memperoleh pengetahuan yangmenyeluruh mengenai anatomi dan kemudianmengajarkannya secara efektif kepada mahasiswa.Di tingkat nasional, masalah ini bisa diatasi denganpemberian dana-dana pelatihan termasuk pelatihanuntuk pengajaran anatomi.

Meskipun belum ada survei, dari pembicaraan-pembicaraandengansejawatdari bagiananatomidariberbagai fakultas kedokteran kelangkaan tenagapengajar anatomi juga terjadi di Indonesia. Terlebih-lebih bagi yang akan menganut PBL, rekrutmenmahasiswa pembantu, yang sangat penting perannyasebagai demonstrator dalam pendidikan anatomi,kemungkinan akan menjadi lebih sulit. Oleh karenaitusolusi-solusi seperti yang dikemukakanolehCollinset al. (1994)5 dan McCuskey et al. (2005)7 tersebut diatas juga relevan untuk dikemukakan di sini.Sementara itu dengan bagian-bagian klinik yangmembutuhkan dasar anatomi yang kuat diadakanpembicaraan-pembicaraan untuk memasukkankewajiban sebagai demonstrator anatomi dalam

Page 6: Jurnal Cadaver

52

Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi

kurikulum mereka, atau untuk memprioritaskan calonyang pernah bekerja di anatomi sebagai input.

KESIMPULANDari uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai

berikut: Anatomi akan tetap menjadi prasarat untukpendidikan kedokteran pada abad ini, meskipundemikiancarapembelajarannyaakanberubah.Anatomiakan diajarkan secara terintegrasi baik secarahorisontalmaupunvertikal.Penggunaancadaveruntukanatomi cenderung akan dibatasi hanya untukpendidikan postgraduate. Sebagai gantinya akandipakai kombinasi antara proseksi, alat peraga danteknologi informasiyang lainnya.MeresponberlakunyaKIPDI III seharusnyaPAAI (PerhimpunanAhliAnatomiIndonesia), dengan bekerja sama dengan para klinisi,mulaimemikirkanuntuk membuatdokumen kurikuluminti anatomi pendidikan dokter di Indonesia. Kurikulumini ditujukan untuk dokter umum yang setelahpendidikannya selesai secara formal tidak akanmendapat pelajaran lagi tentang anatomi. Pembuatkebijakan di tingkat fakultas atau universitas harusikut memikirkancara-cara untuk menutup kekuranganpengajar yangberkualifikasi pengajar anatomi dengancara memberikan peluang untuk pelatihan pengajaranatomidanmemberikankompensasiyangsebandingbagi mereka yang memilih untuk meluangkanwaktunya yang terbesar untuk mendidik mahasiswaketimbang melakukan riset. Akhirnya, untuk men-cegah kelangkaan pengajar anatomi perlu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan baik di tingkat institusio-nal maupun nasional.

KEPUSTAKAAN1. Older, J. Anatomy: A must for teaching the next

generation. J R Coll Surg Edinb 2004; 2(2): 79-902. Drukker J. Introduction to the symposium. Teaching

of anatomy/embryology.Eur J Morphol, 2001; 39(4):225 - 26

3. Heylings DJA. Anatomy 1999 – 2000: the curri-culum, who teaches it and how? Medical Edu-cation, 2002; 36: 702 – 10.

4. Monkhouse WS. Anatomy and the medical schoolcurriculum. Lancet, 1992; 340 (8823):834 - 35

5. Collins TJ, Randall LG, Hulsebosch CE & MillerBT. Status of Gross anatomy in the US and Canada:Dilemma for 21st century. Clinical anatomy, 1994;7: 71-99.

6. Parker LM. Anatomical dissection: Why are wecutting it out? Dissection in undergraduate teach-ing. ANZ J Surg, 2002; 72: 910 – 912

7. McCuskey RS, Carmichael SW & Kirch DG. Theimportance of anatomy in health professions edu-cation and the shortage of qualified educators.Academic Medicine, 2005; 80:349-351

8. Scott, TM: How to teach anatomy efficiently andeffectively. 1993. Medical Teacher 15(1): 67-75

9. Haase P. The challenge of teaching an old subjectin a new world. A personal perspective. Clin InvestMed, 2000; 3(1): 81 – 3

10. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompe-tensi untuk Pendidikan Kedokteran Dasar. Febru-ari 2005

11. Educational committee, American Assiciation ofClinical Anatomists. A Clinical anatomy curriculumfor the medical student of the 21st century: GrossAnatomy. Clinical Anatomy, 1996; 9: 71 – 99.

12. Netherlands Association of Anatomists. GeneralPlan Anatomy: Objectives of the teaching ofanatomy/embryology in medical curricula in thenetherlands. Eur J Morphol, 1999; 37(4-5): 288 -325

13. van Engelshoven JMA & Wilmink JT. Teachinganatomy; a clinicians view. Eur J Morphol, 2001;39 (4): 235-36

14. Dyball R, Davies DC, McHanwell S, Morris JF,Parkin IG, Whiten S and Wilton J. 2003. Setting abenchmark for anatomical knowledge and itsassessment (A core curriculum for the teaching ofanatomy to medical students). http://www.anatsoc.org.uk

15. Jones DG. Reassessing the importance of dis-section: A critique and elaboration. Clinical Ana-tomy, 1997; 10: 123-27

16. Prince KJAH, van Mameren H, Hylkema N, DrukkerJ, Scherpbier AJJA, & van der Vleuten CPM. Doesproblem-based learning lead to deficiencies inbasic science knowledge? An empirical case onanatomy. Medical Education, 2003; 37:15-21

17. McLachlan JC, Bligh J, Bradley P & Searle J.Teaching anatomy without cadavers Medical Edu-cation, 2004; 38: 418-24

18. Kerr C . New medical school offers cadaver-freeanatomy lessons. CMAJ, 2002; 167(11): 1279

19. McKeown PP, Heylings DJA, Stevenson M, McKelvey KJ, Nixon JR & McKluskey DR. The impactof curricular change on medical student’s know-ledge of anatomy. Medical Education, 2003; 37:954-961