jurnal

2
Umumnya dapat di toleransi, tapi efek samping seperti lemas, peningkatan rasa cemas, insomnia, nyeri kepala pada hari atau minggu pertama pengobatan dapat mengurangi kepatuhan minum obat. Menurunkan dosis awal dari SSRI dapat mengurangi overstimulasi. Efek samping lain adalah mual, nyeri kepala, lelah, dan pusing. Efek samping jangka panjang dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat badan SNRI. Efek anti anxietas dari SNRI dapat terjadi dalam rentang waktu 2 – 4 minggu. Seperti SSRI, di awal pengobatan, efek samping seperti mual, muntah, lemas, insomnia, dan nyeri kepala dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien. Pregabalin. Modulator kanal kalsium pregabalin mempunyai efek yang baik pada gangguan cemas menyeluruh. Efek anxiolitiknya mengikat protein alpha2-O dan gerbang kanal kalsium pada sistem saraf pusat. Pengikatan ini mengurangi influx kalsium pada saraf dan memodulasi pelepasan neurotransmitter. Efek samping utama adalah pusing dan penurunan kesadaran. TCAs. Efektivitas dari TCA untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh telah terbukti secara klinis, umumnya mengguankan imipramine dan clomipramine. Kepatuhan dalam minum obat dapat berkurang karena efek samping seperti sedasi, mulut kering, konstipasi, dan peningkatan berat badan. Pertimbangan besar pada pemakaian TCA adalah potensi obat menjadi lethal dalam kasus overdosis, karena TCA mempunyai efek toksik di system saraf pusat dan jantung. Sebab itu, TCA harus dihindari pemakaiannya pada pasien resiko bunuh diri. Secara umum, frekuensi efek samping dari TCA lebih sering daripada obat antidepresan lainnya seperti SSRI atau SNRI. Benzodiazepin. Efek anxiolitik benzodiazepine dimulai setelah pemberian oral atau parenteral. Pada umumnya, benzodiazepine aman untuk diberikan. Dikarenakan adanya depresi dari system saraf pusat, pemberian benzodiazepine sering menyebabkan sedasi, pusing, dan waktu reaksi menjadi lambat. Fungsi kognitif dan kemampuan pasien untuk menyetir pun akan terpengaruh dengan pemberian benzodiazepine. Terapi berkepanjaangan dengan benzodiazepine dapat menyebabkan ketergantungan pada beberapa pasien. Pasien dengan riwayat penyalahgunaan alkohol, benzodiazepine, atau zat psikoaktif lainnya merupakan kontraindikasi

Upload: bungas-arisudana

Post on 27-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal

Umumnya dapat di toleransi, tapi efek samping seperti lemas, peningkatan rasa cemas, insomnia, nyeri kepala pada hari atau minggu pertama pengobatan dapat mengurangi kepatuhan minum obat. Menurunkan dosis awal dari SSRI dapat mengurangi overstimulasi. Efek samping lain adalah mual, nyeri kepala, lelah, dan pusing. Efek samping jangka panjang dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat badan

SNRI. Efek anti anxietas dari SNRI dapat terjadi dalam rentang waktu 2 – 4 minggu. Seperti SSRI, di awal pengobatan, efek samping seperti mual, muntah, lemas, insomnia, dan nyeri kepala dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien.

Pregabalin. Modulator kanal kalsium pregabalin mempunyai efek yang baik pada gangguan cemas menyeluruh. Efek anxiolitiknya mengikat protein alpha2-O dan gerbang kanal kalsium pada sistem saraf pusat. Pengikatan ini mengurangi influx kalsium pada saraf dan memodulasi pelepasan neurotransmitter. Efek samping utama adalah pusing dan penurunan kesadaran.

TCAs. Efektivitas dari TCA untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh telah terbukti secara klinis, umumnya mengguankan imipramine dan clomipramine. Kepatuhan dalam minum obat dapat berkurang karena efek samping seperti sedasi, mulut kering, konstipasi, dan peningkatan berat badan. Pertimbangan besar pada pemakaian TCA adalah potensi obat menjadi lethal dalam kasus overdosis, karena TCA mempunyai efek toksik di system saraf pusat dan jantung. Sebab itu, TCA harus dihindari pemakaiannya pada pasien resiko bunuh diri. Secara umum, frekuensi efek samping dari TCA lebih sering daripada obat antidepresan lainnya seperti SSRI atau SNRI.

Benzodiazepin. Efek anxiolitik benzodiazepine dimulai setelah pemberian oral atau parenteral. Pada umumnya, benzodiazepine aman untuk diberikan. Dikarenakan adanya depresi dari system saraf pusat, pemberian benzodiazepine sering menyebabkan sedasi, pusing, dan waktu reaksi menjadi lambat. Fungsi kognitif dan kemampuan pasien untuk menyetir pun akan terpengaruh dengan pemberian benzodiazepine. Terapi berkepanjaangan dengan benzodiazepine dapat menyebabkan ketergantungan pada beberapa pasien. Pasien dengan riwayat penyalahgunaan alkohol, benzodiazepine, atau zat psikoaktif lainnya merupakan kontraindikasi pemakaian benzodiazepine, atau harus diberikan monitor ketat pada pemakaiannya. Benzodiazepine dapat dikombinasikan dengan obat – obat serotonergic saat minggu pertama pengobatan untuk menekan peningkatan rasa cemas atau ansietas. Benzodiazepin atk akan memebrikan manfaat pada pengobatan kelainan stress akut dan kondisi depresi atau obsessive compulsive disorder

Antihistamin. Antihistamin merupakan pengobatan yang efektif untuk mengatasi gangguan cemas menyeluruh. Karena efek sedasinya, antihistamin