jurnal
DESCRIPTION
bagusTRANSCRIPT
BAB IV
PENGUJIAN IMPACT OF JET
4.1. PENDAHULUAN
Salah satu proses pemesinan hybrid non-tradisional terbaru yang canggih,
Abrasive Water Jet Machining (AWJM) memiliki potensi untuk proses permesinan
dengan berbagai bahan terlepas dari machinability di mesin konvensional. Proses ini
menggabungkan prinsip-prinsip Jet air mesin (WJM) dan mesin jet abrasif (AJM).
Proses pemesinan Abrasif air jet umumnya terdiri dari sistem pompa air, sistem pakan
abrasif, abrasive jet nozzle air dan penangkap. Sistem memompa dan memberikan air
kecepatan tinggi dengan meningkatkan tekanan laju aliran massa spesifik air. Hal ini
membutuhkan motor dengan daya tinggi yang terhubung ke intensifier dengan rasio
intensifikasi tinggi. Terlepas dari operator abrasif, air juga bertindak sebagai agen
pendingin, dan digunakan untuk menyiram diri partikel yang terkikis dan untuk
mencegah abrasif dari luas menyebar setelah keluar dari nozzle (dalam beberapa kasus
polimer juga ditambahkan). Abrasif dimasukkan ke air dengan kecepatan tinggi dan
dikontrol dengan tepat. Seperti, abrasive kering sulit untuk memberi makan jarak jauh,
peneliti sekarang menggunakan abrasif-air campuran bubur untuk memberi makan jarak
jauh dengan kekuatan yang lebih tinggi. Transfer momentum dari air jet operasi abrasif
dan pencampuran berlangsung di nozzle.
Umumnya nozzel yang terbuat dari bahan tahan aus yang tinggi seperti safir.
Ada dua jenis pencampuran operasi - abrasive diberi makan melalui zona kerucut
dengan air melewati pusat, tetapi tidak mengambil rasio pencampuran yang tinggi, satu
lagi adalah di mana air dipasok ke abrasive terpusat. Kepala Seluruh pemotongan justru
dikendalikan oleh operasi CNC. Setelah memotong benda kerja dengan kecepatan
tinggi, air jet muncul ke air dan diisi penangkap, sebuah ruang terbuka, terus tepat di
bawah benda kerja. Benda kerja ditempatkan pada grid di atas penangkap ini (tangki
air), yang melayani tujuan menyalurkan dan menangkap energi dari jet tekanan tinggi
setelah memotong benda kerja.[1]
4.2. DASAR TEORI
a. Momentum
Momentum adalah besaran yang berhubungan dengan kecepatan dan massa
suatu benda. Dalam mekanika klasik, momentum (dilambangkan dengan P) diartikan
sebagai hasil perkalian dari massa dan kecepatan, sehingga menghasilkan vektor.
Momentum suatu benda (P) yang bermassa m dan bergerak dengan kecepatan v
diartikan sebagai : [2]
P=m . v
Di bawah ini persamaan momentum antara nozzle dan plat dimana titik
referensinya adalah sumbu x.
−Fx=ρQ (V x , out−V x , in )=ρQ (V cos β−V )
Fx=ρ QV (1−cos β )
Untuk plat datar, β = 900
Fx=ρ QV =ρ AV 2=m V
Dimana:
P = momentum (kg.m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
F = gaya fluida yang keluar dari nosel (N)
ρ = massa jenis (kg/m3)
Q = debit (m3/s)
V = volume (m3)
β = sudut defleksi (0)
A = luas permukaan (m2)
ṁ = laju aliran massa (kg/s)
b. Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.. Prinsip ini diambil dari nama
ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli. [3]
P+ρ gh+12
ρv2=kons tan
Di bawah ini persamaan Bernoulli antara nozzle dan plat dimana titik referensinya
adalah sumbu x.
Pn
γ+ u2
2 g+Zn=
Pp
γ+ v2
2 g+Z p
dimana
Pn
γ−
Pp
γ=0
and Zn−Z p=−s
maka, v2=u2−2 gs
Dimana:
P = tekanan (Pa)
Pn, Pp = tekanan masuk, keluar (Pa)
g = gravitasi bumi (m/s2)
h, s = ketinggian (m)
Zn, Zp = ketinggian masuk, keluar (m)
u, v = kecepatan masuk dan keluar (m/s)
ρ ,γ = massa jenis (kg/m3)
c. Konservasi massa
Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida
dalam dari satu tempat ke tempat lain. Persamaan kontinuitas berlaku untuk semua
fluida, semua jenis aliran, semua keadaan (steady dan unsteady) dengan atau tanpa
adanya reaksi kimia di dalam aliran tersebut. Berikut bentuk umum persamaan
kontinuitas: [4]
Δ m¿
1=Δ m¿
2
ρ1 A1 v1=ρ2 A2 v2
Di bawah ini persamaan kontinuitas antara nozzle dan plat dimana titik
referensinya adalah sumbu x.
∂∂ t
∫cvρ dV +∫cs
ρv . n dA=0
Aliran steady, jadi:
∂∂ t
∫cvρ dV =0
∫csρv . n dA=∑ mout−∑ min
m=ρQ=ρ AVQin=Qout
V 1 A1=V 2 A2
Dimana:
Δ m¿
1 ,Δ m¿
2 = massa alir 1, 2 (kg/s)
ρ1, ρ2 = massa jenis (kg/m3)
A1, A2 = luas penampang (m2)
v1, v2 = kecepatan (m/s)
ρ = massa jenis (kg/m3)
V1, V2 = volume masuk, keluar (m3)
v = kecepatan (m/s)
Qin, Qout = debit masuk, keluar (m3/s)
A1, A2 = luas permukaan (m2)
ṁ = laju aliran massa (kg/s)
4.2.1 Tujuan Praktikum
Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu :
1. Mengetahui prinsip kerja nosel yaitu mengubah tekanan menjadi kecepatan.
2. Mengukur besarnya gaya tolak yang diakibatkan oleh semburan air yang keluar
dari nosel.
3. Mengetahui pengaruh bentuk permukaan vane terhadap besarnya gaya yang
ditimbulkan oleh semburan air melalui nosel.
4. Menghitung laju aliran massa. [5]
4.2.2 Pengetahuan Umum Impact of Jet
Jet impact didasarkan pada peristiwa tumbukan, dalam hal ini tumbukan antara
pancaran fluida dengan sudu (blade). Teori ini yang mendasari adalah teori momentum
untuk fluida. Secara umum prinsip kerja impact of jet dapat dilihat pda skema gambar
berikut :
Gambar 4.1. Skema impact of jet [6]
Gambar 4.1 merupakan gambar dari skema impact of jet dimana air yang berada
di tangki penampung dihisap oleh pompa dan dialirkan menuju nosel melalui flow meter
dan delivery valve. Pada flow meter, laju aliran fluida diukur dan jumlah fluida yang
mengalir akan diatur dengan delivery valve lalu dialirkan ke nosel.
Jet impact ini didesain untuk digunakan dengan hydraulic bench untuk membaca
laju aliran air. Aliran air yang menumbuk vane akhirnya mengalami defleksi, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut ini :
(a) (b)
Gambar 4.2. Air yang terdefleksi vane (a) Datar (b) Cekung [7]
Menurut arah arus fluida saat meninggalkan permukaan impact nya , impact of
jet dapat dikelompokkan menjadi simetris dan asimetris. Jika impact yang mengenai
permukaan berbelok secara simetris dengan X sebagai sumbu simetri, maka impact ini
disebut simetris impact of jet seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Simetris Jet [6]
Dan jika permukaan impact tidak simetris dengan sumbu vertikalnya dalam hal
ini sumbu X, pancaran fluida meninggalkan permukaan yang mengakibatkan reaksi
gayanya tidak nol.
Bagian yang diberi tanda garis putus-putus merupakan control volume asimetris
jet. Secara skematis asimetris jet ditunjukkan gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4. Asimetris Jet [6]
Air yang ditampung pada hydraulic bench, dipompa naik dengan menggunakan
pompa sentrifugal yang akhirnya terhubung dengan perlengkapan jet impact melalui
supply house.
Air yang terpompa dirubah tekanannya menjadi lebih tinggi dengan
menggunakan sebuah nosel pada ujung selang air. Air yang keluar dengan tekanan yang
lebih tinggi akan menjadi sebuah gaya yang menumbuk plat yang berada di atasnya.
Dari sini kita dapat mengukur momentum yang terjadi akibat tumbukan air dengan plat.
(a) (b)
Gambar 4.5. Sketsa Pengaturan Jockey Weight
(a). Posisi awal (b). Posisi digeser sejauh ∆X [6]
Gambar 4.5 merupakan gambar dari sketsa pengaturan jockey weight. Gambar
4.5 (a) merupakan posisi awal dari jockey weight, dan setelah digeser sejauh ∆X,
posisinya berubah menjadi seperti pada gambar 4.5 (b). Putaran pompa dapat diatur
untuk mengetahui perbedaan aliran air yang akan timbul untuk menghasilkan
momentum. Volumemeter diintegrasi dan telah dipilih untuk suatu metoda pengukuran
arus yang sangat berguna. Tangki volumemeter dipasang untuk mengakomodasi laju alir
tinggi atau rendah. Suatu katup peredam di dalam dasar tangki volumetric dioperasikan
oleh suatu pengontrol aktuator. Bukaan katup peredam mengembalikan volume air yang
terukur kepada air di dasar bangku untuk pendaurulangan. Suatu overflow di dalam
tangki volumetrik menghindari terjadinya genangan [6].
Gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan semburan nosel dengan laju aliran
massa m (kg/s) sepanjang sumbu-x dengan kecepatan u0 (m/s) kemudian kecepatan
fluida keluar setelah didefleksikan dengan sudut adalah ui (m/s).
Gambar 4.6. Semburan aliran air dari nosel mengenai vane [6].
Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan pengaruh bentuk vane
terhadap gaya vane pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengaruh bentuk vane terhadap gaya vane.[5]
Bentuk Vane F 900 m u0
1200 1,5 m u0
1800 2 m u0
\ 300 0,87 m u0
4.2.3 Jenis-jenis Nozzle dan Aplikasinya
Nozzle adalah alat yang digunakan untuk mengekspansikan fluida sehingga
kecepatannya meningkat dan tekanannya menurun. Fungsi nozzle adalah pressure
control untuk mesin dan perangkat percepatan konversi energi gas menjadi energi
kinetik.
a. Nozzle konvergen
Nozzle konvergen adalah dimana luas penampang masuk lebih besar daripada
luas penampang keluarnya (A1 > A2) dan pada nozzle konvergen dapat menggunakan
compressible fluid dan incompressible fluid. Tekanan masuk lebih besar daripada
tekanan keluar dan kecepatan masuk lebih rendah daripada kecepatan keluar..
Gambar 4.7 (a) merupakan gambar dari sistem nozzle konvergen dan gambar 4.7
(b) merupakan gambar dari contoh nozzle konvergen, yaitu semprotan air yang
berfungsi untuk menyemprotkan air.
Gambar 4.7 (a) Nozzle konvergen (b) semprotan air [15]
P1
V1
P2
V2
a
b
b. Nozzle divergen
Nozzle divergen adalah dimana luas penampang masuk lebih kecil daripada luas
penampang keluarnya (A1 < A2) dan pada nozzle divergen hanya dapat menggunakan
compressible fluid. Tekanan masuk lebih rendah daripada tekanan keluar dan kecepatan
masuk lebih tinggi daripada kecepatan keluar.
Gambar 4.8 (a) merupakan gambar dari sistem noozle divergen dan gambar 4.8
(b) merupakan gambar dari contoh nosel konvergen, yaitu sprayer yang digunakan
untuk menyemburkan air.
Gambar 4.8 (a) Nozzle divergen (b) sprayer air [8]
c. Nozzle konvergen-divergen (C-D nozzle)
Nozzle konvergen divergen adalah nozzle gabungan antara nozzle konvergen dan
nozzle divergen. Tujuan dari nozzle ini yaitu menaikkan kecepatan fluida dan
menurunkan tekanan pada fluida. Nozzle ini berfungsi untuk mengakselerasi gas panas
dengan tekanan tinggi sehingga mencapai kecepatan supersonik.Bentuk nozzle yang
sedemikian rupa membuat energi panas yang mendorong aliran udara terkonversi secara
maksimal menjadi energi kinetik. Gambar 4.12 (a) merupakan gambar dari sistem
nozzle konvergen-divergen dan gambar 4.9 (b) merupakan contoh konvergen-divergen,
yaitu turbo jet engine.
P1
V1
P2
V2
a
b
Gambar 4.9 (a) Nozzle konvergen-divergen (b) turbo jet engine [11]
4.2.4 Rumus Perhitungan Impact of Jet
Rumus perhitungan yang digunakan pada pengujian impact of jet adalah sebagai
berikut:
1. Laju aliran massa (m ¿
m= ρ xVt
=103 x Vt
(kg /s) (4.1)
2. Kecepatan fluida keluar dari nosel (u)
u= mρA
= m
103 .78,5 x10−6=12,75 m(m /s) (4.2)
3. Kecepatan fluida sebelum terdefleksi (u0)
u0=√u2−2gs = √u2−2 x 9,81 x 0,035
¿√u2−0,687 (m /s ) (4.3)
4. Momentum masuk sistem (J)
J=uo x m (kg.m/s2) (4.4)
5. Momentum meninggalkan sistem (J’)
J '=uo x m x cos β (kg.m/s2) (4.5)
6. Gaya pada vane (F)
F=4. g . y (N) (4.6)
7. Laju momentum meninggalkan sistem adalah :
J '=m u1cos β (kg m/s2) (4.7)
8. Laju momentum masuk sistem dalam sumbu-x adalah :
J=mu0 (kg m/s2) (4.8)
9. Gaya vane pada arah x sama dengan perubahan laju momentum:
F=m ¿ (N) (4.9)
10. Dalam keadaan ideal, nosel diasumsikan isotachatic / kecepatan konstan u0=ui
F=mu0¿ (N) (4.10)
Keterangan :
F = Gaya fluida yang keluar dari nosel (N)
= Sudut defleksi (0)
u0 = Kecepatan fluida sebelum terdefleksi (m/s)
u1 = Kecepatan fluida setelah terdefleksi (m/s)
V = volume bench (m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
y = posisi jockey weight dari titik 0 (m)
m = laju aliran massa (kg/s)
u = kecepatan fluida keluar dari nosel (m/s)
J = momentum masuk sistem (kg.m/s²)
J ' = momentum meninggalkan sistem (kg.m/s²)[5]
4.2.5 Aplikasi Impact of Jet
a. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Alat Penyemprot Pestisida
Alat ini digunakan untuk menyemprotkan pestisida yang ada di tabung
penyimpanan ke luar, dengan memanfaatkan tekanan yang diubah dengan menggunakan
nozzle pestisida bisa disemburkan sehingga menyebar keluar untuk tanaman.
Gambar 4.13. Aplikasi Impact of Jet pada Alat Penyemprot Pestisida [13]
b. Aplikasi dalam Dunia Industri
1. Turbin Pelton
Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada
roda air turbin dilakukan melalui proses impuls. Dalam instalasi turbin ini semua energi
( geodetic dan tekanan ) diubah menjadi kecepatan keluar nosel
Gambar 4.14. Aplikasi Impact of Jet pada Turbin Pelton [14]
4.2.6 Alat dan Prosedur Pengujian
4.2.6.1 Bagian-bagian Alat Beserta Fungsinya
Berikut ini merupakan gambar 4.15 yang merupakan bagian-bagian alat dari
pengujian impact of jet dan fungsinya :
Gambar 4.15. Keseluruhan Alat Percobaan [15]
1. Impact of Jet
Gambar 4.16 ini merupakan gambar dari alat yang digunakan untuk
mengetahui besarnya gaya dorong akibat adanya perubahan tekanan menjadi kecepatan.
Gambar 4.16. Impact of Jet [15]
2. Hydraulic Bench
Gambar 4.17 ini adalah gambar dari suatu unit perangkat yang dapat digunakan
secara portable dengan berbagai aksesorisnya dalam suatu modul pengujian.
Hydraulic Bench
Gambar 4.17. Hydraulic Bench [15]
3. Supply Hose
Gambar 4.18 merupakan gambar dari supply hose. Supply hose berfungsi untuk
menyediakan suplai air yang berasal dari pompa sentrifugal untuk disalurkan ke nosel.
Gambar 4.18. Supply Hose [15]
4. Drain Pipe
Gambar 4.19 merupakan gambar dari drain pipe. Berfungsi untuk saluran
pembuangan air.
Supply Hose
1. Drain Pipe
Gambar 4.19. Drain pipe [15]
5. Jockey Weight
Gambar 4.20 merupakan gambar dari jockey weight yang berfungsi sebagai
pemberat.
Gambar 4.20. Jockey Weight [15]
6. Weight beam
Gambar 4.21 merupakan gambar dari weight beam yang bersama-sama jockey
weight berfungsi untuk mengukur gaya semprot dari nosel.
Gambar 4.21. Weight beam [15]
7. Nozzle
Gambar 4.22 merupakan gambar dari nozzle yang berfungsi untuk
mempercepat laju aliran air.
Weight beam
Nozzle
Gambar 4.22. Nozzle [15]
8. Volumemeter
Gambar 4.23 merupakan gambar volumemeter yang berfungsi untuk mengukur
laju volume aliran air.
Gambar 4.23. Volumemeter [15]
9. Vane Datar dan Cekung
Gambar 4.24 merupakan gambar dari vane cekung dan datar yang berfungsi
untuk mengetahui variasi gaya akibat bentuk pancaran balik aliran yang berbeda.
Gambar 4.24. (a) Vane datar (b) Vane Cekung [15]
a b
10. Adjusting Nut
Gambar 4.25 merupakan gambar dari adjusting nut dan spring. Adjusting nut
berfungsi untuk menyeting nol posisi awal dari weight beam. Spring sebgai tahanan
gaya dorong yang dihasilkan.
Adjusting nut
Gambar 4.25. Adjusting Nut [15]
11. Spring
Gambar 4.26 merupakan gambar dari spring. Spring berfungsi sebagai tahanan
gaya dorong yang dihasilkan
Gambar 4.26. Spring [15]
12. Tally
Gambar 4.27 merupakan gambar dari tally yang berfungsi untuk
mengembalikan weight beam ke posisi horizontal pada tiap waktu pembacaan
dibutuhkan.
Spring
Tally
Gambar 4.27. Tally [15]
13. Retaining Screw
Gambar 4.28 merupakan gambar dari retaining screw yang berfungsi untuk
mengikat vane pada weight beam.
Gambar 4.28. Retaining Screw [15]
14. Delivery Valve
15. Gambar 4.29 merupakan gambar dari delivery valve yang berfungsi
untuk mengatur variasi laju aliran air masuk, baik bukaan penuh, 2/3 dan
1/3.
Gambar 4.29. Delivery Valve [15]
16. Torque meter
17. Gambar 4.30 merupakan gambar dari torque meter yang berfungsi
untuk menunjukkan besarnya putaran dan torsi.
Delivery Valve
Retaining Screw
Torque meter
Gambar 4.30. Torque meter [15]
18. Pompa Sentrifugal
Gambar 4.31 merupakan gambar dari pompa sentrifugal yang berfungsi untuk
memompa air masuk ke dalam sistem.
Gambar 4.31. Pompa Sentrifugal [15]
19. Motor Listrik
Gambar 4.32 merupakan gambar dari motor listrik yang berfungsi untuk
memutar poros dari pompa sentrifugal.
Gambar 4.32. Motor Listrik [15]
Pompa Sentrifugal
Motor Listrik
20. Tachometer
Gambar 4.33merupakan gambar tachometer yang berfungsi untuk mengukur
kecepatan putaran motor listrik.
Gambar 4.33. Tachometer [15]
21. Stopwatch
Gambar 4.34 merupakan gambar
stopwatch yang berfungsi untuk mengukur waktu
untuk air dalam hydraulic bench mencapai 5 liter.
Tachometer
Gambar 4.34. Stopwatch [15]
4.2.6.2 Prosedur Pengujian
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Meletakkan impact of jet di atas hydraulic bench.
2. Menyambung pipa air ke supply hose.
3. Meletakkan jockey weight pada posisi nol.
4. Memutar pengatur pegas sehingga weight beam dalam kondisi kesetimbangan.
5. Memasang vane datar.
6. Mengatur variasi bukaan penuh, 2/3dan 1/3.
7. Mengatur rpm motor 1250 dan 1500.
8. Mengatur jockey weight sehingga posisi weight beam kondisinya setimbang,
mencatat berapa skala yang terbaca pada weight beam dari posisi nol.
9. Mencatat waktu yang dibutuhkan hingga volume pada hydraulic bench
mencapai 5 liter.
10. Mencatat nilai y dan torsi.
11. Lakukan kembali langkah nomor 5 sampai 8 dengan menggunakan vane
cekung.
12. Matikan motor dan memasukkan data hasil pengujian ke tabel. [3]
4.2.6.3 Diagram Alir Pengujian
B A
Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk hingga volume pada hydraulic bench mencapai 5 liter
sebanyak 3 kali
Mengatur jockey weight sehingga posisi weight beam konsisinya setimbang, mencatat berapa skala
yang terbaca pada weight beam dari posisi nol
Mengatur rpm motor 1250 dan 1500 rpm
Mengatur variasi bukaan penuh, 2/3, dan 1/3 pada delivery valve
Memasang vane datar
Meletakkan jockey weight pada posisi nol
Mengatur adjusting nut dan spring sehingga weight beamdalam kondisi kesetimbangan
Menyambung pipa air ke supply hose
Meletakkan impact of jet di atas hydraulic bench
Mulai
Gambar 4.35. Diagram Alir Pengujian Impact of jet
B A
Ganti vane cekung
Posisikan jockey weight ke titik nol
Atur kecepatan ke 0 rpm
Selesai
Matikan motor dan memasukkan data hasil pengujian ke tabel
Mencatat nilai y dan torsi
4.3 PENGOLAHAN DATA
Data standar pengujian adalah sebagai berikut :
Massa jenis air () = 103 kg/m3
Diameter nosel (d) = 10 mm
Luas penampang nosel (A) = 78, 5 mm2
Massa dari jockey weight (m) = 0,6 kg
Jarak antara pusat vane dengan daerah batas = 0,15 m
Tinggi vane diatas nosel (s) = 35 mm
4.3.1 Data Hasil Praktikum
a. Vane Cekung 1250 Rpm
Tabel 4.2 Data hasil praktikum vane datar kecepatan 1250 rpm
BukaanV(m3)
x 10-3
y (m)
x 10-3
Torsi
(N.m)
Waktu (detik)
t1 t2 t3 t
Penuh 0.005 0.036 7.08 22 22 2222.3
3
2/3 0.005 0.033 7.09 23 23 2222.6
7
1/3 0.005 0.030 7.09 22 23 24 23
b. Vane Cekung 1500 Rpm
Tabel 4.3 Data hasil praktikum vane cekung kecepatan 1500 rpm
Bukaan
V(
m3)
x 10-3
y (m)
x 10-3
Torsi
(N.m)
Waktu (detik)
t1 t2 t3 t
Penuh 5 0.073 7.12 15 15 15 15
2/3 5 0.071 7.12 15 15 15 15
1/3 5 0.067 7.12 15 16 15 15.33
c. Vane Datar 1250 Rpm
Tabel 4.4 Data hasil praktikum vane datar kecepatan 1250 rpm
Bukaan
V(
m3)x
10-3
y
(m)x
10-3
Torsi
(N.m)
Waktu (detik)
t1 t2 t3 t
Penuh 5 0.019 7.10 23 22 22 22.33
2/3 5 0.014 7.09 23 24 23 23.33
1/3 5 0.013 7.09 25 26 26 25.67
d. Vane Datar 1500 Rpm
Tabel 4.5 Data hasil praktikum vane cekung kecepatan 1500 rpm
Bukaan
V(
m3)
x 10-3
y (m)
x 10-3
Torsi
(N.m)
Waktu (detik)
t1 t2 t3 t
Penuh 0.005 0.038 7.12 15 15 15 15
2/3 0.005 0.037 7.13 14 16 16 16.4
1/3 0.005 0.029 7.12 16 18 16 16.67