jurnal

32
BAB IV PENGUJIAN IMPACT OF JET 4.1. PENDAHULUAN Salah satu proses pemesinan hybrid non-tradisional terbaru yang canggih, Abrasive Water Jet Machining (AWJM) memiliki potensi untuk proses permesinan dengan berbagai bahan terlepas dari machinability di mesin konvensional. Proses ini menggabungkan prinsip-prinsip Jet air mesin (WJM) dan mesin jet abrasif (AJM). Proses pemesinan Abrasif air jet umumnya terdiri dari sistem pompa air, sistem pakan abrasif, abrasive jet nozzle air dan penangkap. Sistem memompa dan memberikan air kecepatan tinggi dengan meningkatkan tekanan laju aliran massa spesifik air. Hal ini membutuhkan motor dengan daya tinggi yang terhubung ke intensifier dengan rasio intensifikasi tinggi. Terlepas dari operator abrasif, air juga bertindak sebagai agen pendingin, dan digunakan untuk menyiram diri partikel yang terkikis dan untuk mencegah abrasif dari luas menyebar setelah keluar dari nozzle (dalam beberapa kasus polimer juga ditambahkan). Abrasif dimasukkan ke air dengan kecepatan tinggi dan dikontrol dengan tepat. Seperti, abrasive kering sulit untuk memberi makan jarak jauh, peneliti sekarang menggunakan abrasif-air campuran bubur untuk memberi makan jarak jauh dengan kekuatan yang lebih tinggi. Transfer momentum dari

Upload: aarsyid-aldi-pratama

Post on 04-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

bagus

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal

BAB IV

PENGUJIAN IMPACT OF JET

4.1. PENDAHULUAN

Salah satu proses pemesinan hybrid non-tradisional terbaru yang canggih,

Abrasive Water Jet Machining (AWJM) memiliki potensi untuk proses permesinan

dengan berbagai bahan terlepas dari machinability di mesin konvensional. Proses ini

menggabungkan prinsip-prinsip Jet air mesin (WJM) dan mesin jet abrasif (AJM).

Proses pemesinan Abrasif air jet umumnya terdiri dari sistem pompa air, sistem pakan

abrasif, abrasive jet nozzle air dan penangkap. Sistem memompa dan memberikan air

kecepatan tinggi dengan meningkatkan tekanan laju aliran massa spesifik air. Hal ini

membutuhkan motor dengan daya tinggi yang terhubung ke intensifier dengan rasio

intensifikasi tinggi. Terlepas dari operator abrasif, air juga bertindak sebagai agen

pendingin, dan digunakan untuk menyiram diri partikel yang terkikis dan untuk

mencegah abrasif dari luas menyebar setelah keluar dari nozzle (dalam beberapa kasus

polimer juga ditambahkan). Abrasif dimasukkan ke air dengan kecepatan tinggi dan

dikontrol dengan tepat. Seperti, abrasive kering sulit untuk memberi makan jarak jauh,

peneliti sekarang menggunakan abrasif-air campuran bubur untuk memberi makan jarak

jauh dengan kekuatan yang lebih tinggi. Transfer momentum dari air jet operasi abrasif

dan pencampuran berlangsung di nozzle.

Umumnya nozzel yang terbuat dari bahan tahan aus yang tinggi seperti safir.

Ada dua jenis pencampuran operasi - abrasive diberi makan melalui zona kerucut

dengan air melewati pusat, tetapi tidak mengambil rasio pencampuran yang tinggi, satu

lagi adalah di mana air dipasok ke abrasive terpusat. Kepala Seluruh pemotongan justru

dikendalikan oleh operasi CNC. Setelah memotong benda kerja dengan kecepatan

tinggi, air jet muncul ke air dan diisi penangkap, sebuah ruang terbuka, terus tepat di

bawah benda kerja. Benda kerja ditempatkan pada grid di atas penangkap ini (tangki

air), yang melayani tujuan menyalurkan dan menangkap energi dari jet tekanan tinggi

setelah memotong benda kerja.[1]

Page 2: jurnal

4.2. DASAR TEORI

a. Momentum

Momentum adalah besaran yang berhubungan dengan kecepatan dan massa

suatu benda. Dalam mekanika klasik, momentum (dilambangkan dengan P) diartikan

sebagai hasil perkalian dari massa dan kecepatan, sehingga menghasilkan vektor.

Momentum suatu benda (P) yang bermassa m dan bergerak dengan kecepatan v

diartikan sebagai : [2]

P=m . v

Di bawah ini persamaan momentum antara nozzle dan plat dimana titik

referensinya adalah sumbu x.

−Fx=ρQ (V x , out−V x , in )=ρQ (V cos β−V )

Fx=ρ QV (1−cos β )

Untuk plat datar, β = 900

Fx=ρ QV =ρ AV 2=m V

Dimana:

P = momentum (kg.m/s)

m = massa (kg)

v = kecepatan (m/s)

F = gaya fluida yang keluar dari nosel (N)

ρ = massa jenis (kg/m3)

Q = debit (m3/s)

V = volume (m3)

β = sudut defleksi (0)

A = luas permukaan (m2)

ṁ = laju aliran massa (kg/s)

Page 3: jurnal

b. Bernoulli

Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang

menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan

menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.. Prinsip ini diambil dari nama

ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli. [3]

P+ρ gh+12

ρv2=kons tan

Di bawah ini persamaan Bernoulli antara nozzle dan plat dimana titik referensinya

adalah sumbu x.

Pn

γ+ u2

2 g+Zn=

Pp

γ+ v2

2 g+Z p

dimana

Pn

γ−

Pp

γ=0

and Zn−Z p=−s

maka, v2=u2−2 gs

Dimana:

P = tekanan (Pa)

Pn, Pp = tekanan masuk, keluar (Pa)

g = gravitasi bumi (m/s2)

h, s = ketinggian (m)

Zn, Zp = ketinggian masuk, keluar (m)

u, v = kecepatan masuk dan keluar (m/s)

ρ ,γ = massa jenis (kg/m3)

c. Konservasi massa

Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida

dalam dari satu tempat ke tempat lain. Persamaan kontinuitas berlaku untuk semua

fluida, semua jenis aliran, semua keadaan (steady dan unsteady) dengan atau tanpa

adanya reaksi kimia di dalam aliran tersebut. Berikut bentuk umum persamaan

kontinuitas: [4]

Δ m¿

1=Δ m¿

2

ρ1 A1 v1=ρ2 A2 v2

Page 4: jurnal

Di bawah ini persamaan kontinuitas antara nozzle dan plat dimana titik

referensinya adalah sumbu x.

∂∂ t

∫cvρ dV +∫cs

ρv . n dA=0

Aliran steady, jadi:

∂∂ t

∫cvρ dV =0

∫csρv . n dA=∑ mout−∑ min

m=ρQ=ρ AVQin=Qout

V 1 A1=V 2 A2

Dimana:

Δ m¿

1 ,Δ m¿

2 = massa alir 1, 2 (kg/s)

ρ1, ρ2 = massa jenis (kg/m3)

A1, A2 = luas penampang (m2)

v1, v2 = kecepatan (m/s)

ρ = massa jenis (kg/m3)

V1, V2 = volume masuk, keluar (m3)

v = kecepatan (m/s)

Qin, Qout = debit masuk, keluar (m3/s)

A1, A2 = luas permukaan (m2)

ṁ = laju aliran massa (kg/s)

4.2.1 Tujuan Praktikum

Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu :

1. Mengetahui prinsip kerja nosel yaitu mengubah tekanan menjadi kecepatan.

2. Mengukur besarnya gaya tolak yang diakibatkan oleh semburan air yang keluar

dari nosel.

3. Mengetahui pengaruh bentuk permukaan vane terhadap besarnya gaya yang

ditimbulkan oleh semburan air melalui nosel.

4. Menghitung laju aliran massa. [5]

Page 5: jurnal

4.2.2 Pengetahuan Umum Impact of Jet

Jet impact didasarkan pada peristiwa tumbukan, dalam hal ini tumbukan antara

pancaran fluida dengan sudu (blade). Teori ini yang mendasari adalah teori momentum

untuk fluida. Secara umum prinsip kerja impact of jet dapat dilihat pda skema gambar

berikut :

Gambar 4.1. Skema impact of jet [6]

Gambar 4.1 merupakan gambar dari skema impact of jet dimana air yang berada

di tangki penampung dihisap oleh pompa dan dialirkan menuju nosel melalui flow meter

dan delivery valve. Pada flow meter, laju aliran fluida diukur dan jumlah fluida yang

mengalir akan diatur dengan delivery valve lalu dialirkan ke nosel.

Jet impact ini didesain untuk digunakan dengan hydraulic bench untuk membaca

laju aliran air. Aliran air yang menumbuk vane akhirnya mengalami defleksi, seperti

yang ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut ini :

(a) (b)

Gambar 4.2. Air yang terdefleksi vane (a) Datar (b) Cekung [7]

Menurut arah arus fluida saat meninggalkan permukaan impact nya , impact of

jet dapat dikelompokkan menjadi simetris dan asimetris. Jika impact yang mengenai

Page 6: jurnal

permukaan berbelok secara simetris dengan X sebagai sumbu simetri, maka impact ini

disebut simetris impact of jet seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Simetris Jet [6]

Dan jika permukaan impact tidak simetris dengan sumbu vertikalnya dalam hal

ini sumbu X, pancaran fluida meninggalkan permukaan yang mengakibatkan reaksi

gayanya tidak nol.

Bagian yang diberi tanda garis putus-putus merupakan control volume asimetris

jet. Secara skematis asimetris jet ditunjukkan gambar 4.4 berikut :

Gambar 4.4. Asimetris Jet [6]

Air yang ditampung pada hydraulic bench, dipompa naik dengan menggunakan

pompa sentrifugal yang akhirnya terhubung dengan perlengkapan jet impact melalui

supply house.

Air yang terpompa dirubah tekanannya menjadi lebih tinggi dengan

menggunakan sebuah nosel pada ujung selang air. Air yang keluar dengan tekanan yang

lebih tinggi akan menjadi sebuah gaya yang menumbuk plat yang berada di atasnya.

Dari sini kita dapat mengukur momentum yang terjadi akibat tumbukan air dengan plat.

Page 7: jurnal

(a) (b)

Gambar 4.5. Sketsa Pengaturan Jockey Weight

(a). Posisi awal (b). Posisi digeser sejauh ∆X [6]

Gambar 4.5 merupakan gambar dari sketsa pengaturan jockey weight. Gambar

4.5 (a) merupakan posisi awal dari jockey weight, dan setelah digeser sejauh ∆X,

posisinya berubah menjadi seperti pada gambar 4.5 (b). Putaran pompa dapat diatur

untuk mengetahui perbedaan aliran air yang akan timbul untuk menghasilkan

momentum. Volumemeter diintegrasi dan telah dipilih untuk suatu metoda pengukuran

arus yang sangat berguna. Tangki volumemeter dipasang untuk mengakomodasi laju alir

tinggi atau rendah. Suatu katup peredam di dalam dasar tangki volumetric dioperasikan

oleh suatu pengontrol aktuator. Bukaan katup peredam mengembalikan volume air yang

terukur kepada air di dasar bangku untuk pendaurulangan. Suatu overflow di dalam

tangki volumetrik menghindari terjadinya genangan [6].

Gambar 4.6 di bawah ini menunjukkan semburan nosel dengan laju aliran

massa m (kg/s) sepanjang sumbu-x dengan kecepatan u0 (m/s) kemudian kecepatan

fluida keluar setelah didefleksikan dengan sudut adalah ui (m/s).

Gambar 4.6. Semburan aliran air dari nosel mengenai vane [6].

Page 8: jurnal

Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan pengaruh bentuk vane

terhadap gaya vane pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pengaruh bentuk vane terhadap gaya vane.[5]

Bentuk Vane F 900 m u0

1200 1,5 m u0

1800 2 m u0

\ 300 0,87 m u0

4.2.3 Jenis-jenis Nozzle dan Aplikasinya

Nozzle adalah alat yang digunakan untuk mengekspansikan fluida sehingga

kecepatannya meningkat dan tekanannya menurun. Fungsi nozzle adalah pressure

control untuk mesin dan perangkat percepatan konversi energi gas menjadi energi

kinetik.

a. Nozzle konvergen

Nozzle konvergen adalah dimana luas penampang masuk lebih besar daripada

luas penampang keluarnya (A1 > A2) dan pada nozzle konvergen dapat menggunakan

compressible fluid dan incompressible fluid. Tekanan masuk lebih besar daripada

tekanan keluar dan kecepatan masuk lebih rendah daripada kecepatan keluar..

Gambar 4.7 (a) merupakan gambar dari sistem nozzle konvergen dan gambar 4.7

(b) merupakan gambar dari contoh nozzle konvergen, yaitu semprotan air yang

berfungsi untuk menyemprotkan air.

Gambar 4.7 (a) Nozzle konvergen (b) semprotan air [15]

P1

V1

P2

V2

a

b

Page 9: jurnal

b. Nozzle divergen

Nozzle divergen adalah dimana luas penampang masuk lebih kecil daripada luas

penampang keluarnya (A1 < A2) dan pada nozzle divergen hanya dapat menggunakan

compressible fluid. Tekanan masuk lebih rendah daripada tekanan keluar dan kecepatan

masuk lebih tinggi daripada kecepatan keluar.

Gambar 4.8 (a) merupakan gambar dari sistem noozle divergen dan gambar 4.8

(b) merupakan gambar dari contoh nosel konvergen, yaitu sprayer yang digunakan

untuk menyemburkan air.

Gambar 4.8 (a) Nozzle divergen (b) sprayer air [8]

c. Nozzle konvergen-divergen (C-D nozzle)

Nozzle konvergen divergen adalah nozzle gabungan antara nozzle konvergen dan

nozzle divergen. Tujuan dari nozzle ini yaitu menaikkan kecepatan fluida dan

menurunkan tekanan pada fluida. Nozzle ini berfungsi untuk mengakselerasi gas panas

dengan tekanan tinggi sehingga mencapai kecepatan supersonik.Bentuk nozzle yang

sedemikian rupa membuat energi panas yang mendorong aliran udara terkonversi secara

maksimal menjadi energi kinetik. Gambar 4.12 (a) merupakan gambar dari sistem

nozzle konvergen-divergen dan gambar 4.9 (b) merupakan contoh konvergen-divergen,

yaitu turbo jet engine.

P1

V1

P2

V2

a

b

Page 10: jurnal

Gambar 4.9 (a) Nozzle konvergen-divergen (b) turbo jet engine [11]

4.2.4 Rumus Perhitungan Impact of Jet

Rumus perhitungan yang digunakan pada pengujian impact of jet adalah sebagai

berikut:

1. Laju aliran massa (m ¿

m= ρ xVt

=103 x Vt

(kg /s) (4.1)

2. Kecepatan fluida keluar dari nosel (u)

u= mρA

= m

103 .78,5 x10−6=12,75 m(m /s) (4.2)

3. Kecepatan fluida sebelum terdefleksi (u0)

u0=√u2−2gs = √u2−2 x 9,81 x 0,035

¿√u2−0,687 (m /s ) (4.3)

4. Momentum masuk sistem (J)

J=uo x m (kg.m/s2) (4.4)

5. Momentum meninggalkan sistem (J’)

J '=uo x m x cos β (kg.m/s2) (4.5)

6. Gaya pada vane (F)

F=4. g . y (N) (4.6)

7. Laju momentum meninggalkan sistem adalah :

J '=m u1cos β (kg m/s2) (4.7)

8. Laju momentum masuk sistem dalam sumbu-x adalah :

J=mu0 (kg m/s2) (4.8)

9. Gaya vane pada arah x sama dengan perubahan laju momentum:

F=m ¿ (N) (4.9)

10. Dalam keadaan ideal, nosel diasumsikan isotachatic / kecepatan konstan u0=ui

F=mu0¿ (N) (4.10)

Keterangan :

F = Gaya fluida yang keluar dari nosel (N)

Page 11: jurnal

= Sudut defleksi (0)

u0 = Kecepatan fluida sebelum terdefleksi (m/s)

u1 = Kecepatan fluida setelah terdefleksi (m/s)

V = volume bench (m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

y = posisi jockey weight dari titik 0 (m)

m = laju aliran massa (kg/s)

u = kecepatan fluida keluar dari nosel (m/s)

J = momentum masuk sistem (kg.m/s²)

J ' = momentum meninggalkan sistem (kg.m/s²)[5]

4.2.5 Aplikasi Impact of Jet

a. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Alat Penyemprot Pestisida

Alat ini digunakan untuk menyemprotkan pestisida yang ada di tabung

penyimpanan ke luar, dengan memanfaatkan tekanan yang diubah dengan menggunakan

nozzle pestisida bisa disemburkan sehingga menyebar keluar untuk tanaman.

Gambar 4.13. Aplikasi Impact of Jet pada Alat Penyemprot Pestisida [13]

Page 12: jurnal

b. Aplikasi dalam Dunia Industri

1. Turbin Pelton

Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada

roda air turbin dilakukan melalui proses impuls. Dalam instalasi turbin ini semua energi

( geodetic dan tekanan ) diubah menjadi kecepatan keluar nosel

Gambar 4.14. Aplikasi Impact of Jet pada Turbin Pelton [14]

4.2.6 Alat dan Prosedur Pengujian

4.2.6.1 Bagian-bagian Alat Beserta Fungsinya

Berikut ini merupakan gambar 4.15 yang merupakan bagian-bagian alat dari

pengujian impact of jet dan fungsinya :

Page 13: jurnal

Gambar 4.15. Keseluruhan Alat Percobaan [15]

1. Impact of Jet

Gambar 4.16 ini merupakan gambar dari alat yang digunakan untuk

mengetahui besarnya gaya dorong akibat adanya perubahan tekanan menjadi kecepatan.

Gambar 4.16. Impact of Jet [15]

2. Hydraulic Bench

Gambar 4.17 ini adalah gambar dari suatu unit perangkat yang dapat digunakan

secara portable dengan berbagai aksesorisnya dalam suatu modul pengujian.

Hydraulic Bench

Page 14: jurnal

Gambar 4.17. Hydraulic Bench [15]

3. Supply Hose

Gambar 4.18 merupakan gambar dari supply hose. Supply hose berfungsi untuk

menyediakan suplai air yang berasal dari pompa sentrifugal untuk disalurkan ke nosel.

Gambar 4.18. Supply Hose [15]

4. Drain Pipe

Gambar 4.19 merupakan gambar dari drain pipe. Berfungsi untuk saluran

pembuangan air.

Supply Hose

1. Drain Pipe

Page 15: jurnal

Gambar 4.19. Drain pipe [15]

5. Jockey Weight

Gambar 4.20 merupakan gambar dari jockey weight yang berfungsi sebagai

pemberat.

Gambar 4.20. Jockey Weight [15]

6. Weight beam

Gambar 4.21 merupakan gambar dari weight beam yang bersama-sama jockey

weight berfungsi untuk mengukur gaya semprot dari nosel.

Gambar 4.21. Weight beam [15]

7. Nozzle

Gambar 4.22 merupakan gambar dari nozzle yang berfungsi untuk

mempercepat laju aliran air.

Weight beam

Nozzle

Page 16: jurnal

Gambar 4.22. Nozzle [15]

8. Volumemeter

Gambar 4.23 merupakan gambar volumemeter yang berfungsi untuk mengukur

laju volume aliran air.

Gambar 4.23. Volumemeter [15]

9. Vane Datar dan Cekung

Gambar 4.24 merupakan gambar dari vane cekung dan datar yang berfungsi

untuk mengetahui variasi gaya akibat bentuk pancaran balik aliran yang berbeda.

Gambar 4.24. (a) Vane datar (b) Vane Cekung [15]

a b

Page 17: jurnal

10. Adjusting Nut

Gambar 4.25 merupakan gambar dari adjusting nut dan spring. Adjusting nut

berfungsi untuk menyeting nol posisi awal dari weight beam. Spring sebgai tahanan

gaya dorong yang dihasilkan.

Adjusting nut

Gambar 4.25. Adjusting Nut [15]

11. Spring

Gambar 4.26 merupakan gambar dari spring. Spring berfungsi sebagai tahanan

gaya dorong yang dihasilkan

Gambar 4.26. Spring [15]

12. Tally

Gambar 4.27 merupakan gambar dari tally yang berfungsi untuk

mengembalikan weight beam ke posisi horizontal pada tiap waktu pembacaan

dibutuhkan.

Spring

Tally

Page 18: jurnal

Gambar 4.27. Tally [15]

13. Retaining Screw

Gambar 4.28 merupakan gambar dari retaining screw yang berfungsi untuk

mengikat vane pada weight beam.

Gambar 4.28. Retaining Screw [15]

14. Delivery Valve

15. Gambar 4.29 merupakan gambar dari delivery valve yang berfungsi

untuk mengatur variasi laju aliran air masuk, baik bukaan penuh, 2/3 dan

1/3.

Gambar 4.29. Delivery Valve [15]

16. Torque meter

17. Gambar 4.30 merupakan gambar dari torque meter yang berfungsi

untuk menunjukkan besarnya putaran dan torsi.

Delivery Valve

Retaining Screw

Torque meter

Page 19: jurnal

Gambar 4.30. Torque meter [15]

18. Pompa Sentrifugal

Gambar 4.31 merupakan gambar dari pompa sentrifugal yang berfungsi untuk

memompa air masuk ke dalam sistem.

Gambar 4.31. Pompa Sentrifugal [15]

19. Motor Listrik

Gambar 4.32 merupakan gambar dari motor listrik yang berfungsi untuk

memutar poros dari pompa sentrifugal.

Gambar 4.32. Motor Listrik [15]

Pompa Sentrifugal

Motor Listrik

Page 20: jurnal

20. Tachometer

Gambar 4.33merupakan gambar tachometer yang berfungsi untuk mengukur

kecepatan putaran motor listrik.

Gambar 4.33. Tachometer [15]

21. Stopwatch

Gambar 4.34 merupakan gambar

stopwatch yang berfungsi untuk mengukur waktu

untuk air dalam hydraulic bench mencapai 5 liter.

Tachometer

Page 21: jurnal

Gambar 4.34. Stopwatch [15]

4.2.6.2 Prosedur Pengujian

Prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Meletakkan impact of jet di atas hydraulic bench.

2. Menyambung pipa air ke supply hose.

3. Meletakkan jockey weight pada posisi nol.

4. Memutar pengatur pegas sehingga weight beam dalam kondisi kesetimbangan.

5. Memasang vane datar.

6. Mengatur variasi bukaan penuh, 2/3dan 1/3.

7. Mengatur rpm motor 1250 dan 1500.

8. Mengatur jockey weight sehingga posisi weight beam kondisinya setimbang,

mencatat berapa skala yang terbaca pada weight beam dari posisi nol.

9. Mencatat waktu yang dibutuhkan hingga volume pada hydraulic bench

mencapai 5 liter.

10. Mencatat nilai y dan torsi.

11. Lakukan kembali langkah nomor 5 sampai 8 dengan menggunakan vane

cekung.

12. Matikan motor dan memasukkan data hasil pengujian ke tabel. [3]

Page 22: jurnal

4.2.6.3 Diagram Alir Pengujian

B A

Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk hingga volume pada hydraulic bench mencapai 5 liter

sebanyak 3 kali

Mengatur jockey weight sehingga posisi weight beam konsisinya setimbang, mencatat berapa skala

yang terbaca pada weight beam dari posisi nol

Mengatur rpm motor 1250 dan 1500 rpm

Mengatur variasi bukaan penuh, 2/3, dan 1/3 pada delivery valve

Memasang vane datar

Meletakkan jockey weight pada posisi nol

Mengatur adjusting nut dan spring sehingga weight beamdalam kondisi kesetimbangan

Menyambung pipa air ke supply hose

Meletakkan impact of jet di atas hydraulic bench

Mulai

Page 23: jurnal

Gambar 4.35. Diagram Alir Pengujian Impact of jet

B A

Ganti vane cekung

Posisikan jockey weight ke titik nol

Atur kecepatan ke 0 rpm

Selesai

Matikan motor dan memasukkan data hasil pengujian ke tabel

Mencatat nilai y dan torsi

Page 24: jurnal

4.3 PENGOLAHAN DATA

Data standar pengujian adalah sebagai berikut :

Massa jenis air () = 103 kg/m3

Diameter nosel (d) = 10 mm

Luas penampang nosel (A) = 78, 5 mm2

Massa dari jockey weight (m) = 0,6 kg

Jarak antara pusat vane dengan daerah batas = 0,15 m

Tinggi vane diatas nosel (s) = 35 mm

4.3.1 Data Hasil Praktikum

a. Vane Cekung 1250 Rpm

Tabel 4.2 Data hasil praktikum vane datar kecepatan 1250 rpm

BukaanV(m3)

x 10-3

y (m)

x 10-3

Torsi

(N.m)

Waktu (detik)

t1 t2 t3 t

Penuh 0.005 0.036 7.08 22 22 2222.3

3

2/3 0.005 0.033 7.09 23 23 2222.6

7

1/3 0.005 0.030 7.09 22 23 24 23

b. Vane Cekung 1500 Rpm

Tabel 4.3 Data hasil praktikum vane cekung kecepatan 1500 rpm

Bukaan

V(

m3)

x 10-3

y (m)

x 10-3

Torsi

(N.m)

Waktu (detik)

t1 t2 t3 t

Penuh 5 0.073 7.12 15 15 15 15

2/3 5 0.071 7.12 15 15 15 15

1/3 5 0.067 7.12 15 16 15 15.33

Page 25: jurnal

c. Vane Datar 1250 Rpm

Tabel 4.4 Data hasil praktikum vane datar kecepatan 1250 rpm

Bukaan

V(

m3)x

10-3

y

(m)x

10-3

Torsi

(N.m)

Waktu (detik)

t1 t2 t3 t

Penuh 5 0.019 7.10 23 22 22 22.33

2/3 5 0.014 7.09 23 24 23 23.33

1/3 5 0.013 7.09 25 26 26 25.67

d. Vane Datar 1500 Rpm

Tabel 4.5 Data hasil praktikum vane cekung kecepatan 1500 rpm

Bukaan

V(

m3)

x 10-3

y (m)

x 10-3

Torsi

(N.m)

Waktu (detik)

t1 t2 t3 t

Penuh 0.005 0.038 7.12 15 15 15 15

2/3 0.005 0.037 7.13 14 16 16 16.4

1/3 0.005 0.029 7.12 16 18 16 16.67