jurnal

13
Peralatan makan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip- prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan karena dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri yang menyebabkan alat makan tersebut tidak memenuhi kesehatan. Tempat-tempat penjualan makanan dikenal sebagai tempat yang berpotensi sebagai hazard bagi kesehatan, hazard merupakan agent biologi, kimia, fisik atau kondisi potensial yang menimbulkan bahaya tempat-tempat penjualan makanan tersebut dapat menjadi tempat penyebaran penyakit (Bobihu, 2012). Perilaku penjamah makanan ikut berperan dalam menentukan suatu makanan sehat atau tidak, perilaku penjamah makanan juga dapat menimbulkan risiko kesehatan, dalam arti perilaku penjamah makanan yang tidak sehat akan berdampak pada higienitas makanan yang disajikan. Sebaliknya, perilaku penjamah makanan yang sehat dapat menghindarkan makanan dari kontaminasi atau pencemaran dan keracunan. Hasil penelitian Roberts dalam Tierney et al (2002) menyebutkan, dari 1000 outbreaks keracunan makanan, sebagian besar kasus terjadi pada makanan yang dimasak di rumah tangga yaitu sebesar 19,7%, di restoran sebesar 17,1% serta yang terjadi pada saat acara pesta makan yaitu sebesar 12,2%. Sedangkan di Polandia pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992, outbreaks kasus penyakit yang ditularkan oleh makanan melalui media penularan seperti restoran, bar dan cafe sebesar 8,2% (Arifin, 2013). Data Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM Republik Indonesia (RI) menunjukkan bahwa tahun 2008 jumlah korban keracunan pangan Indonesia mencapai 25.268 orang dengan jumlah kasus sebanyak 8.943 kasus. Sementara di tahun 2009, jumlah korban berkurang menjadi 7.815 orang dengan jumlah kasus sebanyak 3.239 kasus. Dari seluruh jumlah kasus, sekitar 56,52% terkena di tempat tinggal atau rumah dan sekitar 26% terkena di sekolah (BPOM, 2010). Di tahun 2012 data keracunan makanan yang 3

Upload: beithie-andriani

Post on 03-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

angka kuman pada alat makan

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL

Peralatan makan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan karena dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri yang menyebabkan alat makan tersebut tidak memenuhi kesehatan. Tempat-tempat penjualan makanan dikenal sebagai tempat yang berpotensi sebagai hazard bagi kesehatan, hazard merupakan agent biologi, kimia, fisik atau kondisi potensial yang menimbulkan bahaya tempat-tempat penjualan makanan tersebut dapat menjadi tempat penyebaran penyakit (Bobihu, 2012).

Perilaku penjamah makanan ikut berperan dalam menentukan suatu makanan sehat atau tidak, perilaku penjamah makanan juga dapat menimbulkan risiko kesehatan, dalam arti perilaku penjamah makanan yang tidak sehat akan berdampak pada higienitas makanan yang disajikan. Sebaliknya, perilaku penjamah makanan yang sehat dapat menghindarkan makanan dari kontaminasi atau pencemaran dan keracunan.

Hasil penelitian Roberts dalam Tierney et al (2002) menyebutkan, dari 1000 outbreaks keracunan makanan, sebagian besar kasus terjadi pada makanan yang dimasak di rumah tangga yaitu sebesar 19,7%, di restoran sebesar 17,1% serta yang terjadi pada saat acara pesta makan yaitu sebesar 12,2%. Sedangkan di Polandia pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992, outbreaks kasus penyakit yang ditularkan oleh makanan melalui media penularan seperti restoran, bar dan cafe sebesar 8,2% (Arifin, 2013).

Data Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM Republik Indonesia (RI) menunjukkan bahwa tahun 2008 jumlah korban keracunan pangan Indonesia mencapai 25.268 orang dengan jumlah kasus sebanyak 8.943 kasus. Sementara di

tahun 2009, jumlah korban berkurang menjadi 7.815 orang dengan jumlah kasus sebanyak 3.239 kasus. Dari seluruh jumlah kasus, sekitar 56,52% terkena di tempat tinggal atau rumah dan sekitar 26% terkena di sekolah (BPOM, 2010).

Di tahun 2012 data keracunan makanan yang dikumpulkan dari 5  Rumah Sakit Daerah  di  Kabupaten/Kota Bengkulu tercatat 300 kasus, dan 4 kejadian Luar Biasa (KLB).   Lima Rumah Sakit se-Provinsi Bengkulu terdiri dari RSUD M. Yunus, RSU Bhayangkara Jitra, RSUD Kepahiang, RSUD Curup, RSUD Arga Makmur, RS Hana Charitas dan RSUD HD Manna (BPOM, 2013).

Salah satu upaya mencegah keracunan makanan perlu dilakukan pencucian terhadap alat makan. Menurut Kepmenkes RI (2003), setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) belum terjamin kebersihannya karena pada alat makan (piring, gelas, sendok) dapat tercemar oleh bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tidak memenuhi syarat kesehatan. Menurut Keputusan Dirjen POM No. 03726/B/SK/1989, batas maksimal angka kuman piring makan yang diperbolehkan adalah 100 koloni/cm2.

Proses pencucian alat makan yang dilakukan di kantin Poltekkes Kemenkes Bengkulu belum menerapkan teknik pencucian alat makan menurut Depkes RI tahun 2006 seperti desinfeksi dan towelling tetapi sudah menerapkan teknik pencucian alat makan seperti washing, scriping dan flusing. Desinfeksi sangat penting pada proses pencucian alat makan untuk membunuh kuman pada alat makan agar tidak menjadi media penularan penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan (Syahreza, 2012).

Daun sirih merupakan salah satu jenis tanaman dari suku Piperaceae dengan nama latin Piper betle L. atau Chavica auriculata Miq atau Chavica betle Miq. Tanaman ini bisa merambat

3

Page 2: JURNAL

mencapai tinggi 15 meter. Batang sirih berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai dan mengeliarkan bau yang sedap bila diremas (Raditya, 2012).

Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengat tajam dan merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yarg ada dalam daun sirih. Dari hasil penelitian, ternyata sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa (Moeljanto, 2003).

BAHAN DAN CARA KERJAPenelitian ini merupakan jenis

penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan rancangan “Posttest Only Control Group Design” dengan dianalisis secara deskriptif dan analitik (Notoatmojo, 2010). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah 1 kontrol dengan 3 kelompok perlakuan. Sampel penelitian ini yaitu 48 alat makan atau piring yang ada di kantin Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Setiap warung makan di ambil 16 alat makan atau piring yang nantinya akan diberi perlakuan yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu April 2013.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, telenan, blender, wadah, pengaduk, gelas ukur, lidi berkapas/swab, bunsen, erlemeyer, spatula, korek api, label, handskun, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, cawan petri, inkubator, hot plate, oven, coloni counter, vacum pump, alat tulis, laminer air flow, autoclave, neraca analitik dan kaca arloji. Sedangkan bahannya adalah daun sirih, air

bersih, aquades, larutan NaCl 0,9%, alkohol 70%, PCA (Plate Count Agar) dan ketas kacang.

Alat dan bahan yang akan dipakai dipersiapkan terlebih dahulu kemudian disterilkan. Tabung reaksi, lidi berkapas/swab, pipet ukur, cawan petri dibungkus dengan kertas kacang kemudian disterilkan di dalam oven dengan suhu 1500C selama 2 jam.

Pada tahap pembuatan ekstrak daun sirih ini pertama-tama daun sirih dibersihkan dengan air sampai benar-benar bersih. Daun sirih ini diiris kecil-kecil, diblender dan diberi aquades secukupnya. Setelah diblender, disaring dengan dua kali penyaringan sampai benar-benar tidak adalagi endapan atau ampas. Hasil saringan ini adalah 100 % ekstrak daun sirih yang berukuran 300 ml. Ekstrak ini dicampur dengan 3000 ml aquades yang kemudian direbus. Proses perebusan dihentikan sampai volume ekstrak ini berukuran 300 ml. Hasil rebusan ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni 50 ml ekstrak dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 5%. 100 ml ekstrak daun sirih dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 10%. 150 ml ekstrak dicampur dengan 1000 ml aquades sudah merupakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 15%.

Untuk pengambilan sampel persiapkan alat dan bahan. Persiapkan handskun yang steril untuk mengambil sampel alat makan. Ambil alat makan yang akan diperiksa yang diambil secara acak. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dalam kelompok-kelompok. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup kapas yang berisi cairan NaCl 0,9% steril dan masukkan lidi kapas steril kedalamnya. Lidi kapas steril dalam botol di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan. Usap permukaan alat makan (piring) dengan cara permukaan dalam

4

Page 3: JURNAL

tempat makanan diusap dengan menyilang antara garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua sebanyak 3x. Dilakukan dengan 4 kali pengulangan pada tiap sampel piring dan satu lidi kapas digunakan untuk satu sampel piring yang diperiksa. Setelah selesai mengusapkan alat selanjutnya lidi kapas dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9% steril dan tangkainya dipatahkan, bibir botol di panaskan, kemudian ditutup. Beri kode menggunakan kertas label yang sudah disiapkan, tulis nama alat makanan yang diperiksa, tempat pengambilan sampel, nama atau kode, tanggal pemeriksa, jam pemeriksaan, nama petugas pemeriksa. Setelah itu lakukan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui berapa banyak angka kuman pada alat makanan piring tersebut.

Tahap pemeriksaan di Laboratorium sebelum melakukan pemeriksaan harus menggunakan jas laboratorium. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Untuk masing-masing sampel di persiapkan tabung reaksi steril, susun pada rak tabung masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1, 10-2, 10-3

sebagai kode pengenceran. Siapkan 3 buah petridish dan beri tanda pada bagian belakang sesuai dengan kode pengenceran. Kemudian setiap tabung reaksi diisi larutan Nacl 0,9% sebanyak 9ml. Ambil sampel yang telah dilakukan usap alat makan sebanyak 1ml, kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi pengenceran 10-1 dan dihomogen. Pindahkan 1 ml bahan dari tabung reaksi pengenceran 10-1 ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-2 dengan pipet steril dan di homogen. Pindahkan 1 ml bahan dari tabung reaksi pengenceran 10-2 ke dalam tabung reaksi pengenceran 10-3 dengan pipet steril dan di homogen. Ambil dari

tabung reaksi pengenceran 10-1,10-2,10-3

dengan menggunakan pipet steril diambil masing-masing 1 ml dan dimasukan ke dalam masing-masing petridish steril sesuai dengan kode pengenceran yang sama. Selanjutnya petridish dituangkan media PCA (Plate Count Agar) cair sebanyak 15-20 ml. Masing-masing petridish digoyang membentuk angka 8 atau 0 secara perlahan-lahan hingga tercampur rata dan dibiarkan hingga dingin dan membeku. Tujuan digoyang membentuk angka 8 atau 0 yaitu supaya kuman yang tumbuh di petridish tersebut tidak menumpuk di satu tempat. Kemudian Petridish dimasukan kedalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu 35-370C dalam keadaan terbalik. Pembacaan dilakukan setelah 2x24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada setiap petridish dan untuk memastikan jumlah koloni yang tumbuh. Pembacaan juga dilakukan pada hari berikutnya. Bila koloni pada media kontrol dan pengencer tumbuh lebih dari 10 koloni, maka pemeriksaan diulang.

HASILHasil penelitian disajikan dalam

analisis univariat dari setiap variabel independen dan dependen. Penyejian dilanjutkan dengan hasil analisis bivariat yang bertujuan untuk melihat perbedaan variabel independen dengan variabel dependen

ANALISIS UNIVARIATHasil rata-rata dari pemeriksaan 3

kantin yang telah dilakukan di laboratorium Poltekkes Kemenkes Bengkulu, dengan masing-masing perlakuan kemudian disajikan ke dalam bentuk grafik pada halaman berikut.

5

Page 4: JURNAL

Grafik 1. Hasil Rata-rata Angka Kuman Alat Makan Pada Perlakuan Kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

kontrol ekstrak 5% ekstrak 10% ekstrak 15%0

20

40

60

80

100

120

140

160 151,47

114,00

68,20

33,93

Grafik 1 menyatakan bahwa rata-rata angka kuman yang paling tinggi pada kontrol 151,47 koloni/cm2 sedangkan rata-rata angka kuman yang paling sedikit

terletak pada perlakuan menggunakan 15% ekstrak daun sirih dengan rata-rata angka kuman 32,93 koloni/cm2.

ANALISIS BIVARIATUji varian satu jalan atau One Way

Anova digunakan untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih kelompok sampel yang bebas dengan satu jalan. Analisa bivariat dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah angka kuman yang tumbuh pada

petridish dari pengunaan 0% ekstrak daun sirih, 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih dan 15% ekstrak daun sirih terhadap jumlah angka kuman pada peralatan makan. Untuk mengetahui perbedaannya maka dilakukan uji statistik dengan pembacaan yaitu sig < 0,05 sebagaimana pada tabel 1 :

Tabel 1 Hasil Uji One Way Anova Penurunan Angka Kuman Alat makan Pada Perlakuan Kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

Variabel Mean SD 95% CI ρ valuePerlakuan        Kontrol 151,47 23,757 138,31-164,62

0,0005% 114,00 21,876 101,89-126,1110% 68,20 17,632 58,44-41,8615% 32,93 13,755 25,32-40,55

Tabel 1 menyatakan bahwa hasil uji anova satu arah dapat diketahui nilai ρ = 0,000 < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pada perlakuan kontrol, 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih dan 15% ekstrak daun sirih. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan jumlah

kuman yang tumbuh pada 5% ekstrak daun sirih, 10% ekstrak daun sirih, 15% ekstrak daun sirih dan tanpa menggunakan ekstrak daun sirih (kontrol) dilakukan uji LSD (Least Significance Difference). Hasil uji LSD dapat dilihat sebagai berikut :

6

Page 5: JURNAL

Tabel 2 Hasil Uji LSD Perbedaan Jumlah Kuman Yang Tumbuh Pada Petridish Dengan Perlakuan kontrol, 5%, 10% dan 15% Ekstrak Daun Sirih

Perlakuan Rata-rata Beda(koloni/cm2)

ρ value

Kontrol5% 37,47 0,00010% 83,27 0,00015% 117,07 0,000

5%10% 45,8 0,00015% 81,07 0,000

10% 15% 35,27 0,000

Tabel 2 diketahui bahwa selisih rata-rata beda jumlah angka kuman alat makan yang tumbuh pada petridish berbeda-beda. Selisih rata-rata yang paling tinggi antara perlakuan kontrol dengan perlakuan menggunakan 15% ekstrak daun sirih yaitu 117,07

koloni/cm2. Secara statistik didapatkan ρ = 0,000 < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada perbedaan jumlah angka kuman alat makan yang tumbuh pada petridish diantara keempat perlakuan.

PEMBAHASAN

Hasil uji One Way Anova diketahui bahwa nilai ρ = 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing perlakuan ekstrak daun sirih yang digunakan untuk menurunkan angka kuman pada alat makan. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD didapatkan nilai ρ = 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan penggunaan ekstrak daun sirih terhadap penurunan angka kuman pada alat makan dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan angka kuman pada alat makan yaitu dengan menggunakan 15% ekstrak daun sirih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih memiliki penurunan jumlah kuman pada alat makan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan 5% ekstrak daun sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 114,00 koloni/cm2 dengan persentase sebesar 24,50%, perlakuan 10% ekstrak daun sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 68,20 koloni/cm2 dengan persentase sebesar 54,97% dan perlakuan 15% ekstrak daun

sirih rata-rata angka kuman yang berhasil diturunkan sebanyak 32,93 koloni/cm2

dengan persentase sebesar 78,19%.Penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Achmad dan Ido Suryana (2009) yang menyatakan hasil penghitungan persentase penghambatan yang diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirih yang diberikan maka persentase penghambatan bakteri semakin besar.

Angka kuman yang berhasil diturunkan dengan penggunaan ekstrak daun sirih dikarenakan daun sirih memiliki kemampuan antiseptik, antioksidasi dan fungisida. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan gram negatif hal ini disebabkan oleh karena minyak atsiri memiliki kandungan kavikol yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa (Moeljanto,2003).

Daun sirih hijau telah dilakukan pengujian antibakteri, dari hasil penelitian tersebut bahwa kandungan kimia minyak atsiri dalam daun sirih antara lain kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvakol dan zat samak dapat menghambat pertumbuhan bakteri

7

Page 6: JURNAL

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Hermawan,2007).

Angka kuman yang berhasil diturunkan dalam penelitian ini juga di dukung pada proses pencucian dan pengambilan sampel alat makan yang dilakukan secara aseptik. Dalam proses pencucian alat makan sebelum mencuci alat makan terlebih dahulu peneliti mencuci tangan menggunakan sabun, tidak menggunakan perhiasan pada jari tangan dan kuku dalam keadaan bersih serta pendek.

Hasil pencucian setelah menggunakan ekstrak daun sirih ini lebih baik dan memenuhi standar baku mutu alat makan dibandaingkan tanpa menggunakan ekstrak daun sirih. Hal ini disebabkan karena daun sirih mengandung berbagai zat aktif yang bersifat anti bakteri.

Zat aktif yang terkandung dalam daun sirih yang bersifat antibakteri terdiri dari minyak atsiri sehingga berfungsi menghambat bakteri dan berperan juga sebagai antisiptik alami yang mampu menghambat angka kuman pada alat makan yang dibilas menggunakan ekstrak daun sirih.

Setelah dilakukan penelitian ternyata 15% ekstrak daun sirih lebih mampu menurunkan angka kuman alat makan dan memenuhi baku mutu angka kuman yang dianjurkan untuk peralatan makan 100 koloni/cm2 menurut Kepmenkes RI No.1098/Menkes/PER/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.

Peralatan makan yang hygienis penting untuk mencegah pencemaran dan menjaga keamanan makanan. Untuk mencegah kontaminasi pada makanan, maka semua peralatan harus dibersihkan secara rutin seperlunya dan dilakukan desinfeksi.

Jika alat makan yang sering digunakan tidak memenuhi standar yang ada maka akan menimbulkan berbagai penyakit. Makanan dapat menjadi perantara untuk penularan penyakit infeksi. Penyakit yang ditularkan melalui

makanan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penyakit infeksi makanan akibat terkonsumsinya mikroba hidup dan penyakit keracunan makanan akibat terkonsumsinya toksin mikroba (Ibrahim, 2012).

Sirih termasuk tanaman yang mempunyai banyak manfaatnya, terutama bagian daunnya banyak dimanfaatkan untuk keperluan ramuan obat tradisional, dan bahan kosmetik. Manfaat daun sirih sebagai obat dapat digunakan untuk mengatasi bau badan, bau mulut, sariawan, mimisan, bisul, penekan kekebalan tubuh, pelindung hati, jerawat, mengurangi produksi air susu ibu yang berlebihan, mengatasi mata gatal dan merah, gatal-gatal dan koreng, mengobati keputihan pada wanita, menghentikan batuk, meluruhkan kentut, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, menahan pendarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan mencegah diare (Saraswati, 2011).

SIMPULAN1. Rata-rata penurunan angka kuman pada

alat makan menggunakan konsentrasi ekstrak daun sirih 5% adalah 114,00.

2. Rata-rata penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan konsentrasi ekstrak daun sirih 10% adalah 68,20.

3. Rata-rata penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan konsentrasi ekstrak daun sirih 15% adalah 32,93.

4. Ada perbedaan yang bermakna terhadap penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan ekstrak daun sirih diantara 4 kelompok perlakuan (kontrol, 5%, 10% dan 15%). Ekstrak daun sirih yang paling efektif dalam menurunkan angka kuman alat makan adalah ekstrak daun sirih 15% dengan rata-rata 32,93 koloni/cm2.

SARAN1. Bagi Akademik

Diharapkan bagi institusi pendidikan agar dapat menginformasikan hasil penelitian sebagai khasanah ilmu

8

Page 7: JURNAL

pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya mengenai mata kuliah penyehatan makanan dan minuman.

2. Bagi Pedagang KantinPara pedagang kantin sebaiknya menggunakan ekstrak daun sirih sebagai desinfektan dalam pencucian alat makan, sehingga dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan angka kuman alat makan.

3. Bagi penelitian lainBagi peneliti lain dapat membandingkan penurunan angka kuman pada alat makan menggunakan sabun cair anti bakteri dan ektrak daun sirih.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2013. Peran Rumah Makan dan Restoran pada Terjadinya Food Borne Disease. http://helpingpeopleideas.com/ publichealth/index.php/2013/ 01/. Diunduh 4 Februari 2013.

Ayodya, Wulan. 2008. Mengenal Usaha Warung Makan. Sarosa Consulting Group. Jakarta

Bobihu, F. 2012. Studi Sanitasi dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Dirumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo. Jurnal Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo

BPOM. 2010. BPOM Kasus Keracunan Pangan Indonesia Masih Tinggi. http://www.kabarbisnis.com/read/2813 855. Diunduh 1 Februari 2013.

. 2013. Tiga Ratus Kasus Keracunan.http://bengkuluekspress.com/. Diunduh 4 Februari 2013.

Cahyaningsih, Tri, Cairini, dkk. 2009. Hubungan Higiene Sanitasi Dan Perilaku Penjamah Makanan Dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Di Warung Makan. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 25, No. 4 : 180-188.

Departemen Kesehatan. 2006. Kumpulan Modul Kursus Higyiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta

Hakim, Firman, Hari. 2012. Pengawasan Mutu Pakan Antibiotik Alami. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Ibrahim, Fera. 2012. Bakteri yang ditularkan Melalui Makanan. http://www.lifebuoy. co.id/. Diunduh 22 Januari 2013.

Kementerian Kesehatan RI. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MenKes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Menteri Kesehatan RI. Jakarta.

. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran. Menteri Kesehatan RI. Jakarta.

Kesehatan Lingkungan. 2012. Prosedur Pemeriksaan Usap Alat Makan.. http://inspeksisanitasi.blogspot.c

9

Page 8: JURNAL

om/2012/06/. Diunduh 5 Februari 2013

Laliyanto. 2009. Pengaruh Penggunaan Daun Kemangi (Ocimum sanctum) pada Proses Pencucian Alat Makan terhadap Angka Kuman di Warung Makan Pecel Lele. Poltekkes Depkes RI Yogyakarta. Yogyakarta.

Mantariputra, kasjono, dkk. 2010. Buku Panduan Praktik Jurusan Kesehatan Lingkungan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Yogyakarta.

Mualim, dkk. 2013. Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Bengkulu.

Moeljanto,D.R. dr dan Mulyono. 2003. Khasiat Dan Manfaat Daun Sirih. Agromedia Pustaka. Bandung.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Muslisah, Fauzi. 2007. Tanaman Obat Keluarga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nalina, T. and Z.H.A. Rahim. 2006. Effect of Piper betle extract on the ultrastructure of S. mutans. Brisbane. Australia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Raditya, Sheikha. 2012. Ekstrak Daun Sirih Hijau. http://sheikhafoody. blogspot.com/2012/06/. Diunduh 22 Januari 2013.

Saraswati, Dian. 2011. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya hambat

Escherichia coli. Jurnal Health dan Sport. Vol. 3. No. 2 : 285-362.

Setyaningrum. Nurrahman. 2008. Pengaruh Lama Pendampingan Tentang Sanitasi Dan Higiene Terhadap Total Bakteri Pada Air Pencuci Warung Makan Di Sekitar UNIMUS. Jurnal UNIMUS. Semarang.

Syahreza, Majid. 2012. Desinfektan Dan Anti Septik. http://majidsyahreza89.wordpress.com /2012/01/16/. Diundah 24 Mei 2013.

10