jurnal

14
ISSN 2337-3776 Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih yang Diinduksi Isoniazid H. Sahdiah. S 1) , dr. Susianti. M.Sc 2) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Email : [email protected] ABSTRAK Mahkota dewa telah diteliti memiliki kandungan flavonoid yang tinggi sebagai antioksidan alami yang dapat bersifat hepatoprotektor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi isoniazid. Pada penelitian ini, 25 tikus jantan dibagi dalam 5 kelompok secara acak dan diberi perlakuan selama 14 hari. K1 (kontrol normal yang hanya diberi aquadest), K2 (kontrol negatif yang hanya diberi isoniazid 30mg/150grBB), K3 (diberi ekstrak buah mahkota dewa 10mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), K4 (diberi ekstrak mahkota dewa 20mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), dan K5 (diberi ekstrak mahkota dewa 40mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pembengkakan hepatosit pada K1: 5% ± 8,66; K2: 98% ± 4,472; K3: 73% ± 8,367; K4: 49% ± 14,478; dan K5: 18% ± 17,176 (mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan K2 dan hampir sama dengan K1). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak buah mahkota dewa dosis 10mg/150grBB, 20mg/150grBB, dan 40mg/150grBB dapat menurunkankan jumlah pembengkakan hepatosit pada hepar tikus jantan yang diinduksi oleh isoniazid. Kata kunci : gambaran histopatologi hepar, hepatosit, isoniazid, phaleria macrocarpa The Influence of Giving Extract of Mahkota Dewa Fruits (Phaleria macrocarpa) against Isoniazid-Induced Hepar Histopathology Appearance in Male Rat 1 MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Upload: fajar-al-habibi

Post on 01-Dec-2015

98 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asa

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAl

ISSN 2337-3776

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih yang Diinduksi

Isoniazid

H. Sahdiah. S1), dr. Susianti. M.Sc2)

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

Email : [email protected]

ABSTRAK

Mahkota dewa telah diteliti memiliki kandungan flavonoid yang tinggi sebagai antioksidan alami yang dapat bersifat hepatoprotektor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi isoniazid. Pada penelitian ini, 25 tikus jantan dibagi dalam 5 kelompok secara acak dan diberi perlakuan selama 14 hari. K1 (kontrol normal yang hanya diberi aquadest), K2 (kontrol negatif yang hanya diberi isoniazid 30mg/150grBB), K3 (diberi ekstrak buah mahkota dewa 10mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), K4 (diberi ekstrak mahkota dewa 20mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), dan K5 (diberi ekstrak mahkota dewa 40mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pembengkakan hepatosit pada K1: 5% ± 8,66; K2: 98% ± 4,472; K3: 73% ± 8,367; K4: 49% ± 14,478; dan K5: 18% ± 17,176 (mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan K2 dan hampir sama dengan K1). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak buah mahkota dewa dosis 10mg/150grBB, 20mg/150grBB, dan 40mg/150grBB dapat menurunkankan jumlah pembengkakan hepatosit pada hepar tikus jantan yang diinduksi oleh isoniazid.

Kata kunci : gambaran histopatologi hepar, hepatosit, isoniazid, phaleria macrocarpa

The Influence of Giving Extract of Mahkota Dewa Fruits (Phaleria

macrocarpa) against Isoniazid-Induced Hepar Histopathology Appearance in

Male Rat

H. Sahdiah. S1), dr. Susianti. M. Sc2)

1)Medical Faculty Student of Lampung University, 2)Medical Faculty Lecturer of

Lampung University

Email : [email protected]

ABSTRACT

Mahkota dewa has been analyzed contains of high concentrate flavonoid as natural antioxidant which can be functioned as hepatoprotector. The aim of this research was to determine the influence of giving extract of mahkota dewa fruits (Phaleria macrocarpa) against isoniazid-induced hepar histopathology appearance in male rat. In this study, 25 male rat were divided randomly into 5 groups and given treatment for 14 days. K1 (normal control which was only given

1MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 2: JURNAl

ISSN 2337-3776

aquadest), K2 (negative control which was only given isoniazid 30mg/150grBW), K3 (given extract of mahkota dewa fruits 10mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW), K4 (given extract of mahkota dewa fruits 20mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW), and K5 (given extract of mahkota dewa fruits 40mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW). Results showed that the total average of hepatocytes swelling in K1 was 5% ± 8,66; K2 was 98% ± 4,472; K3 was 73% ± 8,367; K4 was 49% ± 14,478; dan K5 was 18% ± 17,176 (decreasing in comparison with K2 and as almost equal to K1). The conclusion of this research is that extract of mahkota dewa fruits 10mg/150grBW, 20mg/150grBW, and 40mg/150grBW doses can decrease total of hepatocytes swelling on isoniazid-induced hepar in male rat.

Key words : hepar histopathology appearance, hepatocytes, isoniazid, phaleria macrocarpa

Pendahuluan

Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2004 telah

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002 dan

jumlah terbesar kasus tuberkulosis (TB) terjadi di Asia Tenggara. Kasus TB di

Indonesia juga sangat banyak terbukti Indonesia menduduki peringkat ketiga di

dunia setelah India dan Cina (WHO, 2004). Prevalensi TB di Indonesia

berdasarkan hasil survei Depkes tahun 2004 pada 30 propinsi adalah 104 per

100.000 penduduk (Depkes, 2005).

Isoniazid adalah obat anti TBC garis pertama yang digunakan dalam

pengobatan dan pencegahan tuberkulosis (Weisiger, 2007). Mekanisme kerja

isoniazid ialah menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur

penting dinding sel Mycobacterium tuberculosa (Setiabudy, 2008). Isoniazid

memiliki efek samping hepatotoksisitas yang ditandai dengan uji fungsi hepar

yang abnormal, peningkatan kadar bilirubin dan nekrosis multilobular (Katzung,

2008).

Hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik mengatasi kerusakan

hepar yang disebabkan oleh obat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

mendapatkan obat herbal yang dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Salah

satu obat herbal yang memiliki efek hepatoprotektif atau efek menghambat

kerusakan hepar adalah mahkota dewa (Kurnijasanti dan I’tishom, 2008).

Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C pada tahun 2004

melakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan dan antibakteri produk kering,

instan dan effervescent dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Hasil

2MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 3: JURNAl

ISSN 2337-3776

penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi terutama dalam bentuk effervescent.

Wijayanti (2002) yang membuktikan bahwa air perasan buah mahkota

dewa memberikan efek hepatoprotektif dengan dosis efektif 1625,5mg/KgBB

pada mencit yang diberikan sekali sehari selama 6 hari dan pada hari ke-7 diberi

larutan CCl4 dengan dosis 3,92ml/KgBB.

Dalam rangka mengembangkan penelitian tentang mahkota dewa sebagai

obat herbal maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa terhadap gambaran histopatologi

hepar tikus yang diinduksi isoniazid, serta dosis ekstrak yang optimal memberikan

pengaruh pada hepar. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai

sumber informasi tentang manfaat buah mahkota dewa terutama pada hepar dan

sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk pengembangan ekstrak buah mahkota

dewa sebagai obat herbal terstandar.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pola post test-

only control group design. Subyek penelitian adalah 25 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang dipilih

secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 5 kali.

Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu isoniazid dengan dosis 30mg/150g

(Karthikeyan, 2004) dan ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan

dosis 10mg/150g, 20mg/150g, dan 40mg/150g (Rahmawati, 2006).

Proses pembuatan ekstrak daun mahkota dewa dalam penelitian ini

menggunakan etanol sebagai pelarut. Ekstraksi dimulai dari penimbangan daun

mahkota dewa selanjutnya dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk

dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70%

ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2

(dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap

filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan

ke tahap evaporasi dengan Rotary evaporator pada suhu 40 0C sehingga akhirnya

diperoleh ekstrak kering.

3MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 4: JURNAl

ISSN 2337-3776

Pada saat perlakuan tikus sebagai hewan coba dibagi dalam 5 kelompok

secara acak. Kelompok I (K1) yaitu kontrol normal, hanya diberikan aquades.

Kelompok II (K2) yaitu kontrol negatif, hanya diberikan isoniazid dengan dosis

30mg/150gBB. Kelompok III (K3) adalah kelompok perlakuan coba dengan

pemberian ekstrak mahkota dewa dosis 10mg/150gBB, kelompok IV (K4) dengan

ekstrak mahkota dewa dosis 20mg/150gBB, dan kelompok V (K5) dengan ekstrak

mahkota dewa dosis 40mg/150gBB. Kemudian ketiga kelompok perlakuan ini

selang 2 jam diberikan induksi isoniazid sebesar dosis 30mg/150gBB. Masing-

masing diberikan secara per oral selama 14 hari dan pemberian ekstrak buah

mahkota dewa dilanjutkan sampai hari ke-15 dan ke-16. Pada hari ke-16,

perlakuan diberhentikan. Selanjutnya tikus dinarkose, dilakukan pembedahan

untuk mengambil organ hepar, dan dilakukan pembuatan preparat.

Pengamatan terhadap adanya kerusakan hepar dilakukan secara

histopatologis. Gambaran histopatologi hepar diamati di bawah mikroskop dengan

pembesaran 400x. Kerusakan yang dinilai adalah hepatosit yang mengalami

pembengkakan sel berdasarkan kriteria Kawasaki dkk (2009) seperti disajikan

pada tabel 1. Data yang diperoleh dibandingkan antara kelompok kontrol normal,

kelompok kontrol negatif, dan ketiga kelompok perlakuan ekstrak.

Tabel 1. Kriteria penilaian menurut Kawasaki dkk (2009)

Skor Gambaran Histopatologis01234

tidak ada hepatosit yang mengalami pembengkakan sel<10% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel10% - 33% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel34% - 66% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel67% - 100% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel

Hasil dan Pembahasan

Gambaran histopatologi hepar diamati di bawah mikroskop dengan

pembesaran 400x tampak pada gambar 1. Hasil menunjukkan bahwa pada

kelompok I lobulus hepar tampak normal, terdiri dari lempengan sel-sel hepatosit

yang tersusun radier yang saling berhubungan dengan vena sentralis sebagai

pusatnya. Bentuk vena sentralis dan sinusoid tampak normal dan tidak terdapat

kongesti. Sebagian besar hepatosit mengalami pembengkakan sel dan warna

4MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 5: JURNAl

a b c

d e

ISSN 2337-3776

sitoplasma tampak lebih pucat yang menandakan adanya degenerasi bengkak

keruh. Selain itu, terdapat penyempitan sinusoid, sel radang, dan kongesti pada

vena sentralis. Gambaran histopatologi hepar kelompok III, IV, dan V tidak jauh

berbeda dibanding kelompok II menunjukkan hepatosit mengalami

pembengkakan sel dan warna sitoplasma tampak lebih pucat yang menandakan

adanya degenerasi bengkak keruh akan tetapi dalam persentase kerusakan yang

lebih sedikit. Sinusoid hepar mengalami penyempitan. Bentuk vena sentralis

normal tetapi terjadi kongesti dan dikelilingi oleh sel radang.

Gambar 1. Histopatologi hepar tikus pewarnaan H.E. (pembesaran 400x). Keterangan : a. Kelompok I b. Kelompok II c. Kelompok III d. Kelompok IV e. Kelompok V

Analisis gambaran histopatologi hepar tikus pada setiap kelompok

perlakuan tampak pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil rata-rata gambaran histopatologi pembengkakan sel hepatosit Kelompok Uji Rata-Rata Pembengkakan Hepatosit (X±SD)

K1K2K3K4K5

5% ± 8,6698% ± 4,47273% ± 8,36749% ± 14,47818% ± 17,176

5MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 6: JURNAl

ISSN 2337-3776

Rerata jumlah sel hepatosit yang mengalami pembengkakan sel diuji

normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk dan didapatkan data tidak berdistribusi

normal. Oleh karena data yang digunakan tidak berdistribusi normal maka dalam

pengujian hipotesis berikutnya akan digunakan statistik non-parametrik (Krukal

Wallis). Pada uji statistik Krukal Wallis, diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang

artinya paling tidak terdapat perbedaan jumlah pembengkakan sel hepatosit yang

bermakna antar kelompok. Analisis data dilanjutkan menggunakan analisis Post

Hoc LSD menggunakan uji statistik Mann Whitney untuk menilai perbedaan

masing–masing kelompok dan diperoleh hasil sebagai berikut, pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji statistik perbandingan antar kelompok (Post Hoc LSD)Kelompok I II III IV V

I - - - - -II 0,008* - - - -III 0,008* 0,008* - - -IV 0,008* 0,008* 0,056 - -

V 0,095 0,008* 0,008* 0,056 -

*Hasil analisis Post Hoc LSD bermakna jika p<0,05

Berdasarkan analisis Post Hoc LSD untuk jumlah pembengkakan sel

hepatosit pada tabel 3, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna

antara K1 dengan kelompok lainnya kecuali dengan K5. Perbedaan bermakna

tersebut yaitu K1 dengan K2 (p=0,008), K1 dengan K3 (p=0,008), dan K1 dengan

K4 (p=0,008). Sementara K1 dengan K5 tidak terdapat perbedaan yang bermakna

(p=0,095). Lalu juga ada perbedaan bermakna antara K2 dengan seluruh

kelompok lainnya yaitu K1, K3, K4, dan K5 (p=0,008). Selain itu, terdapat

perbedaan yang tidak bermakna antara K3 dengan K4 (p=0,056) dan K4 dengan

K5 (p=0,056).

Struktur hepar yang normal pada kelompok I disebabkan karena kelompok

ini hanya diberikan akuades dan makanan ad libitum yang bukan merupakan zat

oksidan yang dapat merusak hepar. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Bhara (2009), penelitian ini menunjukkan pada kelompok I

yang hanya diberikan akuades dan makanan ad libitum mempunyai rata-rata

kerusakan hepar yang paling rendah. Kelompok II yang hanya diinduksi oleh zat

toksik berupa isoniazid menunjukkan kerusakan hepar yang paling parah sejalan

6MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 7: JURNAl

ISSN 2337-3776

dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2008) yang menunjukkan bahwa

kelompok kontrol positif yang hanya diberikan isoniazid sebesar

37,8mg/200grBB memiliki rata-rata kerusakan hepar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, kelompok perlakuan yang

diberikan ekstrak buah mahkota dewa yaitu kelompok III, IV, dan V mempunyai

gambaran histopatologi dengan derajat kerusakan yang berbeda-beda tetapi lebih

ringan dibandingkan dengan kelompok II. Nilai ini berarti menunjukkan bahwa

tikus yang diberikan ekstrak buah mahkota dewa (dosis 10mg/150grBB;

20mg/150grBB; dan 40mg/grBB) mampu memberikan efek protektif terhadap

hepar yang diinduksi oleh isoniazid, hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya tentang ekstrak buah mahkota dewa. Salah satunya adalah penelitian

yang dilakukan oleh Sulistianto dkk (2004) yang membuktikan bahwa dosis lazim

di masyarakat sebesar 15gr mampu bersifat protektif dan regenerasi pada sel

hepar.

Irawan pada tahun 2006 melakukan uji potensi antioksidan pada beberapa

tanaman herbal di Indonesia, salah satunya mahkota dewa. Pengujian aktivitas

antioksidan menggunakan metode TBA yang didasarkan pada pengukuran kadar

malondialdehida (MDA) yang merupakan produk akhir dari reaksi lipid peroksida

(Kikuzaki dan Nakatani, 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya hambat

ekstrak mahkota dewa tergolong cukup besar (lebih dari 50%) dalam menghambat

proses pembentukan MDA. Adanya senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid,

flavonoid, tanin, dan saponin diduga dapat menghambat reaksi oksidasi asam

linoleat (Irawan, 2006).

Selain itu, potensi antioksidan mahkota dewa juga dikuatkan oleh

penelitian Salim (2006), pada uji fitokimia alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin

menunjukkan hasil uji positif. Senyawa-senyawa tersebut sangat berperan sebagai

zat yang yang mampu menghambat reaksi oksidasi lipid.

Flavonoid dan alkaloid merupakan senyawa pereduksi yang baik.

Flavonoid bertindak langsung sebagai penampung yang baik untuk radikal bebas

hidroksil dan superoksida (Robinson, 2005). Senyawa fenol dapat menghambat

oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas,

7MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 8: JURNAl

ISSN 2337-3776

sebagai akibat senyawa tersebut mampu mengubah sifat radikal menjadi

nonradikal dan terjadi perubahan oksidasi radikal oleh antioksidan (Widiyanti,

2009). Tanin merupakan senyawa yang banyak dalam tanaman teh akan tetapi

terkandung juga dalam buah mahkota dewa (Lisdawati, 2002). Berdasarkan hasil

penelitian Yen (1995) dilaporkan bahwa berbagai jenis teh yang mengandung

tanin memilki aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian itu juga tanin

dapat menghambat proses mutasi dan kanker, radikal bebas dan menginduksi

enzim yang bersifat sebagai antioksidan. Selain senyawa yang telah disebutkan

sebelumnya, mahkota dewa juga mengandung senyawa saponin. Saponin di

dalam tumbuhan diketahui telah dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (Mangan

2003).

Simpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, pemberian ekstrak buah mahkota dewa

baik dosis 10mg/150grBB, dosis 20mg/150grBB, dan dosis 40mg/150grBB

mampu memberikan efek hepatoprotektif dibuktikan dengan perbaikan hepatosit.

Pengaruh ini disebabkan oleh antioksidan alami yang terkandung pada buah

mahkota dewa dapat menghambat pembentukan radikal bebas sehingga mencegah

kerusakan sel.

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia 2004. Survei Kesehatan Nasional

Dewanti T.W., Wulan, N.S., Nur, I.C. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Produk Kering, Instan, dan Effervescent dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Jurnal Teknologi Pertanian Unibraw Malang

Irawan, D. 2006. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mahkota Dewa, Temu Putih, Sambil Loto, dan Keladi Tikus secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw HillKawasaki, T., Igarashi, K., Koeda, T., Sugimoto, K., Nakagawa, K.,Hayashi, S.,

Yamaji, R., Inui, H., Fukusato, T., Yamanouchi, T. 2009. Rats Fed

8MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013

Page 9: JURNAl

ISSN 2337-3776

Fructosed enriched Diets have Charactheristies of Nonalcoholic Hepatic Steatosis. J. Nutr

Kerthikeyan. 2004. Hepatotoxicity of Isoniazid : a Study on The Activity of Marker Enzymes of Liver Toxicity in Serum and Liver Tissue of Rabbit. Indian J Pharmacology

Kikuzaki, H. dan Nakatani, N. 1993. Antioxidant effect of some ginger constituents. Journal of Food Science

Kurnijasanti, R. dan I’tishom, R. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai Pencegahan Terhadap Hepatotoksisitas Akibat Induksi Karbon Tetraklorida pada Mencit. Veterineria Medica Unair

Lisdawati, V. 2002. Buah Mahkota Dewa-Toksisitas, Efek Antioksidan, dan Efek Anti Kanker Berdasarkan Uji Penapisan Farmakologi. Makalah seminar menguak posisi dan potensi mahkota dewa sebagai obat tradisional. Jakarta

Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta : Agromedia PustakaRahmawati, E., Dewoto, R.H., Wuyung, E.P. 2006. Anticancer activity study of

ethanol extract of Mahkota Dewa fruit pulp (Phaleria macrocarpa) in C3H mouse mammary tumor induced by transplantation. Med J Indones

Robinson, T. 2005. The Organic Constituens of Higher Plants Edisi 6. Penerbit ITB : Bandung

Salim. 2006. Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa terhadap Aktivita Enzim Tirosin Kinase secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Setiabudy, R. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus Setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorid (CCl4) secara oral. Jurnal Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

Widiyanti, R. 2009. Analisis Kandungan Senyawa Fenol. Universitas Indonesia. Jakarta.

Wijayanti, I. 2002. Efek Hepatoprotektif Air Perasan Daging Buah Makutodewo (Phaleria macrocarpa) pada Mencit Jantan Terinduksi CCl4. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

World Health Organization.2004. Global tuberculosis programme: Global Tuberculosis Control. WHO Report

Yen, G.C. 1995. Antioxidant Activity of Various Extracts in Relation to Their Antimutagenicity. J Agric Food Chem

9MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013