jurnal

Upload: ryuzaki-razak-souljr

Post on 16-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Jurnal

TRANSCRIPT

EFISIENSI PENGELOLAAN DANA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Dengan Pendekatan Parametrik)

Rafika RAHMAWATI Rafika Rahmawati Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia [email protected] Muhamad Nadratuzzaman HOSEN Muhamad Nadratuzzaman Hosen Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia [email protected] Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank syariah, menekankan pihak bank untuk terus mengelola dana yang ada dengan lebih efisien. Persaingan antar bank syariah yang saat ini kembali kepada tingkat persaingan harga (margin bagi hasil), di mana tingkat bagi hasil semakin ketat. Agar profit yang didapat bank syariah optimal, maka efisiensi pengelolaan dana sangatlah diperlukan. Dalam penelitian ini akan diketahui tingkat efisiensi biaya diantara Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, dalam hal ini BUS yang diteliti yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah selama periode penelitian Januari 2008 sampai September 2010 dengan menggunakan pendekatan parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA). Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi BMI, BSM, dan BMS masing-masing yaitu sebesar 96,95%; 96,92%; dan 94,93%. Dan diketahui pula bahwa faktor-faktor input dan output yang mempengaruhi tingkat efisiensi biaya dari masing-masing Bank Umum Syariah tersebut yaitu, pada BMI yang berpengaruh adalah beban bagi hasil. Pada BSM yang mempengaruhi tingkat efisiensi biaya yaitu beban bagi hasil, beban personalia, dan total pembiayaan. Sedangkan pada BMS yang berpengaruh yaitu beban personalia, total pembiayaan, dan surat berharga yang dimiliki. Kata kunci: Efisiensi, Stochastic Frontier Approach (SFA), Input, Output

1. PendahuluanBank sebagai badan usaha tentunya memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi para pihak (profit oriented). Keuntungan tersebut dapat dihasilkan dari kegiatan bank dalam dua sisi yang telah disebutkan, yaitu dari kegiatan menghimpun dana dan dari kegiatan menyalurkan dana yang ada. Keuntungan yang dihasilkan pada bank tidak hanya menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menanamkan dananya di bank. Tetapi juga dengan adanya keuntungan tersebut maka mengindikasikan bahwa bank dalam keadaan yang baik, termasuk dalam ciri-ciri bank sehat. Untuk menilai apakah suatu bank termasuk kategori bank sehat atau bank sakit maka harus dilihat dari kinerja operasionalnya. Kinerja dapat diukur dengan melihat efisiensi pengelolaan dana bank tersebut. Untuk itu dengan semakin efisien suatu bank maka akan mengindikasikan tingkat kesehatan bank. (Suseno, 2004).Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. (Hadad, 2003).Persaingan dalam industri perbankan berkembang dengan cepat. Pada awalnya keunggulan teknologi telah menjadi keunggulan kompetitif bagi bank-bank pelopor teknologi. Hingga dekade 1990-an, bank yang unggul secara teknologi seperti on-line system dan menggunakan ATM secara atraktif mampu menjaring nasabah jauh lebih banyak daripada bank lain yang masih menggunakan off-line system. Saat ini sudah hampir semua bank besar dan menengah menggunakan teknologi tersebut. ATM dan on-line system saat ini tidak lagi dapat menjadi faktor penentu keunggulan kompetitif sebuah bank, karena fasilitas tersebut saat ini telah berubah menjadi suatu keharusan dan menjadi standar pelayanan bank. Pada saat kondisi bank menjadi standar pada tingkatan yang lebih tinggi, maka persaingan antar bank saat ini telah kembali mengarah ke persaingan harga. Harga harus menjadi sangat kompetitif agar dapat menarik minat untuk nasabah dan calon nasabah. Agar bank dapat memberikan harga yang kompetitif dan juga laba yang dihasilkan optimal, maka efisiensi pengelolaan dana sangatlah penting. (Sugiarto, 2006).Di tengah persaingan yang cukup ketat dengan banyaknya bank-bank syariah yang bermunculan, efisiensi suatu bank syariah akan menjadi modal agar dapat menjadi yang terbaik di antara bank-bank syariah yang lainnya. Pendapatan bank syariah yang utama adalah dari pembiayaan. Dengan efisiennya bank syariah, maka bank syariah akan dapat memberikan persentase fee atau margin yang lebih kecil bagi para peminjam dana di bank syariah, sehingga ini menjadi daya tarik utama bagi nasabah yang ingin meminjam dana bank syariah. Dengan pengelolaan dana yang efisien, bank syariah akan dapat bersaing. Dengan demikian market share bank syariah dapat meningkat.

1.1. Identifikasi Masalah1. Berapa tingkat efisiensi biaya bank syariah di Indonesia pada Januari 2008 sampai September 2010 berdasarkan pendekatan parametrik? 2. Komponen-komponen input dan output apa yang memiliki pangaruh terbesar terhadap tingkat efisiensi biaya? 1.2. Tujuan Penelitian1. Mengukur tingkat efisiensi biaya bank syariah di Indonesia pada Januari 2008 sampai September 2010 berdasarkan pendekatan parametric2. Menganalisa Komponen-komponen input dan output apa yang memiliki pangaruh terbesar terhadap tingkat efisiensi biaya

2. Review Studi Terdahulu

Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Eugenie Mardanugraha, dan Dhaniel Illyas (2003)7 meneliti tentang pendekatan parametrik untuk efisiensi perbankan Indonesia. Penelitian ini ingin membandingkan pengukuran tingkat efisiensi perbankan Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dengan metode Distribution Free Approach (DFA). Di sini peneliti menghitung tingkat efisiensi perbankan Indonesia dengan data bank secara keseluruhan tidak dikelompok-kelompokan dan juga menghitung tingkat efisiensi perbankan Indonesia dengan data bank yang dikelompokan berdasarkan kategori bank. Hasil dari penelitian tersebut, skor efisiensi DFA lebih beragam dibandingkan dengan skor efisiensi SFA, jika digunakan data bulanan dan data tahunan yang menggabungkan seluruh bank. Namun demikian, bank-bank yang paling efisien yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metode adalah sama. Hasil perhitungan efisiensi berdasarkan SFA dan DFA dengan menggunakan data bank yang dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan kategorinya, menghasilkan hasil perhitungan yang tidak konsisten. Ketidak konsistenan ini sangat mungkin disebabkan karena kurangnya cross section observation yang digunakan, sehingga keragaman data berkurang. Hasil perhitungan ini juga menyimpulkan bahwa bank dengan kategori bank asing campuran merupakan kategori yang paling efisien dibandingkan dengan kategori lainnya. Adanya konsistensi perhitungan dengan menggunakan metode parametrik dengan menggunakan data bulanan dan tahunan dari bank tanpa mengelompokkan berdasarkan kategorinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode parametrik efektif jika diterapkan untuk menentukan bank yang bertindak paling efisien dalam sample tanpa terlebih dahulu mengelompokkan bank berdasarkan kategorinya. Konsistensi ini ditunjukkan dengan melihat bank yang sama untuk bank yang bertindak paling efisien dalam sampel, baik dengan menggunakan metode SFA maupun metode DFA. Hamim S. Ahmad Mokhtar, Naziruddin Abdullah, Syed M. Al-Habshi meneliti tentang efisiensi bank syariah di Malaysia dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Approach.8 Periode yang diteliti yaitu tahun 1997 sampai 2003. Dalam penelitian ini mengukur efisiensi teknis dan efisiensi biaya dari bank umum syariah, unit usaha syariah, dan bank umum konvensional di Malaysia. Sampel yang digunakan secara rinci yaitu 20 unit usaha syariah, 2 bank umum syariah, dan 20 bank umum konvensional. Dalam mengukur efisiensi teknis, input yang digunakan yaitu total simpanan (terdiri dari simpanan pelanggan dan simpanan dari bank lain) dan total biaya (terdiri dari biaya personil dan beban usaha lain), sedangkan output yang digunakan yaitu total aktiva produktif (mencakup pembiayaan, sekuritas, investasi efek, dan penempatan pada bank lain). Dalam mengukur efisiensi biaya, variabel ditambah dengan harga tenaga kerja dan modal fisik, serta harga dari deposito. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata efisiensi teknis dan biaya bank umum konvensional lebih tinggi dari bank syariah. Efisiensi teknis dan efisiensi biaya rata-rata untuk bank syariah masing-masing 80,1% dan 86,0%, sedangkan bank konvensional menunjukan efisiensi teknis dan biaya 83,5% dan 87,6%. Namun, dari segi tren manunjukan bahwa rata-rata efisiensi teknis dan \efisiensi biaya bank syariah cenderung meningkat dari tujuh periode, sedangkan efisiensi bank konvensional tidak banyak berubah selama periode yang sama. Di sini juga diteliti efisiensi berdasarkan tipe bank. Hasilnya, bank umum syariah secara signifikan lebih efisien daripada unit usaha syariah. Serta rata-rata efisiensi bank menurut status kepemilikan, diketahui bahwa unit usaha syariah asing lebih efisien daripada unit usaha syariah bank domestik. Suswandi (2007)9 meneliti tentang analisa efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dari periode Januari 2003 sampai Desember 2006. Penentuan input dan output dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Value Added. Input terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Modal Disetor. Sedangkan output terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, dan pembiayaan yang diberikan. Di sini peneliti melakukan regresi dari variabel-\variabel input dan output terhadap tingkat efisiensi. Dalam penelitian ini, efisiensi bank syariah didasarkan pada kemampuan bank syariah menghasilkan profit (laba) dari input dan output yang digunakan, sehingga istilah profit (laba) dalam penelitian ini adalah memiliki makna yang sama. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel input dan output berpengaruh terhadap laba perbankan syariah. Besarnya pengaruh sebesar 53,79%. Selama periode penelitian perbankan syariah di Indonesia mengalami efisiensi total rata-rata sebesar 94,37% tiap tahunnya. Dan berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan ada yang tidak berpengaruh terhadap laba perbankan syariah. Variabel tersebut adalah Dana Pihak Ketiga dan Penempatan pada bank lain. Sedangkan variabel yang mempengaruhi laba pada perbankan syariah adalah Modal disetor, Penempatan pada Bank Indonesia, dan Pembiayaan yang diberikan. Edy Hartono (2007)10 meneliti tentang analisis efisiensi biaya industri perbankan Indonesia dengan menggunakan metode parametrik Stochastic Frontier Approach. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis perbedaan nilai efisiensi biaya perbankan di Indonesia berdasarkan masing masing bank dan kelompok bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2004-2007 meliputi kelompok BUMN, BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa. Efisiensi dalam penelitian ini didasarkan pada fungsi biaya, dengan mempertimbangkan biaya total (total cost) sebagai variabel dependen serta 2 buah variabel output yaitu total pinjaman yang diberikan baik kepada pihak terkait dengan bank maupun tidak terkait dengan bank (Q1) dan surat berharga yang dimiliki oleh bank (Q2) dengan 2 buah variabel input yaitu total biaya bunga yang dibayarkan bank atas simpanan pihak ketiga (P1) dan biaya tenaga kerja (P2). Semua variabel disajikan dalam bentuk rasio terhadap total aktiva. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kelompok bank yang paling efisien yaitu kelompok bank BUSN Non Devisa, kemudian kelompok bank BUSN Devisa, dan yang terakhir bank BUMN. 3. METODE PENELITIAN

Obyek penelitian ini adalah Laporan Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah periode Januari 2008 sampai September 2010Data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis data kuantitatif berupa data rasio, dan berdasarkan sumbernya penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari informasi Laporan Keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada Januari 2008 sampai dengan September 2010. Pada penelitian ini, penentuan input dan output menggunakan pendekatan Asset Approach seperti yang digunakan oleh Muliaman D. Hadad dalam penelitiannya, sehingga variabel input dan outputnya ditentukan sebagai berikut: 1. Variabel Input (X) : Beban Personalia (P1) dan Beban Bagi Hasil (P2). 2. Variabel Output (Y) : Total Pembiayaan (Q2) dan Surat Berharga yang Dimiliki (Q3) Diketahui bahwa semua data input dan output adalah dalam bentuk rasio terhadap total aktiva. Hal ini agar data tidak terlalu mencolok perbedaannya antara bank yang lebih besar dengan bank yang relatif lebih kecil. Dalam penelitian ini digunakan perhitungan efisiensi bank umum syariah dari sisi biaya dengan menggunakan metode pendekatan cost efficiency, sedangkan untuk perhitungannya menggunakan metode pendekatan stochastic frontier approach (SFA) yang menghitung deviasi dari fungsi biaya yang diestimasikan terlebih dahulu dengan profit frontier-nya. Efisiensi biaya diartikan sebagai rasio antara biaya minimum dimana perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output tertentu, dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan tersebut. Semakin kecil biaya sebenarnya yang digunakan dibandingkan dengan biaya minimum, maka tingkat efisiensi biaya bank akan semakin besar.

3.1. Stochastic Frontier Approach Metode SFA ini dikembangkan oleh Aigner, Lovell, Schmidt (1977). Pada metode ini, biaya dari suatu bank dimodelkan untuk terdeviasi dari cost efficiency frontier-nya akibat adanya random noise dan inefisiensi. Fungsi standar stochastic cost frontier memiliki bentuk umum (log) sebagai berikut: ln Ci = f (ln Xji , ln Yki) + ei...(3.1) Di mana: Ci= Total biaya bank nXji= Input j pada bank nYji= Output k pada bank nei= Errorei terdiri dari 2 fungsi yaitu:

ei = ui + vi . (3.2)Di mana : ui= faktor error yang dapat dikendalikanvi= faktor error yang bersifat random yang tidak dapat dikendalikan.Diasumsikan bahwa v terdistribusi normal N(0, 2v) dan u terdistribusi half-normal, |N(0, 2v)| di mana uit = (ui exp(-h(t-T))3 dan h adalah parameter yang akan diestimasi.Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best practice bank`s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama. Cost efficiency ini di derivasi dari suatu fungsi biaya, misalkan fungsi biaya dengan bentuk persamaan umum (log) sebagai berikut : ln C = f (w,y) + e .. (3.3) Dengan menggunakan bentuk persamaan stochastic cost frontier maka persamaan biaya dapat dituliskan sebagai berikut: ln C = f (w,y) + ln u + ln v (3.4) Di mana: C= total biaya atau cost efficiencyw= jumlah inputy= jumlah outputu dan v = errorMaka, cost efficiency dapat dituliskan sebagai berikut:

3.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS) Berbeda dengan alat analisis lainnya, regreasi linear ganda memerlukan uji persyaratan yang sangat ketat. Setelah persamaan regresi linear berganda terbentuk, perlu dilakukan beberapa uji asumsi klasik, yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.

a. Uji Normalitas Uji Normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah metode dengan distribusi data yang normal atau mendekati normal. Grafik Normal P-P Plot dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis giagonal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar (titik-titik) jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat, atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian dengan menggunakan Uji Durbin Watson (Uji Dw) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai Dw di bawah -2 (Dw < -2) 2) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai Dw berada di antara -2 dan +2 atau -2 Dw 2 3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai Dw di atas 2 (Dw > 2) c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda atau berubah-ubah disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik Scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskadastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas atau terjadi Homoskedastisitas. d. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinearitas di dalam model regresi dilihat dari hubungan antar variabel bebas yang ditunjukan oleh angka tolerance dan variance inflation factor (VIP). Apabila angka tolerance > 0,10 dan VIP < 10 maka menunjukan adanya Multikolinearitas dalam model regresi. 3. Uji Statistik Analisis fungsi biaya yang didasarkan pada pendekatan cost frontier dalam penelitian ini dihitung dengan metode regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dan mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh antara Biaya Personalia (P1), Biaya Bagi Hasil (P2), Total Pembiayaan (Q1) dan Surat Berharga yang Dimiliki (Q2) terhadap Total Biaya (TC) digunakan persamaan regresi sebagai berikut: CEFF = a + b1 lnP1 + b2 lnP2 + b3 lnQ1 + b4 lnQ2 + ei . (3.6)

Di mana: CEFF = Tingkat Efisiensi Biaya Bank Syariah

P1= Biaya Personalia

P2= Biaya Bagi HasilQ1= Total PembiayaanQ2= Surat Berharga yang Dimiliki

Dikatakan efisien apabila masing-masing parameter memiliki angka mendekati 1 atau 100%. Sebaliknya jika mendekati 0 menunjukan efisiensi yang semakin rendah.

4. Analisis

4.1. Analisis Tingkat Efisiensia. Bank Muamalat IndonesiaBentuk model prediksi tingkat efisiensi biaya bank dapat ditulis sebagai berikut: ln TC= 0,712 - 0,007 lnP1 + 1,126 lnP2 + 0,407 lnQ1 - 0,070 lnQ2 Dalam persamaan regresi di atas, konstanta TC adalah sebesar 0,712. Hal ini berarti apabila variabel input dan variabel output dianggap konstan, maka Bank Muamalat Indonesia akan mengeluarkan biaya minimum untuk tingkat output tertentu yaitu sebesar 2,038063 juta dari total aktiva (ex 0,712 = 2,038063). Dengan memasukkan data ke rumus 4,2 diatas maka efisiensi biaya yang diperoleh Bank Muamalat Indonesia dapat ditunjukkan oleh table dibawah ini:

Tingkat Efisiensi Bank Muamalat Indonesia

PeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensi

Jan-20080.995763Des-20080.942652Nov-20090.931888

Feb-20080.991278Jan-20090.995158Des-20090.93708

Mar-20080.986874Feb-20090.98959Jan-20100.996131

Apr-20080.983037Mar-20090.985407Feb-20100.991608

Mei-20080.977919Apr-20090.978934Mar-20100.985698

Jun-20080.972575Mei-20090.972765Apr-20100.981066

Jul-20080.969548Jun-20090.967707Mei-20100.975934

Agst-20080.963693Jul-20090.959515Jun-20100.97173

Sep-20080.959684Agst-20090.951293Jul-20100.969908

Okt-20080.954377Sep-20090.943034Agst-20100.964161

Nov-20080.948206Okt-20090.937727Sep-20100.963035

TOTAL31.99497

RATA-RATA0.969545

Sumber: Data sekunder yang diolah

Diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi biaya pada Bank Muamalat Indonesia pada periode Januari 2008 sampai September 2010 yaitu sebesar 0,969545 atau 96,95%. Sedangkan efisiensi biaya tertinggi terjadi pada periode Januari 2010 yaitu sebesar 0,996131 atau 99,61%. Serta efisiensi biaya terendah terjadi pada periode November 2009 yaitu sebesar 0,931888 atau 93,19%.

b. Bank Syariah Mandiri

Bentuk model prediksi tingkat efisiensi biaya bank dapat ditulis sebagai berikut: ln TC = 1,864 + 2,875 lnP1 + 2,210 lnP2 + 1,791 lnQ1 - 0,765 lnQ2 Dalam persamaan regresi di atas, konstanta TC adalah sebesar 1,864. Hal ini berarti apabila variabel input dan variabel output dianggap konstan, maka Bank Syariah Mandiri akan mengeluarkan biaya minimum untuk tingkat output tertentu yaitu sebesar 6,449483 juta dari total aktiva (ex 1,864 = 6,449483). Dengan memasukkan data ke rumus 4,2 diatas maka efisiensi biaya yang diperoleh Bank Muamalat Indonesia dapat ditunjukkan oleh table dibawah ini:

Tabel 4.2 Tingkat Efisiensi Bank Syariah Mandiri

PeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensi

Jan-20080.987625Des-20080.947537Nov-20090.959309

Feb-20080.980112Jan-20090.993834Des-20090.953341

Mar-20080.973038Feb-20090.989971Jan-20100.993922

Apr-20080.967658Mar-20090.986445Feb-20100.989391

Mei-20080.963896Apr-20090.982249Mar-20100.98476

Jun-20080.961826Mei-20090.976469Apr-20100.980469

Jul-20080.958951Jun-20090.972936Mei-20100.974579

Agst-20080.954107Jul-20090.967548Jun-20100.973792

Sep-20080.948312Agst-20090.963672Jul-20100.970029

Okt-20080.945674Sep-20090.957094Agst-20100.959341

Nov-20080.947409Okt-20090.953498Sep-20100.963507

TOTAL31.9823

RATA-RATA0.969161

Sumber: Data sekunder yang diolah Diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi biaya pada Bank Syariah Mandiri pada periode Januari 2008 sampai September 2010 yaitu sebesar 0,969161 atau 96,92%. Sedangkan efisiensi biaya tertinggi terjadi pada periode Januari 2010 yaitu sebesar 0,993922 atau 99,39%. Serta efisiensi biaya terendah terjadi pada periode Oktober 2008 yaitu sebesar 0,945674 atau 94,57%.

c. Bank Mega Syariah

Bentuk model prediksi tingkat efisiensi biaya bank dapat ditulis sebagai berikut: ln TC = 0,423 + 0,857 lnP1 + 0,151 lnP2 - 0,083 lnQ1 - 0,122 lnQ2 Dalam persamaan regresi di atas, konstanta TC adalah sebesar 0,423. Hal ini berarti apabila variabel input dan variabel output dianggap konstan, maka Bank Mega Syariah akan mengeluarkan biaya minimum untuk tingkat output tertentu yaitu sebesar 1,526534 juta dari total aktiva (ex 0,423 = 1,526534).Dengan memasukkan data ke rumus 4,2 diatas maka efisiensi biaya yang diperoleh Bank Muamalat Indonesia dapat ditunjukkan oleh table dibawah ini:

Tabel 4.9 Tingkat Efisiensi Bank Mega Syariah

PeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensiPeriodeEfisiensi

Jan-20080.994680Des-20080.927825Nov-20090.899377

Feb-20080.989689Jan-20090.990732Des-20090.892085

Mar-20080.982699Feb-20090.981646Jan-20100.988888

Apr-20080.978745Mar-20090.971660Feb-20100.977717

Mei-20080.973975Apr-20090.965211Mar-20100.964804

Jun-20080.967220Mei-20090.954441Apr-20100.953171

Jul-20080.956591Jun-20090.945021Mei-20100.940891

Agst-20080.959361Jul-20090.936166Jun-20100.929538

Sep-20080.953479Agst-20090.929333Jul-20100.917393

Okt-20080.947281Sep-20090.919454Agst-20100.903227

Nov-20080.937310Okt-20090.909359Sep-20100.886689

TOTAL31.325660

RATA-RATA0.949262

Sumber: Data sekunder yang diolah Diketahui bahwa rata-rata tingkat efisiensi biaya pada Bank Mega Syariah pada periode Januari 2008 sampai September 2010 yaitu sebesar 0,949262 atau 94,93%. Sedangkan efisiensi biaya tertinggi terjadi pada periode Januari 2008 yaitu sebesar 0,994680 atau 99,47%. Serta efisiensi biaya terendah terjadi pada periode September 2010 yaitu sebesar 0,886689 atau 88,67%.

4.2. Ordinary Least Square (OLS) Asumsi Uji a. Normalitas Uji Dari Plot normal grafik P yang merupakan hasil uji normalitas, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tentang ketiga BUS terdistribusi secara normal dan memenuhi uji normalitas data. b. Autokorelasi Uji Dari hasil pengujian autokorelasi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi. Hal ini karena semua nilai Durbin-Watson adalah antara -2 dan +2, sehingga dapat dikatakan bahwa tiga bank dalam model regresi tidak mengandung autokorelasi. c. Heteroskedastisitas Uji Dari diagram sebar yang hasil uji heteroskedastisitas, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi pada ketiga bank telah bebas dari gejala heteroskedastisitas. d. Multikolinearitas Uji Berdasarkan uji multikolinieritas dari masing-masing bank, diketahui bahwa variabel independen pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri telah sekitar masalah multikolinearitas. Sementara independen variabel pada Bank Mega Syariah tidak ada masalah multikolinieritas.

5. KesimpulanBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai tingkat efisiensi biaya pada Bank Umum Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah) periode Januari 2008 sampai September 2010, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama periode Januari 2008 sampai September 2010 rata-rata tingkat efisiensi pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 96,95% di mana tingkat efisiensi biaya tertinggi terjadi pada Januari 2010 sebesar 99,61% dan tingkat efisiensi terendah pada November 2009 sebesar 93,19. 2. Rata-rata tingkat efisiensi biaya Bank Syariah Mandiri sebesar 96,92% di mana tingkat efisiensi biaya tertinggi terjadi pada Januari 2010 sebesar 99,39% dan tingkat efisiensi biaya terendah sebesar 94,57% terjadi pada Oktober 2008. 3. Pada Bank Mega Syariah, rata-rata tingkat efisiensi biaya yaitu 94,93%. Tingkat efisiensi biaya tertinggi terjadi pada Januari 2008 sebesar 99,47% dan tingkat efisiensi biaya terendah sebesar 88,67% pada September 2010. Maka dapat dikatakan Bank Muamalat Indonesia tingkat efisiensi biayanya paling besar diantara Bank Umum Syariah lain dalam penelitian ini. 4. Tingkat efisiensi biaya pada ketiga Bank Umum Syariah secara umum tiap bulannya mengalami penurunan. Dan pada tiap awal tahun tingkat efisiensi biaya akanmengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena pada awal bulan, total biaya pada bank mengalami penurunan, sehingga tingkat efisiensi biaya akan meningkat. 5. Hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara komponen input (beban personalia dan beban bagi hasil) dan output (total pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki) terhadap tingkat efisiensi biaya secara simultan, dapat diterima. Di mana pada Bank Muamalat Indonesia pengaruhnya sebesar 89,9% dan pada Bank Syariah Mandiri pengaruhnya 92,8%, serta pada Bank Mega Syariah pengaruhnya sebesar 92,3%.6. RekomendasiDiharapkan pengelolaan BMI, BSM, dan BMS untuk terus meningkatkan tingkat efisiensi biaya, karena dari biaya masih ada dana yang tidak digunakan secara efisien. Hal ini dapat dilihat dari tingkat efisiensi biaya yang belum mencapai 100%. Bank-bank Islam harus lebih rasional di tengah kompetisi juga ketat. Manfaat harus terus menjadi sebagai modal, sehingga pertumbuhan bank syariah akan lebih besar. Dengan begitu banyak biaya terbuang, keuntungan bank syariah akan semakin berkurang karena keuntungan yang digunakan untuk menutupi biaya yang ada tanpa ada manfaat dari pengeluaran biaya-biaya tersebut. Oleh karena itu, bank syariah menjadi lebih bervariasi dalam mengembangkan produk dan layanan yang lebih ditingkatkan on-line sistem, karena sistem perbankan akan lebih efektif dalam melaksanakan kegiatannya dengan biaya juga kurang.

REVERENSIAntonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2007. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Bank Indonesia (2010). Statistik Perbankan Syariah Mei 2010. Diambil 15 Oktober 2010 dari http//:www.bi.go.id Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama & Mahkamah Syariyah. Jakarta: Kencana. 2009. Ghozali, Imam. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program SPSS. Edisi 1. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006. Hadad, Muliaman D. dkk. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Bank Indonesia, Desember 2003. Hadad, Muliaman D. dkk. Pendekatan Parametrik untuk Efisiensi Bank Syariah. Jurnal Bank Indonesia, 2003. Hartono, Edy. Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007). Tesis Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro, 2009.