jurnal
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
Panji Agung Waskito132012057
BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari ketidakmampuan siswa dalam mengelola emosinya dengan baik, setiap siswa memiliki kecerdasan emosional dalam mengelola diri dan kehidupannya. Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Oleh karenanya untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional siswa, perlu disusun sebuah program yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program yang dapat dilakukan yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan desain kuasi eksperimen menggunakan pretest-postest control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Cicalengka yang
berjumlah 62 siswa tahun ajaran 2010/2011. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa berada pada kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Program bimbingan kelompok ini direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu kerangka kerja dalam pengembangan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Bimbingan Kelompok
PENDAHULUAN
Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang
mesti dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan
dapat dibantu melalui proses pendidikan. Menurut Averoz (2008) diharapkan setiap siswa
memperoleh pendidikan secara wajar menuju proses pendewasaan. Proses pendewasaan
hakikatnya adalah tugas keluarga dengan lingkungan yang kondusif. Kendatipun demikian
sekolah merupakan salah satu lembaga yang membantu proses pendewasaan serta membentuk
manusia muda menuju kematangan.
Dalam pembelajaran di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi
belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Terdapat siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada
siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Oleh karenanya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut
Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan,
sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi
frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan
bekerja sama.
Fenomena di sekolah yaitu banyak siswa yang tidak dapat mengontrol emosinya atau
bersikap agresif, seperti kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak
bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering
berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Selain itu
para siswa yang memasuki fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal
tersebut ditunjukkan dengan perilaku seringkali merasa takut, sering merasa gugup dan sedih,
serta selalu merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar. Dalam pergaulan sosial banyak siswa
yang menarik diri dari pergaulan, seperti lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi,
bermuka muram dan kurang ber-semangat, merasa tidak bahagia dan terlalu bergantung kepada
sesuatu. Permasalahan lain dalam hal perhatian dan berfikir yaitu banyak diantara siswa yang
tidak mampu memusatkan perhatian dengan baik atau duduk tenang, seringkali melamun,
bertindak tanpa berfikir, bersikap terlalu tegang sehingga tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar,
sering mendapatkan nilai buruk di sekolah serta tidak mampu membuat fikiran menjadi tenang.
Melihat pergaulan para siswa yang kurang sehat serta kurangnya pembinaan moral terutama
pembinaan emosi di setiap sekolah untuk membentuk sikap dan perilaku positif. Oleh karenanya
dibutuhkan pendidikan yang mampu membina para siswa untuk dapat mengelola emosinya
dengan baik. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur
dan berencana dengan maksud mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai
lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui
sekolah, siswa belajar tentang berbagai pengetahuan yang ada di dunia. Trend di setiap sekolah
sebagian besar terlalu mengedepankan prestasi belajar sehingga yang menjadi patokan utama
yaitu perkembangan intelektual tanpa memperhatikan perkembangan emosional para siswanya,
sehingga tidak jarang para siswa yang mengalami stress ketika akan menghadapi ujian, ditambah
lagi ketika melihat prestasi belajarnya yang tidak mengalami peningkatan.
Persoalan pendidikan seperti rendahnya mutu pendidikan dapat diatasi dengan menciptakan
suasana pendidikan bermakna yang diciptakan oleh seorang guru di kelas. Senada dengan
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 Ayat 2 yang
menuntut guru untuk menciptakan suasana pendidikan bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis. Seorang guru di kelas dapat membentuk sikap emosional siswa mencakup penguasaan
cara belajar yang baik, sehingga akan membentuk siswa memiliki kecerdasan emosional sesuai
dengan harapan.
Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi
lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan
perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang
lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001). Oleh karenanya untuk dapat
mengembangkan serta meningkatkan kecerdasan emosional siswa, perlu disusun sebuah program
yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa tersebut. Salah satu program
yang dapat dilakukan yaitu program bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik
yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
Berdasarkan pendahuluan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: “Program bimbingan
seperti apa yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?”. Secara umum agar
fokus masalah lebih jelas dan terarah dirumuskan bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(1) Seperti apakah profil kecerdasan emosional siswa?; (2) Bagaimana rumusan program
bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?; dan (3) Bagaimana
efektivitas bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa?.
Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) Mengetahui profil kecerdasan emosional siswa;
(2) Menghasilkan program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional
siswa; dan (3) Mengetahui efektivitas program bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa
Manfaat penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Teoretis: (a) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan program bimbingan kelompok; (b) Memberikan
bukti empirik terhadap pentingnya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa yang sangat berarti dalam menjalankan kehidupannya pada
periode sekarang dan periode selanjutnya; dan (c) Hasil penelitian dapat memberikan kajian
dan informasi tentang bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan
emosional.
2. Praktis: (a) Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat menyusun program bimbingan
kelompok yang berlandaskan pada kerangka acuan layanan dasar bimbingan konseling, serta
dapat lebih memanfaatkan jam bimbingan konseling di kelas seefektif mungkin untuk
membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosionalnya; (b) Bagi kepala sekolah, dapat
mendukung komponen pelayanan yang dilakukan di sekolah salah satu diantaranya yaitu
dalam dukungan sistem untuk menunjang pelaksanaan kegiatan layanan serta memahami
pentingnya layanan BK; dan (c) Bagi peserta didik, dengan mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok siswa akan terdorong untuk dapat berfikir lebih maju, selalu memiliki gagasan-
gagasan baru, berfikir objektif dan positif, lebih terbuka dalam berfikir dan berpendapat,
menghargai orang lain, mau dan mampu mengendalikan emosi, mengembangkan rasa
setiakawan, belajar untuk membina hubungan interpersonal yang harmonis dan konsisten, serta
belajar untuk mempercayai kemampuan diri sendiri dalam memecahkan berbagai
permasalahan.
TINJAUAN PUSTAKA Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok di sekolah merupakan bagian program layanan bimbingan konseling
yang tergolong ke dalam komponen pelayanan dasar. Pelayanan dasar ini diartikan sebagai proses
pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini siswa, melalui kegiatan penyiapan
pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam
rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan. Menurut Rusmana (2009) bimbingan kelompok dapat didefinisi-kan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap
anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan
wawasan, sikap atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau
dalam upaya pengembangan pribadi.
Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu individu-individu siswa agar lebih
kompeten, bukan untuk menghasilkan suatu kelompok yang lebih baik. Menurut Dinkmeyer dan
Muro (1979) tujuan-tujuan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut: (1) Membantu setiap
anggota kelompok mengetahui dan memahami dirinya untuk membantu proses menemukan
identitas; (2) Dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin mampu
mengembangkan penerimaan diri dan merasa berharga sebagai pribadi; (3) Membantu
mengembangkan keterampilan sosial dan kecakapan antar pribadi, sehingga siswa mampu
melaksanakan tugas perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi; (4) Menumbuhkembangkan
kecakapan mengarahkan diri, me-mecahkan masalah, dan mentransfer kecakapan ini untuk
digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari; (5) Membantu mengembangkan kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain, sehingga menyadari dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya
kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan orang-orang yang berarti dalam
hidupnya (significant others), sehingga mampu menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk
bersikap empatik; (6) Membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang empatik yang
mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi juga dapat mendengar perasaan-
perasaan yang mengikuti ucapan orang lain; (7) Membantu siswa untuk dapat memberi makna
terhadap sesuatu sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya; dan (8) Membantu
setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan tujuan-tujuan tertentu yang akan
diwujudkannya secara konkrit.
Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence),
menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapan-nya (the appropriateness of emotion and its
expression)
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan
sosial.Goleman (2004) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat
menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan
membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk
menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain secara positif dan diukur dari self awareness yang merupakan kemampuan
seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan
kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan menggunakan hasrat
untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy merupakan kemampuan
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship management merupakan
kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain.
Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional
Peningkatan Kecerdasan emosional siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan
mempergunakan salah satu strategi layanan bimbingan konseling yaitu dengan mempergunakan
layanan bimbingan kelompok. Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan kecerdasan
emosional siswa melalui program bimbingan kelompok.
Instrumental Input
Out Put Siswa dengan
Raw InputSiswa dengan
kecerdasanEmosional yang
rendah
Program Bimbingan
KelompokLayanan Bimbingan
Kelompok yang dilakukanoleh Guru BK atau Konselor
kepada konseli
Environtmental input
Bagan 1
Kecerdasan Emosional
Meningkat
OutcomeKecerdasan emosional
yang meningkat ditandaidengan perubahan diri
dalam pengelolaan emosi
Proses Peningkatan Kecerdasan Emosional
Keterangan : Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Instrumental input yaitu metode, program, kurikulum, konselor sebagai fasilitator yang sangat berpengaruh pada proses bimbingan kelompok Environtmental Input yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa Program Bimbingan Kelompok yaitu proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional siswa Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Outcome yaitu dampak dari program bimbingan kelompok yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku siswa dalam merasakan, memahami secara efektif serta melakukan tindakan dengan menerapkan kepekaan emosi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (eksperimental
research) dengan jenis variasi kuasi eksperimen yang bertujuan menguji salah satu variabel,
model kuasi eksperimen ini berkaitan dengan pengontrolan variabel, jadi siswa diberikan
instrumen kecerdasan emosional lalu didapatkan hasilnya, setelah itu didapatkanlah satu
kelompok siswa yang masuk kedalam kelompok eksperimen dan satu kelompok siswa yang
masuk ke dalam kelompok kontrol, desainnya mempergunakan desain kelompok kontrol
PratesPascates Berpasangan (matching Pretest-PostTest Kontrol Group Design.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan mengguna-kan probability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana seluruh elemen populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Probability sampling yang dipakai adalah dengan
sampel random sampling, yaitu merupakan suatu pengambilan sampel secara acak. Dalam hal ini
penulis mengambil sampel teknik random sampling atau secara acak, karena salah satu cara
pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel
secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan
sampel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut diuraikan hasil-hasil penelitian sesuai dengan tujuan dan rumusan pertanyaan
penelitian:
1. Profil Kecerdasan Emosional Siswa
Tahap awal penelitian ini adalah dengan mengemukakan profil umum kecerdasan
emosional siswa sebelum mengikuti pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini
dilakukan untuk melihat secara umum bagaimana profil siswa sebelum mengikuti bimbingan
kelompok. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pengukuran yang dilakukan sebelum
pelaksanaan bimbingan kelompok terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
diperoleh dari profil umum untuk tiap aspek kecerdasan emosional siswa. Berdasarkan data yang
diperoleh bahwa rata-rata kemampuan kecerdasan emosional siswa tergolong ke dalam kategori
rendah, oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat meningkatkan
kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif.
2. Rumusan Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Siswa
Program yang dikembangkan merupakan program yang sesuai dengan perkembangan siswa
dan menyediakan kegiatan yang ditata dan diimplementasikan oleh guru bimbingan konseling
(konselor sekolah). Komponen program yang dikembangkan meliputi (1) layanan dasar
bimbingan, (2) layanan responsive, (3) perencanaan individual dan (4) dukungan sistem. Tujuan
program bimbingan kelompok yang dikembangkan adalah membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuan kecerdasan emosional para siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman
diri, meningkatkan tanggung jawab, dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga
kepercayaan diri konseli meningkat dan siswa dapat menjadi pribadi yang lebih berguna
berkompeten.
Tabel 1Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Strategi/Bentuk MetodeMateri Indikator Keberhasilan Bimbingan dan Waktu
Kelompok TeknikKemampuan Siswa mengetahui
mengetahui perasaan perasaan dalam dirinya
dan
dalam dirinya ( Self Awareness )
Kemampuanmenangani Emosi
Diri (SelfManagement)
Kemampuan untuk memiliki keinginan
membangkitkan semangat
(Motivation)
Kemampuanmerasakan apa yang dirasakan orang lain
(Empathy)
Kemampuanmenangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain(Relationship Management)
dan memiliki kemampuan dalam menghadapi situasi saat ini.
Siswa memilikikesadaran terhadap emosi diri dan mampumenanganinya
Siswa mampumembangkitkan semangat serta dapatmengaktualisasikannya
Siswa memilikikemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lainSiswa memiliki kemampuan dalammemelihara kualitas hidup serta hubungan dengan orang lainSiswa memiliki kemampuan dalammendengarkan suara hati da tidak ragu dalambersikapSiswa memiliki kemampuan dalammenangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain.Siswa memiliki kemampuan dalammenangani konflik batin antara dirinya denganyang dirasakan orang lain.
Group Guidance
Class
Discussion Group
(kelompok diskusi)
Group Work(kelompok
kerja)
Home Roomberupa
Sosiodrama
Group Guidance
Class
Permainan kursi putar
Group Work(kelompok kerja)
Discussion Group
(kelompok diskusi)
Menulis (written)
Bacaan umum
(common reading)
Lingkara n
(rounds)
Dyad dan Triad
Lingkara n
(rounds)
Gerak(moveme
nt)
Dyad and
triad
1 x 40 menit
1 x 40 menit
1 x 40 menit
1 x 40 menit
1 x 40 menit
1 x 40 menit
1 x 40 menit
3. Efektivitas Program Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan KecerdasanEmosional Siswa
Dalam menentukan efektif tidaknya pelaksanaan bimbingan kelompok dibandingkan
dengan bimbingan lainnya data yang digunakan adalah perbandingan hasil skor rata-rata pretest
dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain skor rata-rata perbandingan
juga digunakan data skor gain (selisih antara hasil pretest dan posttest) dari kedua kelompok.
Pengujian Asumsi Statistik
Pelaksanaan pengujian asumsi statistik yang disyaratkan dalam analisis data menggunakan
prosedur-prosedur yang sesuai dengan tujuan pengujian. Data dalam penelitian harus normal
artinya data yang dihubungkan berdistribusi normal, maka perlu diuji normalitas. Uji normalitas
data pada penelitan ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan
taraf
signifikansi yang digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian normalitas
atau ada tidaknya suatu distribusi data adalah = 0.05. Hasil pengujian pada penelitian ini
didaptkan data bahwa kedua kelompok menunjukkan sebaran data yang normal baik pada hasil
gain kelompok eksperimen maupun gain kelompok kontrol.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk menguji efektivitas pelaksanaan bimbingan kelompok, langkah yang digunakan
adalah dengan membandingkan gain atau selisih pretest posttets pada kelompok eksperimen dan
gain atau selisih pretest-posttest pada kelompok eksperimen. Pengujian hipotesis statistik
dalam
penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan hasil Uji t pada masing-masing kelompok.
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan thitung sebesar 30.366 dengan df sebesar 60, maka
pada taraf signifikansi 5 % didapatkan ttabel sebesar 1,658 dan pada taraf signifikan 1 %
didapatkan ttabel sebesar 1,289. Karena t hitung lebih besar dari t tabel baik pada taraf signifikan 5%
dan 1% maka Ho ditolak. Berdasarkan nilai probabilitas, dari tabel di atas didapatkan angka 0,00.
Hal ini berarti Ho : µ1=µ2 ditolak karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan 0,01. Dengan
demikian karena Ho ditolak maka Ha = µ1 > µ2 diterima, sehingga hipotesisnya berbunyi
“Bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa”
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran, analisis data penelitian, uji
statistik serta pembahasan pada bagian terdahulu tentang program bimbingan kelompok, studi
pendahuluan, gambaran umum serta kuesioner terhadap peningkatan kemampuan kecerdasan
emosional pada siswa, secara keseluruhan studi ini telah memenuhi tujuannya yaitu pelaksanaan
program bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
kecerdasan emosional siswa. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Profil kecerdasan emosional siswa SMPN 2 Cicalengka tergolong pada kategori rendah,
kriteria siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah diantaranya siswa belum dapat
merespon berbagai macam kondisi emosi secara wajar dan positif, sebagian besar masih
kebingungan dan bersikap impulsif (kekanak-kanakan) seperti egois, mau menang sendiri,
tidak sabaran ataupun melakukan sesuatu tanpa pertimbangan norma (agama atau adat
istiadat), cenderung selalu bermasalah dengan orang lain karena kurang menghargai perasaan
orang lain. Oleh karenanya diperlukan berbagai bantuan kepada siswa untuk dapat
meningkatkan kemampuan kecerdasan emosionalnya secara efektif.
2. Program bimbingan kelompok yang telah disusun merupakan suatu rencana atau pola
kegiatan bimbingan kelompok dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan,
rencana dan pola kegiatan tersebut dijabarkan ke dalam komponen-komponen: (1) Prinsip
dasar, dimana mencerminkan konsep bimbingan kelompok, visi dan misi bimbingan
konseling serta kebutuhan para siswa, (2) tujuan layanan bimbingan kelompok, khususnya
bagi peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, (3) isi bimbingan kelompok,
meliputi layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan
dukungan sistem.
3. Bimbingan kelompok yang diterapkan kepada siswa terbukti efektif untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa, nilai rata-rata Post-Test lebih tinggi dari Pre-Test. Dengan
melihat bahwa skor Post-Test lebih tinggi dari skor Pre-Test, maka dapat dikatakan bahwa
terjadi peningkatan pada kemampuan kecerdasan emosional siswa setelah diberikan kegiatan
bimbingan kelompok.
Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian dan pembahasan maka dikemukakan
beberapa saran diantaranya (1) Kepada pihak-pihak yang ingin meneliti lebih jauh tentang
peningkatan kemampuan kecerdasan emosional siswa, dapat dilakukan melalui pendekatan yang
berbeda dengan bimbingan kelompok seperti konseling kelompok dengan mempergunakan teknik
khusus yang dipandang efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa seperti Ratio-
emotive therapy. Selain itu jumlah subjek penelitian dapat ditambah dan mewakili berbagai
tingkat pendidikan seperti tingkat SMA, TK ataupun SD, (2) Guru bimbingan dan konseling
dalam memberikan layanan bimbingan di kelas mampu menunjukkan diri sebagai individu yang
memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang tinggi, sehingga siswa akan menyenangi guru
tersebut dan berupaya untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa pada berbagai aspek kecerdasan emosional terjadi peningkatan yang signifikan,
akan tetapi pada aspek kemampuan menangani emosi diri masih memerlukan penambahan materi
layanan agar lebih tampak peningkatannya.Wali Kelas diharapkan agar dapat memanfaatkan dan
menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari di kelas, dengan
memperhatikan segala aspek emosional yang dimiliki oleh seluruh siswa. Selain itu dalam
penugasan terhadap berbagai persoalan untuk diselesaikan, alangkah lebih baik jika melibatkan
diri mereka secara pribadi beserta teman-temannya agar tercipta sebuah hubungan emosional yang
utuh dan belajar dalam penanganan konflik baik dengan dirinya ataupun dengan orang lain di luar
dirinya. Dalam pembelajaran di kelaspun diharapkan seluruh pihak terutama wali kelas, agar
memperhatikan aspek-aspek emosional siswa dan bukan semata hasil akademik yang menjadi
tuntutan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pendidikan (2008). Jurnal Pengembangan Profesi. Bandung: Direktorat Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.
Goleman, Daniel. (1997). Kecerdasan Emosional ( Mengapa EI lebih penting daripada IQ ).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gysbers, N. & Henderson, P. (2006). Developing & Managing your School Guidance and
Counseling Program. America: American Counseling Association.
Juntika, Achmad. (2007). Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Juntika, dkk (tim MGBK Provinsi JABAR, MGMP DKI Jakarta, Jurusan PPB FIP UPI). (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Juntika, dkk. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Musyawarah Guru
Bimbingan Konseling Provinsi Jawa Barat.
Kartadinata, Sunaryo dkk. (b), (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung:Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan konseling Indonesia.
Kartadinata, Sunaryo dkk. (c), (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS.
Kartadinata, Sunaryo. (a), (2009). Terapi dan Pemulihan Pendidikan. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Kartadinata, Sunaryo. (b), (2009). Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Kasim. Anwar. (2001). Bimbingan dan Konseling Sosial. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta. Lucas, Bill. (2008). Senam Otak Kanan. Bandung: Jabal.
Marliah. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional dan adversiti terhadap peningkatan prestasi
kerja. Jurnal PNFI. Surabaya: Balai Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal (BPPNFI) Regional
Prayitno. (b), (1997). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ikrar mandiri abadi.
Program Studi Bimbingan dan Konseling. (2010). Panduan Penulisan Karya Akademik. Bandung:
SPS UPI.
Ramli, M. (2010). “Model Konseling Berbasis Permainan Simulasi untuk MeningkatkanKecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Bimbingan Konseling.XIII, (1), 88-115.
Rosadi, Dedi. (2010). Program Bimbingan Konseling untuk meningkatkan pencapaian Tugas-
tugas Perkembangan Siswa SMP. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: tidak
diterbitkan.
Rose, Colin. (2008). Super Accelerated Learning. Bandung: Jabal.
Rusmana, Nandang. (a), (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (metode, teknik
dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press
Rusmana, Nandang. (b), (2009). Permainan (game and play). Bandung: Rizki Press
Rusmana, Nandang. (c), (2009). Konseling Kelompok bagi anak berpengalaman Traumatis.
Bandung: Rizki Press
Sudrajat, Ahmad. (2008). Macam-macam emosi dalam http://akhmad sudrajat.wordpress.com/
2008/01/23/macam-macam emosi-/
Surya, Muhamad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.
Sutoyo, Anwar. (2009). Bimbingan dan Konseling Islami. Semarang: Widya Karya
Syaodih, Nana. (2005). Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syamsudin, Abin. (2009). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, Juntika. (a), (2003). Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling Berbasis Perkembangan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusuf, Syamsu LN & Nurihsan, Juntika. (b), (2008). Landasan Bimbingan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu LN. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki
Press.
Yusuf, Syamsu LN, dkk. (2010). Bimbingan Etika Pergaulan bagi Pengembangan Karakter
Remaja (panduan bagi konselor, guru, orangtua dan remaja). Bandung: Rizqi Press.