jurnal

22
Pendahuluan Elevasi atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK) merupakan komplikasi serius yang bisa didapat dari beberapa kondisi neurologis seperti trauma kepala, perdarahan intrakranial, stroke emboli, kelainan produksi maupun absorbsi cairan spinal, infeksi, dan keganasan (Josephson, 2004). Semua kondisi ini dikategorikan sebagai peningkatan volume di intrakranial yang dapat menyebabkan kerusakan otak maupun kematian. Mengenal secara cepat peningkatan TIK, pendekatan dalam menggunakan monitor secara tepat guna, dan tatalaksana untuk mengurangi TIK serta mencegah penyebabnya merupakan hal penting yang dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien. Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial adalah hal yang paling banyak dilakukan perawatan serius. Penanganan awal yang cepat dan efektif untuk menyelamatkan pasien dari komplikasi tergantung dari pengamatan klinis yang awas dan teliti (Arbor, 2004). Perawatan yang profesional harus memiliki pengertian yang mendalam mengenai patofisiologi tekanan intrakranial dalam mengobati pasien dengan kondisi neurologis yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan dari pengobatan dalam menurunkan tekanan intrakranial pada dasarnya adalah memanipulasi dan pada akhirnya untuk menurunkan volume salah satu

Upload: banyuanyar

Post on 07-Dec-2014

93 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal

Pendahuluan

Elevasi atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK) merupakan komplikasi

serius yang bisa didapat dari beberapa kondisi neurologis seperti trauma kepala,

perdarahan intrakranial, stroke emboli, kelainan produksi maupun absorbsi cairan

spinal, infeksi, dan keganasan (Josephson, 2004). Semua kondisi ini dikategorikan

sebagai peningkatan volume di intrakranial yang dapat menyebabkan kerusakan

otak maupun kematian. Mengenal secara cepat peningkatan TIK, pendekatan

dalam menggunakan monitor secara tepat guna, dan tatalaksana untuk mengurangi

TIK serta mencegah penyebabnya merupakan hal penting yang dilakukan untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien.

Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial adalah hal yang paling

banyak dilakukan perawatan serius. Penanganan awal yang cepat dan efektif

untuk menyelamatkan pasien dari komplikasi tergantung dari pengamatan klinis

yang awas dan teliti (Arbor, 2004). Perawatan yang profesional harus memiliki

pengertian yang mendalam mengenai patofisiologi tekanan intrakranial dalam

mengobati pasien dengan kondisi neurologis yang berhubungan dengan

peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan dari pengobatan dalam menurunkan

tekanan intrakranial pada dasarnya adalah memanipulasi dan pada akhirnya untuk

menurunkan volume salah satu dari tiga komponen pada ruang intrakranial: darah,

jaringan otak, atau cairan cerebrospinal (CSF).

Metode yang paling umum, akurat, efektif cost, dan dapat diandalkan oleh

paramedis adalah mengamati dan mengobati peningkatan tekanan intrakranial

yang berbahaya, yaitu ventrikulostomi. Perawat yang merawat pasien pasca

ventrikulostomi harus diajarkan teknik yang sesuai yang berhubungan dengan

mengamati dan mengukur TIK sebagaimana tugas mereka dalam merawat pasien

secara keseluruhan. Namun, perawat pun juga harus mengetahui metode dalam

menangani pasien TIK tinggi selain metode ventrikulostomi.

Page 2: Jurnal

Patofisiologi Tekanan Intrakranial

Tekanan intrakranial adalah tekanan yang berada di dalam tulang tengkorak.

Berdasarkan hipotesi klasik dari Monroe-Kellie, volume intrakranial di dalam

tengkorak merupakan sistem tertutup yang berarti semua volume dari semua

komponen di dalamnya sudah tetap (Kellie, 1824; Monroe, 1783). Fungsi

mekanisme homeostatik adalah untuk mempertahankan volume tetap ini apabila

terjadi proses patologis yang mempengaruhi isi intrakranial. Terdapat tiga

komponen yang ada dalam ruang intrakranial:

- Jaringan Otak

- Cairan cerebrospinal (CSF)

- Darah

Terdapat beberapa tipe kondisi patologis yang dapat mengganggu proses

ekuilibrium volume di dalam dan diantara ketiga komponen. Saat seluruh volume

di dalam intrakranial tidak dapat berubah dan kondisi patologis mempengaruhi

proses ekuilibrium intrakranial dan diantara komponennya akan dapat

menyebabkan peningkatan TIK.

Selain itu, peningkatan level TIK terjadi ketika peningkatan volume dari

salah satu atau lebih komponen tidak dapat distabilkan dengan mengurangi atau

menghilangkan volume pada beberapa komponen.

Page 3: Jurnal

Tekanan Intrakranial dan Tekanan perfusi Otak

Tekanan intrakranial orang dewasa berkisar 0-15 mmHg. Secara khusus,

peningkatan level TIK di atas 20 mmHg dapat menyebabkan cedera otak. Hal ini

penting untuk mengetahui pengertian dari peningkatan TIK tergantung patologi

yang mendasarinya. Misal pada kasus hidrosefalus, tekanan di atas 15 mmHg

dapat dianggap sama seperti terjadinya cedera kepala, penanganan cepat biasanya

dimulai pada + 25 mmHg (Czosynka & Pickard, 2004). TIK juga bisa berangkat

dari “ukuran normal” menurut faktor lain seperti usia, postur tubuh,, dan kondisi

klinis lainnya. Tekanan intrakranial biasanya didapat dari cairan cerebrospinal

(CSF) dan sirkulasi darah otak (dua dari tiga komponen intrakranial) (Czosynka &

Pickard, 2004).

Komponen lain di dalam ruang intrakranial yaitu jaringan otak merupakan

bagian terbesar dan volumenya konstan. Ada kalanya saat volume jaringan otak

dapat terganggu ketika ada suatu massa atau edema otak itu sendiri. Perubahan

TIK biasanya lebih dipengaruhi oleh perubahan volume cairan cerebrospinal dan

darah otak dibandingkan perubahan pada struktur jaringan otak. Cairan

cerebrospinal diproduksi secara terus-menerus dan normalnya akan diabsorbsi ke

sistem vena. Aliran darah otak yang akan menentukan volume darah otak di dalam

ruang intrakranial. Mekanisme kompensasi terjadi dengan menaikkan volume

cairan cerebrospinal dan darah otak jika TIK minimal. Saat fungsi mekanisme

tersebut menurun atau tidak berfungsi lagi, tekanan dapat meningkat walaupun

hanya terjadi sedikit peningkatan volume, sebagai akibatnya akan terjadi

peningkatan TIK. Sebagai tambahan, rata-rata perubahan cairan pada komponen

intrakranial memberi peranan yang berarti. Kondisi akut yaitu kondisi perubahan

volume yang terjadi dengan cepat biasanya menyebabkan peningkatan TIK lebih

cepat dibandingkan perubahan yang terjadi lambat. Penyebab yang umumnya

meningkatkan tekanan intrakranial termasuk:

a. Peningkatan Volume Cairan Cerebrospinal

Hidrosefalus Non Obstruktif

Hidrosefalus Obstruktif

Pseudotumor otak

Page 4: Jurnal

b. Peningkatan Volume Darah

Asidosis

Peningkatan tekanan atrium kanan

PaCO2 arteri yang tinggi

Trombosis sinus dural

c. Peningkatan Volume Jaringan Otak

Iskemia dan nekrosis

Infeksi

Perdarahan

Tumor

Edema Sitotoksik

Edema Vasogenik

Tekanan Perfusi Otak

Tekanan perfusi otak (CPP) yang tidak adekuat adalah faktor utama yang

dapat mempengaruhi aliran darah ke otak. Pengukuran tekanan perfusi otak

diperlukan dalam menentukan jumlah volume darah yang ada di ruang

intrakranial. Hal ini penting digunakan sebagai indikasi klinis dari aliran darah

otak dan oksigenasi yang adekuat. Pengukuran tekanan perfusi otak bersatuan

mmHg dan ditentukan dengan mengukur perbedaan antara tekanan arteri rata-rata

(MAP) dan tekanan intrakranial pasien.

CPP = MAP – TIK

Tekanan perfusi otak normalnya di atas kisaran 70-80 mmHg untuk

mencegah komplikasi cedera neurologis (cedera sekunder) dan untuk mengurangi

risiko terjadinya iskemia (akibat trauma). Tercapainya aliran darah otak yang

adekuat dipengaruhi oleh tekanan perfusi otak. Tekanan perfusi otak dapat

menurun secara bermakna pada meningkatnya tekanan intrakranial.

Gejala dan Tanda Klinis Peningkatan TIK

Pasien dengan peningkatan TIK biasanya mengeluh sakit kepala, mual,

muntah, dan penurunan status kesadaran. Terjadinya peningkatan tekanan

Page 5: Jurnal

intrakranial biasanya menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan berpotensi

terjadinya herniasi. Herniasi akibat tekanan akan menyebabkan cedera otak dan

bisa terjadi kematian. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengidentifikasi

pasien dengan peningkatan TIK secara cepat.

Trias Chusing’s

Trias Chusing adalah tampilan klasik pada peningkatan TIK yang

disebabkan oleh perdarahan intrakranial. Tiga gejala Chusing’s antara lain adanya

hipertensi, bradikardi, dan depresi pernapasan. Hal ini terjadi pada pasien dengan

peningkatan TIK yang sudah berlangsung lama dan jatuh pada kondisi gawat

darurat. Trias Chusing’s dapat menyebabkan defisit neurologis setempat yang

dapat berkembang menjadi massa atau herniasi. Pemeriksaan CT scan dapat

mengarahkan peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya suatu massa

atau perdarahan. Walaupun gejala dan tanda tersebut muncul pada pasien dan

hasil CT scan mendukung diagnosis perdarahan intrakranial, peningkatan TIK

secara akurat hanya dapat diukur secara langsung melalui monitor.

Trauma Tertutup pada Kepala

Pada pasien dengan trauma kepala yang tertutup dianjurkan untuk dilakukan

pengawasan TIK. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengawasan TIK dapat

berkontribusi dalam menilai keadaan pasien. Beberapa literatur juga menyebutkan

guna pengawasan TIK saat pasien dicurigai perdarahan intrakranial dengan

multiple trauma kepala, terutama pada pasien-pasien koma. The Guidelines for the

Management of Severe Head Injury menyarankan pengawasan TIK pada pasien-

pasien koma dengan cedera kepala jika angka GCS berkisar pada 3-8 dan terdapat

hasil yang abnormal pada CT scan. Pada pasien dengan hasil CT scan normal,

pengawasan TIK tetap dianjurkan jika angka GCS antara 3-8 dan terdapat salah

satu tanda di bawah ini:

- Usia >40 tahun

- Kelainan motorik unilateral atau bilateral

- Tekanan darah sistolik <90mmHg

Page 6: Jurnal

Seperti yang dijelaskan di atas, pengawasan TIK juga diindikasikan jika ada

kondisi neurologis yang menempatkan pasien pada kondisi TIK tinggi (seperti

stroke, hidrosefalus, perdarahan intrakranial). Adanya pengawasan TIK pada

kasus ini tergantung dari kondisi pasien itu sendiri. Saat pengawasan TIK

menunjukkan risiko kecil terjadinya komplikasi seperti pada infeksi dan

perdarahan intrakranial, maka pengawasan dilakukan jika pasien mengalami

peningkatan TIK yang mengancam.

Glasgow Coma Scale (GCS) menunjukkan nilai respon neurologis pasien

dengan beberapa kategori. Nilai 3 adalah nilai terendah yang berarti respon

terburuk dan 15 adalah nilai tertinggi yang berati tidak ada kelainan atau defisit

neurologis. Nilai diantara 9-12 menunjukkan cedera sedang. Nilai < 8

menunjukkan cedera otak berat.

Pengawasan TIK: Kepentingan dan Indikasi

Metode yang paling akurat dalam mendiagnosis peningkatan TIK adalah

dengan mengukur TIK secara langsung. TIK hanya dapat diukur secara langsung

dengan peralatan monitor TIK. Seperti penjelasan sebelumnya, TIK digunakan

untuk mengukur tekanan perfusi otak yang memberikan informasi tentang

tercukupinya aliran darah ke otak. Selain itu, level TIK penting untuk menentukan

adanya kemungkinan terjadi herniasi. Pengawasan TIK yang terus-menerus

penting dalam menentukan diagnosis awal peningkatan TIK yang bermakna. Hal

ini bermanfaat untuk menentukan algoritma penanganan dan pengobatan yang

terkait, dengan tujuan menurunkan volume dan tekanan di dalam ruang

intrakranial. Hal ini berguna juga untuk memonitor TIK karena penatalaksanaan

dalam menurunkan TIK pun terkadang dapat berbahaya. Pengawasan dan

pengukuran TIK juga dapat memberikan informasi penting dalam menentukan

prognosis pasien. Walaupun bisa mengidentifikasi adanya peningkatan TIK dari

gejala-gejala klinis, pengawasan TIK ini penting untuk mengetahui adanya

penurunan aliran darah ke otak atau adanya herniasi. Indikasi melakukan

pengawasan TIK antara lain:

- Perdarahan intrakranial

- Edema otak

Page 7: Jurnal

- Cedera otak berat

- Post-craniotomi

- Adanya lesi di subdural atau epidural

- Hematom, abses, tumor, atau aneurisma yang menghalangi aliran cairan

serebrospinal

- Pasien dengan sindrom Reye yang menjadi koma, lumpuh, respon abnormal

- Ensefalopati akibat krisis hipertensi atau malfungsi hati

- Meningitis/ensefalitis yang menyebabkan malarbsorbsi cairan serebrospinal

Metode End Chart untuk Pengawasan TIK

Terdapat 4 metode standar untuk pengawasan TIK, meliputi:

- Ventrikulostomi

- Pembuatan lubang subarakhnoid

- Kateter subdural/epidural

- Intraparenchymal of a Fiberoptic Transducer Tipped Catheter

Terdapat keuntungan dan risiko pada masing-masing metode. Pada unit

perawatan saraf intensif, ventrikulostomi merupakan metode yang paling sering

digunakan.

Pembuatan Lubang Subarakhnoid dengan Sekrup

Pembuatan Lubang Subarakhnoid atau yang dikenal dengan nama bolt,

menghubungkan ke transducer eksternal melalui pipa. Ini diletakkan ke dalam

tengorak yang dikaitkan ke duramater. Ini merupakan sebuah sekrup yang

berlubang yang akan membuat CSF dapat dialrkan sehingga TIK menjadi

seimbang. Kelebihan dari metode ini adalah risiko infeksi dan perdarahan rendah.

Kekurangan metode ini meliputi kemungkinan terjadinya kesalahan penghitungan

TIK, berpindahnya sekrup, dan mampet oleh karena debris.

Kateter Subdural/Epidural

Kateter Subdural/Epidural merupakan metode lain untuk pengawasan TIK.

Metode ini tidak begitu invasif tetapi kurang akurat. Metode ini tidak dapat

Page 8: Jurnal

digunakan untuk mengalirkan CSF, akan tetapi katetar ini mempunyai risiko

infeksi dan perdarahan lebih rendah.

Intraparenchymal of a Fiberoptic Transducer Tipped Catheter

Alat ini sering dijumpai di unit perawatan intensif. Metode ini adalah

metode paling akurat kedua dalam pengawasan TIK. Metode ini tidak dapat

digunakan untuk mengalirkan CSF, akan tetapi katetar ini mempunyai risiko

infeksi dan perdarahan lebih rendah.

Ventrikulostomi

Ventrikulostomi juga disebut kateter intraventrikular atau selang

vemtrikulostomi. Ini merupakan pipa lunak yang diletakkan di dalam ventrikel

lateral otak melalui pembuatan lubang. Pipa tersebut menghubungkan ke

transduser standar yang tidak pernah tertekan. Perawatan pasien dengan

ventrikulostomi membutuhkan pelatihan yang tepat tentang bagaimana cara

memasukkan transduser ke dalam Foramen Monroe untuk meminimallkan risiko

aliran yang tidak tepat. Ventrikulostomi adalah metode yang paling akurat untuk

pengawasan TIK (Zhong, 2003). Ventrikulostomi juga dapat digunakan sebagai

terapi CSF. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah adanya debris,

seperti sisa jaringan atau jendalan darah yang dapat menyumbat kateter. Apabila

hal ini terjadi akan menyebabkan gangguan pada kemampuan pengawasan TIK

secara akurat. Adanya sumbatan ini juga dapat menyimpangkan aliran CSF.

Insersi ventrikulostomi juga meningkatkan risiko infeksi karena prosedur yang

invasif. Seperti adanya benda asing di area steril, bisa menyebabkan risiko infeksi

intrakranial dan berkaitan dengan risiko pendarahan (Kocan, 2002). Komplikasi

lainnya meliputi:

- Kebocoran CSF

- Kebocoran udara ke dalam ruang subarakhnoid maupun ventrikel

- Kekeringan CSF yang menyebabkan herniasi maupun kolaps ventrikel.

- Terapi yang tidak benar berkaitan dengan pembacaan pada pengawasan TIK

yang ditandai dengan timbulnya uap, kegagalan elektromekanik, atau

kesalahan operator (NIH, 2000).

Page 9: Jurnal

Kateter Ventrikulostomi

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, diantara pengawasan TIK,

ventrikulostomi merupakan satu-satunya teknik pengawasan yang sekaligus

mengawasi TIK dan terapi CSF. Pengaliran CSF bisa membantu menurunkan TIK

dan bisa menjadi sampel laborat untuk membantu kesimpulan klinis.

Ventrikulostomi merupakan pilihan yang penting disaat pasien membutuhkan

penanganan segera yang diakibatkan adanya perdarahan intrakranial.

Tindakan Pencegahan TIK

Daftar tindakan pencegahan berikut ini merupakan informasi penting yang

dapat membantu menyediakan kualitas perawatan dan meningkatkan kondisi

pasien dengan ventrikulostomi. Tindakan ini berupa:

- Menurunkan risiko infeksi sistem saraf pusat, dengan menggunakan teknik

aseptik.

- Gunakan hanya NaCl 0,9% steril untuk mengisi tekanan pipa dan jangan

pernah menggunakan heparin.

- Pelihara hubungan yang rekat.

- Selalu memperhatikan pasien setiap waktu.

- Jaga sistem agar bebar udara untuk mendapatkan akurasi maksimal.

- Memelihara keutuhan dan kebersihan dari peralatan.

- Gunakan perawatan lebih ketika membalikkan atau memposisikan pasien, agar

pipa tidak terputus.

- Tempatkan pasien pada 30-45° posisi kepala tengadah, hindari posisi

Tredelenberg, hiperekstensi atau fleksi leher untuk menghindari peningkatan

TIK.

- Hindari terlalu keringnya CSF dengan mengalirkan + 2 ml dari cairan.

- Beritahu paramedis jika terdapat darah pada pipa tersebut.

Page 10: Jurnal

Penatalaksanaan Tekanan Intrakranial yang Tinggi

Hal yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan intrakranial adalah

untuk mengidentifikasi dan mengurangi terjadinya peningkatan TIK. Sejak

perdarahan intrakranial sangat berbahaya, penting untuk menurunkan TIK dengan

segera. Terdapat beberapa situasi gawat dimana TIK menurun, sedangkan

manifestasi klinis yang didapat mengarah ke peningkatan TIK. Apapun terapi

yang digunakan, tujuannya adalah untuk mempertahankan TIK <20 mmHg dan

tekanan perfusi otak pada kisaran 60-75 mmHg.

Drainase atau Pengaliran

Drainase cairan cerebrospinal adalah gold standar pada penatalaksanaan

TIK yang meningkat.

Positioning

Ada beberapa posisi pasien yang bisa menjadi terapi pada peningkatan TIK.

Sebagai contoh, memposisikan pasien duduk dengan kepala tengadah dapat

menurunkan TIK, namun juga dapat menurunkan tekanan perfusi otak. Penting

untuk tidak memposisikan kaki pasien di atas atau kepala miring ke kanan

maupun kiri. Fleksi leher pada pasien juga tidak dianjurkan pada kasus

peningkatan TIK. Menurut sebuah penelitian menunjukkan pasien dengan leher

fleksi atau kepala difleksikan ke kanan atau kiri, akan meningkatkan TIK. Pasien

dengan peningkatan TIK biasanya diminta untuk memposisikan kepala ke atas 30-

45° dari tempat tidur.

Perhatian dari Keluarga

Perhatian dari keluarga juga merupakan hal penting dalam penatalaksanaan

pasien dengan perdarahan intrakranial. Keluarga dan kerabatnya didorong untuk

menjenguk dan berbicara halus kepada pasien. Dorongan dari keluarga pasien

secara langsung maupun tidak langsung dapat membantu menurunkan TIK.

Edukasi keluarga pasien untuk memberikan kenyamanan bagi pasien dan tidak

membuat pasien tertekan, juga akan membantu menurunkan TIK yang meningkat.

Page 11: Jurnal

Lingkungan

Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial membutuhkan lingkungan

yang kondusif. Kamar pasien lebih aman jika gelap dan bebas dari kebisingan

untuk mengurangi stimulus yang dapat menaikkan TIK. Semua paramedis dan

pengunjung sebaiknya berbicara dengan pelan dan percakapan yang terbatas

dengan pasien. Keluarga pasien pun juga diedukasi untuk memberikan

kenyamanan lingkungan bagi pasien. Beritahukan kepada keluarga pasien untuk

memanggil perawat jika pasien ingin ditemani atau diperhatikan saat pasien lapar,

haus, berubah posisi, kontrol suhu, dan atau pergi ke toilet.

Hiperventilasi

Alasan dilakukan hiperventilasi adalah untuk menurunkan PCO2 sampai

angka 30. Turunnya PCO2 dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

sehingga menurunkan TIK. Namun, PCO2 di bawah 30 dapat menyebabkan

iskemi otak. Membuat pasien hiperventilasi sebenarnya masih kontroversial.

Beberapa tahun yang lalu, pasien yang diterapi dengan hiperventilasi sudah umum

dilakukan. Hal ini bisa menurunkan TIK tetapi membuat pembuluh darah otak

mengerut (terjadi iskemi) sehingga sekarang menjadi kontraindikasi.

Manitol

Manitol adalah diuretik osmotik. Manitol menghilangkan cairan

ekstraseluler dengan membuat tekanan osmotik lebih tinggi dibandingkan tekanan

kapiler. Manitol digunakan untuk mempertahankan osmolaritas serum lebih tinggi

sehingga bisa terjadi dehidrasi otak. Normal osmolaritas serum adalah 275-295

mos/mol. Angka yang umumnya harus dicapai adalah 310-320 mos/mol. Menurut

Doorman et al (1990), pemberian manitol secara intravena adalah pilihan terapi

untuk menurunkan TIK. Pemberian bolus awal 1gr/kgBB kemudian diberikan

0,25-1 gr/kgBB setiap 6 jam. Hentikan pada 4-6 jam pemberian karena dapat

menyebabkan peningkatan TIK. Manitol diberikan sampai awal memulai operasi.

Efek samping dari manitol adalah asidosis sistemik.

Page 12: Jurnal

Cairan Intravena

Cairan intravena hipertonis maupun isotonis biasanya digunakan pada

pasien dengan perdarahan intrakranial. Cairan hipotonis justru akan meningkatkan

adanya edema. Contoh cairan-cairan intravena hipertonis atau isotonis adalah:

- NaCl

- Ringer Laktat

- Albumin

Menurut Dorman et al. (1990), NaCl dapat digunakan sebagai cairan utama

dengan catatan cairan hipotonis tidak boleh diberikan.

Steroid

Pemberian steroid berguna untuk mengurangi inflamasi. Steroid tidak umum

diberikan pada pasien dengan trauma kepala atau stroke. Sebagai contoh, steroid

memberi hasil baik dalam mengurangi bengkak pada daerah sekitar tumor.

Antikonvulsan

Antikonvulsan sering diberikan pada pasien untuk mencegah terjadinya

kejang. Paramedis harus selalu mengontrol pemberian obat antikonvulsan seperti

fenobarbital atau dilantin yang jika terakumulasi akan menyebabkan keracunan

pada pasien. Dosis terapi yang rendah tidak akan melindungi pasien dari kejang.

Sedangkan dosis yang tinggi dapat memberikan efek samping berupa penurunan

kesadaran.

Koma Barbiturat

Memberikan barbiturat kepada pasien dapat menurunkan TIK dengan cara

menurunkan proses metabolisme tubuh, konsumsi oksigen, dan produksi CO2.

Rendahnya metabolisme rata-rata dapat menurunkan kerja otak selama waktu

penyembuhan. Metode koma barbiturat hanya boleh dilakukan jika metode lain

dalam menurunkan tekanan intrakranial tidak berhasil.

Page 13: Jurnal

Sedatif

Membuat pasien tertidur juga dapat menurunkan metabolisme dari otak.

Obat sedatif yang umum adalah infus propofol secara kontinyu karena durasi obat

yang pendek. Menghentikan propofol akan membuat pasien terbangun pada

beberapa menit sampai 1 jam.

Menyejukkan Pasien

Membuat pasien tetap sejuk dalam ruangan atau selimut ternyata berguna

pada pasien dengan TIK tinggi. Penurunan suhu 1° dapat menurunkan 7%

metabolisme otak. Ruangan tidak boleh terlalu dingin karena menyebabkan pasien

menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan metabolisme secara drastis.

Oksigen

Walaupun ada kontroversi pada pemberian oksigen yang lebih dan

menyebabkan pengeluaran radikal bebas di dalam darah, pemberian oksigen tetap

dianjurkan. Perawat harus menjaga saturasi oksigen sekitar 95% sehingga akan

menjaga agar tidak terjadi iskemia otak.

Terapi Hipertensi/Hipotensi

Kontrol tekanan darah harus selalu diperhatikan untuk menjaga TIK. Ingat

bahwa tekanan perfusi otak = MAP-TIK. Pasien membutuhkan tekanan perfusi

otak 60-75, untuk itu tekanan darah sistolik dipertahankan pada kisaran dimana

iskemia tidak akan terjadi (Qureshi et al., 2001). Meningkatnya tekanan darah

dapat meningkatkan tekanan intrakranial, menurunkan aliran darah ke otak, atau

memperparah perdarahan. Pengobatan intravena seperti: Nipride, Nicarpidine, or

Labetalol bisa diberikan pada pasien dengan tekanan darah yang rendah (Lavin,

1986). Sebagai tambahan, jika tekanan arteri rata-rata terlalu rendah, pengobatan

intravena seperti neosynephrine, levophed, atau vasopresin dapat meningkatkan

tekanan arteri rata-rata sehingga dapat meningkatkan tekanan perfusi otak.

Page 14: Jurnal

Koagulasi

Jika peningkatan TIK diakibatkan perdarahan intrakranial pada penggunaan

antikoagulasi, maka obat sebagai anti dotum diperlukan. Fresh Frozen

Plasma(FFP), Vitamin K, Trombosit, dan faktor koagulasi lainnya bisa diberikan.

Dokumentasi

Menurut AACN (2001), ada beberapa aspek penting sehingga perawat harus

mendokumentasikan selama pengawasan TIK dan penatalaksanaan perdarahan

intrakranial. Secara umum, TIK dan tekanan perfusi otak harus diukur setiap jam.

Deskripsi dari cairan serebrospinal (kejernihan, warna, karakteristik) harus dicatat

setiap saat ada perubahan. Perawat juga harus mencatat setiap intervensi perawat

dalam menangani TIK ataupun tekanan perfusi otak, dan juga baik buruknya

keadaan pasien.

Page 15: Jurnal

Simpulan

Pasien dengan kelainan neurologis perlu dilakukan pengamatan yang

intensif untuk gejala dan tanda yang berkaitan dengan peningkatan TIK. Ketika

sangat terbukti adanya kecurigaan peningkatan tekanan intrakranial, penggunaan

ventrikulostomi adalah gold standar seperti dilakukannya pengawasan TIK.

Berhasilnya ventrikulostomi membutuhkan pengawasan yang intensif oleh

perawat ICU. Mengetahui dan memahami bagaimana menangani TIK yang tinggi

penting dengan tujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan

perdarahan intrakranial. Paramedis yang berpengalaman akan mengetahui

perlunya mengedukasi dan mengikutsertakan intervensi dari keluarga pasien

sehingga dapat berkontribusi dalam menjaga pasien dengan TIK yang tinggi.

Selalu lakukan sesuai prosedur dan dokumentasikan setiap penanganan untuk

pasien TIK tinggi. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan

untuk kesembuhan pasien.