jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang...

19

Upload: truongdung

Post on 01-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Jurna PESISIR DAN PUlAU-PUlAU HECll Indonesian Journal of Coastal Zone and Small Islands

ISSN 2302-5832 EDIS VOL2

Pemlmpln Reda1 lalttJ Dietrleeh -G

rtllla Editors

Alex SW Retraubun - Sudirman Saad

Tddoyo -Kusumastanto Natslr Nessa IRitraJaya

~Bda_CliiWfo)d -shy

S8kfetarteRedalai (Editorial Secretary) Mlqbat Djawad

oatn Grafls (Graphic Designer) Pasusect Legowo

Alamat Redaka (Editorial Address) Himpunan AhU Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI)

Ditlen KelautaAtPesisir dan Pulau-pulau Keeil K$nenterian Kelautandan Perikanat

GedungMina ealarin~Lantai 7 __ JIMedafi M~l1tnUt No18

Telp~ (021) 3522059 3619070 Fax -(021) 3522059 emait dietGrindonetid

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE) DI PERAlRAN PULAU PONGOK

KABUPATENBANGKASELATAN

SUDIRMAN ADIBRATA

Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bangka Belitung

M MUKHLIS KAMAL DAN FREDINAN YULIANDA

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Daya dukung lingkungan di perairan laut pulau Pongok masih sesuai berdasarkan stan dar kualitas air menu rut baku mutu KepMenLH No 51 tahun 2004 Kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian yang baik untuk budidaya keramba jaring apung (KJA) ikan kcrapu (Famili Serranidae) di pcrairan Pulau Pongok adalah 347466 ha Daya dukung lingkungan di perairan laut pulau Pongok yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu dengan sislem KJA dengan luas 347466 ha adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat dari KJA setara dengan 16700 unit KJA atau dapat mendukung sebanyak 16700 kepala keluarga atau selara dengan 66800 petak KJA Usaha budidaya kerapu dengan sistem KJA dapat direkomendasikan dan memerlukan stratcgi pcngelolaan untuk tahap implementasi dalam rangka untuk mendapatkan pembangunan yang berkelanjutan

Kata kunci budidaya laut kawasan ikan kerapu daya dukung kcberlanjutan

ABSTRACT

The environmental carrying capacity in marine waters ofthe Pongok island based on water quality is still standard fOllowed KepmenLlf No 51 yearof2004 The extent ofthe area suitabilityfor groupers (Family Serranidae) marielllshylure with the floating net cage (FNC) system in waters ofthe Pongok 1sland is 347466 ha The environmental carrying capacity in marine waters ofthe Pongok island with 347466 ha area suitablefor groupers with FNC system is as many as ]670 community groups ofFNC equivalent to 16700 FNC units or a maximum can support as many as 16700 head ofthe fami(v or the equivalent of66800 FNC holes The business ofgroupers with FNC system can be recomshymended and require a strategyfor its implementation phase in order to getting iustainability development

Key words mariculture area groupers carrying capacity sustainabifity

PENDAHULUAN pembangunan secara berkelanjutan serta perlindungan sumberdaya dan wilayah pesisir

Pembangunan di Provinsi Kepulauan (Cicin-Sain dan Knecht 1998) AspekBangka Belitung harus dilakukan dengan keterpaduan ini meliputi keterpaduan antar pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu sektor keterpaduan antar pemerintah (lokalshyPengelolaan pesisir terpadu merupakan suatumiddot nasional) keterpaduan wilayah I spasial proses yang dinamis dan kontinyu untuk keterpaduan an tara ilmu pengetahuan dan mencapai pemanfaatan sumberdaya dan manajemen dan keterpaduan internasional

43

I Konsep pengelolaan sumberdaya pulau kecil di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui budidaya ikan kerapu sebagai salah satu komoditas ikan karang yang cukup ekonomis dengan sistem keramba jaring apung (KJA) mengedepankan aspek spasial ilmu pengetahuan dan manajemen sebagai bah an pertimbangan daya dukung lingkungan bagi pengelola atau manajer pesisir dalam mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan

Pemanfaatan kawasan wilayah pesisir yang tidak terkontrol akan mengakibatkan tumpang tindihnya kegiatan pada ruang tertentu dan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari terlebih lagi provinsi ini kaya akan bijih timah yang dapat bersinggungan dengan sumberdaya perikanan Pengelolaan sumberdaya perikanan laut untuk mengimbangi pengelolaan perikanan tangkap secara spasial perlu adanya upaya penentuan kesesuaian kawasan untuk budidaya perikanan laut sehingga mampu bersinergi dan dapat saling mendukung berkelanjutan dan memberikan dampak positif dalam pengembangan dan pembangunan daerah

Keberadaan teluk dan pulau-pulau keciI yang berkarang di Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan sangat baik untuk kegiatan budidaya sistem KJA karena posisinya yang relatifterlindung dari gelombang dan angin kencang Kendala yang dihadapi yaitu belum tersedianya data dan infonnasi yang memadai mengenai lokasi yang sesuai untuk komoditas budidaya serta pengetahuan mengenai daya dukung dan mana jemen lingkungan dalam usaha budidaya ikan kerapu Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan yang memiliki luas 26179 km2 berpenduduk 12701 jiwa (BPS dan BPPMD Kabupaten Bangka Selatan 2010) penduduknya dominan bermata pencaharian

sebagai nelayan sehingga kajian mengenai daya dukung dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut menjadi penting Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian kawasan dan daya dukung budidaya kerapu (Famili Serranidae) berdasarkan beberapa pashyrameter lingkungan

METODEPENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Waktu penelitian selama 6 bulan yaitu pada Bulan Januari sampai dengan Juni 2011 yang dipergunakan untuk kegiatan studi pustaka surshyvey lapangan analisis data dan penyusunan laporan Data parameter lingkungan yang tersedia yaitu data sekunder pada bulan Nopember 2008 dan bulan Juni 2009 sedangkan data primer dilakukan pada bulan April 201 L Pengumpulan data biofisik (parameter lingkungan) dilakukan dengan survey lapangan untuk memperoleh data secara insitu seperti keterlindungan kawasan bathimetri suhu salinitas kecepatan arus substrat gelombang kecerahan pH dan DO Data tambahan seperti angin pasang surut suhu udara dan curah hujan diperoleh dari Bangka Belitung Ocean Science and Technology (BOST) Center Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Bangka Belitung Sampel kualitas air untuk memperoieh data ammonia nitrit nitrat ortophosfat dan timbal (air dan kerapu) dilakukan analisis di Laboratorium Proling MSP IPB Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi terkait seperti DKP dan Bapeda Kabupaten Bangka Selatan DKP Propinsi Bangka Belitung Kementerian Kelautan dan Perikanan BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan Universitas Bangka Belitung dan P30 - LIPI

44

Tabel 1 Parameter Lingkungan dengan Bobot Kelas dan Skor

Sl Sl SlNo Parameter Bobot

Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

1 Keterlindungan 25 Sangat 5 terlindung 3 terbuka 1 terlindung

2 Kecepatan arus (ms) 25 02 - 03 5 01 - lt02 atau 3 lt01 atau gt04 1 gt03 04

3 Kedalaman (m) 15 15 - 25 5 6 - lt15 atau 3 lt6 atau gt40 1 gt25 40

4 Substrat 15 Pasir 5 Pasir 3 lumpur 1 berkarang berlumpur

5 Kecerahan () 10 85 100 5 70 lt85 3 lt70 1

6 Salinitas (deg00) 10 30 33 5 29 atau gt33 3 lt29 atau gt35 1 35

7 Suhu (DC) 10 27 - 30 5 24 - lt27 atau 3 lt24 atau gt34 1 gt30 34

8 Oksigen terlarut (ppm) 10 7 - 8 5 5 - lt7 atau gt8 3 lt5 atau gt10 1 -10

9 pH 10 75 - 8 5 7-lt75atau 3 lt7 atau gt85 1 gt8 - 85

Total Bobot x Skor 650 390 130

Sumber Modifikasi dari Ali (2003) Hartami (2008) Tlensongrusmee et al (1986) dl dalam Sunyoto (1997)

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN

Data yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi dengan software ArcView Gis 32 Hasilnya dalam bentuk spasial yaitu peta tematik seperti tema suhu salinitas dan sebagainya Setelah basis data terbentuk dilakukan operasi tumpang susun (overlay opshyerations) dengan software ArcGis 92 terhadap peta tematik tadi Operasi tumpang susun

dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan layout dilakukan dengan software ArcView Gis 32 Untuk data tabular indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter dengan nilai kelas sebagai berikut

45

Kelas S 1 yaitu tingkat Tabel 2 Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan

I Sangat sesuai dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkeshylanjutan Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi opshytimum Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S 1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai

untuk budidaya kerapu

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

1) Pendekatan baku mutu lingkungan KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut

2) Pendekatan fisik kawasan Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10m x 10m = 100 m2bull Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m 27 m2bull Konsep desain KJA per kelompok masyarakat (pokmas) adalah 10 unit KJA (5 x 2) Ruang kosong dari setiap ujung KJA terluar adalah 50 m sehingga luas per pokmas adalah 20800 m2 (panjang total 160 x lebar total 130) atau 208 ha

DDKpokmas = LKS I 208 pokmas atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA

atau DDKI DDKu x 4 lobang KJA atau

DDKi DDKI x 240 ekor ikan

No Analisis kesesuaian Kelas

1 Sangat sesuai (S1) gt520 - 650

2 Cukup sesuai (S2) 260 520

3 Tidak sesuai (S3) 130 - lt260

Keterangan DDK Daya dukung kawasan LKS = Luas Kawasan yang Sesuai DDKu Daya dukung kawasan dalam unit DDKI Daya dukung kawasan dalam lobang DDKi Daya dukung kawasan dalam ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bangka yang dibentuk berdasarkan UU No5 tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan memiliki 7 (tujuh) kecamatan yaitu Toboali Payung Lepar Pongok Air Gegas Simpang Rimba Tukak Sadai dan Pulau Besar Keadaan tanah di Kabupaten Bangka Selatan umumnya memiliki pH tanah rata-rata di bawah 50 yang didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa kaolin batu gunung dan lain-lain lumlah penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebanyak 163200 jiwa Mara pencaharian penduduk terkonsentrasi pada pengembangan sektor pertambangan pertanian perkebunan perikanan laut serta perdagangan Khusus mengenai data produksi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sampat dengan Oktober 2007 dapat dilihat pada Tabel 3

Ikan liar yang ditangkap lalu ditangkarkan termasuk bentuk akuakultur (Mous et at 2006) sehingga penangkaran kerapu yang dilakukan di Pulau Pongok termasuk ke dalam budidaya Kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Pongok

46

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 2: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE) DI PERAlRAN PULAU PONGOK

KABUPATENBANGKASELATAN

SUDIRMAN ADIBRATA

Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Bangka Belitung

M MUKHLIS KAMAL DAN FREDINAN YULIANDA

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Daya dukung lingkungan di perairan laut pulau Pongok masih sesuai berdasarkan stan dar kualitas air menu rut baku mutu KepMenLH No 51 tahun 2004 Kawasan yang memiliki tingkat kesesuaian yang baik untuk budidaya keramba jaring apung (KJA) ikan kcrapu (Famili Serranidae) di pcrairan Pulau Pongok adalah 347466 ha Daya dukung lingkungan di perairan laut pulau Pongok yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu dengan sislem KJA dengan luas 347466 ha adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat dari KJA setara dengan 16700 unit KJA atau dapat mendukung sebanyak 16700 kepala keluarga atau selara dengan 66800 petak KJA Usaha budidaya kerapu dengan sistem KJA dapat direkomendasikan dan memerlukan stratcgi pcngelolaan untuk tahap implementasi dalam rangka untuk mendapatkan pembangunan yang berkelanjutan

Kata kunci budidaya laut kawasan ikan kerapu daya dukung kcberlanjutan

ABSTRACT

The environmental carrying capacity in marine waters ofthe Pongok island based on water quality is still standard fOllowed KepmenLlf No 51 yearof2004 The extent ofthe area suitabilityfor groupers (Family Serranidae) marielllshylure with the floating net cage (FNC) system in waters ofthe Pongok 1sland is 347466 ha The environmental carrying capacity in marine waters ofthe Pongok island with 347466 ha area suitablefor groupers with FNC system is as many as ]670 community groups ofFNC equivalent to 16700 FNC units or a maximum can support as many as 16700 head ofthe fami(v or the equivalent of66800 FNC holes The business ofgroupers with FNC system can be recomshymended and require a strategyfor its implementation phase in order to getting iustainability development

Key words mariculture area groupers carrying capacity sustainabifity

PENDAHULUAN pembangunan secara berkelanjutan serta perlindungan sumberdaya dan wilayah pesisir

Pembangunan di Provinsi Kepulauan (Cicin-Sain dan Knecht 1998) AspekBangka Belitung harus dilakukan dengan keterpaduan ini meliputi keterpaduan antar pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu sektor keterpaduan antar pemerintah (lokalshyPengelolaan pesisir terpadu merupakan suatumiddot nasional) keterpaduan wilayah I spasial proses yang dinamis dan kontinyu untuk keterpaduan an tara ilmu pengetahuan dan mencapai pemanfaatan sumberdaya dan manajemen dan keterpaduan internasional

43

I Konsep pengelolaan sumberdaya pulau kecil di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui budidaya ikan kerapu sebagai salah satu komoditas ikan karang yang cukup ekonomis dengan sistem keramba jaring apung (KJA) mengedepankan aspek spasial ilmu pengetahuan dan manajemen sebagai bah an pertimbangan daya dukung lingkungan bagi pengelola atau manajer pesisir dalam mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan

Pemanfaatan kawasan wilayah pesisir yang tidak terkontrol akan mengakibatkan tumpang tindihnya kegiatan pada ruang tertentu dan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari terlebih lagi provinsi ini kaya akan bijih timah yang dapat bersinggungan dengan sumberdaya perikanan Pengelolaan sumberdaya perikanan laut untuk mengimbangi pengelolaan perikanan tangkap secara spasial perlu adanya upaya penentuan kesesuaian kawasan untuk budidaya perikanan laut sehingga mampu bersinergi dan dapat saling mendukung berkelanjutan dan memberikan dampak positif dalam pengembangan dan pembangunan daerah

Keberadaan teluk dan pulau-pulau keciI yang berkarang di Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan sangat baik untuk kegiatan budidaya sistem KJA karena posisinya yang relatifterlindung dari gelombang dan angin kencang Kendala yang dihadapi yaitu belum tersedianya data dan infonnasi yang memadai mengenai lokasi yang sesuai untuk komoditas budidaya serta pengetahuan mengenai daya dukung dan mana jemen lingkungan dalam usaha budidaya ikan kerapu Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan yang memiliki luas 26179 km2 berpenduduk 12701 jiwa (BPS dan BPPMD Kabupaten Bangka Selatan 2010) penduduknya dominan bermata pencaharian

sebagai nelayan sehingga kajian mengenai daya dukung dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut menjadi penting Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian kawasan dan daya dukung budidaya kerapu (Famili Serranidae) berdasarkan beberapa pashyrameter lingkungan

METODEPENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Waktu penelitian selama 6 bulan yaitu pada Bulan Januari sampai dengan Juni 2011 yang dipergunakan untuk kegiatan studi pustaka surshyvey lapangan analisis data dan penyusunan laporan Data parameter lingkungan yang tersedia yaitu data sekunder pada bulan Nopember 2008 dan bulan Juni 2009 sedangkan data primer dilakukan pada bulan April 201 L Pengumpulan data biofisik (parameter lingkungan) dilakukan dengan survey lapangan untuk memperoleh data secara insitu seperti keterlindungan kawasan bathimetri suhu salinitas kecepatan arus substrat gelombang kecerahan pH dan DO Data tambahan seperti angin pasang surut suhu udara dan curah hujan diperoleh dari Bangka Belitung Ocean Science and Technology (BOST) Center Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Bangka Belitung Sampel kualitas air untuk memperoieh data ammonia nitrit nitrat ortophosfat dan timbal (air dan kerapu) dilakukan analisis di Laboratorium Proling MSP IPB Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi terkait seperti DKP dan Bapeda Kabupaten Bangka Selatan DKP Propinsi Bangka Belitung Kementerian Kelautan dan Perikanan BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan Universitas Bangka Belitung dan P30 - LIPI

44

Tabel 1 Parameter Lingkungan dengan Bobot Kelas dan Skor

Sl Sl SlNo Parameter Bobot

Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

1 Keterlindungan 25 Sangat 5 terlindung 3 terbuka 1 terlindung

2 Kecepatan arus (ms) 25 02 - 03 5 01 - lt02 atau 3 lt01 atau gt04 1 gt03 04

3 Kedalaman (m) 15 15 - 25 5 6 - lt15 atau 3 lt6 atau gt40 1 gt25 40

4 Substrat 15 Pasir 5 Pasir 3 lumpur 1 berkarang berlumpur

5 Kecerahan () 10 85 100 5 70 lt85 3 lt70 1

6 Salinitas (deg00) 10 30 33 5 29 atau gt33 3 lt29 atau gt35 1 35

7 Suhu (DC) 10 27 - 30 5 24 - lt27 atau 3 lt24 atau gt34 1 gt30 34

8 Oksigen terlarut (ppm) 10 7 - 8 5 5 - lt7 atau gt8 3 lt5 atau gt10 1 -10

9 pH 10 75 - 8 5 7-lt75atau 3 lt7 atau gt85 1 gt8 - 85

Total Bobot x Skor 650 390 130

Sumber Modifikasi dari Ali (2003) Hartami (2008) Tlensongrusmee et al (1986) dl dalam Sunyoto (1997)

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN

Data yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi dengan software ArcView Gis 32 Hasilnya dalam bentuk spasial yaitu peta tematik seperti tema suhu salinitas dan sebagainya Setelah basis data terbentuk dilakukan operasi tumpang susun (overlay opshyerations) dengan software ArcGis 92 terhadap peta tematik tadi Operasi tumpang susun

dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan layout dilakukan dengan software ArcView Gis 32 Untuk data tabular indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter dengan nilai kelas sebagai berikut

45

Kelas S 1 yaitu tingkat Tabel 2 Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan

I Sangat sesuai dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkeshylanjutan Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi opshytimum Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S 1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai

untuk budidaya kerapu

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

1) Pendekatan baku mutu lingkungan KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut

2) Pendekatan fisik kawasan Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10m x 10m = 100 m2bull Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m 27 m2bull Konsep desain KJA per kelompok masyarakat (pokmas) adalah 10 unit KJA (5 x 2) Ruang kosong dari setiap ujung KJA terluar adalah 50 m sehingga luas per pokmas adalah 20800 m2 (panjang total 160 x lebar total 130) atau 208 ha

DDKpokmas = LKS I 208 pokmas atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA

atau DDKI DDKu x 4 lobang KJA atau

DDKi DDKI x 240 ekor ikan

No Analisis kesesuaian Kelas

1 Sangat sesuai (S1) gt520 - 650

2 Cukup sesuai (S2) 260 520

3 Tidak sesuai (S3) 130 - lt260

Keterangan DDK Daya dukung kawasan LKS = Luas Kawasan yang Sesuai DDKu Daya dukung kawasan dalam unit DDKI Daya dukung kawasan dalam lobang DDKi Daya dukung kawasan dalam ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bangka yang dibentuk berdasarkan UU No5 tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan memiliki 7 (tujuh) kecamatan yaitu Toboali Payung Lepar Pongok Air Gegas Simpang Rimba Tukak Sadai dan Pulau Besar Keadaan tanah di Kabupaten Bangka Selatan umumnya memiliki pH tanah rata-rata di bawah 50 yang didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa kaolin batu gunung dan lain-lain lumlah penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebanyak 163200 jiwa Mara pencaharian penduduk terkonsentrasi pada pengembangan sektor pertambangan pertanian perkebunan perikanan laut serta perdagangan Khusus mengenai data produksi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sampat dengan Oktober 2007 dapat dilihat pada Tabel 3

Ikan liar yang ditangkap lalu ditangkarkan termasuk bentuk akuakultur (Mous et at 2006) sehingga penangkaran kerapu yang dilakukan di Pulau Pongok termasuk ke dalam budidaya Kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Pongok

46

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 3: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

I Konsep pengelolaan sumberdaya pulau kecil di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui budidaya ikan kerapu sebagai salah satu komoditas ikan karang yang cukup ekonomis dengan sistem keramba jaring apung (KJA) mengedepankan aspek spasial ilmu pengetahuan dan manajemen sebagai bah an pertimbangan daya dukung lingkungan bagi pengelola atau manajer pesisir dalam mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan

Pemanfaatan kawasan wilayah pesisir yang tidak terkontrol akan mengakibatkan tumpang tindihnya kegiatan pada ruang tertentu dan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari terlebih lagi provinsi ini kaya akan bijih timah yang dapat bersinggungan dengan sumberdaya perikanan Pengelolaan sumberdaya perikanan laut untuk mengimbangi pengelolaan perikanan tangkap secara spasial perlu adanya upaya penentuan kesesuaian kawasan untuk budidaya perikanan laut sehingga mampu bersinergi dan dapat saling mendukung berkelanjutan dan memberikan dampak positif dalam pengembangan dan pembangunan daerah

Keberadaan teluk dan pulau-pulau keciI yang berkarang di Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan sangat baik untuk kegiatan budidaya sistem KJA karena posisinya yang relatifterlindung dari gelombang dan angin kencang Kendala yang dihadapi yaitu belum tersedianya data dan infonnasi yang memadai mengenai lokasi yang sesuai untuk komoditas budidaya serta pengetahuan mengenai daya dukung dan mana jemen lingkungan dalam usaha budidaya ikan kerapu Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan yang memiliki luas 26179 km2 berpenduduk 12701 jiwa (BPS dan BPPMD Kabupaten Bangka Selatan 2010) penduduknya dominan bermata pencaharian

sebagai nelayan sehingga kajian mengenai daya dukung dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut menjadi penting Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian kawasan dan daya dukung budidaya kerapu (Famili Serranidae) berdasarkan beberapa pashyrameter lingkungan

METODEPENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan Waktu penelitian selama 6 bulan yaitu pada Bulan Januari sampai dengan Juni 2011 yang dipergunakan untuk kegiatan studi pustaka surshyvey lapangan analisis data dan penyusunan laporan Data parameter lingkungan yang tersedia yaitu data sekunder pada bulan Nopember 2008 dan bulan Juni 2009 sedangkan data primer dilakukan pada bulan April 201 L Pengumpulan data biofisik (parameter lingkungan) dilakukan dengan survey lapangan untuk memperoleh data secara insitu seperti keterlindungan kawasan bathimetri suhu salinitas kecepatan arus substrat gelombang kecerahan pH dan DO Data tambahan seperti angin pasang surut suhu udara dan curah hujan diperoleh dari Bangka Belitung Ocean Science and Technology (BOST) Center Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Bangka Belitung Sampel kualitas air untuk memperoieh data ammonia nitrit nitrat ortophosfat dan timbal (air dan kerapu) dilakukan analisis di Laboratorium Proling MSP IPB Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dari instansi terkait seperti DKP dan Bapeda Kabupaten Bangka Selatan DKP Propinsi Bangka Belitung Kementerian Kelautan dan Perikanan BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan Universitas Bangka Belitung dan P30 - LIPI

44

Tabel 1 Parameter Lingkungan dengan Bobot Kelas dan Skor

Sl Sl SlNo Parameter Bobot

Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

1 Keterlindungan 25 Sangat 5 terlindung 3 terbuka 1 terlindung

2 Kecepatan arus (ms) 25 02 - 03 5 01 - lt02 atau 3 lt01 atau gt04 1 gt03 04

3 Kedalaman (m) 15 15 - 25 5 6 - lt15 atau 3 lt6 atau gt40 1 gt25 40

4 Substrat 15 Pasir 5 Pasir 3 lumpur 1 berkarang berlumpur

5 Kecerahan () 10 85 100 5 70 lt85 3 lt70 1

6 Salinitas (deg00) 10 30 33 5 29 atau gt33 3 lt29 atau gt35 1 35

7 Suhu (DC) 10 27 - 30 5 24 - lt27 atau 3 lt24 atau gt34 1 gt30 34

8 Oksigen terlarut (ppm) 10 7 - 8 5 5 - lt7 atau gt8 3 lt5 atau gt10 1 -10

9 pH 10 75 - 8 5 7-lt75atau 3 lt7 atau gt85 1 gt8 - 85

Total Bobot x Skor 650 390 130

Sumber Modifikasi dari Ali (2003) Hartami (2008) Tlensongrusmee et al (1986) dl dalam Sunyoto (1997)

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN

Data yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi dengan software ArcView Gis 32 Hasilnya dalam bentuk spasial yaitu peta tematik seperti tema suhu salinitas dan sebagainya Setelah basis data terbentuk dilakukan operasi tumpang susun (overlay opshyerations) dengan software ArcGis 92 terhadap peta tematik tadi Operasi tumpang susun

dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan layout dilakukan dengan software ArcView Gis 32 Untuk data tabular indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter dengan nilai kelas sebagai berikut

45

Kelas S 1 yaitu tingkat Tabel 2 Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan

I Sangat sesuai dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkeshylanjutan Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi opshytimum Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S 1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai

untuk budidaya kerapu

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

1) Pendekatan baku mutu lingkungan KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut

2) Pendekatan fisik kawasan Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10m x 10m = 100 m2bull Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m 27 m2bull Konsep desain KJA per kelompok masyarakat (pokmas) adalah 10 unit KJA (5 x 2) Ruang kosong dari setiap ujung KJA terluar adalah 50 m sehingga luas per pokmas adalah 20800 m2 (panjang total 160 x lebar total 130) atau 208 ha

DDKpokmas = LKS I 208 pokmas atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA

atau DDKI DDKu x 4 lobang KJA atau

DDKi DDKI x 240 ekor ikan

No Analisis kesesuaian Kelas

1 Sangat sesuai (S1) gt520 - 650

2 Cukup sesuai (S2) 260 520

3 Tidak sesuai (S3) 130 - lt260

Keterangan DDK Daya dukung kawasan LKS = Luas Kawasan yang Sesuai DDKu Daya dukung kawasan dalam unit DDKI Daya dukung kawasan dalam lobang DDKi Daya dukung kawasan dalam ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bangka yang dibentuk berdasarkan UU No5 tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan memiliki 7 (tujuh) kecamatan yaitu Toboali Payung Lepar Pongok Air Gegas Simpang Rimba Tukak Sadai dan Pulau Besar Keadaan tanah di Kabupaten Bangka Selatan umumnya memiliki pH tanah rata-rata di bawah 50 yang didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa kaolin batu gunung dan lain-lain lumlah penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebanyak 163200 jiwa Mara pencaharian penduduk terkonsentrasi pada pengembangan sektor pertambangan pertanian perkebunan perikanan laut serta perdagangan Khusus mengenai data produksi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sampat dengan Oktober 2007 dapat dilihat pada Tabel 3

Ikan liar yang ditangkap lalu ditangkarkan termasuk bentuk akuakultur (Mous et at 2006) sehingga penangkaran kerapu yang dilakukan di Pulau Pongok termasuk ke dalam budidaya Kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Pongok

46

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 4: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Tabel 1 Parameter Lingkungan dengan Bobot Kelas dan Skor

Sl Sl SlNo Parameter Bobot

Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

1 Keterlindungan 25 Sangat 5 terlindung 3 terbuka 1 terlindung

2 Kecepatan arus (ms) 25 02 - 03 5 01 - lt02 atau 3 lt01 atau gt04 1 gt03 04

3 Kedalaman (m) 15 15 - 25 5 6 - lt15 atau 3 lt6 atau gt40 1 gt25 40

4 Substrat 15 Pasir 5 Pasir 3 lumpur 1 berkarang berlumpur

5 Kecerahan () 10 85 100 5 70 lt85 3 lt70 1

6 Salinitas (deg00) 10 30 33 5 29 atau gt33 3 lt29 atau gt35 1 35

7 Suhu (DC) 10 27 - 30 5 24 - lt27 atau 3 lt24 atau gt34 1 gt30 34

8 Oksigen terlarut (ppm) 10 7 - 8 5 5 - lt7 atau gt8 3 lt5 atau gt10 1 -10

9 pH 10 75 - 8 5 7-lt75atau 3 lt7 atau gt85 1 gt8 - 85

Total Bobot x Skor 650 390 130

Sumber Modifikasi dari Ali (2003) Hartami (2008) Tlensongrusmee et al (1986) dl dalam Sunyoto (1997)

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN

Data yang diperoleh berupa parameter lingkungan dari setiap titik koordinat yang kemudian didigitasi dengan software ArcView Gis 32 Hasilnya dalam bentuk spasial yaitu peta tematik seperti tema suhu salinitas dan sebagainya Setelah basis data terbentuk dilakukan operasi tumpang susun (overlay opshyerations) dengan software ArcGis 92 terhadap peta tematik tadi Operasi tumpang susun

dimulai dari layer yang paling penting ke yang kurang penting sehingga diperoleh peta arahan kesesuaian kawasan layout dilakukan dengan software ArcView Gis 32 Untuk data tabular indeks analisis kesesuaian kawasan budidaya kerapu dengan KJA diperoleh dari nilai total bobot kali skor untuk 9 parameter dengan nilai kelas sebagai berikut

45

Kelas S 1 yaitu tingkat Tabel 2 Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan

I Sangat sesuai dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkeshylanjutan Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi opshytimum Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S 1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai

untuk budidaya kerapu

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

1) Pendekatan baku mutu lingkungan KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut

2) Pendekatan fisik kawasan Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10m x 10m = 100 m2bull Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m 27 m2bull Konsep desain KJA per kelompok masyarakat (pokmas) adalah 10 unit KJA (5 x 2) Ruang kosong dari setiap ujung KJA terluar adalah 50 m sehingga luas per pokmas adalah 20800 m2 (panjang total 160 x lebar total 130) atau 208 ha

DDKpokmas = LKS I 208 pokmas atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA

atau DDKI DDKu x 4 lobang KJA atau

DDKi DDKI x 240 ekor ikan

No Analisis kesesuaian Kelas

1 Sangat sesuai (S1) gt520 - 650

2 Cukup sesuai (S2) 260 520

3 Tidak sesuai (S3) 130 - lt260

Keterangan DDK Daya dukung kawasan LKS = Luas Kawasan yang Sesuai DDKu Daya dukung kawasan dalam unit DDKI Daya dukung kawasan dalam lobang DDKi Daya dukung kawasan dalam ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bangka yang dibentuk berdasarkan UU No5 tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan memiliki 7 (tujuh) kecamatan yaitu Toboali Payung Lepar Pongok Air Gegas Simpang Rimba Tukak Sadai dan Pulau Besar Keadaan tanah di Kabupaten Bangka Selatan umumnya memiliki pH tanah rata-rata di bawah 50 yang didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa kaolin batu gunung dan lain-lain lumlah penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebanyak 163200 jiwa Mara pencaharian penduduk terkonsentrasi pada pengembangan sektor pertambangan pertanian perkebunan perikanan laut serta perdagangan Khusus mengenai data produksi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sampat dengan Oktober 2007 dapat dilihat pada Tabel 3

Ikan liar yang ditangkap lalu ditangkarkan termasuk bentuk akuakultur (Mous et at 2006) sehingga penangkaran kerapu yang dilakukan di Pulau Pongok termasuk ke dalam budidaya Kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Pongok

46

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 5: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Kelas S 1 yaitu tingkat Tabel 2 Kelas Kesesuaian dari Parameter Lingkungan

I Sangat sesuai dimana kawasan tersebut sangat sesuai untuk budidaya ikan kerapu tanpa faktor pembatas yang berarti terhadap penggunaannya secara berkeshylanjutan Kelas S2 yaitu tingkat Cukup sesuai dimana kawasan tersebut sesuai untuk menunjang kegiatan budidaya ikan kerapu tetapi terdapat beberapa parameter lingkungan sebagai faktor pembatas karena tidak berada pada kondisi opshytimum Kelas S3 yaitu tingkat Tidak sesuai dimana kawasan perairan tersebut tidak sesuai untuk diusahakan bagi budidaya ikan kerapu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat Budidaya Kerapu dengan KJA biasanya direkomendasikan pada kelas S 1 dan S2 yang selanjutnya disebut sebagai kawasan yang sesuai

untuk budidaya kerapu

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

1) Pendekatan baku mutu lingkungan KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut

2) Pendekatan fisik kawasan Setiap unit KJA terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga dengan luas maksimum 10m x 10m = 100 m2bull Setiap lobang KJA dengan volume 3 m x 3 m x 3 m 27 m2bull Konsep desain KJA per kelompok masyarakat (pokmas) adalah 10 unit KJA (5 x 2) Ruang kosong dari setiap ujung KJA terluar adalah 50 m sehingga luas per pokmas adalah 20800 m2 (panjang total 160 x lebar total 130) atau 208 ha

DDKpokmas = LKS I 208 pokmas atau DDKu = DDKpokmas x 10 unit KJA

atau DDKI DDKu x 4 lobang KJA atau

DDKi DDKI x 240 ekor ikan

No Analisis kesesuaian Kelas

1 Sangat sesuai (S1) gt520 - 650

2 Cukup sesuai (S2) 260 520

3 Tidak sesuai (S3) 130 - lt260

Keterangan DDK Daya dukung kawasan LKS = Luas Kawasan yang Sesuai DDKu Daya dukung kawasan dalam unit DDKI Daya dukung kawasan dalam lobang DDKi Daya dukung kawasan dalam ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bangka Selatan merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bangka yang dibentuk berdasarkan UU No5 tahun 2003 Kabupaten Bangka Selatan memiliki 7 (tujuh) kecamatan yaitu Toboali Payung Lepar Pongok Air Gegas Simpang Rimba Tukak Sadai dan Pulau Besar Keadaan tanah di Kabupaten Bangka Selatan umumnya memiliki pH tanah rata-rata di bawah 50 yang didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa kaolin batu gunung dan lain-lain lumlah penduduk di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2009 sebanyak 163200 jiwa Mara pencaharian penduduk terkonsentrasi pada pengembangan sektor pertambangan pertanian perkebunan perikanan laut serta perdagangan Khusus mengenai data produksi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004 sampat dengan Oktober 2007 dapat dilihat pada Tabel 3

Ikan liar yang ditangkap lalu ditangkarkan termasuk bentuk akuakultur (Mous et at 2006) sehingga penangkaran kerapu yang dilakukan di Pulau Pongok termasuk ke dalam budidaya Kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Pongok

46

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 6: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

label 3 Produksi Perikanan Tahun 2004-2007 Kabupaten Bangka Selatan

No Keterangan Produksi Per Tahun (Ton)

1 Produksi ikan

2004

18072

2005

21589

2006

22242

2007

22350

2 Estimasi tahun 2007 24000

3 Estimasi ikan rucah (5) 1200

Keterangan = data sampai dengan Oktober 2007 Sumber DKP Kabupaten Bangka Selatan2007

sendiri sampai saat ini sudah berjalan sekitar 20 tahunnamun kondisinya tidak selalu mulus atau mengalami jatuh bangun sehingga hanya pembudidaya yang ulet saja yang masih bertahan sampai saat ini Penelitian difokuskan pada tokasi KJA ikan kerapu milik Bapak Hendri yang dipasok oleh 11 nelayan bubu yang mencari ikan kerapu jenis kerapu sunuk (Pectropomus areoatus Polkadot cod) kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Flowery cod) kerapu lumpur (Epinephelus suillus Mud groushyper) dan kerapu katarap (Ephinepheus lanceoatus Queensland grouper) yang bibitnya diperoleh dari alam Bibit yang sudah dapat diperbanyak di hatchery yaitu jenis ikan kerapu

tikus (Cromileptes alivelis Barramundi cod) dan kerapu macan (Epinepheusfuscoguttatus) Ikan kerapu hidup yang sudah menjadi komoditas ekspormendorong beberapa nelayan di Pulau Pongok untuk berkecimpung dalam bidang usaha ini Tata niaga ikan kerapu hidup di Pulau Pongok mulai dari neJayan bubu sebagai penangkap ikan kerapu dari alam pembudidaya kerapu sistem KJA sebagai pengumpu] (Bapak Hendri) eksportir kerapu di Pulau Rengit Kabupaten Belitung (Bapak Abeng) dan pembeli dari Hongkong Kapal dari Hongkong memiliki beberapa titik lokasi eksportir kerapu di wi]ayah barat Indonesia diantaranya dari Kepulauan Riau Sumatera Barat dan Lampung

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Lepar Pongok

No Desa Luas Daerah (km2)

Laki-Iaki

Wanita Jumlah Jumlah Rumah Tangga

1 Penutuk 44145 1069 920 1989 612

2 Tanjung Labu 47460 1073 1021 2094 576

3 Pongok 8674 1877 2164 4041 922

4 Tanjung Sangkar 51610 1102 1068 2170 640

5 Kumbung 29098 326 287 613 178

6 Celagen 2927 905 889 1794 329

Jumlah 26198 6352 6349 12701 3257

Sumber Bangka SeIatan dalam angka 2010

47 I

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 7: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

I label 5 Produksi Perikanan di Kabupaten Bangka Selatan

JumlahKecamatan Volume Jumlah (xRPNo Nelayan Ikan (ton) 1000)

6416 96240000

8076 121140000

6079 91185000

2423 36345000

3320 49800000

- -

- -

26314 394710000 24142 362130000

Toboali

2

1

Tukak Sadai

3 Lepar Pongok

4 Pulau Besar

5 Simpang Rimba

6 Airgegas

7 Payung

Total tahun 2009 2008

1749

1334

2959

742

891

-

-

7675 6252

Sumber Bangka Selatan dalam angka 20 I 0

Analisis Parameter Lingkungan dan Kesesuaian Kawasan

Kesesuaan kawasan untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Pongok ini diperoleh berdasarkan hasil analisis secara bioteknis sehingga belum mempertimbangkan aspek perhitungan ekonomi Bathimetri di lokasi penelitian sangat bervariasi untuk setiap stasiun pengamatan yang didominasi oleh kedalaman antara 10 sampai 20 m Kedalaman perainm di lokasi KJA eksisting (KJA milik Bapak Hendri) menunjukan kedalaman minimum sampai 7 m sehingga masih dapat ditolerir untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA Pasang surut (pasut) air laut di perairan Kabupaten Bangka Selatan termasuk ripe harian tunggal atau diurnal tide dimana dalam satu hari terdapat satu kaJi air pasang dan satu kali air surut Berdasarkan data pasang surut diketahui tunggang pasut rata-rata tahunan d~er()kh nia sebesar 2lt51 1 da a m~a

sea level (MSL) sebesar 129 m pada rambu

pasut di kalesto Sadai Sedangkan tunggang pasut rata-rata bulan April 2011 sebesar 217 m dan nilai MSL sebesar 144 m Berdasarkan pengamatan di lapangan nDai suhu perairan yang tertinggi diperoleh sebesar 32degC dan nilai terendah sebesar 27degC Variasi ini dapat terjadi karen a pengambilan data suhu perairan dilakukan pada waktu yang berbeda untuk setiap stasiun pengamatan suhu yang cukup tinggi sekitar pukul 1200 sampai 1600 WIB Salinitas perairan bervariasi pada kisaran 27 32

0 dan didominasi pad a nilai salinitas sebesar 30

0

Nilai kecerahan mendekati nilai bathimetri dengan kisaran 67 - 100 Nilai rata-rata kecerahan perairan yang terukur saat di lapangan sebesar 88 Kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Pongok dengan kisaran nilai sebesar 0 J0 - 055 mls dengan kecepatan arus rata-rata sebesar 026 mls

Keterlindungan berbicara mengenai kondisi ge1om bang angin dan adanya barier atal ~e~~ltl~~~i~~~~ ~o~o ~)G) 1G~ direncanakan sebagai lokasi budidaya Nihri

48

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 8: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

tunggang gelombang perairan yang terkecil sebesar 0 10m dan terbesar 050 m dengan nilai gelombang rata rata sebesar 03 m Gelombang permukaan ini biasanya dibangshykitkan oleh angin berdasarkan pemantauan daTi BOST Center maka kecepatan angin yang terukur masih dapat ditoleransi untuk kegiatan budidaya di KJA Kecepatan angin tertinggi pada bulan April 20 11 sebesar 597 ms dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 167 ms Keberadaan pulau penghalang sebagai barier di perairan Pulau Pongok menjadi sangat penting seperti ke arah barat terlindung oleh Pulau Celagen Pulau Kelapan Pulau Lepar dan daratan utama Pulau Bangka serta ke arah timur terlindung oIeh gugusan Pulau Mendanau Kabupaten Belitung Perubahan nilai pH suatu perairan dapat berdampak terhadap organisme akuatik hal ini tergantung dari daya adaptasi organisme perairan Nilai pH air laut di bawah 700 bersifat asam dan akan menghambat pertumbuhan ikan budidaya Dalam proses biokimia jika pH rendah maka proses nitrifikasi akan berakhir Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nilai pH perairan yang tertinggi sebesar 830 dan nilai terendah sebesar 730 dengan nilai rata-rata sebesar 774 Nilai DO terendah sebesar 55 ppm dan tertinggi sebesar 80 ppm dengan nilai DO rata-rata 662 ppm Substrat didominasi oleh karang berpasir

Setelah dilakukan analisis overlay diperoleh kesesuaian kawasan dengan kelas S 1 S2 dan S3 namun yang dipergunakan adalah kelas S I dan S2 saja untuk dinyatakan sebagai kawasan yang layak dikembangkan budidaya kerapu sistem KJA Dari Gambar 1 dan Tabel 6 di bawah diketahui bahwa kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA sebanyak 347466 ha atau sekitar 2105 dari total wilayah studi di perairan Pulau Pongok Kesesuaian kawasan berdasarkan parameter

49

biofisik ini sangat tergantung juga dari kelengkapan data jika data semakin banyak maka hasilnya semakin baik Mengevaluasi kesesuaian kawasan khususnya pada lokasi KJA eksisting milik Bapak Hendri termasuk ke dalam kelas S2 karena terdapat faktor pembatas yang

cenderung masuk ke dalam kategori Cukup sesuai (S2) seperti parameter-parameter kedalaman DO dan kecepatan arus Menurut

infomlasi dari pemilik KJA penempatan lokasi ini berdasarkan jarak yang relatifdekat dcngan rumah penduduk relatif aman dari gelombang dan aman dari kerawanan pencurian atau kejahatan lainnya serta tidak mengganggu alur pelayaran kapal nelayan Dengan diketahuinya luasan pada kelas yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA maka dapat dihitung daya dUkungnya

Analisis Daya Dukung

Pendekatan baku mutu lingkungan Pendekatan baku mutu lingkungan

mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Pengambilan sam pel air laut dilakukan 3 kali ulangan pada 5 stasi un pengamatan di perairan sekitar Pulau Pongok kabupaten Bangka Selatan Pada stasiun I kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0185 mgl atau terdapat selisih sebesar 0115 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0300 mgll artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0018 mgl di atas dari nilai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik mengacu pada literatur di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 051 degmgl sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl nilai nitrat

I

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 9: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

pada penelitian ini menunjukan jauh di bawah nilai terendah dari literatur Nilai nitrat 0200 mgl I merupakan batas teliadinya eutrofikasi menurut Davis dan Cornwell 1991 di dalam Effendi 2003 sehingga perairan di lokasi penelitian ini belum terjadi pencemaran dan masih dikatakan perairan yang subur secara alami Mencermati kondisi demikian nilai baku mutu nitrat air laut untuk budidaya biota laut perlu dikaji ulang apakah masih pada angka tersebut atau perlu dimbah nilai baku mutunya mengingat data rii1 di lapangan kondisinya di at as nilai baku mutu Ni1ai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 00 10 mgl di bawah dari nilai baku mutu sebesar 0015 mgi Nitai ratashyrata logam berat sebesar 0019 mgl atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di bawah dari nilai

baku mutu sebesar 0050 mgI Pada stasiun 2 kondisi nilai rata-rata amshy

monia sebesar 0142 mgl atau terdapat selisih sebesar 0 158 mgl di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nitai rata-rata nitrat sebesar 0039 mg1 atau terdapat selisih sebesar 0031 mgl di atas dari nilai baku mutu Nilai inl masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg I sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgt 1) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mg1 atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgI atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0014 mgl atau terdapat selisih sebesar 0036 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 3 kondisi ni1ai rata-rata ammonia sebesar 0090 mgll atau terdapat selisih sebesar 0210 mgl di bawah dari nilai

baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung Iingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0018 mgll atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di atas dari ni1ai baku mutu sebesar 0008 mgl Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan ni1ai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mg1 sampai 1070 mgll dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dari 0002 mgI atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari ni1ai baku mutu sebesar 0015 mgL Nilai rata-rata logam berat sebesar 0026 mgl atau terdapat selisih sebesar 0024 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Pada stasiun 4 kondisi ni1ai rata-rata amshymonia sebesar 0 153 mgl atau terdapat selisih sebesar 0147 mgll di bawah dari nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai rata-rata nitrat sebesar 0018 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgI di atas dari nilai baku mutu Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan bekerjasama dengan P30-LlPI yang menunjukan nilai nitrat air 1aut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0510 mgl sampal 1070 mgl dengan rata-rata 0740 rug) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl

atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar 0005 mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgll di bawah dari nilai baku mutu Nilai rata-rata logam berat sebesar 0016 mgl atau terdapat selisih

sebesar 0034 mgl di bawah dari nilai baku mutu Pada stasiun 5 kondisi nilai rata-rata ammonia sebesar 0104 mgl atau terdapat

50

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 10: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

I

selisih sebesar 0196 mgl di bawah dad nilai baku mutu artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan perairan laut Nilai ratashyrata nitrat sebesar 0070 mgl atau terdapat selisih sebesar 0062 mgl di atas dari nilai baku mum Nilai ini masih dalam toleransi perairan yang subur atau oligotrofik (data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Se1atan beketjasama dengan P30-LIPI yang menunjukan nilai nitrat air laut di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 0SI0 mgl 1 sampai 1070 mgl dengan rata-rata 0740 mgl) Nilai rata-rata nitrit sebesar kurang dad 0002 mgl atau kondisinya masih dapat ditolerir nilai rata-rata orthophospat sebesar OOOS mgl atau terdapat selisih sebesar 0010 mgl di bawah dari nilai baku mutu Nilai ratashyrata logam berat sebesar 0024 mgl atau terdapat selisih sebesar 0026 mgl di bawah dari nilai baku mutu

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pada stasiun 1 sampai dengan S untuk nilai rata-rata ammonia nitrit orthophospat dan logam berat di semua stasiun pengamatan masih di bawah baku mutu kecuali untuk nilai nitrat di atas 0008 mgl namun data literatur pun di atas nilai baku mutu Daya dukung perairan Pulau Pongok berdasarkan data kualitas air dapat dikatakan masih aman dari pencemaran atau daya dukung lingkungan be1um terlewati Nilai logam berat pada daging ikan kerapu sebesar 6SOO mgl menunjukan bahwa nilai inijauh di atas nilai ambang batas baku mutu sebesar OOSO mgl dengan selisih 64S0 mgl di at as baku mutu Hal ini diduga mungkin akibat dari kurang ketelitian alat atau mungkin ikan kerapu sudah mengalami biomagnifikasi dari makanan yang dia makan sebagaimana diketahui bahwa Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah sejak tahun 1600 untuk meyakinkan hal ini diperlukan penelitian lanjutan secara khusus

Pendekatan fisik kawasan

DDKpokmas 347466208 = 1670 pokmas DDKu= DDKpokmas x 10 = 16700 unitKJA

DDKI = DDKu x 410bang KJA = 66amp00 lobang KJA

DDKi = DDKI x 240 ekor = 16032000 ekor ikan (asumsi setiap lobang keramba diisi 240 ekor ikan)

Berdasarkan pendekatan fisik kawasan budidaya kerapu sistem KIA dengan membuat pol a kelompok masyarakat (pokmas) maka dapat diketahui dari total luasan yang sesuai ini (347466 ha) berpotensi dapat menghidupi 1670 pokmas atau 16700 kepala keluarga dimana data jumlah rumah tangga di Pulau Pongok dan Pulau Celagen sebesar 12S1 kepala ke1uarga Perbandingan antara potensi dengan jumlah kepala keluarga menunjukan angka 133 I Hal ini menggambarkan bahwa begitu besar potensi perikanan yang dapat dikembangkan penduduk di Pulau Pongok dan Pulau Celagen dapat hidup dari sumberdaya perikanan Pemberian pakan ikan budidaya dapat mengkombinasikan antara pakan ikan rucah dan pakan buatan sehingga ekosistem pada terumbu karang ini tidak terganggu Selanjutnya untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan strategi pengelolaan yang baik

51

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 11: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

- -- - -

No Keterangan Kalas Luas fha)

1 S1 66205

2 82 281261

3 S3 1302955

Total 1650421 S1 dan S2 347466

Prosentase ()

401

1704

7895

100 2105

1 i

I

I Pulau Pongok mooo 7100raquo

Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung

Peta Kesesuaian KJA Perairan Pulau Pongok

A 1 0 1 2 3 Kilometers

Legenda i Pelabuhan Kalas Keses uaian

_ Sangal Sesuai o Darat _ Cukup Sesuai

Tidak Sesuai

Sumber 1 Citra Satelit Landsat 7ETM

Akuisisi 1 Januari 2006 2 Peta laut Selat Galasa 1 200000

DISHIDROS Th 2002 3 SUIYey lapang Th 2011

Dibuat oleh Sudirman Adibrata

72Q)O 7100raquo C252090051

Gambar 1 Peta tematik arahan kesesuaian kawasan

Tabe 6 Luas Arahan Kesesuaian Kawasan

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 12: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Keterangan BM = Baku Mutu DL = Detection LImIt

I

Tabel 7 Parameter Kimia dalam Air dan Ikan Kerapu

I

No Parameter BM DL Stasiun (Nilai Rata-rata dalam mgJl)

1 2 3 4 5

Kimia

1 Ammonia(NH3N) 0300 0003 0185 0142 0090 0153 0104

2 l1itrit (11011) 0002 0002 0002 0002 0002 0002

3 Nitrat (N03middotN) 0008 0001 0026 0039 0018 0018 0070

4 Orthophospat (PO P) 0015 0005 0005 0005 0005 0005 0005

Logam berat TimbaJ (Pb) 0050 0005 0019 0014 0026 0016 0024

Logam berat pada ikan kerapu 0050 0500 6500Timbal (Pb)

STRATEGI PENGELOLAAN BUDIDAYA KERAPU (FAMILI SERRANIDAE)

Berdasarkan luas kawasan yang sesuai dan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat dibangun 16700 unit KJA atau mampu menghidupi sebanyak 16700 kepala keluarga Halim (2003) menyebutkan bahwa persepsi kelompok nelayan kelas menengah sekitar 95 mengadopsi budidaya laut jenis kerapu sebagai lahan bisnis dan penghasilan alternatif Strategi pengembangan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok secara vertikal harus sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan adalah Bangka Selatan Makmur Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi sebagai berikut 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya

Manusia 2) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat 3) Menciptakan lk1im Usaha yang Kondusif

4) Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa

5) Meningkatkan lnfrastruktur yang Handal Dengan mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Bangka Selatan maka strategi pengembangan dan pengelolaan budidaya kerapu di perairan Pulau Pongok dapat diuraikan sebagai berikut

Penentuan dan Penataan Lokasi Budidaya Kerapu

Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu perlu adanya penjabaran berupa penentuan dan penataan lokasi budidaya kerapu Persoalan mikro seperti pemanfaatan lahan perairan Pulau Pongok yang belum dijalankan secara ekonomis dan profesional untuk

53

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 13: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

pengembangan budidaya laut merupakan konsekwel1si dari tokasi yang remote atau terpeneil dari daratan utama Kabupatel1 Bangka Selatan sehingga biaya pembal1gunan menjadi mahal Namun demikian dengan ditetapkannya Keeamatan Lepar Pongok sebagai lokasi budidaya taut yang tercantum dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan maka perlu adanya infOlmasi yang cukup detail mengenai komoditas apa dan penentuan serta penataan lokasi budi~aya yang paling sesuai untuk dilaksanakan agar investor dapat menanamkan modalnya di Kabupaten Bangka Selatan tanpa adanya ketakutan akan potensi konflik pemanfaatan ruang perairan termasuk muneulnya peneemaran Berdasarkan data dan informasi mengenai ijin usaha penambangan (IUP) bijih timah yang mencakup seluruh wilayah Propinsi Bangka Belitung tak terkeeuali di perairan PuJau Pongok jika dieksploitasi akan berpotensi memunculkan peneemaran dari pelumpuran dan logam berat Penelitian ini memberikan alternatif solusi

kepada pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan yaitu salah satu potens pengembangan budidaya laut di perairan Pulau Pongok adalah budidaya kerapu (Famili Serranidae) dengan kawasan yang sesuai berdasarkan parameter lingkungan seperti pada Gambar 1 Pemerintah daerah perlu menetapkan spot-spot yang paling realistis mengenai letak dan luasan lokasi untuk budidaya kerapu yang sudah mempershytimbangkan peruntukan Jainnya sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan mendapatkan kepastian lokasi usaha yang dijamin secara hukurn

Implementasi Model PengeJoJaan Berbasis Pokmas

Untuk menuju pernberdayaan ekonomi rakyat dan meneiptakan iklim usaha yang kondusif rnaka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan implementasi model pengeloJaan berbasis keJornpok masyarakat (pokmas)

160m 6Cm

10 0 0 0 0 iJIII~l601Om) lua~kowug5Cm dltlri KM tedU1r

10m

1OWlil K1A (5xl) 30m

lOm (0 810 0 0

10m

Gambar 2 Desain KJA per Pokmas

54

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 14: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Sebaiknya penangkapan ikan kerapu sunuk dari alam dapat tetap dilanjutkan namun harus dikontrol jangan sampai over eksploitasi Langkah mencari mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan budidaya ikan kerapu yang benihnya diperoleh dari hatchery seperti ikan kcrapu tikus dan kerapu macan agar sumberdaya pesisir dapat dikelola secara berkelanjutan Pola budidaya laut dapat ditawarkan berupa budidaya kerapu dengan sistem kelompok masyarakat (Gambar 2) yang lebih cocok diterapkan daripada mengundang investor berupa perusahaan atau jika mengundang investor maka harus membentuk pola inti plasma yang perjanjiannya harus diatur secara rinci Berdasarkan kondisi eksisting budidaya laut secara keseluruhan sebesar 13 ha (DKP Bangka Selatan tahun 2007) padahallokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Pongok saja sebesar 347466 ha maka masih terdapat sekitar 346166 ha yang potensial untuk diusahakan Berdasarkan daya dukung lingkungan dengan pendekatan fisik kawasan bahwa dalam kondisi maksimum dapat menghidupi pembudidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga Kondisi maksimum ini tentunya hanya sebagai acuan karen a dari lahan yang ada pasti masih diperlukan bagi peruntukan lainnya seperti kegiatan wisata selam memancing dan sebagainya sehingga perlu ditetapkan berdasarkan pertimbangan lainnya Dengan kondisi ini jika kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan didorong untuk menetapkan 10 saja dari acuan daya dukung maka luas kawasan untuk budidaya kerapu sebesar 34747 ha untuk dikelo la oleh 1670 kepala keluarga di Pulau Pongok dan Pulau CeJagen untuk menjadi pembudidaya ikan kerapu Melihat realitas perkembangan jumlah rumah tangga di kedua pulau ini sebesar 1251 kepala keluarga jika diambil 10 dan 1251 jumlah rumah tangga di Pulau Pong ok dan Pulau

Celagen maka sebanyak 125 kepala keluarga siap dibina menjadi pembudidaya ikan kerapu sistem KJA dan masih tersedia untuk 1545 kepala keluarga Dihubungkan dengan ketersediaan pakan ikan rucah untuk budidaya kerapu berdasarkan data ikan rucah sebesar 1200 tontahun di Kabupaten Bangka Selatan maka diperoleh rata-rata sebesar 100 tonJbulan Estimasi pakan ikan rucah ini mampu menopang sekitar 500 lobang KJA atau sekitar 125 unit KJA atau 125 kepala keluarga

Pemberdayaan ekonoml rakyat bertujuan agar rakyat berdaya dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki untuk dapat meningkatkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan yang dicita-citakan Kehidupan yang sejahtera tanpa membebani orshyang lain atau tidak memiliki utang dengan mengelola sumberdaya alam di wilayahnya secara berkelanjutan menjadi kunci kemandirian suatu wilayah dan rakyat dapat dikatakan berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri Untuk menuju hal semaeam ini maka peningkatan wawasan masyarakat menjadi penting dan salah satu upayanya adalah mendorong sumberdaya manusianya menjadi entrepreneur atau wirausaha dalam bentuk kelompok masyarakat pembudidaya kerapu sistem KJA atau popular dengan istilah ekonomi kerakyatan Mengembangkan ekonomi kerakyatan di pulau terpeneil dapat meningkatan kesempatan berusaha bagi setiap kepaJa keJuarga binaan dan dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya ekonomi lokal Berdasarkan penelitian ini pembelajaran yang baik diberikan oleh Bapak Hendri yang sudah menjadi pengusaha KJA di Pulau Pongok dan dapat menghidupi beberapa kepala keluarga dari usahanya Berdasarkan uraian di atas alternatif usaha ini akan memberikan multiflier effect terhadap kegiatan lainnya dan dapat memberikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabupaten Bangka Selatan

55

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 15: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Pembangunan Infrastruktur

Dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang handal maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembangunan infrastruktur terutama yang mendukung kelancaran arus barang dan jasa memacu terjadinya peningkatan investasi dan mendukung aktifitas perekonomian lokal seperti akses transportasi tel1nasuk perbaikan tempat pendaratan ikan peraJatan nelayan tangkap dermaga sarana transportasi regular pengadaan listrik 24 jam serta pengadaan air bersih Sampai saat ini pembelian peralatan nelayan tangkap di Pulau Pongok didominasi pembelian ke pusat kota Kabupaten Belitung daripada ke pusat kota

Kabupaten Bangka Selatan

Pembentukan Sistem Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menciptakan aparatur yang bersih dan berwibawa maka berdasarkan potensi untuk budidaya kerapu dapat dijabarkan dengan adanya pembentukan sistem kelembagaan yang dibina oleh aparatur pemerintah dan dijalankan oleh masyarakat lokal terpilih Adapun kelembagaan yang menunjang kegiatan budidaya kerapu di Pulau Pongok ini seperti I) Lembaga untuk mengelola keuangan

finansial permodalan Lembaga ini diharapkan dapat menjembatani akses permodalan serta kegiatan simpan pinjam semacam koperasi perbankan daerah atau BUMO di daerah

Z) Lembaga sarana produksi Lembaga ini diharapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam pengadaaan kerapu bibit unggul pakan buatan obat-obatan

pengelolaan penjualan atau pemasaran agar tidak terjadi monopoli yang merugikan pembudidaya kerapu

3) Lembaga penyuluhan Lembaga ini dihashyrapkan dapat membantu pembudidaya kerapu dalam meningkatkan wawasan mengenai kendala-kendala budidaya kerapu serta carashycara penanganan yang baik dalam budidaya kerapu sehingga ada tempat bertukar informasi ketika mendapat masalah Lembaga ini dapat menjadi bagian dad kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Kebijakan Pemerintah dalam Budidaya Kerapu

Kebijakan yang diperlukan dalam peshyngembangan budidaya kerapu diantaranya 1) Kebijakan pemerintah pus at mengenai alur

laut kepulauan Indonesia yang melintasi Kabupaten Bangka Selatan agar kapal asing dapat singgah sehingga komoditi perikanan dapat saluran ekspor ke luar negeri

2) Kebijakan pemerintah daerah terkait daya dukung lingkungan di perairan Pulau Pongok agar tidak ada aktivitas penambangan timah di Kecamatan Lepar Pongok baik TI (tambang inkonvensional) milik rakyat maupun tambang skala perusahaan

3) Kebijakan pembangunan hatchery untuk komoditas kerapu agar sumber benih yang unggul menjadi de kat dengan lokasi pemshybudidaya

4) Kebijakan insentif untuk pembudidaya kerapu agar lebih bersemangat menjadi enshy

trepreneur atau wirausaha misalnya pinjaman modal dipermudah dan berbunga rendah

56

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 16: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

KESIMPl1LAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

1) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pong ok dengan mengacu pada KepmenLH No 51 tahun 2004 dinyatakan kondisi perairan masih di bawah ambang batas kecuali nilai logam berat Pb pad a daging ikan kerapu sudah di at as ambang batas dan perlu penelitian lanjutan

2) Daya dukung lingkungan perairan Pulau Pongok dengan 347466 ha kawasan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA adalah sebanyak 1670 kelompok masyarakat atau setara dengan 16700 uni t KJA atau maksimum dapat menghidupi pem budidaya ikan kerapu sebanyak 16700 kepala keluarga atau setara dengan 66800 lobang KJA

3) Strategi pengelolaan budidaya kerapu perlu ditempuh seperti penentuan dan penataan lokasi budidaya implementasi model berbentuk kelompok masyarakat pemshybangunan infrastruktur pembentukan sistem kelembagaan dan kebijakan pemerintah daerah terkait budidaya kerapu

Saran

1) Bagi pemerintah daerah pengambil kebijakan investor dan masyarakat dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikan pengelolaan budidaya kerapu dengan sistem KJA

2) Untuk melengkapi informasi mengenai pengelolaan sumberdaya ikan kerapu maka dapat dilakukan kajian mengenai stok ikan kerapu sun uk di perairan Kabupaten Bangka Selatan dan pengambilan data parameter lingkungan yang cukup ban yak termasuk data logam berat pada biota

[BOST Center] Bangka Belitung Ocean Science and Technology Center Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Bangka BeJitung 20 I]

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Budun

Perencanaaan Pembangunan dan Penanaman Modal Dacrah Kabuputcn Bangka Selatan 2010 Bangka Selatan DalamAngka 2010

[BPS dan BPPPMD Kabupaten Bangka Selatan] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaaan Pem bangunan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bangka Selatan 2010 Kecamatan Lepar Pongok Dalam Angka 20 10

[KepmenLH No 51 tahun 2004] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Jakarta

[Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan nomor 10 tahun 2011] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun 2010 shy2014 Toboli

[Undang-undang Rl No 27 tahun 2007] Penge10laan Wilayah Pesisir dan Pulaushypulau Kecil Jakarta

[Undang-undang RI No 31 tahun 2004] Perikanan Jakarta

Afero E S Miao dan AA Perez 2010 Ecoshynomic analysis of tiger grouper Epinephelus Juscoguttatus and humpback grouper Cromileptes altivelis commercial cage culture in Indonesia Aquaculture Inshyternational Vol 18 Issue 5

57

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil
Page 17: Jurna. - msp.fpik.ipb.ac.id · Sangat 5 . terlindung . 3 . terbuka . 1 . ... terdiri dari 4 lobang KJA dan 1 rumah jaga ... pembeli dari Hongkong. Kapal dari Hongkong

Ali 2003 Penentuan Lokasi dan Estimasi Daya Dukung Lingkungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem keramba Jaring Apung di Perairan Padang Cermin Lampung Selatan Tesis SPs IPB

Calado H Quentela A dan Porteiro J 2007 Integrated Coastal Zone Management Strategies on Small Islands Journal of Coastal Research Special Issue 50 125shy129

Chiappone M R Sluka dan KS Sealey 2000 Groupers (Pisces Serranidae) in fished and protected areas of the Florida Keys Bahashymas and northern Caribbean Marine Ecolshyogy Progress Series Vol 198 261-272

Cicin-Sain B dan Knecht RW 1998 Integrated coastal and ocean management Concept and practices Island Press Washington DC Covelo California

Dahuri R Rais J SP Ginting dan MJ Sitepu 2001 Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu PT Pradnya Paramita Jakarta

Djamali A Mayunar KA Azis M Boer l Widodo dan A Ghofar 2001 Perikanan Kerapu di Perairan Indonesia Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan laut dan PKSPL IPB Bogor

Djamali A Soegianto Mayunar Prapto D Parino dan Sugestiningsih 2009 Identifikasi Potensi Sumberdaya Laut dan Lingkungan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Behtung Kerjasama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan Jakarta

Halim A 2001 Grouper culture An option for grouper management in Indonesia Coastal lvfanagement Vol 29 319-326

Halim A 2003 A prospect for adopti on ofgroushyper mariculture in Indonesia Marine Policy 27 159-167Hartami P 2008 Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Kawasan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung Tesis SPs IPB

Mous Pl Y Sadovy A Halim dan JS Pet 2006 Capture for culture artificial shelshyters for grouper collection in SE Asia Fish and Fisheries Vol 7 58-72

Sunyoto P 1993 Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung PT Penebar Swadaya Jakarta

58

  • Pak Fred
  • Pesisir danPulau2 kecil