jurding apendisitis

3
Appendicitis akut pada usia lanjut: faktor resiko perforasi Abdelkarim H Omari, Muhammad R Khammash, Ghazi R Qasaimeh, Ahmed K Shammari, Mohammad K Bani Yaseen dan Sahel K Hammori Abstrak Latar belakang: apendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi tersering dan dapat diperparah jika terjadi perforasi. Perforasi lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko apendicitis akut perforasi pada pasien usia lanjut. Metedologi: pengumpulan data menggunakan metode retrospektif dari rekam medis pada 214 pasien berusia lebih dari 60 dengan diagnosis apendicitis akut selama 10 tahun (2003-2013). Pasien dibagi menjadi kelompok apendisitis akut perforasi dan apendisitis akut tanpa perforasi. Pembanding pada kelompok ialah demorafi, gejala klinis, dan lama penundaan operasi, diagnosis, lama dirawat, dan komplikasi postoperatif. Diagnosis klinis, Ultrasonography dan computerized tomography digunakan untuk menegakan diagnosis. Insidensi terjadinya perforasi juga dibandingkan dengan laporan sebelumnya pada wilayah tersebut pada 10 tahun terakhir. Hasil: selama penelitian total pasien sebanyak 214 pasien dengan usia diatas 60 tahun dengan apendisitis akut, terdiri dari 103 pria dan 111 wanita. Apendisitis perforasi ditemukan pada 87 pasien (41%), terdiri dari 46 pria (53%), dan 41 wanita (47%). Dari semua pasien 31 % dapat didiagnosis dari gejala klinis, 40% menggunakan USG dan 29% menggunakan CT scan. Dari seluruh faktor resiko yang diteliti, faktor resiko terbesar terjadinya perforasi adalah keterlambatan pasien masuk rumah sakit. Rata-rata terjadinya perforasi tidak berhubungan dengan presentasi komorbiditas penyakit maupun keterlambatan rumah sakit. Komplikasi post operatif pada 44 pasien (21%) dan komplikasi por operatif 3 kali lebih sering pada kelompok perforasi, 33 pasien (75%) pada kelompok

Upload: asiah-abdillah

Post on 11-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

jurnal reading appendicitis

TRANSCRIPT

Appendicitis akut pada usia lanjut: faktor resiko perforasiAbdelkarim H Omari, Muhammad R Khammash, Ghazi R Qasaimeh, Ahmed K Shammari, Mohammad K Bani Yaseen dan Sahel K Hammori

Abstrak

Latar belakang: apendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi tersering dan dapat diperparah jika terjadi perforasi. Perforasi lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko apendicitis akut perforasi pada pasien usia lanjut.Metedologi: pengumpulan data menggunakan metode retrospektif dari rekam medis pada 214 pasien berusia lebih dari 60 dengan diagnosis apendicitis akut selama 10 tahun (2003-2013). Pasien dibagi menjadi kelompok apendisitis akut perforasi dan apendisitis akut tanpa perforasi. Pembanding pada kelompok ialah demorafi, gejala klinis, dan lama penundaan operasi, diagnosis, lama dirawat, dan komplikasi postoperatif. Diagnosis klinis, Ultrasonography dan computerized tomography digunakan untuk menegakan diagnosis. Insidensi terjadinya perforasi juga dibandingkan dengan laporan sebelumnya pada wilayah tersebut pada 10 tahun terakhir.Hasil: selama penelitian total pasien sebanyak 214 pasien dengan usia diatas 60 tahun dengan apendisitis akut, terdiri dari 103 pria dan 111 wanita. Apendisitis perforasi ditemukan pada 87 pasien (41%), terdiri dari 46 pria (53%), dan 41 wanita (47%). Dari semua pasien 31 % dapat didiagnosis dari gejala klinis, 40% menggunakan USG dan 29% menggunakan CT scan. Dari seluruh faktor resiko yang diteliti, faktor resiko terbesar terjadinya perforasi adalah keterlambatan pasien masuk rumah sakit. Rata-rata terjadinya perforasi tidak berhubungan dengan presentasi komorbiditas penyakit maupun keterlambatan rumah sakit. Komplikasi post operatif pada 44 pasien (21%) dan komplikasi por operatif 3 kali lebih sering pada kelompok perforasi, 33 pasien (75%) pada kelompok perforasi dan 11 pasien (25%) kelompok non perforasi. Diantaranya terdapat 6 pasien (3%) meninggal, 4 pasien pada kelompok perforasi, 2 pasien kelompok nonperforasi.Kesimpulan: apendisitis akut pada pasien usia lanjut merupakan penyakit serius yang memputuhkan diagnosis dan penatalaksanaan segera. Apendisitis perforasi meningkatkan angka kesakitan dan kematian pasien. Semua pasien usia lanjut dengan keluhan nyeri abdomen harus diterima rumah sakit dan diselidiki. Penggunaan CT scan dapat mempersingkat waktu untuk penatalaksanan.Kata kunci: apendisitis akut, perforasi apendix, apendisitis akut pada usia lanjut, usia dan apendisitis, peritonitis.

Pendahuluan

Apendisitis akut masih merupakan kasus tersering bedah digestiv emergensi dengan insidensi masa hidup 7%. Apendisitis akut sering ditemukan pada pasien usia muda dan 5-10% terjadi pada usia lanjut. Walaupun insidensi kasus pada usia lanjut meningkat berdasarkan meningkatnya usia harapan hidup.Dibandingkan dengan kelompok usia muda, pasien usia lanjut memiliki lebih banyak penyakit utama dan penurunan respon fisiologi tubuh sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.

Selain itu sering terjadi gejala tidak khas dan keterlambatan penanganan medis berhubungan dengan terlambatnya diagnosis dan penatalaksanaan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Prognosis pada apendisitis tanpa komplikasi pada usia muda maupun usia lanjut hampir seimbang. Bagaimanpun perburukan kondisi pada perforasi dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortilitas.Penelitian ini juga digunakan untuk meningkatkan kepahaman klinis pada faktor-faktor penyebab perforasi dan diharapkan dapat mengurangi insidensi, penulis mengulas rekam medis seluruh pasien berusia diatas 60 tahun dengan diagnosis pasti apensidistis akut selama 10 tahun. Penulis memastikan angka perforasi apendix dan faktor yang mempengaruhi perforasi termasuk data demografi, keterlambatan pemberian bantuan medis, keterlambatan diagnosis dan pengobatan serta komorbiditas penyakit.selain itu penulis meneliti simptomatis yang muncul dan gejala klinis, penemuan laboratorium, penggunaan radiologi, komplikasi dan lama dirawat.Perbandingan antara kelompok perforasi dan nonperforasi dibuat berdasarkan variabel diatas. Untuk tambahan, penulis membandingkan hasil yang didapatkan dengan penelitian lain yang telah dilakukan pada wilayah yang sama 10 tahun sebelumnya.

Metodologi

Rekam medis semua pasien (usia 60 tahun keatas) yang dilakukan appendectomy pada 3 rumah sakit pendidikan utama di Jordan barat mulai 1 januari 2003 hingga akhir desember 2012 dengan menggunakan metode retrospektif. Ketiga rumah sakit ini dengan total 1000 tempat tidur ----. Data dikumpulkan menggunakan sistem komputerisasi Rumah Sakit King Abdulla University Hospital (KAUH) dan secara manual dari registrasi pasien di rumah sakit putri basma dan rumah sakit pangeran rashid.

Penulis mengidentifikasi seluruh pasien yang dilakukan appendectomy selama penelitian berlangsung. Berdasarkan dari kasus yang ada dan dengan menggunakan histopatologi dan laporan operasi, penulis memisahkan semua pasien yang memiliki normal atau apependectomy insidental dengan disertai rekam medis yang tidak lengkap.