jules kolokium

157
I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu kegiatan mutlak manusia adalah “Hiburan”. Hiburan adalah suatu tempat dimana manusia dapat hidup dengan bahagia dan tidak harus sangat serius. Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia,seperti yang kita ketahui kota Medan sendiri memiliki banyak potensi baik itu dari alam maupun dari manusianya untuk berkembang. Hal ini didukung juga potensi lain yang dimiliki dari manusianya, seperti yang kita ketahui bagi masyarakat kota pada umumnya untuk mendapatkan hiburan yang dapat melepaskan lelah bagi mereka yang telah bekerja sepanjang hari maka mereka memerlukan hiburan di malam hari. Akan tetapi untuk dapat memenuhi kebutuhan akan hiburan yang bisa menjadi sasaran yang tepat bagi setiap orang yang berkunjung ke pusat hiburan yang direncanakan di kota Medan, dan semua itu hanya diperuntukkan bagi masyarakat kota Medan. Seperti yang kita ketahui di Indonesia sekarang ini, selalu terdengar atau terlihat di media cetak dan elektronik (televisi) tentang perihal perlakuan orang – orang yang berkelakuan aneh (drug’s, free sex, dan lain-lain) pada malam hari terutama di tempat – tempat hiburan yang sering dijumpai pada kota – kota besar yang ada di dunia pada umumnya.Di kota Medan diharapkan nantinya tidak akan terdapat hal – hal yang seperti diatas.Adapun semua ini bertujuan sebagai salah satu 1

Upload: ynyksm

Post on 23-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ADA AJA

TRANSCRIPT

Page 1: Jules Kolokium

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Salah satu kegiatan mutlak manusia adalah “Hiburan”.

Hiburan adalah suatu tempat dimana manusia dapat hidup dengan bahagia dan tidak

harus sangat serius.

Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia,seperti yang kita ketahui

kota Medan sendiri memiliki banyak potensi baik itu dari alam maupun dari manusianya

untuk berkembang. Hal ini didukung juga potensi lain yang dimiliki dari manusianya,

seperti yang kita ketahui bagi masyarakat kota pada umumnya untuk mendapatkan hiburan

yang dapat melepaskan lelah bagi mereka yang telah bekerja sepanjang hari maka mereka

memerlukan hiburan di malam hari. Akan tetapi untuk dapat memenuhi kebutuhan akan

hiburan yang bisa menjadi sasaran yang tepat bagi setiap orang yang berkunjung ke pusat

hiburan yang direncanakan di kota Medan, dan semua itu hanya diperuntukkan bagi

masyarakat kota Medan.

Seperti yang kita ketahui di Indonesia sekarang ini, selalu terdengar atau terlihat di

media cetak dan elektronik (televisi) tentang perihal perlakuan orang – orang yang

berkelakuan aneh (drug’s, free sex, dan lain-lain) pada malam hari terutama di tempat –

tempat hiburan yang sering dijumpai pada kota – kota besar yang ada di dunia pada

umumnya.Di kota Medan diharapkan nantinya tidak akan terdapat hal – hal yang seperti

diatas.Adapun semua ini bertujuan sebagai salah satu sarana hiburan yang memberikan

kesan positif pada masyarakat kota Medan yang aman dan tertib dari narkoba dan

kehidupan bebas pada malam hari bagi generasi muda.

Sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara, menuju kota metropolitan ”Medan

Diskotik & Karaoke” ini yang direncanakan dibangun di tengah keramaian dan hiruk

pikuk kesibukan masyarakat yang kompleks ini dapat memberikan hiburan kepada para

pengunjung yang nantinya akan datang.

“Medan Diskotik & Karaoke” ini dibuat tidak hanya untuk hiburan semata -

semata akan tetapi juga menyediakan tempat untuk bersosialisasi antara sesama mitra kerja

dalam membina hubungan kerja yang lebih baik lagi dalam satu pertemuan yang nonformal

yang diadakan pada ”Medan Diskotik & Karaoke”

1

Page 2: Jules Kolokium

Dasar-dasar pemikiran seperti yang tercantum pada penjelasan di ataslah yang

mendorong penyusun untuk mengangkat suatu topik mengenai ”Medan Diskotik &

Karaoke”yang mana melalui proyek fiktif diharapkan dapat mencapai suatu realisasi

pada kehidupan nyata.

I. 2. Maksud dan tujuan

Adapun maksud dari ”Medan Diskotik & Karaoke”adalah :

Menciptakan wadah bagi masyarakat untuk dapat bersosialisasi.

Sebagai tempat berkumpulnya masyarakat kota Medan melepaskan lelah.

Sedangkan tujuan ”Medan Diskotik & Karaoke” adalah :

Tempat hiburan dan Entertainment yang ada di Medan.

Menjadikan suatu wadah/tempat yang dapat memberikan lowongan pekerjaan.

Dapat menjadi land mark kota Medan.

I.3. Masalah Perancangan

Bagaimana mewujudkan ”Medan Diskotik & Karaoke”agar dapat

memberikan kenyamanan pada masyarakat muda yang mau berkarya dan berprestasi

di bidang Entertainment.

Bagaimana mewujudkan ”Medan Diskotik & Karaoke”menjadi tempat

berkunjung yang menarik bagi masyarakat kota Medan.

Bagaimana mempengaruhi masyarakat agar dapat mengetahui ”Medan Diskotik

& Karaoke” dengan terbuka tanpa harus memasuki atau mengunjunginya terlebih

dahulu.

Bagaimana mewujudkan suatu ”Medan Diskotik & Karaoke”yang dapat

menjadi tempat berkumpulnya para muda – mudi kota Medan.

Bagaimana memadukan berbagai kegiatan Entertainment, didalam satu

wadah hiburan yaitu ”Medan Diskotik & Karaoke”

Bagaimana mengolah karakter dan tampilan suatu bangunan agar serasi dengan

fungsi dan tema serta menarik minat para pengunjung.

2

Page 3: Jules Kolokium

I. 4. Metode Pendekatan

Menciptakan suatu tempat ( media ) yang dapat membuat orang tertarik untuk

masuk dan menikmati hiburan yang ada di dalam ”Medan Diskotik & Karaoke”..

Menjadikan hiburan ini sebagai salah satu keunggulan yang ada di kota Medan yang tidak

dimiliki oleh kota-kota lain di Indonesia.”Medan Diskotik & Karaoke”direncanakan

pada tempat yang khusus dan pencapaian ke site yang mudah di dalam peta.Membuat

”Medan Diskotik & Karaoke”ini dapat menyatu dan menghidupkan lingkungan

sekitarnya, contohnya melakukan pendekatan pada pengolahan dan suasana yang tercipta

dari tapak dan bangunan.

I. 5. Lingkup dan Batasan permasalahan

Pembatasan dititikberatkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan

perencanaan dan perancangan arsitektur pada bangunan.Perencanaan tempat ”Medan

Diskotik & Karaoke”yang nyaman serta bermanfaat dan pengolahan terhadap

lingkungan sekitar agar dapat mendukung keberadaan tempat ”Medan Diskotik &

Karaoke”

3

Page 4: Jules Kolokium

I.6. Kerangka Berpikir

Diagram 1. Kerangka berpikir

4

Latar belakang

Maksud dan tujuan

Permasalahan

Data

Analisa

Konsep

Desain

Data non fisik a.Aktivitasb.Studi kasusc.Wawancara

Data fisik a.Lingkungan b.Tapak

Studi Banding

Umpan Balik

Judul

Ide/Gagasan

Latar belakang

Maksud dan tujuan

Permasalahan

Data

Analisa

Konsep

Desain

Data non fisik a.Aktivitasb.Studi kasusc.Wawancara

Data fisik a.Lingkungan b.Tapak

Studi Banding

Umpan Balik

Judul

Ide/Gagasan

Page 5: Jules Kolokium

I. 7. Sistematika Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan,

metode pendekatan, lingkup dan batasan, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Merupakan pembahasan tentang ”Medan Diskotik & Karaoke” dan studi

banding proyek sejenis.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Merupakan tinjauan tentang pengertian ”Medan Diskotik & Karaoke”secara

umum dan khusus, pengertian dan interpretasi terhadap tema perancangan, studi banding

tema, serta pemilihan lokasi tapak.

BAB IV ANALISA

Merupakan analisa terhadap proyek yang berisi analisa terhadap data-data fisik dan

non fisik, serta analisa terhadap program ruang dan besaran yang dibutuhkan.

BAB V KONSEP

Merupakan konsep-konsep perencanaan dan perancangan yang berkaitan dengan

”Medan Diskotik & Karaoke”yang berupa konsep fungsional, konsep perencanaan

tapak dan konsep perancangan bangunan, yang dijadikan pegangan dalam mewujudkan

perancangan.

5

Page 6: Jules Kolokium

II. TINJAUAN UMUM

II. 1. TERMINOLOGI JUDUL

II. 1.1 MEDAN DISKOTIK & KARAOKE

Pengertian :

Medan : Suatu tempat yang menjadi ibikota propinsi Sumatera Utara.

Diskotik : Suatu tempat untuk bersantai dan berdisko dengan iringan musik keras dari

Piringan hitam.

Karaoke : Suatu tempat khusus untuk menyalurkan hobi bernyanyi dengan saluran mic.

”MEDAN DISKOTIK & KARAOKE”:

Sebagai suatu tempat yang menjadi tempat bersantai dan tempat menyalurkan hobi

bernyanyi yang terdapat di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Kesimpulan :

”Medan Diskotik & Karaoke”merupakan suatu tempat atau wadah untuk

melepaskan kelelahan dan kepenatan bagi para masyarakat yang sibuk dalam pekerjaannya,

dan juga merupakan suatu tempat atau dunia baru bagi para pengunjung baik dari dalam

kota maupun dari luar kota untuk menikmati suasana malam kota Medan yang telah di tata

melalui sentuhan artistik dari tangan para perancang (Arsitek) Entertainment Indonesia

khususnya di Medan, serta menjadi tempat yang dapat menyalurkan hobi sehingga dapat

merasakan kesenangan atau hiburan.

6

Page 7: Jules Kolokium

II. 1.2. TINJAUAN MEDAN DISKOTIK &KARAOKE

”Medan Diskotik & Karaoke” adalah sebagai tempat dimana manusia dapat

melepaskan kepenatan pada malam hari dari kesibukan yang telah dilakukan pada siang

hari.

Medan Diskotik & Karaoke ditinjau dari segi rekreasi :

sebagai tempat rekreasi1:

√ Menurut Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Nomor KM 70 /

PW.105 / MPP / 85, tempat rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat

dan berbagai jenis fasilitas unutk memberikan kesegaran fisik dan rohani yang

mengandung unsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di

suatu kawasan tertentu dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa makan,

minum dan akomodasi.

Persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki oleh tempat rekreasi :

√ Menurut “Persyaratan Teknik Tempat Rekreasi” yang dikeluarkan oleh Dirjen

Parpostel Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi tahun 1985:

1. Persyaratan Umum

Lokasi mudah dicapai dengan kendaraan bermotor sesuai dengan tata

perencanaan Tata Kota dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

Daerah, bebas banjir, bebas dari bau yang tidak enak, debu dan asap serta

banjir yang tercemar.

Lahan sekurang-kurangnya 1.5 Ha, lahan diusahakan harus ditata dan dibagi

lebih lanjut agar sesuai.

Bangunan harus memenuhi ketentuan tata bangunan dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, gaya disesuaikan dengan

kondisi lingkungan dan fungsi.

Pintu gerbang dilengkapi dengan jalur masuk dan keluar yang terpisah,

tersedia penjualan karcis dan papan nama yang jelas dan mudah dibaca

umum.

1 Maria Rosmawati, Laporan Tugas Akhir, Tempat Rekreasi Permainan “Deli Dunia Fantasi “2001, USU Medan.

7

Page 8: Jules Kolokium

Tempat parkir yang tersedia harus cukup luas dan kondisinya memadai (jika

perlu lahan tidak cukup dapat dibuat gedung parkir) dan disediakan lahan

parkir untuk parkir bus.

2. Fasilitas yang harus tersedia

Pertamanan dengan lahan terbuka yang ditumbuhi rumput,

tanaman hias atau bunga dan pohon peneduh, dilengkapi dengan jalan taman

dan tempat duduk.

Arena bermain anak-anak teduh dan nyaman, disediakan

fasilitas bermain yang mengandung unsur hiburan, kebudayaan dan

pendidikan.

Fasilitas rekreasi dan hiburan sekurang-kurangnya 3 jenis

sarana rekreasi yang mengandung unsur hiburan, kebudayaan, dan

pendidikan.

Fasilitas pelayanan umum dan pendukung : kantor

pengelola, tempat penerangan / informasi, lavatory yang cukup, tempat

sampah, P3K yang cukup dan pos keamanan.

Instalasi teknik / utilitas : tersedia sumber listrik dengan

daya cukup, memenuhi peraturan yang cukup, tersedia sumber air yang

bersih, tiap bangunan dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran,

mempunyai sistem suara yang baik dan dapat digunakan untuk yang lainnya,

dan drainase yang baik.

3. Fasilitas pelengkap

Jasa pelayanan makan dan minum

Fasilitas akomodasi

Lain-lain : tempat penjualan cindera mata, barang keperluan

lainnya, tempat ibadah, angkutan dalam tempat rekreasi (jika lahan luas) dan

pramuwisata

II.2. Aspek –aspek Perencanaan Bangunan

II.2.1.Pembagian Area dalam Perancangan

Dalam perancangan suatu Bangunan Diskotik & Karaoke ada beberapa kategorisasi

area yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang khusus. Di dalam buku “University Space

8

Page 9: Jules Kolokium

Planing ( Harlan D. Bareither dan Jerry L.Schillinger ).Kategorisasi area tersebut meliputi,

antara lain :

1)Total Area

2)Luas Jaringan area yang dapat dimanfaatkan

3)Area Pemeliharaan

4)Area Sirkulasi

5)Area Mekanika

6)Area Konstruksi

7)Area Interior

II.2.2. Penciptaan Fisik dan Identitas Arsitektur.

Didalam perancangan fisik Bangunan Diskotik & Karaoke kita mengenal beberapa

model bentuk dan pola organisasi fisik bangunan. Dalam buku “Architecture of Learning”

karangan Robert Powell, kategori bentuk fisik dan pola organisasi bangunan terdiri dari :

1) Bentuk Linear

Pada bentuk Linear, bangunan diatur dalam pola yang Linear. Jalur sirkulasi pada

bangunan ini memiliki pola ruang-ruang diatur disisi-sisi bangunan sehingga terbentuk

suatu jalur koridor yang lurus.

2) Bentuk “ Courtyard” Pekarangan Terbuka

Bentuk bangunan ini memiliki beberapa pekarangan dalam yang diapit oleh

bangunan di sekelilingnya. Dengan pola ini, dalam bangunan terbentuk beberapa ruang

terbuka.

3) Bentuk Bastar

Pada bentuk ini, bangunan tidak memiliki bentuk yang teratur. Jalur sirkulasinya

tidak beraturan. Bagian-bagian bangunan diatur dengan pola yang tidak simetris.Pola ini

bukanlah pola yang standar. Bisa saja terjadi dalam perkembangan bangunan selanjutnya,

dan diatur dalam pola lain yang berbeda dari pola yang telah ada sebelumnya.

Perancangan bangunan juga perlu mempertimbangkan tercapainya beberapa hal2,

yaitu :

Kontrol kebisingan/akustik

Kenyamanan termal

Orientasi

Pencahayaan yang cukup2 Powell, Robert : Architecture of learning : Akademia : 2001 : Singapore : hal, 48.

9

Page 10: Jules Kolokium

III. TINJAUAN KHUSUS

III.1. Elaborasi dan Interpretasi Tema

Pengertian Tema

Tema yang diterapkan dalam “MEDAN DISKOTIK & KARAOKE” ini adalah :

“ Arsitektur High-Tech pada bangunan Medan Diskotik & Karaoke.”

Pengertian High-Tech itu bukan terletak pada kemajuan teknologi (seperti memindahkan

sesuatu dengan robot ) tetapi terletak pada penonjolan bahan yang diterapkan pada

bangunan atau eksterior ( material bangunan ).

III.1.1. Latar Belakang Pemilihan Tema

Dalam merencanakan “Medan Diskotik&Karaoke”,manusia membutuhkan

teknologi sebagai suatu sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan kesinambungan dari

“Medan Diskotik & Karaoke” karena “Medan Diskotik & Karaoke”

merupakan tempat bagi semua orang yang ingin mewujudkan impiannya di dunia

entertainment.

Dalam desain ini, konsep High-Tech dominan diterapkan pada struktur bangunan

yang menggunakan bahan tiang pancang, pondasi telapak dan WF ( baja ) serta juga

diterapkan pada eksterior.

Kebutuhan akan teknologi inilah yang menjadi dasar pemikiran bagi penyusun

untuk menerapkan tema arsitektur High-Tech ke dalam rancangan bangunan “Medan

Diskotik & Karaoke” nantinya.

10

Page 11: Jules Kolokium

III.1.2. Penerapan Tema pada Bangunan dan Lingkupnya

Perancangan pada “Medan Diskotik & Karaoke” menggunakan Tema

Arsitektur High-Tech yang diterapkan pada bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke”.

“Medan Diskotik & Karaoke” terbagi menjadi 3 area yang masing-

masing area mempunyai fungsi yang berbeda-beda.Adapun area yang dimaksud antara

lain :

1. Area outdoor : yaitu dimana tempat ini digunakan sebagai tempat hiburan

yang ada di lingkungan terbuka.( landscape).

2. Area indoor: yaitu dimana tempat ini digunakan sebagai tempat hiburan

yang ada di dalam ruangan dimana para pengunjungnya tidak berada pada

lingkungan yang terbuka dan aktivitas yang dilakukan ada didalam ruangan

tertutup.

3. Area service: yaitu dimana area ini juga digunakan sebagai tempat service

saja bagi pengelola area ini merupakan area khusus yang dapat

mempermudah sirkulasi pengelola.

III.2. Penjabaran Tema

III.2.1. Arsitektur High-Tech

Arsitektur High-Tech merupakan suatu gaya desain dengan penggunaan bahan-

bahan perindustrian, seperti misalnya metal, system penaburan, baja dan sebagainya,

yang mana digabungkan atau diterapkan kedalam dekorasi bangunan. 3

Kritikus arsitektur Charles Jencks menyebutkan bahwa bangunan High-Tech

sebagai bentuk kedua dari mesin canggih.4Kebanyakan bangunan High-Tech yang ada

sekarang adalah merupakan hasil pemikiran dari grup Archigram pada tahun 1960

dengan dengan ide bahwa bangunan yang dapat berpindah dan dapat dirakit berdasarkan

element-element oleh para Arsitek dinyatakan sebagai ‘Teknologi Alternatif’. Ide ini

3 Suyanto Pali, “Pusat Hiburan Malam “, Laporan Tugas Akhir ISTP, jurusan Teknik Arsitek, th 1999, yang dikutip dari Portland House, hal 1989.4 Pell Lucy, Powell polly, Garrett Alexander, An Introduction to 20th Century Architecture, Grange Book, 119889, hal .96

11

Page 12: Jules Kolokium

sebenarnya sudah ada sejak 100 tahun yang lalu, dengan bukti keberadaan menara Eiffel

di Paris dan Pampidou Centre yang juga merupakan salah satu bangunan yang berada di

Paris. Kedua bangunan ini memiliki kesamaan, dimana kedua bangunan ini mengekspos

struktur dari bangunannya.

Sejalan dengan waktu, istilah tersebut semakin umum digunakan, namun arsitek-

arsitek High-Tech lebih memilih untuk menggunakan istilah ‘Teknologi Tepat Guna ‘,

Sebuah istilah yang dinilai ‘Ambisius’. Arsitektur High-Tech mempunyai makna yang

berbeda dengan industri High-Tech.Dalam industri, High-Tech bermakna elektronik,

komputer silikon, robot dan yang lain sejenisnya; sedangkan dalam arsitektur High-Tech

sebagai suatu langgam. Tepatnya merupakan bagian dari 32 langgam arsitektur Post-Mo.5

Berdasarkan buku ‘Architecture Today’ karangan James Steele, arsitektur High-

Tech, mencerminkan suatu upaya membangkitkan kembali aliran Modern Awal, dan

dalam hal ini, pelopor seperti Mies Van der Rohe, meyakini bahwa arsitektur modern

seharusnya mengekspresikan teknologi daripada era ataupun zaman yang ada. Sesudah

Perang Dunia II berakhir, kritik mengenai kelangsungan dan kegagalan daripada

arsitektur modern semakin meningkat jumlahnya.

Di Amerika Serikat, istilah High-Tech memang merujuk kepada pengertian

langgam, sedangkan di Inggris, pengertian akan High-Tech ini lebih mendalam, dimana

High-Tech tidak berhubungan sama sekali dengan High Technology,sebagaimana Gothic

tidak berhubungan dengan Goths (salah satu suku bangsa Jerman dengan luasan wilayah

dari Baltic sampai ke laut Hitam, dan pada abad ke-3 Masehi menyerang kekaisaran

Romawi).

Secara ringkas dapat di katakan bahwa pengertian arsitektur High-Tech adalah :

1. Meletakkan fleksibilitas penggunaan sebagai prioritas.

2. Arsitektur yang mempunyai karakteristik material baja dan kaca.

3. Pada pokoknya mengikuti ekspresi ‘kejujuran‘ suatu bangunan (seperti pada

aliran modernisme Mies Van der Rohe).

4. Biasanya membubuhi ide-ide tentang produksi industri.

5 Thesis Bapak Ir. Drs. Dien S. Halim, Msc.

12

Page 13: Jules Kolokium

III.2.2. Penerapan Arsitektur High-Tech

III.2.2.1. Studi Banding Tema Sejenis

Untuk mempermudah dalam mengartikan penerapan arsitektur High-Tech

kedalam bangunan, berikut ini merupakan contoh-contoh bangunan yang dirancang

dalam 20 tahun terakhir ini oleh para arsitek yang beraliran arsitektur High-Tech, seperti:

1. RICHARD ROGERS

Llyod’s building, London, 1978-86.

House in Wimbledo, London, 1968-9.

Pampidou Centre, Paris, 1971-7 ( bersama dengan Renzo Piano )

European Court of Human Righ, Strasbourg, 1995.

Channel 4 Headquarters, London, 1994.

2. NICHOLAS GRIMSHAW

Office building for digital

Financial Times Print Works, London, 1988.

Western Morning News Building, Plymouth, 1993.

Waterloo International Terminal, London, 1993.

Wore House for Herman Milter.

IBM Sports Hall

Ice Rink, Oxford.

Office and Workshop for Lodkarn Ltd.

3. MICHAEL HOPKINS

Mound stand, Lord’s Criket Ground, London, 1987.

Schlumberger Research Centre, Cambridge, 1985 dan 1992.

Glyndebourne Opera House, Sussex, 1989-94.

Draught beer Departement, Greene king.

‘Patera’ Nursey industrial Units.

Enclosure of Shopping Centre, Basildon.

Abbey Hill Golf club, Milton Keynes.

13

Page 14: Jules Kolokium

Ada beberapa eksponen High-Tech, namun tidak semua dari mereka orang Inggris.

Keempat orang yang disebut diatas merupakan pimpinan dari gerakan ini ( jika dapat

dikatakan sebagai sebuah gerakan ). Tidak ada konferensi ataupun pernyataan, namun

hampir semua anggotanya mempunyai latar belakang pendidikan yang sama dan

mengenal secara baik antara satu dengan yang lainnya. Mereka telah bekerja di kantor

masing-masing dan saling bertukar pendapat dan ide ataupun masukan, kadang-kadang

terlibat kerjasama, dan disaat lain terlibat ke dalam persaingan.

Banyak pendapat yang mencoba untuk menjelaskan alasan gaya ini lebih banyak

dibangun di Inggris daripada di negara lain, antara lain:

1. Bisa jadi merupakan suatu nostalgia akan kejayaan kerajaan pada masa Revolusi

Industri.

2. Meneruskan tradisi pugin yang berpendapat bahwa:

“ Tidak ada penampilan suatu bangunan yang tidak berhubungan dengan segi

kenyamanan, konstruksi dan keselarasan” dan “ Semua ornamen harus konsisten

dengan konstruksi bangunan”.

III.2.2.2. Studi Banding Proyek Sejenis di Medan.

A. Millenium Three ( M-3 ) Entertainment

.Lokasi : lantai 9 gedung Thamrin Plaza Medan.

.Luas : ( 40 x 60 )m = 2.400 m²

.Fungsi : Diskotik & Karaoke

.Tinggi langit langit atap : 12 m

.Volume ruang : ( 2400 x 12 ) m = 28.800m²

.Kapasitas : -.Diskotik = 1000 orang

: -.Karaoke = 120 orang

Perincian program ruang:

Entrance = ( 4 x 6 ) m

Dance hall =(20x 30) m

Stage =( 6 x 8 ) m

Ruang karaoke :

14

Page 15: Jules Kolokium

Ruang 1-7 = ( 4 x 6 ) m

Ruang 8-16=( 5 x 7 )m

Ruang 17 = ( 4.5x 8 ) m

Ruang 18 = ( 8 x 7 ) m

2 buah ruang staf = @ ( 4 x 8 ) m

Ruang monitor = ( 4 x 5 ) m

Ruang kontrol = ( 3 x 5 ) m

Ruang servis

Office room = 8 m²

Ruang rapat = 24 m²

Gudang = 16 m²

Toilet pria = 20 m²

Toilet wanita = 24 m²

Gambar 1 : Suasana Millenium Three Entertainment

Analisa Ruang :

15

Page 16: Jules Kolokium

Dance Hall : ( 20 x 30 )m

Fasilitas Ruang Pengunjung Diskotik : 1000 Orang

Maka kebutuhan ruanga m/ orang : 1.05m / Orang .

Kebutuhan standar ruang : 1.5m/ Orang .

Data pengunjung Millenium Three Discotheque ( Hasil Survey)

Hari Pengunjung / Orang Waktu kunjung

Senin-Kamis 50-70 20.00-24.00

Jumat 75-250 20.00-01.00

Sabtu 250-800 17.00-03.00

Minggu 800-1500 14.00-03.00

Tabel 1 : Data pengunjung Millenium Three Entertainment.

Menurut data pengunjung pada hari minggu pengunjung meningkat (over capacity)

dengan pengunjung dominan adalah usia remaja & dewasa.

Gambar 2: Denah Millenium Three Entertainment

B. Crystal Discotheque

16

Page 17: Jules Kolokium

.Lokasi : lantai 8 gedung Perisai plaza medan.

.Luas : ( 40 x 50 )m = 2.000 m²

.Fungsi : Diskotik

.Tinggi langit langit atap : 4 m

.Volume ruang : ( 2000 x 4 ) m = 8000 m²

.Kapasitas : - Diskotik = 600 orang

Perincian program ruang:

Entrance = ( 4 x 5 ) m

Dance hall = (4x 10) m

Stage = ( 1 x 7) m

1 buah ruang staf = ( 4 x 6 ) m

Ruang monitor = ( 3 x 4 ) m

Ruang kontrol = ( 2 x 3 ) m

Ruang servis

Office room = 6 m²

Gudang = 10 m²

Toilet pria = 16 m²

Toilet wanita = 16 m²

Ruang Penjualan Karcis : (3 x 4)m²

Data pengunjung menurut hasil survey

Hari Pengunjung/Orang Waktu kunjungan

Senin-Kamis 120-250 orang 21.00-01.00

Jumat 350 orang 21.00-02.00

Sabtu 500 orang 19.00-06.00

Minggu 700 orang 15.00-04.00

Tabel 2 : Data pengunjung Menurut survey Crystal Discotheque.

C. My World Discotheque

17

Page 18: Jules Kolokium

Lokasi : Lantai 5 gedung aksara plaza

Luas : ( 50 x 60 ) m = 3.000 m²

Fungsi : Discotheque ,Karaoke & bar

Tinggi langit-langit atap : 8 m

Volume ruang : ( 3.000 x 8 ) m =24.000 m²

Kapasitas : Discotheque = 700 Orang

: Karaoke = 200 Orang

Perincian program ruang :

Entrance =( 10 x 6 ) m

Dance hall = ( 8 x 8 ) m

Stage = ( 5 x 4 ) m

Ruang karaoke

Ruang Small =16 unit @ ( 4 x 3 )m

Ruang Medium = 8 unit @ ( 4 x 5 ) m

Ruang Large =2 unit @ ( 4 x 6 ) m

Ruang Jumbo =2 Unit @ ( 5 x 6 )m

Fasilitas pendukung :

Bar =( 3 x 8 ) m

Gudang = ( 4 x 3 ) m

Locker =( 4 x 3 ) m

Ruang operator / security = ( 1,5 x 2 ) m

Ruang staf = ( 5 x 8 ) m

Ruang monitor = ( 4 x 5 ) m

Ruang control = ( 4,5 x 5 ) m

D . The Traders Café & Bar

Lokasi : Jl.Kapt. Pattimura

Luas : (25×15)m=375m²

Fungsi : Café,Restoran dan Bar

Tinggi Langit-langit : 5m

Bar : (6×6)m =36m²

18

Page 19: Jules Kolokium

Entrance : 6m²

Foto 1 : Suasana The Traders Bar

Foto 2 : Suasana The Traders Café

III.2.2.3 Studi Banding Proyek Sejenis di Dunia

Badan Pariwisata Thailand, Indonesia

Hal. Depan | Tentang Thailand | Alasan ke Thailand | Yang Seru! | Klub | Media | Perjalanan |

Foto & Brosur

19

Page 20: Jules Kolokium

Entertainment

Tidak ada kota lain di Asia yang dapat menandingi keragaman hiburan

malam di kota Bangkok. Pilihannya sangat banyak, untuk segala jenis minat, dan terjangkau. Hiburan yang

tersedia di Bangkok mulai dari diskotik tercanggih kelas dunia, bar & pub, restoran dengan pertunjukan tari

klasik, Thai boxing show, dan santap malam sambil berlayar di kala senja.

Nightclub & disco

Bangkok mengundang banyak DJ kelas dunia untuk tampil, misalnya di klub terbarunya, "Mystique" di

Sukhumvit, yang populer di kalangan wisatawan asing sekaligus penduduk Bangkok. Q Bar juga klub yang

penuh setiap akhir pekan. Bed Supperclub, sebuah bangunan tabung dengan ranjang sebagai tempat duduknya.

Hard Rock Cafe dengan Rock Pop sebagai bagian dari koleksi Hard Rock Cafe dunia. Sedangkan kawasan

backpacker di Kao San Road memiliki dua diskotik populer: Lava dan Gulliver.

Bagi ABG Bangkok, RCA adalah tempat gaul paling populer.

Dinner Cruise di Chao Phraya

20

Page 21: Jules Kolokium

Santap malam saat matahari terbenam di atas kapal cruise merupakan cara pasti menyimpan kenangan indah di

kota malaikat ini. Sambil Anda bersantap di atas Sungai Para Raja ini, saksikan maskot kota Bangkok seperti

Istana Grand Palace, Wat Arun, dan Bang Krum Prom Place. Acara ini berlangsung tiap malam jam 7 di Chao

Phraya Pier, selama 3 jam. Beberapa hotel di tepi sungai juga memiliki acara serupa.

 

 

Pertunjukan Budaya

Bagi penggemar acara budaya, nikmatilah makan malam dengan pertunjukan tari klasik. Berbagai hotel dan

restoran menyediakan acara seperti ini.

Cabaret Show

Salah satu atraksi hiburan malam Bangkok yang terkenal adalah cabaret yang ditarikan oleh waria yang cantik-

cantik. Kostum dan pagelaran mereka yang megah pasti membuat Anda terpana.

Pagelaran Lain

Bangkok semakin menjadi pusat seni dunia. Kini diadakan Bangkok International Film Festival, International

Festival of Music and Dance, dan di akhir tahun diadakan Bangkok Theatre Festival. Hubungi kami untuk

tanggal pastinya!

Direktori:

- Night Club & Discotheque

- Restoran dengan pertunjukan

21

Page 23: Jules Kolokium

III.2.3. Fungsi dan Representasi

Eksponen High-Tech, seperti pionir-pionir modernisme pada tahun 1920-an,

percaya bahwa ada suatu ‘semangat abad ini’ dan arsitektur mempunyai tanggung jawab

moral untuk mengekspresikan semangat itu. Semangat abad ini menurut arsitek High-

Tech sejalan dengan kemajuan teknologi. Arsitektur harus berpartisipasi di dalamnya dan

mempergunakan teknologi itu, termasuk teknologi : industri, transportasi, komunikasi,

penerbangan dan perjalanan luar angkasa. Ada yang bertanya haruskah bangunan berbeda

dari artefak budaya industri? Mengapa kita tetap saja membangun yang kurang memiliki

ketepatan, kacau, material tidak praktis, seperti batu bata, mortar, beton dan kayu, disaat

kita bisa membuat banguna dengan menggunakan komponen bangunan yang penuh

ketepatan, seperti metal dan kaca, yang dapat difabrikasi dan dapat dengan dirakit dengan

cepat dilokasi.

Pandangan arsitektur High-Tech mengenai arsitektur adalah sebagai suatu cabang

teknologi industri. Mereka mengklaim tidak adanya penerapan artistik ataupun sosial.

Mereka berharap bahwa bangunan mereka menjadi penentu terhadap penampilan dengan

kriteria yang sama, seperti alat-alat kehidupan sehari-hari. Mereka ingin bangunan itu

fungsional dan efisien, tidak artistik dan simbolik.

Namun, ada suatu hal yang bertolak belakang di sini, arsitektur kelihatannya tidak

akan pernah benar-benar fungsional, bagaimanapun kerasnya usaha yang dilakukan.

Tipikal bangunan High-Tech lebih melambangkan dan menonjolkan teknologi daripada

menggunakannya secara sederhana dan dengan cara yang mungkin lebih efisien.

Mungkin lebih murah dan lebih cepat untuk membangun dinding pembatas yang berat

dari batu bata, namun arsitektur High-Tech akan lebih memilih bingkai baja dan panel

metal yang ringan, karena hal ini merupakan suatu teknologi yang lebih sesuai dengan

semangat abad ini. Mereka setuju kepada pendapat bahwa bangunan harus selalu selaras

dengan kemajuan teknologi, dan mereka mengatakan ‘paculah bangunan menuju abad

21’. Dalam hal ini, simbolisme dan penonjolan telah menjadi suatu bagian terpenting.

Motif High-Tech struktur baja yang diekspos, saluran penghawaan yang ditonjolkan dan

sebagainya hampir tidak pernah menjadi solusi ekonomis ( penghematan ).

Arsitektur High-Tech dengan begitu tidaklah dapat dikatakan murni fungsional

dan tidak pula murni representasional.Ada sebuah artikel arsitektur High-Tech yang

23

Page 24: Jules Kolokium

mengatakan bahwa ada sebuah pembatasan fungsional untuk sebuah rancangan.

Misalnya, struktur tarik arena es di Oxford oleh Nicholas Grimshaws.Disini terlihat

ketegasan, di mana bangunan kotak menjadi dinamis, menonjolkan diri sendiri, dan

sepintas dapat dikenali sebagai karya arsitektur yang membawa aplikasi sepasang tiang

semu sebagai struktur bingkai portal biasa.

Bangunan High-Tech umumnya kelihatan seperti mesin adalah :

Sebuah sumber teknologi dan imajinasi

Mesin-mesin umumnya digunakan untuk produk massal

Bergerak ataupun dapat dipindah-pindahkan

Terbuat dari material sintesis, seperti metal, kaca dan plastik.

Karakteristik-karakteristik diataslah yang menjadi sumber referensi dari arsitektur

High-Tech.

Sebagaimana dijelaskan diatas, bangunan mungkin tidak bisa diproduksi secara

massal, maupun dibuat dari komponen komponen yang diproduksi secara massal, namun

bangunan dapat kelihatan sebagai produksi massal ataupun setidaknya memperlihatkan

perulangan. Bangunan-bangunan itu mungkin tidak bergerak seperti mobil, ataupun dapat

dipindah-pindahkan seperti televisi tetapi mereka biasanya muncul dengan mengambang

beberapa inci dari permukaan tanah, mungkin suatu hari nanti bangunan-bangunan itu

akan dapat dipindah-pindahkan ataupun dapat bergerak.

Kesimpulan yang didapat :

1. Bangunan High-Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan

simbolisme.

2. Salah satu ciri daripada bangunan High-Tech adalah mengambang dari

permukaan tanah.

III.2.4. Struktur dan Zona Servis

Sruktur yang diekspos dan zona yang diekspos adalah penampakan yang

membanggakan dari arsitektur High-Tech, meskipun tidak semua arsitek High-Tech

menonjolkan struktur dan servis dari pada bangunan. Hal ini yang membedakan gaya dua

arsitek High-Tech Inggris yang terkenal, yaitu : Norma Foster dan Richard Rogers.

24

Page 25: Jules Kolokium

1. Norman Foster

Selalu menempatkan saluran-saluran servis pada langit-langit gantung ataupun

pada lantai yang ditinggikan. Foster bahkan hampir tidak pernah menonjolkan saluran

saluran servis tersebut pada tampak-tampak bangunan.

2. Richard Rogers

Sangat suka menempatkan pipa-pipa dan saluran di seluruh fasade bangunan

meskipun mengakibatkan setiap orang harus terpisah-pisah, terlindungi dari elemen-

elemen, namun memudahkan pemeliharaan. Jadi tetap dalam suatu pembatasan

fungsional. Disamping itu, Rogers, juga tetap mengambil efek – efek Picturesque, dimana

permainan cahaya dan bayangan sama pentingnya.

Bagaimanapun karya keduanya tetap ditandai dengan struktur yang kuat dan

ekspresif, khususnya struktur baja.Baja merupakan salah satu dari banyak material

bangunan yang tahan terhadap tarikan. Memberikan arsitektur High-Tech suatu

kesempatan mendramatisasi fungsi teknologi dari elemen bangunan.Tidaklah

mengejutkan bahwa daya tarik dapat memberikan berbagai keuntungan. Awalnya kulit

luar bangunan dibuat dengan arsitektur yang menonjolkan permukaan metal, warna-

warna terang dan garis-garis tegas, tetapi banyak yang dapat dilakukan selain hal diatas,

dan sebelum arsitektur High-Tech menjadi eksperimen dengan penyatuan struktur

dekoratif. Dari semua bentuk-bentuk inovatif bangunan High-Tech, Norman Foster dan

Richard Rogers menciptakan sebuah pabrik di Swindon tahun 1967 dengan ikatan silang

baja di luar yang banyak mempengaruhi arsitektur High-Tech pada masa sesudahnya.

Bangunan bertingkat satu dapat menonjolkan struktur bajanya untuk

memperlihatkan kekuatan dan keunggulan metal, namun rangka dari bangunan bertingkat

banyak harus memiliki sifat tahan api. Secara tradisional itu berarti harus menggunakan

beton bertulang atau rangka bajanya ditanam didalam beton(komposit). Sepetinya arsitek

High-Tech harus mempersiapkan diri terhadap baja kaku buatan pabrik yang dapat

berubah menjadi lembab dan kotor karena ditempatkan pada beton. Pada Pampidou

Centre masalah ini dipecahkan dengan kombinasi pendingin air sebagai kolom. Insulasi

panas untuk truss-nya dan penyemprot api untuk sambungan. Teknik ini bagaimanapun

memiliki masalah dalam teknik dan pemeliharaan.

25

Page 26: Jules Kolokium

III.2.5. Ruang dan Fleksibilitas

Berbagai elemen dari banguna High-Tech di antaranya dapat disebutkan sebagai:

1. Kekuatan dari struktur baja

2. Keluwesan permukaan yang mengagumkan

3. Pipa-pipa dan penghawaan udara untuk diekspos

4. Memperlihatkan ekspresi kekuatan dari fungsi teknologinya

5. Bentuk dari keseluruhan bangunan yang sering tidak mengekspresikan kegunaan

bangunannya

6. Moulding ruangan, maksudnya pola atau efek visual tidak pernah menjadi

permasalahan dalam arsitektur High-Tech.

Llyod’s Building merupakan suatu contoh sempurna dari pada perbedaan ini. Di

luar itu adalah suatu objek yang sangat rumit, elemen-elemen sangat jelas

mengekspresikan fungsinya. Tidak ada sedikitpun keraguan, benar-benar jelas kelihatan

elemen-elemen tangga, lift, dan saluran udara. Hanya satu kemungkinan keraguan, yakni

mengenai ruang dalam yang ditimbulkan oleh penerapan teknologi tersebut. Sebuah

denah yang benar-benar sederhana dengan atrium memusat, diluar itu tidak ada yang luar

biasa. Eksterior yang rumit tersebut dimaksudkan untuk ruang dalam menjadi

sesederhana mungkin, sehingga menimbulkan suatu fleksibilitas sebagai ruang kantor.

Isu mengenai ruang telah digantikan oleh isu mengenai teknologi untuk

fleksibilitas (Dalam High-Tech Arsitektur). Ide tersebut tertuang kedalam ikatan

‘omniplatz’. Kata arsitek High-Tech, apa yang kita bicarakan bukanlah soal permukaan

sebuah ruang, hall ataupun sirkulasi, namun lebih merujuk kepada sebuah zona servis di

luar ataupun di dalam. Kemungkinan penggunaan daripada area ataupun zona ini adalah

memaksimalkan manfaat berbagai jenis fasilitas seperti udara, panas, cahaya, energi dan

elemen pelengkap seperti partisi dalam sebuah grid biasa.

Contoh yang paling sesuai dengan kasus ini adalah Pampidou Centre, yang mana

didalamnya telah terjadi kontras antara denah yang sederhana dan persegi dengan

penampakan luar yang ekspresif. Ini merupakan sebuah bangunan multifungsi dengan

galeri seni, museum, perpustakaan, teater, ruang konser, restoran dan lain-lain. Tetap saja

elemen-elemen dasar interior, termasuk truss yang panjang dan lurus mencerminkan hal

26

Page 27: Jules Kolokium

yang sama, yakni fungsi. Ruang tidak bisa diperuntukkan bagi suatu fungsi karena

keseluruhan desain adalah merupakan suatu ide fleksibilitas.

Tentu saja bukan hanya tidak ada sesuatu yang istimewa mengenai ‘omniplatz

idea’. Banyak gedung perkantoran modern yang memiliki fleksibilitas dalam

menempatkan partisi-partisi yang dapat dipindahkan sesuai dengan keinginan. Namun

filosofi High-Tech memiliki pengertian yang lebih mendalam. Memperkenalkan ide tidak

hanya mengenai partisi, namun lebih menuju kepada elemen permanen,seperti dinding

luar, atap dan kerangka struktur juga harus fleksibel. Dinding luar merupakan sebuah

subjek yang biasa diuji dalam penambahan fleksibilitas. Potongan seperti denah menjadi

suatu grid yang abstrak yang mengakomodasi berbagai macam fungsi seperti: sebuah

panel pemisah, sebuah pintu, semua jendela yang terbuka atau sebuah kisi-kisi metal

yang dapat digerakan di saat fungsi dari ruangan berubah, konfigurasi dinding luar dapat

mengikutinya. Dan karena ia merupakan benda padat, maka merubahnya hanya dalam

beberapa menit saja dengan menggunakan alat yang sederhana, sehingga elemen

bangunan seperti lantai, dinding pembatas dapat dipindahkan tanpa mengganggu struktur

utama bangunan. Satu dari prinsip fleksibilitas itu telah terbentuk, bangunan tidak akan

menjadi suatu artefak tunggal yang akan disingkirkan bila tidak berfungsi, namun

merupakan sebuah koneksi dari berbagai tipe artefak dan berbagai macam kebutuhan

kehidupan. Ini merupakan teori dibalik kebiasaan High-Tech menggantung peralatan

mekanikal dan servis luar bangunan dari pada menanamnya di dalam core bangunan

maupun basement. Adapun kesimpulan yang didapat dari penjelasan diatas adalah:

Konsep Arsitektur High Tech seperti halnya rangka baja, zona servis dan utilitas, yang

diekspos ditujukan agar terjadi ruang dalam yang memiliki flesibilitas yang maksimal.

III.2.6. Arsitektur High-Tech dan Kota

Tiga bangunan High-Tech terpenting, yakni Pampidou Centre, Llyod dan

Hongkong Bank merupakan bangunan yang berada ditengah kota, dan arsiteknya telah

mengatakan bahwa konteks perkotaan telah memberikan efek yang besar pada desain

mereka. Meskipun demikian adalah benar untuk mengatakan bahwa kepedulian kota

seperti manipulasi ruang, bukan merupakan suatu elemen utama dalam filosofi High-

Tech.

27

Page 28: Jules Kolokium

Bagi perencana ataupun arsitek High-Tech, ruang merupakan sesuatu yang

abstrak yang diperuntukkan sebagai suatu kualitas khusus, sehingga dapat dipergunakan

dan disesuaikan dengan keinginana pemilik.Namun secara perkotaan dan kontekstualistis,

ruang memiliki nilai khusus karena berhubungan sangat erat dengan kota itu sendiri.

Sebagai contoh , gedung Lloyd dibatasi oleh jalan dan jalur yang berbeda skalanya

dengan pola-pola yang digunakan. Bangunan hanya memberikan respon terhadap

perbedaan tersebut hanya pada event-event yang tertentu .

Bangunan kantor Faber dan Dumas yang dirancang oleh Foster Willis merupakan

satu contoh kasus yang lain. Bangunan tersebut menempati site secara sempurna, seluruh

permukaan bangunan menggunakan kaca yang menampilkan bayangan dari bangunan –

bangunan yang ada disekitarnya. Hal inilah yang lazim dimaksudkan sebagai kontekstual

dalam arsitektur High-Tech.

Alasan – alasan lain mengapa perkotaan bukan merupakan element utama filosofi

High-Tech berhubungan dengan masa lalu, yakni:

1. Arsitektur melihat ke depan.

2. Arsitektur yang optimistik percaya pada kemajuan dari industri dan teknologi.

3. Lebih mempercayai penemuan daripada tradisi.

4. Pengaturan sementara daripada ruang permanen (fleksibilitas).

5. kemampuan untuk mengendalikan lingkungan daripada beradaptasi dengan

lingkungan.

6. High-Tech lebih anti urban design, tidak seperti kota yang berhubungan erat

dengan tradisi kesinambungan dan sejarah.

7. Bangunan–bangunan High-Tech biasanya memperlihatkan kota secara

revolusioner bukan tradisional.

Sebuah kota High-Tech yang sempurna dibangun yang mana muncul sebagai

sebuah kota yang abstrak, yang penuh dengan kotak-kotak servis ataupun mega sturktur,

fleksibel dan dapat di ubah-ubah, seperti Plug-in oleh Peter Cook pada tahun 1960, maka

dalam proyeksi teoritikal ini, pembangunan suatu bangunan High-Tech lebih

mengutamakan sistem struktur, akses, servis dan peralatan dari pada ruang, baik itu ruang

dalam, luar, pribadi, maupun umum.

28

Page 29: Jules Kolokium

Hal-hal yang dapat dipelajari dari arsitektur High-Tech dalam kota:

1. Menjadi ciri utama lingkungan.

2. kontekstual-kontras dengan lingkungan.

III.2.7. Dampak Bangunan Gedung Berdinding Kaca

Salah satu ciri High-Tech arsitektur adalah memakai kaca sebagai selubung

bangunan. Ada semacam keraguan mengenai dampak negatif bangunan dengan kaca

sebagai dinding luar.

1. Terhadap lingkungan sekitar bangunan, misalnya timbul efek silau, akumulasi

panas di sekeliling gedung dan kemungkinan adanya pantulan bising oleh luasan

bidang kaca tersebut.

2. Terhadap interior bangunan, sinar matahari yang masuk kedalam bangunan baik

untuk kesehatan, dan juga mengurangi beban pencahayaan. Namun lebih banyak

cahaya yang masuk dapat mengubah ‘solar heat gain’. Sehingga meningkatkan

beban pendinginan (energi untuk AC bertambah). Pada gedung tingkat tambahan

beban pendinginan itu bisa melebihi pengurangan terhadap beban

pencahayaan/penerangan.

A. Transmisi radiasi matahari lewat kaca

Kaca mentransmisikan radiasi matahari dengan panjang gelombang antara 300-

2800 mm dengan distribusi spectral seperti pada. Keistimewaan kaca adalah sifatnya

yang tidak dapat ditembusi radiasi gelombang panjang yang berasal dari sumber panas

(emiter) suhu rendah, tetapi bersifat transparan terhadap radiasi gelombang pendek dari

cahaya matahari. Radiasi matahari yang diterima oleh kaca dalam bangunan memanasi

benda-benda yang ada dalam bangunan menjadikan emiter suhu rendah dan

memancarkan radiasi gelombang panjang. Namun sifat dinding kaca yang tidak dapat

ditembusi radiasi gelombang panjang, maka radiasi yang dipancarkan ini menjadi

‘terkurung’ didalam ruangan yang kemudian mengakibatkan suhu ruangan meningkat.

Gejala ini disebut sebagai ‘ green house effect’ ataupun efek rumah kaca.

29

Page 30: Jules Kolokium

Grafik.1. Koefisien refleksi berubah sesuai dengan sudut datangnya cahaya. Variasi koefisien terhadap

sudut datang. Koefisien refleksi makin besar jika sudut dating besar.

Dengan mengetahui jumlah energi yang diserap dan yang diteruskan maka

intensitas radiasi total lewat kaca dapat diperoleh.

Untuk menghitung energi total yang masuk ke kaca harus diperhitungkan pula

pengaruh radiasi langsung dan radiasi difus.

Tabel-1 Proporsi energi matahari rata – rata yang

dipantulkan , diserap dan diteruskan

Jenis kaca Pemantulan Penerusan Penyerapan

Kaca polos 8% 77% 15%

Kaca warna 5% 45% 50%

Tabel. 3: Kaca warna lebih sedikit memantulkan dan meneruskan energi

dibandingkan kaca polos namun menyerap lebih banyak panas.

B. Upaya mengurangi dampak

Berdasarkan pengetahuan sifat-sifat bahan kaca serta merujuk kepada hasil

penelitian dampak bangunan kaca, maka upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif

bangunan berdinding kaca adalah :

1. Penanggulangan gangguan terhadap lingkungan sekitar.

a. Efek silau:

30

Page 31: Jules Kolokium

- penempatan dinding kaca sesuai orientasi dinding.

- Jangan menggunakan kaca refleksi tetapi menggunakan kaca penghisap

panas dengan kaca dobel.

- Membangun penghalang yang tinggi misalnya tempat parkir yang tinggi.

b. Efek panas sekitar bangunan :

- efek kenaikan panas terjadi pada jarak 7 meter dari bangunan

- pada jarak 25 meter dari dinding kaca tidak ada kenaikan suhu udara.

- Gangguan panas ini relatif kecil, apalagi terjadi pada ketinggian maksimal

1,5 meter sehingga dapat diabaikan

- Adakan vegetasi di sekeliling bangunan kaca dengan tinggi tanaman

kurang lebih 1,5 meter.

c. Efek pemantulan bunyi :

- sangat kecil sehingga dapat diabaikan dengan menanam vegetasi

disekeliling

bangunan

2. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam.

a. Peningkatan panas dalam bangunan sehingga menambah beban AC

pemakaian kaca dobel (mengurangi transmisi panas)

- Pemakaian kaca penghisap panas

- Penggunaan alat teduh dalam

- Penggunaan alat peneduh luar, sun shading yang menghalangi radiasi

Matahari , tetapi meneruskan cahaya langit

- pemilihan kaca khusus yang memiliki faktor transmisi radiasi matahari

kecil tetapi faktor transmisi cahaya besar.

- Memadukan kaca penghisap panas dobel, peneduh dobel dalam dan luar,

dengan tetap memperhatikan aspek arsitektonis dan estetis

b. Efek silau kedalam bangunan

- gunakan kaca warna.

- gunakan sun screen / sun shading dengan pertimbangan arsitektural

31

Page 32: Jules Kolokium

c. Penetrasi bising kedalam bangunan

- dinding kaca kedap suara

- kaca dobel

d. Pengaman terhadap bahaya kebakaran

- penggunaan jenis kaca khusus tahan api, misalnya wire glass, tempered

glass, laminated glass

- pemasangan sarana prateksi kebakaran otomatis

- adanya dinding kaca yang dapat dibuka

III.3. Pengelompokan Kegiatan Hiburan/ Rekreasi

Beberapa sifat dan unsur yang mewujudkan hiburan/rekreasi, antara lain :

1. Adanya minat, waktu dan keuangan yang mendukung

2. Adanya media atau tempat yang merealisasikan kegiatan hiburan/rekreasi

Hiburan /rekreasi dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Subjek atau pelakunya

Rekreasi aktif

Kegiatan yang dilakukan dengan mengekspresikan emosi dan mental

dengan adanya dorongan fisik individu untuk mengembangkan fisik dan

mental, seperti menari, jalan-jalan dan sebagainya.

Rekreasi pasif

Kegiatan yang cenderung tidak menggunakan tenaga dan pelaku tidak

terlibat aktifitas fisik serta terbatas hanya pada penggunaan panca

indera,seperti menonton, menikmati keindahan, mendengar, merasa dan

sebagainya.

Struktur usia

1.Usia remaja ( 17 – 30 tahun )

2.Usia dewasa ( 30 tahun ke atas )

Struktur Penghasilan

1. Golongan penghasilan rendah

2. Golongan penghasilan menengah

3. Golongan penghasilan tinggi

32

Page 33: Jules Kolokium

2. Berdasarkan Fungsinya

Hiburan , misalnya mengunjungi

tempat-tempat hiburan dan sebagainya.

Pendidikan , misalnya yang

mengandung unsur-unsur pendidikan bagi pelakunya.

3 Berdasarkan Sifat Kegiatannya

Bermain: kegiatan yang bersifat bermain, seperti olahraga dan

sebagainya

Bersantai:kegiatan yang bersifat santai, seperti menikmati pemandangan

pada malam hari, makan-makan dan sebagainya.

Bersuka:kegiatan yang bersifat menghibur dan memberikan

kegembiraan, seperti berbelanja, menonton dan sebagainya.

4 Berdasarkan Lokasinya

Lokasi untukn merealisasikan kegiatan dan fasilitas hiburan/rekreasi

mempunyai beberapa pertimbangan yaitu faktor cuaca dan jenis aktivitas

yang dilakukan.

Sesuai dengan lokasinya maka rekreasi digolongkan berdasarkan sifat

ruang yaitu:

In door ( dalam ruangan ), yaitu rekreasi yang dilakukan di dalam

ruangan yang tidak terpengaruh oleh keadaan alam dan dapat diatur

sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.

Semi in and out door, yaitu lokasi rekreasi yang hanya menggunakan

atap saja seperti restoran tepi pantai dan sebagainya.

Out door ( luar ruangan ), yaitu rekreasi yang dilakukan di luar

ruangan, tidak terlindung atap dan sangat tergantung pada keadaan

alam.

5 Berdasarkan Tingkat Pelayanannya baik tingkatlokal maupun tingkat regional

6 Berdasarkan aktivitasnya

33

Page 34: Jules Kolokium

Big Muscle Activities, yaitu aktivitas yang membutuhkan tenaga,

misalnya olahraga.

Collecting, yaitu mengumpulkan benda-benda yang disenangi sebagai

hobi, misalnya mengumpulkan perangko.

Creative play, yaitu rekreasi untuk sesuatu yang mengembangkan

imajinasi dan daya khayal akan sesuatu yang fikti, misalnya

membentuk benda dari kayu dan sebagainya.

Hand Intellect, yaitu mengembangkan ketrampilan tangan dan

pikiran, misalnya melukis

Mental, yaitu rekreasi yang berupa ekspresi dari aktivitas masyarakat

yang bersifat mendidik, misalnya membaca.

Nature Learning, yaitu rekreasi yang dilakukan di alam terbuka,

misalnya camping dan mendaki gunung.

Relaxation, yaitu rekreasi yang bertujuan untuk melepaskan diri dari

ketegangan dan kelelahan mental dan fisik, misalnya duduk di taman.

Rhyme and Music, yaitu rekreasi yang adalah akibat dari irama dan

musik yang memberikan kesenangan.

Service Activities, dimana bagi suatu golongan manusia tertentu yang

memiliki kesenangan tersendiri jika melakukan pelayanan untuk

kepentingan umum, misalnya guru.

Social Activities, yaitu rekreasi yang bertujuan untuk social, misalnya

diskusi.

Solitude, yaitu menyendiri untuk melepaskan kelelahan akibat

kesibukan sehari-hari dengan beristirahat di tempat tertentu yang sepi,

misalnya beristirahat ke luar kota yang tenang dan sebagainya.

III.3.1 Karakteristik dari Hiburan/Rekreasi adalah:

Kegiatan yang dilakukan secara sukarela oleh semua orang, baik individu

atau kelompok

Kegiatan yang memberikan kegembiraan, kesenangan dan kepuasan

Kegiatan yang memberikan penyegaran fisik dan mental

34

Page 35: Jules Kolokium

Kegiatan yang menyalurkan ekspresi seseorang melalui kegiatn yang menarik

perhatiannya.

III.3.2 Pengenalan Karakter Pemakai

REMAJA

Ada dua istilah yang berkenaan dengan pengertian remaja, yaitu:

1. Puberty ( Inggris ) atau Puberteit ( Belanda ) berasal dri bahasa Latin

yaitu Pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi

oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian.

2. Adolescentia berasal dari bahasa Latin yaitu adulescentia berarti masa

antara usia 17 – 30 tahun.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah peralihan masa

dari anak-anak menuju masa dewasa.

Ciri-ciri remaja, antara lain:

1. Kegelisahan berupa keadaan tidak tenang, adanya keinginan yang

tidak tersalurkan oleh keberanian dan kemampuan yang terbatas.

2. Pertentangan, terutama pertentangan pendapat dengan orang tua.

3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang tidak

diketahuinya.

4. Berkeinginan menjelajahi lingkungan sekitar.

5. Mengkhayal atau berfantasi.

6. Melakukan aktivitas berkelompok

DEWASA

Kata dewasa berasal dari kata ADULT ( ADULTUS ) yang berarti “ telah

tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi

dewasa “

Pembagian masa dewasa dapat dialami pada periode yaitu :

1. Dewasa dini, cirri-cirinya :

Masa pengaturan

Usia reproduktif

35

Page 36: Jules Kolokium

Masa bermasalah

Masa ketegangan emosional

Masa keterasingan social

Masa komitmen

Masa ketergantungan

Masa perubahan nilai

Masa adaptasi atau penyesuaian diri

Masa kreatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi rekreasi atau hiburan pada masa

dewasa dini yaitu :

1. Waktu

2. Status perkawinan

3. Status sosial ekonomi

4. Kesehatan

5. Jenis kelamin

6. Penerimaan social

2 Dewasa madya, cirri-cirinya :

Periode sangat ditakuti, dimana orang dewasa tidak mau

menerima bahwa mereka telah mencapai usia tua.

Masa transisi, dimana pria dann wanita meninggalkan cirri-ciri

jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu

periode kehidupan baru.

Masa stress, penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola

hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai

perubahan fisik.

Usia yang berbahaya bagi kalangan pria yang ingin melakukan

pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki

usia lanjut.

Usia canggung, dimana manusia merasa bingung akan posisi

usia antara bukan tua dan bukan tua.

Masa prestasi.

36

Page 37: Jules Kolokium

Masa evaluasi, dimana manusia mencapai puncak prestasi dan

kemudian menurut perkembangan perasaan yang lebih nyata

dan berbeda dengan orang lain.

Masa standard ganda, perkembangan cenderung ke persamaan

peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan dan

kehidupan sosial.

Masa sepi, dimana anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang

tua.

Masa jenuh, dimana pria merasa jenuh dengan kegiatan rutin

dan kehidupan bersama keluarga yang sedikit hiburan

sedangkan wanita yang menghabiskan waktunya untuk

memelihara rumah dan membesarkan anak.

III.4. Kriteria Dasar Perencanaan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perecanaan gedung “Medan Diskotik

& Karaoke” adalah sebagai berikut:

1. Keberadaan “Medan Diskotik & Karaoke” ini sebagai objek yang

bermakna dan sebagai sumbangan bagi kota Medan dalam peranannya sebagai

taman kota dan juga sebagai menara pandang.

2. Pencapaian merupakan ukuran seberapa jauh lingkungan atau bangunan dapat

dicapai dari berbagai penjuru kota ( baik kendaraan maupun bagi pedestrian ).

3. Gedung “Medan Diskotik & Karaoke” ini merupakan salah satu landmark

kota Medan.

4. Fasilitas yang direncanakan:

- Fasilitas utama

- Fasilitas pendukung

- Fasilitas service

III.5. Kriteria Pemilihan Tapak

37

Page 38: Jules Kolokium

III.5.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tapak

Kesuksesan sebuah bangunan amat ditentukan oleh lokasi. Peran lokasi yang

begitu penting hingga saat ini terus dirasakan karena akan menentukan masa depan

bangunan.

Adapun kriteria pemilihan tapak adalah sebagai berikut :

Lahan yang luas, sehingga dapat menampung fasilitas-fasilitas “Medan

Diskotik & Karaoke” .

Lokasi yang mudah dicapai oleh segala jenis kendaraan.

Memiliki aksesbilitas yang tinggi dan terjangkau oleh sarana transportasi kota.

Berdekatan dengan fasilitas-fasilitas publik yang dapat mendukung

keberadaan “Medan Diskotik & Karaoke”. Lokasi yang dipilih harus

sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK).

Bentuk lahan yang dinamis dan tidak berkelok-kelok.

Dalam Rencana Umum Ruang Tata Kota (RUTRK) telah ditentukan wilayah

Pengembangan Pembangunan (WPP) masing-masing daerah. Dimana tujuan dari WPP

ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP

tersebut dibagikan menjadi 5 wilayah, yaitu ;

Wilayah

Pengembangan

Pembangunan

Kecamatan

Pusat

Pengembangan

Bidang

Pengembangan

WPP A

Kecamatan Medan

Belawan, Medan

Marelan, Medan

Labuhan

Belawan

Pelabuhan, Industri,

Terminal,

Pergudangan,

Orientasi Pelabuhan,

Perumahan,

Konservasi.

WPP B

Kecamatan Medan

Deli

Pusat Pengembangan

Tanjung Mulia

Perumahan,

Perdagangan dan

Perkebunan

38

Page 39: Jules Kolokium

WPP C

Kecamatan Medan

Timur, Medan

Perjuangan, Medan

Area, Medan Denai,

Medan Tembung,

Medan Amplas.

Tanjung Mulia

Perumahan,

Perdagangan, dan

Perkebunan.

WPP D

Kecamatan Medan

Barat, Medan

Maimoon, Medan

Polonia, Medan Kota,

Medan Johor.

Di Inti Kota

Pusat Bisnis, pusat

pemerintahan,

Perumahan, Hutan

Kota, Pusat

Pendidikan

WPP E

Kecamatan Medan

Barat, Medan Petisah,

Medan sunggal,

Medan Helvetia,

Medan Tuntungan,

Medan Selayang

Di Si Sikambing

Perumahan,

Perkantoran,

Konsevasi, Lapangan

Golf, dan Hutan Kota.

Tabel 4 : Rencana umum ruang tata kota (RUTRK).

Kriteria pemilihan tapak adalah pengembangan yang direncanakan, ditentukan

berdasarkan acuan perencanaan sesuai dengan tujuan perencanaan, sasaran dan

perancangan yang hendak dicapai.

Adapun kriteria pemilihan tapak adalah sebagai berikut:

1. Lokasi “Medan Diskotik & Karaoke” mudah untuk dicapai dan ditempuh.

2. Memiliki wilayah pelayanan.

3. Lokasi yang strategis sehingga dapat saling menunjang dengan fungsi-fungsi dan

kegiatan yang ada disekitarnya.

4. Mudah dikenali menjadi salah satu identitas kota Medan yang memiliki wilayah

tersendiri.

5. Memiliki aksesbilitas yang tinggi dan terjangkau oleh sarana transportasi kota dan

maupun di luar kota.

39

Page 40: Jules Kolokium

III.6. Pemilihan Lokasi Tapak

III.6.1. Alternatif Pemilihan Lokasi Tapak

Bila ditinjau dari ciri-ciri suatu bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”

yang baik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka ada beberapa lokasi yang tepat

dijadikan sebagai lokasi “Medan Diskotik & Karaoke” dengan beberapa

pertimbangan :

C. Lokasi tapak di jalan Nibung Raya, Kecamatan Medan Petisah. Keadaan daerah

perencanaan lokasi “Medan Diskotik & Karaoke”, antara lain :

Kedekatan lokasi dengan pusat kota yang sangat membantu dalam pencapaian

ke lokasi “Medan Diskotik & Karaoke”

Lokasi tidak terlalu ramai sehingga kemungkinan terjadi kemacetan lalu lintas

di sekitar tapak sangat kecil pada malam hari.

Berada di kawasan pemukiman yang tenang dan sehat karena tidak merupakan

lingkungan industri yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

A.Lokasi bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”:

Tapak berada di sudut Jalan antara : Jalan Nibung Raya

Kecamatan : Medan Petisah

Kelurahan : Medan Kota

Kota madya : Medan.

Lingkungan dan Batas tapak :

Utara : Berbatasan dengan Jalan Kota Baru III

Timur : Berbatasan dengan Jalan Rotan

Selatan : Berbatasan dengan Rumah penduduk

Barat : Berbatasan dengan jalan Nibung Raya

Luas tapak Perencanaan : 1.79 Ha.

40

Page 41: Jules Kolokium

Peta 1 : Peta site Alternatif Pertama

B. Lokasi di jalan Kapt. Maulana lubis, di samping bangunan kantor Walikota

sekarang. Keadaan daerah perencanaan lokasi “Medan Diskotik & Karaoke”,

antara lain:

Lokasi berada di pusat kota yang sangat menunjang dalam pencapaian ke

“Medan Diskotik & Karaoke”.

Lokasi berdekatan dengan : kawasan pemerintahan, yakni kantor DPRD,

Kantor Walikota, Pengadilan dan Lapangan Benteng ; Kota kesawan, yaitu

kota kenangan akan kejayaan masa lampau yang sedang dalam tahapan

pelestarian.

Lokasi juga berdekatan dengan fasilitas umum perkotaan sepertinya yang

halnya perkantoran, kantor pos, stasiun kereta api, perbankan, hotel, rumah

sakit dan juga pusat perbelanjaan.

Site perencanaan berpotensi karena dengan adanya “Medan Diskotik &

Karaoke” yang berada pada titik ini, maka dapat menambah masukan kota

Medan mengenai suatu “landmark”yang baru.

41

Page 42: Jules Kolokium

Lokasi merupakan tempat yang sering dilewati oleh masyarakat sehingga

kemungkinan dikenalnya “Medan Diskotik & Karaoke” yang mana

juga diharapkan dapat memberikan suatu angin segar bagi dunia “Hiburan

Malam” kota Medan.

Potensi site yang lain : keberadaan Sungai Deli merupakan salah satu

pendukung view dan juga pertemuan dua sungai di kota Medan yakni Sungai

Deli dan Sungai Babura pada bagian belakang site merupakan suatu

penunjang yang berpotensi.

Peta 2 : Peta site Alternatif Kedua

c. Lokasi bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”:

Tapak berada di sudut Jalan antara : Jalan Balai kota.

Kecamatan : Tembakau Deli.

Kelurahan : Medan Kota

Kota madya : Medan.

Lingkungan dan Batas tapak :

Utara : Berbatasan dengan Kantor Harian Analisa.

Timur : Berbatasan dengan Kantor Pos.

42

Page 43: Jules Kolokium

Selatan : Berbatasan dengan Jl. Raden Saleh.

Barat : Berbatasan dengan Sungai Deli.

Luas tapak Perencanaan : 1.5 Ha.

Peta 3 : Peta site alternatif ke tiga

43

Page 44: Jules Kolokium

IV.1 Analisa Pengguna “Medan Diskotik & Karaoke”.

Yang dimaksud pengguna adalah pihak- pihak yang terlibat baik langsung maupun

tidak langsung dengan gedung “Medan Diskotik & Karaoke” yang terdiri

dari:

Pengunjung.

Pengelola.

Pemilik.

Berdasarkan tingkat ekonomi, pengunjung ditekankan pada tingkat golongan

menengah keatas dengan pertimbangan perencanaan area komersil & pola

kehidupan para profesional yang aktif dengan ditentukan suasana yang nyaman dan

santai, serta kegiatan hiburan ini juga ditunjukkan bagi golongan usia remaja dan

dewasa.

Frekwensi kegiatan pengunjung berbeda-beda sesuai dengan waktu luangnya

dengan demikian status sosial pengunjung dapat dibagi menjadi:

Pekerja Istirahat

Persiapan

Rutinitas

Waktu luang

Remaja

Dari aktivitas setiap jenis pengunjung di atas, kita ketahui waktu luang yang

mungkin dimanfaatkan untuk berekreasi, sehingga diperoleh waktu berkunjung/buka

“Medan Diskotik & Karaoke” yang efektif antara pukul 09.00-04.00. Tetapi

karena tuntutan yang menekankan pada “Medan Diskotik & Karaoke” komersil

maka “Medan Diskotik & Karaoke” komersil yang direncanakan dapat berfungsi

44

Page 45: Jules Kolokium

selama 24 jam melalui penyediaan fasilitas- fasilitas yang sesuai dengan aktifitas malam

hari seperti : Diskotik, Karaoke, Café, Bar, dan Pub.

Fasilitas Kegiatan Waktu

Diskotik Disko 20.00 - 04.00

Karaoke Nyanyi 14.00 -04.00

Pub Pertunjukan 09.00-00.00

Bar Minum 09.00-00.00

Café Makan/ Minum 09.00-00.00

Tabel 5 : Jam operasi fasilitas

Karakteristik pengunjung dapat dibagi atas pengunjung umum & pengunjung khusus.

Kelompok Karakteristik

pengunjung

Motivasi

pengunjung

Fluktuasi

pengunjung

Umum Individu

Dewasa

tua

Rekreasi

Setiap hari

Khusus

Club

Anggota Entainer

Wisatawan

Domestic asing

Rekreasi manggung

Rekreasi souvenir

Setiap hari khusus

Khusus

khusus

Tabel 6 : Karakteristik Pengunjung

45

Page 46: Jules Kolokium

Analisa perilaku pengunjung, mencakup antara lain :

Individu

Tujuan utama adalah berekreasi sekaligus bersosialisasi yang

dilakukan secara individu ataupun berkelompok ( terutama remaja ).

Diagram 2 : individu

Club

Tujuan utama adalah penghibur ( manggung ).

Diagram 3 : Club

Wisatawan

Tujuan utama adalah berekreasi sambil mencari souvenir.

Datang(kendaraan pribadi)

Datang(pejalan kaki)

Interaksi

Pulang

Tempat parkirDisko

Makan/Minum

Santai

Bernyanyi

Datang(kendaraan pribadi)

Parkir

Pulang

Disko

Makan/Minum

Manggunginteraksi

46

Page 47: Jules Kolokium

Diagram 4 : Wisatawan

Sistem Pengelolaan

Pemilik modal ( investor Swasta ) bekerjasama dengan pengelola dalam

menyediakan fasilitas pusat hiburan malam, dimana investor swasta ( baik peorangan

maupun kelompok ) yang menyediakan lahan sekaligus bangunan sebagai pemilik

“Medan Diskotik & Karaoke”

Diagram 5 : Sistem Pengelola

Arahan

System pengelolaan yang baik dengan metoda konstruksi manajemen atau Fast

Track akan mempercepat Proses pembangunan dan pengembalian modal.

Datang( kendaraan umum )

Dan( Pejalan kaki )

Parkir

Interaksi

Pulang

Disko

Makan/ minum

Bernyanyi

Pemilik Bangunan

Pengelola Pengelola PengelolaPengelola Pengelola

Diskotik Karaoke Bar CafePub

47

Page 48: Jules Kolokium

IV.1.1 Perkotaan dan Lingkungan.

Untuk menjamin keberhasilan pengembangan “Medan Diskotik &

Karaoke” di kawasan Petisah, perlu dicari kecenderungan pengaruh lingkungan sekitar,

aktivitas dan karakter terhadap jenis kegiatan yang direncanakan.

Peta 4 : Lokasi Site Perkotaan dan lingkungan sekitar Tapak

48

Page 49: Jules Kolokium

IV.2 Analisa Tapak

IV.2.1 . Analisa Lingkungan Sekitar Tapak.

Tapak berada pada daerah perumahan ruko penduduk yanga menghadap ke jalan

Nibung Raya, dengan lalu lintas jalan dua arah dan juga tidak terlalu padat pada malam

hari. Tapak yang didominasi sebagian rumah satu lantai dan kantor polisi serta berada

pada sudut jalan.

Peta 5 : Peta lokasi site di jalan Nibung Raya.

Foto 3 : Foto lokasi site di jalan Kota Baru III.

49

Page 50: Jules Kolokium

Foto 4 : Foto lokasi site di sudut jalan Kota Baru III.

Foto 5 : Foto lokasi site di jalan Nibung Raya.

50

Page 51: Jules Kolokium

IV.2.2 . Analisa Ukuran dan Tata Wilayah Tapak.

Tapak yang luasnya ±1,79 Ha, dengan ukuran 150 x 150 m, menghadap ke jalan

Nibung Raya. Dengan garis sempadan bangunan (GSB) 10 m dari sisi Jalan Nibung

Raya. Adapun Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 60%, maka lahan yang dapat

dibangun adalah :

KDB : 60% x 115m x 95 m

: 60% x 10.925 m²

: 6.555 m² : 655 m².

Peta 6 : Peta lokasi site di jalan Nibung Raya.

IV.3. Deskripsi Proyek

Lokasi bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”:

Tapak berada di sudut Jalan antara : Jln. Nibung Raya dan Jln. Kota Baru III.

Kecamatan : Medan Kota

Kelurahan : Medan Petisah

Kota madya : Medan

Lingkungan dan Batas tapak :

Utara : Jln Kota Baru III

Timur : Jln. Rotan Baru

51

Page 52: Jules Kolokium

Selatan : Rumah penduduk

Barat : Jln. Nibung Raya

Luas tapak Perencanaan : ± 1.79 Ha.

IV.4. Analisa Sirkulasi, Pencapaian dan Parkir

Lokasi tapak terletak di Kecamatan Medan Petisah. Lokasi tapak menghadap ke

jalan Nibung Raya sehingga pencapaian ke lokasi melalui jl.Gatot Subroto dan

Gajahmada

Peta 7 : Pencapaian lokasi site

Pencapaian

Pencapaian ke tapak :

1. Pengunjung : -Berjalan kaki

-Berkendaraan (pribadi dan umum)

2. Barang / Service

Kriteria yang perlu diperhatikan :

- Entrance yang jelas dan mudah untuk dicapai

- Tidak menimbulkan kemacetan

52

Page 53: Jules Kolokium

- Orientasi pengunjung

- Memenuhi peraturan dan standar perencanaan jalan

- Jarak pencapaian dari entrance ke lokasi

Peta 8 : Analisa Tapak / Pencapaian

Sirkulasi

Sirkulasi dalam tapak dapat dibedakan atas:

Sirkulasi pejalan kaki (pedestrian, selasar)

Sirkulasi kendaraan (pribadi, umum)

Sirkulasi barang/service

Kriteria yang perlu diperhatikan :

Kemudahan pencapaian dan kejelasan arah

Tidak terjadi crossing antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor

Parkir

53

Page 54: Jules Kolokium

Kriteria yang perlu diperhatikan untuk kenyamanan pengunjung yang memanfaatkan

fasilitas parkir :

Kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan

Mudah dicapai, baik dari luar maupun dari dalam

Sirkulasi dan pencapaian yang jelas

Efisiensi lahan

Batas kelelahan pejalan kaki, maksimum 300 m

Disesuaikan dengan kelompok pemakainya (kendaraan pribadi, umum dan

barang/service)

Sistem parkir :

Parkir 30°, 45°, 60°, (23-26 m²/kendaraan)

Keuntungan:

Kendaraan lebih mudah keluar masuk

Jalan penghubung lebih kecil

Kerugian :

Membutuhkan luas yang lebih besar

54

Page 55: Jules Kolokium

Parkir 90°, 180° (20-22 m²/kendaraan )

Keuntungan :

Luas yang dibutuhkan lebih kecil

Kerugian :

Kendaraan lebih sulit keluar

Jalan penghubung lebih besar

Perhitungan parkir :

Diasumsikan :

Pengunjung umum :1300 orang

Karyawan : 250 orang

Total : 1550 orang

Proyeksi pengunjung dan karyawan adalah sebanyak 1550 orang.

Pemakai :

Mobil pribadi 40 % 570 jiwa.

Diasumsikan 1 unit mobil untuk 4 orang maka mobil yang ada sebanyak 130 unit.

sepeda motor 30 % 406 jiwa

Diasumsikan 1 buah sepeda motor unutk 2 orang maka sepeda motor yang ada sebanyak

260 unit.

Angkutan umum 30 % 324 jiwa.

IV.4.1. Pola Ruang Luar

55

Page 56: Jules Kolokium

Dasar pertimbangan pengolahan ruang luar :

Ruang luar sebagai penerima umum.

Ruang pengikat dengan bangunan.

Sebagi pembatas tapak.

Ruang tangkap visual bangunan.

Bufferterhadap polusi udara dan suara.

Elemen pembentuk ruang luar :

Elemen lunak : Tanaman, Landscape, dll.

Elemen keras : Plaza, Pedestrian, dll.

Peta 9 : Analisa pola ruang luar

1). Bangunan harus memberikan reaksi terhadap orientasinya persimpangan jln. Nibung

Raya dan Jln. Kota Baru III

56

Page 57: Jules Kolokium

2). Bangunan harus memberikan reaksinya terhadap lingkungan sekitar (perumahan)

IV.4.2. Analisa Orientasi

Arah orientasi tapak dipertimbangkan terhadap :

Sumbu jalan yang ada.

Keadaan iklim dan arah mata angin.

Orientasi bangunan :

Orientasi ke dalam bangunan :

Kenyamanan dan privasi.

Sesuai dengan kegiatan “Medan Diskotik & Karaoke”.

Orientasi ke luar bangunan :

Optimasi visualisasi penampilan.

Peta 10 : Analisa oirentasi bangunan keluar site

Bangunan berorientasi ke segala arah mengingat Bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke” adalah bangunan yang bersifat Entertain maka orientasi utama bangunan

adalah menghadap ke arah persimpangan jalan yang ada di depan.

57

Page 58: Jules Kolokium

IV.4.3. Analisa Matahari

Matahari terbit dari sebelah timur dan terbenam di sebelah barat, maka sisi yang

menghadap ke arah barat ynag paling banyak menerima radiasi matahari pada siang hari.

Peta 11 : Analisa Orientasi Matahari

Bukaan yang ada sebaiknya menghadap kearah utara dan selatan untuk

menghindari efek silau yang ada.

Oleh sebab itu sisi bangunan yang menghadap sebelah barat perlu perhatian

khusus agar tidak menerima banyak radiasi matahari maka salah satu cara adalah dengan

menanami pepohonan(vegetasi).

IV.4.4. Analisa Kebisingan

Kebisingan yang sering terjadi adalah di persimpangan jalan Nibung Raya dan

Jalan Kota Baru III, karena aktivitas lingkungan sekitarnya. Hal ini bukanlah merupakan

masalah yang terlalu serius karena bangunan “Medan Diskotik & Karaoke” ini

merupakan bangunan yang komersil yang bagaimanapun kenyamanan pemakai tetap di

nomor satukan.

58

Page 59: Jules Kolokium

Peta 12 : Analisa kebisingan

IV.4.5. Analisa Penzoningan

Penentuan penzoningan dengan pertimbangan :

Fungsi dan hubungan antara kegiatan.

Pencapaiaan dan sirkulasi tapak.

Pola ruang luar yang direncanakan.

59

Page 60: Jules Kolokium

Peta 13 : Analisa Penzoningan

60

Page 61: Jules Kolokium

IV.5. Analisa Ruang

IV.5.1. Analisa Bentuk Dasar Massa Bangunan

Bentuk dasar massa bangunan dipertimbangkan terhadap:

Sifat kegiatan yang ada

Tuntutan fleksibilitas dan efisiensi ruang

Penyesuaian terhadap bentuk ruang

Bentuk dasar massa segi empat segi tiga lingkaran

Tinjauan

Kegiatan Sesuai dengan kegiatan

fungsional seperti

pertokoan, hotel, hunian

dan perkantoran.

Kurang sesuai dengan

bentuk yang menuntut

efisiensi ruang .

Sesuai dengan

kegiatan berkumpul

(sebagai pusat

orientasi).

Fleksibilitas Pengaturan ruang relatif

mudah

Relatif terbatas. Baik untuk ruang

berkumpul.

Bentuk tapak Cocok dengan bentuk

tapak

Dapat di sesuaikan

dengan bentuk tapak

Dengan melakukan

penambahan dan

pengurangan maupun

dengan penataan yang

baik dapat disesuaikan

dengan tapak.

Tabel 7 : Analisa Bentuk dasar Massa Bangunan

IV.5.2. Pengelompokan Ruang

A . Ruang Pengelola

Ruang yang didalamnya terjadi kegiatan pengelolaan terhadap masing-masing divisi

dan departemen, serta adanya fasilitas pendukung bagi karyawan seperti : lapangan

bulu tangkis dan tenis meja

B . Ruang Utama

Diskotik

Karaoke

61

Page 62: Jules Kolokium

C. Ruang Pendukung

Bar

Café

Pub

D. Ruang Service

Ruang AHU

Ruang Genset

IV.5.3. Analisa Kelompok Pemakai Kegiatan

KELOMPOK RUANG

RUANG KEGIATANSUB RUANG

YANG DIBUTUHKAN

R.PENGELOLA Bidang direksi -direktur (duduk,

membaca, membuat

laporan)

-sekretaris (membantu

pimpinan)

-ruang direktur

-ruang sekretaris

Bagian keuangan -manager (mengatur

keuangan)

-staff ( membantu

pimpinan)

-r. kabag

-r. karyawan

Humas -pimpinan

-staff (melayani tamu)

-r. pimpinan

-r. staff

-r. tamu/tunggu

Personalia -pimpinan dan staff

(mengatur administrasi

-r. kabag

-r. karyawan

62

Page 63: Jules Kolokium

dan urusan karyawan,

menerima tamu)

Ruang Master Control -mengontrol .mengontrol

letak kamera, lampu,

suara, warna dan gambar.

- perekaman hasil kontrol,

pengeditan hasil rekaman,

penggabungan 2 gambar

kedalam satu gambar

(cromacky)

-membuat program acara

setiap hari

-mengontrol hasil dari

program acara

-meredam kebisingan

-membuat gambar grafik

-mendekorasi ruang

studio

-r. master control

-r. persiapan dekorasi

-r. staff

-r. toilet

Ruang Olahraga

( fasilitas Karyawan )

-bermain bulu tangkis

-bermain tenis meja

-lapangan bulu

tangkis

-tenis meja

Ruang Istirahat

Karyawan

-beristrirahat, duduk,

bercakap-cakap,

mengganti pakaian dan

makan

-r. istrirahat

-r. ganti pakaian

- toilet

-r.makan

Pemeliharaan/

Maintenance

-melakukan pemeliharaan

audio visual, memeriksa

dan memperbaiki

-r. maintenance

Peralatan gudang -menyimpan camera,

peralatan lampu,

menyimpan rekaman-

rekaman video,

menyimpan peralatan

barang jadi, menyimpan

peratan umum dan

cadangan peralatan.

-gudang

63

Page 64: Jules Kolokium

R.UTAMA Diskotik -bersantai,mendengarkan

musik dan berdisko

-minum

-stage ( panggung )

-bartender

-r.duduk privat

Karaoke -bernyanyi,mendengarkan

musik

-minum

-r.umum

-KTV

-bartender

PENDUKUNG Pub -duduk menunggu, makan,

minum (tamu)

-mencata pesanan,

memotong, mencuci,

memasak,

menghias,mengantar

pesanan (pelayan)

-kantor pengelola

-kasir

-r.duduk / r.tunggu

-r.makan

-r.karyawan

-r.locker

-r.wastafel

-toilet

Bar -mendengarkan dan

menyaksikan acara live

song music

-makan dan minum

-stage

-r.duduk

-bartender

-pantry

Cafe -makan dan minum

-bersantai dan ngobrol

-meeting

-r.duduk

-bartender

-dapur kotor dan

pantry

-kasir

-r.vip/khusus

Tabel 8 : Analisa kelompok pemakai kegiatan

IV.5.4. Pola Sirkulasi Kegiatan

BAGIAN

ADMINISTRASI 64

Page 65: Jules Kolokium

Diagram 6 :Pola sirkulasi Bagian Administrasi

Diagram 7 :Pola sirkulasi Bagian Direksi

Diagram 8 : Pola sirkulasi Artis

IV.5.5. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan

Ada beberapa jenis sirkulasi yang mempengaruhi pergerakan manusia di dalam

maupun di luar bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”.

Konfigurasi alur gerak menurut Francis D. K. Ching, antara lain :

Sirkulasi linear

Alur gerak yang sederhana dan mudah dikembangkan, serta dinamis.

BAGIAN DIREKSI

KARYAWAN

DATANGMEMBUAT LAPORAN KERJA TIAP DIVISI

ISTIRAHAT BEKERJA KEMBALI

PULANG

ARTIS

DATANG

CASTING LATIHAN

Medan Diskotik &

Karaoke

R. TUNGGU

ACTINGPULANG

MENGURUS ADMINISTRASI

ISTIRAHATBEKERJA KEMBALI

PULANG

DATANG

65

Page 66: Jules Kolokium

Disamping itu memudahkan pengaliran karena sirkulasinya menerus.

Sirkulasi radial

Alur gerak untuk mendapatkan pusat perhatian.

Sirkulasi Spiral

Alur gerak yang dapat digunakan pada daerah yang berkontur dan mempunyai

area yang relatif luas.

Sirkulasi Grid

Alur gerak yang sederhana dan pencapaiannya relatif mudah serta lebih sesuai

untuk daerah yang datar atau sedikit miring. Tetapi pola ini banyak terjadi

pertemuan-pertemuan yang sama, sehingga sulit untuk menentukan orientasi.

66

Page 67: Jules Kolokium

Sirkulasi Network

Alur gerak yang mempunyai pergerakan bebas dan dapat memilih beberapa arah,

serta alirannya berubah-ubah. Pola ini tidak sederhana dan kompleks sehingga

diperlukan elemen-elemen pengarah.

Sirkulasi Komposit

Gabungan dari bentuk-bentuk di atas, pola ini mempunyai pergerakan yang tidak

membosankan dan dapat langsung ke beberapa arah.Ada kemungkinan pola ini

menjadi tidak jelas dan tidak sederhana, sehingga masih diperlukan elemen-

elemen pengarah.

Tujuan dari suatu sistem sirkulasi adalah :

Bersifat kreatif, waktu bukan menjadi batasan, namun lebih mengutamakan

kenyamanan bagi pengunjung.

Bersifat lebih langsung dimana para pengunjung dapat menikmati hiburan di sini.

67

Page 68: Jules Kolokium

IV.5.6. Modul

Modul adalah satuan unit ukuran yang dapat dipergunakan berulang pada

koordinasi dimensi baik dengan arah horizontal maupun vertikal untuk perencanaan

bangunan.

Sistim modul dalam bangunan beraneka ragam. Jarak modul disesuaikan dengan

fungsi ruangan, dimensi serta berat beban yang membebani modul juga mempengaruhi

jarak serta besaran modul.

Agar tercapainya perencanaan bangunan yang baik, maka perencanaan teknis

menggunakan sistim koordinasi modulan.

Koordinasi didasari oleh :

a. Modul Dasar.

Merupakan suatu ukuran dasar dalam koordinasi modulan dengan symbol M,

dengan ketentuan 1 m – 10 cm = 100 mm.

Gambar 3 : Sistem Modul dasar

b. Multi Modul.

Merupakan modul yang ukurannya ditentukan berdasarkan kelipatan bilangan

bulat dari modul dasar. Dari kelipatan modul dasar tersebut dipilih beberapa multi modul

sebagai multi standard, yaitu :

- Untuk ukuran arah horizontal multi modul standard adalah 12 m, 15 m, 60 m, dll.

68

Page 69: Jules Kolokium

- Untuk ukuran arah vertikal, multi modul ukuran standard adalah 1 m.

Gambar 4 : Sistem multi modul

c. Sub Modul.

Merupakan pecahan yaitu: ½, ¼, 1/5 modul dasar, sub modul dipakai jika

dibutuhkan dimensi yang lebih kecil dari modul dasar, sebagai berikut :

m/2 = 50 mm atau m/4 = 25 mm atau m/5 = 20mm.

ukuran sub modul transportasi tidak boleh dipergunakan untuk jarak antara dua

bidang acuan vertikal yang modulan.

Multi modul

Sub modul

Modul dasar

Gambar 6 : Sistem sub modul

IV.5.7 Analisa Program Ruang

NoKelompok

RuangJenis Ruang

Kap/Unit (Org)

Stdr (M2)

SumberLuas (M2)

Jumlah

1 Penerima Entrance 36 4 NAD 144

709

Informasi+resepsio

nis

1 unit NAD 72

Escalator area 2 unit A 9

69

Page 70: Jules Kolokium

R. staff Adm 16 6 NAD 96

R. Ka. Urusan

Kepegawaian

1 unit S 36

R. Ka. Urusan

Perlengkapan

1 unit S 36

Gudang

perlengkapan

1 unit S 44

R. tunggu 1 unit S 72

R. rapat 1 unit S 200

2 K. Urusan

Keuangan

R.Kabag

keuangan

1 unit S 72 102

R. Staff keuangan 1 unit 6 NAD 30

3 Humas R. Pimpinan + R.

rapat

1 unit S 72

156

R. sekretaris 1 unit S 12

R. Arsip 1 unit S 36

Receptionist 1 unit S 36

4 Mekanikal

elektrikal

R. mesin AC 1 unit A 120

990

R.genset 1 unit 20 S 144

R. AHU 8 unit A 500

R. panel listrik 4 unit 22 S 88

R. pompa air A 30

Gudang peralatan 1 unit S 60

R. karyawan 8 2 NAD 16

Locker pria 8 2 NAD 16

Locker wanita 8 2 16

5 Kantor

pengelola

gedung

R.direktur+wkl+sekertaris 1 unit S 96

Pantry 1 unit S 48

R. arsip 1 unit S 48

R. rapat 60 3,6 NAD 216

70

Page 71: Jules Kolokium

708

Bag. Personalia 24 6 NAD 144

R. karyawan 24 4 NAD 96

Administrasi 15 4 NAD 60

6 Pub Dapur+gudang. Minuman 420 0,3 NAD 126

1,190

R. Saji 1 unit S 24

Bartender 1 unit S 49

Dance floor 80 3,15 NAD 316

Dining lounge 300 2 NAD 600

Stage 1 unit S 75

7 Bar Stage 1 unit S 75

167

Bartender 1 unit S 49

Gudang Minuman 1 unit A 16

R.Manager 1 unit A 15

R.Administrasi 1 unit A 12

8 Karaoke Studio 1Hongkong (M) 10 20 S 200

Studio 2 Singapore (M) 10 5 S 50

Studio 3 London (M) 10 5 S 50

Studio 4 Kuala Lumpur

(S)

8 4 S 32

Studio 5 Washington (M ) 10 5 S 50

Studio 6 Moscow (S) 8 4 S 32

Studio 7 Sydney (M) 10 5 S 50

Studio8 SanFransisco (M) 10 5 S 18

Studio 9 NewDelhi (S) 8 4 S 32

Studio 10 Cairo (S) 8 4 S 32

Studio 11 Amsterdam ( L) 14 6 S 84

Studio 12 NewYork ( J) 18 8 S 144

Studio 13 Tokyo (M) 10 5 S 50

Studio 14 Beijing (M) 10 5 S 50

Studio 15 Paris ( J) 18 8 S 144

71

Page 72: Jules Kolokium

Studio 16 Roma (L) 18 6 S 108

Studio 17 Manila (S) 8 4 S 32

Studio 18 Athena (S) 8 4 S 32

Studio 19 Honolulu (S) 8 4 S 32

Studio 20 Bangkok (S) 8 4 S 32

Studio 21 Melbourne (S) 8 4 S 32

Studio 22 Frankfurt (S) 8 4 S 32

Studio 23 Madrid ( S) 8 4 S 32

Studio 24 Toronto ( S) 8 4 S 32

Studio 25 Stockholm (S) 8 4 S 32

Studio 26 Istanbul (S) 8 4 S 32

Studio 27 Zurich (S) 8 4 S 32

Studio 28 Dubai (S) 8 4 S 32 1510

9 Diskotik Stage 1 unit A 220

1053

Gudang Peralatan 1 unit A 81

R.Manager dan personalia 1 unit A 130

Bartender 1 unit S 49

Dapur dan Pantry I unit S 48

R.duduk Privat 50

unit

A 525

8 Café Kantor 1 unit A 60

440

Dapur 1 unit S 48

R. saji 1 unit A 12

Dining room 100 2 NAD 200

Outdoor café 60 2 NAD 12

TOTAL KESELURUHAN 7025

Tabel 9 : Program Ruang

Keterangan: - NAD (NEUFERT ARSITEK DATA)

- S (STANDAR)

- A (ASUMSI)

72

Page 73: Jules Kolokium

IV.6. Teknik Bangunan

IV.6.1. Analisa Struktur Bangunan

A. Sub Struktur, yang terdiri atas :

1. Tiang Pancang.

a) Aman untuk menahan gaya vertikal dan horizontal.

b) Dipakai pada lapisan tanah yang kerasnya jauh dari permukaan tanah.

c) Sesuai untuk tegangan tanah rendah dan kedalaman tanah keras melebihi

8-12 m di bawah tanah.

d) Pengerjaannya mudah, tidak memerlukan tenaga ahli.

e) Kelemahan penggunaan sistim ini pada waktu pengerjaan dimana sekeliling

ikut bergetar dan akan menimbulkan suara.

2. Pondasi Sumuran.

a) Sesuai untuk tanah yang bertekanan rendah dan pada kedalaman tanah keras

b) yang terletak 4-8 m dari muka tanah.

c) Biasanya digunakan pada jenis tanah lunak.

d) Perluasan digunakan pada jenis tanah lunak.

e) Cukup ekonomis untuk bangunan yang bertingkat rendah.

B. Upper Struktur, yang terdiri atas:

1. Struktur Rangka Batang.

a) Fleksibilitas ruang tinggi, pengembangan mudah.

b) Bertangga relatif besar, 14-22 m.

c) Kuat pada arah horizontal.

2. Dinding Pemikul Beban.

a) Tidak perlu kolom.

b) Pengerjaan cepat.

c) Fleksibilitas ruang kurang memerlukan keahlian khusus.

Bahan Bangunan

Pemilihan bangunan disesuaikan dengan fungsi, kesan yang dihasilkan untuk

dapat menampilkan karakter bangunan.

73

Page 74: Jules Kolokium

Pemilihan bahan juga perlu memperhatikan kendala yang terjadi di kemudian

hari, dan kemudahan didapat jika terjadi kerusakan yang parah. Bahan bangunan harus

benar-benar diperhatikan. Karena bangunan “Medan Diskotik & Karaoke” harus

tahan terhadap getaran yang berasal dari sound system, beban hidup maupun beban mati

sehingga kemungkinan bahan bangunan cepat rusak dalam waktu yang singkat. Bahan-

bahan bangunan yang dipertimbangkan untuk bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke” adalah sebagai berikut :

1.Pasir.

a. Butiran bersifat tajam, keras, dan kekal oleh pengaruh sinar matahari.

b. Berukuran kira-kira 0,074 mm.

2. Kerikil.

a. Pecahan dari batu-batuan dengan kira-kira 4,76 mm.

b. Bersifat keras.

3. Beton.

a. Campuran antara semen,air, dan agregat mineral.

b. Kuat terhadap gaya tekan.

c. Keras, kaku, dan kokoh.

4. Semen.

a. Dipakai untuk eksterior maupun interior, diberi warna dengan cat.

b. Mudah dalam pemerataan dan mudah dibentuk.

c. Banyak digunakan pada bangunan yang penuh dengan pemakaian relief.

5. Batu bata.

a. Fleksibel terutama pada detail, untuk struktur bangunan tinggi.

b. Praktis.

c. Banyak digunakan pada bangunan monumental dan bangunan komersial.

6. Kayu.

a. Kuat terhadap tarikan dan tidak kuat terhadap tekanan.

b. Tidak tahan terhadap zat kimia.

c. Mudah terbakar.

d. Banyak digunakan pada perabotan rumah.

74

Page 75: Jules Kolokium

7. Baja.

a. Kuat menahan gaya tarik.

b. Kokoh, keras, kasar.

c. Banyak digunakan pada bangunan bentang lebar.

8. Metal.

a. Fleksibel.

b. Ringan dan dingin.

c. Banyak digunakan pada bangunan konvensional.

9. Kaca.

a. Transparan.

b. Ringan, dinamis, dan dingin.

c. Banyak digunakan pada bangunan perkantoran ataupun bank.

10. Keramik.

a. Ringan, bersih, dan dingin.

b. Beraneka ragam corak dan kualitas.

c. Banyak digunakan pada lantai interior ruangan bangunan.

IV.6.2. Analisa Sarana Sirkulasi Vertikal

Keterangan Alat Transportasi

Tangga Eskalator Lift

Daya angkut Relatif kecil Relatif sedang Relatif besar

Waktu tunggu Tdk menunggu Tdk menunggu Harus menunggu

Pemakai ruang Besar Besar Kecil

Hub. Antar lantai Terasa Terasa Tidak terasa

Penampilan Dapat diolah Bentuk terbatas Dapat diolah

Apabila aliran

listrik putus Dpt digunakan Dpt digunakan Tdk dpt di gunakan

Ketinggian lantai Efektif 4-5 lantai Efektif 6-8 lantai Tidak terbatas

Pertimbangan -Dipakai pd keadaan Kurang ekonomis di Efektif untuk melayani

Darurat tinjau dari luasan bangunan yg berlantai

-Dipakai bila lift mati daerah pelayanan banyak

-Dipakai sbg penghub.

75

Page 76: Jules Kolokium

area servis.

Perletakan Dipertimbangkan terhadap :

Sistem sirkulasi yang berkesinambungan, kemudahan kegiatan, pemerataan

Jangkauan pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku(+25m), dan

Pelayanan bagi orang cacat.

Tabel 10 : Sarana sirkulasi vertikal

IV.7. Analisa Sistim Utilitas

IV.7.1. Analisa Pencahayaan

Ada 3 cara memamfaatkan sinar matahari, sebagai sumber daya alam

pencahayaan bagi bangunan :

1. Sinar matahari, kita harus mengusahakannya agar mendapatkan terangnya, tetapi

sekaligus juga menolak atau mengurangi panasnya.

2. Oleh sebab itu, sejauh mungkin kita harus bukan mendapatkan cahaya langsung,

tetapi cahaya pantulan atau cahaya bias.

3. Untuk mendapatkan cahaya pantulan maupun cahaya bias kita harus meletakkan

lubang cahaya pada daerah bayang-bayang.

Berikut tabel angka pantul dari bidang tanah :

No. Jenis benda pantul Pantulan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Rumput

Pepohonan

Tanah

Beton

Marmer putih

Bata merah

Aspal

Permukaan dicat putih baru

Permukaan dicat lama

6%

25%

7%

55%

45%

30%

7%

75%

55%

Tabel 11 : Tabel angka pantul dari bidang tanah

76

Page 77: Jules Kolokium

Pemecahan masalah pencahayaan bagi bangunan pada dewasa ini pada umumnya

dilakukan dengan dua cara, antara lain :

1. Cara alami, dengan memanfaatkan sinar matahari ( Day Light ).

2. Cara mekanis, dengan pemanfaatan energi listrik ( Artificial light ).

Kedua cara tersebut tentunya harus diterapkan secara tepat guna, artinya cara

manapun yang diterapkan, sebaiknya berdasarkan kebutuhan yang dituntut oleh

berlangsungnya fungsi yang bersangkutan.

a. Sumber Pencahayaan Alami ( Day Light )

Merupakan cahaya matahari sebagai sumber penerangan pada bangunan, sumber-

sumber pencahayaan alami dari matahari antara lain cahaya yang dipantulkan dan

cahaya langsung. Cahaya langsung berasal dari cahaya matahari langsung tanpa

mendapat halangan dari komponen bangunan, misalnya : cantilevel, jendela,

sirap, dan lain lain. Cahaya pantul berasal dari refleksi benda yang berada diluar

bangunan maupun elemen-elemen dari bangunan yang masuk melalui bukaan

jendela.

Gambar 6 : Sumber Pencahayaan Alami

Cahaya matahari langsung masuk kedalam bidang permukaan jendela akan

merambatkan panas kedalam ruangan sebesar 80%-90% yang dapat menyebabkan

ruangan yang panas. Sistim ini diterapkan pada bangunan yang menghendaki

pencahayaan maksimum.

77

Page 78: Jules Kolokium

Dengan menggunakan bahan-bahan tertentu dan juga sistem permainan pada

bukaan dinding dapat mengurangi cahaya matahari langsung masuk kedalam

ruangan yang dapat mengurangi panas pada ruangan.

b. Sumber Pencahayaan Buatan ( Artificial Light ).

Sumber pencahayaan buatan yaitu penerangan dengan menggunakan lampu di

dalam ruangan, hal tersebut dilakukan karena pencahayaan didalam ruangan yang

kurang.Yang harus diperhatikan dalam penggunaan sumber cahaya buatan adalah:

1. Jenis dan sifat ruang.

2. Efek silau.

3. Kuat penerangan.

4. Penempatan bola lampu.

5. Warna cahaya.

6. Sifat distribusi cahaya.

IV.7.2. Analisa Pengkondisian Udara

Pengertian pengkondisian udara pada bangunan adalah untuk pertukaran udara

dalam ruang dengan cara memasukkan udara segar dari luar dan mengganti udara kotor

di dalam ruangan, dengan memperhatikan faktor kelembaban dan temperatur.

Faktor yang perlu dipertimbangkan pada masalah pengudaraan , antara lain :

1. Besarnya tiupan angin diluar bangunan.

2. Sirkulasi dalam ruang pada bangunan besar sangat terbatas untuk mencapai ruang

tengah bangunan yang mungkin saja faktor dengan pengadaan skylight relatif

kecil.

3. Tingkat kenyamanan kerja manusia.

4. Energi operasi serta sistim pengudaraan buatan AC di pakai dalam keadaan

darurat.

5. Biaya peralatan dan perawatannya.

Jenis pengkondisian udara ada 2 jenis, yaitu :

1. Pengkondisian udara alami.

78

Page 79: Jules Kolokium

Pengkondisian udara alami biasanya menggunakan udara yang ada pada alam,

kadang-kadang dibantu dengan kipas angin.

Kriteria perencanaan unuk mendapatkan udara yang ideal adalah sebagai berikut :

a. Nyaman untuk orang Indonesia adalah :

Suhu ideal rata-rata 23-24 ºC.

Kelembaban 40-60%.

Kecepatan angin 0,1-3,5 m/detik.

b. Kebutuhan laju udara segar

c. Hemat energi

d. Tuntutan ruang

2. Pengkondisian udara buatan. ( Air Conditioning )

Pada ruang-ruang yang menggunakan pengudaraan buatan, dapat dilakukan

penghematan dengan :

a. Volume ruang tidak terlalu besar.

b. Dinding yang berhadapan langsung dengan ruang luar tidak dibuat bidang

kaca yang besar sehingga menyebabkan radiasi matahari yang besar.

c. Pemilihan warna yang cerah dan menghindari penggunaan warna yang gelap,

yang menyerap panas.

d. Penggunaan IBS yang dapat mensensor kegiatan pemakai dan kebutuhan

ruang sehingga dapat hidup danmati secara otomatis, yang akhirnya dapat

menghemat energi.

IV.7.3. Analisa Sistem Pembuangan Sampah

Dalam bangunan :

Diagram 9 : Sistem pembuangan sampah dalam ruangan

Diluar bangunan :

Sampah Shaft sampah

Lantai dasar

Kereta sampah

Dinas kebersihan

79

Page 80: Jules Kolokium

Diagram 10 : Sistem pembuangan sampah di luar bangunan

IV.7.4. Analisa Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi pada “Medan Diskotik & Karaoke” di lengkapi alat-alat,

antara lain :

1. Sound dan Public address system, pengeras suara yang terletak pada ruangan

umum seperti di area Diskotik.

2. Intercom system untuk komunikasi dalam bangunan dan pada luar bangunan di

pakai sistem PABX ( Private Automatic Branch Exchange ).

3. Telex dan Fax untuk menerima berita tertulis, pada kantor pengelola dan

administrasi.

IV.7.5. Analisa Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang akan digunakan pada “Medan Diskotik &

Karaoke” harus dipertimbangkan kelebihan ataupun kerugian pemakaiannya, antara

lain :

Alternatif sistem penangkal petir :

Bak sampah pusat bak sampah Dinas Kebersihan

80

Page 81: Jules Kolokium

Tabel 12 : Sistem penangkal petir

IV.7.6. Analisa Keamanan

Pencegahan terhadap pencurian/pengrusakan dapat dilakukan dengan cara, antara lain:

Sistem pengintai jarak jauh.

Sistem ini menggunakan kamera pengintai yang diletakkan di tempat-tempat

strategis dan petugas hanya memantau dari layar monitor yang sudah tersedia di

ruangan khusus.

Sistem pendeteksi dengan alarm.

Sistem ini hanya digunakan pada bahaya kebakaran dan juga terjadi kejahatan di

dalam bangunan.

Sistem penjagaan petugas.

Sistem ini menggunakan sumber daya manusia sebagai keamanan. Di dalam

“Medan Diskotik & Karaoke” memilki petugas keamanan yang biasa

memiliki pos-pos penjagaan yang sudah direncanakan agar mudah dalam

komunikasi dan penanggulangan keamanan.

81

Page 82: Jules Kolokium

Pencegahan terhadap bahaya kebakaran, antara lain :

a. Pencegahan aktif.

Fire hydrant

Maksimum jangkauan dari fire hydrant adalah 30 m dan luas pelayanan 800 m².

Biasanya ditempatkan pada daerah yang mudah dicapai dan terletak di tempat

yang strategis.

Pylar hydrant

Maksimum jangkauan 100 m. Diletakkan di halaman agar mudah dijangkau oleh

mobil pemadam kebakaran. Dan biasanya disediakan oleh perusahaan pemadam

kebakaran.

Kimia portable

Maksimum jangkauan 25 m dan luas pelayanan 200m². Letak dari kimia portable

berada di daerah dapur atau daerah yang dianggap mudah terjadi percikan api.

Head detector unit

Luas pelayanan 75 m. HDU sering dihubungkan dengan alarm untuk mendeteksi

sendiri bila terjadi kebakaran atau asap. Jadi disarankan didalam ruangan tidak

menghidupi rokok.

Splinker

Jarak maksimum 6-9 m dan luas pelayanan 25 m². Biasanya diletakan di atas

plafon. Dan bekerja apabila terjadi kebakaran atau panas ruangan mencapai ( 135-

160 F ).

b. Pencegahan pasif

Tangga kebakaran

Tangga kebakaran memiliki ruang tersendiri dan pintu khusus yang tahan

terhadap api. Jarak minimum antar pencapaian adalah 25-30 m. Lebar tangga

kebakaran harus memiliki cerobong asap. Hal ini dimaksudkan agar orang yang

berada di dalam tangga kebakaran tidak terhirup asap.

Pintu keluar

Lebar pintu minimum 0,9 arah bukaan pintu harus ke arah luar.

IV.7.7. Analisa Instalasi Listrik

82

Page 83: Jules Kolokium

Sumber listrik berasal dari PLN ditambah dengan Genset sebagai cadangan.

Genset disimpan pada tempat yang tidak mengganggu aktifitas bangunan akibat

kebisingan dibantu dengan alat peredam suara.

Diagram 11 : Sistem suplay Tenaga Listrik dari PLN

Diagram 12 : Sistem Suplay Tenaga Listrik dari Genset

IV.7.8. Analisa Instalasi Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, ditambah sumur pompa untuk persediaan

bagi kebutuhan reservoir kebakaran maupun lainnya.

Air bersih dapat berupa air minum, dan untuk buangan. Didalam penyediaan air

bersih memiliki beberapa sistem. Adapun sitem itu adalah sebagai berikut :

Sistem sambungan langsung

PLN Bangunan

Sekering box

Sekring box

RUANGAN

Genset

Panel utama

RUANGAN

Panel cabang

Bangunan Travo

83

Page 84: Jules Kolokium

Sistem ini merupakan sambungan langsung antara pipa distribusi dengan pipa

utama

Gambar 7 : Sistem sambungan langsung

Sistem tangki atap

Dalam sistem ini, air di tampung terlebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian

dipompakan ke atas yang biasanya berada di atas atap dan air tersebut di

distribusikan ke bawah.

Gambar 8 : Sistem tangki atap

Sistem tangki tekan

84

Page 85: Jules Kolokium

Prinsip kerjanya adalah yang telah ditampung di tangki bawah, dipompakan

kedalam suatu bejana tertutup sehingga udara yang ada di dalamnya terkompresi.

Air ini kemudian didistribusikan ke bangunan.

Gambar 9 : Sistem tangki tekan

IV.7.9. Analisa Instalasi Air kotor

Air buangan memiliki 3 sistem :

1. Air kotor ( kloset, bidet, peturasan )

Adalah sistem pembuangan, melalui air kotor dari kloset, peturasan dan lain-lain

dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.

2. Air bekas ( bath tub, bak cuci tangan, bak dapur dan lainnya )

Adalah sistem pembuangan dari air bekas dalam gedung dikumpulkan dan

dialirkan keluar.

3. Air hujan ( halaman atap )

Sistem ini hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan

dialirkan ke luar.

Air kotor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Air kotor cair ( Grey water & Strom water )

Air kotor padat ( Black water )

Skematik pembuangan air kotor cair dan padat :

Air kotor cair ( Grey water & Strom water)

85

Page 86: Jules Kolokium

Diagram 13: Skematik pembuangan air kotor cair ( Grey water & Strom water )

Air kotor padat ( Black water )

Diagram 14 : Skematik pembuangan air kotor padat ( Black water )

Kotoran Padat

Tangki Perembesan

Proses Chlorinasi

DapurAir wastafelAtap

Bak kontrol

Riol kota

Tempat parkir

Judul

Air hujan

86

Page 87: Jules Kolokium

V.1. Konsep Tapak

V. 1.1. Konsep Lingkungan Sekitar Tapak.

Peta 14 : Lingkungan sekitar tapak

Foto 6 : Foto lokasi site di jalan Kota Baru III.

87

Page 88: Jules Kolokium

Foto 7 : Foto lokasi site di sudut jalan Kota Baru III.

Foto 8 : Foto lokasi site di jln. Nibung Raya

Foto7 : Foto lokasi site di jalan Nibung Raya.

88

Page 89: Jules Kolokium

V.1.2 . Konsep Sirkulasi, Pencapaian dan Parkir

Lokasi tapak terletak di Kecamatan Medan Petisah. Lokasi tapak menghadap ke

jalan Nibung Raya sehingga pencapaian ke lokasi melalui jl.Gatot Subroto dan

Gajahmada

Peta 15 : Konsep sirkulasi, dan parkir.

Sirkulasi

Sirkulasi dalam tapak dapat dibedakan atas:

Sirkulasi kendaraan baik pribadi atau umum

Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi sepeda motor

Sirkulasi barang/service

Kriteria yang perlu diperhatikan :

Kemudahan pencapaian ke tujuan

Tidak terjadi crossing sehingga membutuhkan kejelasan arah

89

Page 90: Jules Kolokium

Parkir

Adapun sistem parkir yang digunakan/yang diterapkan pada area “Medan

Diskotik & Karaoke” terdiri dari beberapa model setelah dianalisa dan dari

pertimbangan sebagai berikut:

Kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan

Mudah dicapai, baik dari luar maupun dari dalam

Sirkulasi dan pencapaian yang jelas

Efisiensi lahan

Batas kelelahan pejalan kaki, maksimum 300 m

Disesuaikan dengan kelompok pemakainya (kendaraan pribadi, umum dan

barang/service)

Sistem parkir :

Parkir 45° (23-26 m²/kendaraan)

Parkir 90° (20-22 m²/kendaraan )

Kesimpulan:

90

Page 91: Jules Kolokium

Sistem parkir 45º dan 90º yang digunakan pada area parkir “Medan Diskotik &

Karaoke”

Peta 16 : Konsep Pencapaian.

Pencapaian

Pencapaian ke tapak :

1. Pengunjung : -Berjalan kaki.

-Berkendaraan pribadi ( mobil dan sepeda motor ) maupun umum

2. Barang / Service

Kriteria yang perlu diperhatikan :

- Entrance yang jelas dan mudah untuk dicapai

- Tidak menimbulkan kemacetan

- Orientasi pengunjung

- Memenuhi peraturan dan standar perencanaan jalan

- Jarak pencapaian dari entrance ke lokasi

V. 2. Konsep Pola Ruang Luar / Entrance.

91

Page 92: Jules Kolokium

Dasar pertimbangan pengolahan ruang luar :

Ruang luar sebagai penerima umum.

Ruang pengikat dengan bangunan.

Sebagai pembatas tapak.

Ruang tangkap visual bangunan.

Buffer terhadap polusi udara dan suara.

Elemen pembentuk ruang luar :

Elemen lunak : Tanaman, Landscape, dll.

Elemen keras : Plaza, Pedestrian, dll.

Untuk pemecahan terhadap suhu termal yang ada di Medan dan setelah

menganalisa lokasi site yang akan direncanakan maka pada pada sisi bagian luar

bangunan ditanami berbagai jenis pohon yang antara lain sebagai pohon peneduh, pohon

pelindung dan juga tidak lupa juga sebagai penghias (dipandang dari segi Fasade

Bangunan).

Untuk akses main entrance yang direncanakan melalui jalan Nibung Raya,

Sedangkan side entrance melalui jalan Rotan Baru.

Peta 17 : Konsep Pola Ruang Luar / Entrance (in / out).

92

Page 93: Jules Kolokium

V.3. Konsep Bentuk Dasar Massa Bangunan

Bentuk dasar massa bangunan di pertimbangkan terhadap:

Sifat kegiatan yang ada

Tuntutan fleksibilitas dan efisiensi ruang

Penyesuaian terhadap bentuk ruang

Bentuk bangunan yang akan saya rencanakan adalah terdiri dari gabungan dua

bentuk dasar bangunan yaitu Persegi dan Segitiga

Peta 18 : Konsep Bentuk dasar Massa Bangunan

Bentuk Persegi

Sesuai dengan kegiatan fungsional seperti pertokoan, hotel, hunian dan

perkantoran.

93

Page 94: Jules Kolokium

Bentuk Segitiga

Kurang sesuai dengan bentuk yang menuntut efisiensi ruang .

Dari bentuk site yang akan direncanakan maka terpilihlah dua bentuk massa yaitu

persegi dan segitiga yang digabungkan.

94

Page 95: Jules Kolokium

V.4. Konsep Massa Bangunan

V.5. Konsep Pengelompokan Ruang

Adapun ruang yang direncanakan pada bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke” nantinya adalah sebagai berikut :

A . Ruang Pengelola

Ruang yang berfungsi sebagai tempat terjadinya kegiatan pengelolaan gedung dan

masing-masing devisi.Selain itu juga terdapat kegiatan olahraga yang disediakan

untuk karyawan.

B . Ruang Utama

Diskotik ( HERMES DISKOTIK )

Karaoke ( ZEUS KARAOKE )

C . Ruang Pendukung

Bar ( CLEOPATRA BAR )

Café ( CHING’S CAFÉ )

Pub ( FIRA’UN PUB )

D . Ruang Service

95

Page 96: Jules Kolokium

Ruang AHU

Ruang Genset

Program Ruang “Medan Diskotik dan Karaoke “ :

Pengelola R.Direktur 7×5=35m²

R.Meeting 5×5=25m²

Bag.Humas & Staff

Keuangan

12×4=48m²

R.Manager & Sekretaris 7×4=28m"

R.Tamu 4×8=32m²

Dapur & R. Makan

Karyawan

8×4=32m²

R.Master Control 4×3=12m²

R.Security 2,5×3=7,5m²

Toilet Pria 4×5=20m²×2=40m²

Toilet Wanita 4×5=20m²×2=40m²

R.Badminton 20×15=300m²

R.Tenis Meja 10×14=140m²

Pub Ruang santai 30×25=750m²

R.Peralatan 12×12=144m²

Stage Live Song 25×8=200m²

Bartender 3,5×14=49m²

Kasir 2×2,5=5m²

Toilet Pria 5×6=30m²×2=60m²

Toilet Wanita 5×6=30m²×2=60m²

Ruang Ganti 12×6=72m²

R.Panel Listrik 5×6=30m²

R.Janitor 3,5×4=14m²

R.Manager 7×5=35m²

R.Meeting 5,5×5=22,5m²

96

Page 97: Jules Kolokium

R.ADM 5×5=25m²

R.Personalia 6×5=30m²

Dapur Kotor 9×5=45m²

Pantry 6×5=30m²

Chiller 5×5=25m²

Gudang Minuman 5×6=30m²

Cafe Ruang santai 20×30=600m²

Stage 12×6=72m²

R.Manager 4,5×4=22m²

R.Meeting 4,5×2,5=11,25m²

R.ADM 4,5×2=9m²

Toilet Pria 2,5×4=10m²×2=20m²

Toilet Wanita 2,5×4=10m²×2=20m²

Dapur Kotor 5×3=15m²

Pantry 3×3=9m²

Chiller 2×3=6m²

Bartender 4×3=12m²

R.VIP 5×4=20m²×3=60m²

Bar R.Santai 20×20=400m²

Bartender 10×4=40m²

Kasir 1,5×2=3m²

R.Manager 5×3=15m²

R.ADM & Personalia 5×3=15m²

Toilet Pria 4×3=12m²

Toilet wanita 4×3=12m²

Dapur Kotor 3×2=6m²

Pantry 2×2=4m²

Chiller 2×1,5=3m²

Gudang minuman 2×1,5=3m²

Locker Karyawan 1,5×2=3m²

97

Page 98: Jules Kolokium

Karaoke VVIP Room 12×12=144m²×2=288m²

VIP Room 8×8=64m²×10=640m²

KTV Sedang 6×8=48m²×11=528m²

KTV Standard 4×8=32m²×8=256m²

R.Umum Karaoke 24×9=216m²

R.Master Control 5,5×5=27,5m²

Gudang 5×8=40m²

R.Tunggu 10×7=70m²

Receptionist 8×8=64m²

Bartender 5×3=15m²×2=30m²

Dapur Kotor 3×5=15m²×2=30m²

Pantry 2,5×5=12,5m²×2=25m²

Gudang Minuman 2×5=10m²×2=20m²

Toilet Pria 5×3=15m²×2=30m²

Toilet Wanita 5×3=15m²×2=30m²

R.Janitor 2×2,5=5m²

Diskotik Area Duduk Umum 20×35=700m²

Area Duduk Privat 2,5×3,5=8,75m²×48=420m²

Stage 13×22=286m²

Ruang DJ 12×2=24m²

R.AHU 8×7=56m²

R.Manager 5×5=25m²

R.Meeting 4×5=20m²

R.ADM & Personalia 5×5=25m²

Gudang Peralatan 8,5×9=76,5m²

R.Master Control 5×11=55m²

Bartender & Kasir 6,5×15=97,5m²

Dapur Kotor 10×6=60m²×2=120m²

Pantry 5×4=20m²×2=40m²

Gudang Minuman 6×4=24m²

98

Page 99: Jules Kolokium

Locker Karyawan 8×5=40m²

Toilet Pria 5×5=25m"×2=50m²

Toilet Wanita 5×5=25m²×2=50m²

Jumlah Keseluruhan

Sirkulasi 25 %

8146.75m²

2036.7 m²

TOTAL 10183.45 m²

Tabel 13 : Program Ruang

99

Page 100: Jules Kolokium

V.6. Konsep Kelompok Pemakai Kegiatan

Adapun pengguna ataupun pemakai fasilitas bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke” ini adalah:

Pengelola “Medan Diskotik & Karaoke”

Pengunjung :

- Remaja ( 17-30)

- Dewasa (30-50)

V.7. Konsep Pola Sirkulasi Kegiatan

Diagram 15 :Pola sirkulasi Bagian Administrasi

MENGURUS ADMINISTRASI

ISTIRAHATBEKERJA KEMBALI

PULANG

BAGIAN

ADMINISTRASI

DATANG

100

Page 101: Jules Kolokium

Diagram 16 :Pola sirkulasi Bagian direksi

Diagram 17 :Pola sirkulasi Artis

V.7.1. Konsep Sirkulasi dalam Bangunan

Ada beberapa jenis sirkulasi yang mempengaruhi pergerakan manusia didalam

maupun diluar bangunan “Medan Diskotik & Karaoke”. Adapun pola sirkulasi

yang digunakan di dalam ruangan/ gedung digunakan pola sirkulasi Linier yaitu suatu

alur gerak yang sederhana dan mudah dikembangkan, serta dinamis.Disamping itu

memudahkan pengaliran karena sirkulasinya menerus.

BAGIAN DIREKSI

KARYAWAN

DATANG MENGELOLA KANTOR DAN GEDUNG -

ISTIRAHAT BEKERJA KEMBALI

PULANG

ARTIS

DATANG

CASTING LATIHAN

RIAS R. TUNGGU

ACTINGPULANG

101

Page 102: Jules Kolokium

Gambar 10 : Sirkulasi Linier

V.7.2. Konsep Struktur Bangunan

B. Sub Struktur, yang terdiri atas :

1. Tiang Pancang.

Aman untuk menahan gaya vertikal dan horizontal.

Dipakai pada lapisan tanah yang kerasnya jauh dari permukaan tanah.

Sesuai untuk tegangan tanah rendah dan kedalaman tanah keras melebihi 8-12 m

di bawah tanah.

Pengerjaannya mudah, tidak memerlukan tenaga ahli.

Kelemahan penggunaan sistim ini pada waktu pengerjaan dimana sekeliling

ikut bergetar dan akan menimbulkan suara.

2. Pondasi Sumuran.

Sesuai untuk tanah yang bertekanan rendah dan pada kedalaman tanah keras

Yang terletak 4-8 m dari muka tanah.

Biasanya digunakan pada jenis tanah lunak.

Perluasan digunakan pada jenis tanah lunak.

Cukup ekonomis untuk bangunan yang bertingkat rendah.

B. Upper Struktur, yang terdiri atas:

1. Struktur Rangka Batang.

102

Page 103: Jules Kolokium

Fleksibilitas ruang tinggi, pengembangan mudah.

Bertangan relatif besar, 14-22 m.

Kuat pada arah horizontal.

2. Dinding Pemikul Beban.

Tidak perlu kolom.

Pengerjaan cepat.

Fleksibilitas ruang kurang memerlukan keahlian khusus.

Untuk bangunan “Medan Diskotik & Karaoke” ada beberapa jenis struktur yang

tertera diatas dipakai dalam penerapan dan perancangan untuk bangunan “Medan

Diskotik & Karaoke”.

V.7.3. Konsep Sarana Sirkulasi Vertikal

Keterangan Alat Transportasi

Tangga Eskalator Lift

Daya angkut Relatif kecil Relatif sedang Relatif besar

Waktu tunggu Tdk menunggu Tdk menunggu Harus menunggu

Pemakai ruang Besar Besar Kecil

Hub. Antar lantai Terasa Terasa Tidak terasa

Penampilan Dapat diolah Bentuk terbatas Dapat diolah

Apabila aliran

listrik putus Dpt digunakan Dpt digunakan Tdk dpt di gunakan

Ketinggian lantai Efektif 4-5 lantai Efektif 6-8 lantai Tidak terbatas

Pertimbangan -Dipakai pd keadaan Kurang ekonomis di Efektif untuk melayani

Darurat tinjau dari luasan bangunan yg berlantai

-Dipakai bila lift mati daerah pelayanan banyak

-Dipakai sbg penghub.

area servis.

Perletakan Dipertimbangkan terhadap :

Sistem sirkulasi yang berkesinambungan, kemudahan kegiatan, pemerataan

Jangkauan pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku(+25m), dan

Pelayanan bagi orang cacat.

Tabel 14 : Sarana sirkulasi vertikal

103

Page 104: Jules Kolokium

V.8. Konsep Sistim Utilitas

V.8.1. Konsep Pencahayaan

Ada 3 cara memamfaatkan sinar matahari, sebagai sumber daya alam

pencahayaan bagi bangunan :

1. Sinar matahari, kita harus mengusahakannya agar mendapatkan terangnya, tetapi

sekaligus juga menolak atau mengurangi panasnya.

2. Oleh sebab itu, sejauh mungkin kita harus bukan mendapatkan cahaya langsung,

tetapi cahaya pantulan atau cahaya bias.

3. Untuk mendapatkan cahaya pantulan maupun cahaya bias kita harus meletakkan

lubang cahaya pada daerah bayang-bayang.

Pemecahan masalah pencahayaan bagi bangunan pada dewasa ini pada umumnya

dilakukan dengan dua cara, antara lain :

1. Cara alami, dengan memanfaatkan sinar matahari ( Day Light ).

2. Cara mekanis, dengan pemanfaatan energi listrik ( Artificial light ).

Kedua cara tersebut digunakan pada bangunan “Medan Diskotik &

Karaoke” yaitu pencahayaan matahari secara alami pada pagi dan siang hari melalui

dinding bangunan yang berupa kaca.Sedangkan pada malam hari melalui lampu sorot

yang dipantulkan dari taman ke bangunan dan lampu penerangan di dalam setiap ruang.

V.8.2. Konsep Pengkondisian Udara

Pengertian pengkondisian udara pada bangunan adalah untuk pertukaran udara

dalam ruang dengan cara memasukkan udara segar dari luar dan mengganti udara kotor

di dalam ruangan, dengan memperhatikan faktor kelembaban dan temperatur.

Faktor yang perlu dipertimbangkan pada masalah pengudaraan , antara lain :

1. Besarnya tiupan angin diluar bangunan.

2. Sirkulasi dalam ruang pada bangunan besar sangat terbatas untuk mencapai ruang

tengah bangunan yang mungkin saja faktor dengan pengadaan skylight relatif

kecil.

3. Tingkat kenyamanan kerja manusia.

104

Page 105: Jules Kolokium

4. Energi operasi serta sistim pengudaraan buatan AC dipakai dalam keadaan

darurat.

5. Biaya peralatan dan perawatannya.

Jenis pengkondisian udara ada 2 jenis, yaitu :

1. Pengkondisian udara alami.

Pengkondisian udara alami biasanya menggunakan udara yang ada pada alam,

kadang-kadang dibantu dengan kipas angin.

Kriteria perencanaan unuk mendapatkan udara yang ideal adalah sebagai berikut :

a. Nyaman untuk orang Indonesia adalah :

Suhu ideal rata-rata 23-24 ºC.

Kelembaban 40-60%.

Kecepatan angin 0,1-3,5 m/detik.

b. Kebutuhan laju udara segar

c. Hemat energi

d. Tuntutan ruang

2. Pengkondisian udara buatan. ( Air Conditioning )

Pada ruang-ruang yang menggunakan pengudaraan buatan, dapat dilakukan

penghematan dengan :

a. Volume ruang tidak terlalu besar.

b. Dinding yang berhadapan langsung dengan ruang luar tidak dibuat bidang

kaca yang besar sehingga menyebabkan radiasi matahari yang besar.

c. Pemilihan warna yang cerah dan menghindari penggunaan warna yang

gelap, yang menyerap panas.

d. Penggunaan IBS yang dapat mensensor kegiatan pemakai dan kebutuhan

ruang sehingga dapat hidup danmati secara otomatis, yang akhirnya dapat

menghemat energi.

V.8.3. Konsep Sistem Pembuangan Sampah

105

Page 106: Jules Kolokium

Dalam bangunan :

Diagram 18 : Sistem pembuangan sampah dalam ruangan

Luar bangunan :

Diagram 19 : Sistem pembuangan sampah di luar bangunan

V.8.4. Konsep Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi pada “Medan Diskotik & Karaoke” di lengkapi alat-alat, antara

lain :

1.Sound dan Public address system, pengeras suara yang terletak pada ruangan umum

seperti di area Diskotik.

2.Intercom system untuk komunikasi dalam bangunan dan pada luar bangunan di

pakai sistem PABX ( Private Automatic Branch Exchange ).

Lantai dasar

Kereta sampah

Dinas kebersihan

Bak sampah pusat bak sampah Dinas Kebersihan

Sampah Shaft sampah

106

Page 107: Jules Kolokium

3.Telex dan Fax untuk menerima berita tertulis, pada kantor pengelola dan

administrasi.

V.8.5. Konsep Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang akan digunakan pada Medan Diskotik & Karaoke,

Adalah: :

Sistem penangkal petir :

Tabel 14 : Sistem penangkal petir

V.8.6. Konsep Keamanan

Pencegahan terhadap pencurian/pengrusakan dapat dilakukan dengan cara, antara lain:

Sistem pengintai jarak jauh.

Sistem ini menggunakan kamera pengintai yang diletakkan di tempat-tempat

strategis dan petugas hanya memantau dari layar monitor yang sudah tersedia di

ruangan khusus.

Sistem pendeteksi dengan alarm.

Sistem ini hanya digunakan pada bahaya kebakaran dan juga terjadi kejahatan

didalam bangunan.

Sistem penjagaan petugas.

Sistem ini menggunakan sumber daya manusia sebagai keamanan. Di “Medan

Diskotik & Karaoke” memiliki petugas keamanan yang biasa memiliki pos-

107

Page 108: Jules Kolokium

pos penjagaan yang sudah direncanakan agar mudah dalam komunikasi dan

penanggulangan keamanan.

Pencegahan terhadap bahaya kebakaran, antara lain :

a. Pencegahan aktif.

Fire hydrant

Maksimum jangkauan dari fire hydrant adalah 30 m dan luas pelayanan 800 m².

Biasanya ditempatkan pada daerah yang mudah dicapai dan terletak di tempat

yang strategis.

Pylar hydrant

Maksimum jangkauan 100 m. Diletakkan di halaman agar mudah dijangkau oleh

mobil pemadam kebakaran. Dan biasanya disediakan oleh perusahaan pemadam

kebakaran.

Kimia portable

Maksimum jangkauan 25 m dan luas pelayanan 200m². letak dari kimia portable

berada didaerah dapur atau daerah yang dianggap mudah terjadi percikan api.

Head detector unit

Luas pelayanan 75 m. HDU sering dihubungkan dengan alarm untuk mendeteksi

sendiri bila terjadi kebakaran atau asap. Jadi disarankan didalam ruangan tidak

menghidupi rokok.

Sprinker

Jarak maksimum 6-9 m dan luas pelayanan 25 m². Biasanya diletakan di atas

plafon. Dan bekerja apabila terjadi kebakaran atau panas ruangan mencapai ( 135-

160 F ).

b. Pencegahan pasif

Tangga kebakaran

Tangga kebakaran memiliki ruang tersendiri dan pintu khusus yang tahan

terhadap api. Jarak minimum antar pencapaian adalah 25-30 m. lebar tangga

108

Page 109: Jules Kolokium

kebakaran harus memiliki cerobong asap. Hal ini dimaksudkan agar orang yang

berada di dalam tangga kebakaran tidak terhirup asap.

Pintu keluar

Lebar pintu minimum 0,9 dan arah bukaan pintu harus ke arah luar.

V.8.7. Konsep Instalasi Listrik

Sumber listrik berasal dari PLN ditambah dengan Genset sebagai cadangan,

Genset disimpan pada tempat yang tidak mengganggu aktifitas bangunan akibat

kebisingan dibantu dengan alat peredam suara.

Diagram 20 : Sistem suplay Tenaga Listrik dari PLN

Diagram 21 : Sistem Suplay Tenaga Listrik dari Genset

PLN Bangunan

Sekering box

Sekring box

RUANGAN

Genset

Panel utama

RUANGAN

Panel cabang

Bangunan Travo

109

Page 110: Jules Kolokium

V.8.8. Konsep Instalasi Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, ditambah sumur pompa untuk persediaan

bagi kebutuhan reservoir kebakaran maupun lainnya.

Air bersih dapat berupa air minum, dan untuk buangan. Didalam penyediaan air

bersih memiliki beberapa sistem. Adapun sitem itu adalah sebagai berikut :

Sistem sambungan langsung

Sistem ini merupakan sambungan langsung antarapipa distribusi dengan pipa

utama

Gambar 11 : Sistem sambungan langsung

Sistem tangki atap

Dalam sistem ini, air di tampung terlebih dahulu dalam tangki bawah, kemudian

di pompakan ke atas yang biasanya berada di atas atap dan air tersebut di

ditribusikan ke bawah.

110

Page 111: Jules Kolokium

Gambar 12 : Sistem tangki atap

Sistem tangki tekan

Prinsip kerjanya adalah yang telah ditampung di tangki bawah, dipompakan

kedalam suatu bejana tertutup sehingga udara yang ada di dalamnya terkompresi.

Air ini kemudian didistribusikan ke bangunan.

Gambar 13 : Sistem tangki tekan

V.8.9. Konsep Instalasi Air kotor

Air buangan memiliki 3 sistem :

1.Air kotor ( kloset, bidet, peturasan )

Adalah sistem pembuangan, melalui air kotor dari kloset, peturasan dan lain

dalam gedung dikumpulkan dan di alirkan keluar.

2.Air bekas ( bath tub, bak cuci tangan, bak dapur dan lainnya )

Adalah sistem pembuangan dari air bekas dalam gedung dikumpulkan dan

dialirkan keluar.

3.Air hujan ( halaman atap )

Sistem ini hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan

dialirkan ke luar.

Air kotor dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Air kotor cair ( Grey water & Strom water )

111

Page 112: Jules Kolokium

Air kotor padat ( Black water )

Skematik pembuangan air kotor cair dan padat :

Air kotor cair ( Grey water & Strom water )

Diagram 22 : Skematik pembuangan air kotor cair ( Grey water & Strom water )

Air kotor padat ( Black water )

Diagram 23 : Skematik pembuangan air kotor padat ( Black water )

Kotoran Padat

Tangki Perembesan

Proses Chlorinasi

Dapur: Air wastafelAtap

Bak kontrol

Riol kota

Tempat parkir

Bak kontrol

Air hujan

112

Page 113: Jules Kolokium

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.bluescopesteel.com

http://www.dbkl.gov.my/_bisnes/pusat_hiburan _malam.php

http://www.discoverhongkong.com/malaysia/gourmet/dining/gp_dini_even.jhtml

http://www.google.com

http://www.harsono.com/articles/back2sh.html

http://www.kenaridjaja.com

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/properti/2005/0816/prop1.html

http://www.wisatathailand.com/Direktori/Diskotik.htm

http://www.wisatathailand.com/show.htm

Maria Rosmawati, Laporan Tugas Akhir, Tempat Rekreasi Permainan “Deli Dunia

Fantasi “2001, USU Medan.

Pell Lucy, Powell Polly, Garrett Alexander, An Introduction to 20th Century Architecture,

Grange Book, 1989.

Powell, Robert : Architecture of Learning : Akademia : 2001 : Singapore.

Thesis Halim. Ir. Drs. Dien S, Ms.

LAMPIRAN

113