juknis-penyusunan nsdh-prov 2013.doc new

23
 Petunjuk Tek nis Penyus unan NSDH Provinsi 1 I. PENDAHULUA N  A. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui ketersediaannya tidak tak terbatas, sehingga pengelolaan dan pemanfaatannya harus dilaksanakan secara optimal dan lesta ri. Pengelolaa n yang d emikian akan menjamin keberadaan peranan dan fungsi sumberdaya hutan. Dasar pengelolaan hutan tersebut diperlukan adanya perencanaan hutan yang mantap dan dilandasi da ta/informasi y ang dituangkan dalam Nera ca Sumber Daya Hutan (NSDH). NSDH ini merupakan informasi yang menggambarkan kondisi stok ket ersediaan sumberd aya hutan dalam p roses, penambaha n dan pengurangannya sehingga pada kurun waktu tertentu dapat diketahui kecenderungan surplus a tau defisit jika dib andingkan dengan pada wa ktu sebelumnya. Dengan perkataan lain NSDH ini dapat memberikan gambaran informasi mengenai persediaan awal, penambahan, pengurangan dan persedian ak hir yang terj adi terhadap sumberdaya hutan terutama kondisi hutannya d ari waktu kewaktu. Selain itu NSDH juga merup akan indik ator tingkat pemanfaatan hutan (outp ut) dan tingkat p embinaan h utan (input) sehingga dapat pula berfungsi sebagai salah satu alat pengendali dalam pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari. Pada saat ini pelaksanaan penyusunan NSDH dilaksanakan untuk tingkat Nasional dan Provinsi, tingkat Nasional dilaksanakan oleh Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan dan tingkat Provinsi oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) untuk Provinsi dimana BPKH berada atau Dinas Pemerint ahan Provinsi yang menanga ni bidang Kehut anan (Dinas Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan atau yang terkait). Penyusunan NSDH berdasarkan amanat Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 13 ayat (4) dan pejelasannya dan Pedoman Penyusunan NSDH (SK Menhutbun No. 644/Kpts-II/1999). Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan penyusunan NSDH Provinsi diperlukan adanya Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi sebagai acuan penyusunan NSDH di masing-masing wilayah Provinsi sebagai penjabaran dari Pedoman Penyusunan NSDH.

Upload: nur-kholiq

Post on 09-Oct-2015

159 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Petunjuk Penyusunan NSDH Provinsi

TRANSCRIPT

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hutan sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui ketersediaannya

    tidak tak terbatas, sehingga pengelolaan dan pemanfaatannya harus

    dilaksanakan secara optimal dan lestari. Pengelolaan yang demikian akan

    menjamin keberadaan peranan dan fungsi sumberdaya hutan. Dasar

    pengelolaan hutan tersebut diperlukan adanya perencanaan hutan yang

    mantap dan dilandasi data/informasi yang dituangkan dalam Neraca Sumber

    Daya Hutan (NSDH). NSDH ini merupakan informasi yang menggambarkan

    kondisi stok ketersediaan sumberdaya hutan dalam proses, penambahan dan

    pengurangannya sehingga pada kurun waktu tertentu dapat diketahui

    kecenderungan surplus atau defisit jika dibandingkan dengan pada waktu

    sebelumnya. Dengan perkataan lain NSDH ini dapat memberikan gambaran

    informasi mengenai persediaan awal, penambahan, pengurangan dan

    persedian akhir yang terjadi terhadap sumberdaya hutan terutama kondisi

    hutannya dari waktu kewaktu. Selain itu NSDH juga merupakan indikator

    tingkat pemanfaatan hutan (output) dan tingkat pembinaan hutan (input)

    sehingga dapat pula berfungsi sebagai salah satu alat pengendali dalam

    pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari.

    Pada saat ini pelaksanaan penyusunan NSDH dilaksanakan untuk tingkat

    Nasional dan Provinsi, tingkat Nasional dilaksanakan oleh Direktorat

    Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan dan tingkat Provinsi oleh

    Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) untuk Provinsi dimana BPKH

    berada atau Dinas Pemerintahan Provinsi yang menangani bidang Kehutanan

    (Dinas Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan atau yang terkait).

    Penyusunan NSDH berdasarkan amanat Undang-Undang No. 41 Tahun 1999

    tentang Kehutanan Pasal 13 ayat (4) dan pejelasannya dan Pedoman

    Penyusunan NSDH (SK Menhutbun No. 644/Kpts-II/1999).

    Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan penyusunan NSDH Provinsi

    diperlukan adanya Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi sebagai acuan

    penyusunan NSDH di masing-masing wilayah Provinsi sebagai penjabaran dari

    Pedoman Penyusunan NSDH.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 2

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud disusunnya Petunjuk Teknis Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan

    adalah untuk memperjelas dan merinci langkah dan tahapan dari Pedoman

    Penyusunan NSDH dan perubahannya dalam rangka penyusunan NSDH.

    Tujuannya adalah dapat tersajinya data dan informasi yang tepat dalam Buku

    Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi secara optimal dan akurat.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 3

    II. METODOLOGI

    Penyusunan NSDH dilaksanakan melalui tahapan pengumpulan data,

    pengolahan/analisis, penyusunan neraca, dan penyusunan peta tematik.

    Pengumpulan data dilakukan dengan sistem pendekatan data numerik dan atau

    spasial yang diperoleh dari daftar isian. Pengumpulan data SDH meliputi data

    primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dengan menggunakan

    pendekatan teknik penginderaan jauh atau terrestris, sedangkan data sekunder

    dapat menggunakan data yang berada di BPKH/Dinas kehutanan Provinsi

    maupun berbagai instansi terkait di provinsi/kabupaten/kota.

    Pengolahan data/analisa dapat menggunakan system Informasi Geograpis.

    Penyusunan buku NSDH berisikan data dan informasi kondisi awal dan

    perubahan dalam kurun waktu satu tahun dari waktu pelaksanaan penyusunan,

    sebagai contoh NSDH Tahun 2011 dilaksanakan pada kegiatan tahun 2012.

    Dalam penyusunan NSDH, data dan informasi tercakup adalah :

    A. Saldo Awal

    Saldo awal ini merupakan data awal pada waktu awal tahun atau bulan

    Januari tahun kegiatan NSDH. Data tersebut bisa merupakan data saldo akhir

    dari NSDH tahun sebelumnya. Saldo awal berisikan data berdasarkan :

    1. Data Luas Kawasan Hutan

    Data luas kawasan hutan yang digunakan adalah luas kawasan hutan

    yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan /

    Menteri Kehutanan dan Perkebunan tentang Penunjukan Kawasan Hutan

    dan Perairan kecuali untuk Provinsi yang belum ada penunjukan kawasan

    hutan dan perairang menggunakan data Tata Guna Hutan Kesepakatan

    (TGHK). Luas kawasan hutan tersebut pada kondisi awal tahun

    penyusunan NSDH yang merupakan saldo akhir / persediaan akhir tahun

    sebelumnya. Kawasan hutan dimaksud berdasarkan fungsi hutan, terdiri

    dari :

    a. Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan

    Taman Buru (TB), terdiri dari :

    - Cagar Alam (CA)

    - Suaka Margasatwa (SM)

    - Taman Nasional (TN)

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 4

    - Taman Hutan Raya (THR/TAHURA)

    - Taman Wisata Alam (TWA)

    - Taman Buru (TB)

    b. Hutan Lindung (HL)

    c. Hutan Produksi Terbatas (HPT)

    d. Hutan Produksi tetap (HP)

    e. Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK)

    2. Kondisi Hutan

    Luas kawasan hutan berdasarkan fungsi hutan terbagi untuk penutupan

    lahan terbagi menjadi :

    a. Hutan Primer

    Hutan primer dimaksud merupakan hutan yang belum dipengaruhi

    oleh aktifitas manusia dalam melaksanakan exploitasi hutan terutama

    exploitasi kayu dan atau hutan sekunder yang karena telah

    mengalami suksesi menjadi hutan primer.

    b. Hutan Sekunder

    Hutan sekunder dimaksud merupakan hutan yang telah diexploitasi

    kayunya oleh manusia atau merupakan suksesi dari non hutan

    berupa belukar.

    c. Hutan Tanaman

    Hutan Tanaman dimaksud merupakan penutupan lahan dengan

    hutan tanaman tapi hanya pada kawasan hutan produksi.

    d. Non Hutan

    Non hutan dimaksud merupakan penutupan lahan diluar hutan baik

    berupa semak, belukar, alang-alang dan lain-lain ataupun untuk

    lahan pertanian.

    Data awal kondisi hutan dalam penyusunan NSDH dapat diketahui dari

    hasil penafsiran citra satelit (Landsat) yang dilaksanakan Direktorat

    Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal

    Planologi Kehutanan atau pihak lain yang mempunyai kewenangan dan

    kompetensi untuk penafsiran dan untuk revisi data datanya bisa

    mengunakan hasil penafsiran citra satelit yang dilaksanakan oleh IUPHHK

    Alam / IUPHHK Tanaman yang berkewajiban dalam melaksanakannya

    setiap 2 tahun atau dari hasil ceking lapangan.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 5

    3. Tipe Hutan

    Data kawasan hutan yang berjumlah 11 (sebelas) masing-masing terbagi

    kedalam 4 (empat) kondisi hutan dan terbagi lagi menjadi beberapa tipe

    hutan untuk masing-masing kondisi. Tipe hutan dimaksud adalah :

    a. Hutan Mangrove

    Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang

    selalu atau secara periodik tergenang air laut tetapi tidak dipengaruhi

    oleh iklim.

    b. Hutan Rawa

    Hutan rawa adalah hutan yang selalu atau secara periodik tergenang

    air tawar.

    c. Hutan Tanah Kering

    Hutan tanah kering adalah yang tumbuh berkembang pada habitat

    lahan kering.

    Tipe hutan yang ada menjadi 3 (tiga) klasifikasi yang merupakan bagian

    dari 4 (empat) kondisi hutan (Primer, Sekunder, Tanaman dan Non

    hutan).

    4. Satwa

    Mengetahui potensi satwa diperlukan untuk mengetahui keberadaan

    satwa tersebut baik potensi maupun sebarannya termasuk satwa tidak

    dilindungi. Dari hasil kegiatan ini memungkinkan satwa tidak dilindungi

    menjadi dilindungi setelah data menerangkan potensi rendah dan

    dilanjutkan dengan tahapan penelitian lebih lanjut. Satwa dimaksud

    adalah :

    a. Satwa Dilindungi

    Saldo awal (persediaan awal) satwa dilindungi berdasarkan dari hasil

    kegiatan berupa :

    - Inventarisasi

    Hasil dari kegiatan inventarisasi pada kawasan hutan berupa

    jumlah tetap maupun range perkiraan berdasarkan family.

    - Penangkaran/Sitaan

    Hasil dari monitoring penangkaran baik perusahaan, pribadi dan

    pemerintah termasuk hasil sitaan dari operasi penertiban satwa

    dilindungi berdasarkan family.

    - Titipan Negara

    Hasil dari pendataan dan monitoring satwa yang dititipkan pada

    pribadi atau perusahaan berdasarkan family.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 6

    b. Satwa Tidak Dilindungi

    Saldo awal (persediaan awal) satwa tidak dilindungi berdasarkan dari

    hasil kegiatan berupa :

    - Inventarisasi

    Hasil dari kegiatan inventarisasi pada kawasan hutan berupa

    jumlah tetap maupun range perkiraan berdasarkan family.

    - Penangkaran

    Hasil dari monitoring penangkaran baik perusahaan, pribadi dan

    pemerintah berdasarkan family.

    - Kepemilikan

    Hasil dari pendataan dan monitoring satwa yang dimiliki pada

    pribadi atau perusahaan berdasarkan family.

    B. Perubahan

    Perubahan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu Penambahan (Aktiva) dan

    Pengurangan (Pasiva). Perubahan tersebut terbagi lagi menjadi 2 (dua)

    macam, yaitu kawasan hutan dan penutupan lahan. Rinciannya adalah :

    1. Penambahan (Aktiva)

    Penambahan terdiri dari :

    a. Kawasan Hutan

    Penambahan untuk kawasan hutan mempunyai arti dimana luas

    kawasan hutan bersangkutan bertambah luasnya dari sebelumnya.

    Hal tersebut terjadi dikarenakan :

    - Penunjukan Kawasan Hutan

    Penambahan luas kawasan hutan dikarenakan penunjukan

    bilamana areal diluar kawasan hutan ditunjuk pemerintah (telah

    difinitif) dengan berbagai pertimbangan menjadi kawasan hutan,

    sehingga merubah total luas kawasan hutan atau karena adanya

    penunjukan kawasan hutan dan perairan baru atau revisi.

    - Perubahan Fungsi

    Penambahan luas kawasan hutan dikarenakan perubahan fungsi

    dikarenakan adanya perubahan fungsi hutan lain menjadi fungsi

    hutan tersebut, tetapi tidak merubah total luas kawasan hutan

    seluruh fungsi dan telah ditetapkan oleh pemerintah secara

    difinitif.

    - Tukar Menukar/Kompensasi Pinjam Pakai

    Penambahan luas kawasan hutan dikarenakan adanya tukar

    menukar kawasan hutan berupa areal pengganti dari areal diluar

    kawasan hutan menjadi kawasan hutan yang telah ditetapkan

    secara definitive. Kompensasi Pinjam Pakai merupakan

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 7

    penambahan areal kawasan hutan dari hasil kompensasi dari

    pinjam pakai kawasan hutan pada Provinsi yang memiliki

    kawasan hutan kurang dari 30 %.

    Penambahan kawasan hutan ini dihimpun datanya dari hasil

    rekapitulasi kegiatan di atas yang penetapannya sudah mempunyai

    kekuatan hukum pasti (definitif) dan terjadi pada tahun dimana

    merupakan kurun waktu kegiatan NSDH Provinsi.

    b. Kondisi Hutan (Penutupan Lahan)

    Penambahan kondisi hutan merupakan perubahan dalam bentuk

    penutupan lahan/vegetasi pada areal kawasan hutan, hal ini terjadi

    karena kegiatan yang terdiri dari :

    - Kegiatan HPH (IUPHHK Alam)

    Penambahan tutupan lahan dikarenakan kegiatan IUPHHK Alam

    berupa adanya pengayaan (penanaman) pada areal terbuka di

    kawasan kerja IUPHHK ALAM dan penebangan pada hutan

    primer yang merupakan penambahan pada hutan sekunder

    (bekas tebangan). Perubahan ini hanya untuk kawasan Hutan

    Produksi (HPT, HP dan HPK).

    - Kegitan HTI (IUPHHK Tanaman)

    Penambahan tutupan lahan dikarenakan kegiatan IUPHHK

    TANAMAN berupa adanya penanaman pada areal terbuka di

    kawasan kerja IUPHHK Tanaman dan penebangan pada hutan

    tanaman atau hutan sekunder dan primer (land kliring) yang

    merupakan penambahan pada non hutan (tanah kosong).

    Perubahan ini hanya untuk kawasan Hutan Produksi.

    - Rehabilitasi Lahan

    Penambahan tutupan lahan untuk hutan sekunder dari

    perubahan kondisi non hutan, karena rehabilitasi lahan seperti

    reboisasi dan lain-lain. Perubahan ini untuk semua kawasan

    kecuali Cagar Alam. Untuk diluar kawasan hutan saat ini hanya

    sebagai catatan.

    - Pinjam Pakai

    Penambahan tutupan lahan untuk kondisi non hutan dengan

    asumsi kawasan hutan yang dipinjam menjadi tidak berhutan

    baik berasal dari hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman

    dan non hutan. Perubahan ini untuk kawasan Hutan Lindung dan

    Hutan Produksi.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 8

    - Perambahan/Perladangan

    Penambahan tutupan lahan untuk kondisi non hutan dengan

    asumsi kawasan yang dirambah serta digunakan sebagai lahan

    pertanian/ladang dan penggunaan lain tanpa ijin resmi, menjadi

    areal tidak berhutan yang berasal dari hutan primer, hutan

    sekunder dan hutan tanaman. Perubahan ini untuk semua

    kawasan hutan.

    - Penebangan Ilegal

    Penambahan tutupan lahan pada hutan sekunder (bekas

    tebangan) untuk pelaksanaan penebangan pada hutan primer

    dan hutan sekunder (bekas tebangan). Penebangan dimaksud

    merupakan sistem tebang pilih yang dilakukan dengan tidak

    mempunyai ijin dari pihak berwenang. Untuk pelaksanaan

    penebangan pada hutan sekunder (bekas tebangan) tetap

    dimasukkan dengan kondisi akhir tetap pada hutan sekunder,

    perubahan ini untuk semua kawasan hutan.

    - Kebakaran Hutan

    Penambahan tutupan lahan untuk kondisi non hutan yang

    berasal dari hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman

    dikarenakan kebakaran hutan. Perubahan ini untuk semua

    kawasan hutan.

    - Bencana Alam

    Penambahan tutupan lahan untuk kondisi non hutan yang

    berasal dari hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman

    dikarenakan bencana alam. Perubahan ini untuk semua kawasan

    hutan.

    - Revisi Data

    Penambahan tutupan lahan untuk semua kondisi hutan (primer,

    sekunder, tanaman dan non hutan) dikarenakan perbaikan data

    kondisi hutan maupun tipe hutan berdasarkan hasil penafsiran

    citra atau hasil ceking lapangan. Perubahan lainnya karena

    kesalahan dalam proses pengolahan data. Perubahan karena

    revisi data dapat diasumsikan perubahan karena adanya suksesi

    hutan. Perubahan ini untuk semua kawasan hutan.

    Penambahan tutupan lahan pada perubahan kondisi hutan tidak

    merubah luas tetap kawasan hutan, jadi dimana ada penambahan

    tutupan lahan pada salah satu kondisi hutan akan terjadi

    pengurangan pada kondisi hutan lainnya.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 9

    c. Satwa

    Penambahan potensi satwa dimaksud adalah :

    - Satwa Yang Dilindungi

    Penambahan sesuai kegiatannya adalah :

    1) Inventarisasi

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui oleh petugas

    pengawas lapangan.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa ke kawasan hutan dari

    wilayah diluar wilayah penyusunan NSDH (keluar

    Provinsi).

    Revisi Data

    Revisi data diperoleh dari hasil inventarisasi satwa

    terbaru.

    2) Penangkaran/Sitaan

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa ke tempat penangkaran dari

    kawasan hutan atau diluar wilayah penyusunan NSDH.

    Sitaan

    Data hasil sitaan operasi penertiban satwa dilindungi.

    3) Titipan Negara

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya laporan pemindahan satwa dari diluar wilayah

    penyusunan NSDH termasuk kepindahan orang atau

    perusahaan yang dititipinya.

    - Satwa Yang Tidak Dilindungi

    Penambahan sesuai kegiatannya adalah :

    1) Inventarisasi

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui oleh petugas

    pengawas lapangan.

    Pemindahan

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 10

    Adanya pemindahan satwa ke kawasan hutan dari hasil

    penangkaran atau wilayah diluar wilayah penyusunan

    NSDH.

    Revisi Data

    Revisi data diperoleh dari hasil inventarisasi satwa

    terbaru.

    2) Penangkaran

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa ke tempat penangkaran dari

    diluar wilayah penyusunan NSDH.

    3) Kepemilikan

    Kelahiran

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui hasil

    monitoring atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa dari diluar wilayah

    penyusunan NSDH dari hasil monitoring.

    2. Pengurangan (Pasiva)

    Pengurangann terdiri dari :

    a. Kawasan Hutan

    Pengurangan untuk kawasan hutan mempunyai arti dimana luas

    kawasan hutan bersangkutan berkurang luasnya dari sebelumnya.

    Hal tersebut terjadi dikarenakan :

    - Pelepasan/Penunjukan

    Pengurangan luas kawasan hutan dikarenakan pelepasan

    menjadi kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan oleh

    pemerintah (telah definitif) dengan berbagai pertimbangan,

    sehingga merubah total luas kawasan hutan. Pengurangan

    karena penunjukan kawasan hutan

    - Perubahan Fungsi

    Pengurangan luas kawasan hutan dikarenakan perubahan fungsi,

    misalnya perubahan dari kawasan HPT menjadi kawasan HL dan

    telah ditetapkan oleh pemerintah secara difinitif.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 11

    - Tukar Menukar (areal ditukar)

    Pengurangan luas kawasan hutan dikarenakan adanya tukar

    menukar kawasan hutan dengan areal diluar kawasan hutan

    sebagai areal yang ditukar.

    Pengurangan kawasan hutan ini dihimpun dari data hasil rekapitulasi

    kegiatan di atas yang penetapannya sudah mempunyai kekuatan

    hukum pasti (definitif) dan terjadi pada tahun dimana merupakan

    kurun waktu kegiatan NSDH Provinsi.

    b. Kondisi Hutan (Penutupan Lahan)

    Pengurangan kondisi hutan merupakan perubahan dalam bentuk

    penutupan lahan/vegetasi pada areal kawasan hutan, hal ini terjadi

    karena kegiatan yang terdiri dari :

    - Kegiatan IUPHHK Alam

    Pengurangan tutupan lahan dikarenakan kegiatan IUPHHK Alam

    berupa adanya penebangan pada hutan primer dan sekunder

    yang merupakan penambahan pada hutan sekunder (bekas

    tebangan) dan pengayaan (penanaman) pada areal non hutan di

    kawasan kerja IUPHHK Alam yang merupakan penambahan pada

    hutan sekunder. Perubahan ini hanya untuk kawasan Hutan

    Produksi (HPT, HP dan HPK).

    - Kegitan IUPHHK Tanaman

    Pengurangan tutupan lahan dikarenakan kegiatan IUPHHK

    Tanaman berupa adanya penanaman pada areal terbuka (non

    hutan) di kawasan kerja IUPHHK Tanaman yang merupakan

    pengurangan pada non hutan dan penebangan pada hutan

    tanaman/sekunder/primer yang merupakan pengurangan pada

    tanaman/sekunder/primer menjadi non hutan. Perubahan ini

    hanya untuk kawasan Hutan Produksi.

    - Penebangan Legal

    Pengurangan tutupan lahan pada hutan primer dan sekunder

    untuk pelaksanaan penebangan (tebang pilih) menjadi hutan

    sekunder. Penebangan dimaksud merupakan sistem tebang pilih

    yang dilaksanakan dengan resmi atau ada ijin dari pihak

    berwenang. Untuk pelaksanaan penebangan pada hutan

    sekunder (bekas tebangan) tetap dimasukan dengan kondisi

    akhir tetap pada hutan sekunder. Perubahan ini hanya untuk

    kawasan Hutan Produksi (HPT, HP dan HPK).

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 12

    - Rehabilitasi Lahan

    Pengurangan tutupan lahan untuk non hutan menjadi hutan

    sekunder, karena rehabilitasi seperti reboisasi dan lain-lain.

    Perubahan ini untuk semua kawasan kecuali Cagar Alam.

    - Pinjam Pakai

    Pengurangan tutupan lahan untuk kondisi hutan primer,

    sekunder dan tanaman dengan asumsi kawasan yang dipijam

    menjadi tidak berhutan. Perubahan ini untuk kawasan hutan

    yang telah mendapat ijin secara difinitif.

    - Perambahan/Perladangan

    Pengurangan tutupan lahan untuk kondisi hutan primer,

    sekunder dan tanaman dengan asumsi kawasan yang dirambah

    ataau digunakan sebagai penggunaan lain tanpa ijin dan menjadi

    tidak berhutan. Perambahan merupakan penggunaan lahan

    kawasan hutan oleh yang tidak berhak atau merupakan

    penebangan ilegal dengan sistem tebang habis. Perubahan ini

    untuk semua kawasan hutan.

    - Penebangan Ilegal

    Pengurangan tutupan lahan pada hutan primer, sekunder dan

    tanaman karena penebangan secara illegal (tanpa ijin) yang

    menjadikan hutab menjadi hutan sekunder atau tidak berhutan

    untuk perubahan hutan tanaman. Penebangan dimaksud

    merupakan sistem tebang pilih untuk hutan primer dan hutan

    sekunder yang dilaksanakan dengan tidak mempunyai ijin dari

    pihak berwenang, untuk hutan tanaman dapat menjadikan tidak

    berhutan. Untuk pelaksanaan penebangan pada hutan sekunder

    (bekas tebangan) tetap dimasukan dengan kondisi akhir tetap

    pada hutan sekunder. Perubahan ini hanya untuk semua

    kawasan hutan.

    - Kebakaran Hutan

    Pengurangan tutupan lahan untuk kondisi hutan primer, hutan

    sekunder dan hutan tanaman dikarenakan kebakaran hutan

    menjadi non hutan (tidak berhutan). Perubahan ini untuk semua

    kawasan hutan.

    - Bencana Alam

    Pengurangan tutupan lahan untuk kondisi hutan primer, hutan

    sekunder dan hutan tanaman dikarenakan bencana alam menjadi

    non hutan. Perubahan ini untuk semua kawasan hutan.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 13

    - Revisi Data

    Pengurangan tutupan lahan untuk semua kondisi hutan (primer,

    sekunder, tanaman dan non hutan) dikarenakan perbaikan data

    hasil penafsiran citra satelit atau hasil lapangan. Perubahan

    untuk koreksi kesalahan dalam poses penyusunan NSDH

    sebelumnya. Perubahan ini untuk semua kawasan hutan.

    Pengurangan tutupan lahan pada perubahan kondisi hutan tidak

    merubah luas tetap kawasan hutan, jadi dimana ada pengurangan

    pada salah satu kondisi hutan akan terjadi penambahan pada kondisi

    hutan lainnya kecuali untuk revisi data.

    c. Satwa

    Pengurangan potensi satwa dimaksud adalah :

    - Satwa Yang Dilindungi

    Pengurangan sesuai kegiatannya adalah :

    1) Inventarisasi

    Kematian

    Adanya data kematian satwa yang diketahui oleh petugas

    pengawas lapangan.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa dari kawasan hutan ke

    wilayah diluar wilayah penyusunan NSDH.

    Buru Legal

    Adanya data perburuan legal yang dilaksanakan oleh

    intansi penanggung jawab kawasan hutan atau untuk

    penangkaran.

    Buru Ilegal

    Adanya data perburuan ilegal dari hasil pengawasan

    petugas lapangan.

    Revisi Data

    Revisi data diperoleh dari hasil inventarisasi satwa

    terbaru.

    Lain-lain

    Pengurangan diluar data di atas.

    2) Penangkaran/Sitaan

    Kematian

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 14

    Adanya data kematian satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa dari tempat penangkaran ke

    kawasan hutan atau diluar wilayah penyusunan NSDH.

    Ekspor/Penjualan

    Data dari hasil monitoring dan perijinan penjualan atau

    ekspor satwa dilindungi.

    Lain-lain

    Pengurangan diluar data di atas.

    3) Titipan Negara

    Kematian

    Adanya data kematian satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya laporan pemindahan satwa ke diluar wilayah

    penyusunan NSDH termasuk kepindahan orang atau

    perusahaan yang dititipinya.

    - Satwa Yang Tidak Dilindungi

    Pengurangan sesuai kegiatannya adalah :

    1) Inventarisasi

    Kematian

    Adanya data kematian satwa yang diketahui oleh petugas

    pengawas lapangan.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa dari kawasan hutan ke

    penangkaran atau ke luar wilayah penyusunan NSDH.

    Buru Legal

    Adanya data perburuan legal yang dilaksanakan oleh

    intansi penanggung jawab kawasan hutan atau untuk

    penangkaran.

    Buru Ilegal

    Adanya data perburuan ilegal dari hasil pengawasan

    petugas lapangan.

    Revisi Data

    Revisi data diperoleh dari hasil inventarisasi satwa

    terbaru.

    2) Penangkaran

    Kematian

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 15

    Adanya data kelahiran satwa yang diketahui hasil laporan

    atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa dari tempat penangkaran ke

    kawasan hutan atau diluar wilayah penyusunan NSDH.

    3) Kepemilikan

    Kematian

    Adanya data kematian satwa yang diketahui hasil

    monitoring atau hasil monitoring.

    Pemindahan

    Adanya pemindahan satwa ke diluar wilayah penyusunan

    NSDH dari hasil monitoring.

    C. Saldo Akhir

    Saldo akhir merupakan hasil akhir dari pengolahan data dari saldo awal dan

    perubahan-perubahan yang telah dibahas di atas. Untuk klasifikasi saldo

    akhir sama dengan klasifikasi saldo awal dimana Kawasan hutan terbagi

    kedalam fungsi hutan, kondisi hutan dan tipe hutan termasuk untuk satwa

    baik satwa yang dilindingi maupun satwa yang tidak dilindungi berdasarkan

    hasil kegiatannya. Saldo akhir ini menjadi saldo awal untuk tahun berikutnya.

    Sk = Sa + Pr (+/-)

    Pr = Perubahan (Luas, potensi dan harga)

    Sk = Saldo Akhir

    Sa = Saldo Awal

    D. Potensi Kayu Semua Jenis

    Potensi kayu semua jenis dapat diketahui dari hasil inventarisasi pada fungsi

    hutan berdasarkan kondisi dan tipe hutan. Data berupa rata-rata potensi

    kayu M3/Ha pada fungsi, kondisi dan tipe hutan, yang hasilnya dikalkulasikan

    dengan luas hutan baik untuk saldo awal, perubahan dan saldo akhir. Rumus

    potensi kayu semua jenis adalah

    Pks = L x Vks

    Pks = Potensi kayu semua jenis

    L = Luas kawasan (saldo awal, perubahan dan saldo akhir)

    Vks = Volume rata-rata untuk kayu semua jenis (M3/Ha)

    E. Potensi Kayu Jenis Perdagangan

    Potensi kayu jenis perdagangan dapat diketahui dari hasil inventarisasi pada

    fungsi hutan berdasarkan kondisi dan tipe hutan. Data berupa rata-rata

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 16

    potensi kayu M3/Ha pada fungsi, kondisi dan tipe hutan, yang hasilnya

    dikalkulasikan dengan luas hutan baik untuk saldo awal, perubahan dan

    saldo akhir. Rumus potensi kayu jenis perdagangan adalah

    Pkp = L x Vkp

    Pkp = Potensi kayu jenis perdagangan (M3)

    L = Luas kawasan dalam Ha (saldo awal, perubahan dan saldo akhir)

    Vkp = Volume rata-rata untuk kayu jenis perdagangan (M3/Ha)

    F. Potensi Non Kayu

    Potensi non kayu dapat diketahui dari hasil inventarisasi pada fungsi hutan

    berdasarkan kondisi dan tipe hutan. Datanya berupa rata-rata potensi non

    kayu Satuan Ukuran (SU)/Ha berdasarkan fungsi, kondisi dan tipe hutan.

    Satuan ukuran dimaksud adalah kg, ton, meter ikat dan lain-lain. Untuk

    potensi non kayu perlu diketahui luas penyebaran untuk setiap fungsi,

    kondisi dan tipe hutan untuk mengetahui rata-ratanya terhadap seluruh

    fungsi hutan, sehingga tidak terjadi kelebihan penaksiran potensi non kayu.

    Rata-rata potensi non kayu (SU/Ha) untuk seluruh fungsi hutan

    dikalkulasikan dengan luas hutan baik untuk saldo awal, perubahan dan

    saldo akhir.

    Rumusan potensi rata-rata hasil dari inventarisasi untuk dapat mewakili

    seluruh fungsi hutan adalah

    Vnk = Vnki x Ls

    Lfh

    Vnk = Volume rata-rata untuk non kayu seluruh kawasan (SU/Ha)

    Vnki = Votensi rata-rata untuk non kayu pada luas penyebarannya (SU/Ha)

    Ls = Luas penyebaran non kayu sesuai fungsinya

    Lfh = Luas fungsi hutan

    Rumus total potensi non kayu adalah

    Pnk = L x Vnk

    Pnk = Potensi non kayu SU (Satuan ukuran ; Ton, batang, kg dll)

    L = Luas kawasan dalam Ha (saldo awal, perubahan dan saldo akhir)

    Vnk = Volume rata-rata untuk non kayu (SU/Ha)

    G. Nilai (Harga) Kayu Semua Jenis

    Nilai (harga) kayu semua jenis dapat diketahui dari penetapan harga oleh

    instansi yang berwenang dalam satuan Rp./M3. Dari data tersebut

    dikalkulasikan dengan potensi kayu semua jenis untuk saldo awal, perubahan

    dan saldo akhir. Rumus nilai/harga kayu semua jenis adalah

    Nks = Nks x Pks

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 17

    Nks = Jumlah nilai/harga kayu semua jenis dalam rupiah (Saldo awal,

    perubahan dan saldo akhir)

    Nks = Nilai/Harga kayu rata-rata semua jenis (Rp./M3)

    Pks = Potensi kayu semua jenis (M3)

    H. Nilai (Harga) Kayu Jenis Perdagangan

    Nilai (harga) kayu jenis perdagangan dapat diketahui dari penetapan harga

    oleh instansi yang berwenang dalam satuan Rp./M3. Dari data tersebut

    dikalkulasikan dengan potensi kayu jenis perdagangan untuk saldo awal,

    perubahan dan saldo akhir. Rumus nilai/harga kayu jenis perdagangan

    adalah

    Nkp = Nkp x Pkp

    Nkp = Jumlah nilai/harga kayu jenis perdagangan dalam rupiah (Saldo

    awal, perubahan dan saldo akhir)

    Nkp = Nilai/Harga kayu rata-rata jenis perdagangan (Rp./M3)

    Pkp = Potensi kayu jenis perdagangan (M3)

    I. Nilai (Harga) Non Kayu

    Nilai (harga) non kayu dapat diketahui dari penetapan harga oleh instansi

    yang berwenang dalam satuan Rp./SU (Ton, meter dll). Dari data tersebut

    dikalkulasikan dengan potensi non kayu sesuai jenis untuk saldo awal,

    perubahan dan saldo akhir. Rumus nilai/harga non kayu adalah

    Nnk = Nnk x Pnk

    Nnk = Jumlah nilai/harga non kayu dalam rupiah (Saldo awal, perubahan

    dan saldo akhir)

    Nnk = Nilai/Harga non kayu rata-rata (Rp./SU)

    Pks = Potensi non kayu (SU)

    J. Peta NSDH

    Peta Neraca Sumber Daya Hutan dimaksud untuk dapat menunjukan kondisi

    awal, lokasi perubahan dan kondisi akhir dari kegiatan penyusunan NSDH.

    Untuk ketentuan penyajian peta berdasarkan ketentuan yang berlaku di

    Kementerian Kehutanan kecuali untuk penentuan legenda peta tentang

    perubahan dalam NSDH dapat dilihat dalam lampiran petunjuk teknis ini.

    Perubahan kawasan hutan (Penunjukan/Pelepasan, Perubahan Fungsi dan

    Tukar Menukar) selain menunjukan lokasi dimasukan batas perubahan dalam

    batas fungsi hutan, sehingga kondisi akhir kawasan hutan sudah masuk

    perubahannya.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 18

    III. PELAKSANAAN DAN TATA WAKTU

    A. PELAKSANAAN

    Pelaksanaan dalam kegiatan penyusunan NSDH Provinsi Adalah

    1. Pembentukan Tim Pelaksana yang ditetapkan oleh Kepala instansi

    pelaksana kegiatan.

    2. Tim pelaksana menyiapkan data Neraca Sumber Daya Hutan tahun

    terakhir sebagai data saldo awal.

    3. Mengumpulkan data perubahan dari instansi terkait sesuai tugas dan

    fungsi (topoksi) seperti Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan

    Kabupaten, Pengelola Hutan (KPH, IUPHHK, HTR dan lain-lain) dan Unit

    Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan di Provinsi tersebut sesuai

    format dalam lampiran petunjuk pelaksanaan ini termasuk peta lokasi

    perubahannya.

    4. Memberikan penjelasan terhadap instansi tersebut untuk keperluan data

    sesuai format dimaksud untuk tahun yang akan datang.

    5. Merekap data telah diperoleh dari berbagai instansi dan menganalisa

    data yang sama dari instansi berbeda untuk tidak terjadi pengulangan

    data pada format data untuk program NSDH (bila telah ada).

    6. Melaksanakan pengecekan terhadap data dan lokasi tersebut pada peta

    konsep yang telah disiapkan.

    7. Memasukan data pada program NSDH atau dilaksanakan secara manual

    dengan aplikasi program lain.

    8. Memasukan data lokasi perubahan pada peta dengan menggunakan

    sistim SIG atau secara manual (penggambaran manual).

    9. Mencetak hasil dari pengolahan data (program atau manual) untuk

    bahan penyusunan narasi.

    10. Penyusunan narasi buku NSDH berdasarkan data yang telah disiapkan.

    11. Menyelesaikan draf buku NSDH termasuk lampiran dan petanya untuk

    bahan pembahasan.

    12. Melaksanakan pembahasan dengan mengundang instansi pemberi data

    dan mengumpulkan koreksi untuk perbaikan penyusunan tersebut

    termasuk masa mendatang.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 19

    13. Menyelesaikan buku NSDH termasuk lampiran dan peta setelah adanya

    koreksi dari hasil pembahasan.

    14. Mengandakan buku NSDH, lampiran dan peta sesuai kebutuhan.

    Pengiriman buku NSDH, lampiran dan peta kepada instansi terkait, untuk

    NSDH Provinsi kepada Eselon I Kementerian Kehutanan, Eselon II Direktorat

    Jenderal Planologi Kehutanan, Pemerintahan Provinsi, Dinas Kehutanan

    Provinsi, BAPEDA, UPT Kemhut dan lain-lain.

    B. TATA WAKTU

    1. Tahun pelaksanaan menyusunan NSDH untuk tahun sebelumnya (-1 dari

    tahun pelaksanan) seperti contoh NSDH tahun 2011 disusun pada tahun

    2012.

    2. Waktu pelaksanaan penyusunan NSDH Provinsi tingkat Provinsi

    dilaksanakan pada bulan Januari s/d September dimana pada Bulan

    Oktober diasumsikan NSDH Provinsi telah disampaikan ke Direktorat

    Jenderal Planologi Kehutanan up. Direktorat Inventarisasi dan

    Pemantauan Sumber Daya Hutan sebagai salah satu bahan penyusunan

    NSDH Nasional.

    3. Untuk pelaksanaan kegiatan lainnya yang menunjang dalam kegiatan

    penyusunan NSDH ini seperti Bimbingan, Pengumpulan data, Evaluasi,

    Monitoring dan Uji Petik dapat dilaksanakan sepanjang tahun.

    Keterkaitan waktu penyusunan NSDH Provinsi dan Nasional yang sangat

    terbatas dan saling menunjang tersebut perlu diperhitungakan tentang

    sumber dana yang digunakan.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 20

    IV. OUTLINE NSDH

    Outline Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan adalah sebagai berikut :

    RANGKUMAN

    Rangkuman berisikan ringkasan hasil penyusunan NSDH.

    KATA PENGANTAR

    Kata pengantar berisikan pengantar dari Kepala instansi pelaksana penyusunan

    NSDH.

    DAFTAR ISI

    Daftar isi buku NSDH dengan petunjuk halaman.

    DAFTAR TABEL

    Daftar tabel yang ada dalam narasi buku NSDH dengan petuntuk halaman.

    DAFTAR LAMPIRAN

    Daftar lampiran yang ada dalam buku NSDH dengan petuntuk halaman.

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menjelaskan latar belakang dilaksanakannya kegiatan penyusunan NSDH.

    B. Maksud dan Tujuan

    Menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakan penyusunan NSDH.

    C. Ruang Lingkup

    Menjelaskan ruang lingkup pelaksanaan penyusunan NSDH.

    II. METODA DAN PELAKSANAAN

    A. Metoda

    Menjelaskan metode pelaksanaan penyusunan NSDH.

    B. Pelaksanaan

    Menjelaskan pelaksanaan termasuk tahapan dan proses penyusunan

    NSDH.

    III. NERACA SUMBER DAYA HUTAN

    A. Luas Kawasan Hutan

    Menyajikan persediaan awal (saldo awal), perubahan dan persediaan

    akhir (saldo akhir) tentang luas kawasan hutan. Rincian perubahan dan

    dasar hukum untuk perubahan luas kawasan hutan harus disampaikan

    untuk perubahan seperti pelepasan, penunjukan, perubahan fungsi, tukar

    menukar dan kompensasi pinjam pakai.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 21

    B. Potensi dan Nilai Kayu Semua Jenis

    1. Potensi Kayu Semua Jenis

    Menyajikan rata-rata potensi kayu semua jenis yang digunakan dasar

    dalam pengolahan data serta kondisi potensi pada persediaan awal

    (saldo awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo akhir).

    2. Nilai Kayu Semua Jenis

    Menyajikan rata-rata nilai (harga) kayu semua jenis yang digunakan

    dasar dalam pengolahan data serta kondisi nilai pada persediaan

    awal (saldo awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo akhir).

    C. Potensi dan Nilai Kayu Jenis Perdagangan

    1. Potensi Kayu Semua Jenis

    Menyajikan rata-rata potensi kayu jenis perdagangan yang digunakan

    dasar dalam pengolahan data serta kondisi potensi pada persediaan

    awal (saldo awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo akhir).

    2. Nilai Kayu Semua Jenis

    Menyajikan rata-rata nilai (harga) kayu jenis perdagangan yang

    digunakan dasar dalam pengolahan data serta kondisi nilai pada

    persediaan awal (saldo awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo

    akhir).

    D. Potensi dan Nilai Non Kayu (Bukan Kayu)

    1. Potensi Non Kayu

    Menyajikan rata-rata potensi non kayu yang digunakan dasar dalam

    pengolahan data serta kondisi potensi pada persediaan awal (saldo

    awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo akhir).

    2. Nilai Non Kayu

    Menyajikan rata-rata nilai (harga) non kayu yang digunakan dasar

    dalam pengolahan data serta kondisi nilai pada persediaan awal

    (saldo awal), perubahan dan persediaan akhir (saldo akhir).

    E. Potensi Satwa

    Menyajikan rekap atau gambaran persediaan awal (saldo awal),

    perubahan, persediaan akhir (saldo akhir) untuk satwa yang dilindungi

    dan satwa yang tidak dilindungi.

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 22

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berisikan kesimpulan dari hasil kegiatan penyusunan NSDH berdasarkan

    data pada Bab III.

    B. Saran

    Berisikan saran dari penyusun maupun hasil dari pembahasan untuk

    perbaikan pada pelaksanaan penyusunan NSDH berikutnya.

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Berisikan lampiran berupa lampiran tabel NSDH yang berisikan tentang luas,

    potensi kayu, non kayu dan harga untuk tiap kawasan hutan dan gabungannya

    termasuk peta NSDH. Susunan dalam lampiran tabel untuk kawasan adalah :

    1. Rekap Luas Seluruh Kawasan Hutan

    2. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru (KSA+

    KPA+TB) atau Rekap CA, SM, TN, TAHURA, TWA dan TB

    3. Cagar Alam (CA)

    4. Suaka Margasatwa (SM)

    5. Taman Nasional (TN)

    6. Taman Hutan Raya (TAHURA)

    7. Taman Wisata Alam (TWA)

    8. Taman Buru (TB)

    9. Hutan Lindung (HL)

    10. Hutan Produksi Terbatas (HPT)

    11. Hutan Produksi tetap (HP)

    12. Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK)

    13. Satwa Dilindungi

    14. Satwa Tidak Dilindungi

    Untuk susunan sub tabel setiap Fungsi Hutan adalah :

    1. Luas Kawasan Hutan

    2. Rekapitulasi Luas Kawasan Hutan

    3. Neraca Luas Kawasan Hutan

    4. Potensi dan Nilai Kayu Semua Jenis

  • Petunjuk Teknis Penyusunan NSDH Provinsi 23

    5. Rekapitulasi Potensi dan Nilai Kayu Semua Jenis

    6. Neraca Potensi dan Nilai Kayu Semua Jenis

    7. Potensi dan Nilai Kayu Jenis Perdagangan

    8. Rekapitulasi Potensi dan Nilai Kayu Jenis Perdagangan

    9. Neraca Potensi dan Nilai Kayu Jenis Perdagangan

    10. Potensi dan Nilai Non Kayu Jenis

    11. Rekapitulasi Potensi dan Nilai Non Kayu Jenis

    12. Neraca Potensi dan Nilai Non Kayu Jenis

    13. dst untuk non kayu.

    Lampiran tabel dimaksud dapat dilihat dalam lampiran Petunjuk Teknis ini.