juklak dana dekon 2014

196
Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 1 E Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014 2014 Petunjuk Pelaksanaan

Upload: fuad-cilok

Post on 19-Feb-2016

101 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Juklak Dana Dekon 2014

TRANSCRIPT

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 1

E

E

Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2014

2014 Petunjuk Pelaksanaan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA2

Petunjuk Pelaksanaan

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2014

2014

DANA DEKONSENTRASIProgram Bina Gizi dan KIA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA4

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA Tahun 2014 telah selesai disusun.

Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA merupakan dana pendukung pembangunan

kesehatan yang diserahkan kepada daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka mencapai target indikator Program Bina Gizi dan KIA yang telah di tetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2010 – 2014, yang beberapa indikatornya merupakan tujuan pencapaian Millenium Development Goals 2015.

Daerah diharapkan dapat mengintegrasikan seluruh kegiatan program, memberdayakan secara optimal seluruh sumber daya yang ada termasuk ketenagaan dan pembiayaan lain selain APBN seperti APBD, dana perimbangan, PHLN serta sumber lainnya untuk meningkatkan kinerja program.

Untuk mewujudkan pelaksanaan dekonsentrasi tahun 2014 yang berjalan efektif, efisien, transparan dan akuntabel, maka pada pelaksanaannya harus tetap mengacu pada peraturan terkait pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban anggaran serta tata kelola keuangan Negara.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAii

Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian buku Petunjuk Pelaksanaan ini, kami ucapkan terima kasih dan untuk perbaikan di masa yang akan datang kami harapkan kritik dan sarannya.

Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan limpahan Rahmat-Nya.

Jakarta, 10 Januari 2014Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA,

dr. ANUNG SUGIHANTONO, M.KesNIP.196003201985021002

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................... iDAFTAR ISI ................................................. iiiDAFTAR FORMAT ......................................... vDAFTAR BAGAN ........................................ viDAFTAR SINGKATAN ................................... viiiSURAT KEPUTUSAN DIRJEN BINA GIZI DAN KIA .. xvii BAB I PENDAHULUAN ................................ 1 A. Latar Belakang ............................ 1 B. Tujuan ...................................... 4 C. Sasaran ...................................... 5 D. Ruang Lingkup ............................ 5 E. Kebijakan Operasional ........... 6

BAB II PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT ......... 7 A. Latar Belakang ........................... 7 B. Tujuan ....................................... 9 C. Sasaran dan Target Kegiatan ........ 9 D. Kebijakan Teknis ....................... 10 E. Strategi Operasional ................. 11 F. Lingkup Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat .............................. 12

BAB III KEGIATAN PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN REPRODUKSI .... 43 A. Latar Belakang ........................... 43 B. Tujuan ...................................... 45 C. Sasaran dan Target Kegiatan ....... 46 D. Ruang Lingkup Kegiatan ........... 47

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAiv

BAB IV PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK .............................................. 57 A. Latar Belakang ........................... 57 B. Tujuan ...................................... 61 C. Sasaran dan Target Kegiatan ....... 61 D. Ruang Lingkup Kegiatan ............. 63 BAB V KEGIATAN BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA ...................................... 101 A. Latar Belakang ............................ 101 B. Tujuan ........................................ 106 C. Sasaran dan Target Kegiatan ........ 106 D. Ruang Lingkup Kegiatan ............. 108 BAB VI KEGIATAN BINA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER ............................. 125 A. Latar Belakang ........................... 125 B. Tujuan ....................................... 128 C. Sasaran dan Target Kegiatan …….. 129 D. Ruang Lingkup Kegiatan …….....… 130

BAB VII KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 139 I. DUKUNGAN MANAJEMEN PROGRAM BINA GIZI DAN KIA .................... 139 A. Latar Belakang .......................... 139 B. Tujuan ..................................... 140 C. Sasaran dan Target Kegiatan ..... 140 D. Ruang Lingkup Kegiatan .......... 141

II. DUKUNGAN MANAJEMEN BOK ....... 147 A. Latar Belakang ............................ 147 B. Tujuan ................................... 148

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA v

C. Sasaran dan Target Kegiatan .... 148 D. Ruang Lingkup Kegiatan .......... 148

BAB IX MANAJEMEN PENGELOLAAN ANGGARAN 153 A. Prinsip Pendanaan ........................ 154 B. Perencanaan dan Penganggaran ..... 155 C. Persiapan Pelaksanaan Anggaran ... 158 D. Pelaksanaan Anggaran Dana Dekonsentrasi .............................. 170 E. Pertanggungjawaban Dana ...... 183 F. Pelaporan .................................... 191 G. Pengelolaan BMN Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi ............................. 198

BAB X PENUTUP ......................................... 201

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAvi

DAFTAR FORMAT

Format 1Contoh Format Laporan Rapat ....................... xv

Format 2Contoh Format Laporan Rapat ....................... xvi

Format 3Contoh Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan ............................................... xvii

Format 4Contoh Format Laporan Tahunan ............... xviii

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA vii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1Struktur Organisasi Pelaksana Anggaran Satker Dinas Kesehatan Provinsi (03) Tahun Anggaran 2014 .................................. 166

Bagan 2Alur Mekanisme Pencairan Dana Pelaksanaan Anggaran pada Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi (03) Tahun Anggaran 2014 ............... 172

Bagan 3Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP ..... 182

Bagan 4Pembayaran Langsung (LS) .......................... 183

Bagan 5Mekanisme Pelaporan Sesuai PP 39 .............. 193

Bagan 6Mekanisme Pelaporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN) 197

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAviii

DAFTAR SINGKATAN

AABPK : Alat Bantu Pengambil KeputusanABH : Anak Berhadapan dengan HukumAIDS : Acquired Immune Deficiency SyndromeAKI : Angka Kematian IbuAKB : Angka Kematian BalitaAMP : Audit Maternal PerinatalANC : Ante Natal CareAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

PerubahanASI : Air Susu IbuATK : Alat Tulis Kantor

BBaduta : (usia anak) bawah dua tahunBalita : (usia anak) bawah lima tahunBatita : (usia anak) bawah tiga tahunBattra : Pengobat TradisionalBB : Berat BadanBB/U : Berat Badan berdasarkan UmurBB/TB : Berat Badan berdasarkan Tinggi BadanBBLR : Bayi Berat Lahir RendahBBL : Bayi Baru Lahir Bimtek : Bimbingan TeknisBKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKMM : Balai Kesehatan Mata MasyarakatBKKM : Balai Kesehatan Kerja MasyarakatBKOM : Balai Kesehatan Olahraga MasyarakatBKU : Buku Kas UmumBOK : Bantuan Operasional Kesehatan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA ix

BPP : Bendahara Pengeluaran PembantuBPS : Badan Pusat StatistikBulin : Ibu Bersalin Bumil : Ibu Hamil

DDAU : Dana Alokasi UmumDAK : Dana Alokasi KhususDepag : Departemen AgamaDHS : Desentralization Health ServicesDIY : Daerah Istimewa YogyakartaDIPA : Daftar Isian Pelaksanaan AnggaranDKI : Daerah Khusus IbukotaDiknas : Pendidikan NasionalDinkes : Dinas KesehatanDitjen : Direktorat JenderalDJPB : Direktorat Jenderal PerbendaharaanDTPS : District Team Problem Solving

FFKKADK : Forum Komunikasi Keluarga Anak Dengan

Kecacatan

GGAKI : Gangguan Akibat Kekurangan IodiumGernas : Gerakan NasionalGUP : Ganti Uang PersediaanGP2SP : Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan

ProduktifGudosin : Guru, Dosen, Instruktur

HHIV : Human Immunodeficiency VirusHAKLI : Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan

Indonesia

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAx

IIBI : Ikatan Bidan IndonesiaIDAI : Ikatan Dokter Anak IndonesiaIDI : Ikatan Dokter IndonesiaIGD : Instalasi Gawat DaruratIMR : Infant Mortality Rate IMS : Infeksi Menular SeksualIPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat

JJID : Jaringan Informasi dan Dokumentasi

KK1 : Kunjungan Antenatal PertamaKadarzi : Keluarga Sadar GiziKanwil : Kantor WilayahKB : Keluarga BerencanaKEK : Kurang Energi KronisKesga : Kesehatan KeluargaKF : Kunjungan NifasKH : Kelahiran HidupKIA : Kesehatan Ibu dan AnakKIE/KIP & K : Komunikasi Informasi Edukasi/Komunikasi

Inter Personal dan KelompokKK : Kepala KeluargaKLB : Kejadian Luar BiasaKONI : Komite Olahraga Nasional IndonesiaKonika : Kongres Ilmu Kesehatan Anak KMS : Kartu Menuju SehatKN1 : Kunjungan Neonatal PertamaKPA : Kuasa Pengguna Anggaran KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan NegaraKTA : Kekerasan terhadap AnakKPID : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xi

LLapas : Lembaga PemasyarakatanLP : Lintas Program LPA : Lembaga Pemerhati AnakLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatLS : Lintas SektorLMKM : Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

MMA : Madrasah AliyahMenkes : Menteri KesehatanMMD : Musyawarah Masyarakat DesaMMR : Maternal Mortality RateMTBS : Manajemen Terpadu Balita SakitMTBS-M : Manajemen Terpadu Balita Sakit di Tingkat

MasyarakatMTCT : Mother to Child TransmissionMDG’s : Millenium Developmen GoalsMI : Madrasah IbtidaiyahMP : Makanan PendampingMP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu IbuMTS : Madrasah Tsanawiyah

NNakes : Tenaga KesehatanNICE : Nutrition Improvement Through Community

EmpowermentNMR : Neonatal Mortality RateNSPK : Norma Standar Prosedur Kriteria

PP2 : Pencegahan PenyakitP2M : Pencegahan Penyakit MenularPAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxii

Pemda : Pemerintah DaerahPERSAGI : Persatuan Ahli Gizi IndonesiaPerdosri : Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik

dan Rehabilitasi IndonesiaPerkani : Perhimpunan Kardiologi Anak IndonesiaPHBS : Perilaku Hidup bersih dan SehatPHC : Peningkatan Pelayanan DasarPHLN : Pinjaman/Hibah Luar NegeriPK : Penanganan Komplikasi PKK : Program Kesejahteraan KeluargaPMBA : Pemberian Makanan Bayi dan AnakPMK : Peraturan Menteri KeuanganPMR : Post-neonatal Mortality RatePMTCT : Prevention Mother to Child Transmission PMT : Pemberian Makanan TambahanPN : Persalinan NakesPOA : Plan of ActionPOK : Petunjuk Operasional KegiatanPOGI : Persatuan Obstetri Ginekolog IndonesiaPolindes : Pos Persalinan DesaPONED : Pelatihan Obstetri Neonatal Emergensi DasarPONEK : Pelatihan Obstetri Neonatal Emergensi

KebidananPPNI : Persatuan Perawat Nasional IndonesiaPP-ASI : Peraturan Pemerintah – Air Susu IbuPUS : Pasangan Usia SuburPuskesmas : Pusat Kesehatan MasyarakatPKRE : Pelayanan Kesehatan Reproduksi EsensialPKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli RemajaPoltekes : Poli Teknik KesehatanPoskesdes : Pos Kesehatan DesaPosyandu : Pos Pelayanan Terpadu PPGDON : Penanganan Pertama Gawat Darurat

Emergensi Obstetri Neonatal

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xiii

PPK : Pejabat Pembuat KomitmenPromkes : Promosi KesehatanPSG : Pemantauan Status GiziPUMK : Pemegang Uang Muka KerjaPUG-BK : Pengarus Utamaan Gender Bidang KesehatanPWS : Pemantauan Wilayah SetempatP4K : Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan KomplikasiPNS : Pegawai Negeri Sipil

RRBM : Rehabilitasi Berbasis MasyarakatRENSTRA : Rencana StrategisRisti : Risiko Tinggi Riskesdas : Riset Kesehatan DasarRKAKL : Rencana Kegiatan dan Anggaran

Kementerian / LembagaRPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

NasionalRPD : Rencana Penarikan DanaRPK : Rencana Pelaksanaan KegiatanRSUD : Rumah Sakit Umum DaerahRTL : Rencana Tindak lanjutRI : Republik IndonesiaRM : Rupiah MurniRMP : Rupiah Murni PendampingRS : Rumah SakitRT : Rumah TanggaRutan : Rumah Tahanan

SSAI : Sistem Akuntansi InformasiSAK : Sistem Akuntansi KeuanganSD : Sekolah dasar

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxiv

SDKI : Survei Demografi Kesehatan IndonesiaSDIDTK : Stimulasi, Deteksi & Intervensi Dini Tumbuh

Kembang AnakSDM : Sumber Daya ManusiaSHK : Skrining Hipotiroid KongenitalSIMAK BMN : Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi

Barang Milik NegaraSMD : Survey Mawas DiriSKPA : Surat Kuasa Pengguna AnggaranSKPD : Satuan Kerja Perangkat DaerahSKPG : Sistem Kewaspadaan Pangan dan GiziSKDI : Survey Kesehatan Dasar IndonesiaSPM : Standar Pelayanan MinimalSLB : Sekolah Luar BiasaSIPT : Surat Ijin Pengobat TradisionalSPP : Surat Perintah PembayaranSP2D : Surat Perintah Pencairan DanaSusenas : Survei Sosial-ekonomi Nasional

TTB : Tinggi BadanTP : Tugas PembantuanTTD : Tablet Tambah DarahTK : Taman Kanak-KanakTHT : Telinga Hidung dan TenggorokanTUPOKSI : Tugas Pokok dan FungsiToma : Tokoh AgamaTomas : Tokoh MasyarakatTOGA : Tanaman Obat KeluargaTOT : Training of TrainerTUP : Tambahan Uang PersediaanTOR : Term of Reference

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xv

UU5MR : Under-5 Mortality RateUKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya MasyarakatUKK : Upaya Kesehatan Kerja UKS : Usaha Kesehatan Sekolah UP : Uang PersediaanUsila : Usia LanjutUPGK : Upaya Perbaikan Gizi KeluargaUPT : Unit Pelaksana Teknis

WWHO : World Health OrganizationWUS : Wanita Usia Subur

YYandas : Pelayanan DasarYPAC : Yayasan Penyandang Anak Cacat

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxvi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xvii

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

NOMOR HK.02.03/ BI.1/130.A/201426 / MENKES / SK / 9

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRALISASI PROGRAM BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan kesehatan dalam program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi dan Kabupaten/Kota secara baik dan merata, perlu adanya dukungan dana dekonsentralisasi;

b. bahwa agar pengelolaan Dana Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a berjalan dengan efektif, efisien dan akuntabel perlu dibuat petunjuk pelaksanaan;

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxviii

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak tentang Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xix

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5063);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5462);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxx

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4855);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5178);

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010;

10. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5334);

11. Peraturan Menteri Keuanagan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xxi

12. Peraturan Menteri Keuanagan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.05 /2009 tentang Perencanaan Kas;

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan Belanja Negara Pada Satuan Kerja;

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pengesahan Realisasi Pendapatan dan Belanja yang Bersumber dari Hibah Luar Negeri/Dalam Negeri yang Diterima Langsung Oleh Kementerian Negara/Lembaga Dalam Bentuk Uang;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxxii

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap;

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014;

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN PETUNJUK PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRALISASI PROGRAM BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK KEMENTERIAN KESEHATAN TA-HUN 2014.

Pasal 1

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi ditujukan untuk memberikan acuan bagi pelaksanaan kegiatan Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak di satuan kerja Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan kesehatan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA xxiii

Pasal 2

Sasaran pembangunan kesehatan petunjuk pelaksanaan dana dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditujukan untuk :

a. pengelola kegiatan gizi;b. pengelola kegiatan kesehatan ibu;c. pengelola kesehatan kerja dan olahraga;d. pengelola kegiatan kesehatan tradisional, alternatif dan

komplementer;e. pengelola Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di

tingkat provinsi; danf. pengelola unit terkait program Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan Anak.

Pasal 3

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Tahun 2014 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 4

Setiap satuan kerja agar menyampaikan Laporan Sistem Akuntansi Instansi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Laporan Pelaksanaan Kegiatan/Program sesuai dengan format dan Petujuk Pelaksanaan ini.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIAxxiv

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 10 Januari 2014

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK,

ANUNG SUGIHANTONO

Tembusan :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan3. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan4. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan5. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian

Keuangan6. Para Direktur di lingkungan Ditjen Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan7. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan setempat8. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) setempat

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 1

A. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) telah menjadi salah

satu kesepakatan pemerintah Indonesia bersama 189 negara lainnya dalam upaya mewujudkan kesejahtaraan rakyat dan pembanguan masyarakat pada tahun 2015. Di dalam kesepakatan MDGs dinyatakan 8 (delapan) tujuan MDGs, dengan 4 (empat) diantaranya berhubungan dengan bidang kesehatan, yaitu menurunkan jumlah balita gizi buruk dan stunting menjadi setengahnya, menurunkan angka kematian bayi dan balita, menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kejadian malaria, tuberkulosa dan AIDS, serta meningkatkan akses air bersih masyarakat pada tahun 2015.

Sejalan dengan itu, RPJMN 2010-2014 mengamanatkan 9 indikator Prioritas Nasional 3 Bidang Kesehatan. Namun, hingga tahun 2013 masih terdapat 5 (lima) indikator kesehatan dengan raport merah atau dalam status ’sangat sulit tercapai’. Indikator - indikator tersebut diantaranya adalah :

BAB IPENDAHULUAN

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA2

1. Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup3. Total Fertility Rate (TFR) : Angka Kelahiran Total

(per perempuan usia reproduksi)4. Persentase jangkauan akses sumber air bersih5. Menurunnya kasus malaria (Annual Parasite Index)

Dalam rangka pencapaian target indikator tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Di tahun 2014 salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan adalah dengan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Direktorat Bina Gizi dan KIA adalah salah satu direktorat yang menyumbang capaian indikator MDGs, RPJMN 2010-2014 dan terkait secara langsung dalam mendukung pelaksanaan SJSN. Dengan besarnya

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 3

tanggung jawab tersebut maka berbagai program dari tingkat pusat hingga tingkat dasar diarahkan untuk mendukung pencapaian target indikator MDGs, RPJMN 2010-2014 dan pelaksanaan SJSN.

Dukungan anggaran kesehatan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan setiap kegiatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Sumber pendanaan dapat berasal berbagai APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional), Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Dana perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri) serta sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Kementerian Kesehatan telah menyediakan anggaran guna peningkatan Program Bina Gizi dan KIA melalui Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pada tahun anggaran 2014 Dana Dekonsentrasi dan TP dialokasikan melalui penyediaan biaya kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu, Pelayanan Kesehatan Anak, Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer,

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA4

Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga dan biaya Pembinaan dan Perbaikan Gizi Masyarakat serta di dukung oleh biaya Dukungan Manajemen Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Bantuan Operasional kesehatan (BOK).

Agar pelaksanaan kegiatan yang menggunakan dana dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA TA 2014 dapat berjalan baik sehingga hasilnya lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam pencapaian sasaran pembangunan, maka disusunlah buku pedoman berupa Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA TA 2014.

B. Tujuan

Memberikan acuan bagi pelaksanaan kegiatan Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak yang bersumber Dana Dekonsentrasi tahun anggaran 2014 dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan kesehatan.

C. Sasaran

1. Pengelola Kegiatan Gizi, Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Pengelola bina program dan pengelola BOK di tingkat Provinsi

2. Unit–unit terkait pengelolaan Program Bina Gizi dan KIA

D. Ruang Lingkup

1. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 5

2. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak3. Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat 4. Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olahraga5. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan

Tradisional, Alternatif dan Komplementer6. Kegiatan Dukungan Managemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis lainnya7. Kegiatan Manajemen BOK di tingkat Provinsi

E. Kebijakan Operasional

1. Dana Dekonsentrasi merupakan dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi sebagai wakil Kementerian Kesehatan yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.

2. Buku Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi berisi menu program dan petunjuk pelaksanaan yang dapat diselenggarakan dengan memanfaatkan dana dekonsentrasi. Menu dekonsentrasi yang terdapat dalam pedoman merupakan menu pilihan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan sumber daya daerah.

3. Penggunaan dana dekonsentrasi untuk suatu kegiatan tidak diperkenankan duplikasi dengan sumber pendanaan lainnya. Akan tetapi dana dekonsentrasi ini dapat dimanfaatkan pada kegiatan yang sama untuk pelaksanaan intensifikasi, ekstensifikasi atau kegiatan inovatif lainnya.

4. Kebijakan Pengalokasian Dana 2014 terutama melakukan efisiensi perjalanan dinas, konsinyasi, seminar dan pemberian honor.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA6

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 7

A. Latar Belakang

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai adalah bahwa masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdasarkan ukuran-ukuran universal yang telah disepakati.

Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010-2014 bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai, kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di

BAB IIPEMBINAAN GIZI

MASYARAKAT

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA8

bidang perbaikan gizi telah ditetapkan 8 indikator keluaran setiap tahun sebagai berikut:

Sasaran Indikator KinerjaPembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014

*berulang di sasaran

INDIKATORTARGET CAPAIAN (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Persentase balita ditimbang berat badannya.

65 70 75 80 85

2 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan.

100 100 100 100 100

3 Persentase 6-59 bulan dpt kapsul vitamin A.

75 78 80 83 85

4 Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif.

65 67 70 75 80

5 Persentase ibu hamil mendapat Fe 90 tablet.

84 86 90 93 95

6 Cakupan RT yg mengonsumsi garam beryodium.

75 77 80 85 90

7 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi.

100 100 100 100 100

8 Persentase Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk daerah bencana

100 100 100 100 100

Untuk mencapai indikator Renstra tersebut perlu disusun kebijakan dan strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di pusat dan di daerah. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat disusun sebagai acuan setiap pemangku kepentingan, untuk menyusun perencanaan, mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan perbaikan gizi secara berkesinambungan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 9

B. Tujuan

Tujuan dari pembinaan gizi adalah meningkatkan kesadaran gizi keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif.

C. Sasaran dan Target Kegiatan

Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2014 mencakup 2 (dua) indikator kegiatan dan 6 (enam) indikator penunjang.

1. Indikator Utamaa. Balita yang ditimbang berat badannyab. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan

2. Indikator Kegiatan a. Balita mendapat kapsul vitamin Ab. Bayi 0 – 6 bulan mendapat ASI Ekslusifc. Ibu hamil mendapat Fe 90 tabletd. Rumah Tangga yang mengonsumsi garam

beriodiume. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi daruratf. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans

gizi

Target Kegiatan : Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

2014 terdapat 8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarkat sebagai berikut:

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA10

1. 85 % balita yang ditimbang berat badannya (D/S)2. 100 % gizi buruk yang mendapat perawatan 3. 80 % bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif4. 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium 5. 85 % balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A 6. 95 % ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi7. 100 % kabupaten/kota yang melaksanakan surveilan

gizi8. 100 % penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah

bencana

D. Kebijakan Teknis

Kebijakan teknis Pembinaan Gizi Masyarakat 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi masyarakat melalui posyandu

2. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia

3. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak

4. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas serta fortifikasi makanan

5. Menyediakan PMT pemulihan bagi anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK

6. Melaksanakan perawatan gizi buruk dengan pendekatan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan Pusat Pemulihan Gizi (Terapheutic Feeding Center) maupun rawat jalan di Puskesmas dan Pos pemulihan gizi berbasis masyarakat (Community Feeding Centre).

7. Memperkuat surveilan gizi nasional

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 11

E. Strategi Operasional

Strategi operasional Pembinaan Gizi Masyarakat 2014 adalah sebagai berikut:1. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui

penyediaan materi KIE dan Kampanye.2. Memenuhi kebutuhan obat program gizi terutama

kapsul vitamin A, tablet Fe, mineral mix melalui optimalisasi sumber daya Pusat dan daerah.

3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan pertumbuhan, konseling menyusui dan MPASI, tatalaksana gizi buruk, surveilan dan program gizi lainnya.

4. Memenuhi kebutuhan PMT Pemulihan bagi balita menderita gizi kurang (kurus) dan ibu hamil keluarga miskin KEK

5. Pelayanan gizi pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan skrining ibu hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan ibu.

6. Melaksanakan surveilen gizi di seluruh kabupaten/kota, surveilans sentinel, dan surveilan gizi darurat

7. Menguatkan kerja sama dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor, organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

8. Menyusun NSPK gizi

F. Ruang Lingkup Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat

1. KABUPATEN/KOTA MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT a. Pelaksanaan Surveilans Gizi Kabupaten/Kota

1) Tujuan Mendapatkan informasi, kajian data, dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA12

sajian data lebih intensif mengenai: a) Data prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi

Kronis (KEK)b) Data Cakupan 90 tablet Tambah Darah

(TTD) pada ibu hamilc) Data prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR)d) Data Cakupan ASI Eksklusife) Data Cakupan Pemantauan Pertumbuhanf) Data Cakupan distribusi Kapsul Vitamin

A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas

g) Data cakupan konsumsi garam beryodium di tingkat masyarakat

h) Data balita gizi buruk dapat perawatani) Hasil analisis dan interpretasi data secara

rutin dan terencana/terjadwal.j) Status gizi balita di tingkat Kecamatan

berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

k) Dirumuskannya rekomendasi dan rencana tindak lanjut

l) Dilakukan Diseminasi informasi hasil kajian dan verifikasi data gizi

2) Sasarana) Pengelola program gizi di kabupaten/kota b) Petugas gizi puskesmas

b. Pertemuan Surveilans Kabupaten/Kota1) Tujuan Mempertajamkan program perbaikan gizi

dalam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 13

2) Sasaran Petugas surveilans di Provinsi dan Kabupaten/

Kota

c. Pertemuan Lintas Sektor Provinsi dan Kabupaten/Kota 1) Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk menuntaskan permasalahan gizi yang ada

2) SasaranPengelola program gizi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan lintas sektor terkait dengan kegiatan pembinaan Gizi

d. Pelacakan dan Konfirmasi Kasus Gizi Buruk 1) Tujuan Konfirmasi kasus gizi buruk diperlukan dalam

rangka menegakkan diagnosa kasus gizi buruk yang dilaporkan. Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan surveilans di tingkat Puskesmas. Konfirmasi kasus gizi buruk dilaksanakan melalui kunjungan lapangan Tim Provinsi didampingi dengan petugas Kabupaten/Kota untuk verifikasi kasus gizi buruk yang dilaporkan melalui mekanisme pelaporan gizi buruk yang ada.

2) Sasaran Petugas gizi di Provinsi dan Kabupaten/Kota

e. Pelaporan Indikator Kinerja berbasis Sigizi.com 1) Tujuan Analisis situasi yang terus menerus, baik dalam

bentuk besarnya masalah maupun faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut,

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA14

perlu dilakukan mulai dari tingkat administrasi terendah di tingkat desa sampai dengan tingkat nasional. Disamping itu telah dikembangkan pelaporan pembinaan gizi berbasis web melalui sigizi. Analisis data bulanan diperlukan untuk memperoleh gambaran besarnya masalah gizi dan upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan di tingkat Provinsi dan kabupaten/ kota.

2) Sasaran Petugas gizi dan surveilans Provinsi,

Kabupaten/Kota, dan Puskesmas

f. Pelaksanaan Bulan Penimbangan1) Tujuan Memantau sejak dini status gizi balita dan untuk

mengetahui status gizi suatu wilayah sesuai dengan kaidah antropometri yang benar, maka diperlukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan balita setidaknya satu kali dalam satu tahun perlu sekali dilakukan suatu kegiatan penimbangan serentak bagi bayi dan balita melalui pelaksanaan bulan penimbangan.

2) Sasaran Petugas gizi provinsi, Kabupaten/Kota,

puskesmas dan kader posyandu serta balita.

g. Pemantauan Status Gizi1) Tujuan Tujuan dari diintegrasikannya PSG dan Kadarzi

adalah untuk mengetahui hubungan positif antara status gizi balita dengan keluarga sadar gizi. Selain itu bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan Kadarzi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 15

2) Sasaran a) Bayi usia 0-6 bulanb) Balita usia 6 – 24 bulanc) Balita s.d usia 5 tahund) Keluarga yang menggunakan garam

beryodium. e) Keluarga dan balita makan aneka ragam. f) Ibu hamil g) Ibu nifas

h. Survei Pemantauan Garam Beryodium dan Survei Pemantauan Status Gizi Balita1) Tujuan Mengetahui persentase rumah tangga

menggunakan garam beryodium2) Sasaran Desa atau Kepala Keluarga

i. Pengolahan Data dan Pelaporan Surveilans1) Tujuan Kegiatan survailans balita gizi buruk perlu

dilakukan agar pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah gizi buruk ditentukan berdasarkan informasi yang akurat dan berkesinambungan serta terdokumentasi dengan baik

2) Sasaran Petugas olah data dan pengelola laporan

kegiatan pembinaan gizi

j. Koordinasi Validasi Surveilans dan KLB Gizi1) Tujuan Kegiatan survailans balita gizi buruk perlu

dilakukan agar pengambilan keputusan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA16

dalam penanggulangan masalah gizi buruk ditentukan berdasarkan informasi yang akurat dan berkesinambungan serta terdokumentasi dengan baik

2) Sasaran Petugas kesehatan dan surveilans gizi

2. MENINGKATKAN KAPASITAS TEKNIS DAN ATAU MANAJEMEN SDM a. Pelatihan Petugas Gizi Puskesmas dalam

Penggunaan Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita1) Tujuan Meningkatkan kualitas Petugas Gizi

Puskesmas untuk menjadi Penyuluh pada pemantauan pertumbuhan balita berdasar aturan antropometri WHO 2005.

2) Sasaran Petugas Gizi Puskesmas

b. Peningkatan Kapasitas Fasilitator (TOT) dalam Penggunaan Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita1) Tujuan Meningkatkan kapasitas petugas gizi dalam

penggunaan standar pertumbuhan balita sesuai dengan standar Antropometri Penilaian Status Gizi anak yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2010.

2) Sasaran Petugas Gizi di pelayanan baik Rumah Sakit

maupun Puskesmas

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 17

c. Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Tatalaksana Gizi Buruk untuk Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota1) Tujuan Tersedianya tenaga terlatih untuk merawat

dan menangani anak gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan standar tatalaksana anak gizi buruk .

2) Sasaran Petugas Kesehatan (Dokter anak/ umum,

perawat/ bidan dan tenaga pelaksana gizi) di Puskesmas dan Rumah Sakit

d. Peningkatan Kapasitas Fasilitator (TOT) dalam Tatalaksana Gizi Buruk untuk Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota1) Tujuan Tersedianya trainer atau pelatih untuk

melatih tenaga kesehatan dalam tatalaksana anak gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan standar tatalaksana anak gizi buruk .

2) Sasaran Petugas Kesehatan (Dokter anak/ umum,

perawat/ bidan dan tenaga pelaksana gizi) di Puskesmas dan Rumah Sakit

e. Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Konseling Menyusui1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan bagi tim konseling

menyusui tentang praktek Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan menyusui secara eksklusif

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA18

selama 6 bulan, meningkatkan keterampilan Tim konseling menyusui sebagai konselor menyusui, serta meningkatkan pemahaman tim konseling menyusui tentang penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan International Code of Marketing of Breastmilk Substitutes

2) Sasarana) Bidan/Perawat/ Dokter di RSb) Pengelola Gizi/KIA di Kabupaten/Kota c) Tenaga Puskesmas (Bidan/ Dokter/

Tenaga Pelaksana Gizi)

f. Peningkatan Kapasitas Fasilitator dalam rangka Konseling Menyusui 1) Tujuan Terlatihnya tenaga Fasilitator untuk Pelatihan

konseling menyusui di kabupaten/kota 2) Sasaran Konselor menyusui yang bertugas di :

a) Rumah Sakitb) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(Pengelola Program Gizi)c) Puskesmas

g. Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Konseling Makananan Pendamping ASI1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan tim konseling

MPASI tentang praktek pemberian MPASI pada usia 6-24 bulan dan meningkatkan keterampilan tim konseling MPASI dalam pembuatan MPASI usia 6-24 bulan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 19

2) Sasarana) Bidan/Perawat/ Dokter di RSb) Pengelola Gizi/KIA di Kabupaten/Kota c) Tenaga Puskesmas (Bidan/ Dokter/

Tenaga Pelaksana Gizi)

h. Peningkatan Kapasitas Petugas Gizi Rumah Sakit dalam Penggunaan Software Konseling Gizi “NutriClin”1) Tujuan Dalam pelaksanaan kegiatan Gizi di Puskemas

diperlukan software untuk kegiatan konseling gizi sehingga akan memudahkan petugas gizi dalam melaksanakan konseling secara individu dan memberikan bekal dan kepercayaan pasien/masyarakat untuk melakukan konseling gizi.

2) Sasaran Petugas gizi RS maupun Puskesmas

i. Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Pelaporan Indikator kinerja Pembinaan Gizi Berbasis Sigizi.com1) Tujuan Untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam

pelaksanaan pelaporan kinerja program gizi di kabupaten/kota dan provinsi

2) Sasaran Petugas gizi kabupaten/kota

j. Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Penyelenggaraan Gizi Darurat1) Tujuan Terselenggaranya gizi darurat dan masalah gizi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA20

pada tingkat kabupaten/kota (regional) dan provinsi adalah sebatas upaya penyelamatan dan tanggap darurat dengan dilakukannya penapisan (screening), menyelenggarakan pemberian makanan tambahan sesuai dengan jenis intervensi yang telah ditetapkan pada tahap 1 fase II (PMT darurat/Ransum, PMT darurat terbatas serta PMT Terapi) dan melakukan penyuluhan baik perorangan atau kelompok di masyarakat.

2) Sasaran Petugas Gizi Provinsi, Kabupaten/Kota dan

Puskesmas

k. Sarasehan dalam rangka Evaluasi dan Konfirmasi Penanggulangan Masalah GAKI di Kabupaten/Kota Terpilih1) Tujuan Mengatasi permasalahan terkait GAKI yang

ada di wilayah tertentu dengan melibatkan semua pihak dari lintas program, lintas sektor, pemerhati, para pakar GAKI sehingga permasalahan tersebut segera mendapatkan solusi.

2) Sasaran Pakar GAKI, Petugas gizi, lintas program/

lintas sektor, pemerhati GAKI di Kabupaten/Kota terpilih

3. PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI, ADVOKASI, KAMPANYE/GERAKAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PEMBINAAN GIZIa. Rapat Persiapan dalam Rangka Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 21

1) Tujuan Mempersiapkan kegiatan sosialisasi dan

advokasi Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas Sadar Gizi) dalam rangka meningkatkan kesadaran gizi rakyat Indonesia melalui pengembangan dan pengaktifan norma-norma sosial yang mendukung perilaku gizi yang baik.

2) Sasaran Pada dasarnya Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi ditargetkan untuk diikuti seluruh rakyat Indonesia. Prakarsa-prakarsa diharapkan muncul dari berbagai kalangan, yaknia) Keluarga Indonesia b) Kader-kader masyarakat (seperti

Posyandu, PKK, dll), tokoh masyarakat dan agama

c) Lembaga layanan publik, seperti layanan kesehatan, pendidikan, sosial dan keagamaan

d) Pemerintah pusat, provinsi, kota dan kabupaten

e) Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta, media massa, dan lembaga-lembaga pembangunan internasional di Indonesia

b. Sosialisasi dan Advokasi Kelompok Pendukung Menyusui di Provinsi 1) Tujuan Meningkatkan komitmen pihak-pihak yang

terlibat baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota untuk mendukung keberhasilan PP-ASI di wilayahnya.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA22

2) Sasaran Sektor /program terkait dan organisasi

masyarakat terdiri dari kabupaten/ kota

c. Sosialisasi PPASI, PMBA, Taburia, PGB1) Tujuan Memberikan penjelasan kepada Pengelola

Program Gizi Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Lintas program/lintas sektor, LSM, toma/tomas, swasta tentang Pedoman Pemantuan Garam Beryodium tingkat Rumah Tangga, pengembangan Taburia, dan PP-ASI.

2) Sasaran Sektor /program terkait dan organisasi

masyarakat terdiri dari kabupaten/ kota

d. Sosialiasi Antisipasi Gizi Darurat1) Tujuan Membantu mengantisipasi terjadinya masalah

gizi di lokasi bencana 2) Sasaran Petugas gizi di Kabupaten/Kota khususnya

daerah rawan bencana

e. Sosialisasi Pemanfaatan TTD pada Remaja Putri dan WUS Guna Penurunan AKI/AKB di Provinsi1) Tujuan Sosialisasi pemanfaatan tablet tambah

darah bagi remaja putri dan WUS perlu dilakukan sebagai kontribusi aspek gizi dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak, diharapkan membantu menurunkan anemia gizi ibu hamil sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan angka

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 23

kematian ibu dan angka kematian anak.2) Sasaran Pengelola program gizi, lintas Sektor /

program terkait dan organisasi masyarakat tingkat Provinsi

f. Sosialisasi Pemanfaatan TTD pada Remaja Putri dan WUS Guna Penurunan AKI/AKB di Kabupaten/kota1) Tujuan Sosialisasi pemanfaatan tablet tambah

darah bagi remaja putri dan WUS perlu dilakukan sebagai kontribusi aspek gizi dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak, diharapkan membantu menurunkan anemia gizi ibu hamil sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan angka kematian ibu dan angka kematian anak.

2) Sasaran Pengelola program gizi, lintas Sektor /

program terkait dan organisasi masyarakat di Kabupaten/kota

g. Sosialisasi Pedoman Pemberian Tablet Fe Ibu Hamil Integrasi Gizi dan KIA dan Pedoman Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga (RT)1) Tujuan Meningkatkan pemahaman dan penyamaan

persepsi petugas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan Pemberian Tablet Fe dan garam beryodium di tingkat rumah tangga.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA24

2) Sasarana) Pengelola gizi di 12 kabupaten/kotab) Lintas program/lintas sektor, perguruan

tinggi, litbang, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan LSM terkait tingkat provinsi

h. Diseminasi Informasi Strategi Peningkatan D/S1) Tujuan Tersusunnya rencana tindak lanjut tentang

pemantauan wilayah setempat dengan balok SKDN, masalah/hambatan dan solusinya

2) Sasaran Pengelola program gizi kabupaten/kota

i. Penguatan/Refreshing Posyandu di Kabupaten/Kota1) Tujuan Kegiatan ini merupakan reward, refreshing dan

memberikan motivasi kepada kader kesehatan (kader UPGK, motivator ASI, kader KP Ibu, kader kadarzi, konselor ASI, konselor MP-ASI, kader pendamping ibu hamil, kader pendamping gizi buruk) sehingga diharapakan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader dalam melaksanakan kegiatan di masyarakat

2) Sasaran Pengelola program gizi, lintas program dan

lintas sektor.

j. Pengembangan Taburia1) Tujuan Dalam rangka menanggulangi masalah gizi

buruk dan gizi kurang telah dikembangkan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 25

taburia, serbuk multi vitamin dan mineral. Sehubungan dengan hal tersebut perlu kiranya diadakan sosialisasi taburia dan mekanisme pengelolaannya bagi pengelola program di Kabupaten/Kota. Hal ini untuk memberikan pemahaman pada petugas dalam rangka distribusi, penyimpanan dan manajemen pengelolaan administrasinya

2) Sasaran Pengelola program gizi, lintas program dan

lintas sektor.

k. Pertemuan Lintas Sektor dalam Rangka Sosialisasi Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota1) Tujuan Menyusun kesepakatan dan meningkatkan

pemahaman peran dan fungsi pengelola lintas program dan sektor provinsi tentang langkah-langkah dan tahapan kegiatan dalam Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

2) Sasaran Pengelola program gizi Provinsi dan

Kabupaten/Kota serta lintas program dan lintas sektor.

l. Perencanaan dan Evaluasi Program Gizi dan Kesehatan Keluarga1) Tujuan Menyusun kesepakatan dan meningkatkan

pemahaman peran dan fungsi pengelola lintas program dan sektor provinsi tentang perencanaan evaluasi pembinaan gizi masyarakat.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA26

2) Sasaran Pengelola program gizi, lintas program dan

lintas sektor provinsi dan Kabupaten/kota.

m. Penayangan Iklan di Radio dan TV dalam Rangka Gernas1) Tujuan Tersalurkannya pesan-pesan Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi dan terbangunnya komitmen dukungan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dan terbentuknya dukungan masyarakat dan sektor terkait dalam Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

2) Sasaran Masyarakat luas

n. Sosialiasi dan Advokasi KP Menyusui di Provinsi 1) Tujuan Meningkatkan komitmen kabupaten/ kota

untuk mendukung keberhasilan program ASI Ekslusif dan PP-ASI di wilayahnya.

2) Sasaran a) Lintas program dan lintas sektor di

kabupaten/kotab) Dokter/Bidan/Ahli Gizi di kabupaten/kotac) Kelompok Pendukung ASI

o. Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 1) Tujuan Tersosialisasinya pedoman PP-ASI bagi

pengelola program gizi pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan tersusunnya tentative kegiatan implementasi pedoman PP-ASI di kabupaten/ kota.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 27

2) Sasaran a) Lintas program dan lintas sektor di

kabupaten/kotab) Dokter/Bidan/Ahli Gizi di kabupaten/kotac) Kelompok Pendukung ASI

p. Sosialiasi PPASI, Permenkes ASI dan PMBA 1) Tujuan Meningkatkan komitmen kabupaten/kota

untuk mendukung keberhasilan program ASI Ekslusif dan PP-ASI di wilayahnya.

2) Sasaran a) Lintas program dan lintas sektor di

kabupaten/kotab) Dokter/Bidan/Ahli Gizi di kabupaten/kotac) Kelompok Pendukung ASI

q. Upaya Optimalisasi Tatalaksana Kasus Kretin 1) Tujuan Kegiatan bertujuan mengoptimalkan

tatalaksana penanggulangan kasus kekurangan yodium bagi petugas di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2) Sasaran a) Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/

Kotab) Lintas program dan lintas sektor di

kabupaten/kotac) Pakar di bidang GAKI

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA28

r. Sosialisasi, Diseminasi Informasi, Orientasi dan Manajemen Taburia bagi Pengelola Program Gizi1) Tujuan Memberikan pemahaman pada petugas

dalam rangka distribusi, penyimpanan dan manajemen pengelolaan administrasi Taburia.

2) Sasaran Petugas gizi di Kabupaten/Kota

4. PENGADAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), TABURIA UNTUK IBU HAMIL KEKa. Manajemen Obat dan Taburia

1) Tujuan Tersedianya pendanaan bagi operasional

manajemen, pengelolaan dan distribusi Taburia di Kabupaten sampai dengan sasaran

2) Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/

Kota

5. PENGADAAN BUKU/MODULa. Pengadaan Buku Gizi

1) Tujuan Kebutuhan akan media yang murah

dan sederhana, diharapkan pemenuhan kebutuhan akan buku-buku baik sebagai buku pedoman teknis dilapangan maupun buku pegangan petugas sehingga menjadikan sumber informasi yang efektif dan bermanfaat.

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakit

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 29

b) Pengelola Program di Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota

c) Masyarakat

6. PENGADAAN MEDIA PROMOSI a. Pengadaan Cetakan Materi Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat tentang pola dan kebiasaan makan yang sesuai dengan prinsip gizi seimbang yang pada akhirnya akan mewujudkan masyarakat yang sadar gizi dan berakibat pada meningkatnya status gizi masyarakat dalam mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Masyarakat

7. PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN, MANA-JEMEN, FASILITASI MONEVa. Konsultasi Program Gizi Petugas Provinsi ke

Pusat1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan, pemahaman

dan kemampuan Pimpinan dan Petugas Pengelola Program Perbaikan Gizi Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Perencanaan Program Perbaikan Gizi, penggerakan dan Pelaksanaan, pengawasan, Pengendalian

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA30

dan Penilaian Program Perbaikan Gizi dan pengelolaan data untuk mendukung kegiatan manajerial.

2) Sasaran Pimpinan dan petugas pengelola program

perbaikan gizi provinsi dan kabupaten/ kota

b. Bimtek Kegiatan Gizi Masyarakat ke Kabupaten/ Kota1) Tujuan Pembinaan teknis program perbaikan

gizi dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, dan pemahaman petugas pengelola program gizi di kabupaten/ kota tentang materi yang dikonsultasikan dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan program perbaikan gizi di daerah.

2) Sasaran Dinas kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota,

Petugas Puskesmas, Masyarakat

c. Surveilen Pemantauan Status Anemia Ibu Hamil di Kabupaten/Kota1) Tujuan Untuk memperoleh informasi gambaran

masalah gizi khususnya di tingkat kab/ kota guna mencegah dan menangani secara dini kejadian anemia dan masalah gizi pada balita dan ibu hamil kemudian ditingkat provinsi menjadi masukan atas upaya perbaikan gizi melalui pemanfaatan data surveilans gizi.

2) Sasaran Dinas kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota,

Petugas Puskesmas, dan Masyarakat

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 31

8. PENGADAAN POSYANDU KIT/ANTROPOMETRI KIT a. Pengadaan Antropometri Kit

1) Tujuan Meningkatnya pengetahuan peserta pelatihan

pemantauan pertumbuhan di Provinsi2) Sasaran Tenaga gizi di Provinsi, Kabupapten/Kota,

dan Puskesmas

b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Ruang Menyusui 1) Tujuan Kegiatan pengembangan ruang laktasi

atau pojok laktasi di tempat-tempat umum dimaksudkan untuk menyiapkan ruang atau areal yang nyaman dan aman bagi ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada bayinya sekaligus sebagai tempat yang aman untuk menitipkan ASI yang telah diperah selama ibu bekerja. Disamping sebagai tempat bagi konselor ASI memberikan konseling pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif.

2) Sasaran Tenaga gizi di Provinsi, Kabupaten/Kota, dan

Puskesmas

9. PENGADAAN TPG KIT a. Pengadaan TPG KIT

1) Tujuan Terpantaunya garam beryodium tingkat

rumah tangga dengan menyediakan Iodine test.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA32

2) Sasaran Rumah tangga

b. Pengadaan Food Model 1) Tujuan Untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan

konseling gizi serta bahan praktik dalam pelatihan tatalaksana gizi buruk.

2) Sasaran Petugas gizi provinsi, kab/kota, dan

puskesmas

10.PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING, DAN PENDAMPINGANa. Bimtek Kegiatan Gizi Masyarakat ke Kabupaten/

Kota 1) Tujuan Meningkatnya profesionalisme tenaga gizi

provinsi, meningkatnya kemampuan dan kemandirian daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program perbaikan gizi dan menginformasikan sinkronisasi kegiatan program perbaikan gizi di tingkat pusat dan provinsi

2) Sasaran Dinas kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota,

Petugas Puskesmas, Masyarakat

b. Monitoring dan Evaluasi Pasca Peningkatan Kapasitas Petugas di bidang gizi1) Tujuan Mengetahui penerapan hasil pelatihan

peningkatan kapasitas petugas di bidang gizi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 33

2) Sasaran Pengelola kegiatan dan petugas yang telah

dilatih

c. Workshop Cakupan Indikator Pembinaan Gizi1) Tujuan Penilaian kinerja program dapat dilakukan

dengan membandingkan pencapaian indikator kinerja program dan indikator proses serta output dalam periode waktu tertentu seperti bulanan, tahunan dan triwulanan disesuaikan dengan sifat indikator. Forum workshop cakupan indikator pembinaan gizi ini diharapkan menjadi salah satu forum yang dapat digunakan unuk membahas dan mengkaji pencapaian indikator kinerja program gizi di masing-masing daerah, masalah yang dihadapi, inventarisasi peluang yang dimiliki untuk membantu menyelesaikan masalah program di lapangan.

2) Sasaran Pengelola kegiatan gizi di tingkat provinsi

dan Kabupten/kota

d. Pemantapan Rencana Aksi Pembinaan Gizi1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan, dan pemahaman

petugas provinsi tentang materi yang dikonsultasikan dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan program perbaikan gizi di daerah. Hasil yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah diperolehnya kesepakatan teknis program tentang perencanaan, pelaksanaan dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA34

monitoring program perbaikan gizi masyarakat di Provinsi.

2) Sasaran Pengelola kegiatan gizi beserta tim

perencanaan Provinsi

11.PENYUSUNAN DOKUMEN PRENCANAAN DAN ANGGARANa. Pertemuan Pembahasan Perencanaan dan Evaluasi

Indikator Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota1) Tujuan Kegiatan perencanaan dan evaluasi

perlu dilakukan agar kegiatan yang akan dilaksanakan terarah kepada pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dapat menjawab persoalan yang dihadapi guna diatasi pada waktu yang akan datang.

2) Sasaran Pengelola program gizi kabupaten/kota

b. Pertemuan Penyusunan POA 1) Tujuan Tersusunnya POA 2) Sasaran Pengelola program gizi kabupaten/kota

c. Pertemuan Penyusunan Perencanaan Tahun 20151) Tujuan Tersusunnya perencanaan tahun 20152) Sasaran Pengelola program gizi kabupaten/kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 35

12.PENYUSUNAN DOKUMEN EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJAa. Penyusunan Laporan Tahunan

1) Tujuan Tersusunnya laporan pelaksanaan kegiatan

pembinaan gizi masyarakat di provinsi2) Sasaran Pengelola program gizi provinsi

b. Pertemuan Evaluasi Program Pembinaan Gizi Tingkat Provinsi1) Tujuan Dalam upaya meningkatkan performance

pengelolaan program perbaikan gizi dalam pencapaian target yang telah ditentukan, maka diperlukan pertemuan berkala dalam mengupdate data pencapaian program gizi di masing-masing provinsi sebagai bahan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya

2) Sasaran Pengelola program gizi kabupaten/kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA36

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 37

A. Latar Belakang

Kematian ibu disebabkan oleh multifaktor yang merupakan hasil interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun faktor-faktor non-kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan tersebut secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesamaan persepsi dari semua pihak mengenai pentingnya peran berbagai aspek tersebut dalam penanganan masalah kematian ibu sehingga strategi yang akan digunakan untuk mengatasinya harus merupakan integrasi menyeluruh dari berbagai aspek tersebut.

Berdasarkan hasil capaian untuk Indikator terkait MDGs 5a dan 5b sebagai berikut:

BAB IIIKEGIATAN PEMBINAAN

PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN REPRODUKSI

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA38

INDIKATOR MDG 5MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

INDIKATORACUAN DASAR

SDKI 2012

RISKESDAS 2013

DATA RUTIN

2012 2013 (AGUSTUS)

5.1 Angka Kematian Ibu ( AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup 390 (1991) 359 - 105 125

5.2 Pertolongan Persalinan olehTenaga Kesehatan Terlat ih

40.70 %(1992)

83.1% 86.9 % 89.74 % 55.19 %

5.3 Tingkat Pemakaian Kontrasepsi/ Contraceptive Prevalence Rate/(CPR) wanita yang menikah usia15-49, metode modern.

47.10 %(SDKI 2007) 57.9 % 59.7% 68.25 54.17 %

5.5 Cakupan Pelayanan Antenatal (Kunjungan Pertama danKunjungan minimal 4 kali ANC) :• K1• K4

75 %56 %

(SDKI 2007)

95.7 %87.37 %

81.3 %70.0 %

96.38 %87.28 %

60.50 %54.09 %

5.6 Unmet Need KB : 12.7 %(SDKI 2007)

8.5 % - - -

Pada saat ini, Angka Kematian Ibu masih tinggi yaitu 359/100.000 KH (SDKI 2012) sehingga masih memerlukan upaya keras untuk mencapai target MDG pada tahun 2015. Berbagai upaya pun telah dilakukan mulai dengan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu, yang ditandai dengan cakupan Kunjungan Antenatal pertama (K1) 95,7% (SDKI 2012), cakupan Pertolongan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Pn) 83,1% (SDKI 2012) , cakupan pelayanan Kontak Ibu Nifas (KF1) 81,7% (Riskesdas 2013) dan cakupan Tingkat pemakaian kontrasepsi /Contraceptive Prevalence Rate (CPR) metode modern 57,9% (SDKI 2012).

Dari data ini terlihat masih adanya kesenjangan terhadap pelayanan kesehatan ibu di Indonesia. Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2013, disepakati bahwa peran dan good governance kesehatan di tingkat provinsi perlu diperkuat. Salah satu upaya penguatan tersebut adalah dukungan anggaran bagi upaya-upaya strategis di tingkat provinsi melalui dana dekonsentrasi.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 39

Pada tahun 2014 ada penambahan Dana Dekonsentrasi

yang ditujukan pada daerah dengan Jumlah Penduduk lebih dari 7,5 Juta yang jumlah kematian ibu tinggi daerah tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan.

B. Tujuan

Tujuan Umum Mempercepat upaya penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan peningkatan akses universal kesehatan reproduksi melalui dukungan dana dekonsentrasi.

Tujuan Khusus1. Peningkatan pelayanan antenatal terpadu berkualitas

(malaria, PMTCT, gizi, IMS, imunisasi)2. Peningkatan persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama 3. Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan, dan

nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA40

4. Peningkatan Pelayanan KB berkualitas, terutama KB pasca persalinan

5. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif gender

6. Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi

C. Sasaran dan Target Kegiatan

1. Sasarana. Ibu hamilb. Ibu bersalinc. Ibu nifasd. Wanita Usia Subure. Pasangan Usia Suburf. Pengelola program kesehatan ibu dan reproduksi

2. Target Kegiatan Melalui dukungan dana dekonsentrasi, diharapkan

pada tahun 2014 terjadi peningkatan cakupan:

a. Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan Pn) menjadi 90%

b. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan K1) menjadi 98%

c. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal empat kali (cakupan K4) menjadi 93%

d. Ibu nifas yang mendapatkan pelayanan nifas (cakupan KF) menjadi 89%

e. Ibu hamil, bersalin, dan nifas yang mendapatkan penanganan komplikasi kebidanan (cakupan PK) menjadi 71,5%

f. Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan KB sesuai standar menjadi 90%

g. Pasangan Usia Subur (PUS) yang menjadi peserta KB aktif meningkat menjadi 64%

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 41

h. Puskesmas rawat inap yang mampu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) Terpadu menjadi 91%

D. Ruang Lingkup Kegiatan

1. PERTEMUAN TEKNIS DAN MANAJEMEN a. Pertemuan Teknis dan Manajemen Program

Kesehatan Ibu1) Tujuan Diperolehnya evaluasi dan sinkronisasi

program kesehatan ibu dalam rangka upaya penurunan angka kematian ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk KB

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota

b. Pertemuan Koordinasi dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan/atau Peningkatan Akses Universal Kesehatan Reproduksi termasuk KB1) Tujuan Diperolehnya kesepakatan lintas program/

lintas sektor dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk KB

2) Sasarana) Lintas program terkaitb) Lintas sektor terkaitc) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakit.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA42

d) Pengelola Program di Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota

e) Bidan di Desa

c. Pertemuan Sosialisasi/Diseminasi daam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan/atau Peningkatan Akses Universal Kesehatan Reproduksi Termasuk KB

1) Tujuan Adanya kesamaan pemahaman dan kesiapan

lintas program dan/atau lintas sektor dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan peningkatan cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB

2) Sasarana) Lintas program terkaitb) Lintas sektor terkaitc) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitd) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotae) Bidan di Desa

d. Pertemuan Advokasi dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan/atau Peningkatan Akses Universal Kesehatan Reproduksi Termasuk KB.1) Tujuan Diperolehnya komitmen pengambil keputusan

di tingkat provinsi dan/atau kabupaten/kota dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk KB

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 43

2) Sasarana) Lintas program terkaitb) Lintas sektor terkaitc) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitd) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotae) Bidan di Desa

e. Pertemuan validasi data program Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Diperolehnya kesepakatan mengenai

prosedur validasi data ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas serta masukan tentang pencapaian program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB.

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas.b) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Lintas sektor dan lintas program terkaitd) Bidan di Desa

2. PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, FASILITASI, MONITORING, EVALUASI, PENDAMPINGAN, DAN KONSULTASIa. Pembinaan Teknis Program Kesehatan Ibu dan

Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

pengelola program dalam pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA44

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakit.b) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

b. Supervisi Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Teridentifikasinya masalah serta pemecahannya

guna meningkatkan cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB.

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

c. Fasilitasi Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Memfasilitasi pengelola program Provinsi

dan Kabupaten/Kota dalam mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan permasalah kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB.

2) Sasarana) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Provinsi b) Pengelola program di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 45

d. Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Terlaksananya monitoring dan evaluasi dari

dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan kabupaten/kota ke Puskesmas di wilayah kerjanya sehingga target indikator kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB dapat ditingkatkan dan tercapai.

2) Sasaran Programa) Penanggung jawab kesehatan ibu

dan reproduksi termasuk KB di dinas kesehatan kabupaten/kota.

b) Pengelola program KIA Puskesmas.

e. Pendampingan Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Memantau dan membantu kabupaten/kota

dalam pelaksanaan rencana tindak lanjut dan memecahkan permasalahan yang terkait pencapaian program Kesehatan Ibu dan Reproduksi termasuk KB terhadap target yang disepakati.

2) Sasaran a) Penanggung jawab kesehatan ibu

dan reproduksi termasuk KB di dinas kesehatan kabupaten/kota.

b) Pengelola program KIA Puskesmas.

f. Konsultasi Program Kesehatan Ibu dan Reproduksi Termasuk KB1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA46

provinsi dalam pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan memecahkan permasalahan yang terkait pencapaian program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB terhadap target yang disepakati.

2) Sasaran Penanggung jawab kegiatan kesehatan

ibu dan reproduksi termasuk KB di Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota.

g. Pelacakan dan validasi data program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB1) Tujuan Tersedianya dan teridentifikasinya data

sasaran program kesehatan ibu dan reproduksi termasuk KB

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmasb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

3. MENINGKATKAN KAPASITAS TEKNIS DAN ATAU MANAJEMEN SDM a. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Dalam

Pelayanan Antenatal Terpadu1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan pelayanan antenatal terpadu

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 47

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

b. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program dalam Persalinan di tolong oleh Tenaga Kesehatan1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan persalinan ditolong tenaga kesehatan

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

c. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Dalam Pelayanan Nifas1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan pelayanan nifas2) Sasaran

a) Pelaksana program di Puskesmas dan/atau Rumah Sakit

b) Pengelola Program di Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota

c) Bidan di Desa

d. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program dalam Pelayanan Keluarga Berencana1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA48

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

e. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmas dan/

atau Rumah Sakitb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

f. Peningkatan Kapasitas Pengelola Program dalam Penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil1) Tujuan Meningkatnya kapasitas pengelola program

dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil

2) Sasarana) Pelaksana program di Puskesmasb) Pengelola Program di Dinas Kesehatan

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kotac) Bidan di Desa

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 49

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak meliputi kematian bayi dan balita, masalah kualitas hidup dan perlindungan kesehatan anak. Berdasarkan hasil SDKI, Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBAL) di Indonesia masih cukup tinggi. Walaupun terjadi penurunan AKBAL dan AKB yang cukup tajam dari 97/1000 KH dan 68/1000 KH (SDKI 1991) menjadi 40/1000 KH dan 32/1000 KH (SDKI 2012) namun masih jauh dari target MDG 2015 yang diharapkan AKB dan AKBAL mencapai 23/1000 KH dan 32/1000 KH. Di lain pihak penurunan kematian neonatal cenderung stagnan dalam 10 tahun terakhir dari 20/1000 KH (SDKI 2002-2003) menjadi 19/1000 KH (SDKI 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007, penyebab terbanyak kematian bayi adalah karena masalah neonatal 46 % terutama BBLR, asfiksia dan penyakit infeksi yaitu diare 15% dan pneumonia 12,7% (Riskesdas 2007). Tidak kalah pentingnya adalah kondisi yang mendasari kematian pada balita yaitu gizi kurang dan gizi buruk. Balita yang mengalami gizi

BAB IVPEMBINAAN PELAYANAN

KESEHATAN ANAK

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA50

kurang masih tinggi yaitu sebanyak 17,9% tahun 2010 dan meningkat menjadi 19,6% tahun 2013 (Riskesdas 2010 dan 2013).

Grafik Angka Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Per Provinsi (SDKI 2012)

Selain masalah kematian bayi, terdapat pula masalah kesehatan anak usia sekolah, remaja serta anak dengan perlindungan khusus yang sangat kompleks. Masalah anak usia sekolah dan remaja berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan perilaku berisiko. SDKI 2007 menunjukan sebanyak 3,7% laki-laki dan 1,3% perempuan remaja usia 15-19 tahun pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Pada tahun 2012, presentasenya hampir sama untuk perempuan tetapi meningkat secara signifikan untuk laki-laki sebesar 4,5%. SDKI 2012 juga menunjukkan kehamilan dan persalinan pada ibu dibawah umur 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya Neonatal Mortality Rate (34/1000 KH), Postneonatal Mortality Rate (16/1000 KH), Infant Mortality Rate (50/1000 KH) dan Under-5 Mortality Rate (61/1000 KH). Perilaku berisiko yaitu merokok mengalami peningkatan pada

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 51

kelompok usia 10-15 tahun dari 10,5% di tahun 2007 menjadi 17,5% di tahun 2012 (SDKI 2012)

Grafik Angka Kematian Neonatal, Perinatal, Bayi dan Balita Per Kelompok Umur Ibu saat melahirkan (SDKI 2012)

Sedangkan masalah kesehatan pada anak yang membutuhkan perlindungan menyangkut Kekerasan terhadap Anak (KtA), Anak penyandang disabilitas, Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dimana semuanya memberi dampak yang merugikan kesehatan dan kualitas hidup anak. Laporan pengaduan kasus KtA di KPAI pada tahun 2011, ternyata kekerasan seksual merupakan kasus terbanyak dan cenderung terjadi pada usia sekolah dan remaja, bahkan diantaranya terdapat korban usia balita. Di antara 6.273 anak yang berada di Lapas/Rutan, 3 alasan utama anak menjalani hukuman pidana yaitu pencurian, narkoba dan kekerasan seksual sebagai urutan ke–3. Data Ditjen Pemasyarakatan Kemenhukham 2013 bahwa jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) 1.501 orang berada di Lapas anak dan 3.581 orang berada di Lapas/rutan Dewasa. Berdasarkan data Susenas tahun

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA52

2003, jumlah anak dengan disabilitas 679.048 dimana sebagian besar (85,6%) berada di masyarakat dan hanya sebagian kecil (14,4%) di institusi yaitu sekolah dan panti/Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Di Indonesia terdapat 1.314 Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan jumlah siswa 70.501 orang (Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2009).

Anak sebagai generasi penerus bangsa, harus mendapat perhatian yang serius agar tercipta generasi bangsa yang sehat, tangguh dan cerdas. Hal ini diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 Amandemen Pasal 28b & 28h; Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1, 4 & 8 dan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 79, 131, 133, 136, 137 & 139. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya. Pemerintah Pusat dan Daerah serta masyarakat berkewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, serta menjamin terselenggaranya perlindungan kesehatan anak.

B. Tujuan

1. Mendukung upaya kelangsungan hidup neonatal, bayi dan anak balita untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi dan Balita.

2. Mendukung upaya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan kesehatan anak untuk menyiapkan generasi penerus yang sehat dan cerdas.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 53

C. Sasaran dan Target

Sasaran kegiatan: Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota terpilih, Puskesmas dan RS terpilih, Organisasi Profesi, Institusi Pendidikan Kesehatan, Lintas Program/Sektor terkait kesehatan anak.

Sasaran pembinaan pelayanan kesehatan:1. Bayi baru lahir /neonatal (Usia 0-28 hari)2. Bayi (Usia 29 hari – 11 bulan)3. Anak balita (Usia 12 - 59 bulan)4. Anak prasekolah (Usia 60 – 72 bulan)5. Anak usia sekolah (Usia 6 – 18 tahun) 6. Anak remaja (Usia 10 – 19 tahun)7. Anak dengan perlindungan khusus (0 – 18 tahun)

Target dari indikator pembinaan pelayanan kesehatan anak pada tahun 2014 sebagai berikut:

INDIKATOR TARGET1) Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama

(KN1)90%

2) Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap)

88%

3) Cakupan Penanganan Neonatal Komplikasi

80%

4) Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 90%5) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak

Balita85%

6) Cakupan SD/MI melaksanakan Penjaringan siswa kelas 1

95%

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA54

7) Persentase Kab/kota yang memiliki minimal 4 puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

90%

8) Persentase Kab/kota yang memiliki minimal 2 puskesmas yang mampu tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)

90%

D. Ruang Lingkup

Secara umum, kegiatan dekonsentrasi merupakan kegiatan teknis pembinaan pelayanan kesehatan anak yang berkesinambungan dari tingkat pusat ke provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas. Kegiatan meliputi peningkatan kapasitas, pertemuan sosialisasi, advokasi, koordinasi, bimbingan teknis serta evaluasi program. Pada dasarnya penyusunan anggaran kegiatan difokuskan untuk mendukung pencapaian indikator pembinaan pelayanan kesehatan anak.

Di dalam kegiatan dekon terdapat alokasi new initiative di 9 (sembilan) provinsi, berupa peningkatan kapasitas petugas puskesmas mampu tatalaksana penyebab kematian neonatus.

Berikut adalah kegiatan yang dapat dipilih oleh provinsi sesuai hasil analisa situasi, pemetaan input, dan pencapaian program kesehatan di wilayah kerja.

1. MENINGKATKAN KAPASITAS TEKNIS DAN ATAU MANAJAMEN SDMa. Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam

tatalaksana neonatus (Kegiatan inisiatif baru)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 55

1) Tujuan Menyediakan tenaga kesehatan yang mampu

melaksanakan tatalaksana kasus penyebab kematian neonatal (Asfiksia, BBLR, Infeksi)

2) Sasaran Bidan/perawat/dokter dari kabupaten /kota/

puskesmas terpilih dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan.

3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, dan kerangka acuan kegiatan.

b. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan neonatal esensial1) Tujuan Menyediakan tenaga kesehatan yang mampu

melaksanakan pelayanan neonatal sesuai dengan pedoman pelayanan kesehatan neonatal esensial.

2) Sasaran Bidan/perawat/dokter dari kabupaten /kota/

puskesmas terpilih3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial dan kerangka acuan kegiatan.

c. Peningkatan kapasitas pelaksanaan rujukan kelainan tumbuh kembang balita di level 1 di provinsi (Sumbar, Lampung, Jatim, Jateng, Bali,

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA56

DIY, Kalsel)1) Tujuan Meningkatkan jumlah fasilitator pelaksanaan

rujukan kelainan tumbuh kembang balita di level 1 (RS kabupaten/kota).

2) Sasaran Tim pelaksana rujukan kelainan tumbuh

kembang level 1 (Dokter Spesialis Anak, Dokter Umum, Fisioterapis, Perawat/Bidan).

3) Lingkup Kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada buku

Kurikulum Dan Modul Pendukung Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita.

Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Manajemen Asfiksia BBLa. Peningkatan kapasitas Fasilitator Manajemen

Asfiksia BBL (TOT) di tingkat provinsi1) Tujuan Menyediakan fasilitator manajemen asfiksia

bayi baru lahir2) Sasaran Dokter spesialis/ dokter umum/bidan

3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelatihan Manajemen Asfiksia BBL serta kerangka acuan kegiatan.

b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Manajemen Asfiksia BBL (Standarisasi) di tingkat kabupaten/kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 57

1) Tujuan Menyediakan tenaga kesehatan yang mampu

melaksanakan manajemen asfiksia bayi baru lahir sesuai dengan standar

2) Sasaran Bidan/perawat/dokter 3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelatihan Manajemen Asfiksia BBL serta kerangka acuan kegiatan.

Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Manajemen BBLRa. Peningkatan kapasitas Fasilitator Manajemen

BBLR di provinsi (TOT) di tingkat Provinsi1) Tujuan Menyediakan fasilitator manajemen BBLR2) Sasaran Dokter spesialis anak/ dokter umum3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelatihan Manajemen BBLR serta kerangka acuan kegiatan

b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Manajemen BBLR (Standarisasi) di tingkat kabupaten/kota1) Tujuan Menyediakan tenaga kesehatan yang mampu

melaksanakan manajemen bayi berat lahir rendah sesuai pedoman pelatihan manajemen BBLR.

2) Sasaran Bidan/perawat/dokter

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA58

3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada

Pedoman Pelatihan Manajemen BBLR serta kerangka acuan kegiatan.

c. Peningkatan kemampuan puskesmas perawatan dan rumah sakit dalam penanganan anak sakit 1) Tujuan Menyediakan tenaga kesehatan (dokter umum)

yang mampu memberikan penanganan anak sakit sesuai dengan standar

2) Sasaran Dokter umum 3) Lingkup kegiatan Materi penyelenggaraan mengacu pada buku

saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit serta kerangka acuan kegiatan.

d. Penyiapan Tim Fasilitator AMP Tingkat Kabupaten/Kota1) Tujuan Menyediakan Tim Fasilitator Audit Maternal

Perinatal tingkat Kabupaten/Kota2) Sasaran

a) Penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak, kesehatan ibu, yankesdas, yankes rujukan.

b) Dokter spesialis Anak, Dokter Spesialis Obgyn, Dokter, Bidan dan Perawat

3) Lingkup kegiatan Pertemuan di provinsi, penyelenggaraan

mengacu pada Pedoman Audit Maternal Perinatal, serta kerangka acuan kegiatan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 59

e. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) terutama di Kabupaten Wilayah Program Peningkatan Kehidupan Nelayan/Cluster IV1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan keteram-

pilan bidan, perawat dan dokter Puskesmas dalam penatalaksanaan balita sakit secara komprehensif melalui pendekatan algoritma klinis terintegrasi lintas program; meningkatkan pengetahuan penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak, P2 (Pencegahan Penyakit) dan Gizi di tingkat Dinkes Provinsi & Kabupaten/Kota dan mampu melakukan pembinaan teknis terhadap petugas Puskesmas dalam penanganan balita sakit secara terpadu melalui penerapan MTBS.

2) Sasarana) Di Tingkat Provinsi

(1) Penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak dengan latar belakang dokter atau bidan atau perawat.

(2) Penanggungjawab/pengelola program kesehatan P2 dan Gizi dengan latar belakang dokter/bidan/perawat.

(3) Dokter atau bidan atau perawat.b) Di Tingkat Kabupaten/Kota:

(1) Bidan(2) Perawat(3) Dokter Puskesmas(4) Kepala Puskesmas

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Modul

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA60

Pelatihan MTBS/ICATT serta kerangka acuan kegiatan.

f. Peningkatan Kapasitas tenaga gudosin pada Poltekkes (Pre-services) dalam MTBS dengan Komputerisasi1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan guru dan dosen

di institusi pendidikan kesehatan dalam mengajar materi MTBS pada siswa/siswi.

2) Sasaran Tingkat Provinsi (DKI, Jawa Tengah, DIY, dan

Bali): Tenaga gudosin pada Poltekkes (Pre-services).3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman

ICATT (IMCI Computerized Adaptation & Training Tool) serta kerangka acuan kegiatan.

g. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan tenaga lainnya tentang Stimulasi, Deteksi & Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan penanggung-

jawab/ pengelola program kesehatan anak, guru TK atau tenaga lain yang peduli anak dalam melaksanakan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak; penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak mampu melakukan pembinaan teknis terhadap petugas Puskesmas dalam melaksanakan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 61

2) Sasaran a) Tingkat Provinsi (TOT SDIDTK) :

(1) Penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak.

(2) Dokter Spesialis Anak di RS Kabupaten.(3) Dokter yang menangani tumbuh

kembang anak di RS Kabupaten.(4) Dokter, Bidan dan Perawat Puskesmas.(5) Tenaga lainnya.

b) Tingkat Kabupaten/Kota (Pelatihan SDIDTK):(1) Dokter(2) Bidan(3) Perawat(4) Tenaga lainnya.

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman

SDIDTK serta kerangka acuan kegiatan.

h. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan dalam Penerapan Kelas Ibu Balita 1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan penanggung

jawab/pengelola program tentang kelas ibu balita dan mampu mengembangkan kelas ibu balita sebagai percontohan untuk pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Buku KIA.

2) Sasaran a) Tingkat Provinsi ( TOT Kelas Ibu Balita) :

(1) Penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak.

(2) Bidan / perawat / tenaga gizi / tenaga kesehatan masyarakat / dokter

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA62

(3) Organisasi profesi (IBI/PPNI/PERSAGI/HAKLI, dll)

b) Tingkat Kabupaten/Kota (Pelatihan Kelas Ibu Balita):(1) Perawat(2) Bidan (3) Tenaga gizi(4) Tenaga Kesehatan Masayarakat

(Kader)3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman

Kelas Ibu Balita serta kerangka acuan kegiatan.

i. Orientasi pemanfaatan kohort bayi/balita di puskesmas dalam surveilans kesehatan anak1) Tujuan Memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan

dan register kohort bayi dan balita di tingkat puskesmas, memberikan penjelasan dan peningkatan kemampuan pengelola program tentang penggunaan kohort bayi dan balita.

2) Sasaran Penanggung jawab program KIA kabupaten/

kota, bidan/kepala puskesmas/pengelola program/pengelola data (terpilih)

3) Lingkup Kegiatan Menggunakan instrumen register kohort bayi

dan register kohort anak balita serta sesuai kerangka acuan.

j. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan peduli remaja1) Tujuan Meningkatkan kemampuan peserta sebagai

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 63

fasilitator dalam pelatihan PKPR di Provinsi, membentuk tim fasilitator pelatihan PKPR di Provinsi dan Kabupaten/Kota dan menyediakan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.

2) Sasaran Fasilitator dan pengelola program kesehatan

remaja tingkat Provinsi dan kabupaten/kota (dokter, bidan, perawat).

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada modul PKPR

bagi tenaga kesehatan serta sesuai kerangka acuan kegiatan.

k. Orientasi dan Implementasi Standar Nasional PKPR

1) Tujuan Meningkatkan kualitas penyelenggaraan

PKPR di Puskesmas sesuai dengan standar nasional

2) Sasaran Pemegang program kesehatan remaja Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas3) Lingkup Kegiatan Pelaksanaan mengacu kepada Buku Standar

Nasional PKPR

l. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penjaringan kesehatan anak sekolah1) Tujuan Membentuk tim fasilitator pelatihan

penjaringan kesehatan anak sekolah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA di tingkat Kabupaten/Kota.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA64

2) Sasaran Penanggung jawab program kesehatan anak

usia sekolah di kabupaten/kota (dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya).

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Petunjuk

Teknis Penjaringan Kesehatan untuk Sekolah Dasar dan Lanjutan, Modul Pelatihan Penjaringan Kesehatan, serta kerangka acuan kegiatan.

m. Peningkatan kapasitas Tenaga Kesehatan dalam Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)1) Tujuan Meningkatkan kapasitas fasilitator yang

siap melatih petugas kesehatan dalam penanggulangan kekerasan terhadap anak di wilayah kerjanya.

2) Sasaran Pengelola program KtA pada Dinkes

Kabupaten/Kota, dokter Spesialis Anak/dokter di IGD RS rujukan, Dokter/Dokter Gigi/Bidan/Perawat Puskesmas

3) Lingkup kegiatan Sesuai Modul Pelatihan Deteksi Dini

Kekerasan dan Penelantaran Anak bagi Nakes serta kerangka acuan kegiatan

n. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelaksanaan surveilans kesehatan anak1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

penanggung jawab program kesehatan anak

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 65

di tingkat kabupaten/kota dalam melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data untuk menjadi suatu informasi mengenai kesakitan dan kematian balita secara rutin dan berkesinambungan untuk dapat melakukan deteksi dan intervensi segera.

2) Sasarana) Penanggung jawab program kesehatan

anak di tingkat provinsi kab/kota.b) Penanggung jawab program terkait

kesehatan anak (gizi, imunisasi, pengelola data, dll) di tingkat provinsi, kab/kota.

3) Lingkup Kegiatan Orientasi mengenai surveilans kesehatan

anak, praktek analisis data dan penyajian hasil analisis mengacu kepada pedoman surveilans kesehatan anak (seri balita) dan modul pelatihan serta kerangka acuan kegiatan.

2. PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN ANAK a. Pengembangan MTBS-M (MTBS di tingkat

Masyarakat) di Papua dan Papua Barat1) Tujuan

a) Mensosialisasikan pengembangan dan perluasan kegiatan MTBS-M di tingkat kabupaten/kota, kecamatan atau puskesmas sampai ke tingkat desa dan kelurahan

b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan, memberdayakan masyarakat dalam perawatan bayi baru lahir, deteksi dini

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA66

penyakit balita serta meningkatkan dukungan agar rujukan dapat berjalan sedini mungkin.

2) Sasarana) Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, organisasi profesi, organisasi sosial dan keagamaan serta LSM yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan ibu dan anak

b) Lintas program, lintas sektor, pengampu wilayah (tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dll), dan kader kesehatan

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman

Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat serta kerangka acuan kegiatan.

b. Pengembangan model integrasi Posyandu PAUD di 20 provinsi (Sumut, Jambi, Sumsel, Lampung, Babel, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten, Bali, Kalsel, Sulut, Sulsel, Sumbar, Kepri, Kalbar, Sulteng, Bengkulu)1) Tujuan Memperoleh model penyelenggaraan

terintegrasi Posyandu PAUD yang dapat diterapkan di seluruh provinsi

2) Sasarana) Pengelola Program Kesehatan Anak Dinas

Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, Puskesmas

b) Penanggung jawab program terkait kelangsungan hidup anak antara lain; penanggung jawab program Ibu, Gizi, P2M, Kesehatan lingkungan termasuk

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 67

profesi,organisasi masyarakat seperti PKK dengan program upaya kesehatan berbasis masyarakat dan pemerintah daerah.

3) Lingkup kegiatan Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman

Umum Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif serta kerangka acuan kegiatan.

c. Kegiatan khusus Skrining Hipotiroid Kongenital bagi bayi baru lahir di 14 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, DKI, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Tiur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur) 1) Tujuan Mengembangkan program peningkatan

kualitas hidup bayi baru lahir, mencegah kecacatan pada bayi akibat kelainan bawaan Hipotiroid Kongenital

2) Sasaran Pengelola program kesehatan bayi di 14 provinsi,

antara lain : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, DKI, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Tiur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur.

3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan, meliputi:

a) Biaya paket pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital pada sejumlah sampel bayi baru lahir.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA68

b) Pertemuan sosialisasi/koordinasi pelati-han di tingkat provinsi.

4) Komponen Pembiayaana) Komponen pembiayaan di laboratorium Mencakup : kertas saring / kartu identitas

bayi, lancet, reagen, rak pengering amplop jasa administrasi (termasuk ongkos kirim/surat menyurat), komponen penunjang (listrik, air, dll)

b) Komponen pembiyaan di provinsi Mencakup : ongkos kirim, administrasi

(termasuk surat menyurat), pelacakan.d. Penyiapan fasilitas kesehatan rujukan dalam

penanganan kasus KtA1) Tujuan Meningkatkan kemampuan petugas /

penanggungjawab / pengelola program kesehatan anak di tingkat rujukan dalam penanganan kekerasaan terhadap anak di wilayah kerjanya.

2) Sasaran a) Pengelola program KtA pada Dinkes

Kabupaten/Kota, dokter Spesialis Anak/dokter di IGD RS rujukan, Dokter/Dokter Gigi/Bidan/Perawat Puskesmas

b) Lintas Sektor Kemendiknas, Kemenag, Kemensos, Kepolisian dan Kemenhuk-ham

c) Organisasi profesi: IDI, IDAI, Perdosri, Perpani, IBI

3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 69

e. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak di Panti, Lapas/Rutan dan Anak Dengan Disabilitas/Forum Komunikasi atau Sosialisasi Perlindungan Kesehatan Anak (Anak Jalanan, Anak Korban Kekerasan, Anak Dengan Disabilitas dan Anak Bermasalah dengan Hukum/Anak di Lapas/di Rutan)1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

penanggungjawab/pengelola program kesehatan anak, guru/ petugas atau tenaga lain terlibat dalam pelayanan kesehatan anak di Panti, Lapas/Rutan dan Anak Dengan Disabilitas.

2) Sasaran a) Penanggungjawab/pengelola program

kesehatan anak di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas

b) Guru, pengelola panti dan petugas yang terlibat dalam kegiatan pelayanan kesehatan anak di Panti, Lapas/Rutan dan Anak dengan Disabilitas

c) Lintas Sektor Kemendiknas, Kemenag, Kemensos, Kepolisian dan Kemenhuk-ham, KPPA

d) Organisasi profesi: IDI, IDAI, Perdosri, Perpani, IBI, LSM pemerhati kesehatan anak (FKKADK, YAI), ISDI, POTADS

3) Lingkup kegiatan Sesuai Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di

SLB, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Lapas/Rutan, serta kerangka acuan kegiatan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA70

a) Pembinaan anak dengan disabilitas di tingkat keluarga di 7 provinsi : (Sulsel, Jabar, Jatim, DIY, Jateng, Sumbar, DKI).

b) Anak Berhadapan dengan hukum (ABH) di 25 provinsi.

c) Pembinaan ABH di 8 Lapas anak pada provinsi prioritas 2010 (Sumbar, Sumsel, Lampung, Banten, Jateng, Jatim, Sulsel, Bali).

d) Pembinaan ABH di 8 Lapas anak dan 1 lapas dewasa pada provinsi prioritas 2011 (Riau, Sumut, Jambi, Banten, Kalbar, Kalsel, Sulut, NTT, Jabar).

e) Pembinaan ABH di Lapas dewasa pada 5 provinsi prioritas 2012 (Bali, DKI, Kepri, Bengkulu, Aceh) .

f) Pembinaan ABH di Lapas dewasa pada 4 provinsi prioritas 2013 (NTB, Sultra, Sulteng dan Babel).

g) Pembinaan kesehatan anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) tahun 2012 di 15 provinsi (Bali, Sulsel, Kaltim, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, Sumsel, NTB, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, dan Kalsel).

h) Pembinaan ABH di lapas dewasa pada 4 provinsi prioritas 2014 (Kaltim, DIY, Gorontalo, Malut).

i) Pembinaan kesehatan anak di SLB pada 7 provinsi prioritas tahun 2013 (Sulut, Kalbar, Sumut, Gorontalo, Jambi, Babel, Kepri).

j) Pembinaan kesehatan anak di SLB pada 5 provinsi prioritas tahun 2014 (NTT, Aceh, Bengkulu, Sulteng, Malut).

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 71

f. Pengembangan model akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara1) Tujuan Mempercepat pencapaian tujuan UKS

dengan menggali, memanfaatkan dan memaksimalkan semua potensi sumber daya yang tersedia serta memperkuat kemitraan dengan semua pemangku kepentingan.

2) Sasaran Lintas program dan sektor terkait usaha

kesehatan sekolah3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan, menggunakan

instrumen dan mengacu pedoman akselerasi pembinaan dan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah.

g. Pemantapan model akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKS dilaksanakan di Provinsi yang telah melaksanakan pengembangan model akselerasi UKS ditahun 2013 yaitu Jawa Tengah, Jambi, Lampung, Gorontalo, Sumatera Selatan, Kepualuan Riau, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Selatan1) Tujuan Mengembangkan kabupaten/kota baru dalam

akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKS2) Sasaran Lintas program dan sektor terkait usaha

kesehatan sekolah3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan, menggunakan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA72

instrumen dan mengacu pedoman akselerasi pembinaan dan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah

3. PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING DAN PENDAMPINGANa. Pemantauan Pasca Pelatihan Kesehatan Bayi dan

Balita1) Tujuan Meningkatkan kemampuan petugas melalui

pemantauan pasca pelatihan.2) Sasaran Bidan/dokter/tenaga kesehatan yang telah

mengikuti pelatihan tentang kesehatan anak3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan,

menggunakan instrumen dan mengacu pada pedoman pelatihan

b. Pemantauan Pasca Pelatihan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja serta perlindungan kesehatan Anak1) Tujuan Meningkatkan kemampuan petugas melalui

pemantauan pasca pelatihan.2) Sasaran Pengelola program, bidan/dokter/tenaga

kesehatan yang telah mengikuti pelatihan tentang kesehatan anak

3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan,

menggunakan instrumen dan mengacu pada pedoman pelatihan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 73

c. Supervisi dan Bimbingan Teknis Akselerasi Penurunan Kematian Bayi dan Balita1) Tujuan Memantau dan bimbingan teknis pelaksanaan

program penurunan kematian bayi dan balita.2) Sasaran Penanggungjawab/ pengelola program

kesehatan bayi dan balita3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

d. Supervisi dan Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Hidup Anak1) Tujuan Mengidentifikasi masalah, faktor

hambatan dan penunjang kesehatan anak, pendampingan dalam melakukan analisa hasil dan menyusun alternatif pemecahan masalah setelah pembinaan teknis dan ataw supervisi

2) Sasarana) Pengelola program kesehatan anak dinas

kesehatan provinsi/kabupaten/kotab) Fasilitator program kesehatan anak

tingkat provinsi/kabupaten/kota3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

e. Konsultasi/Koordinasi/Partisipasi Program Kesehatan Anak (Provinsi ke tingkat Pusat)1) Tujuan Konsultasi/Koordinasi masalah dan faktor

hambatan implementasi program kesehatan anak serta updating program kesehatan anak

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA74

2) Sasarana) Pengelola program kesehatan anak dinas

kesehatan provinsi/kabupaten/kotab) Fasilitator program kesehatan anak

tingkat provinsi/kabupaten/kota3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

f. Pemantauan Pasca Pelatihan Skrining BBL1) Tujuan Meningkatkan kemampuan petugas melalui

pemantauan pasca pelatihan skrining bayi baru lahir.

2) Sasaran Penanggung jawab ruang bayi di RSU

provinsi dan penanggung jawab/pengelola program di Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan Provinsi yang telah mengikuti pelatihan skrining BBL.

3) Lingkup Kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan,

menggunakan instrumen dan mengacu pada pedoman pelatihan.

g. Pemantauan Pasca Pelatihan Surveilans Kesehatan Anak1) Tujuan Meningkatkan kemampuan petugas melalui

pemantauan pasca pelatihan Surveilans Kesehatan Anak.

2) Sasaran Penanggung jawab/pengelola program Dinas

Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 75

3) Lingkup Kegiatan Sesuai kerangka acuan kegiatan,

menggunakan instrumen dan mengacu pada pedoman pelatihan.

4. PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN KOORDINASI, SOSIALISASI, ADVOKASI a. Pertemuan pembahasan rujukan kasus di

puskesmas perawatan dan rumah sakit di tingkat kabupaten/kota 1) Tujuan Menyediakan umpan balik rujukan kasus

kepada tenaga kesehatan dan menjamin ketersediaan akses pelayanan kesehatan anak untuk mencegah kematian neonatal

2) Sasaran sesuai rekomendasi yang dihasilkan pada pertemuan reviewa) Penanggungjawab/ pengelola program

kesehatan anak dan kepala puskesmas perawatan

b) Profesi : Dokter spesialis anak, Dokter, Bidan dan Perawat.

3) Lingkup kegiatan Pertemuan di tingkat kab/kota terpilih

penyelenggaraan mengacu pada Pedoman AMP.

b. Pembahasan (Review) Kasus Kematian Neonatal di Tingkat Kabupaten / Kota1) Tujuan Menyediakan tindak lanjut hasil pelaksanaan

Audit Maternal Perinatal secara efektif dengan metode anonimasi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran, pembinaan dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA76

acuan perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maternal, perinatal dan neonatal di kabupaten/kota.

2) Sasaran a) Penanggungjawab/ pengelola program

kesehatan anak, kesehatan ibu, Penanggulangan Penyakit, surveilans, gizi.

b) Profesi : Dokter spesialis anak, Dokter Spesialis Obgyn, Dokter, Bidan dan Perawat.

3) Lingkup kegiatan Pertemuan di kabupaten/kota terpilih

Penyelenggaraan mengacu pada Pedoman AMP.

c. Pertemuan pembelajaran hasil rekomendasi review kematian neonatal di tingkat provinsi dan kabupaten/kota1) Tujuan Menyediakan umpan balik hasil review kasus

kematian dengan memberikan pembelajaran kepada tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya kematian neonatal

2) Sasaran sesuai rekomendasi yang dihasilkan pada pertemuan evaluasi reviewa) Penanggungjawab/ pengelola program

kesehatan anak, kepala puskesmas, dan LP/LS terkait

b) Profesi : Dokter spesialis anak, Dokter, Bidan dan Perawat.

c) Komponen masyarakat/ LSM3) Lingkup kegiatan Pertemuan di tingkat kabupaten/kota terpilih

penyelenggaraan mengacu pada Pedoman AMP.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 77

d. Pertemuan koordinasi Lintas Program pemantapan pelaporan PWS KIA atau Pelaporan Kesehatan Anak dalam surveilans kesehatan anak1) Tujuan Memperkuat sistem survailans kesehatan

anak dan menerapkan sistem surveilans di puskesmas, kabupaten/kota dan rumah sakit

2) Sasaran Penanggung jawab program KIA kabupaten/

kota, bidan/kepala puskesmas/tenaga surveilans di puskesmas dan rumah sakit

3) Lingkup Kegiatan Sesuai kerangka acuan

e. Pertemuan Koordinasi Penerapan MTBS, SDIDTK dan Penguatan Pemanfaatan Buku KIA di Provinsi atau Kabupaten/Kota1) Tujuan Meningkatkan pelayanan kesehatan balita

melalui penerapan MTBS, SDIDTK dan Buku KIA yang didasari atas analisis kegiatan, cakupan program, permasalahan dan tindak lanjut serta membangun komitmen.

2) Sasaran a) Penanggung jawab kesehatan anak di Dinas

Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota.b) Profesi : IDI, IDAI, IBI, PPNI, Persagi.c) Penanggung jawab lintas program terkait

kesehatan balitad) PKK

3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA78

f. Pertemuan Koordinasi Teknis Upaya Peningkatan Kelangsungan Hidup Bayi dan Balita di Provinsi atau Kabupaten/Kota1) Tujuan Menyusun rencana kegiatan yang terintegrasi

dalam upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang didasari atas analisa situasi (permasalahan, cakupan program dan cakupan lintas program terkait), indikator keberhasilan dan tindak lanjut.

2) Sasaran a) Penanggung jawab/pengelola program

kesehatan anak Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten-Kota.

b) Profesi : IDI, IDAI, POGI, IBI, PPNI.c) Kepala Sub Dinas bina program Dinas

Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.d) Penanggung jawab/pengelola yankesdas

dan rujukan.e) Lintas program/lintas sektor terkait

kesehatan anak.3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

g. Pertemuan Koordinasi Teknis Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Anak di Provinsi atau Kabupaten/Kota1) Tujuan Menyusun rencana kegiatan yang terintegrasi

dalam upaya peningkatan kualitas hidup anak di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota yang didasari atas analisa situasi (permasalahan, cakupan program dan cakupan lintas

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 79

program terkait), indikator keberhasilan dan tindak lanjut.

2) Sasaran a) Penanggung jawab/pengelola program

kesehatan anak Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten-Kota.

b) Profesi : IDI, IDAI, POGI,IBI, PPNI.c) Kasubdin bina program Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota.d) Swasta: perusahaan-perusahaan.e) LSM pemerhati kesehatah anakf) Lintas program/lintas sektor terkait

kesehatan anak.3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

h. Penguatan jejaring kemitraan dalam pembinaan kesehatan anak usia sekolah dan remaja1) Tujuan Meningkatkan koordinasi dan komunikasi

dengan Lintas Program dan Lintas Sektor dalam program kesehatan anak usia sekolah dan remaja di tingkat provinsi

2) Sasaran a) Pengelola Program Kesehatan Anak usia

Sekolah dan Remaja tingkat provinsi dan kabupaten

b) Lintas Program terkait (gizi, promkes, dll)c) Lintas Sektor terkait (Dinas Pendidikan,

Kanwil/kandep agama, pemerintah daerah, dll)

3) Lingkup kegiatan Kegiatan berupa pertemuan 2 (dua) hari yang

dilakukan 2 kali dalam setahun

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA80

i. Forum Komunikasi (Forkom) UKS di Tingkat Kabupaten/Kota1) Tujuan Meningkatkan koordinasi dan komunikasi

anggota Tim Pembina UKS dalam pembinaan UKS dan pencapaian penjaringan kesehatan secara periodik.

2) Sasaran Seluruh Tim Pembina UKS disetiap jenjang

administrasi yang terdiri dari minimal 4 unsur Kementerian (Dinkes, Diknas, Kanwil Kemenag dan Pemda) dan dapat juga ditambah dari lintas sektor lain yang terkait

3) Lingkup kegiatan Kegiatan berupa rapat 1 (satu) hari yang

diselenggarakan 3 kali setahun

j. Forum Komunikasi/Sosialisasi Perlindungan Kesehatan Anak (Anak Jalanan, Anak Korban Kekerasan, Anak Dengan Disabilitas dan Anak Bermasalah dengan Hukum/Anak di Lapas/di Rutan)1) Tujuan Meningkatkan koordinasi pengelola program

kesehatan/ petugas kesehatan dan lintas sektor/LSM terkait dalam pembinaan kesehatan bagi anak dengan perlindungan khusus di wilayahnya.

2) Sasaran a) Pengelola program kesehatan (Anak, Ibu,

Gizi, Pelayanan Kesehatan, HIV/AIDS, Remaja dll ) pada Dinas Kesehatan.

b) Psikolog.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 81

c) Lintas sektor terkait (Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Anak, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepolisian, PKK, Badan Legislatif, BPS, BKKBN, dll).

d) LSM (LPA/Lembaga Pemerhati Anak).3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

a) Pembinaan anak dengan disabilitas di tingkat keluarga di 7 provinsi : (Sulsel, Jabar, Jatim, DIY, Jateng, Sumbar, DKI).

b) Anak Berhadapan dengan hukum (ABH) di 25 provinsi.

c) Pembinaan ABH di 8 Lapas anak pada provinsi prioritas 2010 (Sumbar, Sumsel, Lampung, Banten, Jateng, Jatim, Sulsel, Bali).

d) Pembinaan ABH di 8 Lapas anak dan 1 lapas dewasa pada provinsi prioritas 2011 (Riau, Sumut, Jambi, Banten, Kalbar, Kalsel, Sulut, NTT, Jabar).

e) Pembinaan ABH di Lapas dewasa pada 5 provinsi prioritas 2012 (Bali, DKI, Kepri, Bengkulu, Aceh) .

f) Pembinaan ABH di Lapas dewasa pada 4 provinsi prioritas 2013 (NTB, Sultra, Sulteng dan Babel).

g) Pembinaan kesehatan anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) tahun 2012 di 15 provinsi (Bali, Sulsel, Kaltim, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, Sumsel, NTB, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, dan Kalsel).

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA82

h) Pembinaan ABH di lapas dewasa pada 4 provinsi prioritas 2014 (Kaltim, DIY, Gorontalo, Malut).

i) Pembinaan kesehatan anak di SLB pada 7 provinsi prioritas tahun 2013 (Sulut, Kalbar, Sumut, Gorontalo, Jambi, Babel, Kepri).

j) Pembinaan kesehatan anak di SLB pada 5 provinsi prioritas tahun 2014 (NTT, Aceh, Bengkulu, Sulteng, Malut).

k. Partisipasi Pertemuan Nasional Akselerasi Pencapaian MDG's/ Partisipasi Pertemuan Nasional Peningkatan Kualitas Hidup Anak/ Partisipasi Kongres Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) di Sumatera Selatan 1) Tujuan Meningkatkan koordinasi pengelola program

kesehatan anak pusat daerah dan kerjasama dengan organisasi profesi dalam upaya pencapaian MDG-4, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan Anak.

2) Sasaran Kepala Bidang/Kepala Seksi Kesehatan

Keluarga Dinas Provinsi Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terpilih.

3) Lingkup kegiatan Sesuai kerangka acuan

5. PENGADAAN MEDIA KIE PENUNJANG PROGRAM KESEHATAN ANAK1) Tujuan Menyediakan sarana pendukung kegiatan

program kesehatan anak berupa media promosi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 83

yang sesuai dalam upaya pembinaan pelayanan kesehatan anak

2) Sasaran Para pengelola/penanggung jawab program

kesehatan anak3) Lingkup kegiatan Penyusunan materi dan atau pencetaan leaflet/

lembar balik/poster /CD, dll sesuai kerangka acuan

6. PENGADAAN BUKU/MODUL1) Tujuan Menyediakan sarana pendukung kegiatan

program kesehatan anak berupa buku / modul yang sesuai dalam upaya pembinaan pelayanan kesehatan anak.

2) Sasaran Para pengelola/penanggung jawab program

kesehatan anak3) Lingkup kegiatan Pencetakan instrumen pencatatan dan pelaporan

Register Kohort Bayi/Buku Register Kohort Anak Balita sesuai spesifikasi berikut:a. Register Kohort Bayi

UkuranCoverCetak CoverBahan IsiFinishingJumlah Halaman

::::::

32 x 32 cmB/W on both sidesKertas Karton Manila 210 gramHVS 80 gramJahit punggung dibungkus46 halaman + 2 lembar cover

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA84

b. Register Kohort Anak Balita

UkuranCoverCetak CoverBahan IsiFinishingJumlah Halaman

::::::

32 x 32 cmB/W on both sidesKertas Karton Manila 210 gramHVS 80 gramJahit punggung dibungkus80 halaman + 2 lembar cover

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 85

A. Latar Belakang

Sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 36/2009 tentang Kesehatan pada Bab XII mengenai Kesehatan Kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan informal, berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia. Selain itu, pemerintah harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.

Kesehatan Kerja, Kesehatan Olahraga dan Kesehatan Perkotaan sangat berperan dalam mendukung pencapaian target MDGs. Upaya Kesehatan Kerja dapat

BAB VKEGIATAN BINA KESEHATAN

KERJA DAN OLAHRAGA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA86

menciptakan pekerja sehat dan produktif, sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Hal ini dapat berdampak terhadap pengurangan kemiskinan dan meningkatkan umur harapan hidup serta berdaya ungkit terhadap penurunan IMR dan MMR. Begitu pula terhadap pekerja perempuan, dengan adanya upaya kesehatan kerja maka akan menciptakan pekerja perempuan yang sehat dan produktif sehingga akan berdampak terhadap peningkatan kualitas kesehatan pekerja perempuan, bagi pekerja perempuan yang mempunyai anak dapat meningkatkan kesehatan anaknya serta berdampak terhadap menurunnya angka kematian balita.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia tahun 2010 sebesar 116 juta dan meningkat pada Februari 2013 menjadi 121,19 juta (50,08%) (BPS, 2013). Usia kerja yang secara ekonomi aktif 47,10% dari jumlah penduduk mempunyai risiko masalah kesehatan umum, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Kesehatan pekerja berpengaruh terhadap ekonomi nasional. Data Kementerian Kesehatan tahun 2013 berdasarkan laporan dari 26 provinsi, menunjukkan bahwa dari 6.375.997 kunjungan pekerja di Puskesmas didapatkan 634.957 kasus diduga Penyakit Akibat Kerja (PAK), 173.705 kasus PAK, dan 62.164 kasus kecelakaan akibat kerja. Angka ini hanya merupakan angka yang dilaporkan sedangkan angka sesungguhnya jauh lebih besar. Selain itu, proporsi kumulatif HIV positif pada usia di atas 20 tahun sebesar 92,7% dan proporsi kumulatif AIDS tahun 1987-Juni 2013 pada kelompok usia yang sama adalah 66%. Riskesdas tahun 2007 dan 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus penyakit tidak menular (DM, stroke, obesitas) pada usia ≥ 15 tahun.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 87

Studi masalah gizi pada pekerja menunjukkan pengaruh timbal balik antara masalah gizi, faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Tiga permasalahan gizi pekerja di Indonesia yaitu KEP, Anemia Gizi Besi dan Obesitas. Data Riskesdas tahun 2007-2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan KEK pada kelompok umur 15-49 tahun, begitu pula proporsi obesitas pada usia di atas 18 tahun. Proporsi konsumsi energi pada usia dewasa 40,2% lebih rendah dari 70% AKG (Riskesdas, 2010). Data yang sama menunjukkan proporsi anemia pada usia 15-64 tahun dengan interval 10 tahun berkisar antara 19,6%-25,0%. Faktor lingkungan kerja meliputi penggunaan pelarut organik, logam berat dan bahan kimia lainnya serta faktor fisik seperti vibrasi dan radiasi dapat menimbulkan permasalahan gizi dan gangguan kesehatan.

Masalah lain pada usia kerja adalah rendahnya aktivitas fisik yang berdasarkan Riskesdas 2013 hanya berkisar antara 15,6% - 35,4%. Peningkatan aktivitas fisik pada pekerja merupakan salah satu upaya mencegah penyakit tidak menular dan meningkatkan produktivitas dengan meningkatnya kebugaran jasmani.

Upaya Kesehatan Olahraga berperan dalam menurunkan IMR dan MMR diantaranya melalui kegiatan latihan fisik selama kehamilan dan nifas, membantu mengendalikan penyakit tidak menular serta meningkatkan umur harapan hidup melalui peningkatan kebugaran jasmani bagi anak sekolah, pekerja, calon jemaah haji dan lanjut usia.

Kesehatan perkotaan dengan fokus pada peningkatan status kesehatan masyarakat di kawasan pemukiman kumuh dan miskin perkotaan diharapkan dapat

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA88

meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di wilayah perkotaan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03/01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014, maka pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga selain diarahkan untuk mendukung pencapaian Indikator Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, juga akan lebih difokuskan pada pencapaian Indikator Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu:

1. Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja di Kawasan Industri. Target 2014 sebanyak 672 Puskesmas.

2. Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Upaya Kesehatan Olahraga. Target 2014 adalah 264 Puskesmas.

Di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota telah disepakati bersama untuk melaksanakan dan mengembangkan Kesehatan Kerja dan Olahraga. Namun demikian, selama ini masih dirasakan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan Program Kesehatan Kerja dan Olahraga, diantaranya adalah dukungan APBD relatif masih sangat kecil, struktur organisasi/penanggung jawab Program Kesehatan Kerja dan Olahraga di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas khususnya belum ada, sistem pencatatan dan pelaporan data Kesehatan Kerja dan Olahraga belum berjalan dengan baik, koordinasi lintas sektor dan program terkait masih kurang dan pembinaan terhadap Puskesmas dan Klinik Perusahaan belum optimal.

Dengan berbagai masalah yang terjadi dan tantangan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 89

yang dihadapi, maka perlu dilakukan peningkatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga melalui penguatan program kesehatan kerja, kesehatan olahraga dan kesehatan perkotaan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, Fasilitas Kesehatan lainnya, tempat kerja serta peningkatan kualitas SDM maupun dalam pelayanan Kesehatan Kerja, Olahraga dan Perkotaan dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja serta meningkatkan kebugaran jasmani masyarakat.

B. Tujuan

Melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik bagi pekerja di sektor formal maupun informal yang berlaku juga bagi setiap orang yang berada di lingkungan tempat kerja serta bagi kesehatan pada lingkungan TNI baik darat, laut, maupun udara serta Kepolisian Republik Indonesia serta meningkatkan kebugaran jasmani masyarakat serta peningkatan status kesehatan masyarakat di perkotaan.

C. Sasaran dan Target

1. Sasarana. Pengelola Program Kesehatan Kerja, Perkotaan

dan Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota

b. Petugas Puskesmas di Kawasan Industri dan Klinik Perusahaan

c. Penanggung Jawab Kesehatan Kerja di Perusahaan/Industri

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA90

d. Petugas Kesehatan di Kelompok/Klub Olahraga Sekolah, Klub Jantung Sehat, Klub Senam Asma, Kelompok Senam Usila, Kelompok Senam Ibu Hamil, Sanggar Senam, Kelompok Kebugaran Jemaah Haji, Klub Fitness, Kelompok Olahraga/Latihan Fisik Lain.

e. Lintas Sektor dan Lintas Program terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

f. Masyarakat Pekerjag. Perguruan tinggih. Praktisi dan LSM i. Dunia usaha/swasta

2. Targeta. Meningkatnya Jumlah Puskesmas yang

Melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja di Kawasan Industri menjadi 672 puskesmas pada tahun 2014

b. Meningkatnya Jumlah Puskesmas yang Melaksanakan Upaya Kesehatan Olahraga menjadi 264 puskesmas pada tahun 2014.

D. Ruang Lingkup

MENU KEGIATAN UNTUK DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA1. KOORDINASI, SOSIALISASI, ADVOKASI

a. Pertemuan Forum Komunikasi, Sosialisasi dan Advokasi Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Tingkat Provinsi 1) Tujuan :

a) Diketahuinya perkembangan program/kegiatan upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 91

b) Teridentifikasinya permasalahan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga serta pemecahannya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

c) Diseminasi informasi terkait dengan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

2) Sasaran :a) Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kotab) Para pakar, pemerhati, praktisi dan

peminat Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

c) Organisasi profesi terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

d) Perguruan Tinggi e) Organisasi pengusaha dan serikat pekerja f) Lintas Sektor terkait

b. Pertemuan Forum Komunikasi, Sosialisasi dan Advokasi Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Tingkat Kabupaten/Kota1) Tujuan :

a) Diketahuinya perkembangan program/kegiatan upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat kabupaten/kota, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

b) Teridentifikasinya permasalahan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga serta pemecahannya di tingkat kabupaten/kota, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA92

c) Diseminasi informasi terkait dengan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat kabupaten/kota, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

2) Sasaran a) Dinas Kesehatan Kabupaten/kota,

Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

b) Para pakar, pemerhati, praktisi dan peminat Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

c) Organisasi profesi terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

d) Perguruan Tinggi e) Organisasi pengusaha dan serikat pekerja f) Lintas Sektor terkait

c. Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor/Lintas Program Tingkat Provinsi1) Tujuan

a) Diperolehnya kesamaan persepsi mengenai peran masing-masing sektor dan program terkait kesehatan kerja, perkotaan, dan olahraga

b) Teridentifikasinya permasalahan kesehatan kerja, perkotaan, dan olahraga dengan pemecahannya

c) Peningkatan Kerjasama Lintas Program/Lintas Sektor dalam Pelaksanaan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

2) Sasarana) Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Puskesmas

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 93

b) Lintas sektor yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Pemerintah daerah, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Kanwil Agama, KONI, Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

c) Lintas Program terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga.

d) Organisasi Profesi dan LSM terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga.

e) Organisasi Pengusaha dan Serikat Pekerja.

d. Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor/Lintas Program Tingkat Kabupaten/Kota1) Tujuan :

a) Diperolehnya kesamaan persepsi mengenai peran masing-masing sektor dan program terkait kesehatan kerja, perkotaan dan olahraga tingkat kabupaten/kota

b) Teridentifikasinya permasalahan kesehatan kerja, perkotaan dan olahraga dengan pemecahannya

c) Peningkatan Kerjasama LS/LP dalam Pelaksanaan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga tingkat kabupaten/kota

2) Sasaran :a) Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

b) Lintas sektor yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Pemerintah Daerah, Dinas pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pendidikan dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA94

Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Kandep Agama, KONI, Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

c) Lintas Program terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

d) Organisasi Profesi dan LSM terkait Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga

e) Organisasi Pengusaha dan Sarikat Pekerja

e. Program Pengukuran Kebugaran Jasmani Bagi Calon Jemaah haji di Dinkes Provinsi1) Tujuan :

a) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam pembinaan kebugaran jasmani jemaah haji

b) Meningkatkan kebugaran jasmani jemaah haji

c) Menurunkan angka kesakitan dan kematian jemaah haji

2) Sasaran :a) Dinas Kesehatan Provinsi dan Puskesmasb) Calon jemaah haji dari provinsi

bersangkutanc) Lintas sektor yang terkait, seperti Kanwil

Kementerian Agama, KBIH, dan lain lain. d) Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat

(BKOM)

f. Program Pengukuran Kebugaran Jasmani Bagi Calon Jemaah haji di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota1) Tujuan :

a) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam pembinaan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 95

kebugaran jasmani jemaah haji.b) Meningkatkan kebugaran jasmani jemaah

haji c) Menurunkan angka kesakitan dan

kematian jemaah haji2) Sasaran :

a) Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan puskesmas

b) Calon jemaah haji dari Kabupaten/kota bersangkutan

c) Lintas sektor yang terkait, seperti Kanwil Kementerian Agama, KBIH, dan lain lain.

d) BKOM

g. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Tingkat Provinsi 1) Tujuan :

a) Diketahuinya hasil penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga tahun lalu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

b) Teridentifikasinya permasalahan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga serta pemecahannya di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

c) Tersusunnya rencana penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

2) Sasaran a) Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kotab) Lintas program terkait

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA96

h. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Tingkat Kabupaten/Kota1) Tujuan

a) Diketahuinya hasil penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga tahun lalu di tingkat kabupaten/kota

b) Teridentifikasinya permasalahan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga serta pemecahannya di tingkat kabupaten/kota

c) Tersusunnya rencana penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat kabupaten/kota

2) Sasarana) Dinas Kesehatan Kabupaten/kota,

Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnyab) Lintas program terkait

i. Pertemuan Koordinasi Pelayanan Kesehatan TKI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.1) Tujuan

a) Diperolehnya persamaan persepsi mengenai peran masing-masing sektor dan program terkait pelayanan kesehatan TKI

b) Teridentifikasinya permasalahan Kesehatan bagi TKI yang akan berangkat ke luar negeri

2) Sasaran a) Dinas Kesehatan Kabupaten/kota,

Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

b) Lintas Sektor terkait

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 97

j. Model Penyelenggaraan Pembinaan Kebugaran Jasmani Anak Sekolah Melalui UKS 1) Tujuan

a) Meningkatkan kebugaran jasmani bagi anak sekolah

b) Menurunkan angka ketidakhadiran anak sekolah karena sakit

c) Meningkatkan prestasi belajar bagi anak sekolah

2) Sasarana) 3 provinsi percontohan, yaitu : Jawa

Barat (Kab. Cirebon), DI Yogyakarta (Kota Yogyakarta), Jawa Timur (Kota Blitar)

b) Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

c) Lintas Sektor terkait

k. Model Penyelenggaraan Peningkatan Kesehatan di Kawasan Kumuh Miskin Perkotaan.1) Tujuan

a) Meningkatkan pelayanan kesehatan di kawasan kumuh miskin perkotaan

b) Menurunkan AKI, AKB, Gizi kurang/buruk serta dapat meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan status kesehatan di kawasan Kumuh miskin perkotaan

2) Sasaran a) 10 Kota percontohan, yaitu : Sumatera Utara

(Kota Medan), Banten (Kota Serang), Jawa Barat (Kota Bandung), Jawa Timur (Surabaya), Sulawesi Selatan (Kota Makassar), Sumatera Selatan (Kota Palembang), Lampung (Kota Bandar Lampung), DKI (Jakarta), Jawa Tengah

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA98

(Semarang), Kalimantan Barat (Pontianak) b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskes-

mas dan Fasilitas Kesehatan Lainnyac) Lintas Sektor terkait Tokoh masyarakat

2. PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING, PENDAMPINGANa. Pembinaan Teknis, Monitoring Evaluasi (Provinsi

Ke Kabupaten/Kota) 1) Tujuan Terlaksananya upaya pembinaan teknis,

monitoring dan evaluasi dari dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten/kota, BKKM/BKOM (SKPD) sehingga kegiatan upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat ditingkatkan dan tercapainya target indikator kegiatan pembinaan pelayanan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga.

2) Sasaran PenanggungJawab/Pengelola/Petugas Keseha-

tan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Dinas Kese-hatan Kabupaten/Kota dan BKKM/BKOM.

b. Pembinaan Teknis, Monitoring Evaluasi (Kabupaten ke Puskesmas, Klinik Perusahaan, Pos UKK)1) Tujuan Terlaksananya upaya pembinaan teknis, mo-

nitoring dan evaluasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke puskesmas, klinik perusa-haan, Pos UKK, BKKM/BKOM (SKPD) sehingga kegiatan upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat ditingkatkan dan tercapainya target in-dikator kegiatan pembinaan pelayanan Kese-hatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 99

2) Sasaran Penanggung Jawab/Pengelola/Petugas Ke-

sehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Pus-kesmas, Klinik Perusahaan, Pos UKK, BKKM/BKOM (SKPD).

c. Pembinaan Kesehatan Nelayan1) Tujuan Terlaksananya upaya pembinaan teknis,

monitoring dan evaluasi dari dinas kesehatan Provinsi/kabupaten/kota pada Masyarakat Nelayan sehingga kegiatan upaya kesehatan kerja dapat ditingkatkan dan tercapainya target indikator kegiatan pembinaan pelayanan Kesehatan Kerja.

2) Sasaran Penanggungjawab/Pengelola/Petugas

Kesehatan Kerja dan Masyarakat Nelayan.

d. Konsultasi Penanggung Jawab Kegiatan Kesehatan Kerja, Olahraga dan Perkotaan Provinsi ke Pusat 1) Tujuan Diketahuinya perkembangan kebijakan

dan program kesehatan kerja, perkotaan, dan olahraga di pusat serta mendapatkan masukan untuk upaya pemecahan masalah dan pengembangan kesehatan kerja, perkotaan dan olahraga di daerah.

2) Sasaran a) Penanggung Jawab/Pengelola Kesehatan

Kerja, Perkotaan dan Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi

b) Penanggung Jawab/Staf Teknis Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di Pusat

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA100

e. Konsultasi Penanggung Jawab Kegiatan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga Kabupaten/Kota ke Provinsi1) Tujuan Diketahuinya perkembangan kebijakan dan

program Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di tingkat pusat/provinsi melalui penanggung jawab/petugas kesehatan kerja di provinsi serta untuk mendapatkan informasi terkini untuk pengembangan dan peningkatan Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di kabupaten/kota.

2) Sasaran a) Penanggung Jawab/Pengelola Kesehatan

Kerja, Perkotaan dan Olahraga di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b) Penanggung Jawab/Staf Teknis Kesehatan Kerja, Perkotaan dan Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi

f. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) meliputi : Program ASI, Kesehatan Reproduksi dan Gizi di Tempat Kerja.1) Tujuan Diketahuinya perkembangan kebijakan dan

program Kesehatan Kerja, utamanya yang mendukung MDGs melalui Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP).

2) Sasaran Penanggung Jawab/Pengelola Kesehatan

Kerja di Dinkes Provinsi, LS terkait

Menu Kegiatan untuk Pengembangan Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM)/Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 101

1. PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DAN ATAU MANAJEMEN SDM a. Pendidikan, Pelatihan, Workshop, Seminar,

Peningkatan Kapasitas SDM, Orientasi, Penelitian Kesehatan Kerja/Olahraga, sosialisasi bagi instruktur olahraga1) Tujuan Dikembangkannya program/kegiatan di

BKKM/BKOM serta meningkatnya keterampilan petugas/pegawai BKKM/BKOM dan petugas/kader kesehatan di wilayah kerjanya.

2) Sasaran Petugas BKKM/BKOM, Petugas/Kader Kesehatan

di wilayah kerjanya, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Industri/Perusahaan serta Lintas Sektor/Lintas Program terkait.

2. PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING, PENDAMPINGAN a. Surveilans Kesehatan Kerja

1) Tujuan Terlaksananya kegiatan Surveilans Kesehatan

Kerja sehingga dapat diketahui masalah kesehatan yang menjadi trend di masyarakat pekerja serta dapat dilakukan upaya pencegahan.

2) Sasaran Tenaga Kesehatan, Penanggung Jawab/

Pengelola Kesehatan Kerja, BKKM, Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya serta Lintas Sektor/Lintas Program terkait.

b. Fasilitasi Teknis (BKOM ke Puskesmas) 1) Tujuan Terlaksananya upaya fasilitasi teknis, moni-

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA102

toring dan evaluasi dari BKOM ke puskesmas (bersama pembinaan dari dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota) sehingga kegiatan upaya kesehatan olahraga di puskesmas da-pat ditingkatkan dan tercapainya target indi-kator kegiatan pembinaan pelayanan keseha-tan olahraga.

2) Sasaran Penanggung Jawab/Pengelola/Petugas Kese-

hatan Olahraga BKOM dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota.

c. Orientasi Teknis Pembinaan Kesehatan Perkotaan 1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat (petugas kesehatan di dinas kesehatan/puskesmas dan kader kesehatan) untuk berperan serta menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapinya

2) Sasaran Petugas kesehatan di dinas kesehatan/

puskesmas dan kader kesehatan.

d. Pencetakan media promosi kesehatan Kerja, Perkotaan, dan olahraga1) Tujuan

a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan kerja, perkotaan, dan olahraga

b) Memperkenalkan kegiatan pelayanan kesehatan olahraga di puskesmas dan BKOM

2) Sasaran Puskesmas, kelompok olahraga masyarakat,

dan masyarakat.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 103

A. Latar Belakang

Keberadaan Pelayanan Kesehatan Tradisional merupakan amanat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan sebagaimana tertuang pada pasal 48 yang mencantumkan bahwa Upaya Pelayanan Kesehatan Tradisional sebagai bagian dari 17 kegiatan upaya kesehatan. Kontribusi program pelayanan kesehatan tradisional dalam Pembangunan Kesehatan digambarkan dalam pencapaian indikator Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 yang meliputi 2 indikator yaitu cakupan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer dan Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.

Pencapaian indikator tersebut diatas pada tahun 2013 telah melampaui target yaitu 44,6% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer dari 40%

BAB VI

KEGIATAN BINA PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL,

ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA104

target yang ditetapkan dan 74 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer dari 56 Rumah Sakit target yang ditetapkan.

Pada tahun 2014 target indikator pencapaian Renstra bidang pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer adalah 50% Kabupaten/Kota menyelenggarakan pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer dan 70 Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.

Penetapan indikator diatas sejalan dengan pernyataan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer dilaksanakan secara sinergi dan integrasi dengan pelayanan kesehatan.

Namun demikian, lingkup pengembangan upaya program kesehatan tradisional tidak hanya mencakup pelayanan di fasilitas kesehatan saja, akan tetapi terkait dengan upaya lainnya seperti penapisan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang ada di masyarakat; pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan pengobatan tradisional yang berkembang di masyarakat serta pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional (traditional-selfcare) berupa pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA).

Upaya tersebut merupakan bagian dari fungsi pemerintah dalam hal pengaturan dan pengawasan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 105

yang dinyatakan dalam UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 61 ayat 2 untuk memberi perlindungan kepada masyarakat guna mendapatkan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.

Upaya kesehatan tradisional dilaksanakan secara menyeluruh, baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan masing-masing melalui pembiayaan Pusat dan Daerah. Pembiayaan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer melalui dana dekonsentrasi Tahun 2014 secara garis besar meliputi rapat-rapat koordinasi, sosialisasi dan advokasi; operasional Sentra P3T mencakup pemenuhan kebutuhan perkantoran dan penapisan berupa penelitian terkait kesehatan tradisional dan pendataan; peningkatan kapasitas teknis tenaga kesehatan di Puskesmas dan bimbingan teknis.

Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional melalui dana dekonsentrasi tahun 2014 telah disusun petunjuk pelaksanaan sebagaimana termuat dalam uraian di bawah ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum Meningkatnya pelayanan kesehatan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan

2. Tujuan Khusus :a. Tercapainya akselerasi integrasi pelayanan

kesehatan tradisional dalam fasilitas kesehatan pemerintah.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA106

b. Meningkatkan kemampuan pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di wilayahnya.

c. Terselenggaranya kegiatan penapisan terhadap pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer yang berkembang di masyarakat oleh Sentra P3T.

C. Sasaran dan Target Kegiatan

1. Sasaran :a. Pengelola programpelayanan kesehatan

tradisional, alternatif dan komplementer di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas

b. Lintas program dan lintas sektor terkaitc. Organisasi profesid. Sentra Pengembangan dan Penerapan

Pengobatan Tradisional (Sentra P3T)e. Asosiasi pengobat tradisionalf. Tenaga kesehatan dengan pendidikan tambahan

di bidang alternatif dan komplementerg. Kelompok pemanfaatan Taman Obat Keluarga

(TOGA)h. Pengobat tradisionali. Kader Yankes Tradkom

2. Target :a. Cakupan kabupaten/kota yang

menyelenggarakan program bina pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer sebesar 50%.

Yang dimaksud dengan cakupan kabupaten/kota yang menyelenggarakan program bina

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 107

pelayanan kesehatan tradisional alternatif dan komplementer adalah persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 (dua) Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer atau melakukan registrasi pengobat tradisional (SIPT/STPT) atau pembinaan pemanfaatan TOGA.

b. Jumlah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer sebanyak 70 Rumah Sakit.

Yang dimaksud dengan jumlah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer yaitu jumlah Rumah Sakit Pemerintah, baik Rumah Sakit vertikal maupun RSUD Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat sebagai pelayanan kesehatan alternatif dan komplementer.

D. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan pembinaan pengembangan dan pengawasan program pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer (Yankes Tradkom) yang dibiayai dari dana dekonsentrasi tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN KOORDINASI, SOSIALISASI, ADVOKASI :a. Rapat Koordinasi Teknis Pelayanan Kesehatan

Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Sentra

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA108

P3T dan Kabupaten/Kota Tingkat Provinsi1) Tujuan

a) Meningkatnya pemahaman tentang kebijakan program yankes tradkom dan peran Sentra P3T

b) Diperolehnya dukungan dan kerjasama berbagai pihak dalam pembinaan, pengembangan dan pengawasan program pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer secara aman dan bermanfaat serta dapat dipertanggungjawabkan.

2) Sasarana) Lintas Program/Lintas Sektor di Provinsi

(Program Yankes dan Promkes)b) Pengelola Program Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kotac) Pemerintah daerah Provinsi/Bappeda

Provinsid) Tim Pelaksana Sentra P3T

b. Sosialisasi Akupresur bagi Dokter Puskesmas1) Tujuan

a) Tersosialisasinya pelayanan akupresur kepada pengelola program yankes tradkom di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

b) Tersosialisasinya pelayanan akupresur kepada dokter Puskesmas

c) Mendapatkan dukungan kebijakan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

d) Adanya kesepakatan tindak lanjut penyelenggaraan pelayanan akupresur di Puskesmas.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 109

4) Sasarana) Pengelola Program Yankes Tradkom di

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotab) Dokter Puskesmas

c. Pertemuan dalam rangka Advokasi Pengendalian Iklan Yankes Tradkom di Media Massa1) Tujuan

a) Terkendalinya pemasangan iklan kesehatan tradisional di media massa

b) Menggalang dukungan dari media massa untuk lebih selektif dalam menayangkan iklan/promosi kesehatan tradisional.

2) Sasaran a) KPIDb) Pengelola Media Massac) LP/LS terkait di tingkat provinsid) Dinas Kesehatan Kab/Kota

d. Pertemuan Konsolidasi LS/LP dalam Pemanfaatan TOGA bagi Kader Kesehatan1) Tujuan Meningkatnya peran LP/LS dalam

penggerakan pemanfaatan TOGA2) Sasaran

a) Dinkes Kabupaten/Kotab) Petugas Puskesmasc) Kader Kesehatan

2. PROVINSI YANG MENDAPAT DUKUNGAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMPLEMENTER a. Operasional Sentra Pengembangan dan

Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA110

1) Tujuana) Terpenuhinya kebutuhan operasional

kegiatan Sentra P3Tb) Terakomodasinya pembayaran honorarium

Tim Pelaksana Sentra P3T dan Sekretariat c) Terlaksananya kegiatan penapisan oleh

Sentra P3T d) Teridentifikasinya pelayanan kesehatan

tradisional yang menjadi local wisdom maupun yang sedang berkembang di masyarakat.

2) Sasarana) Tim Pengendali P3Tb) Tim Pelaksana Sentra P3Tc) Sekretariat Sentra P3TCatatan : Pemanfaatan anggaran ini ber-

dasarkan usulan rencana kegiatan yang ditandatangani oleh Ketua Sentra P3T

b. Penapisan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Sentra P3T1) Tujuan Diperolehnya hasil penelitian/pengkajian

bidang kesehatan tradisional yang berkembang di masyarakat oleh Sentra P3T dengan mengutamakan kearifan lokal (local wisdom) di setiap daerah.

2) Sasaran Tim Peneliti Sentra P3T

Catatan : Pemanfaatan anggaran ini berdasarkan usulan rencana kegiatan yang ditandatangani oleh Ketua Sentra P3T

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 111

c. Inventarisasi Data dalam rangka Pengembangan Jaringan Informasi dan Dokumentasi (JID)1) Tujuan Diperolehnya data dan informasi yankestrad,

baik yang menjadi local wisdom disetiap wilayah maupun yang sedang berkembang di masyarakat sebagai bahan untuk dilakukan penapisan

2) Sasarana) Dinkes Kab/Kotab) Rumah Sakitc) LP/LS terkaitd) PuskesmasCatatan : Pemanfaatan anggaran ini ber-

dasarkan usulan rencana kegiatan yang ditandatangani oleh Ketua Sentra P3T

d. Pertemuan Pembahasan Data JID1) Tujuan Tersusunnya dokumen JID Yankes Tradkom 2) Sasaran

a) Tim Pengendali P3Tb) Tim Pelaksana Sentra P3Tc) Pengelola Program Yankes Tradkom

Dinkes ProvinsiCatatan : Pemanfaatan anggaran ini ber-

dasarkan usulan rencana kegiatan yang ditandatangani oleh Ketua Sentra P3T

3. PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING DAN PENDAMPINGAN a. Monitoring dan Evaluasi/Bimbingan Teknis

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA112

Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Provinsi ke Kabupaten/Kota, Rumah Sakit atau Puskesmas

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinkes Provinsi bersama-sama dengan Tim Pelaksana Sentra P3T.1) Tujuan Diketahuinya perkembangan pelaksanaan

program pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas serta pemberdayaan masyarakat, meliputi :a) Integrasi pelayanan Tradkom pada

fasilitas pelayanan dasarb) Pelaksanaan kebijakan Yankes Tradkom

terkait registrasi/perijinan pengobat tra-disional dan Pengobat Tradisional Asing (PTA)

c) Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka pemanfaatan TOGA

2) Sasarana) Dinkes Kabupaten/Kotab) RumahSakitc) Puskesmasd) Pengobat Tradisional

b. Konsultasi ke Pusat 1) Tujuan Diperolehnya kejelasan informasi dalam

rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Kestradkom dan Sentra P3T

2) Sasarana) Pengelola Program Yankestradkom di

Dinkes Provinsib) Tim Pelaksana Sentra P3T

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 113

4. PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DAN ATAU MANAJEMEN SDM a. Orientasi Akupresur bagi Petugas Puskesmas

1) Tujuana) Meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan tenaga kesehatan Puskesmas tentang akupressur

b) Meningkatkan pengetahuan tentang pembinaan pengobat tradisional di wilayah kerjanya

2) Sasaran Tenaga Kesehatan Puskesmas minimal D3

bidan/perawat/fisioterapi.

b. Orientasi Selfcare Ramuan dan Pemanfaatan TOGA bagi petugas kesehatan1) Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

tenaga kesehatan Puskesmas tentang selfcare ramuan dan pemanfaatan TOGA

2) Sasaran Tenaga kesehatan Puskesmas

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA114

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 115

I. DUKUNGAN MANAJEMEN PROGRAM BINA GIZI DAN KIA

A. Latar Belakang

Untuk melancarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi program Bina Gizi dan KIA dan mewujudkan tata pemerintahan yang berjalan bersih dan baik diperlukan dukungan manajemen pelaksanaan program. Pembangunan kesehatan terutama dalam bidang pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak memerlukan penyesuaian manajemen. Hal ini terutama dalam aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Sebagai salah satu unsur penting dalam manajemen pembangunan kesehatan, penyesuaian mekanisme perencanaan dilakukan atas dasar keterpaduan top-down policy dan bottom-up planning.

Pendekatan rancangan perencanaan dan penganggaran disusun secara bertahap mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat, dengan arah kebijakan

BAB VIIKEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN

DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA116

nasional yang diberikan oleh pusat. serta dengan mendorong partisipasi masyarakat sebesar-besarnya.

Sinergisme dan integrasi program Bina Gizi dan KIA di setiap tingkatan mulai dari Pusat, Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota hingga puskesmas, pustu, poskesdes, polindes dan posyandu perlu dilaksanakan sehingga dapat mencapai target output sesuai dengan sasaran dan indikator dalam RENSTRA, RPJMN, dan MDG’s.

B. Tujuan

Terselenggarannya kegiatan dukungan manajemen dalam pengelolaan anggaran dan pelaksanaan perencanaan dan penganggaran Program Bina Gizi Dan KIA tahun 2014

C. Sasaran

1. Penanggungjawab perencanaan dan penganggaran Program Bina Gizi dan KIA di Dinas Kesehatan Provinsi

2. Penanggungjawab data Program Bina Gizi dan KIA Dinas Kesehatan Provinsi

3. Tim pengelola BOK di Dinas Kesehatan Provinsi

D. Ruang Lingkup Kegiatan

1. PENGELOLAAN KEUANGAN a. Konsolidasi Laporan Keuangan Ditjen Bina Gizi

dan KIA1) Tujuan Melakukan penyusunan laporan keuangan

program Bina Gizi dan KIA semester I dan II

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 117

2) Sasaran Pengelola keuangan program Bina Gizi dan

KIA di tingkat Provinsi

2. PERENCANAAN PROGRAM DAN PENGANGGARAN a. Sosialisasi Software RKAKL Tingkat Pusat

1) Tujuan Melakukan sosialisasi software RKAKL di

Tingkat Pusat2) Sasaran

a) Penanggung jawab program Bina Gizi dan KIA serta Program BOK Tingkat Provinsi

b) Operator RKAKL di Tingkat Provinsi

b. Pertemuan Penggerakan Perencanaan Tingkat Pusat1) Tujuan Melakukan identifikasi hambatan dan

permasalahan pelaksanaan Program Bina Gizi dan KIA dan BOK sekaligus menyusun rencana tindak lanjut di Tingkat Pusat

2) Sasaran Penanggung jawab program Bina Gizi dan

KIA serta Program BOK Tingkat Provinsi

c. Pertemuan Koordinasi Perencanaan dan Angga-ran Program Bina Gizi dan KIA Tingkat Pusat 1) Tujuan Melakukan penyusunan dokumen

perencanaan secara bottom up planning berdasarkan evidence base di Tingkat Pusat

2) Sasaran Penanggung jawab program Bina Gizi dan

KIA di tingkat Provinsi.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA118

d. Rapat Koordinasi Teknis Program Bina Gizi dan KIA1) Tujuan Melakukan penyusunan kebijakan program

Bina Gizi dan KIA tingkat pusat2) Sasaran Kepala Dinas kesehatan Provinsi dan Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

e. Koordinasi Review Perencanaan dan Anggaran Program Bina Gizi dan KIA1) Tujuan Melakukan penyusunan perencanaan dan

anggaran program Bina Gizi dan KIA sesuai dengan kebijakan melalui proses penelaahan dengan Biro Perencanaan dan Anggaran serta Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

2) Sasarana) Penanggung jawab program Bina Gizi dan

KIA serta Program BOK Tingkat provinsib) Operator RKAKL di tingkat provinsi

f. Konsultasi teknis program Gizi dan KIA serta BOK ke Pusat 1) Tujuan Melakukan koordinasi teknis program Bina

Gizi dan KIA tingkat pusat2) Sasaran Penanggung jawab program Bina Gizi dan

KIA di tingkat Provinsi

g. Penyediaan Honorarium Pengelola Satuan Kerja1) Tujuan Tersedianya honorarium pengelola anggaran

satuan kerja program Bina Gizi dan KIA di

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 119

provinsi selama 12 bulan 2) Sasaran Pengelola anggaran di Satker program Bina

Gizi dan KIA di provinsi

h. Penyediaan Honorarium Pengelola Data Program Bina Gizi dan KIA termasuk BOK1) Tujuan Tersedianya honorarium tim pengelola data

Gizi dan KIA terintegrasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota selama 12 bulan

2) Sasaran Pengelola data Gizi dan KIA ditingkat provinsi

dan kabupaten/kota

i. Pertemuan Koordinasi Teknis Manajemen Data dan Informasi Program Gizi dan KIA di Tingkat Provinsi1) Tujuan Melakukan koordinasi manajemen data dan

informasi Program Gizi dan KIA di tingkat Provinsi2) Sasaran Pengelola data Gizi dan KIA ditingkat provinsi

dan kabupaten/kota

j. Pertemuan Mendesak Koordinasi Program Bina Gizi dan KIA1) Tujuan Melakukan koordinasi Program Gizi dan KIA

terkait dengan permasalahan mendesak di tingkat pusat

2) Sasaran Pengelola data Gizi dan KIA ditingkat provinsi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA120

3. PENYUSUNAN LAPORAN KEGIATAN KOORDINASI, SOSIALISASI DAN ADVOKASIa. Sosialisasi Program Bina Gizi dan KIA

1) Tujuan Melakukan Sosialisasi Kebijakan dan program

Bina Gizi dan KIA yang terintegrasi2) Sasaran Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

4. PENYUSUNAN LAPORAN PEMBINAAN TEKNIS, SUPERVISI, MONITORING DAN PENDAMPINGANa. Pembinaan Teknis/Supervisi program bina Gizi

dan KIA1) Tujuan Melakukan pembinaan teknis/supervisi

program Bina Gizi dan KIA yang terintegrasi2) Sasaran Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kotab. Rapat Koordinasi Program Bina Gizi dan KIA

dengan Lintas Program1) Tujuan Melakukan koordinasi lintas program terkait

program Bina Gizi dan KIA yang terintegrasi2) Sasaran Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

tingkat Provinsi

5. PENYUSUNAN LAPORAN EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJAa. Pembinaan, monitoring dan evaluasi pro-

gram Bina Gizi dan KIA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 121

1) Tujuan Terbinaannya, termonitoringnya dan

terevaluasinya program Bina Gizi dan KIA di Tingkat Provinsi

2) Sasaran(a) Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota(b) Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

puskesmas

b. Pertemuan Penyusunan Laporan Program Bina Gizi dan KIA di tingkat Provinsi1) Tujuan Melakukan penyusunan laporan program

Bina Gizi dan KIA ditingkat provinsi, serta laporan kegiatan dan laporan keuangan program Bina Gizi dan KIA

2) Sasaran Pengelola program Bina Gizi dan KIA di

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

II. DUKUNGAN MANAJEMEN BANTUAN OPERA-SIONAL KESEHATAN (BOK)

A. Latar Belakang

Dalam rangka mendorong dan mempercepat pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya terobosan melalui berbagai perubahan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, salah satunya adalah dengan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Diharapkan dengan adanya BOK dapat berkontribusi dalam meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA122

kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan percepatan pencapaian tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

Penyaluran Dana BOK dari kementerian Kesehatan pada tahun 2014 tetap menggunakan mekanisme Tugas Pembantuan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dimana dalam pelaksanaannya diperlukan penguatan manajemen dinas kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai fungsi perencanaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian BOK.

Oleh sebab itu perlu dialokasikan dana manajemen BOK di Dinas Kesehatan provinsi melalui dana dekonsentrasi.

B. Tujuan

Terlaksananya kegiatan manajemen program BOK Dinas kesehatan Provinsi dalam rangka mendukung pelaksanaan perencanaan, koordinasi/pembinaan, sosialisasi dan pengawasan, serta manajemen pengelolaan anggaran BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diwilayah kerjanya.

C. Sasaran

1) Pengelola satker program BOK di Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2) Penanggungjawab dan pengelola kegiatan manajemen BOK di Dinas Kesehatan Provinsi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 123

D. Ruang Lingkup Kegiatan

1. PERENCANAAN BOK a. Pertemuan Koordinasi Perencanaan Tingkat

Provinsi1) Tujuan Tersusunnya dokumen rencana kerja dan

anggaran kegiatan program BOK di provinsi dan kabupaten/kota

2) Sasaran Penangungjawab perencanaan dan

penganggaran program BOK di provinsi dan Kabupaten/Kota

b. Penyediaan Honorarium tim pengelola BOK tingkat Provinsi1) Tujuan Tersedianya Honorarium Tim Pengelola BOK

Tingkat Provinsi2) Sasaran Pengelola Tim Teknis dan Tim Sekretariat

BOK Provinsi

c. Perencanaan Teknis Program BOK Tingkat Provinsi1) Tujuan Menyusun perencanaan kegiatan BOK tingkat

Provinsi2) Sasaran Penangungjawab perencanaan dan

penganggaran program BOK di provinsi dan Kabupaten/Kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA124

d. Orientasi Pengelola Keuangan1) Tujuan Meningkatkan kapasitas/refreshing

pengelola keuangan2) Sasaran Penangungjawab perencanaan dan

penganggaran program BOK di provinsi dan Kabupaten/Kota

2. MONITORING DAN EVALUASI a. Monitoring dan Evaluasi Program BOK

1) Tujuan Terpantaunya pelaksanaan kegiatan program

BOK di Puksesmas, serta terevaluasinya pelaksanaan kegiatan program BOK tingkat provinsi

2) Sasaran Pengelola dan penanggungjawab kegiatan

BOK di kabupaten/kota

3. KEGIATAN/SOSIALISASI/PEMBINAAN a. Sosialisasi dan advokasi Program BOK Tingkat

Provinsi1) Tujuan Tersosialisasinya kebijakan BOK, petunjuk

teknis BOK serta petunjuk pelaksanaan keuangan BOK tahun 2014

2) Sasaran Pengelola program dan keuangan BOK di

Provinsi dan Kabupaten/Kota, Lintas Program serta Lintas Sektor

b. Pembinaan dan Penggerakan Manajemen BOK Tingkat Provinsi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 125

1) Tujuan Melakukan identifikasi hambatan dan

permasalahan pelaksanaan Program Bina Gizi dan KIA serta BOK dan rencana tindak lanjutnya di Kabupaten/Kota, kegiatan ini akan dilaksanakan pada triwulan III tahun 2014

2) Sasaran Pengelola dan penanggungjawab kegiatan

dan keuangan BOK di Provinsi dan Kabupaten/Kota

c. Koordinasi Review Perencanaan dan Anggaran BOK tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota1) Tujuan Melakukan review perencanaan dan anggaran

BOK tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota2) Sasaran Penanggung jawab BOK Tingkat Provinsi

d. Koordinasi dengan Kanwil DJPBN 1) Tujuan Terkoordinasinya tentang pengelolaan satker

di Kabupaten/Kota dengan kanwil DJPB dan pendampingan Kabupaten/Kota dalam melakukan proses revisi ke DJPB

2) Sasaran Penanggungjawab pengelola keuangan dan

kegiatan BOK di Kabupaten/Kota

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA126

e. Koordinasi teknis pengelolaan BOK dengan Pusat1) Tujuan Terkoordinasinya pengelolaan BOK dengan

Pusat2) Sasaran Penanggungjawab pengelola kegiatan BOK di

Provinsi

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 127

Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi di Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan telah mendelegasikan wewenang kepada Gubernur sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesiaa Nomor 474/MENKES/SK/XII/2013 tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab Untuk Atas Nama Menteri Kesehatan Selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan di Tingkat Provinsi Tahun Anggaran 2014.

Agar Pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dan pelaksanaan penugasan dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, maka perlu diatur pengelolaan keuangan dana dekonsentrasi.

Pengelolaan dana dekonsentrasi sebagaimana

BAB IX

MANAJEMEN PENGELOLAAN ANGGARAN

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA128

dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2008 meliputi:a. prinsip pendanaanb. perencanaan dan penganggaranc. penyaluran dan pelaksanaan dand. pengelolaan barang milik negara hasil pelaksanaan

dekonsentrasi.

A. Prinsip Pendanaan

Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan setelah adanya pelimpahan wewenang dari Pemerintah melalui kementerian/lembaga kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah. Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat nonfisik.

Rencana lokasi dan anggaran untuk program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan disusun dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan daerah. Penganggaran dana dekonsentrasi dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN dan dituangkan dalam RKA KL.

B. Perencanaan dan Penganggaran

1. Bagan Akun Standar dan Peruntukannya Pengelolaan kegiatan program bina Gizi dan KIA yang

mempergunakan dana dekonsentrasi program bina gizi dan KIA dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan penggunaan dana berikut ini :1. Honorarium

- Honor Operasional Satker (521115)- Honor Output Kegiatan (521213)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 129

2. Kegiatan Pertemuan/Koordinasi/Sosialisasi/ori-entasi/peningkatan kapasitas SDM/Refreshing/Workshop- Belanja Bahan (521211)- Belanja Sewa (522141)- Belanja Jasa Profesi (522151)- Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar

Kota (524119)- Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam

Kota (524114)- Belanja Perjalanan Dinas Biasa (524111)- Honor Output Kegiatan (521213)

3. Monitoring Evaluasi/Pembinaan Teknis/Supervisi Fasilitatif/Fasilitasi teknis/Konsultasi/Validasi Data - Belanja Bahan (521211)- Belanja Sewa (522141)- Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam

Kota (524114)- Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar

Kota (524119)- Belanja Perjalanan Dinas Biasa (524111)- Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113)

4. Pencetakan, Pengadaan Kesehatan Anak KIT, Distribusi/Pengiriman Laporan/Buku - Belanja Barang non Operasional Lainnya

(521219)- Belanja Pos dan Giro ( 522121 )

5. Pengadaan Jasa Konsultan- Belanja Jasa Konsultan (521131)

2. Revisi Anggaran Dalam perjalanannya pengelolaan anggaran dimung-

kinkan dilakukan revisi. Yang dimaksud dengan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA130

revisi anggaran adalah perubahan rincian anggaran yang telah ditetapkan berdasarkan APBN TA 2014 dan disahkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran TA 2014.

Revisi Anggaran berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014.

Revisi Anggaran meliputi perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian anggaran, perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam pagu anggaran tetap, dan atau perubahan/ralat karena kesalahan administratif. Revisi ini dapat terjadi jika ada perubahan APBN TA 2014, Instruksi Presiden mengenai penghematan anggaran, dan atau kebijakan prioritas pemerintah yang telah ditetapkan lainnya.

Revisi anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai penyusunan dan penelaahan RKA-K/L sebagaimana diatur dalam PMK mengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA KL. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang mengikuti PMK nomor 7/PMK.02/2014.

Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 5 (lima) kelompok yaitu :a. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal

Anggaran;b. Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaanc. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan

Eselon I Kementerian/Lembaga;d. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran;

dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 131

e. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan DPR-RI

Untuk lebih jelasnya proses revisi dapat dilihat pada Peraturan Menteri keuangan No 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014.

C. Persiapan Pelaksanaan Anggaran

1. Penetapan Pejabat Pengelola Anggaran Kementerian Kesehatan

Penunjukan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (KPA) atas pelaksanaan dana dekonsentrasi dilakukan oleh Gubernur selaku Pengguna Anggaran/Barang (PA) yang dilimpahi sebagian urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Kementerian Negara/Lembaga. Penunjukan KPA adalah ex-officio dan tidak terikat tahun anggaran.

Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selaku KPA menetapkan Surat Keputusan Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan di tingkat Provinsi yang meliputi : a. Pejabat Pembuat Komitmenb. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayarc. Panitia/Pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan dan anggaran diantaranya :1) Pejabat Akuntansi (Petugas SAK dan SIMAK

BMN)2) Bendahara Pengeluaran3) Bendahara Pengeluaran Pembantu (Bila

diperlukan)4) Staf Pengelola Satker (Bila diperlukan)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA132

5) Pejabat Pengadaan/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (Bila diperlukan)

Dengan uraian kewenangan sebagai berikut :a. Kuasa Pengguna Anggaran/Barang Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program dan anggaran pada Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan tugas sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pengelolaan keuangan negara dapat menunjuk dan menetapkan :1) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Adalah unit organisasi pemerintah yang

berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) Adalah Bendahara yang bertugas membantu

Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu.

3) Staf Pengelola Satker Adalah petugas yang ditunjuk untuk membantu

tugas KPA, PPK, PP-SPM dan Bendahara Pengeluaran Mempunyai tugas dan wewenang diantaranya :

1) Menyampaikan Surat Keputusan yang berkaitan dengan pelaksana anggaran sebagai tersebut dalam butir 2 diatas kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan;

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 133

2) Menyusun DIPA;3) Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan

dan rencana penarikan dana;4) Memberikan supervisi dan konsultasi dalam

pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana;5) Mengawasi penatausahaan dokumen dan

transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;

6) Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat

yang melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja. Dalam satu satuan kerja PPK dapat ditunjuk lebih dari satu sesuai dengan kebutuhan program. Bila PPK lebih dari satu agar ditunjuk satu orang PPK sebagai koordinator.

Mempunyai tugas dan wewenang diantaranya :1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan

rencana penarikan dana berdasarkan DIPA;2) Menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia

Barang/Jasa;3) Menguji dan menandatangani surat bukti hak

mengenai hak tagih kepada negara;4) Membuat dan menandatangani SPP;5) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian

kegiatan kepada KPA;6) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh

dokumen pelaksanaan kegiatan;7) Mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA134

c. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA

untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran.

Mempunyai tugas dan wewenang diantaranya :1) Melakukan pengujian atas tagihan dan

menerbitkan SPM;2) Menguji kebenaran SPP beserta dokumen

pendukung;3) Menolak dan mengembalikan SPP, apabila

SPP tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

4) Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan (mencatat pagu, realiasasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA);

5) Menerbitkan SPM;6) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh

dokumen hak tagih;7) Melaporkan pelaksanaan pengujian dan

perintah pembayaran kepada KPA;

d. Pejabat Akuntansi (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang)

Adalah pejabat yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja

Mempunyai tugas sebagai berikut :1) Menyelenggarakan akuntansi keuangan dan

barang,2) Menyusun dan menyampaikan laporan

keuangan dan barang secara berkala (bulanan dan semesteran)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 135

3) Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan dan barang,

4) Menyiapkan rencana dan jadual pelaksanaan SAK dan barang berdasarkan target yang ditetapkan,

5) Menunjuk dan menetapkan organisasi UAKPA sebagai pelaksana SAK dan barang di lingkungannya;

6) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan Barang dengan Laporan Keuangan;

7) Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan;

8) Menelaah dan menandatangani Laporan Keuangan UAKPA;

9) Meneliti dan menganalisis laporan keuangan dan barang yang akan didistribusikan;

10)Menyampaikan Laporan Keuangan UAKPA dan ADK ke KPPN dan UAPPA-W/E1;

11)Menerima data SIMAK-BMN dari petugas akuntansi barang;

12)Menyusun Laporan Keuangan tingkat UAKPA Semester I dan II

e. Bendahara Pengeluaran Adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung- jawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada kantor/ satuan kerja kementerian negara/ lembaga.

Setelah diterbitkannya SP2D oleh KPPN, Bendahara Pengeluaran menindaklanjuti sesuai dengan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA136

tugas-tugas perbendaharaan :1) Menerima, menyimpan, menatausahakan dan

membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

2) Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;

3) Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;

4) Melakukan pemotongan/pemungutan pene-rimaan negara dari pembayaran yang dilaku-kannya;

5) Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara;

6) Mengelola rekening tempat penyimpanan UP;7) Menyampaikan Laporan Pertanggung-jawaban

(LPJ) kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN; dan

8) Bertanggungjawab secara pribadi atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelo-laannya.

f. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) BPP melaksanakan tugas kebendaharaan atas

uang yang berada dalam pengelolaannya;1) Menerima dan menyimpan UP;2) Melakukan pengujian dan pembayaran atas

tagihan yang dananya bersumber dari UP;3) Melakukan pembayaran yang dananya

bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK;4) Menolak perintah pembayaran apabila tidak

memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;5) Melakukan pemotongan/pemungutan

penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukannya;

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 137

6) Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara;

7) Menatausahakan transaksi UP;8) Menyelenggarakan pembukuan transaksi UP;9) Mengelola rekening tempat penyimpanan UP;

dan10)Bertanggungjawab secara pribadi atas uang

yang berada dalam pengelolaannya. Surat Keputusan Pejabat Pengelola Keuangan

di atas harus disampaikan kepada Pimpinan Lembaga yang dalam hal ini adalah Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Bagan 1Struktur Organisasi Pelaksanaan Anggaran

Satker Dinas Kesehatan Provinsi (03) Tahun Anggaran 2014

78

Bagan 1

Struktur Organisasi Pelaksanaan Anggaran

Satker Dinas Kesehatan Provinsi (03) Tahun Anggaran 2014

Keterangan :

Garis langsung

Garis Koordinasi

2. Penelaahan DIPA

KPA adalah penanggung jawab pelaksana program dan pengelola

anggaran pada satker yang dipimpinnya. Salah satu tugas KPA adalah

menelaah DIPA dan RKAKL.

Penelaahan DIPA oleh KPA meliputi :

a. Nama pejabat perbendaharaan (KPA, PPK, PP SPM dan

Bendahara Pengeluaran)

b. Alokasi dana Satker per kegiatan dan per output

c. Volume Output

d. Kebenaran jenis belanja

e. Lokasi KPPN

f. Rencana Penarikan Dana (RPD)

Apabila dalam penelaahan ditemukan kesalahan atau ketidaksesuaian

sebagaimana tersebut di atas agar segera dilakukan revisi sesuai

ketentuan.

3. Penggunaan Rekening Pemerintah

Pejabat

Penandatangan SPM

GUBERNUR

K.P.A

Kepala Dinas Kesehatan

Penanggung

Jawab Kegiatan

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

BPP

BENDAHARA

PENGELUARAN

Unit Akuntansi

Kuasa

Pengguna

Anggaran /

Barang

Pejabat

Pengadaan

dan Panitia

Penerimaan/

Pemeriksaan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA138

2. Penelaahan DIPA KPA adalah penanggung jawab pelaksana program

dan pengelola anggaran pada satker yang dipimpinnya. Salah satu tugas KPA adalah menelaah DIPA dan RKAKL.

Penelaahan DIPA oleh KPA meliputi :a. Nama pejabat perbendaharaan (KPA, PPK, PP SPM

dan Bendahara Pengeluaran)b. Alokasi dana Satker per kegiatan dan per outputc. Volume Outputd. Kebenaran jenis belanjae. Lokasi KPPNf. Rencana Penarikan Dana (RPD)

Apabila dalam penelaahan ditemukan kesalahan atau ketidaksesuaian sebagaimana tersebut di atas agar segera dilakukan revisi sesuai ketentuan.

3. Penggunaan Rekening Pemerintah Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.57/

PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan No.05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.57/PMK.05/2007, maka diatur sebagai berikut : a. Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/

Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat membuka rekening penerimaan dan/atau rekening pengeluaran dengan persetujuan Bendahara Umum Negara.

b. Permohonan persetujuan pembukaan rekening dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran anggaran di lingkungan kementerian negara/lembaga disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 139

Anggaran kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara (format terlampir), dengan dilampiri : 1) Fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran2) Surat Pernyataan tentang penggunaan

rekening (Format 18)c. Rekening Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/

Satuan Kerja yang sudah tidak digunakan sesuai dengan tujuan pembukaannya harus ditutup oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja dan saldonya dipindahbukukan ke Rekening Kas Umum Negara

d. Penutupan dan/atau pemindahbukuan harus dilaporkan kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

e. Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/ Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran wajib melaporkan rekening sebagaimana kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pembukaan rekening

f. Rekening Penerimaan, Rekening Pengeluaran, dan rekening lainnya yang telah dibuka sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini harus dimintakan persetujuan kepada Bendahara Umum Negara/ Kuasa Bendahara Umum Negara dengan menggunakan formulir dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini

g. Rekening Hibah adalah rekening pemerintah lainnya yang dibuka oleh K/L dalam rangka pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang.

h. Menteri/pimpinan lembaga selaku PA mengajukan permohonan persetujuan pembukaan Rekening

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA140

Hibah kepada BUN/Kuasa BUN dalam rangka pengelolaan hibah langsung dalam bentuk uang

i. Dalam hal hibah langsung dalam bentuk uang diterima oleh BUN/Kuasa BUN, maka BUN/Kuasa BUN membuka dan menetapkan rekening tersebut sebagai Rekening Hibah.

j. Permohonan persetujuan pembukaan rekening dilampiri surat pernyataan penggunaan rekening sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan rekening milik K/L/kantor/Satker.

4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Rencana Penarikan Dana (RPD)

Dalam rangka pelaksanaan anggaran, KPA memiliki tugas dan kewenangan untuk menetapkan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Rencana Penarikan Dana (RPD)

Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) disusun dengan mengacu pada Rencana Penarikan Dana (RPD) yang terdapat dalam lembar ke-3 dokumen DIPA.

RPD menjadi dasar dalam penyusunan Perencanaan Kas (Renkas) sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 192/PMK.05/2009 untuk mekanisme pengajuan pencairan dana di KPPN dengan menggunakan Aplikasi Forcasting Satker (AFS). Apabila Renkas tidak sesuai dengan RPD dalam dokumen DIPA, maka harus dilakukan revisi DIPA lembar ketiga.

Penyusunan RPK/D oleh Satuan Kerja dan KPPN bertujuan untuk Satker memperoleh dana sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dan Kuasa BUN dapat memastikan ketersediaan dana untukmembiayai seluruh kegiatan Satker secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 141

D. Pelaksanaan Anggaran Dana Dekonsentrasi

1. Tata Cara dan Syarat Pengajuan Uang Mukaa. Menyampaikan rencana kegiatan dengan

melampirkan Kerangka Acuan Kerja/TOR beserta rincian biaya kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen Induk untuk pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) ke DJPBN/Kanwi Perbendaharaan/KPPN.

b. Dalam pengajuan uang muka Atasan Langsung BPP dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen mengajukan surat permohonan uang muka kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat Komitmen Induk dengan melampirkan Kerangka Acuan Kerja atau TOR.

c. Uang Muka yang diberikan hanya bersifat untuk membiayai kegiatan bukan untuk keperluan sehari-hari.

Untuk lebih jelas dan rinci dapat di lihat pada alur berikut :

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA142

Bagan 2

Alur Mekanisme Pencairan Dana Pelaksanaan Anggaran pada Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi (03)

Tahun Anggaran 2014

81

Untuk lebih jelas dan rinci dapat di lihat pada alur berikut :

Bagan 2

Alur Mekanisme Pencairan Dana Pelaksanaan Anggaran pada

Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi (03)

Tahun Anggaran 2014

Keterangan

merupakan garis koordinasi langsung. BPP dapat langsung ke

PPK

merupakan garis hirarki (terstruktur)

2. Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN

a. Melalui Uang Persediaan (UP) dan Tambahan UP (TUP)

1) Uang Persediaan (UP)

a) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan

operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran

yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme

Pembayaran LS.

b) Bendahara Pengeluaran dapat melakukan penggantian

(revolving) apabila UP telah dipergunakan paling sedikit

50% (lima puluh persen).

c) Bila dalam 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum

dilakukan pengajuan penggantian UP Kepala KPPN akan

menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA.

d) Dalam hal setelah 1 (satu) bulan disampaikannya surat

pemberitahuan dimaksud belum dilakukan penggantian

SPP Tidak Setuju

Pejabat

Penandatangan SPM

K P P N

SPM

Setuju

34

BPP & P’Jwb Kegiatan

Bagian

1

SP2D

2

5

K. P. A.

Kanwil

DJP BN

BENDAHARA

PENGELUARAN

PEJABAT

PEMBUAT

KOMITMEN

2. Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBNa. Melalui Uang Persediaan (UP) dan Tambahan UP

(TUP)1) Uang Persediaan (UP)

a) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 143

b) Bendahara Pengeluaran dapat melakukan penggantian (revolving) apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

c) Bila dalam 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP Kepala KPPN akan menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA.

d) Dalam hal setelah 1 (satu) bulan disampaikannya surat pemberitahuan dimaksud belum dilakukan penggantian UP, Kepala KPPN akan memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen)

e) Pemotongan dana tersebut pada poin (d) dilakukan dengan cara Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara

f) Jika dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan dimaksud poin (e) KPA tidak memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen) dengan cara menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara.

g) Dapat diberikan untuk pengeluaran berupa Belanja Barang (52), Belanja Modal (53) dan Belanja Lain-Lain (58).

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA144

h) Besaran UP yang dapat diajukan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Perubahan UP diluar ketentuan tersebut diatas ditetapkan oleh :- Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbenda-

haraan untuk perubahan UP setinggi-ting-ginya Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

- Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk perubahan UP di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

2) Tambahan Uang Persediaan (TUP)a) Bila UP pada Bendahara Pengeluaran tidak

cukup untuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda maka KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN

b) TUP digunakan dan dipertanggung-jawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak dipergunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS

c) KPA mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dengan disertai:(1) Rincian rencana penggunaan TUP, dan(2) Surat Pernyataan TUP yang memuat

syarat penggunaan TUP pada point b) di atas.

d) Kepala KPPN melakukan penilaian atas

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 145

pengajuan TUP meliputi:(1) Pengeluaran pada rincian rencana

penggunaan TUP bukan merupakan pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS;

(2) Pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia dananya dalam DIPA;

(3) TUP sebelumnya sudah dipertang-gungjawabkan seluruhnya; dan

(4) TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara.

e) KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.

f) TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap.

g) Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggung-jawab UP) belum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN menyampaikan surat teguran TP kepada KPA.

h) Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan pertanggungjawaban TUP (SPM-PTUP)

i) Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan pertimbangan:

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA146

j) KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan

k) KPA menyampaikan pernyataan kesanggu-pan untuk mempertang-gungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan berikutnya.

b. Penggantian Uang Persediaan (GU)1) Pertanggungjawaban atas pelaksanaan

kegiatan disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan pembebanan dan pembayaran. Dokumen pertanggungjawaban terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh Kasubag Verifikasi dan Akuntansi untuk Satker Set. Ditjen atau Kasubag TU untuk Satker Direktorat.

2) Dokumen pertanggungjawaban yang telah disetujui pembebanannya dengan cara membubuhkan tandatangan setuju dibayar pada kuitansi, diteruskan ke Bendahara Pengeluaran untuk :a) Dicatat selanjutnya dibukukan dan

dilakukan pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran;

b) Kompilasi / rekap pertanggungjawaban untuk draft SPP

3) Draft SPP tersebut disampaikan kepada Penguji SPP, untuk diuji meliputi :a) Keabsahan dokumen pendukung SPPb) Ketersediaan pagu anggaran dalam DIPAc) Kesesuaian rencana kerja / kelayakan

hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja

d) Kebenaran atas hak tagih, antara lain

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 147

pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran

e) Pencapaian tujuan atau sasaran sesuai dengan indikator kinerja atau spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam kontrak.

4) Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut: a) Daftar Rincian Permintaan Pembayaran; b) Bukti pengeluaran; c) SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dand) faktur pajak (jika ada)

5) Bila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka SPP akan dikembalikan kepada PPK untuk diperbaiki. Bila SPP memenuhi syarat, maka berdasar SPP dibuat SPM.

6) SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.

7) SPM yang telah ditandatangani kemudian dikirim ke KPPN untuk penerbitan SP2D.

8) SP2D ditujukan ke Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya diproses pencairannya setelah proses transfer ke Bank Bendahara Pengeluaran.

9) Copy SP2D agar dikirim kepada Bagian Keuangan sebagai bahan Perhitungan Anggaran dan Sistem Akuntansi Instansi .

10)PPK memberitahukan kepada Penanggung-jawab kegiatan untuk mengajukan Uang Muka sesuai kebutuhan untuk pelaksanaan kegiatan di unit kerja masing-masing untuk satu bulan berikutnya.

11)Penanggungjawab kegiatan mengajukan UMK kepada PPK sesuai dengan kebutuhan.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA148

12)PPK memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk membayar Uang Muka kepada BPP sebesar nilai yang disetujui PPK

13)Batas waktu pertanggungjawaban GU isi, maksimal diselesaikan dalam waktu 1 bulan sejak diterimanya SP2D dan tidak menutup kemungkinan diselesaikan lebih cepat (< 1 bulan) dan demikian seterusnya untuk pengajuan GU berikutnya.

14)Dalam pelaksanaan kegiatan agar tetap memperhatikan prinsip-prinsip hemat, efisiensi, disiplin dan tidak mewah.

c. Pembayaran Langsung (LS) Pembayaran Langsung meliputi :

1) LS kepada Bendahara Pengeluarana) Perjalanan Dinas

(1) Penanggungjawab kegiatan menyam-paikan kerangka acuan, dan daftar nominatif yang berisi rincian nama, biaya, dan waktu pelaksanaan kepada PPK.

(2) PPK membuat SPP-LS dan menyampai-kannya kepada PPSPM melakukan pengujian dan menerbitkan SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna penerbitan SP2D

(3) Kelengkapan SPP LS : (a) Daftar nominatif (b) Kerangka Acuan(c) Surat Tugas (d) SPTB

(4) Kelengkapan SPM-LS :ADK aplikasi SPM

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 149

b) LS kepada pihak ketiga (Pengadaan Barang dan Jasa)

c) Pembayaran honorarium(1) Petugas pembuat daftar gaji / honor

menyampaikan daftar penerima gaji / honor pegawai kepada PPK.

(2) PPK membuat SPP-LS serta dokumen pendukung nya dan menyampaikannya kepada Penguji SPP.

(3) Penguji SPP melakukan pengujian dan diteruskan ke Pejabat Penandatangan SPM untuk diterbitkan SPM-LS serta dikirimkan ke KPPN guna penerbitan SP2D.

2) Pembayaran kepada pihak ketiga (Pengadaan Barang dan Jasa)

Lingkup Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ini mengatur batas waktu penyelesaian tagihan mulai dari pengajuan tagihan yang lengkap dan benar dari Penerima Hak kepada KPA sampai dengan SPM diterbitkan dan disampaikan ke KPPN.

Kelengkapan SPP LS :a) Kontrak/SPKb) Surat Pernyataan Rekanan dari KPAc) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan

(BAPP)d) Berita Acara Serah Terima (BAST)e) Berita Acara Pembayaran (BAP)f) Kuitansig) Faktur, SSP, PPN dan PPH

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA150

h) Jaminan Bank (jika diperlukan)i) Ringkasan kontrakj) Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja

(SPTB)Kelengkapan SPM LS :ADK aplikasi SPM

Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat pada bagan 3 dan 4

Bagan 3Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP

86

Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN

Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat pada bagan 3 dan 4

Bagan 3

Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP

Bagan 4

Pembayaran Langsung (LS)

P P K

Kanwil DJPBN

Rekomendasi

bilamana perlu

SPM

Pejabat

Penandatangan

SPM

Bendahara

Pengeluaran

K P P N

SP2D

SPP

Pertanggungjawaban

Verifikasi

P.Jawab Kegiatan

/ BPP

Penguji

SPP

Ditolak / diperbaiki

SPP

Bendahara

Pengeluaran

K P P N

Pihak

Penyedia

Penandatangan S P M * Penguji SPP

Bag.Keu/Bag.TU

u.p

Subbag Keuangan

SP2D

SPM

Ya

Tidak

Tembusan SP2D

Copy SP2D

P P K

Tagihan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 151

Bagan 4Pembayaran Langsung (LS)

86

Mekanisme Pembayaran Pelaksanaan APBN

Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat pada bagan 3 dan 4

Bagan 3

Uang Persediaan, Tambahan UP dan GU-UP

Bagan 4

Pembayaran Langsung (LS)

P P K

Kanwil DJPBN

Rekomendasi

bilamana perlu

SPM

Pejabat

Penandatangan

SPM

Bendahara

Pengeluaran

K P P N

SP2D

SPP

Pertanggungjawaban

Verifikasi

P.Jawab Kegiatan

/ BPP

Penguji

SPP

Ditolak / diperbaiki

SPP

Bendahara

Pengeluaran

K P P N

Pihak

Penyedia

Penandatangan S P M * Penguji SPP

Bag.Keu/Bag.TU

u.p

Subbag Keuangan

SP2D

SPM

Ya

Tidak

Tembusan SP2D

Copy SP2D

P P K

Tagihan

E. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

Dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja, Bendahara Pengeluaran di masing-masing satuan kerja wajib membuat pembukuan semua transaksi keuangan yang dilaksanakan oleh satuan kerja dan berkewajiban pula menginventarisasi dokumen atas pelaksanaan seluruh kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Sedangkan Pejabat Pembuat komitmen bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota sebagai berikut :

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA152

1. Belanja Barang Pengeluaran untuk menampung pembelian barang

dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan, serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan dinas. Belanja ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan. a. Belanja Barang Operasional (5211)

1. Pembelian barang (dibawah 20 juta), pertanggungjawaban berupa : a) Kuitansi bermaterai yang ditandatangani

oleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk(1) Nilai kuitansi Rp. 250.000 s/d Rp.

1.000.000,- dibubuhi materai Rp. 3.000,-

(2) Nilai kuitansi > Rp. 1.000.000,- dibubuhi materai 6.000,-

b) Faktur pembelianc) Faktur pajak dan SSP yg telah

ditandatangani wajib pajak(1) Nilai kuitansi Rp. 1 juta s/d Rp. 2 juta

dikenakan PPn sebesar 10%(2) Nilai kuitansi > Rp. 2 juta dikenakan

PPn 10% dan PPh Psl 22 sebesar 1,5% bagi yg memiliki NPWP dan 3% bagi yg tidak memiliki NPWP

(3) Pembelian barang (20 juta s.d 50 juta), pertanggungjawaban sama dengan pembelian barang dibawah 20 juta, tetapi ditambah dengan Surat Pesanan/SPK.

(4) Honor Operasional Satker,

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 153

pertanggungjawaban berupa : SK Pengelola pada satker berdasar pagu yang dikelola, lampiran daftar nominatif penerima honor dan Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak dan SSP PPh Pasal 21 sesuai tarif final sesuai golongan sbb :- Gol. I dan II : 0%- Gol III : 5%- Gol IV : 15%

b. Belanja Barang Non Operasional (5212)1. Belanja Bahan (521211) dan Belanja Barang

Non Operasional Lainnya (521219) Pertanggungjawaban berupa :

(a) ATK, Fotocopy/penggandaan, komputer supplai dan dokumentasi Kuitansi bermaterai yang ditantangani oleh KPA atau Pejabat yang ditunjuk

Untuk pembelian dengan nilai kwitansi Rp. 250.000 s/d Rp. 1.000.000,- dibubuhi materai Rp.

3.000,- dan pembelian dengan nilai kwitansi > Rp. 1.000.000,- dibubuhi

materai Rp 6.000,-

(b) Faktur pembelian(c) Faktur pajak dan SSP yg telah

ditandatangani wajib pajak(1) Nilai kuitansi Rp. 1jt s/d Rp. 2jt

dikenakan PPn sebesar 10%(2) Nilai kuitansi > Rp. 2 jt dikenakan PPn

10% dan PPh Psl 22 sebesar 1,5% bagi yg memiliki NPWP dan 3% bagi yg tidak memiliki NPWP

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA154

(d) ATK, Fotokopi/penggandaan, komputer supplai dan dokumentasi (20 juta s.d 50 juta), pertanggungjawaban sama dengan pembelian barang dibawah 10 juta, tetapi ditambah dengan Surat Pesanan / SPK

(e) Rapat, pertanggungjawaban berupa: lampiran surat undangan, daftar hadir, bukti biaya konsumsi, daftar penerimaan transport dan notulen.

Pembelian makanan siap saji di restoran/warung /rumah makan

tidak dikenakan PPN, apabila pembelian dengan nilai kuitansi diatas 2 juta rupiah dikenakan

pajak PPh Pasal 23 (jasa) sebesar 2% bila memiliki NPWP, dan 4% bila

tidak memiliki NPWP

2. Belanja Jasaa. Belanja Langganan Daya dan Jasa b. Belanja Jasa Pos dan Giro Pertanggungjawaban berupa : Kuitansi tagihan telpon dan internet dari

pihak ketiga, nomor rekening pihak ketiga dan Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak

c. Belanja Jasa Konsultan Pertanggungjawaban berupa : Paket pengadaan konsultan sesuai

Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 sebagian telah diubah menjadi Peraturan Presiden RI NO. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 155

d. Belanja Sewa Pertanggungjawaban berupa : Sewa bus/ruangan, pertanggung-jawaban

berupa: kuitansi yang ditantangani oleh PPK, faktur pajak, SSP yang ditandatangani wajib pajak, atau Pejabat yang ditunjuk. Untuk biaya sewa dikenakan pajak PPH Pasal 23 (Jasa) sebesar 2 % (memiliki NPWP) dan 4 % (tidak memiliki NPWP).

e. Belanja Jasa Profesi (5221) Pertanggungjawaban berupa Honorarium:

surat tugas,daftar hadir, kuitansi, SSP PPh Pasal 21 sesuai golongan.

f. Belanja Jasa Lainnya Honor yang terkait dengan output

kegiatan (5212) Pertanggungjawaban berupa : SK yang

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, daftar penerimaan honor, SSP berdasarkan golongan.

3. Belanja Pemeliharaan (5231) Pertanggungjawaban berupa :

a. Pemeliharaan dibawah 10 juta :1) Kuitansi dengan melampirkan faktur

barang2) SSP yang ditandatangani wajib pajak

(PPN & PPH Pasal 23)b. Pemeliharaan dengan menggunakan

pihak ketiga:1) Kuitansi dengan melampirkan faktur

barang2) Kontrak/SPK yang mencantumkan

nomor rekening rekanan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA156

3) Berita acara serah terima pekerjaan4) Berita acara penyelesaian pekerjaan5) Faktur pajak beserta SSP yang

ditandatangani wajib pajak

4. Belanja Perjalanan Dalam Negeri (5241)

a. Kegiatan monitoring, pertanggung-jawaban berupa : 1) Surat Tugas, 2) SPPD, 3) tiket / boarding pass asli, 4) tagihan penginapan, 5) uang harian, 6) daftar pengeluaran riil (transport lokal)

berdasarkan SBU tahun berjalan, dan 7) laporan monitoring.

b. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota/Luar Kota (524114/524119)1. Paket pertemuan dengan jenis

Halfday, Fullday, Fullboard bentuk pertanggungjawaban berupa Surat Tugas, Kuitansi, Rincian kuitansi, Pernyataan Riil (transport lokal) dan uang harian. Pembayaran dapat menggunakan mekanisme LS atau UP.

2. Penginapan/akomodasi dan konsumsi bentuk pertanggung-jawabannya :(a) Dibawah 50 juta dengan

pertanggungjawaban berupa Surat Pesanan yang ditandatangani oleh PPK, Panitia Penerima/pemeriksa Barang dan Jasa, kuintansi yang bermaterai. Satuan Biaya

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 157

menggunakan SBU 2014 yaitu satuan paket fullboard, fullday dan halfday. Pembayaran dapat dilakukan dengan UP.

Pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel

atau restoran termasuk objek pajak daerah sehingga tidak dikenakan PPn dan PPh

(b) Diatas 50 juta dengan per-tanggungjawaban mengacu kepa-da Perpres No. 70 Tahun 2012 ten-tang Pedoman Pelaksanaan Peng-adaan Barang/jasa Pemerintahan. Pembayaran dilakukan melalui LS.

3. Mengikuti pertemuan/seminar/pela-tihan, pertanggungjawaban berupa: surat undangan peserta, jadwal ke-giatan, TOR, surat tugas, daftar hadir, kuitansi, rincian kuintansi, Pernyataan Riil yang dilampiri data dukung tiket / boarding pass asli dll, dan uang harian sesuai paket pertemuan.

Bila data dukung meragukan maka Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak yang bermaterai 6.000 dilampirkan dan ditandatangani oleh yang bersangkutan. Mekanisme pembayaran dapat menggunakan LS / UP.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA158

Pertanggungjawaban uang dan barang agar dicatat

dan disimpan secara tertib administrasi guna keperluan

pemeriksaan oleh Aparat Pengawas Internal maupun

Eksternal

F. Pelaporan

Setiap Satuan Kerja Kuasa Pengguna Anggaran wajib membuat dan menyampaikan laporan sebagai berikut:1. Laporan Setiap Kegiatan Pada setiap pelaksanaan kegiatan agar dibuat

laporan dengan berpedoman pada format, sebagai berikut :a. Format Laporan Perjalanan Dinas (lampiran 1)b. Format Laporan Rapat (lampiran 2)c. Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan

(lampiran 3)d. Format Laporan Tahunan (lampiran 4)

Laporan disimpan pada setiap pelaksana program (Provinsi) untuk kepentingan monitoring penanggungjawab program (Pusat) dan Auditor.

2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 tahun

2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Kepmenkes No.565/Menkes/ SK/VI/2007 tentang Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Kesehatan.

Mekanisme Pelaporan Dana Dekon sebagai berikut:a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Penanggung-

jawab kegiatan Satker Dekonsentrasi program

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 159

Gizi dan KIA menyampaikan laporan pemantauan pelaksanaan dengan menyampaikan formulir A kepada Kepala Unit Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran setiap 5 (lima) hari kerja setelah triwulan berakhir.

b. Kepala Unit Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran melalui Pejabat Evapor di Dinkes Provinsi melakukan rekapitulasi formulir A dengan menggunakan formulir B selanjutnya menyampaikan laporan formulir A dan formulir B kepada Dirjen Bina Gizi dan KIA paling lambat tanggal 10 (sepuluh) hari kerja setelah triwulan berakhir c.q. Kepala Bagian Program & Informasi Setditjen Bina Gizi dan KIA.

Bagan 5Mekanisme Pelaporan Sesuai PP 39

91

Pada setiap pelaksanaan kegiatan agar dibuat laporan dengan

berpedoman pada format, sebagai berikut :

a. Format Laporan Perjalanan Dinas (lampiran 1)

b. Format Laporan Rapat (lampiran 2)

c. Format Laporan Penyelenggaraan Pertemuan (lampiran 3)

d. Format Laporan Tahunan (lampiran 4)

Laporan disimpan pada setiap pelaksana program (Provinsi) untuk

kepentingan monitoring penanggungjawab program (Pusat) dan

Auditor.

2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan dan Kepmenkes No.565/Menkes/ SK/VI/2007

tentang Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Kesehatan.

Mekanisme Pelaporan Dana Dekon sebagai berikut:

a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Penanggung-jawab kegiatan

Satker Dekonsentrasi program Gizi dan KIA menyampaikan

laporan pemantauan pelaksanaan dengan menyampaikan

formulir A kepada Kepala Unit Kerja/Kuasa Pengguna

Anggaran setiap 5 (lima) hari kerja setelah triwulan berakhir.

b. Kepala Unit Kerja/Kuasa Pengguna Anggaran melalui Pejabat

Evapor di Dinkes Provinsi melakukan rekapitulasi formulir A

dengan menggunakan formulir B selanjutnya menyampaikan

laporan formulir A dan formulir B kepada Dirjen Bina Gizi

dan KIA paling lambat tanggal 10 (sepuluh) hari kerja setelah

triwulan berakhir c.q. Kepala Bagian Program & Informasi

Setditjen Bina Gizi dan KIA.

Bagan 5

Mekanisme Pelaporan Sesuai PP 39

Penanggung-jawab kegiatan/PK

Formulir A

Kepala Unit Kerja/KPA

(oleh Pejabat Evapor Dinkes

Provinsi)

Dirjen Bina Gizi & KIA

C.q. Kepala Bagian Program &

Informasi

Sesditjen Bina Gizi & KIA

Formulir A (5 hr kerja stlh triwulan berakhir)

Formulir A & B (10 hr kerja stlh triwulan berakhir)

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA160

Alamat Pengiriman : Kepala Bagian Program & Informasi Setditjen Bina Gizi & KIA (Blok C Ruang No. 817)

Jln. H.R Rasuna Said Blok X5 Kavling No. 4-9 Jakarta 12950

Telp/Fax : (021) 5279216 Email : [email protected]

3. Laporan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Penganggaran

Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 249 tahun 2011 tentang pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL), setiap satuan kerja wajib untuk melakukan pengukuran dan menyusun evaluasi kinerja meliputi aspek implementasi (penyerapan anggaran, konsistensi antara perencanaan dan implementasi, Pencapaian Keluaran dan efisiensi), aspek manfaat, dan aspek konteks dan melaporkannya pada Kementerian Keuangan.

Pelaporan monitoring dan evaluasi kinerja penganggaran ini dilakukan secara online dengan mengakses website dengan alamat http://monev.anggaran.depkeu.go.id

Untuk user dan password pengguna menggunakan rumus:

Username : me+kode satker+00Password : me+kode satker+00

Contoh kode satker Setditjen Bina Gizi dan KIA adalah 465909, maka username dan passwordnya adalah me46590900.

Setiap Satuan kerja baik Kantor Pusat, Kantor Daerah, Dekonsentrasi menyampaikan capaian dari

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 161

Output kegiatan yang tercantum di dalam DIPA masing-masing satker setiap triwulan dan divalidasi setiap tahun anggaran berakhir.

Untuk keterangan dan bantuan lebih lanjut dapat menghubungi:

Bagian Program & Informasi Setditjen Bina Gizi & KIA (Blok C Ruang No. 817) Jln. H.R Rasuna Said Blok X5 Kavling No. 4-9 Jakarta

12950 Telp/Fax : (021) 5279216

4. Laporan Realisasi Anggarana. Laporan Realisasi Anggaran Secara Manual Dalam rangka pemantauan pelaksanaan

anggaran satker secara tepat waktu, masing-masing satker menyampaikan laporan realisasi fisik dan keuangan sebagaimana format laporan di bawah ini :

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA162

Tabel 1Realisasi Anggaran APBN yang di Daerahkan

di Provinsi Tahun 2014

Program :Provinsi :Bulan :

No Kegiatan Alokasi VolumeRealisasi

Keuangan Fisik (%)Rupiah %

1 2 3 4 5 6 7

b. Laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistim Informasi Manajemen & Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

Satuan kerja sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (Provinsi dan Kabupaten / Kota) wajib menyampaikan laporan Realisasi Anggaran dan Neraca setelah melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya, sesuai dengan Sistim Akuntansi Instansi yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.171/PMK.05/2007 seabgaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan RI No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 163

Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor : PER-57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara / Lembaga.

Bagan 6Mekanisme Pelaporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN)

94

Bagan 6

Mekanisme Pelaporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN)

Butir 3.a. dan 3.b. setelah diisi dan dikirimkan ke :

Sekretariat Ditjen. Bina Gizi dan KIA c/q Bag. Keuangan,

Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-9 Blok X5, Jakarta Selatan 12950

Lantai 8 Blok C Ruang 813

Telp / Fax : (021) 5277211

email : [email protected]

Setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan

berikutnya.

G. Pengelolaan Barang Milik Negara Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi

Pengelolaan Barang Milik Negara sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pengelolaan Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bahwa

1. Barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi merupakan BMN.

2. BMN sebagaimana dimaksud pada butir 1 dicatat sebagai persediaan

3. BMN sebagaimana dimaksud pada butir 1 harus ditatausahakan

dalam Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara pada Aplikasi Persedsiaan.

4. Persediaan sebagaimana dimaksud pada butir 2 diserahkan oleh

Pengguna Barang kepada Pemerintahan Daerah c.q SKPD pelaksana

tugas Dekonsentrasi dengan Berita Acara Serah Terima selambat-

TINGKAT KEMENTERIAN

UNIT AKUNTANSI PENGGUNA

ANGGARAN/BARANG

( UAPA / B )

REKONSILIASI

DENGAN KPPN

TINGKAT SATKER

UNIT AKUNTANSI KUASA

PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

WILAYAH (UAKPA/B)

TINGKAT WILAYAH

UNIT AKUNTANSI PEMBANTU

PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

WILAYAH (UAPPA/B-W)

TINGKAT ESELON-I

UNIT AKUNTANSI PEMBANTU

PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

ESELON-I (UAPPA/B-E1)

ADK & Laporan

Tem

busan

Keterangan :

UAKPA/B menyampaikan Laporan secara berjenjang

UAKPA/B menyampaikan tembusan laporan langsung ke UAPPA/B E-1

Butir 3.a. dan 3.b. setelah diisi dan dikirimkan ke :Sekretariat Ditjen. Bina Gizi dan KIA c/q Bag. Keuangan, Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-9 Blok X5, Jakarta Selatan 12950 Lantai 8 Blok C Ruang 813 Telp / Fax : (021) 5277211 email : [email protected]

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA164

Setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.

G. Pengelolaan Barang Milik Negara Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi

Pengelolaan Barang Milik Negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bahwa : 1. Barang yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi

merupakan BMN. 2. BMN sebagaimana dimaksud pada butir 1 dicatat

sebagai persediaan 3. BMN sebagaimana dimaksud pada butir 1 harus

ditatausahakan dalam Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara pada Aplikasi Persedsiaan.

4. Persediaan sebagaimana dimaksud pada butir 2 diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Pemerintahan Daerah c.q SKPD pelaksana tugas Dekonsentrasi dengan Berita Acara Serah Terima selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah realisasi pengadaan barang.

5. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima, SKPD penerima Dinas Kesehatan Provinsi sebagaimana dimaksud pada butir 4 wajib menatausahakan dan melaporkan pada neraca Pemerintahan Daerah.

6. Dalam hal Kementerian/Lembaga tidak menyerahkan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak pengadaan atau SKPD tidak bersedia menerima BMN sebagaimana dimaksud pada butir 2, maka BMN yang dimaksud direklasifikasi menjadi aset tetap pada Kementerian/ Lembaga.

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 165

Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2014 dibuat untuk dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya oleh para penanggung jawab program dan pengelola keuangan di Dinas Kesehatan Provinsi.

Akhirnya dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi dari setiap penanggung jawab program dan petugas kesehatan untuk menyebarluaskan informasi Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak diperlukan untuk mendukung tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK,

ANUNG SUGIHANTONO

BAB X

PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA166

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA 167

Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Program Bina Gizi dan KIA168