judul hipertesnsi minum obat

Upload: deedii-d-santoz

Post on 14-Jul-2015

118 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI DI POLI UMUM PUSKESMAS OLAK KEMANG TAHUN 2010 A. Latar Belakang Sesuai visi misi Presiden, kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun kedepan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau terutama pada kelompok menengah kebawah guna mendukung pencapaian MDGs pada tahun 2015, dengan sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan (Depkes RI, 2010 : 29). Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan salah satunya dengan cara menurunkan jumlah penyakit degeneratif antara lain : penyakit hepatitis, penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi cukup penting untuk diketahui kita semua, karena penyakit hipertensi yang dikenal dengan Silent Killer atau pembunuh berselimut tidak menunjukkan gejala-gejala seperti penyakit lain dimana penderita merasa sakit sehingga memeriksakan diri kedokter (Siauw, 1994 : 1). WHO telah membuat kriteria bahwa seseorang dianggap menderita hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 160/95 mmHg. (Junidi, 1999 : 67). Jika nilai tekanan darah diastole berkisar antara 91-94 mmHg, ini harus diwaspadai karena berada pada ambang gawat yang bias menuju ketekanan darah yang tinggi, bila tidak segera melakukan terapi atau pemeriksaan kesehatan. Jika diastole melebihi 95 mmHg, dia sudah masuk kedalam kelompok positif penderita hipertensi (Ngafenan, 2004 : 7).

1

2 Hipertensi merupakan faktor penyebab yang terpenting pada 500.000 kasus stroke yang dilaporkan setiap tahunnya, dan 150.000 diantaranya berakhir dengan kematian. 40% diantara mereka yang sembuh memerlukan perawatan khusus sepanjang sisa hidupnya dan 10% harus dirawat secara permanen di Rumah Sakit. Kira-kira dua juta korban stroke di Amerika Serikat terganggu kemampuannya disebabkan kelumpuhan salah satu anggota tubuh akibat tekanan darah tinggi yang sangat merugikan (Diehl, 1990 : 7). Para pengamat mengatakan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (pembunuh gelap) karena penyakit ini datang secara bertahap dan sering tak bergejala, penderita akan merasakan gejala ketika penyakit ini sudah parah atau ada komplikasi (Tyambi, et al, 1998 : 54). Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Hipertensi adalah penyakit yang umum, tanpa disertai gejala khusus, dan dibiasanya dapat ditangani secara mudah. Namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang lebih parah berupa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark miokard, gagal jantung, infark serebri, gangguan fungsi ginjal tahap akhir, retinopati dan kematian dini (Sani, 2008 : 1). Pengendalian tekanan darah menjadi hal yang penting baik dari pasien yang sudah menderita hipertensi maupun pre hipertensi. Terapi farmakologis pada pasien hipertensi dapat menurunkan resiko terjadinya stroke 35-45% dan yang

mengakibatkan kematian akibat jantung koroner hingga 15-20% (Kiongdo, 1996 : 26).

3 Hipertensi dibedakan menjadi dua tahap yaitu tahap satu dan tahap dua. Diagnosis hipertensi akan dilakukan jika pasien minimal sudah dua kali dilakukan pengukuran dengan tekanan darah diatas 140/90 mmHg, penegakkan diagnosis tidak semata-mata langsung ditegakkan pada orang yang baru datang pertama kali dengan satu keluhan dan ketika diukur mempunyai tekanan darah diatas normal. Pasien jenis seperti ini akan diberi obat untuk mengatasi keluhannya dan tekanan darahnya masih diobservasi, tidak langsung diberi obat anti hipertensi (Diehl, 1990:8). Berbagai penatalaksanaan dalam mencegah penyakit hipertensi salah satunya adalah dengan melakukan pengobatan. Pasien di Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi sering menggunakan cara terapi dalam menghadapi penyakit yang mereka alami. Menurut Sarwono (2004:10) perilaku pasien terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan maupun faktor perilaku yang berasal dari dalam diri pasien seperti pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap penyakit tersebut. Seringkali pasien tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap tekanan darah tinggi. Biasanya pasien mengetahui kalau dirinya mengidap tekanan darah tinggi setelah mereka memeriksakan kesehatanya di poliklinik atau Puskesmas terdekat, atau setelah mereka dirawat dirumah sakit komplikasi dari hipertensi seperti stroke, sakit jantung, gangguan mata, dan lain-lain. Menurut Sani (2008 : 36) tentang faktor penyebab ketidakpatuhan penderita berobat penderita hipertensi adalah biaya pengobatan, hubungan pasien dengan tenaga kesehatan, tingkat pendidikan pasien yang rendah mengenai obat-obatan, tingkat pengetahuan pasien dan efek yang tidak diinginkan dari obat. Adapun penderita Hipertensi didalam Kota Jambi pada Tahun 2009 sebanyak 15.798 penderita, berikut ini adalah rincian per Puskesmas :

4

Tabel 1.1 Jumlah Pasien Hipertensi Menurut Puskesmas Kota Jambi Tahun 2009No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. . JUMLAH 15.798 523605 3,01 PUSKESMAS PUTRI AYU OLAK KEMANG PAYO SELINCAH PAAL V PAAL X PAAL MERAH I PAAL MERAH II PAKUAN BARU RAWA SARI SIMPANG KAWAT SIMPANG IV SIPIN TAHTUL YAMAN TANJUNG PINANG TALANG BAKUNG KWBUN HANDIL KONI TALANG BANJAR KENALI BESAR KEBUN KOPI AUR DURI JUMLAH PENDERITA 959 1845 387 640 899 152 446 509 1737 1635 443 809 532 1200 915 1417 556 408 599 266 JUMLAH PENDUDUK 25.000 13.580 30.500 32.000 30.500 24.500 22.834 25.000 31.902 34.191 30.000 13.673 31.469 24.159 29.000 15.294 30.985 33.205 24.300 21.513 % 3,80 13,64 1,27 2,00 2,95 0,62 1,95 2,04 5,44 4,78 1,48 5,93 1,69 4,96 3,16 9,27 1,79 1,23 2,47 1,23

Sumber

: Laporan Tahunan Dinas Kota Jambi 2009.

Pada penderita Hipertensi ada dua macam yaitu penderita yang baru mengalami Hipertensi dan penderita yang lama mengalami Hipertensi, Berikut ini jumlah penderita lama dan baru di Puskesmas Olak Kemang: Tabel 1.2 Jumlah Penderita Lama dan Penderita baru Hipertensi di Poli Umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2009No . 1. JENIS PENDERITA HIPERTENSI Baru JUMLAH PENDERITA 731 % 39,62

52. Lama JUMLAH 1114 1845 60,38 100

Sumber

: Laporan Tahunan Puskesmas Olak Kemang Jambi 2009

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada 15 orang pasien yang datang ke Puskesmas Olak Kemang dengan melakukan wawancara maka didapatkan, 8 dari 15 orang pasien kurang mengetahui tentang penyebab hipertensi, gejala-gejala serta komplikasi yang dapat terjadi bila seseorang menderita hipertensi seperti gangguan jantung 8 orang penderita, gangguan ginjal 2 orang penderita, gangguan syaraf 4 orang dan gangguan pada mata 1 orang penderita, sehingga membuat pasien jarang kontrol berobat, dan juga sikap pasien terhadap hipertensi masih negatif, mereka sering menganggap gejala hipertensi seperti sakit kepala adalah hal-hal ringan dan biasa dan mereka hanya meminum obat sakit kepala untuk mengatasinya, delapan orang yang tidak patuh berobat dan tujuh orang yang patuh berobat. Berdasarkan Laporan Rujukan Puskesmas Olak Kemang dari Bulan Januari sampai Desember Tahun 2009 bahwa penderita hipertensi banyak yang mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal, stroke, diabetes melitus. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli Umum Puskesmas Olak Kemang tahun 2010.

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya faktorfaktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli Umum Puskesmas Olak Kemang tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

6 Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli Umum Puskesmas Olak Kemang tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a.Diketahui gambaran pengetahuan, pendidikan, hubungan pasien dengan petugas kesehatan dan ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2010. b. Diketahui hubungan pengetahuan pasien hipertensi terhadap

ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2010. c.Diketahui hubungan pendidikan pasien hipertensi terhadap ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2010. d. Diketahui hubungan pasien dengan petugas kesehatan terhadap

ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi di Poli umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Olak Kemang Dapat dijadikan masukan bagi pihak Puskesmas Olak Kemang mengenai faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat pada penderita hipertensi supaya penyakit tersebut cepat sembuh. 2. Bagi Perawat Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perawat untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi. 3. Bagi Peneliti Lain

7 Dapat dijadikan acuan dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berminat melaksanakan penelitian tentang ketidakpatuhan berobat pada penderita hipertensi. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita hipertensi dipoli umum Puskesmas Olak Kemang Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan di poli umum Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi Tahun 2010 dengan menggunakan kuesioner dengan sampel sebanyak 91 orang. Adapun variabel Independen dalam penelitian ini yaitu tingkat pengetahuan, pendidikan dan hubungan pasien dengan petugas kesehatan. Sedangkan variebel dependen dalam penelitian ini adalah ketidakpatuhan berobat pada pasien hipertensi. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner atau angket dan analisa data yang menggunakan univariat. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 23 Agustus-29 September 2010.

8

F. Kerangka Teori Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori Sani (2008 : 36) tentang faktor penyebab ketidakpatuhan penderita berobat adalah biaya pengobatan, hubungan pasien dengan tenaga kesehatan, tingkat pendidikan pasien yang rendah mengenai obat-obatan, tingkat pengetahuan pasien dan efek yang tidak diinginkan dari obat. Fakto-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat dilihat pada kerangka teori dibawah ini : Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan Pendidikan Biaya pengobatan Hubungan pasien dengan tenaga kesehatan. Efek dari obat Sumber : Sani (2008 : 36) G. Kerangka Konsep Gambat 3.1 Kerangka Konsep Variabel Independent Pengetahuan Pendidikan Variabel Dependent

Ketidakpatuhan

Ketidak patuhan Berobat

9

Hubungan pasien dengan petugas kesehatan