jtptunimus gdl muchlisinn 5188 2 bab1
DESCRIPTION
JurnalTRANSCRIPT
![Page 1: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
menyeluruh. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor
penentu baik buruknya mutu dan citra institusi pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan utamanya di rumah sakit, pelayanan keperawatan
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam menentukan mutu karena
jumlah perawat terbanyak dari profesi lain dan paling lama kontak dengan
klien,sehingga keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dan
sering digunakan sebagai indikator pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
berperan dalam menentukan tingkat kepuasan klien (Priyanto, 2005). Rumah
sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
berfungsi menyediakan pelayanan paripurna, kuratif, preventif dan pelayanan
rawat jalan serta merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian biomedik (WHO, dari Gani, 1993). Salah satu faktor bentuk
kegiatan pelayanan di RS adalah pelayanan rawat inap yang membutuhkan
faktor paling penting yaitu SDM, khususnya perawat. Perawat merupakan
jumlah tenaga yang dominant yaitu 50 – 60 % dari seluruh tenaga yang ada di
RS (Gani, 1993).
![Page 2: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Seorang perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan
professional, tentu tidak terlepas dari motivasi kerja yang tinggi agar
mempunyai semangat dalam bekerja sehingga mampu meningkatkan kinerja
yang akan berdampak langsung terhadap mutu dan kepuasan klien. Manusia
dalam melakukan aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk
mengerjakan sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh
dirinya memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti
untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman, dan
sebagainya.Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti
memiliki suatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau
dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas
institusi. Tanpa adanya motivasi dari pegawai atau karyawan untuk bekerja
sama bagi kepentingan institusi maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai.Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999), motivasi adalah suatu
faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan tertentu.Sedangkan menurut Suyanto (2008), Motivasi kerja adalah
dorongan dan keinginan sehingga staff melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Terminologi umum tentang motivasi kerja yang memberikan makna
daya dorong, keinginan, kebutuhan dan kemauan maka dimensi motivasi kerja
personel dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti pengakuan, tanggung jawab
dan pengembangan diri yang dikategorikan sebagai faktor motivasi.
![Page 3: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Sedangkan faktor ekstrinsik seperti kebijaksanaan, hubungan antar pribadi dan
situasi kerja dikategorikan sebagai faktor ketahanan/penyehat (Suyanto, 2008).
Menurut Witemore dalam Coaching for performance (1997), kinerja
adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang atau perbuatan,
suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan. Kinerja merupakan suatu
kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk
mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi
yang diemban suatu organisasi atau instansi serta mengetahui dampak positif
dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993) mengemukakan
pendapatnya bahwa individu memiliki kinerja yang tinggi memiliki
karakteristik, yaitu diantaranya a). berorientasi pada prestasi, b). memiliki
percaya diri, c). berpengendalian diri, d). kompetisi.
Seorang perawat sebagai pegawai/karyawan yang bekerja disebuah
instansi baik di instansi swasta atau pemerintah, tentunya berharap akan
memperoleh penghasilan atau imbalan yang cukup guna memenuhi
kebutuhannya yang paling mendasar atau primer yaiti kebutuhan fisiologis
seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan perumahan maupun untuk
berprestasi, afiliasi kekuatan atau aktualisasi diri. Menurut Lawler (1977), dari
hasil – hasil penelitian menunjukan bahwa imbalan organisasi atau institusi
mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan keanggotaan pegawai
untuk bergabung atau tidak dalam organisasi. Perilaku seperti ini dapat
dijelaskan karena tingginya tingkat imbalan akan mempertinggi tingkat
kepuasan dan motivasi pegawai dalam bekerja.Berdasarkan Peraturan
![Page 4: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Pemerintah No. 3 Tahun 1996, imbalan mencakup semua pengeluaran yang
dikeluarkan oleh perusahaan/instansi untuk pegawainya dan diterima atau
dinikmati oleh pekerja/karyawan baik secara langsung, rutin atau tidak
langsung. Insatansi atau perusahaan dalam memberikan imbalan kepada
karyawan seyogyanya dapat memberi imbalan yang layak, adil sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan pengamatan peneliti dibeberapa daerah di Jawa Tengah,
masih banyak institusi kesehatan baik RS, puskesmas maupun institusi
kesehatan swasta lainnya yang memberikan suatu imbalan yang “ jauh dari
cukup “ untuk kesejahteraan perawat. Sungguh ironi dimana perawat adalah
seorang tenaga professional di bidangnya tapi masih kurang di hargai dalam
masalah imbalan. Hal ini mungkin dikarenakan belum ada undang- undang
yang yang mengatur tentang standar gaji atau imbalan untuk tenaga
keperawatan. Berbeda dengan buruh pabrik yang mempunyai standart upah
lewat UMK atau UMR-nya. Mungkin ini yang menjadi salah satu penyebab
mengapa kinerja perawat di Indonesia masih rendah. Beberapa penelitian
tentang kinerja perawat diantaranya di Instalasi rawat inap Rs Dr. Achmad
Moechtar Bukittinggi pada tahun 2005 menunjukan masih rendahnya kinerja
perawat yaitu 58,26 %(Hasnita 2005), di RSUD Dr. H. Chasan Boesoiri
Ternate hasil penelitian menunjukan mayoritas perawat pelaksana mempunyai
kinerja kurang baik yaitu 81,4 % (Pandawa 2008), di RSUD Kabupaten
Buleleng Bali mayoriatas kinerja perawat juga masih rendah yaitu 50,2 %
(Dewi, 2005).
![Page 5: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/5.jpg)
5
Rumah Sakit Daerah Sunan Kalijaga Demak yang terletak di jalan Sultan
Fatah no 669 Demak, dengan tipe RS adalah tipe C yang mempunyai berbagai
kelas perawatan yaitu kelas VIP, I, II, III serta kelas perawatan untuk pasien
Jamkesmas, hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui
tehnik wawancara masih ditemukan perawat dengan imbalan sebesar Rp.
300.000,00 yang di bayarkan oleh manajemen RS melalui dana APBD. Selain
memperoleh gaji tiap bulan dari RS, perawat juga memperoleh isentif yang
besarnya tidak sama untuk setiap ruang perawatan tergantung dari banyaknya
jumlah pasien atau banyaknya tindakan keperawatn yang dilakukan oleh
perawat. Namun sayangnya, uang isentif itu belum dapat diberikan secara
teratur tiap bulan. Hal ini banyak dikeluhkan oleh perawat. Menurut hemat
peneliti, bagaimana mungkin dengan imbalan sebesar itu perawat dapat
termotivasi untuk bekerja lebih baik bila untuk memenuhi kebutuhan perbulan
saja masih jauh dari cukup. Hal ini menjadi bukti bahwa masih sangat kurang
perhatian pemerintah atau pihak manajemen RS yang tidak menghargai
kinerja perawat. Dampak dari motivasi kerja yang rendah, masih banyak
perawat yang bekerja datang terlambat yaitu sekitar 15 – 30 menit dari standar
waktu yang telah ditetapkan. Hal ini dapat menjadi suatu alasan menurunnya
motivasi kerja perawat yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya
kinerja perawat. Bertolak dari beberapa hal diatas inilah yang menjadi alasan
peneliti untuk meneliti sejauh mana motivasi kerja perawat di RSU Demak
dalam melayani kebutuhan klien sehingga berdampak pada kinerja perawat,
yang secara tidak langsung juga mempengaruhi tingkat kepuasan klien.
![Page 6: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/6.jpg)
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan secara paripurna adalah besarnya imbalan, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan
antara imbalan jasa terhadap kinerja perawat pelaksana di RSD Sunan
Kalijaga Demak ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara imbalan jasa terhadap kinerja perawat pelaksana di RSD
Sunan Kali jaga Demak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :
a. Mendeskripsikan imbalan jasa di RSD Sunan Kalijaga Demak.
b. Mendeskripsikan kinerja perawat pelaksana di RSD Sunan Kalijaga
Demak.
c. Menganalisis hubungan antara imbalan jasa terhadap kinerja perawat
pelaksana di RSD Sunan Kalijaga Demak.
![Page 7: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/7.jpg)
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit
a. Memberikan masukan kepada manajemen rumah sakit tentang
pentingnya memberikan imbalan jasa yang lebih baik kepada perawat
agar tercipta motivasi kerja yang tinggi sehingga berdampak pada
kinerja dan meningkatnya kepuasan klien.
b. Memberikan hasil data kepada RS seberapa baik kinerja perawat
pelaksana di RSD Sunan Kalijaga Demak terkait dengan imbalan jasa
yang telah diberikan oleh manajemen RS.
2. Komunitas Perawat
a. Memberikan informasi tentang pentingnya kinerja perawat terhadap
meningkatnya kepuasan klien sehingga berdampak pada meningkatnya
kunjungan klien ke RS.
b. Memberikan sebuah pengetahuan bahwa ada korelasi antara kinerja
yang baik terhadap meningkatnya kunjungan klien sehingga
berdampak pada meningkatnya pendapatan RS dan kesejahteraan
perawat.
3. Peneliti dan Penelitian Selanjutnya
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang ilmu manajemen
keperawatan utamanya mengenai pentingnya hubungan antara imbalan
jasa terhadap kinerja perawat pelaksana.
b. Bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
![Page 8: Jtptunimus Gdl Muchlisinn 5188 2 Bab1](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022110319/563dbb4b550346aa9aabf0cd/html5/thumbnails/8.jpg)
8
E. Lingkup Penelitian
Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Manajemen
Keperawatan, dimana penelitian ini dilakukan di RSUD Sunan Kalijaga
Demak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
imbalan jasa terhadap kinerja perawat pelaksana di RSUD Sunan Kalijaga
Demak.