journal psikiatri
DESCRIPTION
jurnal jiwaTRANSCRIPT
-
Jalur Perawatan Kesehatan Mental di Bangladesh, India, Jepang, Mongolia, dan Nepal
Abstrak
Pendahuluan: Seiring dengan sistem kesehatan mental yang masih berkembang di banyak
negara Asia, pengetahuan tentang jalur perawatan kesehatan mental di benua ini sangatlah
penting. Tujuan: Untuk menjelaskan jalur perawatan kesehatan mental di 5 negara Asia. Metode:
Sebanyak 50 subjek yang menghadiri setiap institusi diwawancarai. Hasil wawancara tersebut
kemudian dibandingkan dengan diagram perkembangan, pola dan durasi pencarian pelayanan,
dan perawatan sebelumnya. Hasil: Empat jalur utama yang dijadikan akses langsung diarahkan
dari dokter umum, rumah sakit umum, dan penyembuh tradisional atau orang pintar. Dokter
umum tidak memiliki peran banyak di daerah-daerah ini, sedangkan penyembuh tradisional lebih
di utamakan kecuali di Yokohama, Jepang. Keluarga berperan sangat penting untuk perawatan
seorang penderita gangguan kesehatan mental. Kesimpulan: Studi terhadap jalur perawatan
kesehatan mental membuahkan hasil yang dapat digunakan bagi organisasi dan pihak yang
membutuhkan.
Kata Kunci: Bangladesh, Mencari Bantuan, India, Jepang, Mongolia, Nepal, Jalur, Psikiatri
Pendahuluan
Studi jalur adalah metode yang cepat, berguna, dan tidak memakan biaya besar untuk
menguak individu-individu yang membutuhkan pertolongan terhadap masalah kesehatan mental
meteka. Studi pertama dilakukan pada tahun 1988 dengan metode yang sama dan telah dilakukan
di banyak negara. Studi ini menunjukkan bahwa jalur perawatan kesehatan mental dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain konvensi yang mengatur sistem rujukan, hubungan antar
perawatan-perawatan kesehatan mental yang ada, dan tersedia atau tidaknya agensi perawatan
kesehatan mental.
Hasil dari studi jalur telah digunakan untuk berbagai tujuan, seperti strategi pengembangan
untuk mengintegrasikan perawatan kesehatan mental kedalam perawatan kesehatan primer dan
menguak sumber potensial yang menghambat penderita untuk dirawat. Studi ini sangat berguna
untuk merencanakan pelayanan kesehatan mental, menyediakan pelatihan, dan membangun
sistem rujukan yang efektif terhadap sektor pelayanan kesehatan yang lain.
Sistem kesehatan mental di negara negara Asia sedang berkembang dengan pesat. Sehingga
-
penelusuran jalur perawatan kesehatan mental di benua ini akan sangat membantu organisasi
pelayanan kesehatan mental. Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan jalur perawatan
kesehatan mental pada 5 negara di Asia dan perbedaan tiap 5 negara tersebut.
Metode
Studi ini diadopsi dari metodologi penelitian WHO. Metodologi ini ditunjukkan sangat
berguna dalam lingkungan dengan adat yang beraneka ragam dan telah dicoba di Eropa Timur.
Metode studi jalur WHO ini dilakukan dengan cara mempersiapkan bahan interview untuk di
terjemahkan ke bahasa lokal pada setiap pusat (Bengali di Dhaka, Tamil di Vellore, Jepang di
Yokohama, Mongolia di Ulaanbaatar, dan Nepal di Kathmandu. Kemudian, pada setiap pusat
para psikiater akan melakukan interview pada setiap subjek lalu para psikiater dari tiap pusat
akan mendiskusikan hasil interview dengan satu sama lain via email.
Studi menggunakan data dari satu kota tiap negara (Tabel 1). Setiap pusat pada tiap negara
merepresentasikan pelayanan kesehatan mental di dalam negara tersebut. Studi di Yokohama
dilaksanakan dari November 2004 hingga Februari 2005 dengan kerjasama Japan Young
psychiatrics Organization (JYPO), sedangkan selebihnya dilakukan dari September 2007 hingga
May 2008.
Pada tiap pusat, kesehatan mental akan dinilai berdasarkan regional pedesaan dan
perkotaan. Rata-rata keadaan pelayanan psikiatri pada lima kota pusat ini kurang memadai,
kecuali jepang yang memiliki pelayanan kesehatan mental terbesar di dunia.
Berdasarkan studi yang pernah dilakukan di Eropa Timur sebelumnya, subjek kemudian juga
akan dinilai berdasarkan subjek yang pernah memperoleh perawatan kesehatan mental
sebelumnya dengan subjek yang belum pernah memperoleh perawatan kesehatan mental. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh hasil analisis yang memadai.
Pada studi ini, peneliti juga mendata latar belakang demografi subjek, pihak yang pernah
melakukan perawatan sebelumnya terhadap subjek, masalah yang pernah dialami pada
perawatan sebelumnya, jenis perawatan yang pernah diberikan dan lamanya perawatan
dilakukan. Diagnosa akan dibuat berdasarkan klasifikasi penyakit internasional WHO (ICD-10)
-
Tabel I. Pusat dan Area Peserta
Kota Kebangsaan Pusat Populasi
Jumlah Layanan
Psikiatri (per 10.000 jiwa)
Jumlah Psikiater (per 100.000 jiwa)
Dhaka Bangladesh Dhaka Medical
College Hospital
15000 1.67 0.5
Vellore India
Christian Medical College Hospital
3483 0.35 0.9
Yokohama Jepang Yokohama City
University Hospital
3646 16 8
Ulaanbaatar Mongolia National Center of
Mental Health 1034 4.47 0.8
Kathmandu Nepal Norvic
International Hospital
4000 0.38 0.75
*Angka merepresentasikan jumlah pada setiap kota, bukan keseluruhan negara
Diagram jalur telah digambarkan untuk tiap pusat yang menunjukkan jalur rujukan yang
diambil oleh tiap subjek pada tiap pusat. Diagram telah mencatat presentase dari subjek di tiap
jalur. Terdapat tiga step interval waktu pada peta jalur. Step pertama interval waktu antara gejala
awal hingga pemberian perawatan pertama kali. Step kedua adalah interval waktu antara
pemberian perawatan pertama kali hingga kedatangan pelayanan psikiatrik. Step ketiga adalah
intrrval waktu antara gejala awal hingga kedatangan pelayanan psikiatrik. Tiga interval waktu ini
akan dibandingkan antar tiap pusat, tiap jenis diagnosa, dan tiap jenis perawatan pertama.
Setiap langkah dalam studi telah disetujui oleh komite etika pada setiap lokasi dan telah
memenuhi standar etika pada deklarasi helsinki tahun 1964
Analisis Statistika
Analisis statistik yang digunakan untuk perbandingan umur subjek adalah t test. Sedangkan
data kategori menggunakan % test. Hasil median pada variabel yang berkelanjutan (seperti
durasi masalah) digunakan untuk hasil representatif, dikarenakan data yang tidak rata. Mann-
Whitney U test dan analisis keragaman satu arah Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisa
-
perbedaan pada tiap grup. Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan JMP versi 7.0
pada Windows.
Hasil
Semua subjek yang dilibatkan menyutujui penelitian yang dilakukan. Data dari 50 subjek
yang menghadiri setiap pusat telah dianalisa. Satu subjek di Yokohama dikeluarkan karena data
yang tidak lengkap.
Latar Belakang Sosial-ekonomi dan Data Biografis
Latar belakang Sosial-ekonomi dan diagnosa subjek tampak pada tabel 2. Terdapat 3
kelompok perkerjaan terbesar yaitu ibu rumah tangga (25,6%), pengangguran (23,3%), dan
pelajar (18,6%). Keinginan untuk mencari pertolongan awalnya kebanyakan datang dari
dorongan sanak keluarga, orang terdekat, ataupun diri sendiri. Sebanyak 66% hingga 87% subjek
memiliki kasus yang sama pada tiap pusat. Setelah dibandingkan, sangat sedikit penderita
penyakit psikotik (5.1%) yang memutuskan untuk mencari pertolongan sendiri apabila
dibadingkan dengan penderita gangguan mood (34.5%. P
-
F4 16 12 17 12 27 F5 1 2 1 0 0 F6 2 0 0 0 1 F7 0 0 0 1 0 F9 1 0 0 0 0 Lain-lain 0 2 7 0 0 aTidak ada data untuk 3 subjek di Yokohama dan 2 subjek di kathmandu
bTidak ada data untuk 31 subjek di Ulaanbaatar
cTidak ada data untuk 6 subjek di Yokohama
dF0, organik, termasuk gangguan mental simptomatik; F1, gangguan mental dan tingkah laku karena
pemakaian substansi psikoaktif, F2, Skizofrenia, Skizotypal, dan gangguan delusional, F3, gangguan
suasana hati; F4, neurotic, berhubungan dengan stress, dan gangguan somatoform; F5, sindrom tingkah
laku dengan gangguan psikologis dan faktor fisik; F6, gangguan pada personality dan tingkah laku
dewasa; F7, keterbelakangan mental; F9, gangguan tingkah laku dan emosi, permulaannya biasanya
terjadi pada masa kanak kanak dan dewasa.
Neurotik, stress, dan gangguan neurotic somatoform (gangguan neurotic; F4) adalah
diagnosa yang paling banyak, yaitu mencapai 33,7%. Selanjutnya diikuti oleh gangguan suasana
hati atau mood (F3) 23,7% dan skizofrenia, skizotypal, serta gangguan delusi (gangguan
psikotik; F2) sebanyak 16,9%
Diagram Jalur
Diagram jalur ditampilkan pada gambar 1. Sebagian kecil perawat dikeluarkan pada
beberapa wilayah (seperti pusat kesehatan masyarakat di Dhaka dan Kathmandu). Pemberi
perawatan pertama yang paling diutamakan adalah pelayanan psikiatri (rujukan langsung,
29,3%), lalu diikuti oleh praktisi swasta (28,5%), dan rumah sakit umum (19,3%). Terakhir
diikuti oleh penyembuh tradisional atau pengobatan alternative yaitu 12,9% dari kasus yang ada
(8% hingga 22% dari perawatan pertama di 4 wilayah selain Yokohama).
Gambar 1. Diagram Jalur Pada 5 wilayah
Setiap angka mewakili persentasi subjek pada setiap step
DHAKA VELLORE
-
YOKOHAMA ULAANBAATAR
KATHMANDU
Perawatan pertama subjek pada setiap pusat beragam (P
-
Distribusi Perawatan Pertama Berdasarkan Kelompok Diagnosa
Secara garis besar, subjek dengan gangguan psikotil lebih memilih pengobatan
alternative sebagai perawatan pertama. Lalu penderita neurotic atau gangguan mood di Dhaka,
Vellore, dan Kathmandu lebih sering mengunjungi praktisi swasta. Sedangkan subjek di
Yokohama dan di Ulaanbaatar lebih memilih jalur langsung. Perbedaan signifikan sangat terlihat
jelas pada penderita gangguan mood (P
-
Kathamandu 27 0 5 10 6 6 Total 84 21 15 26 11 11 aDaerah dengan 9 subjek pada setiap kategori terdapat pada tabel bF0, organik, termasuk gangguan mental simptomatik; F1, gangguan mental dan tingkah laku karena
pemakaian substansi psikoaktif, F2, Skizofrenia, Skizotypal, dan gangguan delusional, F3, gangguan
suasana hati; F4, neurotic, berhubungan dengan stress, dan gangguan somatoform
Secara umum, durasi pada step 1 hampir sama atau sedikit lebih lama dari durasi pada
step 2 pada setiap kelompok diagnosa. Kecuali Dhaka, dimana step 1 nya berdurasi lebih singkat
dari step 2 untuk pasien dengan gangguan psikotik, mood, atau kegelisahan.
Pasien dengan gangguan psikotik mengalami perlambatan yang lebih lama dibanding
pasien dengan gangguan organic (P
-
Pembahasan
Studi ini merupakan penelitian kolaboratif internasional mengenai jalur perawatan
kesehatan mental yang dilakukan ketiga kalinya. Hal ini sangat menarik karena hingga saat inin
peran pelayanan kesehatan mental tidak terlalu diprioritaskan oleh masyarakat. Masyarakat
cendrung memilik pengobatan alternative sebagai langkah awal mereka untuk mengobati
gangguan mental. Di Dhaka 44% subjek lebih memilih praktisi swasta dan hanya 28% yang
memilih pelayanan psikiatri setelah mendatangi praktisi swasta tersebut. Pada studi yang pernah
dilakukan di Eropa Barat yang memiliki psikiater dengan jumlah 3per 100.000 populasi,
masyarakat lebih memprioritaskan pelayanan psikiatri . Bahkan rata-rata masyarakat mendatangi
pelayanan psikiatri secara langsung tanpa perlu dirujuk terlebih dahulu.
Di daerah seperti Asia dan Afrika masih memiliki kepercayaan yang kuat terhadap
pengobatan alternatif atau semacamnya. Hal ini makin didukung oleh jumlah psikiater yang
hanya berjumlah 1 atau bahkan kurang per 100.000 populasinya. Sehingga menyebabkan
gagalnya fungsi pelayanan psikiatri sebagai pengendali kesehatan mental masyarakat. Lebih
diandalkannya pengobatan alternative sebagai jalan keluar menyebabkan lebih lamanya
perlambatan yang terjadi di jalur perawatan kesehatan mental. Meskipun pada Bungalore, India
dan Harane, Zimbabwe perlambatan tidak dilaporkan terjadi. Hal ini pun terjadi karena di India
dan Zimbabwe para penyembuh tradisional telah diberikan edukasi yang sesuai dan tidak
menyimpang seprti pada daerah yang lain.
Pada penelitian ini, subjek yang menderita gangguan psikotik mengalami durasi
pelayanan psikiatri yang lebih lama dari penderita gangguan mental lainnya. Pada penelitian
sebelumnya perlambatan pada pengobatan penderita gangguan psikotik lebih singkat. Subjek
yang menderita gangguan psikotik rata-rata lebih memilih perawatan dengan pengobatan
tradisional. Namun tren ini tidak bisa menjelaskan mengapa bisa terjadi perlambatan. Karena
oenundaan terlama terjadi diantara awal gejala dan perawatan pertama, sehingga terdapat
kemungkinan; stigma yang terkait dengan gangguan psikotik, toleransi masyarakat yang lebih
besar, dan peremehan terhadap penyakit tersebut. Bagaimanapun juga jurangnya pengetahuan
tentang kesehatan mental dapat menjadi penyebab utama perlambatan pengobatan pada subjek di
penelitian ini dan edukasi komunitas mungkin memegang kunci utama untuk menyelesaikan
permasalahan ini.
-
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, meskipun awalnya 50subjek
yang tersedia dirasa memadai untuk mewakili keseluruhan jalur di tipa negara, jumlah ini
mungkin tidak cukup memadai untuk mewakili tiap kelompok diagnose. Kedua, Meskipun
rumah sakit yang berpartisipasi merupakan penyedia layanan kesehatan utama di daerahnya, ada
kemungkinan terjadi perbedaan keadaan di wilayah lain pada negara tersebut. Sehingga hasil
yang diharapkan dapat digunakan untuk mewakili satu negara menjadi tidak terlalu akurat.
Ketiga, tidak dikumpulkannya informasi dari subjek yang tidak dirujuk untuk oleh institusi yang
berpartisipasi. Untuk mengatasinya, dilakukan pemeriksaan terhadap organisasi kesehatan
mental dan sejenisnya. Keempat, informasi dari internet dan media sangat berpengaruh saat ini,
namun kami tidak memperoleh banyak informasi dari penelitian ini. Sudut pandang ini dapat
diperhatikan oleh peneliti selanjutnya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan partnership of young psychiatrists in Asia.
Nagara yang dipilih tidak berdasarkan hal apapun. Penelitian ini diharapkan membuka peluang
untuk menyokong perkembangan program kesehatan mental dan pelayannya di tiap negara.
Catatan Penulis
Penelitian ini telah dirancang dan direncanakan oleh JYPO di program fellowship dalam
meeting regional WPA di Seoul, Korea, 2007. Psikiater-psikiater muda dari Bangladesh, India,
Mongolis, dan Nepal berpartisipasi dalam program organisasi psikiater muda di Asia.