journal kesehatan

26
ANALISIS KEBERHASILAN IBU-IBU BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARAS KOTA PARIAMAN TAHUN 2012 Oleh : Nelda Amir ABSTRAK Menurut profil kesehatan propinsi Sumatera Barat cakupan pemberian ASI Eksklusif Tahun 2010 adalah 54,61 %, untuk kota Pariaman berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Pariaman capaian ASI Eksklusif Tahun 2011 adalah 69,41 % dan capaian Puskesmas Naras Tahun 2011 yaitu 69 %, hal tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 67 %. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman ibu-ibu bekerja yang berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Naras kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, desain penelitiannya adalah deskriptif untuk melihat gambaran keberhasilan ibu-ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif, subjek dalam penelitian ini sebanyak 10 orang yaitu 5 orang adalah staf/pegawai di Puskesmas Naras, 5 orang lagi di luar staf/pegawai Puskesmas Naras dengan pekerjaan sebagai guru, jualan, tani, dan perangkat desa. Hasil penelitian adalah yang menjadi faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja salah satunya yaitu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif dimana sebagian besar subjek ketika ditanya pengetahuan tentang ASI Eksklusif mereka mengetahui pengertian ASI Eksklusif, kolostrum, manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja adalah pengetahuan dan pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif, motivasi yang kuat, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan promosi dan penyuluhan kepada masyarakat agar ASI Eksklusif berhasil, dan bagi kantor tempat ibu bekerja agar menyediakan ruangan khusus laktasi. Daftar bacaan: 26 (1992-2012) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Upload: anakbisa

Post on 16-Feb-2015

311 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

journal kesehatan tentang ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif

TRANSCRIPT

Page 1: Journal kesehatan

ANALISIS KEBERHASILAN IBU-IBU BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARAS

KOTA PARIAMAN TAHUN 2012

Oleh : Nelda Amir

ABSTRAK

Menurut profil kesehatan propinsi Sumatera Barat cakupan pemberian ASI Eksklusif Tahun 2010 adalah 54,61 %, untuk kota Pariaman berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Pariaman capaian ASI Eksklusif Tahun 2011 adalah 69,41 % dan capaian Puskesmas Naras Tahun 2011 yaitu 69 %, hal tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 67 %. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman ibu-ibu bekerja yang berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Naras kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, desain penelitiannya adalah deskriptif untuk melihat gambaran keberhasilan ibu-ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif, subjek dalam penelitian ini sebanyak 10 orang yaitu 5 orang adalah staf/pegawai di Puskesmas Naras, 5 orang lagi di luar staf/pegawai Puskesmas Naras dengan pekerjaan sebagai guru, jualan, tani, dan perangkat desa.

Hasil penelitian adalah yang menjadi faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja salah satunya yaitu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif dimana sebagian besar subjek ketika ditanya pengetahuan tentang ASI Eksklusif mereka mengetahui pengertian ASI Eksklusif, kolostrum, manfaat ASI bagi bayi dan ibu.

Faktor pendorong keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu bekerja adalah pengetahuan dan pendidikan yang tinggi tentang ASI Eksklusif, motivasi yang kuat, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. Bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan promosi dan penyuluhan kepada masyarakat agar ASI Eksklusif berhasil, dan bagi kantor tempat ibu bekerja agar menyediakan ruangan khusus laktasi.

Daftar bacaan: 26 (1992-2012)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi akan mendapat zat-zat gizi

yang penting dan perlindungan dari

berbagai penyakit dengan pemberian ASI

pada satu jam pertama kelahirannya,

untuk itu Inisiasi Dini menjadi tema

“Pekan ASI se-Dunia”, sesuai dengan

ketetapan yang dikeluarkan oleh Asosiasi

ASI Dunia. (Sutjiningsih dalam Sumami.

2008)

Faktor keberhasilan dalam

menyusui adalah dengan menyusui

secara dini dengan posisi yang benar,

teratur dan eksklusif, oleh karena itu

salah satu yang perlu mendapat perhatian

adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat

tetap memberikan ASI kepada bayinya

secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan

dan dapat dilanjutkan sampai anak

berumur 2 (dua) tahun. Sehubungan

dengan hal tersebut telah ditetapkan

Kepmenkes RI No.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 2: Journal kesehatan

450/MENKES/IV/2004 tentang

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif pada bayi Indonesia. Program

Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI)

khususnya ASI eksklusif mempunyai

dampak yang luas terhadap status gizi ibu

dan bayi. (Pusat Kesehatan Kerja Depkes

RI. 2011)

Berdasarkan data Susenas

(Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun

2010, terdapat 33,6 persen bayi umur 0-6

bulan yang mendapatkan ASI eksklusif

dan data Riskesdas (2010) menunjukkan

15,3 persen bayi umur kurang dari 6

bulan yang mendapat ASI eksklusif.

Menurut profil kesehatan propinsi

Sumatera Barat cakupan pemberian ASI

Eksklusif Tahun 2010 adalah 54,61 %,

untuk kota Pariaman berdasarkan profil

Dinas Kesehatan Kota Pariaman capaian

ASI Eksklusif Tahun 2011 adalah 69,41

% dan capaian Puskesmas Naras Tahun

2011 yaitu 69 %, hal tersebut sudah

mencapai target yang ditetapkan yaitu

sebesar 67 %. (DinKes Kota Pariaman

profil kes. 2011)

Berdasarkan survey awal yang

dilakukan terhadap subjek penelitian

untuk melihat pengetahuan, motivasi,

dukungan tenaga kesehatan dan

dukungan keluarga terhadap pemberian

ASI Eksklusif melalui kuesioner, pada

umumnya ibu-ibu bekerja mengetahui

dan termotivasi untuk memberikan ASI

Eksklusif, dari dukungan tenaga

kesehatan saat ini sudah cukup baik

untuk peningkatan pencapaian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Naras seperti kegiatan konseling ASI,

sedangkan dari dukungan keluarga

banyak yang tidak paham mengenai

manfaat ASI Eksklusif sehingga

dukungan yang diberikan kepada ibu

masih kurang.

Sebenarnya bekerja bukan alasan

untuk menghentikan pemberian ASI

secara Eksklusif sampai 6 bulan,

meskipun cuti hamil hanya 3 bulan

(Roesli, 2007). Pada pekan ASI sedunia

(1993) tema peringatannya adalah

Mother Friendly Workplace atau tempat

kerja sayang bayi menunjukkan bahwa

adanya perhatian dunia terhadap peran

ganda ibu menyusui dan bekerja. Untuk

itu diperlukan dukungan dari pihak

manajemen, lingkungan kerja dan

pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

(Depkes RI. 2007)

Memberikan ASI Eksklusif tidak

hanya menguntungkan bayi tetapi juga

bagi tempat ibu bekerja, hal ini didukung

oleh bukti ilmiah bahwa yang diberikan

ASI Eksklusif akan lebih sehat, sehingga

ibu jarang meninggalkan pekerjaanya.

Hasil penelitian Cohen, dkk (1995) di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa ibu

bayi dengan pemberian ASI Eksklusif

lebih jarang absen bekerja (25%)

dibandingkan ibu dengan pemberian susu

formula kepada bayinya (75%).

Penelitian Auerbach, dkk (1984)

terhadap 567 ibu bekerja menunjukkan

bahwa ibu yang memberikan ASI

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 3: Journal kesehatan

Eksklusif mempunyai prestasi kerja.

(Kristiyansari. 2009)

Berdasarkan uraian di atas

penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Analisis Keberhasilan

Ibu-ibu Bekerja dalam Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota

Pariaman Tahun 2012. Semoga dengan

adanya penelitian ini diharapkan bisa

menjadi dorongan dan semangat bagi

semua ibu bekerja untuk tetap

memberikan ASI Ekslusif kepada

bayinya dan tidak menjadikan pekerjaan

sebagai alasan untuk tidak memberikan

ASI Ekslusif.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka

tujuan umum penelitian ini adalah untuk

menggali pengalaman ibu-ibu bekerja yang

berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif.

Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk

mengetahui faktor pendorong ibu-ibu bekerja

yang berhasil dalam pemberian ASI

Eksklusif, faktor penghambat ibu-ibu bekerja

yang berhasil dalam pemberian ASI

Eksklusif, kiat mengatasi kesulitan oleh ibu-

ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota

Pariaman Tahun 2012.

METODOLOGI PENELITIAN

1.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif, desain

penelitiannya adalah deskriptif untuk

melihat gambaran keberhasilan ibu-ibu

bekerja dalam pemberian ASI eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota

Pariaman Tahun 2012.

1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Naras Kecamatan

Pariaman Utara Kota Pariaman

Sumatera Barat. Penelitian dilakukan

pada Bulan November - Desember 2012.

1.5 Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi penelitian adalah ibu-

ibu yang bekerja di luar rumah dan

meninggalkan anak lebih dari 6 jam,

mempunyai anak umur 6-24 bulan yang

berhasil ASI Eksklusif, berdomisili dan

bekerja di wilayah kerja Puskesmas

Naras Kecamatan Pariaman Utara Kota

Pariaman pada Tahun 2012.

Pengambilan subjek

menggunakan metode purposive

sampling, yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, yaitu berdasarkan ciri

atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya, yaitu sebanyak

10 orang subjek.

Kriteria subjek penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Ibu-ibu yang bekerja di luar rumah

lebih dari 6 jam.

2. Berdomisili dan bekerja di wilayah

kerja Puskesmas Naras.

3. Ibu yang mempunyai anak umur 6-

24 bulan.

4. Bayi tidak memiliki kelainan atau

cacat bawaan.

5. Bersedia diwawancarai.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 4: Journal kesehatan

6. Mudah berkomunikasi.

Sedangkan informan yang

diwawancarai sebagai crosscheck adalah

orang-orang yang terlibat dalam

pengasuhan dan perawatan bayi,

meliputi keluarga (suami, ibu, ibu

mertua, kakak, adik) dan pengasuh.

Adapun kriteria informan sebagai

crosscheck adalah sebagai berikut:

1. Bersedia diwawancarai.

2. Mudah berkomunikasi.

Informan dari tenaga kesehatan

adalah 3 orang bidan desa dan 1 orang

pimpinan Puskesmas Naras.

1.6 Metode Pengumpulan Data

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara semi terstruktur,

wawancara ini termasuk dalam

kategori indeep interview.

Pelaksanaannya lebih bebas

dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Pewawancara membawa

panduan pertanyaan lengkap dan

terperinci sesuai dengan objek

penelitian.

b. Pengamatan (Observasi)

Observasi yang digunakan adalah

observasi partisipatif yang tergolong

partisipasi partiil atau sebagian

dimana peneliti mengambil bagian

pada kegiatan tertentu saja yang

berkaitan dengan topik. Yaitu

kegiatan memerah ASI oleh ibu di

kantor dan observasi di rumah subjek

ketika bayi diasuh oleh keluarga atau

pengasuh.

c. Dokumentasi

Merupakan cara pengumpulan data

dengan pengumpulan catatan

peristiwa yang telah lalu, baik

berbentuk tulisan ataupun gambar.

1.7 Instrumen Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan

tersimpan dan terekam dengan jelas,

peneliti harus memiliki bukti bahwa

telah melakukan penelitian kepada

sumber data, maka dalam penelitian ini

diperlukan bantuan alat-alat pengumpul

data sebagai berikut :

a. Pedoman wawancara yaitu

sekumpulan pertanyaan yang

berhubungan dengan objek

penelitian.

b. Buku catatan yaitu buku yang

digunakan untuk mencatat semua

percakapan dengan nara sumber

(informan) yang diringkas dalam

suatu matriks.

c. Tape recorder, berfungsi untuk

merekam semua percakapan atau

pembicaraan dengan informan

sehubungan dengan objek penelitian.

d. Kamera, berfungsi memotret objek

penelitian sebagai bukti penelitian

Pedoman observasi yaitu daftar

pernyataan yang menggambarkan

kondisi objek yang diobservasi

berupa tabel checklist.

1.8 Pengolahan dan Analisa Data

Sesudah dilakukan wawancara

mendalam, peneliti menyususn kembali

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 5: Journal kesehatan

catatan-catatan atau membuat transkrip.

Kemudian data akan dikembangkan

dengan cara melengkapinya dengan

informasi yang diperoleh dari rekaman.

Setelah itu dilakukan pengaturan data,

melakukan koding atau pengkodean data,

lalu meringkas data dengan

menggunakan matriks dan

menginterpretasikan data serta menarik

kesimpulan. Analisa data dilakukan

dengan analisa isi (content analisys).

Pengolahan dan analisis data pada studi

kualitatif bersifat sinambung, simultan

dan saling memperkaya hubungan

timbale balik antara pengolahan dan

analisis data memungkinkan terwujudnya

hasil penelitian yang lebih dalam dan

lebih kaya. Transkrip adalah bahan dasar

bagi pengolahan dan anlisis data.

Analisis data dalam penelitian ini

adalah dengan mengikuti langkah-

langkah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Hasil catatan lapangan dari

jawaban subjek

b. Transkrip

c. Mengatur data yang

diperoleh

d. Koding

e. Meringkas dengan matriks

f. Kesimpulan

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 4.2

Karakteristik Informan Ibu Menyusui

No Kriteria Nama Kode Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir

1 Staf/pegawai Puskesmas Naras

LF R1 27 tahun PNS (SKM) S12 OV R2 28 tahun PNS (Dokter) S13 LA R3 29 tahun PNS (S.

Keperawatan)S1

4 BW R4 29 tahun PNS (SKM) S15 ND R5 30 tahun PNS (Rekam

Medik)DIII

6 Luar staf/pegawai Puskesmas Naras

NY R6 26 tahun Jualan SMA

7 ML R7 35 tahun Tani SMP8 DN R8 30 tahun Jualan SMP9 DT R9 38 tahun Kaur desa +

kaderSMA

10 NE R10 38 tahun PNS (Guru) S1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 6: Journal kesehatan

4.2 Faktor Pendorong Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif

4.3.1 Pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Hasil penelitian dengan 10

orang subjek menunjukkan 7 orang

subjek mengetahui tentang

pengertian ASI Eksklusif, sedangkan

3 diantaranya tidak tahu dan lupa

tentang pengertian ASI Eksklusif.

Mereka mengetahui dari membaca

buku, internet dan diskusi dengan

rekan-rekan kerja di puskesmas,

sedangkan ibu-ibu lain tahu dari

kegiatan kelas ibu dari bidan

puskesmas dan dari bidan desa.

“Pemberian ASI tanpa ada

makanan yang lain, seperti

air putih, air teh mulai dari

lahir sampai umur 6 bulan”

(R5).

Sedangkan ibu-ibu lain

ketika ditanya pengertian ASI

Eksklusif mereka menjawab lupa dan

tidak tahu. Berikut jawabannya:

“…..Lupo pi…..” (R8).

Ketika ditanya tentang

kolostrum, dari 10 subjek penelitian

yang diwawancarai pada umumnya

mereka mengetahui apa itu

kolostrum, hanya 2 orang subjek

yang tidak tahu kolostrum, tapi

setelah disebutkan susu jolong

mereka semua mengetahui, tahu

warna dan manfaatnya. Berikut

jawabannya:

“….kekuning-kuningan”

(R8).

“…tinggi immunoglobulin,

baik untuk daya tahan tubuh

anak, zat pencahar,

mengeluarkan mekonium,

mengandung protein” (R5).

“untuk memberikan

kekebalan pada tubuh bayi” (R9).

Ketika ditanya manfaat ASI

bagi bayi semua subjek mengetahui

manfaatnya. Mereka menyebutkan

manfaatnya sebagai makanan terbaik,

untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi, untuk daya

tahan tubuh anak, dan bonding.

Berikut hasil wawancaranya:

“untuk pertumbuhan bayi,

mengandung zat gizi yang

dibutuhkan, mengandung

anti bodi” (R3).

“sebagai makanan, pertumbuhan

dan perkembangan, sumber zat

gizi, perekat kasih sayang ibu

dan anak” (R4).

“untuk mencegah segala

penyakit, cerdas, aktif” (R6).

Dari 10 orang subjek

penelitian ketika ditanya manfaat

ASI bagi ibu pada umumnya mereka

mengetahui manfaatnya, hanya 1

orang subjek yang menjawab tidak

tahu. Sebagian ibu (5 dari 10)

menyebutkan manfaatnya untuk

menjarangkan kehamilan/KB alami,

sedangkan sebagian ibu (5 dari 10)

menyebutkan manfaatnya untuk

menghemat biaya/pengeluaran

(ekonomis). Manfat lain disebutkan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 7: Journal kesehatan

(3 dari 10) untuk mencegah penyakit

kanker. Hal tersebut dapat dilihat

dari jawaban subjek sebagai berikut:

“untuk membantu ibu KB

alami, mengurangi berat

badan setelah melahirkan,

praktis kapan saja,

ekonomis” (R3).

“untuk mencegah kanker

payudara/serviks,

menurunkan berat badan,

bonding, menghemat

pengeluaran, ekonomis,

cepat penyajian” (R5).

4.2.2 Motivasi Pemberian ASI Eksklusif

Hasil dari penelitian ketika

subjek ditanya tentang keinginan

memberikan ASI Eksklusif, pada

umumnya (9 dari 10) orang subjek

menjawab “ya” mempunyai

keinginan memberikan ASI

Eksklusif, hanya 1 orang subjek yang

menjawab tidak tahu. Berikut kutipan

wawancaranya:

“ya,………pingin yang terbaik

untuk anak, daya tahan tubuh,

emosional, IQ” (R5).

“….tidak tahu” (R6).

Ketika ditanya seberapa besar

keinginan ibu untuk memberikan

ASI Eksklusif, pada umumnya (8

dari 10) menjawab sebesar-besarnya

dan 100 %. Hanya ada satu orang

subjek yang menjawab 90 % dan satu

orang subjek menjawab tidak tahu.

Satu orang subjek yang menjawab 90

% karena 10 % lagi jika ada kendala

seperti pekerjaan. Berikut

kutipannya:

“90 %,…..10 % lagi?...

mungkin bisa menjadi

apa..mm..kalau seandainya

ada kendala” (R1).

4.2.3 Praktik Pemberian ASI Eksklusif

Ketika subjek ditanya mengenei

praktik IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

setelah melahirkan sebagian kecil

subjek (3 dari 10) ada melakukan

praktik IMD, Berikut kutipan

wawancaranya:

“yo lai ado,….siap ti

malahiaan anak dilatakan di

ateh paruik, tu kiro-kiro 3-5

minik ndak lamo siap tu anak

mancucuik putiang susu”

(R4).

Sedangkan ada 1 orang subjek

melakukan IMD tapi tidak berhasil, hal

ini disebabkan karena persalinan ibu

dilakukan dengan Caesar sehingga sulit

untuk meletakkan bayi di atas perut si

ibu. Satu orang subjek yang tidak

berhasil menyebutkan:

“setelah bayi keluar dari

perut ibu, bayi diletakkan di

dada siibu….ndak sampai

saminik….pas dilatakan ka

dado tu langsuang se ca

angkek.…..ya dilakukan IMD

tapi alun berhasil lai” (R1).

Sedangkan kebiasaan menyusui ibu

di rumah semua responden menjawab

disusukan langsung, tapi kalau ibu

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 8: Journal kesehatan

bekerja sebagian ibu (6 dari 10)

menjawab dengan memerah ASI,

sedangkan 3 orang ibu pulang ke rumah

menyusui anak dan 1 orang ibu

membawa anaknya ke tempat kerja, hal

ini dapat dilihat dari jawaban subjek

sebagai berikut:

“kalau n…karajo, anak n…

diagiah ASI perah, disuokan

pakai sendok,… kiro-kiro

300 cc lah nyo habisan

salamo n… karajo” (R5).

“Kalau manangih e…

diimbauan e awak k sawah,

pulang awak manyusuan”

(R7).

Kemudian untuk persiapan

menyusui, sebagian besar subjek (7 dari

10) menyatakan persiapan sebelum

menyusui adalah dengan cuci tangan

dan membersihkan putting susu, berikut

hasil wawancaranya:

“…cuci tangan, areola dan

putting dibersihkan,…

disusukan..” (R3).

Mengenai fasilitas di kantor tempat

ibu-ibu bekerja ketika ditanya apakah di

kantor tempat ibu bekerja sudah ada

ruang untuk memerah ASI, sebagian ibu

(3 dari 6 orang ibu bekerja di kantor)

menjawab belum, tapi mereka

menggunakan salah satu ruangan

(ruangan data dan pojok gizi, ruangan

meeting) untuk memerah ASI, dimana

ruangan tersebut kurang nyaman dan

perlengkapannya tidak memadai,

berikut kutipannya:

“…belum tapi kalo bisa ya

ada,..di ruangan se nyo, tu

tutuik pintu …..ruangan

data….keamanan dan

kenyamanannyo masih

kurang” (R4).

dan saran ibu-ibu bekerja di kantor agar

mereka dapat memerah ASI ketika

bekerja adalah dengan adanya ruangan

khusus memerah ASI, disediakan

peralatan dan perlengkapan seperti:

kulkas, wastafel, air panas.

“yo kalau bisa ado ruangan

khusus laktasi, dilengkapi do

kulkas, wastafel, air panas”

(R5).

Sesuai dengan observasi yang

dilakukan peneliti memang di

Puskesmas Naras tidak ada ruangan

khusus untuk memerah ASI, tapi

mereka menggunakan ruangan

data/POZI dibalik lemari komputer

untuk memerah ASI, pintu ditutup, dan

ibu-ibu tersebut membawa pompa dan

cooler bag dari rumah. Ada juga ibu

yang memerah ASI di ruangan staff

meeting, yang tentu saja keamanan dan

kenyamanannya kurang.

4.2.4 Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian

ketika ditanya tentang dukungan

keluarga tentang pemberian ASI

Eksklusif semua ibu menjawab ya

suami/keluarga mendukung terhadap

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 9: Journal kesehatan

pemberian ASI Eksklusif, dukungan

suami/keluarga tersebut dapat berupa

support, menyediakan alat-alat untuk

memerah, menyuruh banyak-banyak

makan sayur, membelikan susu untuk

ibu, dan tidak membolehkan kerja berat.

Berikut kutipannya:

“…membelikan susu buat

ibu,…dalam segi makanan

disuruah acok-acok buek

sayua” (R8).

“…dia memfasilitasi…

membelikan alat untuk

mompa, trus mengingatkan

dah diperas susunya” (R2).

Sesuai hasil cross check

wawancara dengan salah satu nenek

bayi (yang mengasuh bayi ketika ibu

bekerja) memang diketahui bahwa si

nenek mempunyai pengetahuan tentang

ASI Eksklusif yang didapat dari ibu,

dan dukungan penuh sang nenek ketika

ibu bekerja memang menjadi pendorong

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

Ketika ibu bekerja dan ketika anak

menangis sang nenek berusaha

menenangkan dengan dibuai-buai dalam

buaian, tanpa memberi apa-apa selain

ASI perah yang ditinggalkan ibu,

seperti hasil wawancara berikut:

“ya dibuai-buailah, habis tu

tidur dia” (IF 5).

4.2.5 Dukungan Tenaga Kesehatan

Dari segi dukungan tenaga

kesehatan mengenai apakah petugas

kesehatan pernah menjelaskan

tentang ASI Eksklusif atau tidak,

sebagian kecil ibu-ibu (3 dari 10)

menjawab tidak pernah, mereka

mendapatkan pengetahuan ASI

Eksklusif dari buku-buku dan

internet ditambah pengetahuan

mereka yang memang petugas

kesehatan, berikut kutipannya:

“….tidak…..taunya dari

buku-buku, internet” (R5).

dan sebagian besar ibu-ibu (6 dari

10) menjawab pernah mendapat

penjelasan mengenei ASI Eksklusif

dari dokter spesialis kandungan,

bidan-bidan puskesmas dan bidan

desa dalam kegiatan kelas ibu hamil,

berikut kutipannya:

“…lai,ibuk-ibuk bidan

puskesmas samo buk bidan

desa ko mah di kelas ibu

hamil” (R9).

Sesuai cross check dengan

tenaga kesehatan (bidan desa) maka

diketahui bahwa bidan mempunyai

pengetahuan tentang ASI Eksklusif,

jika menolong persalinan mereka

menganjurkan IMD kecuali karena

situasi tertentu IMD tidak dilakukan.

Upaya yang ingin mereka lakukan

agar pencapaian ASI Eksklusif

meningkat yaitu dengan

meningkatkan promosi kesehatan,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 10: Journal kesehatan

penyuluhan dan bides/kader

mendatangi rumah ibu untuk

mengajak ASI Eksklusif. Berikut

hasil wawancaranya:

“pasti dianjurkan IMD

tergantung badan bayinya,

jika seandainya

apgascorenya bagus dan

memungkinkan untuk

dilakukan IMD, maka

dilakukan IMD….apgascore

(tujuh penilaian yaitu

gerakannya aktif/ndak,

menangisnyo kuat/ndak,

kalau seandainyo napasnya

tersendat manangihnyo ndak

tersendat doh tu wak

mamaksoan untuak IMd tu

ndak bisa do ndak, beko

maningga bayi” (IF 2).

Berikut solusi menurut bidan

desa untuk mengatasi hambatan

tersebut adalah sesuai kutipan

berikut:

“yo suruah se bidan desa

turun ke ibu nifas kan,

kasihnyo penjelasan

pengertian kalau menyusui

tu tu lebih baik, lebih bagus

dari…(memberi penyuluhan)

….kalau seandainyo ibu nyo

bekerja suruah se nyo peras

aia susunyo tu….” (IF 3).

Begitu juga hasil cross check

dengan atasan ibu bekerja yang

mendukung pemberian ASI Eksklusif

dengan memfasilitasi ibu-ibu

menyusui, adanya dispensasi

terhadap waktu pulang ibu-ibu

menyusui yaitu 2 jam lebih awal

pulangnya dibanding staf yang lain,

seperti kutipan berikut:

“..ya,…dengan

memfasilitasi….adanya

dispensasi terhadap waktu

pulang ibu-ibu menyusui

yaitu 2 jam lebih awal

dibanding staf lain selama

umur anak 1 tahun” (IF 1).

4.3 Faktor Penghambat Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian ketika

ditanya apa yang menjadi faktor

penghambat dalam pemberian ASI

Eksklusif pada umumnya subjek

menjawab pekerjaan, dimana ibu harus

bekerja di luar rumah dan

meninggalkan anak mereka. Ibu-ibu

yang bekerja sebagai staf/pegawai

Puskesmas Naras pada umumnya

mereka memberikan ASI perah kepada

bayi sewaktu ibu bekerja, dan ibu-ibu

tersebut harus meluangkan waktu ketika

di rumah untuk memerah ASI untuk

stock besok ketika ibu bekerja, kadang

ibu memerah ASI pada malam hari,

selain itu ketika pulang dari tempat

kerja ibu harus mensterilkan alat-alat

untuk menyimpan ASI perah. Berikut

hasil wawancaranya:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 11: Journal kesehatan

“…kurang istirahat, kurang

waktu untuk mesterilkan alat-alat”

(R5).

Salah seorang ibu yang bekerja

sebagai petani menjawab yang menjadi

penghambat dalam pemberian ASI

Eksklusif adalah kelelahan karena

pekerjaan, makan kurang teratur.

Berikut hasil wawancaranya:

“ kalatiahan dek karajo, makan

kurang taratur” (R6).

4.4 Kiat Mengatasi Hambatan dalam

Pemberian ASI Eksklusif

Dari penelitian dapat diketahui

kiat ibu-ibu bekerja dalam mengatasi

hambatan dalam pemberian ASI

Eksklusif adalah dengan memerah ASI

di kantor, atau membawa anak ke

tempat kerja. Ada juga subjek yang

menjawab kiat mengatasi hambatan

dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu

dengan pulang ke rumah untuk

menyusui bayi dan kembali lagi ke

tempat kerja, namun ada juga subjek

yang menjawab dengan dijalani saja

tanpa itu dijadikan suatu hambatan.

Berikut hasil wawancaranya:

“Tidak ada, bawa anak ke

kantor, perah ASI di rumah,

sekali-kali di kantor” (R2).

“…..dijalani aja…” (R5).

Tabel 4.3

Hasil Penelitian yang Didapat

Jenis Pekerjaan Pendidikan Pengetahuan Motivasi Internal

Dukungan Keluarga

Dukungan Tenaga Kesehatan

Ibu-ibu bekerja sebagai staf/pegawai di Puskesmas Naras

Pendidikan ibu cukup baik, minimal D III

Mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif

Mempunyai motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri untuk memberikan ASI Eksklusif

Mendukung sepenuhnya

Ada yang merasakan dukungan nakes dan ada yang tidak

Ibu-ibu bekerja di luar staf/pegawai Puskesmas Naras (guru, jualan, tani, perangkat desa)

Pengetahuan ibu ada yang tinggi (S1) dan ada yang rendah (SMP)

Ada yang mempunyai pengetahuan dan ada yang kurang mepunyai pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Mempunyai motivasi dari diri sendiri dan dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI Eksklusif

Mendukung sepenuhnya

Ada yang merasakan dukungan nakes dan ada yang tidak

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 12: Journal kesehatan

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini

adalah dalam pelaksanaan wawancara

dengan subjek berupa adanya berbagai

gangguan ketika wawancara

berlangsung seperti dari teman

seruangan atau nenek si anak yang ikut

menjawab pertanyaan yang diajukan

peneliti, namun peneliti bisa

memisahkan jawaban dari subjek dan

hanya menganalisis jawaban dari

subjek. Gangguan lain yaitu dari anak

balita ibu yang menangis-nangis ketika

wawancara berlangsung, karena si balita

hanya mau digendong ibunya.

5.2 Faktor Pendorong Ibu-ibu Bekerja

dalam Pemberian ASI Eksklusif

5.2.1 Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian yang

dilakukan terhadap ibu-ibu bekerja

tersebut ternyata tingkat pengetahuan

dan pendidikan sangat membantu

dalam praktik ASI Eksklusif, dapat

dilihat ibu-ibu yang mempunyai

pendidikan sarjana ketika ditanya

tentang pengertian ASI Eksklusif,

manfaat ASI bagi bayi dan ibu, jadwal

pemberian ASI, cara meningkatkan

produksi ASI, penyakit yang dapat

dicegah dengan ASI, dan pengertian

IMD pada umumnya ibu-ibu dapat

menjawabnya.

5.2.2 Jenis Pekerjaan

Dari penelitian yang dilakukan

ternyata jenis pekerjaan ibu bisa

mempengaruhi praktik pemberian ASI

Eksklusif, hal ini dibuktikan dengan

ibu yang bekerja di kantor lebih tinggi

tingkat pengetahuan dalam

memberikan ASI Eksklusif kepada

anaknya dibanding ibu-ibu yang

bekerja di luar kantor.

Bagi ibu yang bekerja di kantor

mereka bisa memerah ASI mereka di

kantor dan pekerjaan mereka tidak

terlalu berat secara fisik dibanding

pekerjaan ibu yang bertani dan

berjualan, tapi ibu yang bertani, jualan,

dan kaur desa mereka bisa pulang

sewaktu-waktu ketika ingin menyusui

bayi atau mereka bisa membawa ke

tempat kerja mereka.

5.2.3 Motivasi

Ibu-ibu yang mempunyai

pengetahuan dan pendidikan yang

tinggi pada umumnya mempunyai

motivasi yang kuat untuk memberikan

ASI Eksklusif, hal ini dapat dilihat dari

praktik ASI Eksklusif ketika mereka

bekerja mereka bisa meluangkan waktu

untuk memerah ASI di kantor dan

membawanya dengan cooler bag.

5.2.4 Dukungan Keluarga

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 13: Journal kesehatan

Dari hasil penelitian yang

dilakukan sudah semua subjek

mendapat dukungan yang besar dari

suami/keluarga untuk memberikan ASI

Eksklusif. Hal ini menjadi faktor

pendorong untuk keberhasilan ASI

Eksklusif. Terbukti cross check dengan

nenek yang mengasuh bayi ketika ibu

bekerja diketahui bahwa terdapat

dukungan dan motivasi yang besar dari

sang nenek agar cucu ASI Eksklusif

yaitu sang nenek berusaha

menenangkan bayi yang menangis

ketika ditinggal ibu bekerja tanpa

memberi makanan lain selain ASI

perah yang ditinggalkan oleh ibu.

Begitu juga dengan ibu-ibu yang lain

mendapat dukungan yang penuh dari

suami agar ASI Eksklusif dengan ikut

membelikan peralatan memerah ASI,

mengingatkan agar ibu banyak makan

buah dan sayur, dan mengingatkan agar

anak sering disusui.

5.2.5 Dukungan Tenaga Kesehatan

Sejalan dengan penelitian

tersebut, ketika coss check dengan

informan tenaga kesehatan dalam hal

ini bidan desa, maka tingkat

pengetahuan bidan desa tentang ASI

Eksklusif cukup tinggi dan lama

mereka bekerja sebagai bidan desa

kira-kira 5-6 tahun. Jadi faktor

pendorong dari segi dukungan tenaga

kesehatan adalah bagaimana

pengetahuan yang tinggi tentang ASI

Eksklusif dari tenaga kesehatan dalam

hal ini bidan desa dan bagaimana

tenaga kesehatan tersebut melakukan

promosi, penyuluhan, dan konseling

kepada masyarakat akan pentingnya

ASI Eksklusif. Jika tenaga kesehatan

kurang dalam penyuluhan, maka

rendah keberhasilan ASI Eksklusif,

kecuali ibu-ibu yang tinggi

pengetahuannya, maka mereka yang

aktif bertanya dan mencari tahu lewat

buku atau internet. Begitu juga jika

tenaga kesehatan rajin melakukan

promosi, penyuluhan, dan konseling

maka tinggi keberhasilan ASI

Eksklusif.

5.3 Faktor Penghambat Ibu-ibu Bekerja

dalam Pemberian ASI Eksklusif

5.3.1 Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan

Dari penelitian juga dapat dilihat

bahwa ibu-ibu dengan pengetahuan dan

tingkat pendidikan yang rendah kurang

memahami tentang pengertian ASI

Eksklusif, penyakit yang dapat dicegah

dengan ASI, dan pengertian IMD,

hanya saja mereka tahu dari bidan desa

yang menjelaskan tentang pentingnya

ASI Eksklusif bagi anak, namun

mereka tidak begitu memahaminya,

jadi mereka melakukannya karena

bagus kata bidan, bukan pengetahuan

yang dalam dari diri mereka sendiri.

5.3.2 Jenis Pekerjaan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 14: Journal kesehatan

Faktor yang menjadi penghambat

adalah pekerjaan tersebut, bagi ibu

yang bekerja di kantor ketika mereka

bekerja mereka tidak bisa menyusui

anaknya langsung dan harus diberi ASI

perah, mereka harus membawa cooler

bag pulang pergi, harus memerah ASI

ketika di rumah (kadang malam-

malam) untuk stock besok ketika ibu

bekerja, kurang istirahat, kurang waktu

untuk mesterilkan alat-alat. Ditambah

stress secara pemikiran karena

pekerjaan yang deadline.

5.3.3 Motivasi

Dari hasil penelitian, ibu-ibu

yang rendah pengetahuan dan tingkat

pendidikannya, ibu-ibu tersebut lebih

repot bolak-balik pulang menyusui

anaknya atau membawa anak ke

tempat bekerja karena mereka tidak

mempunyai pengetahuan tentang ASI

perah, jadi ibu-ibu yang mempunyai

motivasi internal yang kuat dari dalam

diri sendiri lebih bisa mengatasi

hambatan dalam praktik ASI Eksklusif

dibanding ibu-ibu yang mempunyai

pengetahuan dan tingkat pendidikan

yang rendah.

5.3.4 Tenaga Kesehatan

Dukungan tenaga kesehatan

mempunyai peranan yang penting

dalam keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif. Dari hasil penelitian

ditemukan bahwa sebagian kecil ibu-

ibu ketika hamil tidak mendapatkan

penjelasan tentang ASI Eksklusif dari

petugas kesehatan dan tidak mendapat

anjuran dari tenaga kesehatan untuk

tidak memberikan susu formula, tapi

mereka mempelajari dan mencari tahu

sendiri dari buku-buku, internet, dan

sharing dengan rekan kerja. Hal ini

tentu saja menjadi faktor penghambat

dalam keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif.

5.4 Kiat Mengatasi Hambatan

Kiat ibu bekerja untuk mengatasi

hambatan tersebut adalah bagi ibu di

kantor dengan memerah ASI di kantor

dan di rumah, tapi mereka dengan senang

hati menjalaninya karena motivasi yang

kuat untuk memberikan anak yang

terbaik dan tahu akan manfaat ASI, bagi

ibu-ibu lain kiat mereka dengan makan

banyak-banyak, kurangi stress, tapi

hambatan tersebut tidak begitu berarti

karena niat yang tulus ingin memberikan

anak yang terbaik.

Dari hasil penelitian, yang menjadi

kunci keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif pada ibu-ibu bekerja adalah

pengetahuan yang tinggi tentang ASI

Eksklusif, motivasi yang kuat untuk

memberikan ASI Eksklusif, dukungan

dari keluarga (suami, ibu, mertua) untuk

memberikan ASI Eksklusif, dan

dukungan dari tenaga kesehatan (dokter

kandungan, bidan puskesmas, bidan desa,

TPG) tentang penjelasan ASI eksklusif,

penjelasan tentang Inisiasi Menyusu Dini

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 15: Journal kesehatan

(IMD), perawatan payudara ketika hamil,

KB yang bisa menghambat pengeluaran

ASI, bagaimana meningkatkan produksi

ASI, bagaimana cara menyusui yang baik

dan benar. Begitu juga dukungan dari

atasan ibu bekerja untuk memberikan

dispensasi kepada ibu menyusui agar

bisa pulang lebih awal dibanding

pegawai lain, bisa membawa anak ke

tempat kerja, tapi yang paling penting

adalah menyediakan fasilitas untuk

memerah ASI di kantor, yaitu ruangan

khusus untuk memerah ASI dan segala

perlengkapannya (kulkas, dispenser,

washtafel, waslap, tisu). Jadi jika semua

faktor tersebut mendukung maka

hambatan dalam pemberian ASI

Eksklusif bisa diatasi dan ASI Eksklusif

akan berhasil.

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Faktor pendorong keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif pada ibu-ibu

bekerja adalah pengetahuan dan

pendidikan yang tinggi tentang ASI

Eksklusif, motivasi yang kuat,

dukungan keluarga dan dukungan

tenaga kesehatan.

6.1.2 Faktor penghambat dalam pemberian

ASI Eksklusif adalah ibu yang harus

bekerja dan meninggalkan anak di

rumah.

6.1.3 Walaupun bekerja menjadi hambatan

untuk memberikan ASI Eksklusif tapi

ibu-ibu dapat mengatasi hambatan

tersebut karena pengetahuan yang

tinggi tentang ASI Eksklusif, motivasi

yang kuat untuk memberikan anak

ASI Eksklusif, ditambah dukungan

dari keluarga dan tenaga kesehatan.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi tenaga kesehatan agar lebih

meningkatkan promosi, penyuluhan,

dan konseling kepada ibu-ibu hamil,

ibu-ibu menyusui, dan keluarga ibu

agar pemberian ASI Eksklusif

berhasil.

6.2.2 Bagi puskesmas/instansi lain agar

menyediakan ruangan khusus laktasi

dan segala perlengkapannya seperti

kulkas, dispenser, washtafel, waslap

untuk memerah ASI ketika ibu

bekerja di kantor.

6.2.3 Dalam penelitian ini masih kurang

jumlah sampel, jenis pekerjaan ibu

dan penelitian dengan kuantitatif,

untuk itu perlu dilakukan penelitian

lanjutan agar praktik pemberian ASI

Eksklusif pada ibu bekerja bisa

tercapai dengan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang

Berperan dalam Kegagalan Praktik

Pemberian ASI Eksklusif. Tesis

Program Pascasarjana Gizi

Masyarakat Universitas Diponegoro,

Semarang 2007

Depkes RI, 1997. Petunjuk Pelaksanaan

Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR

Page 16: Journal kesehatan

Depkes RI, 2005. Manajemen Laktasi.

Jakarta

Depkes RI, 2007. Pelatihan Konseling

Menyusui Panduan Peserta. Jakarta

Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan

Indonesia. Jakarta

Depkes RI, 2009. Petunjuk Pelaksanaan

Kelas Baduta. Jakarta

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan

Nasional. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Pariaman. 2011. Profil

Kesehatan Kota Pariaman. Pariaman

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

2010. Profil Kesehatan Sumatera Barat.

Padang

ENN, IBFAN-GIFA, Foundation Terre des

Hommes, Action Contre la Faim,

Case USA, Lingakes, UNICEF,

UNHCR, WHO and WFP. 2007.

Pemberian Makanan Bayi pada

Keadaan Darurat

Handayani Heni. 2012. Kendala

Pemanfaatan Ruang ASI dalam

Penerapan ASI Eksklusif di

Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

Tahun 2011. Skrispsi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Program

Studi Kesehatan Reproduksi

Universitas Indonesia. Depok

Http://WWW. Jurnas. Com/news/1784/ASI

Berperan Capai MDGs

2015/9/Sosial Budaya/perempuan

Kemenkes RI. 2004. Rekomendasi

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di

Indonesia. Jakarta

Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan

Indonesia 2010. Jakarta

Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui dan

Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta

Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian

Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Novianti, R. 2009. Menyusui itu Indah, Cara

Dahyat Memberikan ASI untuk Bayi

Sehat dan Cerdas. Oktopus.

Yogyakarta

Puskesmas Naras. 2012. Profil Kesehatan

Puskesmas Naras Tahun 2011. Pariaman

Purwanti, H.S. 2004. Konsep Penerapan ASI

Eksklusif. EGC. Jakarta

Roesli. 2000. Mengenal ASI Eksklusif.

Trubus Agriwidya. Jakarta

Soetjningsh, 1997. ASI Petunjuk untuk

Tenaga Ksehatan. EGC. Jakarta

Rosita, Syarifah. 2008. ASI untuk

Kecerdasan Bayi. Ayyana. Yogyakarta

Suhardjo. 1992. Pemberian Makanan pad

Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta

Weni, K. 2012. Direktorat Bina Kesehatan

Anak Wujudkan ASI Eksklusif dengan Pojok

ASI

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis SUMBAR