jomblo, jangan menangis! · sudut pandang yang bagus 30 daftar isi ... atau belum bisa menerima...

15

Upload: truongdat

Post on 11-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JOMBLO, JANGAN MENANGIS!

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 1 8/26/2016 10:33:29 AM

JOMBLO, JANGAN MENANGIS!

Mas Julaibib

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 3 8/26/2016 10:33:29 AM

Jomblo, Jangan Menangis!Ditulis oleh Mas Julaibib© 2016 Mas JulaibibHak Cipta Dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan Pertama kali oleh:Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia–Jakarta 2016Anggota IKAPI, Jakarta

716101591ISBN : 978-602-02-9310-3

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 4 8/26/2016 10:33:29 AM

Kata Pengantar v

Bab I Ketika Hati Kita Masih Sendiri 1

Ikhlas Menerima Kenyataan 1

Janganlah Dibesar-besarkan 6

Sedih yang Mesti Dihapus 11

Janganlah Takut Berlebihan 14

Kenapa Mesti Merasa Malu 17

Tidak Usah Iri Sama Orang 20

Syukuri Keadaan Sekarang 23

Bersabar dalam Kesendirian 26

Sudut Pandang yang Bagus 30

Daftar Isi

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 7 8/26/2016 10:33:30 AM

Jomblo Jangan Menangis!

viii

Bab II Lebih Baik Kita Berpikir Positif 33

Baiknya Berpikir Positiflah 33

Takdir Tidak Berbuat Salah 36

Tuhan Belum Menghendaki 39

Menurut Tuhan Belum Siap 43

Tuhan Ingin Menolong Kita 46

Tuhan Pun Sedang Menguji 49

Tuhan Mempunyai Rencana 51

Bab III Katakan Tidak pada Mengeluh 57

Cuma Buang-Buang Waktu 57

Bikin Mulut Banyak Bicara 60

Mengeluh Bukanlah Solusi 63

Tidak Bisa Mengubah Nasib 66

Peluang Kerugian Berlanjut 70

Terjebak Kata ‘Seandainya’ 73

Kita Tipu Diri Kita Sendiri 76

Kita Tidak Layak Mengeluh 79

Bab IV Ketika Ada Komentar-Komentar 83

Biarlah Orang Berkomentar 83

Jangan Dimasukkan ke Hati 86

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 8 8/26/2016 10:33:30 AM

Daftar Isi

ix

Ikhlas Membuat Hati Damai 89

Bersabarlah Atas Komentar 92

Hati-Hati, Nanti Jadi Gengsi 96

Bukan Siapa Cepat, Ia Dapat 99

Kita Sendiri yang Menjalani 102

Orang Tidak Tahu Soal Kita 105

Karena Tuhan Mengerti Kita 108

Bab V Menjalani Masa-Masa Penantian 113

Kesendirian Kita Sementara 113

Menantilah dengan Optimis 116

Karena Kita Sabar dan Setia 129

Menanti dan Berusaha Pula 134

Siap Menerima Hal Terpahit 137

Menanti Sambil Beraktivitas 142

Daftar Pustaka 149

Haldep_Jomblo Jangan Menangis_i-x.indd 9 8/26/2016 10:33:30 AM

Ketika Hati Kita Masih SendiriBab Bab

I

Ikhlas Menerima KenyataanMasih sendiri? Ya. Memang masih sendiri. Memang, apa per-soalannya? Persoalannya adalah apakah sudah ikhlas menerima kenyataan bahwa sekarang masih sendiri? Sudahkah menerima dengan seikhlas-ikhlasnya?

Begini. Ini dunia, bukan surga. Ini alam nyata, bukan alam mimpi. Ini cerita yang apa adanya, bukan cerita yang dibuat-buat. Ini negeri realitas, bukan negeri khayalan. Ini peris� wa original, bukan peris� wa seper� di dongeng. Ini kehidupan nonfi k� f, bukan kehidupan fi k� f. Ini memang beneran, bukan bohongan.

Apa-apa yang terjadi, � dak terjadi begitu saja. Semua yang ter-jadi, � dak terjadi secara kebetulan. Hal-hal yang bermunculan, terjadi karena ada sebab. Kejadian-kejadian yang ada, terjadi karena ada unsur kesengajaan. Peris� wa-peris� wa yang ada, terjadi karena ada unsur campur tangan. Persoalan-persoalan yang muncul ke permukaan, terjadi karena mendapatkan izin dan memang diizinkan untuk muncul.

Jomblo Jangan Menangis!Jomblo Jangan Menangis!

2

Apa-apa yang terjadi, sudah sesuai dengan kenyataan. Semua yang terjadi, sudah pas dengan keadaan. Hal-hal yang bermun-culan, sudah nyambung dengan kehidupan. Kejadian-kejadian yang ada, sudah sesuai dengan ketentuan. Peris� wa-peris� wa yang ada, sudah tepat sasaran. Persoalan-persoalan yang ber-munculan ke permukaan, memang sudah sesuai dengan izin dan dibolehkan untuk bermunculan. Seper� sekarang, soal kesen-dirian. Persoalan yang satu ini selalu bermunculan secara ter-atur. Boleh lebih diperjelas, ‘selalu terjadi’. Bukan sesekali. Bu-kan kadang-kadang. Bukan jarang. Bukan sering.

Dimulai dari sekarang juga. Kemudian, dari hari ke hari. Selan-jutnya, dari minggu ke minggu. Lalu, dari bulan ke bulan. Setelah itu, dari tahun ke tahun. Percaya, deh. Bahwa akan selalu ada anak muda yang mengalami persoalan itu, meskipun hanya satu orang. Tidak usah jauh-jauh. Coba lihatlah di sekitar kita. Di ling-kungan tempat � nggal, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan keluarga. Adakah di antara mereka yang sedikit pun � dak me-rasa galau karena kesendirian?

Kita semua tentu percaya, bahwa akan selalu ada generasi baru. Termasuk anak-anak dan cucu-cucu kita di masa yang akan da-tang. Begitu mereka memasuki masa remaja, � dak menutup ke-mungkinan mereka akan dapat mengalami kegalauan yang di-latarbelakangi oleh kesendirian. Tidak jauh berbeda dengan masa remaja kita, bukan? Apalagi, zaman mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kondisi kehidupan � dak menentu. Pergaulan remaja kurang begitu diperha� kan. Di satu sisi, orangtua kurang begitu memperha� kan kualitas pengasuhan terhadap anak-anaknya. Apa yang dialami oleh remaja-remaja, cukup mempri-ha� nkan. Meski beda generasi, tapi senasib sepenanggungan.

Bab I: Ketika Hati Kita Masih SendiriBab I: Ketika Hati Kita Masih Sendiri

3

Anak muda, khususnya, agak kewalahan menghadapi persoalan tersebut. Begitu sadar bahwa dirinya masih sendiri, responsnya adalah kurang bisa menerima. Ar� dari kurang bisa menerima itu sendiri � daklah ditunjukkan dengan melakukan pemberon-takkan ataupun protes sangat keras. Tapi, ditunjukkan dengan mengekspresikan diri melalui kata-kata yang dituangkan ke da-lam bentuk ‘status’ yang cenderung bermakna nega� f. Perilaku semacam itu sudah cukup menunjukkan bahwa dirinya kurang atau belum bisa menerima kesendiriannya dan itu bukan hal yang bagus.

Meskipun � dak mengaku bahwa dirinya � dak menggalaukan kesendirian, tapi tulisan yang dibuatnya � dak bisa membuat-nya mengelak. Tulisannya adalah terjemahan dari apa-apa yang di rasakannya tentang kesendiriannya. Anak muda yang masih sendiri, cenderung mudah mengekspresikan diri tentang ke-sendirian. Bibirnya boleh berkata bahwa dirinya � dak galau. Tapi, ha� nya jujur dan berkata bahwa dirinya galau. Bibirnya boleh tersenyum. Tapi, ha� nya bisa saja menangis.

Kalau ditelusuri lebih dalam, letak permasalahan utamanya bu-kanlah pada kesendirian dan kegalauannya, melainkan pada penerimaannya. Yakni, penerimaan atas kesendirian yang di-jalani. Ada yang bermasalah dengan penerimaannya. Ada yang kurang atau belum beres di dalam penerimaannya. Ada sesuatu yang menyumbat penerimaannya dan itu mes� dibuang. Ada se-suatu yang menghambat penerimaannya dan itu mes� disingkir-kan. Ada sesuatu yang mengotori penerimaannya dan itu mes� dibersihkan.

Apakah itu? Ya. Betul sekali. Ialah kurang ikhlas atau belum ikhlas. Hal inilah yang menyebabkan penerimaannya bermasalah.

Jomblo Jangan Menangis!Jomblo Jangan Menangis!

4

Kemampuan penerimaannya masih belum tampak, masih minim, sedang-sedang saja, atau belum maksimal. Energi penerimaan-nya belum besar, masih kecil, atau malah belum menghasilkan energi.

Berar� , agar penerimaannya dapat berjalan lancar dan bebas dari masalah, maka harus ikhlas. Yakni, ikhlas menerima kenyataan bahwa sekarang masih sendiri. Kesendirian yang sekarang tengah dijalani, baiknya jalani dengan penuh keikhlas an. Se hingga, ikhlas-nya � dak setengah-setengah, � dak sedang-sedang saja, � dak ala kadarnya saja. Ikhlasnya adalah ikhlas yang sungguh-sungguh, beneran, dan bukan bohongan, tulus dari dalam ha� , maksimal, punya kualitas � nggi, serta berukuran besar.

Tapi, bukankah itu sulit? Memang. Itu memang sulit. Bahkan su-lit sekali. Ikhlas untuk menerima kesendirian itu � daklah mudah. Tetapi, kesendirian akan terasa lebih mudah untuk dijalani kalau diterima dengan ikhlas.

Ikhlas untuk menerima kesendirian itu memang berat. Padahal, ikhlas itu hanya terdiri atas enam huruf. Ikhlas itu termasuk kata yang � dak panjang. Ikhlas itu mudah ditulis. Ikhlas itu mudah di-ucapkan. Tapi, saat memprak� kkannya terasa berat dan se per� sedang membawa barang yang beratnya puluhan, ratusan, ri-buan, bahkan puluhan ribu kilogram. Seper� halnya saat harus ikhlas menerima kesendirian, pas� itu berat. Tapi, kalau � dak ikhlas menerimanya, kesendirian yang dijalani akan terasa se-makin berat.

Bahkan, saya menyampaikan perihal ikhlas ini saja, rasanya be-rat. Saya belum cukup layak membahas masalah keikhlasan, ka-rena itu suatu hal yang amat berbobot. Besar sekali bobotnya.

Bab I: Ketika Hati Kita Masih SendiriBab I: Ketika Hati Kita Masih Sendiri

5

Baru sebatas memperbincangkannya saja, sudah terasa berat. Apalagi kalau memprak� kkannya, pas� lebih berat lagi. Akan tetapi, saya merasa perlu menyampaikan hal ini. Ya. Saya me-rasa perlu untuk itu.

Kembali lagi ke perbincangan. Tadi sudah disampaikan bahwa ini dunia, ini alam nyata, ini cerita yang apa adanya, ini negeri realita, ini peris� wa original, ini kehidupan nonfi k� f, ini beneran. Jadi, kesendirian adalah hal yang sudah sesuai dengan itu se-mua, sudah sesuai dengan kenyataan, sudah nyambung, sudah pas, sudah sesuai dengan ketentuan, sudah tepat sasaran, dan sudah sesuai dengan izin.

Sehingga, kenyataan berwujud kesendirian tersebut mes� di-terima. Maka, agar mudah menerimanya, dibutuhkanlah keikhlasan. Itu memang sulit. Tapi, keikhlasan akan membantu memudahkan untuk menjalani kesendirian. Keikhlasan akan membantu meringankan beban atas kesendirian yang dijalani. Keikhlasan akan membantu melonggarkan pikiran, sehingga da-lam menjalani kesendirian akan lebih santai. Keikhlasan akan membantu menenteramkan ha� , sehingga dalam menjalani ke sendirian akan lebih tenang, sejuk, dan nyaman. Keikhlasan akan membantu mendamaikan ha� , sehingga dalam menjalani ke sendirian akan lebih berkelas dan elegan sekali. Keikhlasan akan membantu membesarkan nyali sehingga dalam menjalani kesendirian akan lebih kuat.

Tetapi, harap diperha� kan. Ikhlasnya harus konsisten, berkelan-jutan, berjangka panjang, awet, dan � dak mudah rusak. Ikhlas juga harus selalu diperbarui. Ikhlasnya mes� dirawat se� ap hari. Ikhlasnya mes� dijaga sepanjang hari. Ikhlasnya mes� dipegang

Jomblo Jangan Menangis!Jomblo Jangan Menangis!

6

erat agar � dak mudah jatuh. Ikhlasnya mes� digenggam kuat agar � dak mudah lepas. Ikhlasnya mes� dipeluk mesra agar � dak mudah berpaling. Ikhlasnya mes� dipagari rapat agar � dak mudah berpindah ke tempat yang � dak semes� nya. Kesendirian yang tengah terjadi sekarang, masih bisa berkelanjutan. Maka, ikhlasnya pun mes� berkelanjutan sampai kesendirian itu pergi.

Janganlah Dibesar-besarkanApi yang menyala di ujung korek api adalah api yang kecil. Jarum sun� k tajam yang menusuk tubuh adalah jarum sun� k yang kecil. Sebu� r debu yang terjatuh dan tertempel di kulit adalah debu yang kecil. Angin yang menggoyangkan daun-daun secara perlahan adalah angin yang berukuran kecil.

Tapi, kalau api kecil tersebut dianggap seper� kobaran api besar yang sedang melalap pohon-pohon, pas� akan terlihat besar dan menakutkan. Kalau jarum kecil tersebut dianggap seper� bor yang sedang menembus bukit kapur, pas� akan terlihat besar dan membuat panik. Kalau sebu� r debu tersebut dianggap se-per� asteroid berdiameter besar yang sedang menuju bumi, pas� akan terlihat besar dan teramat mengerikan. Kalau hem-busan angin kecil tersebut dianggap seper� angin tornado yang sedang memorak-porandakan deretan bangunan, pas� akan ter-lihat besar dan menyeramkan.

Makanan adalah hal yang kecil. Tapi, kalau dibesar-besarkan, maka akan bisa menjadi masalah besar. Misalnya, soal rasa. Cuma karena rasanya sedikit kurang enak, komentarnya bisa se-per� ini, “Ah. Ini makanan rasanya kurang begitu enak. Makanan macam apa ini. Ini makanan atau bukan, sih. Jangan-jangan, ini

Bab I: Ketika Hati Kita Masih SendiriBab I: Ketika Hati Kita Masih Sendiri

7

makanan yang nggak berkelas. Wah, ini nggak baik. Bisa bikin nggak nafsu makan.”

Ya. Itu sungguh terlalu. Apakah karena rasa makanan yang sedikit kurang enak, lantas harus berkomentar seper� itu? Nggak gitu juga, kali. Biasa sajalah. Tidak perlu membesar-besarkannya. Tapi, kalau ingin mengomentarinya, komentarnya seper� ini saja, “Kalau boleh dibilang, ini makanan sedikit kurang enak. Tetapi, itu nggak masalah. Soal rasa nggak perlu terlalu dipersoalkan. Nggak begitu pen� ng juga. Yang terpen� ng, makanannya halal, bersih, bergizi, � dak hambar, � dak terlalu manis, dan � dak ter-lalu asin. Hal-hal itulah yang pen� ng. Soal enak atau � daknya, itu nomor sekian. Kalaupun sedikit kurang enak, anggaplah itu enak seper� makanan di restoran bintang lima.”

Wow. Cakep sekali. Cucok banget. Kece abis. Itu baru soal api, jarum, debu, angin, dan rasa makanan. Nah, kali ini, yang men-jadi bahan perbincangan adalah soal kesendirian. Ya. Soal ke-sendirian.

Apakah kesendirian tergolong persoalan besar? Atau, apakah itu hanyalah persoalan kecil? Begini saja. Termasuk persoalan be-sarkah atau kecilkah, itu bergantung pada sudut pandang dan penilaian kita.

Kita mulai dari kesendirian sebagai persoalan kecil. Kalau ke-sendirian dipandang dan dinilai sebagai persoalan kecil, justru itu bagus sekali. Kesendirian � dak perlu dianggap besar dan me-nakutkan. Kesendirian itu menyenangkan. Kebahagiaan pun bisa didapatkan di dalam kesendirian. Kesendirian adalah persoalan kecil yang dampaknya � daklah seberapa. Di dalam kesendirian terkandung hal-hal posi� f yang bermanfaat. Kesendirian � dak

Jomblo Jangan Menangis!Jomblo Jangan Menangis!

8

perlu dicap nega� f karena dianggap menyebabkan kerugian be-sar, padahal � daklah begitu. Kesendirian bukanlah musuh, bu-kan lawan, tapi kesendirian adalah kawan. Menyandang status jomblo merupakan sebuah anugerah yang sebaiknya diterima apa adanya dan itu sudah sesuai dengan kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan. Itu kalau kesendirian dipandang dan dinilai sebagai persoalan kecil. Memang seper� itulah sudut pandang-nya.

Kemudian, kesendirian dipandang dan dinilai sebagai persoalan besar. Kalau begitu, lantas, apa yang melatarbelakanginya? Ka-rena awalnya sudah � dak suka, � dak menyenangkan, banyak merugikan, menjengkelkan, membuat malu, kurang begitu berbobot, bisa menurunkan kelas dalam pergaulan, hanya jadi bahan ejekan, membuat ha� menderita, banyak ditertawakan, dan � dak pen� ng.

Kalau awalnya sudah � dak suka, apa mo� fnya? Kalau � dak me-nyenangkan, apa saja penyebabnya? Kalau banyak merugikan, kenapa bisa sampai begitu? Kalau menjengkelkan sekali, apanya yang menjengkelkan? Kalau membuat malu, di mana letak per-masalahannya? Kalau kurang begitu berbobot, apa seper� � dak punya kualitas? Kalau bisa menurunkan kelas dalam pergaulan, adakah kegengsian di dalam diri? Kalau hanya jadi bahan ejekan, apa harus dibegitukan? Kalau membuat ha� menderita, bukankah itu karena diri sendiri? Kalau banyak ditertawakan, bukankah yang menertawakan pernah mengalaminya? Kalau itu � dak pen� ng, untuk apa ada kesendirian? Itu kalau kesendirian dipandang dan dinilai sebagai persoalan besar. Memang seper� itulah ulasannya.